Author
hoangdan
View
220
Download
0
Embed Size (px)
ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM
DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TANGGAL 18-19 NOVEMBER 2017
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA
STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT-NTB
NOVEMBER 2017
ANALISIS KLIMATOLOGIS KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR 18-19 NOVEMBER 2017
Oleh : Afriyas Ulfah, SST dan Restu P.Megantara, SST
I. PENDAHULUAN
Curah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada pertengahan bulan November
2017 di wilayah Lombok Timur bagian selatan menyebabkan terjadinya bencana banjir akibat
Bendungan Pandandure di Kecamatan Sakra, Lombok Timur over kapasitas. Curah hujan
dengan intensitas tinggi menyebabkan 5 anak sungai yang mengisi Bendungan Pandandure
meluap. Kejadian banjir ini merupakan yang pertama kali terjadi terjadi di wilayah Kabupaten
Lombok Timur bagian selatan. Data curah hujan juga menunjukkan adanya curah hujan ekstrem
yang tercatat di Pos Keruak (wilayah terdampak banjir) sebesar 168 mm/hari. Hujan ekstrem ini juga
merupakan yang pertama kalinya terjadi, karena normalnya wilayah Lombok Timur bagian selatan
ini merupakan daerah yang kering, bahkan di musim hujan sekalipun.
Seperti dilansir dari Press Release Kapolres Lombok Timur (AKBP M. Eka
Fathurrahman, SH, Sik) wilayah Kabupaten Lombok Timur yang terdampak banjir yaitu 6
desa di Kecamatan Keruak, dan 2 Desa di Kecamatan Jerowaru.
II. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER
A. Analisa Citra Satelit Awan
Dari pantauan citra satelit awan tanggal 18 - 19 November 2017 dapat dilihat
pertumbuhan awan mulai aktif pada saat siang hari. Awan konvektif aktif ditandai dengan
warna awan yang oranye, umumnya terbentuk di sekitar Jawa Timur, Bali dan NTB. Pada
tanggal 18 November 2017 awan konvektif masih aktif sampai jam 20.00 wita di tandai dengan
hujan dalam durasi yang cukup lama dan mulai berkurang intensitasnyadi atas jam 20.00 wita.
Hal serupa juga terjadi pada tanggal 19 November 2017, di mana awan konventif sudah
terbentuk dan aktif pada pukul 14.00 wita. Awan konvektif mulai meluruh atau menghilang
setelah jam 20.00 wita. Awan konvektif pada tanggal 19 November 2017 terlihat lebih
signifikan dibandingkan tanggal 18 November 2017, tetapi akumulasi curah hujan selama dua
hari tersebut cukup tinggi, dan dikategorikan dengan curah hujan lebat bahkan curah hujan
ekstrim.
(a) Jam 14.00 Wita (b) Jam 17.00 Wita (c) Jam 20.00 Wita Gambar 2.1 Citra Satelit Tanggal 18 November 2017
(a) Jam 14.00 Wita (b) Jam 17.00 Wita (c) Jam 20.00 Wita
Gambar 2.2 Citra Satelit Tanggal 19 November 2017
Sumber : http://www.bmkg.go.id)
B. Analisa Angin (Streamline) dan Tekanan Udara
Analisa angin pada tanggal 18 19 November 2017 terlihat adanya beberapa gangguang
angin seperti sirkulasi angin skala kecil (Eddy) di atas khatulistiwa, adanya palung tekanan
rendah yang tersebar di wialayah selatan Indonesia termasuk wilayah Nusa Tenggara Barat ,
adanya tekanan rendah yang berada di utara pulau Bali dan pulau Lombok, serta adanya siklon
tropis KIROGI di laut China Selatan. Banyaknya gangguan yang terjadi selama 2 hari yaitu
tanggal 18 19 November 2017, sangat mempengaruhi pola angin yang terjadi di atas
wilayah Indonesia salah satunya adalah wilayah NTB.
Adanya tekanan rendah di atas pulau Lombok menyebabkan ada belokan massa udara di
wilayah NTB. Hal inilah yang memicu pembentukan awan-awan hujan yang signifikan,
menimbulkan peluang hu jan lebat m e n i n g k a t akibat melambatnya massa udara yang
berada di atas wilayah NTB. Kondisi tersebut terbuti dengan meningkatnya curah hujan di
http://www.bmkg.go.id/
beberapa wilayah NTB pada tanggal 18 29 November 2017. Secara umum tekanan rendah
terjadi dalam skala harian, sampai dibuatnya laporan ini tekanan rendah masih aktif tetapi lokasi tekanan
rendah di atas pulau Lombok telah bergeser ke arah barat tepatnya di sekitar laut Jawa.
