43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah penyakit neuromuskular menunjuk pada gangguan unit motorik dan secara spesifik mengecualikan gangguan suprasegmental seperti kelumpuhan otak, meskipun tonus, kekuatan, fungsi dan refleks otot dipengaruhi oleh penyakit otak. Unit motorik terdiri dari empat komponen : (1) neuron motorik pada batang otak, (2) aksonnya, yang bersama-sama dengan akson lain membentuk saraf perifer, (3) sambungan neromuskular (4) semua serabut otot yang diinervasi oleh neuron motorik tunggal. Ukuran unit motorik bervariasi pada berbagai otot dan diperlukan pada ketepatan fungsi otot. Pada otot yang besar seperti gluteus dan quadrisep femoris, beratus-ratus serabut otot diinervasi oleh neuron motorik tunggal; pada otot yang kecil, halus, seperti otot stapedius atau otot ekstraokuler, mungkin berlaku rasio 1:1. Unit motorik ini dipengaruhi oleh kontrol neuron motorik atas atau suprasegmental yang mengubah sifat tonus otot, ketepatan gerakan, hambatan timbal balik otot- otot antagonis selama gerakan, dan rangkaian kontraksi otot untuk menghasilkan gerakan yang 1

BAB I.doc DAnu Tbr NM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NMKHIKM GO

Citation preview

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah penyakit neuromuskular menunjuk pada gangguan unit motorik dan secara spesifik mengecualikan gangguan suprasegmental seperti kelumpuhan otak, meskipun tonus, kekuatan, fungsi dan refleks otot dipengaruhi oleh penyakit otak. Unit motorik terdiri dari empat komponen : (1) neuron motorik pada batang otak, (2) aksonnya, yang bersama-sama dengan akson lain membentuk saraf perifer, (3) sambungan neromuskular (4) semua serabut otot yang diinervasi oleh neuron motorik tunggal. Ukuran unit motorik bervariasi pada berbagai otot dan diperlukan pada ketepatan fungsi otot. Pada otot yang besar seperti gluteus dan quadrisep femoris, beratus-ratus serabut otot diinervasi oleh neuron motorik tunggal; pada otot yang kecil, halus, seperti otot stapedius atau otot ekstraokuler, mungkin berlaku rasio 1:1. Unit motorik ini dipengaruhi oleh kontrol neuron motorik atas atau suprasegmental yang mengubah sifat tonus otot, ketepatan gerakan, hambatan timbal balik otot-otot antagonis selama gerakan, dan rangkaian kontraksi otot untuk menghasilkan gerakan yang lembut dan terkoordinasi. Impuls suprasegmental juga memperbesar atau menghambat refleks kelenturan monosinaptik. 2Penyakit unit motorik sering terjadi pada anak, penyakit neuromuslukar ini mungkin ditentukan secara genetik atau non-herediter, kongenital atau didapat, akut atau kronis, dan progresif atau statis. Karena terapi spesifik tersedia untuk beberapa penyakit dan karena keterlibatan genetik dan prognosis, diagnosis yang tepat dan penting; dibutuhkan konfirmasi laboratorium untuk sebagian besar penyakit karena manifestasi yang tumpang tindih. Distrofi muskularis merupakan sekelompok penyakit yang tidak saling terkait, masing-masing dipindahkan oleh ciri genetik yang berbeda dan masing-masing berbeda dalam perjalanan dan gambaran klinis. Beberapa merupakan penyakit berat pada saat lahir atau mengakibatkan kematian dini ; lainnya mengikuti perjalanan progresif yang sangat lambat selama beberapa dekade, mungkin sama dengan lama hidup normal, atau bahkan mungkin menjadi tidak bergejala sampai akhir kehidupan dewasa. Distrofi Muskularis sering susah dibedakan dari penyakit neuromuskular lainnya, sehingga sangat penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit yang terkait dengan kelainan genetik ini.2,4B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan Text Book Review ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai distrofi muskular2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan Text Book Review ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Distrofi Muskular, yaitu :

a. Definisi b. Klasifikasi c. Epidemiologi d. Etiologie. Patofisiologi f. Gejala dan tanda Klinis g. Pemeriksaan Penunjang h. Penatalaksanaan i. Diferensial diagnosisj. Komplikasi k. Prognosis BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Istilah distrofi berarti pertumbuhan abnormal dan berasal dari bahasa Yunani trophe yang berarti makanan. Namun distrofi muskularis, suatu istilah yang dipakai oleh Erb pada tahun 1981 mengandung arti yang jauh lebih dari hanya pertumbuhan menyimpang atau nutrisi serabut otot. Distrofi muskularis dibedakan dari semua penyakit neuromuskular lainnya oleh empat kriteria pokok :1. Penyakit ini adalah miopati primer

2. Terdapat dasar genetik pada penyakit ini

3. Perjalanannya progresif

4. Degenerasi dan kematian serabut otot terjadi pada beberapa stadium penyakit ini

Defenisi ini mengenyampingkan penyakit neurogenik seperti atrofi muskulus spinalis, miopati non herediter seperti dermatomiositis, miopati kongenital non progresif dan non-nekrotikans seperti DTSOK, dan miopati metabolik diwariskan non progresif. Beberapa miopati metabolik mungkin memenuhi defenisi distrofi muskularis progresif teteapi secara tradisional tidak diklasifikasikan dalam distrofi. Suatu contoh adalah defisiensi karnitin otot. Sebaliknya, semua distrofi muskularis mungkin akhirnya dapat diklasifikasikan kembali sebagai miopati metabolik bila defek biokimianya ditentukan lebih baik.2Distrofi muskularis merupakan sekelompok penyakit yang tidak saling terkait, masing-masing dipindahkan oleh ciri genetik yang berbeda dan masing-masing berbeda dalam perjalanan dan gambaran klinis. Beberapa merupakan penyakit berat pada saat lahir atau mengakibatkan kematian dini ; lainnya mengikuti perjalanan progresif yang sangat lambat selama beberapa dekade, mungkin sama dengan lama hidup normal, atau bahkan mungkin menjadi tidak bergejala sampai akhir kehidupan dewasa. Hubungan antara berbagai distrofi muskularis ditentukan melalui genetik molekuler bukannya oleh persamaan atau perbedaan pada gambaran klinis dan histopatologis. 1B. Klasifikasi

Distrofi muskularis meliputi :

Duchenne muscular dystrophy (DMD) : DMD mengenai anak lelaki, yang menyebabkan kelemahan otot yang progresif, dan biasanya dimulai dari kaki. DMD merupakan bentuk yang paling sering terjadi dari distrofi muskularis. Becker muscular dystrophy (BMD) : BMD mengenai anak laki-laki dan dewasa, biasanya susah dibedakan dengan DMD.

