BAB I Diabetic Neuropati

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Painfull Diabetic Neuropathy (PDN) merupakan salah satu komplikasi kronik

    paling sering ditemukan dalam Diabetes mellitus (DM), risiko yang dihadapi

    pasien DM dengan PDN antara lain ialah : Infeksi berulang, ulkus yang tidak

    sembuh dan amputasi jari atau kaki. ondisi inilah yang menyebabkan,

    bertambahnya angka kesakitan, dan kematian, yang berakibat pada

    meninggkatnya biaya pengobatan pasien DM dengan PDN . !ingga saat ini

    patogenesis PDN belum seluruhnya diketahui, dengan jelas. Namun demikiandianggap, bah"a hiperglikemia presisten merupakan fa#tor primer . $a#tor

    metaboli# ini bukan satu satunya yang bertanggung ja"ab terhadap terjadinya

    PDN , tetapi beberapa teori lain., yang diterima adalah teori %as#ular, autoimun,

    dan ner%e gro"th fa#tor. &eberapa studi menyebutkan bah"a, selain peran kendali

    glikemi , kejadian neuropati juga berhubungan dengan risiko, kardio%askular yang

    potensial masih dapat di modifikasi.

    Manifestasi PDN , sangat ber%ariasi mulai dari tanpa keluhan,dan hanya bisa

    terdeteksi dengan pemeriksaan 'le#trofisiologis, hingga keluhan nyeri yang hebat.

    ejala nyeri merupakan keluahan yang utama dijumpai pade pasien dengan PDN.

    Mengingat terjadinya PDN merupakan rangkaian proses yang dinamis dan

    bergantung pada banyak fa#tor, maka pengelolaan dan pen#egahan PDN, pada

    dasarnya merupakan bagian dari pengelolaan Diabetes se#ara keseluruhan. ntuk

    men#egah PDN tidak berkembang menjadi lebih buruk, diperlukan berbagai

    upaya. Penanganan PDN dapat menggunakan berbagai jenis obat sesuai dengan

    nyeri dengan harapan untuk menghilangkan keluhan, hingga kualitas hidup dapat

    diperbaiki.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    2/21

    2

    BAB II

    PAINFULL DIABETIC NEUROPATHY

    2.1 DEFINISI

    Neuropathymerupakan proses patologik sistem saraf perifer yang menetap (lebih

    beberapa jam) berupa degenerasi a*onal + demyelinasi atau gabungan dengan

    gejala gangguan motorik, sensorik dan otonom, ditandai menurunnya refleks

    tendon. Painfull Diabetic Neuropathy (PDN) adalah istilah deskriptif yang

    menunjukkan adanya gangguan baik klinis maupun subklinis yang terjadi pada

    DM, tanpa penyebab neuropati perifer yang lain.

    2.2 EPIDEMIOLOGI

    ebuah studi di amerika memperkirakan - / pasien dengan diabetes mengalami

    PDN. Dimana PDN ditemukan pada ,0 / pasien yang baru didiagnosis dengan

    diabetes. !ampir setengah kasus PDN mengalami polineuropati yang simetris di

    bagian distal ekstrimitas. Pada penelitian di Inggris, pasien dengan DM tipe 1 22,

    / mengalami PDN sedangkan 32,1 / pasien dengan DM tipe 2 mengalami

    PDN. (emed, mohsen).

    Pada penelitian yang dilakukan di Iran yang melibatkan 415 pasien dengan DM

    tipe 2, didapatkan 1, 0 / kasus dengan PDN. Dimana angka kejadian PDN

    sangat berkaitan dengan ri"ayat DM di keluarga, lamanya menderita DM serta

    jenis terapi DM yang dikaitkan dengan kontrol terhadap kadar glukosa dalam

    darah (!b61#). Pada pasien dengan ri"ayat keluarga menderita DM, didapatkan

    3,3 / kasus mengalami PDN dan 27, / tanpa adanya PDN. Pasien dengan

    PDN rata8rata lebih lama menderita DM (9,1 tahun). edangkan pada penderita

    DM dengan terapi tanpa insulin didapatkan 7,- / mengalami PDN. Pada

    penderitan DM dengan terapi insulin hanya 32,7 / yang mengalami PDN. Pasien

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    3/21

    3

    dengan rata8rata !b61# 11,2 / memiliki ke#endrungan lebih banyak mengalami

    PDN di bandingkan dengan !b61# yang men#apai 15,0 /. (mohsen)

    Pada penelitian yang dilakukan di alasan, terdapat hubungan yang bermaknaantara lama menderita DM dengan terjadinya PDN (;: -,27< 90/=I: 1,432 >

    9,939< p?5,551). Dimana lama menderita DM merupakan salah satu faktor resiko

    terjadinya PDN. Neuropati ditemukan pada 35 / kasus penderita DM, dengan 17

    / nya mengalami PDN.(go#ik).

    2.3 PATOFISIOLOGIPAINFULL DIABETIC NEUROPATHY

    &anyak teori yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai patofisiologi

    terjadinya PDN. Namun hingga saat ini masih belum diketahui dengan jelas.

