of 116 /116
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor) SKRIPSI JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI H34076084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM. BROILER . POLA KEMITRAAN INTI PLASMA (Studi . K. asus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran,

  • Author
    vuminh

  • View
    348

  • Download
    12

Embed Size (px)

Text of ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM. BROILER ....

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA

(Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran,

Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI

H34076084

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

RINGKASAN

JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan

Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus

Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor). Skripsi.

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM)

Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam

perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa

negara dan penyedia bahan pangan. Peranan penting peternakan menyebabkan

peternakan menjadi sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis

sumber penghasilan utama maupun sampingan.

Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler

karena memiliki permintaan yang tinggi. Bogor merupakan salah satu daerah di

Indonesia yang memiliki permintaan ayam broiler tinggi karena jumlah

penduduknya yang mencapai 5 juta jiwa dan harga daging ayam di tingkat

konsumen lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan domba,

sehingga ayam broiler memiliki potensi pasar di Bogor.

Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki masalah-masalah yaitu: (1)

Persaingan pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input dan; (3) Penurunan harga

produk. Permasalahan-permasalahan tersebut sering membuat peternakan ayam

broiler terutama peternakan ayam broiler rakyat mengalami kerugian bahkan

kebangkrutan.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut yaitu kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis

antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama, namun dalam

kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah

pihak.

Usaha peternakan Agus Suhendar adalah peternakan ayam broiler rakyat

di Bogor yang memiliki kapasitas 9.000 ekor ayam per periodenya. Peternakan

Agus Suhendar bergabung dengan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm untuk

mengatasi permasalahan persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan

penurunan harga produk. Pada sistem kemitraannya, peternakan Agus Suhendar

mendapat sistem harga kontrak tetap penjualan ayam. Harga tersebut

menghindarkan peternakan Agus Suhendar dari penurunan penerimaan akibat

jatuhnya harga di pasar tetapi juga menyebabkan penerimaan tetap. Sementara itu,

biaya DOC dan pakan terus meningkat setiap periodenya. Penerimaan tetap tetapi

harus menutpi biaya yang terus meningkat setiap periodenya menyebabkan

pendapatan peternakan Agus Suhendar menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian mengenai kelayakan pada peternakan Agus Suhendar untuk melihat

apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan

atau harus dilakukan evaluasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha

peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma. (2)

Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap

kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan

harga jual.

Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa

Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang utara, Kecamatan Bogor,

Kabupaten Bogor, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF). Pengambilan data

dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2011.

Metode pengumpulan data menggunakan metode study case. Respondennya adalah manajer CV. TMF, pemilik peternakan Agus Suhendar dan

karyawan peternakan.

Penelitian mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Kriteria aspek

non finansial berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi,

aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, dan aspek ekonomi dan sosial.

Kriteria aspek finansial yang digunakan adalah net present value (NPV), internal

rate of return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), payback period, dan analisis

sensitivitas deskriptif menggunakan switching value .

Analisis kelayakan non finansial usaha peternakan ayam broiler Agus

Suhendar layak dijalankan. Aspek pasar layak karena peternakan Agus Suhendar

aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar, tidak menghadapi

masalah distribusi produk, dan menghasilkan produk yang berkualitas. Aspek

teknis dan produksi layak karena peternakan Agus Suhendar memiliki lahan dan

kandang yang memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu

dan berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur,

ketersediaan bahan-bahan penunjang yang terbaik dan tepat waktu, memiliki

tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi

yang sistematis. Aspek manajemen dan organisasi layak karena memiliki

pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga manajemen usaha

berjalan dengan baik. Aspek hukum layak karena memiliki ketentuan kerjasama

tertulis yang jelas dan saling memuaskan kedua belah pihak, dan mendapatkan

izin pendirian dari RT/RW. Aspek ekonomi dan sosial layak karena tidak

merugikan lingkungan sekitar.

Hasil analisis kelayakan finansial usaha peternakan Agus Suhendar layak

dijalankan. Nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 45.021.751,00, Net B/C lebih

besar dari 1 yaitu 1,99, IRR lebih besar dari discount rate (6,5 persen) yaitu

sebesar 41,46 persen, dan payback period 1,98627 atau satu tahun 11 bulan. Hasil

analisis sensitivitas menunjukkan usaha rentan terhadap kenaikan harga DOC

lebih dari 16,6 persen dan kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan

penurunan harga jual ayam lebih dari 1,2 persen.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA

(Studi kasus plasma Agus Suhendar di Desa Patambran,

Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)

JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI

H34076084

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola

Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di

Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor).

Nama : Juliarti Setyo Murti Karmidi

NIM : H34076084

Disetujui,

Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, MSi

NIP 19671024 199302 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kursnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis

Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi

Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten

Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2012

Juliarti Setyo Murti Karmidi

H34076084

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambarawa 04 Juli 1986. Penulis adalah anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Karmidi dan Ibunda Sunaryati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sasana Wiyata II Bogor

pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001

di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bogor

diselesaikan pada tahun 2004.

Penulis diterima pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan

Jurusan Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada

tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan pada Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi

Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten

Bogor).

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha secara non finansial

dan finansial peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma, studi kasus

plasma Agus Suhendar.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik

yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2012

Juliarti Setyo Murti Karmidi

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk

rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ir. Anita Ristianingrum, MSi., selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Burhanuddin, MM., yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh

dosen dan staf Departemen Agribisnis.

3. Orangtua dan adik tercinta Letda Infanteri Deddy Setya Wijaya untuk setiap

dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi

persembahan yang terbaik.

4. Pihak CV. Tunas Mekar Farm dan Agus Suhendar Farm, terutama Pak Agus

atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

5. Fazriah dan Bima, Ima, Ipop, Indra, Choy, Citay, Derry, Intan, Fitria, Ayu dan

Saud atas semangat, motivasi dan bantuan yang sangat berarti selama

penyusunan skripsi.

6. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan tiga atas

semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh

pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, April 2012

Juliarti Setyo Murti Karmidi

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... v

I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 9

II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10

2.1. Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler ..... 10

2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler ....................... 10

2.1.2. Kemitraan .......................................................... 10

2.1.3. Karakteristik Ayam Broiler ............................... 12

2.2. Faktor-faktor Produksi .................................................. 13

2.2.1. Bibit Ayam (Day Old Chick) ............................ 13

2.2.2. Pakan ................................................................. 14

2.2.3. Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin ..................... 14

2.2.4. Tenaga Kerja ..................................................... 15

2.2.5. Bahan Penunjang (sekam, listrik dan bahan

Bakar) ................................................................ 15

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ 16

2.3.1. Kemitraan .......................................................... 16

2.3.2. Analisis Kelayakan Usaha ................................. 19

III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 23

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................ 23

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek .................................... 23

3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat .............................. 23

3.1.3. Laba Rugi .......................................................... 24

3.1.4. Aspek-aspek Analisis Kelayakan ...................... 25

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................. 30

IV METODE PENELITIAN ....................................................... 33

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 33

4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................. 33

4.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data .............. 33

4.3.1. Analisis Kualitatif ............................................. 34

4.3.2. Analisis Kuantitatif ........................................... 35

4.4. Asumsi-asumsi Dasar .................................................... 38

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 40

5.1. CV. Tunas Mekar Farm ................................................. 40

ii

5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm ........................ 40

