Upload
lasro
View
244
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
good
Citation preview
APLIKASI PELAYANAN BK
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Marcelius Ginting (51231310)
Jefryanto Hutauruk (5123131020)
Donny Trisna (51231310)
Herbet Pangaribuan (51231310)
JURUSAN PEND. TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
BAB IPENDAHULUAN
A. Pengertian LayananLayanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agat mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan
pemahaman akan kelelahan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungan.
a.1 TujuanLayanan perencanaan bimbingan konseling bertujuan untuk membantu siswa
agar memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya. Mampu merumuskan
tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik
menyangkut aspek pribadi, social, belajar, maupun karir, dan dapat melakukan
kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
a.2 Pengidentifikasian Masalah SiswaSecara rinci wewenang penyelenggaraan tanggungjawab dan peran guru di
dalam program konseling adalah sebagai berikut :
a. Membantu secara aktif penyelengara bimbingan
b. Memberikan informasi tentang siswa mengenai bidangnya
c. Berpartisipasi dalam pertemuan kasus
d. Menilai kesukaran dan kemajuan siswa dalam bidangnya
e. Membantu memberikan informasi kepada siswa
f. Mengadakan hubungan dan konsultasi dengan orangtua
g. Mengumpulkan data siswa bersama pembimbing
h. Ikut serta dalam melakukan identifikasi, menyalurkan dan membina bakat, minat
dan kempuan siswa.
i. Menyerahkan data siswa degan masalahnya kepada pembimbing
j. Membantu mencari alternative pemecahan masalah
Dari peranan personil di atas dalam pelayanan program konseling, dapat disimpulkan
bahwa kerjasama guru dengan konselor sangat penting agar proses belajar mengajat
menjadi lebih lancer serta timbulnya masalah semakin berhasil diatasi karena sudah
memiliki solusinya.
1
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengalihtanganan Siswa BermasalahSesuai dengan azas konseling, seorang guru/konselor telah mengarahkan
segenap kempuannya untuk membantu siswa, tetapi itu belum juga mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, maka guru/konselor harus
mengalihtangankannya kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli. Masalah
pengalihtangan atau rujukan (referral), lebih banyak ditentukan oleh kesanggupan
atau kemampuan guru atau koselor untuk membantu mengatasi masalah siswanya.
Selama konselor mampu dan sanggup menggarapnya dengan sendirinya rujukan tak
perlu dilakukan. Masalah rujukan pada dasarnya merupakan masalah serah ahli
tanggungjawab dari seorang ahli kepada ahli lain atas nasib seseorang. Disinilah letak
etis dari peristiwa rujuk-metujuk. Oleh karena itu, sejauh mana tanggungjawab
diserahalihkannya siswa tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu : Apakah
penampungan dan penanggulangan masalah siswa diserahkan sepenuhnya kepada
ahli lain, apakah pihak lain hanya diminta memberikan data psikologis saja atau
apakah pihak pengirim hanya meminta saran-saran penyelesaian. Memberikan
rujukan dari seseorang pembimbing kepada pihak lain. Semua itu tidak mudah
menetapkan indikasi-indikasinya, karena hal itu banyak terkandung juga dari
kemampuan, wewenang, kesanggupan dan kesediaan menampung masalah. Meskipun
demikian dapat diajukan beberapa keadaan dimana seseorang pembimbing dapat
merujuk kepada ahli lain, antara lain :
1) Bila seorang konseling menunjukkan tindakan-tindakan yang membahayakan
orang lain, atau dirinya sendiri, misalkan dalam bentuk-bentuk tindakan agresif
2) Bila seseorang menunjukkan tingkah laku “aneh” atau dianggap “aneh” oleh
lingkungannya, baik dalam penampilan, perkataan atau tindakan.
3) Gangguan kejiwaan yang mengganggu berfungsinya organ-organ tubuh atau
sebaliknya.
4) Kecanduan obat atau narkoba.
