19
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia, sedangkan menurut pasal 1 ayat (2) , (3), (4) UU no 13 tahun 1998 tentang kesehatan di katakan bahwa usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai umur 60 tahun.Menurut Word Health Organization (WHO) Usia pertengahan (middle range) memiliki rentang usia:45-49 tahun, kriteria umur lanjut usia awal (elderly) memiliki rentang usia 60-74 tahun, Kriteria Lanjut usia tua (old) memiliki rentang usia 75-90 tahun, sedangkan usia sangat tua (very old) memiliki rentang usia diatas 90 tahun (Effendi & Makhfudli, 2009). 2.1.2 Proses menua Proses menua tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidakmampuan, sebagaian besar lansia tetap mandiri secara fungsional walaupun menderita penyakit kronis. Aspek fisik dan psikososial pada proses penuaan memiliki keterkaitan yang erat, lansia erat kaitannya dengan kemampuan merespon stres, pengalaman kehilangan berkali kali dan perubahan fisik normal pada penuaan menempatkan mereka pada risiko untuk terkena penyakit dan burukanya fungsional, walaupun interaksi antar faktor ini bisa menjadi berat, tetapi tidak semua tanda dan gejala tersebut tampak. (Perry & Potter, 2005) 2.1.2 Teori menua (Aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41737/3/jiptummpp-gdl-laluwahyup-46743-3-bab_ii.pdf · a) Teori Sosiologik, Teori pelepasan ikatan (disengnagement

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia,

sedangkan menurut pasal 1 ayat (2) , (3), (4) UU no 13 tahun 1998 tentang kesehatan di katakan

bahwa usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai umur 60 tahun.Menurut Word Health

Organization (WHO) Usia pertengahan (middle range) memiliki rentang usia:45-49 tahun, kriteria

umur lanjut usia awal (elderly) memiliki rentang usia 60-74 tahun, Kriteria Lanjut usia tua (old)

memiliki rentang usia 75-90 tahun, sedangkan usia sangat tua (very old) memiliki rentang usia

diatas 90 tahun (Effendi & Makhfudli, 2009).

2.1.2 Proses menua

Proses menua tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidakmampuan,

sebagaian besar lansia tetap mandiri secara fungsional walaupun menderita penyakit kronis.

Aspek fisik dan psikososial pada proses penuaan memiliki keterkaitan yang erat, lansia erat

kaitannya dengan kemampuan merespon stres, pengalaman kehilangan berkali kali dan

perubahan fisik normal pada penuaan menempatkan mereka pada risiko untuk terkena penyakit

dan burukanya fungsional, walaupun interaksi antar faktor ini bisa menjadi berat, tetapi tidak

semua tanda dan gejala tersebut tampak. (Perry & Potter, 2005)

2.1.2 Teori menua

(Aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara

progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan

9

menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu.Beberapa teori penuaan menurut

(Fatmah, 2010) antara lain di jelaskan dalam beberapa paragraf berikut ini:

a) Teori System organ dan Teori kekebalan tubuh, teori system organ didasarkan atas dugaan

adanya hambatan dari organ tertentu dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya

proses penuaan.Organ tersebut adalah system endokrin dan system imun. Pada prosesnya

penuaan, kelenjar timus mengecil dan menurunkan fungsi imun. Penurunan system imun

menimbulkan peningkatan usia berhubung dengan peningkatan insidensi penyakit

sedangkan teori kekebalan tubuh memandang proses penuaan terjadi akibat adanya

penurunan system secara bertahap, sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan diri

terhadap luka, penyakit, sel mutan, ataupun sel lasing.

b) Teori Adaptasi stress, Teori Psikososial dan Teori Kontinuitas. Teori adaptasi stres

menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap stres. Stres dapat berasal dari

dalam maupun dari luar, juga dapat bersifat fisik, psikologik maupun sosial. Teori

Psikososial mengatakan bahwa semakin lanjut usia seseorang, maka ia semakin lebih

memperhatikan dirinya dan arti hidupnya dan kurang memperhatikan peristiwa atau isu

isu yang terjadi. Terori Kontiunitas adalah teori antara Gabungan antara teori pelepasan

ikatan dan teori aktivitas. Perubahan diri lansia di pengaruhi oleh tipe kepribadiannya.