    &eberapa faktor etiologi PDN diduga berasal dari %as#ular, metabolisme,

    imunologik, dan stress oksidatif. tudi terbaru menunjukkan adanya

    ke#endrungan multifaktorial pathogenesis yang terjadi pada PDN.

    2.3.1 TEORI VASKULAR (ISKEMIA-HIPOKSIA)

    Pada pasien dengan PDN terjadi penurunan aliran darah ke endoneurium yangdisebabkan oleh karena adanya resistensi pembuluh darah akibat hiperglikemia.

    Pada biopsy ner%us suralis pada pasien dengan PDN ditemukan adanya penebalan

    pembuluh darah, agregasi platelet, hyperplasia sel endothelia dan pembuluh darah,

    dimana akan menyebabkan terjadinya is#hemia. Is#hemia juga akan menyebabkan

    terganggunya transport aksonal, aktifitas Na@+@ 6APase yang akhirnya

    mengakibatkan terjadinya degenerasi akson.

    2.3.2 TEORI METABOLIK

    2.3.2.6. B6C; PCC

    Pada status normoglikemia, kebanyakan glukosa intraseluler difosforilasi ke

    glukosa-6-phosphate oleh hexokinase, dan hanya sebagian ke#il yang masuk ke

    dalam jalurpolyol. Pada kondisi hiperglikemia, jalur hexokinaseyang disaturasi,

    sehingga terjadi influ* glukosa ke dalam jalur polyol. 6ldose reduktase pada

    kondisi normal mempunyai fungsi mereduksi aldehid ke dalam bentuk al#ohol

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    4/21

    4

    non aktif. Pada kondisi konsentrasi glukosa yang #ukup tinggi di dalam sel,

    aldose reduktasejuga mengurangi glukosa ke dalam jalur sorbitol, yang nantinya

    akan di oksidasi menjadi fruktosa. Dalam proses ini, alcohol reduktase akan

    mengkonsumsi #o8faktor N6DP! (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate

    hydrolase). Dimana N6DP! merupakan #o8faktor yang penting untuk

    memperbarui intracellular critical antioxidant, dan pengurangan glutathione.

    Dengan mengurangi jumlah glutathione, jalur polyol meningkatkan stress

    oksidatif intraseluler. el oksidatif berperan utama di dalam pathogenesis

    neuropati diabetika perifer. 6da bukti peningkatan oksigen radikal bebas dan

    peningkatan beberapa penanda stress oksidatif seperti malondialdehidedan lipid

    hydrosiperoksida pada penderita neuropati diabetika. Indi#ator kuat untuk

    membuktikan bagaimana peran stress oksidatif dalam neuropati diabetika,

    dibuktikan oleh beberapa penelitian mengenai penggunaan antioksidan baik pada

    binatang per#obaan maupun pasien.

    orbitol sesudah dioksidasisorbitol dehydrogenase menjadi fruktosa, mengalami

    degradasi se#ara perlahan dan tidak #ukup menembus ke membrane sel.

    6kumulasi sorbitol intraseluler, dalam kaitan aliran glukosa ke dalam jalur polyol

    dan akumulasi sorbitol, sebagai akibatnya akan terjadi kompensasi pengurangan

    endoneural osmolit taurine dan mioinositol menjadi berkurang dan mendorong

    kea rah kerusakan sel saraf. Pada per#obaan binatang penurunan mioinositol

    berkaitan dengan penurunan aktifitas Na@+@6APase dan memperlambat %elositas

    konduksi saraf.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    5/21

    5

    2.3.2.& A';I 6DE6N=' C=6AIN 'ND P;D=A (6's)

    Peningkatan glukosa intraseluler menyebabkan pembentukan advanced

    glycosilation products (6's) melalui glikosilasi noneFymatik pada protein

    seluler. likosilasi dan protein jaringan menyebabkan pembentukan 6's.

    likosilasi non enFimatik ini merupakan hasil interaksi glukosa dengan kelompok

    amino pada protein. Pada hiperglikemia kronis beberapa kelebihan glukosa

    berkombinasi dengan asam amino pada sirkulasi atau protein jaringan. Proses ini

    a"alnya membentuk produk glikosilasi a"al yang re%ersible dan selanjutnya

    membentuk 6's yang ire%ersibel. onsentrasi 6's meningkat pada penderita

    DM. Pada endotel mikro%askular manusia, 6's menghambat produksi

    prostasiklin dan menginduksi P6I81 (Plasmin ctivator !nhibitor-"# dan

    akibatnya terjadi agbregasi trombosit dan stabilisasi fibrin, yang menyebabkan

    mudahnya terbentuk thrombosis. Mikrotrombus yang dirangsang oleh 6's

    berakibat hipoksia lo#al dan meningkatan angiogenesis dan akhirnya

    mikroangiopati.

    2.3.2.= B6C 6AIE6I P;A'IN IN6' =

    6kti%asi Protein inase = (P=) juga berperan dalam pathogenesis neuropati

    perifer diabeti#. !iperglikemia di dalam sel meningkatkan sintesis atau

    pembentukan diacylglycerol(D6) dan selanjutnya peningkatan protein kinase

    =. Protein kinase juga diaktifkan oleh stress oksidatif dan advance glycosilation

    product (6's).