5.1.2. Visi dan Misi CV. Tunas Mekar Farm .............. 41

5.1.3. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm .... 41

5.2. Peternakan Agus Suhendar ........................................... 44

5.2.1. Sejarah Peternakan Agus Suhendar .................. 44

5.2.2. Lokasi Peternakan Agus Suhendar ................... 45

5.2.3. Sumber Daya Manusia ...................................... 45

5.3. Pola Kemitraan antara CV. Tunas Mekar Farm dan

Peternakan Agus Suhendar ........................................... 46

5.3.1. Prosedur Penerimaan Plasma ............................ 46

5.3.2. Isi Kontrak Perjanjian ....................................... 46

VI ANALISIS NON FINANSIAL ............................................... 49

6.1. Aspek Pasar dan Pemasaran .......................................... 49

6.1.1. Permintaan dan Penawaran ............................... 49

6.1.2. Harga ................................................................. 51

6.1.3. Produk ............................................................... 52

6.2. Aspek Teknis dan Produksi ........................................... 53

6.2.1. Lahan dan Kandang ........................................... 53

6.2.2. Bibit (DOC) ....................................................... 55

6.2.3. Pakan ................................................................. 56

6.2.4. Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin ..................... 57

6.2.5. Bahan Penunjang Lainnya (Sekam, Listrik dan

Gas) ..................................................................... 59

6.2.6. Tenaga Kerja ..................................................... 59

6.2.7. Proses Produksi ................................................. 60

6.3. Aspek Manajemen dan Organisasi ................................ 63

6.4. Aspek Hukum ............................................................... 64

6.5. Aspek Ekonomi dan Sosial ........................................... 64

VII ANALISIS FINANSIAL ......................................................... 66

7.1. Inflow (Arus Manfaat) ................................................... 66

7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam ............................ 66

7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam .............. 68

7.1.3. Penerimaan Insentif ........................................... 68

7.1.4. Nilai Sisa ........................................................... 70

7.2. Outflow (Arus Biaya) .................................................... 70

7.2.1. Biaya Investasi .................................................. 70

7.2.2. Biaya Operasional ............................................. 72

7.2.3. Analisis Laba Rugi ............................................ 75

7.3. Analisis Kelayakan Finansial ........................................ 75

7.4. Analisis Sensitivitas (Switching Value) ........................ 77

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 79

8.1. Kesimpulan ................................................................... 79

8.2. Saran ............................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 81

LAMPIRAN ......................................................................................... 83

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 ................................................................ 1

2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober 2011 .............................................................................. 2

3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009 ...................................... 2

4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi- komoditinya Tahun 2008-2010 ................................................. 3

5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009 . 4

6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor ...................................... 4

7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar 2009 ............................................................................................. 6

8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009 .......... 7

9. Hak dan Kewajiban CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar ......................................................... 47

10. Penetapan Harga Tetap CV. Tunas Mekar Farm 2009 ............. 48

11. Keperluan Temperatur DOC ...................................................... 61

12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup .............................. 67

13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam ....................................... 68

14. Penerimaan Insentif Mortalitas .................................................. 69

15. Penerimaan Insentif FCR ........................................................... 69

16. Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan ................................ 71

17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar ....... 72

18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar ..... 73

19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar ..... 74

20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar ........ 75

21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar ..................................................................................... 76

22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar ..... 77

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 32

2. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm .............................. 43

3. DOC (Day Old Chick) ................................................................ 56

4. Pemberian Pakan pada Fase Starter ........................................... 57

5. Pemberian Pakan pada Fase Finisher ......................................... 57

6. Vaksinasi ND Perlakuan Tetes Mata .......................................... 58

7. Vaksinasi ND Perlakuan Suntik Subcutaneous .......................... 58

8. Vaksinasi Gumboro Melalui Air Minum ................................... 58

9. Struktur Organisasi Peternakan Agus Suhendar ........................ 63

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel FCR Peternakan Peternakan Agus Suhendar ................... 84

2. Program Vaksin dan Vitamin Peternakan Agus Suhendar ......... 86

3. Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar ................... 87

4. Laporan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar ......................... 89

5. Cashflow Peternakan Agus Suhendar ......................................... 90

6. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6 Persen ......................................................................................... 92

7. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 6,1 Persen ......................................................................................... 94

8. Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam 1,2 persen .................................................................................... 96

9. Kuesioner Penelitian ................................................................... 98

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk

mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada

faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan

penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan,

sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan.

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan

Pekerjaan Tahun 2011

No. Lapangan Pekerjaan 2011 Persentase (%)

1. Peternakan dan pertanian 39.328.915 36

2. Pertambangan 1.465.376 1,5

3. Industri pengolahan 14.542.081 13

4. Listrik, gas dan air 239.636 0,7

5. Bangunan 6.339.811 5

6. Perdagangan dan perhotelan 23.396.537 21

7. Transportasi dan komunikasi 5.078.822 5

8. Keuangan 2.633.362 3

9. Jasa Kemasyarakatan dan sosial 16.645.859 15

Total 109.670.399

Sumber: BPS Indonesia (2011)

Tabel 1 menunjukkan tenaga kerja yang bekerja di bidang peternakan dan

pertanian pada tahun 2011 berjumlah 39.328.915 jiwa atau 36 persen dari total

tenaga kerja yang bekerja di bidang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa

peternakan merupakan salah satu bidang penyedia lapangan pekerjaan di

Indonesia.

Peternakan juga memiliki peranan dalam penyumbang devisa bagi negara

Indonesia. Data ekspor pertanian dapat dilihat pada Tabel 2.

2

Tabel 2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober 2011

No. Sektor Oktober 2011

Volume (Kg) Nilai (US$)

1. Tanaman Pangan 53.275.710 55.301.104

2. Holtikultura 40.277.942 48.836.472

3. Perkebunan 2.257.739.662 3.183.129.268

4. Peternakan 91.725.895 147.386.267

5. Pertanian 2.443.019.209 3.434.653.111

Sumber: BPS Indonesia (2011)

Indonesia melakukan ekspor peternakan pada Oktober 2011 sebesar

91.725.895 kg yang bernilai US$ 147.386.267,00. Nilai tersebut menunjukkan

peternakan merupakan salah satu sektor sumber devisa negara yang menghasilkan

pemasukan cukup besar bagi Indonesia.

Peternakan juga berperan sebagai penghasil produk pangan sumber protein

hewani yang berperan dalam pembangunan sumber daya manusia dari pemenuhan

kebutuhan gizi rakyat Indonesia. Jumlah produksi peternakan dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009

No. Jenis Komoditi Produksi

(ton)

Persentase

(%)

1. Perikanan 556.123 1,7

2. Sayur-sayuran 11.863.919 35

3. Buah-buahan 16.672.519 50

4. Peternakan

(daging, telur, susu) 4.627.060 13,3

Total 33.719.621

Sumber: Deptan dan BPS (2009)

Berdasarkan data produksi pangan pada tahun 2009, peternakan

menghasilkan produk sebanyak 13,3 persen dari total keseluruhan produksi

pangan dan merupakan penghasil protein hewani tertinggi jika dibandingkan

dengan produk perikanan. Hal tersebut menunjukkan peternakan adalah salah satu

sektor yang berperan penting dalam penyediaan pangan.

3

Peranan penting peternakan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan

peternakan menjadi salah satu sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan

bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Hal tersebut terlihat dari

jumlah populasi ternak yang terus meningkat setiap tahunnya (Tabel 4).

Tabel 4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi-komoditinya

Tahun 2008-2010

No. Komoditi 2008

(ekor)

2009

(ekor)

2010

(ekor)

1. Ayam buras 243.432.000 249.963.400 257.544.000

2. Ayam broiler 902.052.400 1.206.378.500 1.386.872.000

3. Ayam petelur 107.955.100 111.417.600 105.210.000

4. Babi 6.837.529 6.974.732 7.477.000

5. Domba 9.605.338 10.198.766 10.725.000

6. Itik 39.839.500 40.679.500 44.302.000

7. Kambing 15.147.433 15.815.317 16.620.000

8. Kerbau 1.930.716 1.932.927 2.000.000

9. Kuda 392.864 398.758 419.000

10. Sapi perah 457.577 474.701 488.000

11. Sapi potong 12.256.604 12.759.838 13.582.000

Jumlah 1.339.907.061 1.656.994.039 1.845.239.000

Sumber: Departemen Pertanian (2011)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat jumlah populasi ternak tahun 2008

sampai dengan tahun 2010 terus meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan

semakin meningkatnya kegiatan dalam bisnis peternakan.