Seseorang yang belum sukses, pada usia lanjut akan tetap berinteraksi dengan lingkungan

serta tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya karena memiliki tipe kepribadian

yang aktif dalam kegiatan sosial.

a) Teori Sosiologik, Teori pelepasan ikatan (disengnagement theory) dan Teori Aktivitas Teori

perubahan social atau teori sosiologik yang menerangkan menurunnya sumber daya dan

meningkatkan ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial yang tidak merata dan

menurunya sistem penunjang sosial. Menurut teori pelepasan ikatan (disengnagement theory)

menjelaskan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat

10

karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan pelan dari

kehidupan sosial. Sedangkan Teori Aktivitas berlawanan dengan teori pelepasan ikatan,

menurut teori aktivitas ini menjelaskan bahwa lansia yang sukses adalah yang aktif dan

ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika seseorang sebelumnya sangat aktif, maka pada usia

lanjut ia akan tetap memelihara keaktifan seperti peran dalam keluarga dan masyarakat

dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan, karena ia tetap merasa dirinya berarti dan puas

di hari tuanya.

Dalam perspektif Teori penuaan yang di tinjau dari sudut biologis terdapat beberapa

teori yaitu :

a) Teori Error Catastrophe, Teori pesan yang berlebihan (redundant message) dan Teori Teori

imunologi Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh mempengaruhi sifat khusus

enzim untuk sintesis protein, sehingga terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel.

Menurut Teori pesan yang berlebihan (redundant message) manusia memiliki DNA yang

berisi pesan yang berulang ulang atau berlebih lebihan yang menimbulkan penuaan.

b) Teori Teori imunologi menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan kemampuan

mengenali diri sendiri dan sel lasing atau sel pengganggu, sehingga tubuh tidak dapat

membedakan sel sel normal dan abnormal dan akibatnya antibody menyerang kedua jenis sel

tersebut sehingga muncul penyakit penyakit degeneratif (Fatmah, 2010).

2.2.2 Perubahan perubahan pada Lansia

Perubahan perubahan yang terjadi pada Lansia menurut (Maryam et al, 2008) antara lain :

a. Perubahan fisik

Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler,

pada Kardiovaskular: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun

(menurunyankontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya

11

resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Dalam hal respirasi terjadi

penurunan otot otot pernapasan yang kekuatanya menurun serta kaku, elastisitas paru menurun,

kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.

Pernapasan : Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam

merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress. Berkurangnya atau

hilangnya lapisan myelin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan

reflex.Musculoskeletal lansia pada cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh(osteporosis),

bungkuk (kifosis), persedian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon

mengerut dan mengalami sklerosis. Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung

menurun,lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun.

Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan

berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.

Genitourinia (ginjal ): lansia mengalami beberapa hal yakni mengecil, aliran ke ginjal

menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga

kemampuan mengosentrasi urine ikut menurun. Vesika urinaria : otot otot melemah, kapasitasnya

menurun dan retensi urine. Prostat:hipertrofi pada 75% lansia. Vagina lansia mengalami beberapa

perubahan fisiologis yakni selaput lendir mengering dan sekresi menurun. Persepsi atau panca

indra lansia mengalami perubahan pada Pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi

gangguan pendengaran. Tulang tulang pendengaran mengalami kekakuan.Penglihatan: respons

terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang

menurun dan Risiko katarak. Endokrin: produksi hormone menurun. Kulit : keriput serta kulit

kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun,

vakularisasi menurun, rambut memutih,kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta

kuku kaki berlebihan seperti tanduk.Proses Belajar dan kemampuan memori ada tetapi relatif

menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.

12

b. Perubahan Mental

Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

Perubahan fisik, khususnya organ perasa,Kesehatanumum,tingkat pendidikan,Keturunan

(hereditas) dan Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Sering

berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain

misalnya penyakit.

Hal hal yang berubah pada Aspek mental pada Lansia adalah:

2. Kenangan (memori)

Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan mecakup

beberapa perubahan.Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk

( bisa kearah demensia).