    6kti%asi protein kinase = menyebabkan peningkatan permeabilitas %as#ular,

    gangguan sintesis nitric oxide (N) dan perubahan aliran darah. etika P=

    diaktifkan oleh hiperglikemia intraseluler, P= mempunyai efek pada beberapa

    ekspresi geneti#. Easodilatasi yang memproduksi endothelial nitric axyde

    synthase (eN) berkurang, sedangkan %asokontriktor endothelin 1 ('A81) akan

    meningkat. Aransformasi $ro%th &actor ' ($&-'# danplasminogen inhibitor "

    Gambar 1 a!"r P#!$#!

    Gambar 2 Pr#%&% H'&r!'*&m'a +a!am I,+"*%' PK

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    6/21

    6

    (P6I81) juga meningkat. Dalam endothelial sel, P= juga mengaktifkan nuclear

    factor k) (N&k)#, suatu faktor transkripsi yang dirinya sendiri mengaktifkan

    banyak gen proinflamasi di dalam pembuluh darah.

    2.3.3 TEORI NERVE GROTH FATOR (NGF)

    $aktor neurotrophic penting untuk pemeliharaan, pengembangan dan regenerasi

    unsure8unsur yang responsi%e dari saraf.Neurotrophic factor (N, sangat penting

    untuk saraf dalam mempertahankan perkembangan dan respon regenerasi. Nerve

    $ro%th &actor (N$) berupa protein yang memberi dukungan besar terhadap

    kehidupan serabut safar dan neuron simpatis. Aelah banyak dilakukan penelitian

    mengenai adanya fa#tor pertyumbuhan saraf, yaitu suatu protein yang berperan

    pada ketahanan hidup neuron sensorik serabut ke#il dan neuron simpatik system

    saraf perifer. &eberapa penelitian pada binatang menunjukkan adanya defesiensi

    neurotropik sehingga menurunkan proses regenerasi saraf dan mengganggu

    pemeliharaan saraf. Pada banyak kasus, defi#it yang paling a"al, melibatkan

    serabut saraf ke#il. Pada pasien dengan DM terjadi penurunan N$ sehingga

    transport aksonal yang retrograde terganggu. Penurunan kadar N$ pada kulit

    pasien DM berkorelasi positif dengan adanya gejala a"al small fibers sensory

    neuropathy.

    2.3./ TEORI AUTOIMUN

    Gambar 2 Pr#%&% H'&r!'*&m'0 +a!am ',+"*%' PK

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    7/21

    7

    uatu penelitian menunjukkan bah"a 22/ dari 125 penyandang DM tipe 1

    memiliki #omplement fi*ing antis#iati# ner%e antibodies dan 20/ DM tipe 2

    memperlihatkan hasil yang positip. !al ini menunjukkan bah"a antibodi tersebut

    berperan pada patogenesis PDN. &ukti lain yang menyokong peran antibodi

    dalam mekanisme patogenik PDN adalah adanya antineural antiGbodies pada

    serum sebagian penyandang DM. 6utoanti bodi yang beredar ini se#ara langsung

    dapat merusak struktur saraf motorik dan sensorik yang bisa dideteksi dengan

    imunofloresens indirek. Disamping itu adanya penumpukan antibodi dan

    komplemen pada berbagai komponen saraf suralis memperlihatkan kemungkinan

    peran proses imun pada patogenesis PDN.

    2.3. PERAN STRES OKSIDATIF

    tres oksidatif terjadi dalam sebuah sistem seluler saat produksi dari radikal bebas

    melampaui kapasitas antioksidan dari sistem tersebut. Bika antioksidan seluler

    tidak memindahkan radikal bebas, radikal bebas tersebut akan menyerang dan

    merusak protein, lipid, dan asam nukleat. ksidasi produk radikal bebas

    menurunkan aktifitas biologi, membuat hilangnya energi metabolisme, sinyal sel,

    transport dan fungsi8fungsi utama lainnya. !asil produknya juga membuat

    degradasi proteosome yang kemudian dapat menurunkan fungsi seluler.

    6kumulasi dari beberapa kerusakan tadi membuat kematian sel melalui proses

    nekrosis maupun apoptosis yang lebih a"al.

    !iperglikemia kronis menyebabkan stress oksidatif pada jaringan yang dapat

    mengakibatkan komplikasi pada DM. Metabolisme glukosa yang berlebihan akan

    menghasilkan radikal bebas.

    &eberapa jenis radikal bebas di produksi se#ara normal di dalam tubuh untuk

    menjalankan beberapa fungsi spesifik. *uperoxide, hydrogen peroxide, dan nitric

    oxideadalh tiga diantara radikal bebas ; yang penting untuk fisiologi normal,

    namun juga dapat memper#epat proses penuaan dengan memediasi degenerasi

    seluler.

    etidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan akan menyebabkan stress

    oksidatif yang berakibat pada kerusakan jaringan terutama endotel. tress

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    8/21

    8

    oksidatif merupakan modulator penting dalam perkembangan komplikasi DM

    terutama PDN.