Salah satu komoditi peternakan yang terus meningkat dan memiliki

populasi terbanyak berdasarkan data di atas adalah ayam broiler. Hal tersebut

dikarenakan permintaan masyarakat akan ayam broiler cukup tinggi di setiap

daerahnya.

Kota Bogor sebagai daerah yang berpenduduk terbanyak di Jawa Barat

menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Barat yang mencapai kurang lebih 5 juta

merupakan salah satu daerah yang memiliki permintaan rata-rata akan ayam

4

broiler yang tinggi. Permintaan rata-rata daging kota Bogor dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009

No. Daging Jumlah Permintaan (kg/bulan)

1. Sapi 150.000

2. Kerbau 20.000

3. Kambing 275.000

4. Domba 250.000

5. Ayam broiler 550.000

Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor 2009

Dinas Perikanan dan Peternakan kota Bogor pada tahun 2009 mencatat

permintaan rata-rata daging ayam broiler adalah 550.000 kg/bulan. Harga daging

ayam broiler di Bogor juga lebih rendah dari harga daging lainnya (Tabel 6).

Tabel 6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor

Daging Harga Konsumen (Rp/Kg)

2007 2008 2009

Sapi 50.200,00 51.600,00 52.500,00

Kerbau 50.200,00 51.600,00 52.500,00

Kambing 39.700,00 40.100,00 30.000,00

Domba 39.700,00 40.100,00 30.000,00

Ayam Broiler 15.000,00 16.000,00 17.000,00

Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor Tahun 2007-2009

Berdasarkan data diatas ayam broiler memiliki harga yang lebih rendah

dibandingkan daging lainnya. Harga yang lebih rendah, permintaan rata-rata yang

tinggi dan jumlah penduduk yang tinggi, menyebabkan usaha peternakan ayam

broiler memiliki potensi pasar di Bogor. Faktor-faktor tersebut menyebabkan

Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi bagi berkembangnya usaha ayam

broiler.

5

Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki permasalahan.

Permasalahan dalam usaha peternakan ayam broiler yaitu : (1) Persaingan

pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input; (3) Penurunan harga produk.

Permasalahan-permasalahan di atas sering membuat usaha peternakan

terutama peternakan rakyat yaitu peternakan dengan modal kecil yang memiliki

populasi ternak sampai dengan 15.000 ekor mengalami kebangkrutan. Melihat

kondisi ini pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan, salah satunya

adalah kebijakan mengenai kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu

kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama.

Kerjasama tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak

yang terlibat harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama (Suharno,

1999).

Kerjasama dalam perusahaan kemitraan dibagi menjadi tiga jenis menurut

Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.

472/Kpts/TN/330/6/1996 yaitu Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti

plasma, perusahaan pengelola dan perusahaan penghela.

Peternak dapat memilih salah satu jenis pola kemitraan yang sesuai dengan

kebutuhan mereka untuk menghindari kerugian dan kebangkutan. Namun apakah

peternak yang bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dapat tetap

mendapatkan laba yang diinginkan, mengingat dalam kerjasama kemitraan

terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Contohnya, harga

kontrak tetap penjualan ayam yang menyebabkan penerimaan menjadi tetap,

sementara harus menutupi biaya yang meningkat akibat harga input yang

meningkat. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha suatu

peternakan yang bekerja sama dengan perusahaan kemitraan untuk melihat apakah

kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan

kerjasamanya atau harus dilakukan evaluasi kontrak atau melakukan kemitraan

mandiri.

6

1.2. Perumusan Masalah

Peternakan Agus Suhendar adalah usaha peternakan rakyat yang didirikan

pada tahun 2004 awal oleh Agus Suhendar di Bogor. Pada awal mulanya

peternakan Agus Suhendar berdiri sendiri dengan kapasitas produksi peternakan

9.000 ekor ayam. Setelah beberapa periode, di tahun yang sama dengan

berdirinya usaha peternakan, peternakan Agus Suhendar mengalami permasalahan

persaingan pemasaran. Sebagai usaha peternakan rakyat yang baru merintis,

peternakan Agus Suhendar belum memiliki tujuan pasar sasaran yang tetap.

Modalnya yang terbatas menyebabkan pemilik kesulitan dalam memasarkan

produknya, beliau tidak memiliki tujuan pasar tetap dan tidak memiliki alokasi

dana untuk mendistribusikan produknya ke pasar yang jauh dari area peternakan.

Akibatnya, pemilik mengalami kerugian penurunan kualitas, karena ayam

broilernya tidak dapat segera dipasarkan. Pemilik akhirnya menjual ayam broiler

dengan harga yang murah untuk menghindari kerugian yang lebih besar kepada

pengumpul.

Masalah juga timbul dari harga input utama yaitu DOC dan pakan yang

terus meningkat, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar 2009

Input Periode Rata-

rata

kenaik-

an

Rata-

rata

Harga

(Rp) 1 2 3 4 5

DOC

(Rp/ekor) 3.100,00 3.300,00 3.310,00 3.500,00 3.500,00 4.3 % 3.303,00

Pakan

(Rp/kg) 4.400,00 4.500,00 4.650,00 4.710,00 4.710,00 2 % 4.565,00

Sumber: Peternakan Agus Suhendar (2009)

Setelah beberapa periode berjalan dan menghadapi permasalahan di atas,

peternakan Agus Suhendar memutuskan untuk bergabung dengan CV. Tunas

Mekar Farm. CV. TMF adalah perusahaan peternakan pola kemitraan inti plasma

yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi,

kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani dan bimbingan peternakan sambil

menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri. CV. Tunas Mekar

7

Farm juga menetapkan sistem harga kontrak tetap, sehingga peternakan Agus

Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual di pasar.

Pada tahun 2009, peternakan Agus Suhendar mulai merasakan penurunan

pendapatan. Penetapan sistem harga kontrak tetap pada Rp 12.350,00-

13.230,00/kg yang mencegah usaha peternakan Agus Suhendar mengalami

kerugian akibat penurunan harga pasar, seringkali menjadi halangan bagi pemilik

untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal saat harga pasar ayam broiler

meningkat (Tabel 6).

Harga input DOC dan pakan yang terus mengalami peningkatan dan harga

kontrak tetap menyebabkan penurunan pendapatan peternakan Agus Suhendar,

kenyataan yang cukup membuat pemilik mulai mengkhawatirkan bagaimana

kelangsungan usahanya di masa yang akan datang dengan sistem kemitraan inti

plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm (Tabel 8).

Tabel 8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009

No

. Keterangan Periode

Rata-

rata

Persen

(%)

1

(000) 2

(000) 3

(000) 4

(000) 5

(000) Jumlah (000)

(000)

Biaya

variabel 8.800 9.000 9.000 9.000 5000

1 DOC 27.280 29.700 29.790 31.500 17.500 135.770 27.154 18,3

2 Pakan 137.000 116.500 137.250 116.000 64.325 571.075 114.215 74

3 Obat-obatan 485 628,1 2.170 818 370,2 4.471,8 894 0,6

4 Sekam 1.760 1.800 1.800 1.800 1.000 8.160 1.632 1

5 Gas 3.080 3.150 3.150 3.150 1.750 14.280 2.856 1,8

Biaya tetap

1 Gaji kepala karyawan

675 675 675 675 675 3.375 675 0,4

2 Gaji karyawan

5.400 5.400 5.400 5.400 5.400 27.000 5.400 3,5

3 Listrik 500 500 500 500 500 2.500 500 0,3

4 Sewa lahan 167 167 167 167 167 835 167 0,1

Total pendapatan

40.225 33.894 39.353 30.146 11.601 767.466

Sumber: CV. TMF 2009

Untuk mengetahui seberapa besar sensitivitas usaha peternakan Agus

Suhendar terhadap kenaikan harga DOC dan pakan perlu dilakukan analisis

8

sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga DOC dan pakan karena variabel

tersebut merupakan biaya terbesar dari keseluruhan biaya operasional yaitu biaya

DOC sebesar 18,3 persen dan pakan pakan sebesar 74 persen (Tabel 8) serta

penurunan harga jual ayam.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut :

1) Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem

kemitraan pola inti plasma dilihat dari aspek-aspek dalam studi kelayakan

yaitu aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek

teknik dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum serta

ekonomi dan sosial serta aspek finansial ?

2) Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar

terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan

serta penurunan harga jual ayam?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar

sistem kemitraan pola inti plasma.

2) Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar

terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan

serta penurunan harga jual.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ini diharapkan berguna bagi

pihak-pihak :

1) Perusahaan : sebagai bahan masukan bagi peternakan untuk mengadakan

evaluasi dan bahan pertimbangan untuk melanjutkan kerjasama pola

kemitraan atau mandiri.

2) Perusahaan inti : agar tercipta kerjasama yang lebih menguntungkan bagi

kedua belah pihak.

3) Investor : sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal dan

investasi ke usaha peternakan ayam broiler.

9

4) Penulis : sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan

dalam usaha peternakan ayam broiler.

5) Peneliti selanjutnya : sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji analisis kelayakan non finansial dan

finansial peternakan Agus Suhendar sejak tahun 2009 dan perkiraan 5 tahun ke

depan untuk mengetahui apakah kerjasama pola inti plasma yang dilakukan

dengan perusahaan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm yang memberlakukan harga

kontrak tetap penjualan ayam layak untuk dilanjutkan mengingat harga input

utama DOC dan pakan yang terus meningkat.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler

2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.

940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau

budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat,

yang dilakukan secara terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu

tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk

menghasilkan bibit/ternak potong, telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis

ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan.

Dalam rangka membantu mewujudkan tujuan komersil dari usaha

peternakan, pemerintah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha

Peternakan Ayam Broiler dalam bentuk SK Menteri Pertanian No.

472/Kpts/TN.330/6/96, yang isinya antara lain tentang pengelompokan usaha

peternakan menjadi tiga kategori yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil

peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat yaitu usaha peternakan

ayam yang jumlahnya tidak melebihi 15.000 ekor ayam pedaging per siklus.

Pengusaha kecil peternakan adalah usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya

tidak melebihi dari 65.000 per siklus. Pengusaha peternakan adalah perusahaan

budidaya ayam pedaging yang jumlahnya lebih besar dari 65.000 ekor per siklus.

2.1.2. Kemitraan

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat permasalahan-

permasalahan yang seringkali muncul dalam menjalankan usaha peternakan ayam

broiler seperti persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input, penurunan

harga produk yang menyebabkan usaha peternakan mengalami kerugian bahkan

kebangkrutan, pemerintah banyak mengeluarkan program dan kebijakan-

kebijakan yang isinya mengenai peraturan-peraturan untuk melindungi para

peternak terutama peternak usaha kecil. Salah satu program yang telah

dikeluarkan pemerintah adalah program pengembangan kemitraan pada usaha

perunggasan dan sapi potong. Selain untuk mengatasi permasalahan, program

pengembangan kemitraan juga dirancang untuk membantu peternak dalam

11

meningkatkan produksi ternak atau daging dan meningkatkan pendapatan

peternak.

Program tersebut tertuang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8)

Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yaitu : Kerjasama usaha antara usaha kecil

dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan

pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan

memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan.1

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Ktps/TN.330/6/1996 membagi

tiga jenis perusahaan kemitraan yaitu:

1) Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti plasma yaitu perusahaan yang

melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi,

kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani yang dibimbing sambil

menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri.

2) Perusahaan pengelola, yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan

bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengelolaan dan pemasaran

hasil usahatani yang dibimbingnya tetapi tidak menyelenggarakan usahatani

sendiri.

3) Perusahaan penghela yaitu perusahaan yang hanya melakukan fungsi

perencanaan, bimbingan dan pemasaran hasil.

Fadilah (2007) mengartikan kemitraan sebagai usaha beternak ayam

dengan cara menjalin kerjasama baik dengan pemodal, perusahaan pakan, maupun

perusahaan pembibitan. Beberapa pola kemitraan yang sering dilakukan sebagai

berikut :

1) Pola simpan pinjam yaitu peternak meminjam sejumlah modal untuk usaha

budidaya ayam kepada pihak pemodal seperi bank. Pada akhir periode jangka

waktu tertentu, pinjaman harus dikembalikan dengan tambahan persentase

bunga atau persentase keuntungan yang besarnya telah disepakati lebih

dahulu.

------------------------------------------------- 1Penjelasan Undang-undang No. 9 tahun 1995

12

2) Pola kemitraan dengan perusahaan pakan yaitu pola kemitraan dimana

peternak hanya bermitra sebatas suplai pakan untuk usaha ayam tersebut.

Selebihnya peternak yang menyediakan. Peternak memiliki wewenang

sepenuhnya untuk mengelola usahanya, tetapi biasanya peternak memberikan

jaminan kepada perusahaan pakan senilai pakan yang digunakan.

3) Pola kemitraan bagi hasil yaitu pola kemitraan yang terjadi antara peternak

dan pihak lain, seperti pemodal atau perusahaan peternakan dengan sistem

sharing. Contohnya peternak hanya memiliki sejumlah kandang, semua biaya

operasional dan sarana produksi ternak disuplai dari pemodal atau perusahaan

peternakan.

4) Pola kemitraan inti plasma yaitu pola kemitraan dimana peternak bermitra

dengan perusahaan peternakan selaku inti. Banyak pola kerjasama yang

ditawarkan, seperti bagi hasil atau sistem harga kontrak. Namun, prinsipnya

semua sama, yaitu perusahaan peternakan berperan sebagai inti untuk

membina peternak yang menjadi plasmanya agar lebih maju dan bisa mandiri.

Suharno (1999) menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama

bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama

tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak yang terlibat

harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama. Saragih (1998)

mengemukakan syarat yang harus dipenuhi dalam pola kemitraan, yaitu syarat

keharusan yang menginvestsasikan dalam wujud kebiasaan yang kuat antara

mereka yang bermitra dan bersyarat kecukupan berupa adanya peluang saling

menguntungkan bagi pihak-pihak yang bermitra melalui pelaksanaan kemitraan.

2.1.3. Karakteristik Ayam Broiler

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan

sebutan ayam broiler, dewasa ini telah banyak diusahakan dan dikembangkan.

Menurut Rasyaf (2004), ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda

yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual, dengan bobot tubuh tertentu,

mempunyai pertumbuhan cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan

timbunan daging yang banyak. Di Indonesia, ayam broiler sudah dapat dipasarkan

pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,4-1,7 kg walaupun laju

pertumbuhan belum mencapai maksimum, karena ayam broiler yang terlalu berat

13

sulit dijual. Ciri khas ayam broiler adalah: (a) Rasanya khas dan enak; (b)

dagingnya empuk dan banyak; dan (c) Pengolahannya mudah tetapi cepat hancur

dalam perebusan terlalu lama. Selain itu, Fadillah (2004) menyatakan bahwa

keunggulan ayam ras pedaging (broiler) terlihat dari pertumbuhan berat badan

yang cepat. Pertumbuhan berat badan yang cepat tersebut didukung oleh: (a)

Temperatur udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-26C); (b)

Kuantitas dan kualitas pakan terjamin sepanjang tahun; (c) Teknik pemeliharaan

yang tepat guna (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal); dan

(d) Kawasan peternakan terbebas dari penyakit.