Emery-Dreifuss muscular dystrophy (EDMD) : EDMD mengenai laki-laki muda, menyebabkan kontraktur dan kelemahan pada betis, bahu dan lengan atas, serta menyebabkan terjadinya gangguan dalam hantaran impuls elektrik jantung sehingga terjadi gangguan dalam kontraksi jantung (heart conduction defects). Limb-girdle muscular dystrophy (LGMD) : LGMD dimulai pada fase terminal anak-anak menuju dewasa, dan dapat mengenai laki-laki atau perempuan, menyebabkan kelemahan di sekitar pinggul dan bahu. LGMD memiliki bentuk distrofi yang beragam. Kemungkinan banyak kekeliruan dalam menegakkan diagnosa di masa lalu, sehingga angka kejadian penyakit ini kini sulit ditentukan.

Facioscapulohumeral muscular dystrophy (FSH) : FSH, juga dikenal dengan Landouzy-Dejerine disease, terjadi pada fase terminal anak-anak menuju dewasa, menyebabkan kelemahan pada otot-otot wajah, bahu dan lengan atas. Terkadang dijumpai pula kelemahan pada sekitar pinggul dan kaki. Myotonic dystrophy: dikenal pula dengan nama Steinert's disease, dialami pria dan wanita, menyebabkan kelemahan otot yang menyeluruh namun terlihat pertama kali di daerah wajah, kaki dan tangan. Biasanya disertai dengan ketidakmampuan untuk mengistirahatkan otot-otot yang terkena (myotonia).

Oculopharyngeal muscular dystrophy (OPMD) : OPMD biasanya mengenai pria dan wanita dewasa, menyebabkan kelemahan otot mata dan tenggorkan.

Distal muscular dystrophy (DD) : DD biasanya dimulai pada usia pertengahan atau lebih lanjut, menyebabkan kelemahan pada otot-otot tangan dan kaki. Sering terjadi pada bangsa Swedia, dan jarang mengenai bangsa lainnya.

Congenital muscular dystrophy (CMD) : CMD terlihat sejak lahir, ditunjukkan dengan adanya kelemahan seluruh otot dan biasanya berkembang dengan lambat. Subtypenya adalah Fukuyama CMD, yang juga melibatkan retardasi mental. 1C. Epidemiologi

Distrofi Muskular Progressiva, biasanya mengenai anak laki-laki karena terkait dengan kromosom X, dan perempuan biasanya berperan sebagai carrier. Duchenne muscular dystrophy (DMD) biasanya terjadi pada 1 dari 3500 kelahiran bayi lelaki, dan mengenai kurang lebih 8000 anak lelaki di Amerika Serikat. Becker muscular dystrophy (BMD) biasanya mengenai anak laki-laki dan dewasa dengan angka kejadiannya sekitar 1 dari 30.000 kelahiran anak lelaki, sedangkan Emery-Dreifuss muscular dystrophy (EDMD) hanya dijumpai sekitar 300 kasus. Berbeda halnya dengan Limb-girdle muscular dystrophy (LGMD), bentuknya sulit diidentifikasi karena bentuknya yang beragam, sehingga angka kejadian penyakit ini hingga saat ini kini sulit ditentukan.5,8Facioscapulohumeral muscular dystrophy (FSH) yang juga dikenal dengan Landouzy-Dejerine disease, terjadi pada 1 dari 20.000 orang dan mengenai sekitar 13.000 orang di Amerika Serikat. Sedangkan Myotonic dystrophy yang dikenal pula dengan nama Steinert's disease merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan mengenai sekitar 30.000 orang di Amerika Serikat. Oculopharyngeal muscular dystrophy (OPMD) biasanya mengenai pria dan wanita dewasa, dan kebanyakan dialami oleh ras French Canadian di Quebec, dan ras Spanish-American di daerah Amerika Serikat. Distal muscular dystrophy (DD) sering terjadi pada bangsa Swedia, dan jarang mengenai bangsa lainnya. 5D. Etiologi

Distrofi muskular adalah penyakit genetik, yang berarti penyakit ini disebabkan oleh adanya defek pada gen. Gen, yang dihubungkan menjadi kromosom, memiliki dua fungsi : membuat kode dalam produksi protein, dan merupakan bahan untuk diwariskan. Orangtua menurunkan gen kepada anak-anaknya, membekali mereka dengan sekumpulan instruksi untuk membuat protein mereka sendiri. Setiap anak membawa dua macam gen yang berbeda dari tiap orang tuanya, karena kedua orang tua mengkontribusikan bahan materil gen kepada setiap keturunannya. Pada beberapa penyakit, kedua gen yang diturunkan tersebut pasti mengalami kerusakan, seperti yang kita kenal dengan penyakit autosomal resesif. Beberapa bentuk distrofi seperti LGMD, DD dan CMD menunjukkan pola gen yang seperti ini yaitu kerusakan pada kedua gen. Namun, ada pula kerusakan hanya pada satu gen saja, dimana penderitanya disebut sebagai carrier, orang ini tidak akan menderita penyakit namun tetap akan menurunkan gen yang mengalami kerusakan tersebut kepada keturunannya. Kesempatan untuk munculnya penyakit adalah satu dari empat kehamilan, dimana kedua orang tuanya adalah carrier. 3Ilustrasi adanya peranan genetik dalam distrofi muskular ditunjukkan pada gambar berikut :