5) Apatisme kebosanan yang intens
6) Masalah non edukasi yang berat, misalkan gangguan perasaan, masalah keluarga yang
berat
2
7) Prestasi belajar misalnya nilai rapor yang mendadak menurun
8) Adanya kelainan kepribadian yang menghambat perkembangan pribadi,
penyesuaian diri dan prestasi
9) Apabila pembimbing sendiri merasa sulir berkomunikasi dengan konselingnya
Mengingat bahwa dalam rujukan melibatkan segi etis maka perlu diperhatikan
tatakrama sebagai berikut :
a. Rujukan dilakukan atas sepengetahuan dan seizing konseling
b. Konselor harus menghormati dan menghargai secara professional ahli lain kepada
siapa ia merujuk. Misalnya, pendapat atau hasil rujukannya tidak boleh di depan
konseling
c. Tidak menyalahgunakan hasil rujukan
d. Menjaga kerahasiaan konseling
B. Peranan dan Kerjasama Personil Sekolah Dalam Pelayanan Bimbingan
Konseling di sekolah
b.1 Peranan Kepala sekolah/Wakil Kepala sekolahKeberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
hanya ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan dan
konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan
seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah sebagai administrator dan
supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap
kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program layanan
bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya yang
sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan
atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai
supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program
penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan
konseling. Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas Kepala
Sekolah ialah:
1) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan
pengajaran, pelatihan, serta bimbingan dan konseling di sekolah
3
2) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan dan konseling
3) Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling
di sekolah
4) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
5) Menetapkan koordinator guru bimbingan dan konseling yang bertanggungjawab
atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan
kesepakatan bersama guru bimbingan dan konseling
6) Membuat surat tugas guru bimbingan dan konseling dalam proses bimbingan
dan konseling pada setiap awal catur wulan
7) Menyiapkan surat pernyataan melakukan bimbingan dan konseling sebagai
bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan ini di
lampiri bukti fisik pelaksanaan tugas
8) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah kepada dinas pendidikan yang menjadi atasannya
10) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain (seperti Perusahaan/Industri, Dinas
polisian, Depag), atau para pakar yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling (seperti psikolog, dan dokter)
Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah
dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut :
Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah,
sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan
suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis. Menyediakan prasarana,
tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan
konseling yang efektif dan efisien. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
4
Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan
profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi. Menyediakan
fasilitas kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan
oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh
peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai :
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
2. Kepala sekolah sebagai manajer
3. Kepala sekolah sebagai administrator
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
8. Peran wakil kepala sekolah sebagai pembantu kepala sekolah, wakil kepala
sekolah membantu kepala sekolah melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah.
Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan peranan dan
tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah, sebagai berikut:
1. Memberikan support, dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan
dan konseling
2. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya
menurut keperluannya
3. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;
4. Mendelegasikan tanggung jawab kepada konselor dalam hal pengembangan
program bimbingan dan konseling
5
5. Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang
tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid
atau dalam bulletin-buletin bimbingan dan konseling
6. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling
membantu antara para konselor, guru dan pihak lain yang berkepentingan dengan
layanan bimbingan dan konseling
7. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan
dan konseling
8. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat
meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan
konseling yang efektif (dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari
bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk
hubungan antara staf dan suasana dalam kelas)
9. Memberikan penjelasan tentang program bimbingan dan konseling bagi seluruh
staf sekolah
10. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan
waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik klasikal,
kelompok maupun individual
11. Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan
para konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai
penegak disiplin.
Sementara itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992), mengemukakan
peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah sebagai berikut:
1. Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan dan
konseling
2. Memilih dan menentukan para konselor
6
3. Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan konseling,
misalnya para petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para petugas
penyelenggara testing, dan sebagainya
4. Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang
pekerjaan/jabatan
5. Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling
6. Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak mengganggu
jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari.
Dari uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai berikut:
1. Staff selection. Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang
cocok untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini mengadakan analisa
untuk mengetahui apakah diantara staf yang ada terdapat orang yang sanggup
melakukan tugas yang lebih spesialis.
2. Description of staff roles. Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan
membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah dapat
meminta bantuan kepada anggota staf yang lain.
3. Time and facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan
fasilitas untuk kepentingan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
4. Interpretation of program. Menginterpretasikan program bimbingan dan
konseling kepada murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat yang
membantu program bimbingan dan konseling.
Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah sebagi pembantu kepala sekolah, membantu kepala sekolah
dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah dalam hal:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada
semua personil sekolah
7
2. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah sekolah terutama dalam pelaksanaan
layanan bimbungan dan konseling
b.2 Peranan Guru Pembimbing
Konselor atau guru pembimbing adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua
kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. Konselor
dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah, bisa menghargai, dan memeriksa
keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu nantinya akan
berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang sekiranya bermasalah.
Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, sehingga guru-guru
dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi suksesnya program
bimbingan dan konseling.