2.2. Faktor-faktor Produksi

Fadilah (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan

dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga

kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan

bahan bakar).

2.2.1. Bibit Ayam (Day Old Chick)

Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil

perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa

dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai

penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang

mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang

baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Cahyono (2004) menyatakan bahwa umumnya jenis-jenis ayam ras yang

banyak beredar di Indonesia adalah jenis ayam ras unggul yang merupakan

turunan terakhir hasil perkawinan silang dari pejantan ras White cornish yang

berasal dari Inggris dengan induk betina ras Plymouth rock yang berasal dari

Amerika. Hasil perkawinan silang yang dikembangbiakan dari kedua ras tersebut

menghasilkan DOC yang mempunyai daya tumbuh dan produksi yang tinggi

terutama dalam hal kemampuannya mengubah ransum menjadi daging dengan

sangat cepat dan hemat.

Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pedoman untuk memilih DOC yaitu

anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan,

14

ukuran atau bobot ayam yaitu bobot normal DOC sekitar 35-40 gram, mata cerah

dan bercahaya, aktif dan tampak segar, DOC tidak memperlihatkan cacat fisik

seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat

serta tidak ada lekatan tinja di duburnya. Adapun keuntungan yang diperoleh

apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan

morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan

keuntungan yang diperoleh akan baik.

Menurut Fadillah (2004), ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging yang

berkualitas, yaitu : (a) Anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) Berasal

dari induk yang matang umur; (c) Anak ayam yang terlihat aktif, mata cerah dan

lincah; (d) Anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) Bulu cerah,

tidak kusam dan penuh; (f) Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g)

Keadaan tubuh ayam normal; dan (h) Berat anak ayam sesuai dengan standar

strain, biasanya di atas 37 g/ekor. (Rasyaf, 2004).

2.2.2. Pakan

Menurut North dan Bell (1990), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga

bentuk, yaitu : (a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari dua minggu;

(b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal

sampai masa pertumbuhan; dan (c) pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa

akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher.

2.2.3. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin

Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia,

dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai

pemacu pertumbuhan ayam (Ensminger, 1992). Adapun cara penggunaan obat-

obatan yaitu melalui air minum, pakan dan suntikan (Rasyaf, 2004).

Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih spesifik meningkatkan daya

tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit

yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses

memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit

penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam

baik melalui injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata. Pada

15

peternakan ayam ras pedaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya new castle

disease (ND) atau tetelo atau gumboro (Fadilah, 2004).

2.2.4. Tenaga Kerja

Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging

mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas

khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa

jenis tenaga kerja, antara lain : tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga

kerja harian lepas dan kontrak. Umumnya tenaga kerja tetap adalah staf teknis

atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai tenaga kerja atau karyawan

bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan

bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang

ditekuni, sedangkan tenaga kerja harian lepas dan kontrak bekerja hanya untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Menurut

Fadillah (2004), untuk peternakan dengan skala 4.000 ekor diperlukan tenaga

kerja berilmu peternakan dan terampil (terbiasa bekerja di peternakan) dan satu

tenaga kerja kasar harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, tangkap ayam,

membersihkan brooder (tempat indukan), menjual ayam dan sebagainya.

2.2.5. Bahan Penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar)

Menurut Abidin (2002), cahaya terbaik bagi pertumbuhan ayam adalah

bersumber dari cahaya matahari, yang secara langsung membantu membentuk

vitamin D di dalam tubuh ayam dan secara tidak langsung membantu ayam dalam

menemukan pakan dan minum di dalam kandang. Pada malam hari atau jika cuaca

sedang gelap, dibutuhkan sumber cahaya buatan baik berupa listrik maupun lampu

minyak. Selanjutnya, Fadillah (2004), mengatakan bahwa intensitas cahaya pada

malam hari yang diperlukan dari lampu harus setara dengan satu lampu bohlam

150 watt untuk luas lantai 93 m. Selama masa pemeliharaan awal (21 hari) per

1.000 ekor bibit ayam dibutuhkan gas LPG 50 kg sebanyak 5-7 tabung, minyak

tanah 100-120 liter dan batubara 100-130 kg.

Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan

ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal

(sistem liter), sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat

16

beraktifitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam.

Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal.

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut adalah hasil penelitian terdahulu mengenai kemitraan untuk

mengetahui bagaimana pola kemitraan pada usaha-usaha lain dan analisis

kelayakan usaha, selanjutnya dibandingkan untuk melihat apa saja metode analisis

yang digunakan oleh peneliti-peneliti dalam usaha yang berbeda dan bagaimana

hasil penelitian terhadap kelayakan usaha yang telah diteliti dilihat dari aspek-

aspek studi kelayakan untuk menjadi referensi dalam penelitian. Selain itu juga

menekankan penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya.

2.3.1. Kemitraan

Yustiarni (2011) dalam Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan

Usahatani Penangkaran Padi bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri

Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang), menggunakan metode IPA

dan analisis pendapatan usahatani. Kerjasama kemitraan yang dilakukan pola inti

plasma, PT Sang Hyang Seri (SHS) menyediakan lahan sewa untuk digarap oleh

petani dengan luas 2 hektar, memberikan modal biaya panen, pinjaman sarana

produksi dan benih sedangkan petani berhak mengelola lahan yang disediakan dan

berkewajiban menyerahkan hasil panennya kepada PT. SHS, manfaat yang

diperoleh bagi inti PT.SHS adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga

kerja. Manfaat yang diperoleh petani mitra mendapatkan bantuan modal dalam

panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta

mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam budidaya.

Mekanisme pelaksananaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra

ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerkasama yang dapat

diperbaharui setiap musim. Untuk memulai kemitraan, petani mengajukan surat

permohonan usulan penggarapan, PT. SHS melakukan evaluasi apakah petani

layak, jika layak PT. SHS akan mengeluarkan surat pengabulan yang harus

ditandatangani kepala desa. Kemudian dilakukan penandatangan kerjasama antara

PT. SHS dan petani mitra.

17

Peraturan terdiri dari peraturan tertulis dan tidak tertulis. Peraturan tertulis

tercantum pada Surat Perjanjian kerjasama, yaitu:

1) Pembinaan dan pengawalan teknis yaitu PT. SHS diwajibkan untuk

melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi tiap hari.

2) Pembayaran benih pokok dimana petani diwajibkan membeli benih pokok 25

kg per hektar per musim dari PT. SHS.

3) Pembayaran bagi hasil dimana petani mitra diwajibkan untuk membayar bagi

hasil sebesar 1.200 kg per hektar per musim sebagai biaya sewa atas lahan

yang digunakan.

4) Pembayaran biaya operasional yang terdiri dari roguing, sanitasi, materai dan

PHT, jumlahnya sebesar Rp 130.000,00 per hektar per musim dibayarkan

setelah panen.

5) Penjualan hasil panen yaitu petani diharuskan menjual hasil tani pada PT.

SHS sesuai kebutuhan PT. SHS.

6) Pengelolaan areal lahan oleh petani mitra tidak boleh dipindah tangankan

tanpa prosedur dan harus sepengetahuan PT. SHS.

7) Sanksi terhadap pelanggaran aturan bagi petani adalah diberhentikan

kerjasama.

Peraturan tidak tertulis yaitu kesepakatan antara PT. SHS dan petani mitra

yang tidak tercantum di Surat Perjanjian Kerjasama terdiri dari :

1) Penerapan jadwal tebar, tanam dan panen semuanya ditetapkan oleh PT. SHS.

2) PT. SHS menyediakan sarana produksi selain bibit seperti pupuk dan obat-

obatan dalam bentuk pinjaman.