Gbr. 1. Peranan genetik dalam Distrofi Muskular

Sesuai dengan pembagiannya, maka etiologi dari Distrofi Muskular Progressiva ini berbeda-beda. Kebanyakan penyebabnya terkait dengan protein otot. Protein dapat melakukan fungsi lain yang bukan katalisis. Protein memainkan peranan yang penting dalam gerakan, baik pada tingkat organ (misal, otot skeletal, jantung serta usus) maupun pada tingkat sel. Otot merupakan transuder (mesin) biokimiawi utama yang mengubah energi potensial (kimia) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot yaitu jaringan tunggal yang terbesar di dalam tubuh manusia, membentuk kurang dari 25% massa tubuh pada waktu lahir, lebih dari 40% pada usia dewasa muda dan kurang dari 30% pada orang dewasa yang lebih tua. 4Beberapa bentuk dari Distrofi Muskular Progressiva seperti DMD, BMD, CMD, dan beberapa bentuk LGMD, berkaitan dengan defek pada gen yang berakibat pada sekelompok protein otot. Kelompok protein otot ini menghubungkan sel otot dengan jaringan ikat di luar sel, dan kelompok otot ini berperan sebagai "shock absorber," yaitu mendistribusikan dan menyeimbangkan tenaga akibat kontraksi otot sehingga mampu mencegah ruptur membran otot. Defek pada protein otot ini akan mengarahkan pada kerusakan otot.6

Distrofi Muskularis Duchenne penyakit herediter yang paling lazim, yang mengenai semua kelompok ras dan etnik, dikaitkan sebagai ciri resesif terkait-X. Kelainan gennya berada pada kromosom X pada lokus Xp21 dan merupakan salah satu gen terbesar yang teridentifikasi saat ini. Menurut Gosselin dan McCormick, 2004, kelainan ini terjadi sebagai akibat hilangnya distrofin, protein dalam otot, yang cara kerjanya belum jelas diketahui namun sangat besar peranannya dalam keseimbangan membran sel (Gosselin & McCormick, 2004). Akibat ketiadaan distrofin ini dalam perkembangannya otot akan mengalami kelemahan dan fibrosis. 2,7

Gbr. 2. Gambaran letak distrofin pada otot

Distrofin, merupakan protein berebentuk batang dengan massa molekul sekitar 400kDa yang tersusun kurang lebih 3685 asam amino, protein ini tampaknya terletak di dalam sarkolema (membran plasma) otot normal dan tidak ditemukan atau terdapat dalam jumlah yang sangat kurang di dalam sarkolema pasien penderita DMD. Distrofin memiliki empat buah domain; dua di antaranya serupa dengan domain yang terdapat pada (-aktinin dan satu domain dengan yang terdapat pada spektrin; spektrin merupakan protein membran sitoskeletal pada sel darah merah. Distrofin akan bereaksi dengan aktin, sintrofin, dan (-distrogilkan. Fungsi distrofin masih belum diketahui secara pasti, tetapi diyakini memainkan peran penting dalam pengiriman sinyal transmembran dan dalam menstabilkan membran plasma. Defisiensi distrofin dapat mempengaruhui keutuhan membran plasma, sehingga terjadi peningkatan fragilitas osmotik pada otot distrofik atau memungkinkan influks ion Ca 2+ secara berlebihan. Gen yang mengkodekan distrofin merupakan salah satu gen terbesar manusia yang diketahui hingga saat ini (2900 kb, 79 ekson), yang membantu menjelaskan hasil pengamatan bahwa sekitar sepertiga kasus DMD merupakan suatu mutasi baru. 4Utrophin, protein yang 80% menyerupai distrofin, ditemukan pada membran otot sebelum lahir, setelah lahir penurunan produksi utrophin akan diikuti dengan peningkatan produksi distrofin. Semua penderita DMD akan memiliki kadar utrophin yang rendah, namun belum mampu mengkompensasi kekurangan distrofin, karena menurut penelitian produksi utrophin yang tinggi di neuromuscular junction akan mampu mengurangi kerusakan otot akibat rendahnya kadar distrofin.1Penyebab distrofi muskular jenis lainnya belum diketahui dengan jelas. LGMD disebabkan oleh adanya defek gen untuk mengkodekan enzim otot, caplain. Kurang lebih ada 19 jenis dari LGMD, dan diklasifikasikan berdasarkan kerusakan genetik yang terjadi, pada tahun 2007 ada 15 gen spesifik yang mengkode protein yang dianggap sebagai penyebab LGMD. Ketika terdapat gangguan dalam produksi protein ini, maka serat-serat otot tidak akan bekerja sebagaimana mestinya, maka semakin lama otot semakin lemah dan mulai merasakan gejala. Ada enam gen yang mengkode protein yang terdapat di membran sel otot, sehingga apabila protein-protein tersebut tidak terbentuk atau jumlahnya tidak optimal maka membran sel otot akan kehilangan kemampuannya sebagai shock absorber. Pada LGMD membran otot akan melemah, membiarkan substansi keluar masuk yang seharusnya berdiam di membran, yang membuat fungsi membran otot menjadi menurun. 5EDMD berkaitan dengan defek pada gen yang mengkodekan protein yang disebut emerin, protein yang ditemukan di membran inti sel namun fungsinya belum jelas diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan kurangnya emerin berkaitan dengan reorganisasi membran inti setelah sel miosis sehingga menyebabkan otot menjadi lemah. Selain emerin, ditemukan juga keterkaitan lamin A dan lamin C yang juga berperan penting di membran inti sel, dimana kerusakan otot terjadi akibat ketidakstabilan otot yang mengandung jumlah lamin A dan C yang tidak optimal.9Distrofi miotonik dikaitkan dengan defek gen yang mengkodekan protein yang mengontrol partikel di sel otot. Defek gen ini disebut dengan triple repeat, yang berarti gen tersebut mengandung unsur DNA berlebih. Defek gen yang seperti ini juga terjadi pada OPMD, dimana akan melibatkan gangguan pada translasi gen di inti sel. Distrofi muscular jenis FSH dan DD belum diketahui dengan pasti, namun dicurigai lokasi kerusakan ada pada kromosomnya. Distrofi muskular jenis CMD menunjukkan gejala klinis setelah hilangnya hubungan serat otot dengan struktur lain di sekitarnya (matriks ekstraseluler). Berdasarkan hasil penelitian ternyata ditemukan bahwa penyebab CMD adalah defisiensi protein yang disebut merosin, atau sekarang sering disebut dengan laminin 2. Merosin dalam keadaan normal berada di sel otot sebagai pelindung layaknya kulit manusia, yang disebut dengan lamina basalis. Letak kelainan genetik ini berada pada kromosom no 6. 8