Gambar 2.3 Peta Analisis Angin Tanggal 18 November 2017 jam 08.00 Wita
Gambar 2.4 Peta Analisis Angin Tanggal 18 November 2017 jam 20.00 Wita
Gambar 2.5 Peta Analisis Angin Tanggal 19 November 2017 jam 08.00 Wita
Gambar 2.6 Peta Analisis Angin Tanggal 19 November 2017 jam 20.00 Wita
(Sumber : http://www.bom.gov.au/australia/charts/archive/index.shtml)
C. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Gambar 2.7 Peta OLR Climatology (kiri) dan OLR Tanggal 14-18 November 2017
http://www.bom.gov.au/australia/charts/archive/index.shtml
Nilai r a t a - r a t a OLR ( G a m b a r 2 . 7 ) dari tanggal pada tanggal 14 18 November
2017 di wilayah NTB pada umumnya menunjukkan nilai rendah jika dibandingkan dengan
klimatologinya. Nilai OLR yang rendah menunjukkan bahwa tutupan awan di wilayah
tersebut sangat signifikan (banyak dan tebal) hal ini dapat mengindikasikan banyaknya
pertumbuhan awan konvektif di wilayah NTB. Nilai OLR yang tergambar pada peta
yaitu berkisar antara 190 - 210 W/m2 cukup rendah dibandingkan dengan klimatologinya
yaitu berkisar 220 - 240 W/m2 . Anomali OLR yang ditunjukkan pada Gambar 2.12 cukup
besar berkisar antara -30 s/d -40 W/m, yang artinya nilai OLR ini menunjukkan pertumbuhan
awan- awan konvektif yang cukup dominan diwilayah NTB pada tanggal tanggal 14 18
November 2017.
D. Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature)
Gambar 2.8 Peta Anomali SST Indonesia 14-18 November 2017
Anomali rata-rata SST selama tanggal 14 18 November 2017 menunjukkan di wilayah
Nusa Tenggara Barat pada umumnya lebih hangat. Nilai anomali SST berkisar antara 0.2 C
s/d 0.4C. Nilai anomali positif menandakan suhu muka laut di sekitar NTB cukup hangat.
Lautan yang hangat tersebut mensuplai uap air yang cukup dan terbawa oleh an gin
timuran yang melambat ke wilayah Barat salah satunya NTB. Hal ini lah yang menjadi potensi
pertumbuhan awan-awan konvektif di wilayah NTB.
E. Kelembaban Relatif (%)
Gambar 2.9 Peta Climatology RH (kiri), Rata-rata RH (kanan) dan Rata-rata RH secara vertikal (bawah) Lapisan 850mb
wilayah Indonesia 14-18 November 2017
Nilai kelembaban relative ( G a m b a r 2 . 9 ) selama tanggal 14 18 November 2017
menunjukkan di wilayah Nusa Tenggara Barat pada umumnya lebih basah dibandingkan
klimatologisnya (berdasarkan data tahun 1981 2010). Nilai kelembaban relative mencapai 75
% s/d 85%, sedangkan nilai klimatologisnya hanya berkisar 50% s/d 65%. Terdapat selisih atau
anomali positif sebesar 60 s/d 65%, anomali positif menandakan udara basah dengan
kandungan uap air signifikan terjadi di wilayah NTB. Banyaknya uap air yang ada di atas wilayah
NTB menyebabkan peluang terbentuknya awan konvektif cukup tinggi.
Rata-rata kelembaban relative (Gambar 2.9 bagian bawah) selama tanggal 14 18
November 2017 secara vertikal pada 8LS - 9LS, wilayah NTB terletak di bujur 115 BT - 120
BT (pada kotak merah) menunjukkan nilai kelembaban relative sebesar 75%-90% hingga
ketinggian 400 mb. Secara vertikal udara basah terkumpul hinggal lapisan 400 mb
menyebabkan peluang terbentuknya awan-awan penghasil hujan lebat di wilayah Nusa
Tenggara Barat.