3) Kerjasama pembasmian tikus yang dilakukan 2 kali seminggu.

4) Pembagian resiko budidaya, resiko yang diakibatkan bencana alam, iklim,

cuaca dan serangan hama ditanggung bersama.

Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan terdapat enam poin yang masih

menimbulkan masalah yaitu: 1) Penjualan hasil panen; 2) Penyediaan sarana

produksi; 3) Kegiatan pembasmian tikus; 4) Respon terhadap keluhan; 5)

Pengangkutan hasil panen; 6) Pembayaran hasil panen. Terdapat enam atribut

yang harus menjadi prioritas utama yaitu harga sarana produksi, ketersediaan dan

kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan,

18

penyediaan sarana transportasi panen, harga beli hasil panen dan dan ketepatan

waktu pembayaran hasil panen. Secara umum diketahui bahwa petani merasa

cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08. Analisis pendapatan

usahatani menunjukkan usahatani sudah layak untuk dijalankan karena nilai R/C

petani mitra maupun non mitra lebih besar dari 1.

Putra (2011) dalam Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN

dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa Ciaruteun Ilir,

Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis kelayakan

non finansial menganalisis aspek ekonomi, teknis dan sosial, dan finansial dengan

alat analisis NPV.

Pola kemitraan yang diterapkan UBH-KPWN dengan petani yaitu pola

yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani

penggarap, perangkat desa dan UBH-KPWN yang bertindak sebagai lembaga

fasilitator dan lembaga penjamin, dengan pembagian hasil panen secara

proporsional dan menguntungkan para pihak.

UBH-KPWN memiliki hak bagi hasil panen 15 persen dari total pohon

yang ditanam, kewajibannya adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi

calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta budidaya JUN,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan budidaya JUN, melaksanakan

pendampingan kepada petani penggarap, menarik calon investor, mengelola dana,

memasarkan pohon jati siap panen, melaksanakan pembagian hasil.

Investor memiliki hak bagi hasil panen 40 persen dari total pohon yang

ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian.

Kewajibannya adalah menanamkan modal minimal 100 pohon.

Pemilik lahan memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang

ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian.

Kewajibannya adalah memberikan ijin lahannya untuk dikelola selama enam

tahun dan turut mengawasi tanaman dari gangguan.

Petani penggarap memiliki hak bagi hasil 25 persen dari total jumlah

pohon yang ditanam, mendapat bimbingan dan pelatihan. Kewajibannya adalah

melaksanakan budidaya JUN, bila terjadi kematian/kehilangan keuntungan petani

19

dikurangi 0,5 persen per tanaman yang mati atau hilang. Pemerintah desa

memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang ditanam.

Hasil penelitiannya adalah usaha JUN yang dilaksanakan oleh petani dan

UBH-KPWN layak, dengan nilai NPV Rp 1.678.390.947,00 dan hubungan

kemitraannya termasuk kemitraan prima madya.

Saputra (2011) dalam Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola

kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di

Kabupaten Bogor, analisis kepuasan menggunakan importance performance

analysis (IPA) dan costumer satisfaction index (CSI).

Mekanisme pelaksanaan kemitraan, perusahaan inti menyeleksi petani

berdasarkan lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan kandang dengan kapasitas

minimal 1.500 ekor, milik sendiri atau pinjaman, peternak diharuskan memiliki

pengalaman dan menyerahkan jaminan berupa bukti kepemilikan tanah, BPKB

atau uang tunai.

Pihak inti memiliki hak menentukan harga sapronak dan hasil panen ayam,

jadwal pengiriman DOC, pakan dan panen ayam. Kewajiban inti adalah

menentukan dan menyusun program pemeliharaan, memberikan bimbingan

teknis, dan memberikan pelayanan kesehatan ternak.

Pihak plasma yaitu peternak memiliki hak bantuan modal berupa

sapronak, mendapatkan bimbingan teknis dan pelayanan ternak. Kewajiban

peternak adalah mengelola usaha ternaknya dengan baik.

Peternak tidak diperbolehkan menggunakan sapronak yang berasal dari

pihak lain dan juga dilarang menjual hasil panen ke pihak lain, sehingga

keuntungan yang diperoleh peternak adalah selisih antara penjualan ayam dengan

pengeluaran sapronak dari perusahaan inti. Harga jual ayam adalah harga kontrak

tetap yaitu Rp 15.000,00/kg.

Hasil penelitian menunjukkan peternak merasa puas dengan pola

kemitraan Dramaga Unggas Farm.

2.3.2. Analisis Kelayakan Usaha

Setiawan (2010) dalam Analisis Kelayakan Finansial Peternak Ayam

Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis,

menggunakan dua metode analisis yaitu pendapatan dan R/C ratio. Hasil dari

20

penelitiannya adalah pola kemitraan Cikahuripan sudah cukup baik, namun tidak

tertulis sehingga kekuatan hukumnya lemah. Karakteristik peternak terbanyak

berumur 25-45 tahun (74,07 persen), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah

lulusan SD (44,44 persen), pengalaman beternak selama 5-10 tahun (74,07 persen)

dan usaha peternakan dijalankan sebagai usaha sampingan (77,78 persen).

Kemitraan yang dijalankan berhasil, karena hasil analisis pendapatan

menunjukkan bahwa keuntungan peternak yang berproduksi pada bulan

September-Oktober Rp 3.111,92/ekor atau Rp 1.618,34/kg.

Sugiarti (2008) dalam Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan

Ayam Broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg,

Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis kelayakan NPV, IRR, BCR,

PBP, dan Analisis sensitivitas. Hasil penelitiannya adalah usaha peternakan Abdul

Djawad Farm tahun 2007-2017 bahwa dengan menggunakan modal sendiri

(tingkat suku bunga 6,25 persen) maka didapat NPV sebesar Rp 931.398.142,05,

BCR 1,04, dan payback period 3 tahun 6 bulan, serta IRR 29,27 persen. Jika

menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5 persen) maka didapat

NPV sebesar Rp 438.192.975,74 dan BCR 1,03 dan payback period 4 tahun 4

bulan, serta IRR sebesar 29,27 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana

NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku

bunga yang berlaku, maka usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak

dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan Abdul Djawad Farm rentan

terhadap peningkatan harga DOC cateris paribus lebih dari 19,50 persen (modal

sendiri) dan lebih dari 13,04 persen (modal pinjaman), peningkatan harga pakan

cateris paribus lebih dari 7,00 persen (modal sendiri) dan lebih dari 4,68 persen

(modal pinjaman) serta penurunan harga jual ayam broiler cateris paribus lebih

dari 4,34 persen (modal sendiri) dan lebih dari 2,90 persen (modal pinjaman) akan

menyebabkan kerugian.

Sulaiman (2010) dalam Analisis Kelayakan Pengusaha Ikan Kerapu

Macan di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, menggunakan metode NPV,

IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 3 skenario penelitian dengan

tingkat suku bunga 6,5 persen dan umur proyek 5 tahun. Skenario 1 (pendederan)

adalah benih ikan kerapu macan yang berukuran 13-15 cm dari benih yang

21

berukuran 3-5 cm dengan harga jual Rp 13.300,00/ekor, NPV sebesar Rp

1.395.344,00, IRR 94 persen, Net B/C 1,06, dan PBP 5 tahun, berdasarkan kriteria

kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga

yang berlaku, Net B/C lebih dari satu, usaha tersebut layak secara finansial dan

non-finansial. Skenario 2 (pembesaran) produk yang dihasilkan adalah ikan

kerapu macan ukuran 0,5 kg (ukuran konsumsi) dari benih yang berukuran 3-5 cm

dengan harga jual Rp 110.000,00/kg berdasarkan harga yang berlaku pada saat

penelitian, NPV sebesar Rp 11.755.487,00, IRR 54 persen, Net B/C 1,58 dan PBP

3,17, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar

dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C lebih dari satu usaha tersebut layak

secara finansial dan non-finansial. Skenario 3 adalah pendederan dan pembesaran

ikan kerapu macan, NPV sebesar Rp 17.012.251,00, IRR 72 persen, Net B/C 2,02

dan PBP 2,48, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR

lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, usaha tersebut layak secara

finansial dan non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap

penurunan harga jual di bawah 21,08 persen, kenaikan harga bibit di atas 32,44

persen dan penurunan SR di bawah 31,61 persen. Hasil analisis sensitivitas

skenario 2 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 3,43 persen, kenaikan

harga bibit di atas 50 persen, dan penurunan SR di bawah 3,5 persen. Hasil

analisis sensitivitas skenario 3 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah

4,96 persen, kenaikan harga bibit di atas 38,28 persen dan penurunan SR 4,09

persen.