Gbr. 3. Protein-protein yang berkaitan dengan CMD

Pada tahun 1998, penelitian terbaru menemukan penyebab lain dari CMD, yaitu intergrin, protein yang berada di sekitar serat otot, yang menghubungkan laminin 2 dengan protein yang berada dalam sel otot. Seiring semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi maka pada abad 20 ditemukan jenis Ullrich CMD, yang disebabkan oleh kerusakan collagen 6, protein yang menyerupai tali yang ditemukan di daerah yang sama dengan laminin 2. Collagen 6, membantu kerja serat otot bersama-sama laminin 2. Laminin 2 sendiri berhubungan dengan sel otot lewat kedua protein lainnya, integrin atau dystroglycan. Distroglikan menghubungkan permukaan luar sel otot dengan struktur di luarnya lewat cabang yang terbentuk dari molekul-molekul gula, yang menonjol dari permukaan dan menempel dengan laminin.8E. Patofisiologi

Semua bentuk Distrofi Muskular Progressiva adalah diturunkan, penyebabnya karena adanya mutasi pada gen seseorang. Gen manusia terbuat dari DNA dan terletak pada kromosom. Setiap gen memiliki resep atau pola yang berbeda untuk protein yang berbeda, dan protein-protein ini biasanya dibutuhkan dalam menjalankan fungsi tubuh manusia dengan baik.11Ketika gen bermutasi, akan terjadi kerusakan pada protein atau protein tidak terbentuk sama sekali. Otot merupakan transuder (mesin) biokimiawi utama yang mengubah energi potensial (kimia) menjadi energi kinetik (mekanis). Sebuah transuder kimia-mekanis yang efektif harus memenuhi beberapa persyaratan : (1) Harus ada pasokan energi kimia yang konstan. Dalam otot vertebra, ATP dan kreatin fosfat memasok energi kimia. (2) Harus ada sarana untuk mengatur aktivitas mekanis, yaitu kecepatan, lama dan kekuatan kontraksinya pada otot. (3) Mesin tersebut harus dihubungkan dengan operator, suatu persyaratan yang dalam sistem biologik dipenuhi oleh sistem saraf. (4) Harus ada cara untuk mengembalikan mesin itu ke keadaan semula. Dalam tubuh vertebrae, persyaratan di atas dan kebutuhan spesifik organisme tersebut dipenuhi oleh tiga tipe otot yaitu otot skeletal, otot jantung dan otot polos.4Otot terbentuk dari sekumpulan serat (Sel). Setiap serat otot terdiri dari sel-sel otot yang panjang dan berbentuk silinder, yang dikelilingi oleh membran plasma yang disebut sarkolema, dan ini terdiri dari beberapa inti sel dan dua struktur lan yang disebut T-tubules (transverse tubules) dan the sarco-plasmic reticulum, keduanya berperan penting dalam kontraksi otot. Di antara serat otot ini terdapat sarkomer yang terdiri dari sekelompok protein yang penting untuk kontraktilitas otot, dan merupakan unit dasar dari otot. Protein ini disebut aktin dan miosin. Aktin terdiri dari filamen yang sangat tipis sedangkan miosin terdiri dari filamen yang tebal. Di bawah mikroskop elektron aktin memiliki daerah yang lebih terangdan dipisahkan oleh daerah yang lebih gelap disebut Z line. Dan daerah di antara dua Z lines disebut sarkomer. Filamen miosin terdapat di tengah dari sarkomer.

Mekanisme kontraksi otot selama ini dikenal dengan sliding filament theory. Pada keadaan yang baik dan dengan adanya energi yang cukup maka actin dan miosin dapat saling mendorong yang akan menghasilkan kontraksi sel otot. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kontraksi otot juga berkaitan dengan sistem saraf, salah satunya akibat dari dilepasnya asetil kolin dan depolarisasi dari membran sel otot, selama depolarisasi kanal ion Ca++ terbuka, dan menyebabkan keluarnya ion Ca++ sitoplasma sel otot yang akan berikatan dengan molekul troponin, sehingga terbentuk troponin-Ca++ complex, yang akan menarik tropomiosin dan membuat misoin terlepas dari ikatannya dengan aktin. Hal ini akan memberi kesempatan pada aktin dan misoin berinteraksi kembali sehingga kontraksi otot dapat terjadi. Sekelompok protein berada di sekeliling membran masing-masing serat untuk membantu kerja otot dengan baik. Ketika salah satu protein tersebut mengalami defisiensi atau tidak ada sama sekali akan menimbulkan gejala-gejala klinis yang berbeda yang mengarah pada kelemahan otot. Protein-protein yang berperanan di dalam penyakit ini antara lain : distrofin, protein yang terdapat di luar membran sel (fukutin, integrin), protein yang berada di dalam matriks ekstraseluler yang berikatan dengan membran (merosin atau laminin-alpha-2). Beberapa peneliti mengatakan ketiadaaan atau berkurangnya protein di membran sel otot ini akan membuat ion Ca++ yang masuk ke sel otot terlalu banyak, dan merangsang enzim tertentu di sel untuk menghancurkan serat-serat otot. 5

Gbr. 4. Sekumpulan protein yang bekerja dalam sel ototDelesi suatu bagian pada gen struktural untuk protein-protein tertentu pada otot, terletak pada kromosom X

Berkurangnya sintesis m RNA untuk protein yang besangkutan

Kadar protein pada otot rendah; bahkan tidak ada

Kontraksi /relaksasi otot terkena; mekanisme pasti belum jelas

Distrofin : mempengaruhi keutuhan membran plasma, sehingga terjadi peningkatan fragilitas osmotik atau memungkinkan influx ion Ca2+ berlebihan