3. Intelegentia Quotion

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, penamilan,persepsi

dan keterampilan psikomotor berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan

karena tekanan faktor waktu( Nugroho, 2008).

2.2.3 Konsep menua sehat

Proses menua di pengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen yang dapat menjadi faktor

risiko penyakit degeneratif yang bisa di mulai sejak usia muda atau produktif, namun bersifat

subklinis. Untuk mencapai tujuan menua sehat ini, perlu di lakukan upaya upaya pencegahan

melalui deteksi dan usaha usaha preventif terhadap faktor faktor resiko tersebut sejak dini seperti:

Pemeriksaan laboratorium secara lengkap, mempertahankan berat badan normal.

Memperhatikan konsumsi makanan yang mengandung lemak,gula,garam, zat kimia tambahan,

rokok, alkohol serta meningkatkan makanan berserat dan mengandung kalsium. Mengelola

penyakit atau faktor risiko yang di temukan saat pemeriksaaan laboratorium untuk mencegah

13

perkembangan penyakit tersebut. Mengkonsumsi suplemen makanan seperti vitamin C,E,A dan

B12. Melakukan pekerjaan rumah tangga dan berkebun untuk menjaga kesegaran dan daya tahan

tubuh dan Berolahraga ringan seperti jalan jalan, senam tera ,aerobik, jogging, bersepeda atau

berenang ( Fatma, 2010).

2.2 Konsep Dasar Activity daily of living Non vokasional.

2.2.1. Pengertian Kemampuan Aktifitas

Aktivitas sehari hari (Activity daily living) secara umum adalah keterampilan dasar dan tugas

okupasional yang harus di miliki seseorang untuk merawat dirinya sendiri dengan tujuan untuk

memenuhi peran dan hubungannya dengan dirinya, keluarga dan masyarakat.Activity daily living

Non vokasional adalah aktivitas yang terdiri dari aspek rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang

(Sugiarto,2006).

2.2.2 Macam macam activity daily living.

a) .Activity daily living dasar yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dalam

merawat dirinya sendiri, meliputi berpakaian, makan,toileting, berhias, mandi ada juga yang

memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil kedalam Activity daily living

dasar ini dalam kepustakaan lain di masukkan kemampuan mobilitas.

b) Activity daily living Instrumental, berhubungan dengan penggunaan alat atau alat penunjang

kehidupan sehari hari seperti: menyiapkan makanan, menggunakan telepon ,menulis,

mengetik, mengelola uang dan koin ( menghitung dan member kembalian). Ada beberapa

teori yang memasukkan kemampuan mengemudi ke dalam ADL instrumental ini.

c) Activity daily living vokasional yaitu kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan

pekerjaan atau pendidikan.

d) Activity daily living Non vokasional yaitu aktivitas rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang

(Sugiarto,2006).

1. Rekreasi

14

Rekreasi berasal dari bahasa latin yaitu “ creature “ yang berarti mencipta, lalu

diberi awalan “ re “ yang sehingga berarti “ pemulihan daya cipta atau penyegaran daya

cipta”. Kegiatan rekreasi biasanya dilakukan diwaktu senggang (leasuretime). Leasure

berasal dari kata “licere” (latin) yang berarti diperkenankan menikmati saat-saat yang

bebas dari kegiatan rutin untuk memulihkan atau menyegarkan kembali. Rekreasi adalah

kegiatan yang dikerjakan oleh seorang atau secara bersama-sama dengan orang lain dalam

waktu senggang secara sadar dan sukarela untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan

serta kesegaran pribadi dengan secara langsung dan segera”. Sedangkan rekreasi

merupakan suatu bentuk kegiatan yang khas sebagai salah satu sikap (attitude) ataupun

sebagai suatu pendapat yang dianut terhadap suatu cara hidup yang khas. Rekreasi dapat

dirasakan sebagai suatu bentuk pengalaman. Rekreasi dapat juga diartikan sebagai spirit

hidup sehingga dapat dihubungkan dengan atau dianggap sebagai suatu pernyataanjiwa,

bahkan beberapa orang dari kalangan pendidikan melihat rekreasi sebagai suatu cara atau

metode sekaligus proses pendidikan (Ismanda et al, 2013).