    Peningkatan glukosa intrasel juga berperan dalam proses patologis. lukosa dapatbereaksi dengan ; dan akan membentuk karbonil. arbonil bereaksi dengan

    protein atau lemak akan menyebabkan glikosidasi atau liposidasi. elain itu

    glukosa juga membentuk karbonil se#ara langsung dengan protein dan

    membentuk 6's yang dapat menyebabkan kerusakan sel.

    Peningkatan glukosa intrasel juga akan meningkatkan glikolisis dan akti%asi

    tricarboxylic acid (A=6) sehingga menyebabkan ketidakseimbangan transport

    ele#tron ke mitokondria dan memper#epat produksi superoxide. *uperoxide juga

    berperan dalam akti%asi protein kinase = (P=) dengan #ara merangsang sintesa

    diacylglycerol.

    Peningkatan produksisuperoxidepada mitokondria selama kondisi hiperglikemia

    menyebabkan peningkatan stress oksidatif. elama hiperglikemia rasio antara

    N6DP!+N6D@ menurun karena kelebihan penggunaan N6DP! untuk

    mengurangio pembentukan glukosa menjadi sorbitol. ebagai konsekuensinya

    N6DP! tersedia untuk mempertahankan antioksidan! pada pengurangan dari

    katalisator oleh ! reduktase yang juga meningkatkan stress oksidatif.

    Peningkatan 6's dan pengikatan 6' pada reseptornya juga meningkatkan

    stress oksidatif le"at akti%itas bebas P= dari N6DP! oxidase.

    Pada binatang per#obaan, stress oksidatif pada sel glia akan menyebabkan proses

    demielinisasi dimana hal ini diterangkan dengan adanya penurunan ke#epatan

    hantaran saraf dan manifestasinya berupa timbulnya gejala nyeri sedangkan pada

    neuron akan mengakibatkan aksonopati, penurunan kapasitas regenerasi dari

    akson sehingga dapat menimbulkan gejala negatif pada PDN.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    9/21

    9

    2./ MANIFESTASI KLINIS

    Nyeri yang dirasakan pada Painfull Diabetic Neuropaty (PDN# biasanya

    digambarkan sebagai Hsakit kesemutan,H Hmati rasa,H atau H nyeri yang meningkat

    karena disentuh. elain itu juga dapat dirasakan sebagai rasa terbakar, tersengat

    listrik, atau menusuk dengan parasthesia, hyperesthesia, dan rasa sakit yang

    dalam. Nyeri biasanya lebih keras terasa pada malam hari. Aempat predisposisi

    terjadinya PDN biasanya di kaki dan kaki bagian ba"ah, namun juga dapat terjadi

    di tangan. Nyeri neuropati adalah nyeri kronis dan progresif. Nyeri PDN adalah

    nyeri yang biasanya menyiksa dan jaarang hilang dengan sendirinya. Nyeri yang

    ditimbulkan sangat mengganggu kualitas hidup pasien.

    ebanyakan pasien dengan gejala neuropati tidak memeriksakan nyeri yang

    mereka rasakan sebelum nyeri itu menjadi sangat hebat. krining perlu dilakukan

    se#ara terus menerus. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan penurunan sensasi

    akan getaran dan tekanan atau kurangnya sensasi akan rasa nyeri ringan dan

    perubahan suhu.

    2. DIAGNOSIS

    Gambar 3 Pr#%&% &ra+',$a Sr&% O*%'+a'4 +a!am PDN

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    10/21

    10

    Penegakan diagnosis PDN tidak hanya melalui anamnesis, tetapi juga dilakukan

    pemeriksaan fisik dan penunjang guna mendukung adanya kelainan pada sIstem

    saraf perifer. Pada anamnesis digunakan skor DN untuk mengetahui adanya

    suatu neuropati.

    NO ANAMNESIS SKOR (DNS)

    1 Balan tidak stabil a : 1, tidak :5

    2 esemutan atau tebal Diagnosis ND 1

    3 Nyeri seperti dit usuk jarum

    / Nyeri terbakar+nyeri tekan

    Tab&! 1 D'ab&'0 N&"r#a5$ S$m#m%

    Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

    ;eflek motorik

    $ungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit berupa tes

    rasa getar (biotesiometer) dan rasa tekan (estesiometer dengan filament

    mono emmers8Jeinstein)

    Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan dengan

    memeriksa sensasi terhadap getaran menggunakan

    garputala. Garputala yang digetarkan ditempelkan pada

    penonolan tulang di kaki. !ita elaskan pada pasien untuk

    mengatakan kapan getaran pertama kali mulai dirasakan

    dan kapan "erhenti. Pemeriksaan ini harus dilakukan

    paling tidak dua kali untuk masing#masing kaki. $ntuk

    pengukuran sensasi tekanan digunakan mono%ilamen 10 G.