Integrin : mempengaruhi integrasi dan berbagai respon sel sehingga terjadi penurunan reaksi otot terhadap perubahan gerakan dan fagositosis

Dan protein-protein lain yang terlibat

Kelemahan otot yang progresifF. Gejala Klinis Dalam mendiagnosa distrofi muscular, seorang dokter harus memulai dengan melakukan anamnesis terhadap keluarga, terkait dengan riwayat keturunan. Sangat penting melakukan pemeriksaan guna menegakkan diagnosa, karena banyak penyakit lain yang juga memiliki gejala sama dengan DMD. Dokter juga harus mampu membedakan kelemahan otot yang terjadi berasal dari kelainan pada otot atau berasaldari kelainan di saraf yang mengontrol otot tersebut. Kelainan yang terdapat pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf, atau motorneuron, diatur di medula spinalis dan otak dan mempengaruhi semua otot, dapat menyebabkan gangguan pada otot, yang terlihat seperti gangguan berasal dari otot itu sendiri. 5Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menegakkan diagnosis Distrofi Muskular Progressiva : Biasanya mengenai laki-laki (jarang pada perempuan)

Saudara lelaki atau keluarga yang berjenis kelamin laki-laki pasti ada yang memiliki gejala sama.

Tanda dan gejala yang dialami penderita akan memburuk setiap tahunnya (progresif). Kelemahan otot pertama mengenai kaki, paha bagian depan, pinggul, bahu dan siku. Lama kelamaan akan mengenai tangan, wajah dan otot leher.

Kebanyakan anak tidak dapat berjalan pada usia 10 tahun. 10Gbr. 5. Gejala yang muncul pada DMP Distrofi Muskularis DuchenneGejala klinis yang bisa muncul pada distrofi jenis ini adalah :

Bayi laki-laki biasanya jarang bergejala pada saat lahir atau pada masa bayi, meskipun beberapa telah menderita hipotonia ringan. Pengendalian kepala yang buruk pada masa bayi mungkin merupakan tanda kelemahan yang pertama Kemampuan motorik kasar dini, seperti membalikkan tubuh, duduk dan berdiri biasanya dicapai pada usia yang tepat atau agak terlambat Pada usia kurang dari 12 bulan, anak biasanya sudah dapat berjalan, namun mungkin masih tampak kelemahan pada bagian pinggul dalam bentuk samar-samar secepat-cepatnya pada tahun ke-2. Anak yang mulai berjalan mungkin mengambil postur lordosis bila sedang berdiri untuk mengkompensasi kelemahan gluteus. Pada usia 2 6 tahun mungkin akan muncul kelemahan otot proksimal, dan anak mulai sering terjatuh, dan cara berjalan yang aneh (bergoyang-goyang) Tanda gower awal sering nyata pada usia 3 tahun dan terekspresi penuh pada usia 5 atau 6 tahun. Gaya berjalan Trendelburg, atau pinggul berlenggang, muncul pada usia ini. Bentuk wajah tertentu bukan merupakan tanda, karena kelemahan otot wajah merupakan tanda yang terakhir Kontraktur paling sering melibatkan pergelangan kaki, lutut, pinggul dan siku Skoliosis bisa terjadi, cukup mengganggu atau kadang-kadang nyeri Deformitas dada lebih lanjut menggangu kapasitas paru dan menekan jantung Pembesaran otot betis (pseudohipertrofi) dan pengurusan otot paha adalah tanda klasik, pembesaran ini karena hipertrofi beberapa serabut otot, infiltrasi lemak pada otot, dan proliferasi kolagen. Setelah otot betis, tempat hipertrofi muskuler yang paling lazim berikutnya adalah lidah, diikuti oleh otot-otot lengan bawah, tidak terjadi fasikulasi lidah. Kebanyakan anak laki-laki dengan distrofi duchenne mampu berjalan sampai usia 12 tahun

Keterlibatan otot pernafasan ditunjukkan sebagai batuk ringan dan tidak efektif, infeksi paru berulang, dan penurunan kemampuan bernafas. Kelemahan faring dapat menyebabkan episode aspirasi, regurgitasi cairan hidung, dan kualitas suara hidung atau basah Fungsi otot-otot distal biasanya relatif cukup terjaga, sehingga memungkinkan anak menggunakan peralatan makan, pensil, dan keyboard komputer

Fungsi otot ekstraokuler tetap terpelihara dengan baik Inkontinensia karena kelemahan sfingter ani dan uretra merupakan kejadian yang amat tidak biasa dan terjadi sangat lambat 2, 8

Gbr. 6. Gowers sign pada DMD

Becker muscular dystrophy (BMD)Pada BMD, anak laki-laki masih tetap dapat berjalan sampai akhir masa remaja atau awal kehidupan dewasa. Pseudohipertrofi betis, kardiomiopati, terjadi seperti halnya DMD. Ketidakmampuan belajar jarang terjadi. Awitan kelemahan penderita BMD lebih lambat daripada penderita penyakit DMD. Kematian sering terjadi pada akhir usia 20 tahun, penderita yang masih bertahan hidup sampai usia 40 tahun biasanya mengalami cacat.3

Gbr. 7. Otot-otot yang terkena pada DMD dan BMD

Emery-Dreifuss muscular dystrophy (EDMD)Manifestasi klinis mulai pada pertengahan masa anak, tetapi banyak penderita bertahan hidup sampai akhir masa dewasa karena perjalanan penyakitnya adalah lambat. Manifestasi klinis yang mungkin terlihat adalah :

Hipertrofi otot tidak terjadi Kontraktur siku dan pergelangan kaki berkembang awal, dan otot menjadi kecil pada distribusi skapulohumeroperoneal Kelemahan otot wajah tidak terjadi, sehingga secara klinis membedakan penyakit ini dari dari sindrom skapulohumeral dan skapuloperoneal dominan autosomal yang berasal dari neurogenik Tidak ditemukan miotonia Fungsi intelektual normal Kardiomiopati berat sering merupakan penyebab kematian.9