Dalam penelitian ini Rekreasional di definisikan sebagai sesuatu yang meningkatkan

daya kreasi manusia dalam mencapai keseimbangan antara kerja bekerja dan beristirahat

atau dengan kata lain kegiatan penyegaran kembali tubuh dan pikiran serta kegiatan yang

menggembirakan hati seperti hiburan atau piknik. (Setyoadi & Kushariyadi,

2011).Kegiatan kegiatan Rekreasional jangka panjang sangat di butuhkan oleh lansia akan

tetapi perlu penyesuaian dengan tingkat Pendidikan dan Agama dari para lansia tersebut (

Li et al, 2008)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rekreasi ada beberapa hal antara lain :

a) Faktor sosial ekonomi Pada masyarakat dengan kelompok sosial tertentu (elite) akan

berbeda dengan rekreasi masyarakat pada umunya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki.

15

b.) Faktor jenis kelamin, usia dan keluarga Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda

dengan remaja putra dan berbeda pula dengan kegiatan rekreasi orang dewasa.

c.) Faktor ketersediaan waktu luang.

d.) Waktu luang penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akan berbeda dengan wanita

pekerja.

e.) Faktor pranata berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki, perubahan

sikap terhadap rekreasi.

f.) Faktor perubahan teknologi berhubungan dengan munculnya jenis-jenis rekreasi baru

dan kemudahan pencapaian dengan fasilitas-fasilitas rekreasi dengan teknologi tinggi.

2. Aktivitas Hobi

Aktivitas Hobi pada Lansia perlu di kembangankan sesuai dengan kemampuan.( Maryam et

al 2008). Hobi yang sering di lakukan lansia misalnya: bermain angklung atau alat musik lainnya,

menyanyi, memelihara bunga atau berkebun dan atau melukis ( Nugroho, 2008). Lansia dengan

penyaluran Hobi berupa berolahraga dapat menurunkan tingkat stress dan kecemasan,

penyaluran hobi tentu sangat di butuhkan oleh lansia ketika memasuki masa senjanya karena

ketika memasuki fase umur lansia banyak perunbahan perubahan yang terjadi berupa kehilangan

pekerjaan tetap dan perubahan fisik-mental yang terjadi pada lansia ( Babazadeh et al, 2008).

Pemberian Hobi berbasis kreatifitas juga sangat baik untuk menurunkan kecemasan pada lansia

yang hal ini otomatis akan berakibat pada meningkatnya kesehatan pada lansia ( Marmot dalam

Liddle et al, 2013)

3.Aktivitas Waktu Luang

Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan

bersifat mengajar danmenghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak

TheInternational Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu luang berisikan

16

berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk

beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan

keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat (

Anggoa, 2011).

Dalam bahasa inggris pengertian waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Sedangkan

kata leisure berasal dari bahasa latin licere, yang mempunyai arti diizinkan (tobe permitted) atau

menjadi bebas (to be free). Oleh karena itu loisir yang berasal daribahasa Prancis mengandung arti

waktu luang (free time). Jadi secara keseluruhan, waktu luang dapat di definisikan sebagai terlepas

dari segala tekanan (freedom from constraint), adanya kesempatan untuk memilih (opportunitiy to

choose), waktu yang tersisa usai kerja (time left over after more) atau waktu luang setelah mengerjakan

segala tugas yang telah menjadi kewjiban (free time after obligatory social duties have been met) (

Ismandaet al, 2013).