    &ono%ilamen ditempatkan pada telapak kaki dan ditekan

    sampai mono%ilamen tergulung. Pasien diminta untuk

    mengatakan ika dia merasakan adanya peru"ahan

    sensasi. $ntuk sensasi nyeri digunakan tusukan arum

    pentol

    $ungsi serabut saraf ke#il dengan tes sensasi suhu serta

    'lektromiografi

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    11/21

    11

    elain itu juga perlu dilakukan uji komponen parasimpatis berupa:

    Aes respons denyut jantung dengan melakukan maneu%er %alsa%a dan

    Eariasi denyut jantung (inter%al ;;) selama napas dalam

    omponen simpatis juga harus dinilai dengan melakukan pemeriksaaan berupa:

    ;espon tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik)

    ;espon tekanan darah terhadap genggaman (peningkatan diastoli#)

    2.6 PENATALAKSANAAN

    2.6.1 P&,0&a5a,

    Nyeri neuropatik sulit untuk diobati, dan pasien jarang mengalami penyembuhan

    se#ara total. !al ini menimbulkan masalah tersendiri bagi yang mengobati dan

    penderita karena dapat menimbulkan frustasi. PDN sering berubah menjadi kronis

    dan dapat berkurang intensitasnya namun tidak ada modalitas terapi yang dapat

    menyembuhkan rasa sakit dengan sempurna sehingga pen#egahan merupakan

    strategi penanganan yang terbaik. Pen#egahan dilakukan dengan kontrol kadar

    gula darah, kontrol hiperlipidemia dan hipertensi. elain itu perubahan gaya hidup

    NO ENIS PEMERIKSAAN HASIL

    PEMERIKSAAN

    KET

    1 ekuatan otot Kuadri#eps femoris (ekstensi sendi lutut) ekuatan 580

    2 ekuatan otot tibialis anterior (dorsofleksi kaki) ekuatan 580

    3 ;efleks tendo a#hiles ekuatan 580

    /. ensiti%itas jari telunjuk tangan (terhadap tusukan jarum) N+L+8

    ensiti%itas ibu jari kaki (terhadap sentuhan raba) N+L+8

    6 ensiti%itas ibu jari kaki (persepsi getar dengan garpu

    tala)

    N+L+8

    7 ensiti%itas jari kaki(terhadap tusukan jarum) N+L+8

    8 ensibilitas ibu jari (terhadap posisi sendi) N+L+8

    Tab&! 2 D'ab&'0 N&"r#a5$ E9am',a'#,

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    12/21

    12

    yang berisiko seperti merokok dan minum8minuman keras berlebih sangat penting

    untuk pen#egahan PDN.

    2.6.2 P&,#baa,

    Cangkah pertama dalam pengelolaan PDN adalah kontrol kadar gula darah dan

    koreksi dari setiap perubahan metabolik lainnya. Pada pengontrolan kadar gula

    darah ketat tidak hanya menurunkan kejadian neuropati tetapi juga memperlambat

    perkembangannya sebesar 0/. elain mengontrol hiperglikemia, pasien sering

    membutuhkan manajemen gejala rasa nyeri yang mereka rasakan. Namun, banyak

    pasien tidak dapat men#apai suatu keadaan bebas nyeri. ebuah pemahaman

    menyeluruh pilihan terapi dan kemungkinan manfaat dan potensi efek samping

    dari setiap pilihan harus dipertimbangkan sebelum memulai pengobatan karena

    pasien dengan diabetes sangat berisiko mengalami beberapa gangguan fungsi

    organ lain. &eberapa obat, terutama antidepresan dan antiepilepsi, telah digunakan

    sebagai modalitas terapi dan telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang #ukup

    baik. 6da beberapa keterbatasan dalam pengobatan PDN dan dalam menentukan

    pilihan regimen yang paling tepat untuk digunakan dalam setiap pasien. Pasien

    biasanya mengharapkan nyeri yang 155 / hilang pada dosis a"al terapi, namun

    hal ini mustahil terjadi. Pada beberapa studi yang menge%aluasi efekti%itas

    pengobatan untuk PDN, pengobatan dianggap berhasil bila nyeri yang dialami

    pasien berkurang sebanyak 05/. Modalitas pengobatan yang banyak digunakan

    untuk PDN adalah antidepresan (A=6) dan antiepilepsi.

    2.7.2.6 A=6

    A=6 pertama kali diperkenalkan di akhir 19058an. elas ini paling banyak

    dipelajari dari semua agen dalam pengobatan PDN. 6mitriptyline adalah A=6

    pertama yang diteliti pada tahun 19. 6mitriptyline dan imipramine adalah

    penyeimbang serotonin dan noradrenalin reuptake inhibitor. Mereka juga

    memblokir8adrenegi#, !18histamin, mus#arini# kolinergik, dan N8metil8 D8

    aspartat re#eptors.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    13/21

    13

    Nortriptilin dan desipramine adalah metabolit dari amitriptilin dan imipramin

    dimana masing8masing bekerja sebagai noradrenalin reuptake inhibitor.

    Nortriptilin dan desipramine juga memblok8adrenegi#, !18histamin, mus#arini#

    kolinergik, dan N8metil8 D8aspartat re#eptors. A=6 bertindak terpusat untuk

    mengurangi persepsi rasa sakit.