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti, dan ahli, guru pembimbing bertugas:
1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Merencanakan program bimbingan dan konseling.
3. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling.
4. Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan konseling.
5. Menilai program dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan konseling.
6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.
7. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan yang dilaksanakan nya.
8. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan
konseling secara menyeluruh kepala coordinator BK serta Kepala Sekolah
Tugas guru pembimbing yaitu membantu peserta didik dalam:
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
8
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
b.3 Peranan Pelayanan BK
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun
secara administrasi.
Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara lain memantau,
menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling. Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan
pendidikan di sekolah, pengawas juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah tersebut.
Pengawas BK mempunyai peranan :
1. Mengkoordinasikan guru pembimbing dalam :
a. Memasyarakatkan pelayanan BK kepada segenap warga sekolah (siswa, guru,
dan personil sekolah lainnya), orang tua siswa dan masyarakat.
b. Menyusun program kegiatan BK (program satuan layanan dan kegiatan
pendukung, program mingguan, bulanan, caturwulan, dan tahunan).
c. Melaksanakan program BK
d. Mengadministrasikan program kegiatan BK
e. Menilai hasil pelaksanaan program BK
f. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan BK
9
g. Memberikan tindak lanjut terhadap analisis penilaian BK
2. Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi kepentingan
tenaga, prasarana, dan sarana alat dan perlengkapan pelayanan BK.
Adapun manfaatnya dalam program bimbingan dan konseling adalah:
a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu
bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.
b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para
personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang
ditemui.
d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah
pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan.
C. Konferensi KasusKonferensi kasus adalah pertemuan yang merencanakan untuk membahas
keadaan dan masalah seseorang atau beberapa orang. Tujuan utamanya ialah untuk
lebih mengenal dan memahami anak, agar anak dapat tertolong. Biasanya orang yang
menghadiri pertemuan diskusi ini adalah guru-guru, wali kelas, konseling, kepala
sekolah, dan ahli lain yang dianggap perlu. Kadang-kadang orangtua diundang jika
yang dibahas menuntut partisipasi dan kerjasama dari orangtua
Prosedur
1). Sebelum pertemuanTiap guru yang mengajar atau berhubungan dengan siswa itu memberi laporan
tentang tingkah laku, atau masalah siswa itu berdasarkan hasil observasi atau metode
pengumpulan data lain. Semua data ( kartu pribadi/kartu kumulatif ) tentang siswa
tersebut disiapkan oleh wali kelas/konselor atau orang yang berwewenang untuk itu.
dan itu sebaiknya meliputi data kesehatan, kemampuan, catatan anekdot, hasil belajar
dan lain sebagainya.
10
2). Pada Waktu PertemuanPertemuan khusus biasanya dipimpin oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam pertemuan kasus tersebut adalah :
a) Data-data tentang kasus dikemukakan kepada sidang oleh orang tertentu
b) Tiap peserta dapat menambahkan data dan keterangan
c) Membahas data-data dan pendapat-pendapat
d) Membuat kesimpulan
e) Membuat rekomendasi tentang langkah-langkah dalam menolong anak tersenut
3). Catatan Tentang Petemuan Kasus :a) Semua data yang dikemukakan akan dibahas dalam pertemuan kasus menjadi
rahasia anggota yang ikut pertemuan
b) Semua peserta diikut sertakan dalam membuat rencana untuk menolong siswa
tersebut
c) Sebaiknya semua data dicatat dan disimpan satu tempat bersams kartu-kartu lain
D. Kerja sama Guru dan Konselor Dalam Layanan BKTugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan
optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru,
konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja. Sementara itu, masing-
masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi
diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan
antara konselor dengan guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan
(referal) Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya.Demikian pula, masalah-
masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses pembelajaran
bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.
Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber
dari proses pembelajaran itu sendiri.