2.2.3 Manfaat Kemampuan Aktifitas Sehari-hari pada Lansia

Manfaat aktivitas sehari hari pada Lansia : memberi kesempatan pada lansia akan

memberikan rasa kebugaran pada fisik lansia tersebut,dengan banyak beraktivitas para lansia

seperti berjalan kaki dan senam ringan akan mengurangi insomnia pada lansia. Lansia juga dalam

aktivitasnya dapat melakukan sosialisiasi dan komunikasi untuk menunda kemungkinan

penundaaan kepikunan dengan demikian mereka akan mendapat kegembiraan dan peredaan akan

stres (Nugroho, 2008). Program aktivitas fisik dan olah raga secara berkala mampu meningkatkan

semua aspek kesehatan bio, psiko,sosial, spiritual dan emosional (Perry& Potter 2005). Gaya

hidup aktif sangat penting untuk memelihara dan mempromosikan kesehatan, serta

meningkatkan fungsi seluruh system tubuh seperti fungsi jantung dan paru (ketahanan),

kebugaran otot dan tulang (fleksibitas dan integritas tulang). Kulit tidak cepat keriput atau

menghambat proses penuaan (Perry& Potter 2005). Meningkatkan kembali kesegaran

17

fisik,mental,pikiran dan daya rekreasi (individual atau kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin

sehari hari dengan cara mencari kesenangan,hiburan dan kesibukan yang berbeda (Setyohardi &

Kushariyadi, 2011).

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktifitas Sehari-hari pada Lansia

Menurut (Perry & Potter 2005): Kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas

sehari-hari pada lansia di tentukan oleh bebera faktor antara lain sebagian berikut :

a) Faktor-faktor dari dalam diri sendiri

Perubahan Fisiologi

PersepsiTentangkesejahteraan dapat mempengaruhi kualitas hidup.Pemahaman tentang

persepsi lansia atas status kesehatan sangat penting untuk pengkajian yang akurat dan

penyusunan tindakan yang relevan. Konsep kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada

persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya.Para lansia yang terlibat dalam kegiatan harian

biasanya akan menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik ,

emosi,atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

b) Perubahan Fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik,psikososial, kognitif dan sosial. Penurunan

fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat

keparahannya. Namun pada akhirnya hubungan antara berbagai faktor di atas yang

akan mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia. Status

fungsional lansia biasanya merujuk kepada kemampuan dan prilaku yang aman dalam

beraktivitas harian (Activity daily living).

c) Perubahan Kognitif

Beberapa perubahan struktur dan fisiologis otak yang di hubungkan dengan gangguan

kognitif, 3 kondisi utama yang mempengaruhi kognisi lansia adalah delirium,demensia

dan depresi.

18

d.) Perubahan Psiokosoial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi

kehidupan dan kehilangan, meliputi masa pensiun dan perunahan keadaan finansial,

perubahan peran dan hubungan. Perubahan kesehatan dan kemampuan fungsional,

perubahan jaringan sosial dan relokasi. Kehilangan yang umum bagi lansia biasanya

berkisar pada kehilangan suatu hubungan akibat proses kematian.

2.4 Konsep Dasar kecemasan

2.4.1 Pengertian kecemasan

Ansietas atau kecemasan adalah terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan di

alami oleh semua makhluk hidup. Kecemasan merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa

ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was was (khawatir ) seolah ada

yang buruk yang akan terjadi dan pada umumnya di sertai gejala gejala otonomik yang

berlangsung beberapa waktu (Pieter et al,2011).

Kecemasan adalah suatu perasaaan yang dialami secara universal.kecemasan merupakan

respons terhadap stress yang umumnya memiliki fungsi adaptif yang menyiagakan kita untuk

bersiap dan menghadapi situasi. Tetapi, ketika perasaan kecemasan muncul berlebihan dan secara

signifikan mengganggu fungsi individu, perasaan tersebut merupakan kondisi patologik dan

didiagnosis sebagai gangguan kecemasan (O’brien et al, 2008).

2.4.2 Faktor faktor penyebab kecemasan

Menurut (Varcarolis & Halter, 2010)menyebutkandiantaranya ada beberapa Faktor faktor

penyebab kecemasan pada seseorang yang di golongkan menjadi:

a) Faktor Genetik: Sejumlah penelitianmembuktikan bahwa gangguan kecemasan

cenderungidentik mengelompok dalam keluarga. Penelitian menunjukkan keberadaan

sebuah komponen genetik untuk kedua gangguan kecemasan yaitu panik dan obsesif –

19

compulsif atau keduanya secara bersamaan pada kasus panik dan gangguan obsesif-

compulsif (OCD). Hampir setengah dari orang dengan gangguan panik memiliki kerabat

yang juga saling mempengaruhi secara genetik, bahkan untuk posttraumatik stres disorder

dan gangguan kecemasan umum, ada buktinya bahwa komponen Kecemasan dapat di

wariskan melalui genetik.