Gbr. 8. Otot-otot yang terkena pada EDMD

Limb-girdle muscular dystrophy (LGMD)Gejala dan tanda awal jarang muncul sebelum pertengahan atau akhir masa anak atau dapat juga tertunda sampai awal masa dewasa, manifestasi klinis yang muncul yaitu :

Nyeri punggung bagian bawah mungkin merupakan keluhan yang ada karena postur lordosis akibat lemahnya otot gluteus Kelemahan fleksor dan ekstensor leher adalah namun keterlibatan secara klinis otot-otot wajah, lidah, dan otot yang diinervasi bulbar lain jarang terjadi. Karena kelemahan dan pengurusan otot berjalan terus, reflex peregangan tendo menjadi berkurang Keterlibatan jantung tidak lazim Fungsi intelektual biasanya normal.5Facioscapulohumeral muscular dystrophy (FSH)Seperti namanya menyatakan, distrofia FSH menunjukkan kelemahan paling awal dan paling berat pada otot sekeliling wajah dan bahu. Kelemahan wajah berbeda dari kelemahan distrofia miotonik; bukannya bibir atas berbentuk V terbalik, mulut pada distrofia FSH berbentuk bulat dan tampak berkerut-kerut karena bibir atas dan bawah menonjol Ketidakmampuan menutup mata secara sempurna saat tidur merupakan penampakan yang lazim dari kelemahan wajah bagian atas, dan beberapa penderita memiliki otot ekstraokuler yang lemah, meskipun ophtalmoplegia sangat jarang terjadi Sayap scapula tampak jelas, bahkan sering terjadi pada bayi, tampak kontur deltoid rata atau bahkan cekung dan otot bisep dan trisep brakii kurus lemah Otot-otot sekeliling pinggul dan paha akhirnya juga kehilangan kekuatannya dan atrofi, dan muncul gaya berjalan Gower dan Trendelenburg Kadang-kadang kelemahan pada jari dan pergelangan tangan merupakan gejala yang pertama yang ditemukan pada pasien FSH.1Myotonic dystrophyGejala yang paling sering muncul pada MD adalah kelemahan otot tangan, lengan, wajah, tungkai dan kaki. MD juga mengenai system tubuh lainnya seperti kardiovaskuler (nyeri dada,jantung berdetak cepat sehingga denyut jantung tidak normal) endokrin (kehilangan rambut, lebih cepat lelah, dan mengalami kesulitan untuk hamil), system gastrointestinal (kesulitan menelan, mengunyah, konstipasi), sistem saraf (kesulitan berpikir, menganalisa, berkonsentrasi dan mengingat, lebih sering tidur), system pernafasan dan ophtalmological (kesulitan bernafas, katarak dan ptosis).2Oculopharyngeal muscular dystrophy (OPMD)Penderita OPMD pertamakali menunjukkan penurunan kelopak mata yang semakin lama membuat penderita mendongakkan kepala agar dapat melihat dengan jelas. Selain itu penderita akan kesulitan untuk menelan dan tampak dari sering tersedak dan semakin lama penderita akan menunjukkan tanda ptosis dan disfagia. Kelemahan otot menelan akan membuat makanan dan air masuk ke paru-paru dan bukan ke lambung. Kelemahan otot pada otot wajah dan anggota badan sering terjadi, dan terlihat dari posisi pasien dan cara berjalannya.5

INCLUDEPICTURE "../../../cooas/Neurology/Refrat.ku/22_files/fa-raremd_data/trach-with-Passy-Muir-valve.jpg" \* MERGEFORMAT Gbr. 9. Otot-otot yang terkena pada OPMD

Distal muscular dystrophy (DD)Manifestasi klinis dari Distal Muskular ini bermacam-macam, dan dibagi beberapa tipe, seperti : Welanders distal myopathy, yang mengenai ekstrimitas superior terlebih dahulu, kemudian ekstrimitas inferior. Tibial distal miopati mengenai ekstrimitas inferior, tepatnya otot di sekitar os tibia, yang semakin lama mengenai ekstrimitas superior dan otot di thorak Miyoshi distal miopati mengenai daerah ekstrimitas inferior terlebih dahulu terutama di daerah betis, dimana gejalanya baru muncul pada usia 15 dan 30 tahun Nonaka distal miopati yang baru muncul di usia 20 dan 40 tahun mengenai otot tungkai anterior, dan berlanjut ke lengan atas dan otot sekitar leher. Gowers-laing distal miopati, yang muncul ketika masih anak-anak, kelemahan otot pertama kali dirasakan pada tungkai dan otot leher dan menyebar meliputi daerah tangan dan sekitarnya. 2

Gbr. 10.Otot-otot yang terkena pada DD

Congenital muscular dystrophy (CMD)Bayi sering mengalami kontraktur atau arthrogriposis pada saat lahir dan secara difus hipotonik. Massa otot tipis pada batang tubuh dan tungkai. Pengendalian kepala jelek. Otot wajah mungkin sedikit terlibat, reflex peregangan tendo mungkin hipoaktif atau tidak ada.5G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dini yang perlu dilakukan adalah :

1. Kadar CK darah, Creatine Kinase merupakan enzim yang keluar saat otot mengalami kerusakan. Kadar CK darah yang cukup tinggi menunjukkan adanya proses abnormal yang dialami otot, seperti distrofi muskular atau proses inflamasi otot. 2. Tes DNA, menggunakan sel darah atau sel otot untuk memperoleh informasi genetik yang dapat membuktikan keberadaan distrofi muskular.3. Untuk mengetahui letak kelainan, maka dapat dilakukan biopsi otot, yang dapat membedakan otot tersebut mengalami distrofi atau sekedar inflamasi, selain itu dengan biopsi otot dapat pula diketahui protein apa yang terdapat pada sediaan otot tersebut, protein tersebut berada pada lokasi yang tepat atau tidak, dan kadarnya dalam batas normal atau tidak. Misalnya, untuk membedakan DMD (tanpa distrofin) dan BMD (dengan distrofin).