    Pada beberapa penelitian didapatkan sebanyak 35 / pasien yang menggunakan

    A=6 rasa nyeri yang dialaminya berkurang hingga 05/. Pada beberapa kasus

    sering terjadi kontraindikasi untuk menggunakan A=6. Dengan adanya insiden

    efek samping yang #ukup tinggi penggunaan A=6 sangat perlu kita untuk

    mengakses lebih jauh dari kondisi pasien. A=6 harus digunakan dengan hati8hati

    pada pasien yang memiliki ri"ayat penyakit jantung atau 70 tahun usia.

    6mitriptilin dan nortriptyline relatif kontraindikasi pada pasien dengan ri"ayat

    jantung iskemik penyakit, sedangkan do*epin memiliki efek ke jantung lebih

    rendah daripada A=6 yang lain. A=6 sering menyebabkan hipotensi ortostatik

    sehingga pasien akan mudah terjatuh. ntuk efek sedasi dan pusing dapat

    ditangani dengan pemberian A=6 se#ara titrasi. 'fek sedasi berkurang setelah

    penggunaan selama tiga minggu. Penggunaan A=6 juga dikaitkan dengan

    penambahan berat badan yang signifikan terutama amitriptilin. ntuk A=6 jenis

    lain tidak ditemukan penambahan berat badan yang #epat dan signifikan. &erikut

    tabel dosis efektif dan tata#ara titrasi terapi A=6.

    '(&( )*+,+ --!/, &G(, (( /,/(+, *'+-/

    TriciclicAntidepre

    san

    Amitriotilin

    100#150 !ari Pertama : 12,0 Mg+!ari 6#8&inggu

    150 +e"elum /idur75)ua !ali +ehari

    !ari e 28 : 20 Mg+!ari

    Minggu e 2 : 05 Mg+!ari

    Minggu e 3 : 0 Mg+!ari

    Minggu e - : 155 Mg+!ari

    Minggu e 084 : 105 Mg+!ari

    Nortriptili

    n

    100#150 !ari Pertama : 12,0 Mg+!ari 6 &inggu

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    14/21

    14

    150 +e"elum /idur75)ua !ali +ehari

    !ari e 28 : 20 Mg+!ari

    Minggu e 2 : 05 Mg+!ari

    Minggu e 3 : 0 Mg+!ari

    Minggu e - : 155 Mg+!ari Minggu e 084 : 105 Mg+!ari

    Imipramine

    150 Minggu e 1 : 20 Mg (2*1) 4 &inggu

    75 )ua !ali +ehari Minggu e 2 : 05 Mg (2*1)

    Minggu e 3 : 0 Mg (2*1)

    Desipramine

    200#250 Minggu e 1 : 05 Mg+!ari 6 &inggu

    250 /iap ari 125 )ua!ali +ehari Minggu e 2 : 155 Mg+!ari

    Minggu e 3 : 255 Mg+!ari

    Minggu e - : 205 Mg+!ari

    Tab&! 3 D#%'% +a, P&mb&r'a, TA a+a PDN

    2.7.2.& 6ntidepresan Cain

    Eenlafa*ine juga telah banyak dipelajari sebagai modalitas untuk pengobatan

    PDN. Eenlafa*ine dan aktif metabolitnya berpotensi menghambat serotonin dan

    norepinefrin reuptake sedangkan sedikit menghambat reuptake dari dopamin.

    Eenlafa*ine juga diduga bekerja se#ara terpusat dengan mengurangi persepsi rasa

    sakit. 'fek samping yang terjadi pada penggunaan %enlafa*ine lebih rendah

    dibandingkan dengan A=6. aat menggunakan %enlafa*ine, denyut jantung rata8

    rata pasien dapat meningkatkan -89 bpm. Aekanan darah juga harus dimonitor

    karena %enlafa*ine dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, terutama pada

    pasien dengan ri"ayat hipertensi.

    Dulo*etine adalah agen pertama disetujui oleh $D6 untuk pengobatan dari PDN.

    Dulo*etine bekerja sebagai anti nyeri dengan menghambat serotonin dan

    norepinefrin transporters. Penggunaan dulo*etine harus dihindari pada pasien

    dengan tingkat insufisiensi hati atau pengguna alkohol. Pasien yang menggunakan

    terapi dulo*etine harus dipantau tekanan darah, jantung, dan enFim hati se#ara

    ketat.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    15/21

    15

    ;I juga telah dipelajari dalam pengobatan PDN. tudi8studi belum

    menunjukkan keberhasilan yang besar. atu studi menemukan paro*etine tidak

    seefektif imipramine.

    NAMA DOSIS EFEKTIF(MG/HARI)

    ARA TITRASI ONSET

    AntiDepresan lain

    !enla"a#ine 150#225 Minggu ke 1 : 3,0 mg+hari 4#6minggu

    75 tiga kali sehari Minggu ke 2 : 0 mg+hari

    Minggu ke 3 : 105 mg+hari

    Minggu ke - : 220 mg+hari

    D$lo#etine 60#120 Minggu ke 1 :15 mg+hari 4 minggu

    60 tiap hari atau duakali sehari

    Minggu ke 2 : 25 mg+hari

    Minggu ke 3 : 75 mg+hari

    Minggu ke - : 125 mg+hari

    Tab&! / D#%'% +a, P&mb&r'a, A,'+&r&%a, La', a+a PDN

    2.7.2.= 6ntiepilepti#s

    arbamaFepin merupakan agen pertama dipelajari dalam pengobatan PDN.

    arbamaFepin bekerja di perifer dengan #ara memblokir saluran natrium pada

    serabut saraf. Meskipun karbamaFepin memiliki khasiat yang baik dalam

    pengobatan PDN, karbamaFepin juga dikaitkan dengan beberapa efek samping

    yang serius, termasuk anemia aplastik. Pasien harus dimonitor ketat jika

    menggunakan karbamaFepin.