11
Hal ini berarti dalam pengembangan dan proses pembelajaran fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru. Sebaliknya, fungsi-fungsi
pembelajaranbidang studi perlu mendapat perhatian konselor. Selengkapnya,
keunikan dan keterkaitan pelayanan pembelajaran oleh guru dan pelayanan bimbingan
dan konseling oleh konselor dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Dimensi Guru Konselor
1. Wilayah GerakKhususnya Sistem Pendidikan Formal
Khususnya Sistem Pendidikan Formal
2. Tujuan UmumPencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
3. Konteks TugasPembelajaran yang mendidik melalui mata pelajaran dengan skenario guru-murid
Pelayanan yang memandirikan dengan skenario konseli-konselor
3.1 Fokus KegiatanPengembangan kemampuan penguasaan bidang studi dan masalah-masalahnya
Pengembangan potensi diri bidang pribadi, sosial, belajar, karier, dan masalah-masalahnya
3.2 Hubungan Kerja Alih tangan (referal) Alih tangan (referal)4. Target Intervensi4.1 Individual Minim Utama4.2 Kelompok Pilihan Strategis Pilihan Strategis5.2 Klasikal Utama Minim5. Ekspektasi Kinerja
5.1 Ukuran Keberhasilan
Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan Lebih Bersifat Kuantitaif
Kemandirian dalam kehidupanLebih bersifat kualitatif yang unsur-unsurnya saling terkait
5.2 Pendekatan Umum
Pemanfaatan Instructional Effects & Nurturant Effects melalui pembelajaran yang mendidik
Pengenalan diri dan lingkungan oleh konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi, sosial, belajar dan karier. Skenario tindakan merupakan hasil transaksi yang merupakan keputusan konseli
5.3 Perencanaan tindak intervensi
Kebutuhan belajar ditetapkan terlebih dahulu untuk ditawarkan kepada peserta didik
Kebutuhan pengembangan diri ditetapkan dalam proses transaksional oleh konseli, difasilitasi oleh konselor
5.4 Pelaksanaan tindak intervensi
Penyesuaian proses berdasarkan respons ideosinkretik peserta didik yang lebih terstruktur
Penyesuaian proses berdasarkan respons ideosinkretik konseli dalam transaksi makna yang lebih lentur dan terbuka
12
BAB IIIPENUTUP
A.1 KesimpulanPelayanan konseling berada di dalam keseluruhan pelayanaan bagi perkembangan
dan kebahagiaan hidup kemanusiaan. Dengan berbagai potensi, kebutuhan dan
kondisi diri, setiap individu dikehendaki untuk berkembang secara optimal,
menjalani dan mencapai taraf kehidupan yang bermatabat serta membahagiakan.
Untuk terwujudkan hal-hal yang dimaksudkan itu diperlukan berbagai pelayanaan.
Secara khusus, pelayanan konseling berpuncak pada pelayanaan teraputik.
Meskipun demikian, pelayanan konseling juga berperan dalam pelayanan
prakonseling, bahkan dalam pelayanan dasar. Untuk ini diperlukan pendekatan dan
teknik-teknik pelayanaan yang benar-benar professional guna menjamin suksesnya
pengentasan masalah (dalam pelayanan teraputik), serta mencegah timbul dan
berkembangnya masalah pada tingkat dasar dan prokonseling.
A.2 Kritik dan saranSalam Hormat penulis kepada setiap pembaca makalah ini..
13
Daftar Pustaka
Muhammad, Arni. 2005. Profesi Kependidikan. Padang: UNP PressMugiarso, Heru.2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes PressPrayitno dan Erman amu. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rhineka Ciptahttp://umarkoto.blogspot.com/2013/10/peranan-dan-kerjasama-personil-sekolah.htmlhttp://konselorbugis.blogspot.com/2013/10/peran-dan-tanggung-jawab-masing-masing.htmlWau, Yasaratodo,. 2015. Profesi kependidikan, Medan: Unimed Press
14
Daftar IsiBAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................................
A. Pengertian Layanan.......................................................................................................................1
a.1 Tujuan............................................................................................................................................1
a.2 Pengidentifikasian Masalah Siswa..................................................................................................1
BAB II 3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................
A. Pengalihtanganan Siswa Bermasalah.......................................................................................2
B. Peranan dan Kerjasama Personil Sekolah Dalam Pelayanan Bimbingan................................3
b.1 Peranan Kepala sekolah/Wakil Kepala sekolah......................................................................3
b.2 Peranan Guru Pembimbing................................................................................................8
b.3 Peranan Pelayanan BK...................................................................................................9
C. Konferensi Kasus....................................................................................................................10
Prosedur....................................................................................................................................
1). Sebelum pertemuan...........................................................................................................10
2). Pada Waktu Pertemuan..........................................................................................................11
3). Catatan Tentang Petemuan Kasus :........................................................................................11
D. Kerja sama Guru dan Konselor Dalam Layanan BK...............................................................11
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................................
A.1 Kesimpulan..............................................................................................................................13
A.2 Kritik dan saran........................................................................................................................13
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................14