III. ANALISIS CURAH HUJAN
A. Intensitas Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan dari pos hujan kerjasama BMKG dan UPT
BMKG di wiilayah NTB yang terkena dampak banjir terlihat bahwa curah hujan
dengan intensitas yang cukup tinggi terjadi pada tanggal 1 6 , 18 , dan 19 November
2017. Beberapa pos hujan kerjasama di Kab. Lombok Barat mencatat nilai curah
hujan lebat dan hujan ekstrim, dimana kriteria curah hujan lebat adalah terukurnya
curah hujan 50 100 mm dalam 24 jam (1 hari), sedangkan ekstrim adalah terukurnya
curah hujan >100 mm dalam 24 jam (1 hari). Berikut adalah data curah hujan harian
dari tanggal 16 20 November (Pentad ke-65) dari 17 Pos Hujan yang tersebar di
wilayah Kab. Lombok Timur.
Tabel 1. Data Curah Hujan Wilayah Terdampak Banjir Tanggal 16 s/d 20 November 2017 (dalam mm)
(Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat - NTB)
Data curah hujan tersebut diukur pada pukul 08.00 Waktu Setempat (WS). Berdasarkan
data yang terkumpul dapat dilihat bahwa di wilayah Kab. Lombok Timur yang mengalami
curah hujan ekstrim adalah di Kecamatan Keruak dan Kecamatan Terara dengan curah
hujan > 100 mm dalam 24 jam. Sedangkan untuk wilayah lain yang terdampak banjir
yaitu Kecamatan Sakra Barat mengalami curah hujan Lebat 50 100 mm dalam 24
NO Kab/Kota POS HUJAN Tanggal 16 Tanggal 17 Tanggal 18 Tanggal 19 Tanggal 20
1 Aikmel 39 3 24 9 13
2 Jerowaru 36 - 38 46 0
3 Wanasaba 22 - 28 9 9
4 Keruak 80 20 85 168 0
5 Kokok Putih Sembalun - - - - -
6 Kotaraja 9 - 13 39 30
7 Labuhan Haji 4 7 2 10 -
8 Lenek Duren 14 0 19 80 45
9 Masbagik - - - - -
10 Sikur 17 - 66 - 17
11 Pringgasela 13 0 39 8 48
12 Rarang Selatan 25 4 - 44 45
13 Sakra Barat 69 - 79 98 -
14 Sembalun - 5 9 34 22
15 Sukamulia 47 - 68 25 15
16 Swela 85 5 10 0 11
17 Terara 8 2 112 9 10
Kab.Lombok Timur
https://www.esrl.noaa.gov/)
jam selama 2 hari berturut-turut yaitu tanggal 18 dan 19 November 2017. Curah
hujan tertinggi pada Pentad ke - 65 terjadi di Kecamatan Keruak (wilayah terdampak
banjir ) yaitu sebesar 168 mm dalam 24 jam. Peta distribusi curah hujan pada tanggal
16 20 November 2017 di Nusa Tenggara Barat (lingkaran merah merupakan wilayah
terdampak banjir) dilihat sebagai berikut :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 2.17 (a) s/d (e) Peta Distribusi Curah Hujan Provinsi Nusa Tenggara Barat tanggal 16 20 November 2017
Berdasarkan peta distribusi curah hujan (Gambar 2.17 a s/d e) yang terjadi pada tanggal 16
20 November 2017, curah hujan ekstrim terjadi secara signifikan terjadi pada tanggal 19
November 2017. Pada tanggal 16 dan 18 November 2017 juga terjadi hujan dengan kategori
lebat (51 100 mm/hari). Akumulasi curah hujan tinggi pada tanggal 16, 18, dan 19 November
ini dapat memicu terjadinya banjir.
B. Intensitas Curah Hujan Pentad
Gambar 2.18 Grafik Persentil 95% Curah Hujan Pentad di
wilayah Kabupaten Lombok Timur
Pada gambar grafik di atas (Gambar 2.18) dapat terlihat bagaimana curah hujan yang
terjadi pada pentad ke-65 jika dibandingkan dengan rata-rata dan persentil 95% untuk
menunjukkan bahwa hujan yang terjadi merupakan kondisi ekstrim di wilayah Kabupaten
Lombok Timur. Pada pentad ke-65 tahun 2017, di beberapa wilayah Kabupaten Lombok
Timur mengalami curah hujan di atas rata-rata dan juga mengalami curah hujan ekstrim
karena berada di atas grafik persentil 95 seperti di wilayah Jerowaru, Keruak, Lenek Duren,
Rarang Selatan, Sakra Barat, Sukamulia, dan Terara.