Gbr.11. Gambaran histopatologi pada kasus DMD

4. Electromyogram (EMG), tes elektrikal ini dilakukan untuk melihat respon otot terhadap stimulasi yang diberikan. Penurunan respon otot ditunjukkan pada distrofi muscular, selain itu EMG juga dapat dilakukan untuk melihat kerja jantung sebagai akibat komplikasi distrofi itu sendiri.5. Tes pendengaran, dapat pula dilakukan pada penderita FSH.1H. Penatalaksanaan Medikamentosa

Sebenarnya tidak ada obat yang dapat memperbaiki keadaan distrofi muskularis ini. Prednisone, dari golongan kortikosteroid hanya diberikan untuk memperlambat proses dari perjalanan penyakit, namun dari hasil penelitian, efek obat ini ternyata masih dipertanyakan, dan hanya mempunyai efek pada beberapa jenis distrofi muskular saja. Obat lain, deflazacort, tampaknya memiliki efek yang lebih menguntungkan dengan efek samping minimal. Dalam beberapa penelitian Albuterol, agonis adrenergik,memberikan efek yang menjanjikan pada FSH. Pengobatan distrofi muskular ini biasanya hanya ditujukan pada pencegahan timbulnya komplikasi, seperti penurunan kemampuan gerak dan keterampilan, kontraktur, skoliosis, gangguan jantung, dan insufisiensi respirasi.Physical therapyTerapi fisik ini meliputi stretching, untuk mengatur gerakan dari otot yang terkena dan mencegah terjadinya kontraktur. Latihan ini terutama pada pergelangan kaki untuk mencegah terjadinya equinus. Namun, latihan dapat pula ditujukan untuk otot seluruh tubuh, sehingga cara berjalan dapat lebih baik dan bebas penyangga. Terapi fisik pada penderita distrofi adalah terapi teratur dengan porsi ringan, karena latihan yang berat tidak dianjurkan sebab mampu merusak otot yang mengalami kelemahan. PembedahanApabila terjadi kontraktur, maka dapat dilakukan tenotomy. Pada operasi ini, tendo dari otot yang mengalami kontraktur akan dipotong, cabang dari otot tersebut kemudian dibiarkan pada origonya menunggu tendo kembali seperti semula. Pada jenis FSH, operasi fiksasi dapat membantu skapula mengkompensasi kelemahan yang terjadi. Sedangkan pada penderita OPMD, operasi untuk mengangkat kelopak mata dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan otot. Penderita dengan DM, keadaan apnea dapat diatasi dengan operasi yang bertujuan membuka jalan nafas. Operasi terhadap skoliosis lebih sering dilakukan pada penderita DMD dibanding jenis distrofi lainnya, pada operasi ini tulang belakang akan diperbaiki dan difiksasi seperti keadaan normal dengan menggunakan batangan yang terbuat dari baja. Penderita dengan DM juga dapat dilakukan operasi untuk membuka jalan nafas sehingga apnea dapat berkurang. Semua operasi ini tentu saja harus dilakukan dengan hati-hati pada penderita dengan distrofi muskular, pemberian anestesi harus dilakukan dengan baik karena dapat menimbulkan hipertermia malignan ketika diberikan anestesi halotan.Perbaikan giziGizi yang baik, akan membantu memperbaiki keadaan otot-otot yang mengalami distrofi, namun tidak ada diet atau suplemen khusus yang dapat digunakan. Kelemahan di otot tenggorokan seperti yang terjadi pada OPMD dan DMD tipe lanjut mungkin membutuhkan selang gstrostomy, yang dimasukkan langsung ke dalam lambung untuk membantu penyediaan nutrisi lanjut. Perawatan jantungArritmia yang terjadi pada EDMD dan BMD dapat diatasi dengan obat antiaritmia seperti mexiletine atau nifedipine. Pacemaker dapat ditanam jika pemakaian obat sudah tidak menunjukkan efek yang baik lagi. Transplantasi jantung dilaporkan meningkat pada pria dengan BMD. Perawatan respirasiPenderita yang menunjukkan kelemahan pada diafragma atau otot ventilator lainnya akan membutuhkan ventilator mekanis untuk membantu pernafasan dengan baik. Oksigen dapat diberikan lewat masker pada hidung dan mulut, atau lewat selang yang dimasukkan melalui trakeostomi. Kebanyakan penderita memang tidak membutuhkan trakeostomi karena lebih baik untuk menggunakan masker, yang paling penting adalah menjaga higienitas dari paru-paru, dengan latihan batuk dan bersin untuk menghindari infeksi akibat kelemahan otot pernafasan.

Penelitian terbaruBeberapa penelitian telah dilakukan untuk membantu mengurangi kerusakan akibat distrofi muscular ini, salah satunya dengan transfer myoblas, jutaan sel yang belum matang disuntikkan pada otot yang mengalami distrofi, diharapkan sel-sel tadi mampu menggantikan sel-sel yang rusak. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan perbaikan yang sangat minimal. Kemudian dilakukan cara lain, dengan terapi gen, yaitu mengenalkan gen distrofin yang baik pada sel otot, dengan maksud sel otot yang rusak mau menggunakan gen yang terbaru untuk mengkode pretein dengan baik. Namun, kelemahan cara ini adalah adanya reaksi imun berupa penolakan, sehingga terjadi penurunan fungsi gen.1,8I. Differensial Diagnosis

Penyakit distrofi muskuler ini biasanya sulit dibedakan dengan penyakit muskuler lain, misalnya pada penyakit yang didapat; Poliomyositis, dermatomyositis, dan miopati lain yang tidak terkait dengan proses inflamasi seperti tirotoksikosis. Sedangkan dengan penyakit yang mengenai motorneuron atau perifer neuropati, distrofi muskuler jelas sudah dapat dibedakan, karena sesuai pembahasan sebelumnya, bahwa distrofi muskuler dibedakan dari semua penyakit neuromuskular lainnya oleh empat kriteria pokok :1. Penyakit ini adalah miopati primer2. Terdapat dasar genetik pada penyakit ini3. Perjalanannya progresif4. Degenerasi dan kematian serabut otot terjadi pada beberapa stadium penyakit ini