b) Faktor Neurologi mengatakan bahwa Jalur anatomi tertentu (sistem limbik) menyediakan

struktur transmisi untuk impuls listrik yang terjadi ketika kecemasan-terkait tanggapan

dikirim atau menerima. Neuron melepaskan bahan kimia (neurotransmitter) yang

menyampaikan pesan-pesan ini dan zat kimia saraf yang mengatur kecemasan termasuk

epinefrin, norepinephrine, dopamin, serotonin dan gamma aminobutyric Acid (GABA) ada

sebuah teori mengenai penyebab gangguan kecemasan. satu adalah teori GABA

benzodiazepine. Reseptor benzodiazepine yang terkait denganreseptormenghambat aktivitas

neurotransmitter GABA. Pengikatan obat benzodiazepin memfasilitas reseptor aksi GABA.

Teori mengatakan bahwa kelainan reseptor benzodiazepine dapat menyebabkan tingkat

kecemasan yang tidak teratur.

c) Faktor psikolgis menyebutkan bahwa kecemasan tergantung pada bagaimana seseorang

dapat mengelola mekanisme respon adaptif terhadap suatu stressor.

Pieter,Janiwarti& Saragih (2011) menyebutkan bahwa ada beberapa yang faktor yang

menyebabkan adanya Kecemasan yaitu:

a. Teori interpersonal mengatakan bahwa kecemasan terjadi akibat ketakutan akibat ketakutan

atas penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma pada masa perkembangan seperti

kehilangan atau perpisahan orang tua. Demikian juga dengan kehilangan harga diri, dimana

biasanya orang yang mengalami hilangnya harga diri bisa berakibat timbulnya kecemasan

berat.

20

b. Teori perilaku menyebutkan bahwa kecemasan dianggap sebagai suatu produk frustasi yakni

sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang mencapai tujuan yang di inginkan, semakin

tinggi frustasi maka semakin besar pula kecemasannya. Sumber frustasi adalah pada usaha

pemenuhan kebutuhan, kondisi fisik individu dan lingkungan.

2.4.2 Aspek-aspek kecemasan a. Kekhawatiran (Worry)

Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan

negatif bahwa ia lebih buruk dibandingkan dengan teman-temannya.

b. Emosionalitas (Emosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonom, seperti

jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tegang.

c. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference)Gangguan dan

hambatan dalam menyelsaikan tugas merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang

selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas(O’brien et al, 2008).

2.4.3 Tanda gejala kecemasan Gangguan kecemasan adalah keseluruhan yang terkait kondisi kegelisahan yang terlihat

sangat berbeda pada setiap orang. Setiap individu berbeda dalam menghadapi suatu stimulus.

Satu individu mungkin menderita kegelisahan secara intensif, serangan yang menyerang tanpa

peringatan, sementara yang lain gugup dan tak berdaya. Namun walau berbeda bentuk semua

gangguan kecemasan memiliki gejala utama yaitu tetap takut atau timbul perasaan khawatir dalam

situasi di mana kebanyakan orang tidak akan terasa terancam selain gejala utama yang berlebihan

yang di tandai dengan perasaan takut dan khawatir, tanda umum lainya dari gejala perasaan

kecemasan sebagai berikut: Perasaan ketakutan,terganggu konsentrasi, merasa tegang dan gelisah,

antipasti atau berpikir yang terburuk, cepat marah, resah, merasa adanya tanda tanda bahaya dan

merasa pikiran terasa kosong (Muhit & Nasir, 2011).

21

Gejala lain yang mungkin mucul pada lansia adalah:sulit tidur sepanjang malam, perasaan

khawatir yang tidak rasional, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut / khawatir

terhadap penyakit berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak di deritanya

serta rasa panik terhadap masalah ringan (Maryam et al, 2008).