C. Intensitas Curah Hujan Dasarian Dan Bulanan
Gambar 2.19 Grafik Persentil 95% Curah
Hujan Dasarian di wilayah Kabupaten Lombok
Timur
Pada gambar grafik dasarian (Gambar 2.19) dapat terlihat bagaimana curah hujan
yang terjadi pada Dasarian II November jika dibandingkan dengan rata-rata dan persentil
95% untuk menunjukkan bahwa hujan yang terjadi merupakan kondisi ekstrim. Pada
Dasarian II November tahun 2017, di wilayah Kabupaten Lombok Timur semua pos hujan
mengalami curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya. Jika
dibandingkan dengan persentil 95% terdapat 9 pos yang melewati batas ekstrim persentil
95 yaitu pos hujan Aikmel, Jerowaru, Wanasaba, Keruak, Lenek Duren, Sakra Barat,
Sukamulia, dan Terara.
D. Anomali Curah Hujan Pentad Dan Dasarian
Gambar 2.20 Grafik Anomali Curah Hujan Pentad
65 di Wilayah Kabupaten Lombok Timur
Gambar 2.21 Grafik Anomali Curah Hujan Dasarian
II November di Wilayah Kabupaten Lombok Timur
Anomali curah hujan pentad didapatkan dengan cara membandingkan antara nilai
curah hujan pada pentad tersebut dengan data curah hujan rata-rata pada pentad masing-
masing pos hujan. Pada gambar grafik anomali curah hujan pentad (Gambar 2.20) dapat
terlihat anomali curah hujan yang terjadi pada pentad ke-65 di wilayah Kabupaten Lombok
Timur semua pos hujan memiliki nilai anomali positif kecuali pada pos hujan Masbagik
dengan anomaly tertinggi tercatat di pos hujan Keruak (lokasi terdampak banjir) dengan
anomali curah hujan mencapai 244 mm/5 hari). Hal ini memberikan arti bahwa curah hujan
pada pentad tersebut sangat ekstrem berada di atas rata-ratanya. Anomali curah hujan
dasarian didapatkan dengan cara membandingkan antara nilai curah hujan pada dasarian
tersebut dengan data curah hujan rata - rata pada dasarian masing-masing pos hujan.
Berdasarkan grafik anomali dasarian (Gambar 2.21) di wilayah Kabupaten Lombok Timur
semuanya mengalami anomali yang bernilai postif atau terdapat peningkatan curah hujan
jika dibandingkan dengan rata-ratanya. Anomali curah hujan positif tertinggi pada pos
hujan Keruak (lokasi terdampak banjir) sebesar +397 mm/dasarian.
Jika dilihat dari anomali pentad dan dasarian penyumbang anomali positif
terbesar terjadi pada tanggal 18-19 November 2017, yang kemudian terakumulasi pada
pentad ke-65 dan dasarian II November 2017 sehingga mengalami anomali curah hujan
yang juga cukup signifikan.
E. Historis Curah Hujan Ekstrem Di Pos Jerowaru, Keruak, dan Sakra Barat Tabel 2. Data Historis Curah Hujan Ekstrem Pos Jerowaru
Rank Data Tanggal
1 95 13 - 05 - 2012
2 78 1 - 02 - 2017
3 75 17 - 04 - 2009
4 74 10 - 12 - 2010
5 71 9 - 04 - 2010
6 70 11 - 01 - 2009
7 69
20 - 09 - 2016
11 - 02 - 2009
22 - 08 - 2010
14 - 12 - 2016
15 - 03 - 2015
8 67 11 - 04 - 2011
25 - 04 - 2015
9 66 1 - 05 - 2014
19 - 12 - 2015
10 65 18 - 04 - 2014
Dari data historis curah hujan pada Pos Jerowaru terlihat hingga saat ini wilayah
Jerowaru belum pernah mengalami curah hujan ekstrem (> 100 mm/hari), curah hujan pada
tanggal 19 November yang lalu pun hanya 46 mm, bukan curah hujan harian tertinggi yang
pernah terjadi di wilayah Jerowaru.