Zulfah (2010) dalam Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok

Tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang menggunakan metode NPV,

IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 2 skenario umur proyek 10

tahun. Skenario 1 tanpa penambahan kapasitas produksi 25 ton/bulan, modal

menggunakan modal sendiri ditambah bantuan pemerintah Rp 32.000.000,00,

suku bunga deposito 7 persen, NPV Rp 156.197.316,00, IRR 65 persen, PBP 2,7,

Berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan non-

finansial. Skenario 2 dengan kondisi usaha peningkatan kapasitas produksi

menjadi dua kali lipat dari 25 ton menjadi 50 ton/bulan dan penambahan luas

22

bangunan pengomposan dan alat produksi, modal pinjaman dengan suku bunga

kredit 16 persen, NPV Rp 164.690.803,00, Net B/C 4,09, IRR 68 persen PBP

3,18, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar

dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan

non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap kenaikan harga

biaya bahan baku/tahun di atas 4,41 persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 19,2

persen dan penurunan harga jual di bawah 14,4 persen. Hasil analisis sensitivitas

skenario 2 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan baku/tahun di atas 4,16

persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 17,85 persen dan penurunan harga jual

di bawah 11,25 persen.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis kelayakan dilakukan pada

usaha peternakan ayam broiler yang melakukan kerjasama kemitraan pola inti

plasma yang memberlakukan harga tetap kontrak. Penelitian dilakukan pada usaha

yang sedang berjalan untuk memproyeksi kelayakan usaha lima tahun ke depan

sejak tahun 2009 untuk mengetahui apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan

layak untuk dilanjutkan. Laba rugi dan cashflow diproyeksikan menggunakan

harga DOC dan pakan yang meningkat pada tiap tahunnya masing-masing 4,3

persen dan 2 persen, persentase kenaikan berdasarkan data keuangan usaha pada

tahun 2009. Analisis sensitivitas switching value menggunakan variabel kenaikan

harga DOC dan pakan dan penurunan harga jual ayam.

23

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan

dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber daya

untuk mendapatkan benefit. Proyek juga berarti kegiatan usaha yang rumit karena

menggunakan sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau

manfaat. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah

siklus proyek yang terdiri dari identifikasi, persiapan, dan analisis penilaian,

pelaksanaan dan evaluasi (Gittingger, 1986). Evaluasi proyek sangat penting,

evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), studi kelayakan proyek adalah

penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan

dengan berhasil. Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat

menunjukkan apakah suatu proyek pembangunan yang direncanakan atau yang

sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan

hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang

diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut.

Tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang

dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan

sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak

menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada

sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan

menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon

proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek

(Gray, et. al,. 1999).

3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat

Menurut Gittingger (1986), tujuan analisis dalam suatu proyek harus

disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah suatu yang

mengurangi tujuan. Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis proyek

24

adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara

lain seperti biaya operasional dan biaya investasi.

Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal

kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan biaya operasional

adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun pada umur proyek. Biaya

operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi

yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu,

penyusutan pajak dan sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan

cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-

biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya.

Menurut Nurmalina et al. (2009), manfaat proyek dapat dibagi menjadi

dalam tiga bagian yaitu : Tangible benefit, indirect benefit, dan intangible benefit.

Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur, misalnya disebabkan oleh

adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan

lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan

biaya transportasi dan penurunan atau menghindari kerugian. Indirect benefit

adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri, sehingga mempengaruhi

keadaan eksternal di luar bisnis. Intangible benefit adalah manfaat yang riil yang

ada tetapi sulit diukur, seperti bisnis pertamanan dimana manfaat keindahan

kenyamanan dan kesegaran, kesehatan serta pendidikan.

3.1.3. Laba Rugi

Menurut Nurmalina et al. (2009), laporan laba rugi berisi tentang total

penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu usaha

dalam satu tahun produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan

dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi

merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan dalam suatu bisnis, meliputi :

a) Penerimaan dari penjualan produk dan jasa.

b) Beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual.

c) Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa

pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administratif dan

operasional.

25

d) Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang

dibayarkan bank, penyusutan dan lainnya.

Adapun laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran

kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, untuk menghitung berapa penjualan

minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai

produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even

point), dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cash flow.

3.1.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan

Studi kelayakan atas suatu proyek harus dilakukan untuk semua aspek

yang terkait sehingga penilaian kelayakan terhadap suatu proyek tidak hanya

berdasarkan kelayakan finansial saja. Untuk melakukan studi kelayakan perlu

memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana

keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Haming dan

Basalamah (2010), mengklasifikasikan aspek-aspek tersebut menjadi enam aspek

yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek manajemen

dan organisasi, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek finansial.

Menurut Gittinger (1986), aspek pasar, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek

finansial.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek-aspek studi kelayakan

proyek terdiri aspek pasar, aspek teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara.

Namun tergantung pada besar dan kecilnya dana yang tertanam dalam investasi

tersebut, maka juga terkadang ditambah dengan studi dampak sosial.

1) Aspek pasar dan pemasaran

Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mencoba

mempelajari tentang :

a) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis

konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang

proyeksi permintaan tersebut.

b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal

dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana

perkembanganya di masa yang akan datang.

26

c) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi

dalam negeri lainnya.

d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan

dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus

kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan

dibuat.

e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang

biasa dikuasai perusahaan.

2) Aspek teknis dan produksi

Analisis secara teknis dan produksi berhubungan dengan penyediaan

input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986).

Input dari usaha peternakan ayam broiler adalah pakan, bibit, obat-obatan,

vaksin dan vitamin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya. Bagaimana

strategi dalam mendapatkan bahan baku di atas dalam hal kualitas dan

kuantitas, dan juga manajemen produksinya agar penggunaan input-input

tersebut menghasilkan output yang berkualitas dengan tingkat kuantitas

maksimal. Output dari usaha ini adalah ayam broiler dan kotoran ayam,

bagaimana peternak dapat menghasilkan produk yang berkualitas yaitu ayam

yang bebas penyakit, bersih dan higienis, segar, dan memiliki bobot yang

sesuai dengan keinginan konsumen. Analisis secara teknis juga dapat

mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi

yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal

pelaksanaan.

3) Aspek manajemen dan organisasi

Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen dan organisasi

mempelajari tentang manajemen dan organisasi dalam masa pembangunan

bisnis dan manajemen dan organisasi dalam masa operasi. Manajemen dan

organisasi dalam masa pembangunan bisnis, terkait dengan siapa pelaksana

bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan

studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dan organisasi

dalam masa operasi, terkait bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha

bisnis yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi

27

masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan

dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.

Kadariah et al. (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya

dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak

mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi

pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang

direncanakan.

4) Aspek hukum

Studi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang

berkaitan dengan msalah ligitasi, kesepakatan-kesepakatan; hubungan

industrial; perizinan; status perusahaan; desain mengenai hak dan kewajiban

pendiri; pemegang saham, tim manajemen dan karyawan (Haming, 2010).