Polyomyositis dan Dermatomyositis

Kelainan otot pada kedua penyakit hampir mirip. Terdapat infiltrasi sel mononuklear dan nekrosis sel otot. Pada dermatomyositis, terdapat kelainan pada kulit, biasanya pada kulit wajah dan tangan. Kemerahan pada sekitar hidung dan sekeliling mata sering terjadi. Sedangkan pada poliomyositis biasanya akan terjadi kelemahan pada otot daerah punggung dan leher, yang diikuti dengan kesulitan saat menelan. Biasanya keadaan inflamasi ini akan disertai dengan rasa sakit pada otot dan kulit yang terkena. Penderita akan menunjukkan kelainan seperti pada distrofi muskular, seperti kesulitan dalam menggunakan lengan atas, kesulitan saat ingin berdiri dan mandi. Miopati yang tidak terkait dengan inflamasi

Keadaan ini meliputi penyakit yang terkait dengan alkohol, penyakit yang dipicu obat, metabolisme kalsium dan hipertiroid serta pengobatan dengan steroid dosis tinggi. Biasanya asimptomatik, pada hipertiroidism akan muncul kelemahan pada otot daerah punggung dan bahu. Penderita dalam pengobatan steroid dosis tinggi, terutama fluorinated triamcinolone, betamethason dan dexamethason akan menunjukkan gejala seperti adanya kelemahan dan pengecilan otot di tubuh superior. 11

Gbr. 11. Tabel yang menunjukkan perbedaan penyakit-penyakit terkait neuromuskuler.J. Komplikasi

Kardiomiopati merupakan gambaran yang konstan dari penyakit ini. Keparahan keterlibatan otot jantung tidak selalu berkorelasi dengan derajat kelemahan otot skelet. Kejadian ini diakibatkan irama jantung tidak dapat diteruskan dari atrium ke ventrikel, dan keadaan ini dapat menimbulkan cardiac arrest. Beberapa penderita meninggal awal karena kardiomiopati berat, yang lain pada stadium terminal masih mempunyai fungsi jantung yang terkompensasi dengan baik.Penurunan intelektual terjadi pada semua penderita, meskipun hanya 20-30% yang memiliki IQ kurang dari 70. Pada umumnya mereka masih memiliki kemampuan belajar yang memungkinkan mereka belajar di kelas biasa, khususnya jika bantuan perbaikan diberikan. Sejumlah kecil penderita menderita retardasi mental yang berat, tetapi tidak berkorelasi dengan keparahan miopati ini. Epilepsi sedikit lebih lazim daripada populasi anak pada umumnya.Perubahan degeneratif dan fibrosis otot merupakan proses yang tidak sakit. Mialgia dan spasme otot tidak terjadi. Kalsinosis otot juga jarang. Kematian biasanya jarang terjadi pada usia 18 tahun. Penyebab kematian adalah kegagalan pernafasan saat tidur, gangguan jantung kongestif yang berlarut-larut, pneumonia, atau kadang-kadang aspirasi dan obstruksi saluran pernafasan.1,5,8K. PrognosisWaktu hidup yang diharapkan pada pria penderita DMD menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam dua dekade terakhir. Penderita biasanya akan hidup sampai usia 20-an. Namun, infeksi pada respirasi merupakan masalah yang dapat memperlemah kemampuan bernafas, dan tidak jarang infeksi ini yang merupakan penyebab kematian terbesar. Perkiraan waktu hidup distrofi ini sangat sulit ditentukan, terkait dengan usia munculnya gejala klinis. Prediksi semakin sulit ditentukan karena semakin banyaknya gen baru yang ditemukan, sekaligus menjelaskan bahwa distrofi mucul sebagai akibat defek gen yang kompleks. Penderita dengan komplkasi pada jantungnya akan memiliki waktu hidup yang lebih singkat dibanding dengan penderita tanpa komplikasi, kecuali keadaan jantung mereka dikontrol secara teratur. 1BAB III

KESIMPULANDistrofi berarti pertumbuhan abnormal dan berasal dari bahasa Yunani trophe yang berarti makanan. Namun distrofi muskularis mengandung arti yang jauh lebih dari hanya pertumbuhan menyimpang atau nutrisi serabut otot. Distrofi muskularis dibedakan dari semua penyakit neuromuskular lainnya oleh empat kriteria pokok : Penyakit ini adalah miopati primer, terdapat dasar genetik pada penyakit ini, perjalanannya progresif, degenerasi dan kematian serabut otot terjadi pada beberapa stadium penyakit ini.

Distrofi muskularis meliputi Duchenne muscular dystrophy (DMD), Becker muscular dystrophy (BMD), Emery-Dreifuss muscular dystrophy (EDMD), Limb-girdle muscular dystrophy (LGMD, Facioscapulohumeral muscular dystrophy (FSH) yang dikenal dengan Landouzy-Dejerine disease, Myotonic dystrophy, Oculopharyngeal muscular dystrophy (OPMD), Distal muscular dystrophy (DD), Congenital muscular dystrophy (CMD).

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menegakkan diagnosis Distrofi Muskular Progressiva : Biasanya mengenai laki-laki (jarang pada perempuan) sehingga saudara lelaki atau keluarga yang berjenis kelamin laki-laki pasti ada yang memiliki gejala sama, dan tanda pertama kali muncul pada usia 3-5 tahun selain itu tanda dan gejala yang dialami penderita akan memburuk setiap tahunnya (progresif).

Tidak ada pengobatan spesifik yang dapat menyembuhkan penyakit ini, pemakaian obat dilakukan hanya untuk mengurangi gejala penyakit, dan memperlambat proses ke arah komplikasi, penatalaksanaan lainnya lebih diarahkan pada penatalaksanaan agar penderita dapat hidup lebih nyaman tanpa harus terganggu akan kelemahan otot-otonya. Kebanyakan kematian disebabkan oleh kelemahan otot daerah organ-organ yang vital seperti pernafasan dan jantung, serta adanya komplikasi berupa infeksi di daerah tersebut

28