Tabel 3. Data Historis Curah Hujan Ekstrem Pos Keruak
Dari data historis curah hujan pada Pos Keruak terlihat bahwa sebelum kejadian
banjir ini, wilayah Keruak belum pernah mengalami curah hujan ekstrem (> 100 mm/hari),
curah hujan pada tanggal 19 dan 18 November yang lalu pun langsung menjadi urutan
pertama dan kedua hujan harian tertinggi yang pernah terjadi di wilayah Keruak. Hujan
ektrem pada tanggal 19 November yang lalu ini juga merupakan hujan ektrem yang pertama
kali terjadi di wilayah Keruak.
Rank Data Tanggal
1 168 19 - 11 - 2017
2 80 18 - 11 - 2017
3 69 1 - 02 - 2017
4 65 15 - 03 - 2017
5 55 9 - 04 - 2017
6 50
24 - 01 - 2017
5 - 04 - 2017
8 - 07 - 2017
7 49 14 - 11 - 2016
8 45 3 - 10 - 2016
9 43 10 - 02 - 2017
10 40 12 - 02 - 2017
2 - 02 - 2017
Tabel 4. Data Historis Curah Hujan Ekstrem Pos Sakra Barat
Dari data historis curah hujan pada Pos Keruak terlihat bahwa sebelum kejadian
banjir ini, wilayah Sakra Barat belum pernah mengalami curah hujan ekstrem (> 100
mm/hari), curah hujan pada tanggal 19 November yang lalu pun langsung menjadi urutan
pertama hujan harian tertinggi yang pernah terjadi di wilayah Keruak. Hujan pada tanggal 18
November 2017 yang lalu ini juga menjadi urutan ke-lima curah hujan harain tertinggi yang
pernah terjadi di wilayah Sakra Barat.
III. KESIMPULAN.
Berdasarkan analisis cuaca skala regional, SST di wilayah perairan Indonesia relatif
cukup hangat termasuk di perairan sekitar Pulau Lombok. SST yang cukup hangat
meningkatkan potensi terjadinya penguapan yang memasok uap air untuk terbentuknya
awan-awan hujan.
Berdasarkan pola angin terlihat daerah pertemuan angin di selat Makassar hingga
Laut Jawa dan bagian utara Kalimantan. Gangguan pola tekanan rendah di sekitar wilayah
NTB menyebabkan terjadinya belokan angin di wilayah Lombok, mengakibatkan
berkumpulnya massa uap air yang mendukung pembentukan awan-awan konvektif yang
menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas lebat dan memicu hujan ekstrim terjadi
pada tanggal 18 November 2017 di wilayah Keruak, Jerowaru, Sakra Barat.
Rank Data Tanggal
1 98 19 - 11 - 2017
2 95 1 - 03 - 2016
3 93 1 - 02 - 2017
4 87 4 - 10 - 2016
5 79 20 - 12 - 2015
18 - 11 - 2017
6 76 16 - 03 - 2015
7 70 13 - 02 - 2017
8 67 8 - 07 - 2017
9 63 24 - 11 - 2016
10 54 16 - 03 - 2017
Curah hujan ekstrem yang tercatat pada tanggal 19 November 2017 terjadi di pos hujan
Keruak (168 mm), merupakan curah hujan harian tertinggi yang pernah untuk wilayah
Keruak. Bahkan curah hujan ekstrem ini merupakan yang pertama kali terjadi di wilayah
Keruak. Curah hujan dengan intensitas tinggi (51 100 mm) juga tercatat terjadi di tanggal
16 dan 18 November 2017. Akumulasi curah hujan dengan intensitas tinggi pada tanggal
16, 18, dan 19 November ini memicu terjadinya banjir di sekitar wilayah Keruak, Jerowaru,
Sakra Barat.
Demikian laporan analisis kejadian banjir ini kami buat berdasarkan data dinamika
atmosfer dan data curah hujan dari pos hujan di wilayah terdampak banjir.
Lombok Barat, November 2017 Pembuat Laporan
1. AFRIYAS ULFAH, SST : TTD
NIP. 199104232010122001 2. RESTU P. MEGANTARA, SST : TTD
NIP. 199011162009111001
Mengetahui : Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat NTB
W A K O D I M, SP : TTD NIP. 1960100219820310