2.4.4 Respon kecemasan

Respon tubuh secara umum pada gangguan kecemasan adalah Jantung berdebar,

berkeringat (sweating), insomnia/kelelahan peningkatan frekuensi BAB atau Diare, Ketegangan

otot Sakit kepala, serta merasa tidak berdaya (Nasir & Muhit 2011).

2.4.5 Tingkat Kecemasan

Menurut pieter,Janiwarti& Saragih (2011) tingkatan kecemasan adalah:

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari hari. Larangan

persepsi melebar dan orang akan bersikap hati hati dan waspada. Orang yang mengalami

kecemasan ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respon respon fisilogis orang

yang mengalami kecemasan ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan

darah dan nadi, muka berkerut bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.

Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan ringan adalah lapang persepsi melebar,

dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan

masalah secara efektif.Adapun respon perilaku dan emosi dari orang yang mengalami kecemasan

adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang kadang meninggi.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memiliki tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan

memfokuskan diri pada hal hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal hal lain. Respon

fisiologis dari orang yang mengalami kecemasan sedang adalah sering napas pendek, nadi dan

22

tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.Respon kognitif orang

yang mengalami kecemasan sedang adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit

di terima, berfokus terhadap apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi

adalah gerakan yang tersentak sentak, meremas tangan, sulit tidur dan perasaan tidak aman

c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat lapang persepsinya menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan

hal hal kecil saja dan mengabaikan hal hal lain, individu cenderung untuk memusatkan pada

sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Respon kecemasan

berat adalah napas pendek nadi dan tekanan darah meninggi, banyak berkeringat, rasa sakit

kepala, penglihatan kabur dan mengalami ketegangan.Respon kognitif orang yang mengalami

kecemasan berat adalah lapangan persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk

menyelesaikan masalah, adapun respon perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman,

verbalisasi yang cepat dan blocking.

d. Panik

Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah

mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun

walaupun dia sudah di berikan pengarahan.Respon respon fisiologis panik adalah napas

pendek,rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah.

Respon respon kognitif penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat sempit sekali dan

tidak mampu berpikir logis. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk

dan marah marah, ketakutan, berteriak teriak, blocking, kehilangan kontrol,diri dan memiliki

persepsi yang kacau.

2.4.6 Gangguan Kecemasan

23

Menurut (Nasir & muhith 2011) Terdapat enam jenis utama gangguan kecemasan,

masing masing mereka memiliki gejala yang berbeda satu sama lain, di antaranya adalah:

Generalized anxiety disorder, Obsessive-Compulsive disorder, Panic disorder, post traumatic

stress disorder dan social anxiety disorder.

a) Generalized anxiety disorder.

Gambaran esensial dari gangguan ini adalah adanya kecemasan yang menyeluruh dan

menetap (bertahan lama).Gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang dan

berkepanjangan, gemetar, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing

kepala dan keluhan episgastnik adalah keluhan keluhan yang lazim di jumpai. Ketakutan bahwa

dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan,

merupakan keluhan yang utama yang di ungkapkan. Generalized anxiety disorder (GAD) adalah

kecemasan yang terjadi pada seseorang yang sangat kronis, dimana kecemasan itu hampir semua

waktu, meskipun mereka mungkin tidak tahu kenapa dia menjadi cemas yang memuncak yang

sering di tunjukkan gejala fisik yaitu insomnia,perut mulas, kegelisahan dan kelelahan.

b) Obsesif –compulsive disorder (OCD)

Obsesif-compulsif disorder (OCD) adalah ciri yang tidak di inginkan oleh pikiran atau

perilaku yang tampaknya mustahil untuk menghentikan atau di kontrol. Jika kita memilki OCD,

kita mungkin mengalami gangguan obsesi yang di sebut Troubled obsessions, seperti berulangnya

rasa khawatir dan tidak bisa melupakan kejadian, terutama kejadian yang mendramatisir atau klien

mungkin seseorangyang memiliki masalah jiwaatau klien mungkin juga menderita tekanan

(Compulsion).

a) Panik disorder

Dicirikan dengan adanya serangan panik yang pertama yang seringkali spontan, panik

memiliki ciri utama yaitu ketakutan yang kuat serta suatu perasaan akan adanya ancaman

kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien

24

kemungkinan merasa kebingungan dan mengalami kebingungan dan mengalami kesulitan dalam

memusatkan perhatian.