5) Aspek ekonomi dan sosial

Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang

disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan

pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Gittinger (1986),

menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus difikirkan secara

cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap

(responsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Sebab tidak ada proyek yang

akan bertahan lama bila tidak tanggap terhadap sosial. Aspek sosial juga

dapat berkenaan dengan kontribusi bisnis terhadap manfaat ekonomi seperti

penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

6) Aspek finansial

Aspek finansial berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial bisnis

terhadap petani sebagai pelaku dalam bisnis tersebut. Husnan dan Suwasono

(2000), menyebutkan bahwa analisis terhadap aspek finansial dilakukan untuk

melihat apakah proyek tersebut mampu memenuhi kewajiban finansial ke

dalam dan keluar perusahaan serta dapat mendatangkan keuntungan yang

layak bagi perusahaan atau pemiliknya. Aspek finansial ditentukan berapa

jumlah dana modal tetap dan modal awal kerja yang dibutuhkan, struktur

28

permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratan, serta

kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial.

Husnan dan Suwarsono (2000), pada umumnya ada lima metode yang

biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi, metode

tersebut yaitu metode avarage rate of return, payback period, internal rate

return, net benefit and cost ratio, dan profitability indeks. Selain itu Gittinger

(1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak

akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost

ratio, dan internal rate of return.

a) Net Present Value (NPV)

Net present value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi

dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dari masa yang

akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), net

present value adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan

oleh penanaman investasi, untuk menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat

bunga yang relevan.

Terdapat tiga penilaian investasi dalam metode NPV, yaitu jika NPV

lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika NPV

kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini

dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang

dikeluarkan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek dapat dilaksanakan

tetapi dengan konsekuensi hanya dapat memberikan manfaat atau keuntungan

yang cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

b) Net benefit and cost ratio (Net B/C)

Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat

dibagi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Net B/C ratio

didefinisikan sebagai angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai

pembilang dengan jumlah NPV negatif sebagai penyebut. Nilai Net B/C

menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya

sebesar satu rupiah (Husnan dan Suwarsono, 2000). Untuk menggunakan

metode Net B/C ratio perlu menentukan tingkat bunga yang dipergunakan.

Nilai Net B/C ratio mengandung dua arti penting, yaitu :

29

i) Net B/C > 1, maka proyek layak atau menguntungkan.

ii) Net B/C = 1, maka proyek layak tetapi proyek tidak memberikan

keuntungan.

iii) Net B/C < 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan.

c) Internal rate of return (IRR)

Perhitungan internal rate of return (tingkat pengembalian internal)

adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk

sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk

biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang

modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui

persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan

kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Suatu investasi

dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang

berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak

layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan.

d) Payback period (PP)

Menurut Gittinger (1986), payback period adalah jangka waktu

kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan, dan

dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto

produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal

yang ditanamkan.

e) Analisis switching value

Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value.

Menurut Gittinger (1986), analisis switching value adalah suatu analisis untuk

dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang

berubah-ubah. Pendekatan switching value (nilai pengganti), dimana analisis

ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek

masih bisa dilaksanakan dan masih bisa memberikan keuntungan normal.

Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya perubahan pada tingkat

produksi, harga jual output maupun kenaikan harga input. Analisis ini

dilakukan dengan teknik coba-coba terhadap perubahan terjadi, sehingga

30

dapat diketahui tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang boleh

terjadi pada usaha peternakan ayam broiler agar memperoleh keuntungan.

Pengujian analisis switching value dilakukan sampai mencapai tingkat

maksimum, dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa

besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang

menjadi nol (NPV=0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR

menjadi sama dengan tingkat suku bunga yang ditentukan (IRR=suku bunga)

dan Net B/C rasio menjadi sama dengan satu (Net B/C = 1).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha peternakan ayam broiler mandiri skala kecil memilih untuk

bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dengan harapan bisa mengatasi

masalah persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan penurunan harga

jual ayam, agar terhindar dari kerugian bahkan kebangkrutan. Dengan

bekerjasama dengan perusahaan kemitraan peternak tidak perlu memikirkan

bagaimana pemasaran produk dan penurunan harga jual ayam.

Namun, sebagai plasma dari sebuah perusahaan kemitraan pun, peternak

tetap menghadapi beberapa tantangan dalam mempertahankan usahanya. Peternak

plasma menghadapi harga jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti

sehingga penerimaan tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan

cenderung meningkat. Hal tersebut seringkali menyebabkan peternak plasma

memperoleh keuntungan tetap bahkan berkurang dari periode sebelumnya,

walaupun harga jual di pasar meningkat.

Usaha peternakan ayam brolier Agus Suhendar merupakan peternakan

ayam broiler skala kecil yang memilih bergabung dengan usaha kemitraan inti

plasma untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, peternakan Agus

Suhendar bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sejak tahun 2005

hingga sekarang. Sebagai plasma, peternakan Agus Suhendar menghadapi harga

jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti sehingga penerimaan

tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan cenderung meningkat.

Untuk itu dibutuhkan analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola inti

plasma untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai dalam usaha

31

peternakan ayam broiler, apakah usaha peternakan ayam broiler layak dijalankan

berdasarkan arus penerimaan dan biaya.

Kerangka pemikiran operasional digambarkan pada Gambar 1. Analisis

kelayakan usaha peternakan ayam Agus Suhendar dilakukan berdasarkan aspek-

aspek studi kelayakan, baik non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran,

aspek teknik dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, serta

aspek ekonomi dan sosial maupun finansialnya dengan menggunakan perhitungan

NPV, Net B/C, IRR, Payback period, dan Switching value untuk menilai apakah

usaha peternakan layak dan melanjutkan kerjasama dengan CV. TMF atau

melakukan evaluasi. Analisis sensitivitas menggunakan pendekatan Switching

value untuk melihat kelayakan usaha ayam broiler dalam menghadapi kenaikan

harga DOC dan harga pakan serta penurunan harga jual. Apabila hasil analisis

menunjukkan hasil usaha sesuai dengan kriteria kelayakan, maka usaha tersebut

layak, dan tetap bekerjasama dengan CV. TMF.

32

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Kemitraan

Peternakan Agus Suhendar Mengalami Penurunan Pendapatan

Akibat Penerimaan Tetap Harus Menutupi Biaya Meningkat

Kerjasama Dilanjutkan Evaluasi Kemitraan

Usaha Peternakan Ayam Broiler:

- Persaingan pemasaran produk

- Kenaikan harga input

- Penurunan harga jual ayam

Kemitraan Peternakan Agus

Suhendar dengan CV. Tunas Mekar

Farm

- Harga Sapronak Meningkat

- Harga jual ayam tetap

Analisis Kelayakan Usaha

Analaisis Kelayakan Non Finansial

- Aspek pasar dan pemasaran

- Aspek teknik dan produksi

- Aspek hukum

- Aspek manajemen dan organisasi

- Aspek ekonomi dan sosial

Analisis Kelayakan Finansial

- NPV - Net B/C - IRR - Payback period

- Switching value

Layak Tidak layak

33

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa

Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF).

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

berdasarkan data CV. Tunas Mekar Farm, peternakan Agus Suhendar adalah

plasma yang mengalami permasalahan penurunan pendapatan akibat penerimaan

tetap karena harga kontrak tetap tetapi harus menutupi biaya meningkat karena

harga sapronak yang meningkat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari

2011 hingga Maret 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan manajer CV.Tunas

Mekar Farm, pemilik peternakan Agus Suhendar, dan karyawan peternakan dan

pengamatan. Data Primer yang diperlukan antara lain penerimaan dan biaya yang

dibutuhkan untuk mendukung pene