    Camotrigin juga bekerja dengan memblok saluran natrium perifer. Camotrigin

    kurang efektif dibandingkan dengan karbamaFepin dan dapat menimbulkan

    aplastik anemia dan nekrolisis epidermal toksik.

    Ealproate juga merupakan agen yang bekerja dengan memblok saluran natrium

    perifer. Penggunaan %alproate dapat menimbulkan efek samping berupa

    trombositopenia, anemia aplastik, A'N, dan pankreatitis. Pasien yang memakai

    %alproate harus dipantau fungsi hati dan darah lengkap terutama trombosit se#ara

    ketat.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    16/21

    16

    Aopiramate adalah salah satu dari beberapa agen yang digunakan dalam

    pengobatan PDN. Aopiramate memiliki efek samping berupa pengurangan berat

    badan. ayangnya, topiramate belum terbukti sangat berkhasiat dalam pengobatan

    PDN. Aopiramate juga bekerja di perifer sebagai blo#ker saluran natrium pada

    reseptor 6&6. Aopiramate memiliki efek samping, seperti gangguan kognitif,

    pusing, batu ginjal dan glaukoma sudut tertutup.

    abapentin yang umum digunakan dalam pengobatan nyeri neuropatik seperti

    antiepilepsi lain, ia bertindak di perifer untuk mengurangi persepsi nyeri. 'fek

    samping yang paling sering terjadi adalah sedasi dan pusing. Pada penggunaan

    dalam "aktu lama dapat terjadi kenaikan berat badan yang signifikan. Aidak

    seperti antiepilepsi yang lain, gabapentin tidak dimetabolisme di hati.

    Pregabalin merupakan penemuan baru, sejenis obat yang bekerja pada presinaptik

    serabut saraf. Mekanisme kerja dari obat ini didasarkan pada tingginya ambang

    rangsang ( hyperexcited ) yang menyebabkan meningkatnya produksi

    neurotransmitter, sehingga menimbulkan gejala nyeri neuropatik. Pada diabetes,

    rangsangan atau stimuli bersumber dari kelainan metaboli. hasiat dari pregabalin

    adalah menekan produksi dari neurotransmitter dengan #ara modulasi =a #hannel

    dari neuron saraf presinaptik.

    Pregabalin, salah satufirst drug yang telah diakui $D6 untuk nyeri neuropatik,

    telah dibuktikan melalui beberapa studi mengenai efekti%itasnya dalam mengatasi

    nyeri neuropatik. Disamping itu dikemukakan pula nilai tambahnya yang

    sekaligus dapat berkhasiat dalam perbaikan beberapa komorbid yang sering

    menyertainya seperti gangguan tidur dan ansietas. 'fek samping serius yang dapat

    ditimbulkan adalah rhabodmyolysis, gagal ginjal akut, hipertermia, dan glau#oma

    sudut tertutup sekunder. Pasien pada terapi pregabalin harus dipantau se#ara ketatuntuk miopati dan keluhan okular. Pregabalin juga se#ara signifikan terkait

    dengan edema perifer dan berat badan. 'fek ini diintensifkan ketika penggunaan

    pregabalin bersamaan dengan thiaFolidinediones. Penggunaan pregabalin harus

    dihindari pada pasien dengan hipertensi dan kegagalan jantung kongestif.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    17/21

    17

    Gambar / M&*a,'%m& K&ra Pr&aba!',

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    18/21

    18

    NAMA DOSIS EFEKTIF(MG/HARI)

    ARA TITRASI ONSET

    antiepileptics

    car%ama&epine

    600 Minggu ke182 : 155 (3*1) 4minggu

    200 tiga sehari Minggu ke 3 : 255 mg (3*1)

    lamotri'ine

    200#400 Minggu ke 1 :20 mg+hari 6#8minggu

    200 dua kali sehari Minggu ke 2 : 05 mg+hari

    Minggu ke 3 : 155 mg+hari

    Minggu ke - : 255 mg+hari

    Minggu ke 0 : -55 mg+hari

    !alproate 1000#1200 Minggu ke 1 :755 mg+hari 4minggu

    500 21400 31 Minggu ke 2 : 1255 mg+hari

    Tab&! D#%'% +a, P&mb&r'a, A,'&'!&'0 a+a PDN

    2.7.2.D 6gen Cain

    =apsai#in merupakan alkaloid yang berasal dari #abai. &erfungsi di perifer

    dengan menurunkan substansi neurotransmitter P dari sensorik saraf. Digunakan

    se#ara topikal dan tidak diserap se#ara signifikan ke dalam sirkulasi sistemik.