b) Fobia social ( Sosial Anxiety disorder)

Suatu ketakutan yang rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap

objek, aktivitas atau situasi yang di takuti.Selain itu, juga dapat menggambarkan sebagai ketakutan

yang tidak realistis dan di besar besarkan atau takut pada suatu objek, aktivitas atau situasi yang

pada kenyataanya tidak ada sedikitpun bahaya yang mengancam.Fobia yang umum terjadi

(common fobia) termasuk takut binatang seperti ular dan laba laba, takut terbang dan takut

ketinggian. Fobia sosial bisa di identifikasikan melaului gambaran : rasa takut yang jelas, menetap

dan berlebihan atau tidak beralasan.

c) Post Traumatic stress disorder

Post traumatic stress disorder (PTSD) adalah jenis anxiety disorder yang dapat terjadi setelah

melukai atau mengancam kehidupan orang lain. Gejala PTSD termasuk adanya kilas balik (flash

back) mengenai mimpi buruk (nightmares) tentang apa yang terjadi, kewaspadaan yang berlebihan

(hypervigilance), menarik diri dari orang lain, dan menghindari situasi yang mengingatkan seseorang

tentang aktivitas tersebut. Trauma bisa berupa peperangan, bencana alam, penyerangan,

pemerkosaan, juga kecelakaan.

2.4.7 Dampak Kecemasan

Beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana

yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami

kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

25

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-

hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan

masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara

efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

c. Simtom motorik

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan

motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat

kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motorik merupakan gambaran

rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi

dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam (Pieter, Janiwarti& Saragih, 2011).

2.4.8 Hubungan Activity daily living non vokasional dengan Tingkat Kecemasan.

Mengalami kecemasan menyebabkan korteks cerebri (bagian berpikir dari otak)

mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus yang menstimulasi sistem saraf simpatis (bagian dari

sistem saraf otonom yang berfungsi menghasilkan energi). Sistem saraf simpatik menghasilkan

energi dengan cara meningkatkan hormon adrenalin (epinefrin dan norepinefrin). Sehingga

mengakibatkan ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya

kewaspadaan.Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai sakit kepala, gemetar dan gelisah.

Gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom berupa jantung berdebar-debar, nafas pendek,

berkeringat banyak dan berbagai gejala system pencernaan. (Chosiyah, 2012).

Ketika seseorang telah melakukan kegiatan rekreasional ditengah waktu luang, tubuh akan

mensekresikan zat yang bermanfaat seperti melotonin, endorphin, dan serotonin yang menekan

kortisol, adrenalin serta radikal bebas. Serotonin akan menyebabkan efek vasodilatasi pembuluh

darah dan meningkatkan sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh. Serotonin akan menstimulus system

limbik untuk meningkatkan rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, dan keseimbangan

psikomotor ( Ruspawan& Wulandari, 2012).

26

Penyaluran Hobi seperti mendengarkan musik akan menimbulkan proses relaksasi pada

para lansia, hal ini menurut teori akan menjadikan gelombang otak akan menjadi alfa, dalam

keadaan tenang seseorang akan memiliki substansi yang memiliki beta karobolin, antagonis

GABA yang akan menurunkan jumlah down regulator reseptor GABA. Penurunan ini akan

menghambat kecemasan (Junaidi & Noor, 2010).

Aktivitas aktivitas umum yang dilakukan oleh lansia termasuk Activity daily living non

vokasionalakan dapat menstimulasi HPA axis untuk menurunkan sekresi CRF (Corticotropic

Realizing Factor) oleh hipotalamus yang menyebabkan pelepasan hormone ACTH

(Adenocorticotropic hormone). ACTH akan merangsang korteks adrenalin untuk mengurangi

produksi hormone adrenalin yang mempengaruhi jantung, sehingga perasaan tidak tenang pada

diri dapat berkurang, aktivitas yang menjernihkan jiwa akan memberikan stimulus kepada sistem

limbikyang berakibat penurunan kecemasan (Ratnawati, 2014).