    'fek samping yang merugikan hanya berupa efek lokal menyengat dan membakar

    dan bersin atau batuk selama aplikasi. ehingga harus digunakan dengan memakai

    sarung tangan, dan pasien juga harus hati8hati jangan menyentuh "ajah mereka

    sebelum men#u#i tangan. =apsai#in krim 5,50/ telah die%aluasi dalam lima

    penelitian. Meskipun manjur dalam pengaturan per#obaan klinis, kompleksitasdalam penggunaan mungkin membatasi penerapan klinis. =apsai#in digunakan -

    kali sehari untuk seluruh daerah yang sakit. Bika pasien memiliki kontraindikasi

    atau intoleransi terhadap agen oral, #apsai#in adalah modalitas terapi alternatif.

    ;asa sakit setelah penggunaan berkurang setelah 1 minggu penggunaan.

    Aramadol bekerja melalui mekanisme monoaminergik (seperti A=6) dan opioid

    mekanisme di pusat untuk memblokir persepsi nyeri. Aramadol memiliki potensi

    untuk menurunkan penyalahgunaan dari opioid lainnya. Penggunaan tramadol

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    19/21

    19

    harus dititrasi sehingga efek pada sistem pernapasan berkurang. Aramadol

    memiliki efek samping yang seperti opiad pada umumnya, seperti sembelit,

    retensi urin dan penekanan pada sistem saraf pusat. Penggunaan obat ini harus

    dihindari pada pasien pengguna alkohol atau sejarah penyalahgunaan opioid.

    Me*ilitine adalah analog oral lidokain. bat ini termasuk dalam antiarrhythmi#

    agen kelas Ib dan berkerja di perifer dengan memblok #hannel ion untuk

    men#egah persepsi rasa sakit. Dari semua agen yang digunakan dalam pengobatan

    dari PDN, me*ilitine memiliki onset ter#epat dalam mengurangi timbulnya nyeri,

    yang biasanya dalam 18- hari. Pada beberapa kasus penggunaan me*ilitine terkait

    dengan agranulositosis, hepatotoksisitas, dan nekrosis epidermal toksik.

    Penggunaan obat ini mutlak kontraindikasi pada pasien dengan 6E blok derajat

    2+3 ke#uali menggunakan alat pa#u jantung buatan. Pasien dengan terapi

    me*ilitine terapi harus dipantau darah lengkap dengan memantau jumlah

    trombosit se#ara ketat trombosit, elektrokardiogram, dan enFim hati.

    N6ID juga telah digunakan dalam pengobatan PDN. Namun penggunaan

    N6ID harus hati8hati pada penderita diabetes karena dapat meningkatkan resiko

    disfungsi ginjal.

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    20/21

    20

    BAB II

    PENUTUP

    Painfull Diabetic Neuropathy (PDN) merupakan suatu proses patologik sistem

    saraf perifer yang menetap (lebih beberapa jam) berupa degenerasi a*onal +

    demyelinasi atau gabungan dengan gejala gangguan motorik, sensorik dan

    otonom, ditandai menurunnya refleks tendon yang terjadi pada penderita DM.

    PDN ditemukan pada ,0 / pasien yang baru didiagnosis dengan diabetes.

    !ampir setengah kasus PDN mengalami polineuropati yang simetris di bagian

    distal ekstrimitas.

    &eberapa faktor etiologi PDN diduga berasal dari %as#ular, metabolisme,

    imunologik, dan stress oksidatif. tudi terbaru menunjukkan adanya

    ke#endrungan multifaktorial pathogenesis yang terjadi pada PDN. ejala klinis

    yang timbul dapat berupa rasa kesemutan, rasa tebal, bahkan sampai rasa sepertitersengat listrik. ehidupan sehari8hari pasien akan terganggu oleh adanya PDN

    sehingga tidak jarang akan menimbulkan frustasi. Perlu dilakukan suatu

    pengkajian khusus untuk menghilangkan faktor penyebab lain dari neuropati.

    leh karena itu dalam penegakan diagnosis PDN tidak hanya melalui anamnesis,

    tetapi juga dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang guna mendukung adanya

    kelainan pada sistem saraf perifer.

    Modalitas utama dalam pengelolaan PDN adalah kontrol kadar gula darah dan

    koreksi dari setiap perubahan metabolik lainnya. Dengan kata lain pen#egahan

    terjadinya dan perburukanlah yang terpenting. Pada pengontrolan kadar gula

    darah ketat tidak hanya menurunkan kejadian neuropati tetapi juga memperlambat

    perkembangannya sebesar 0/. elain mengontrol hiperglikemia, pasien sering

    membutuhkan manajemen gejala rasa nyeri yang mereka rasakan. ;egimen nyeri

    yang biasanya digunakan dan sudah terbukti memiliki efekti%itas adalah

  • 8/13/2019 BAB I Diabetic Neuropati

    21/21

    21

    antidepresan golongan A=6 (amitriptilin, dll), antidepresan lain (%enlafaFine,

    antiepilepsi dan dapat pula diberikan tramadol ataupun topi#al dengan #apsai#in.