Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia,
sedangkan menurut pasal 1 ayat (2) , (3), (4) UU no 13 tahun 1998 tentang kesehatan di katakan
bahwa usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai umur 60 tahun.Menurut Word Health
Organization (WHO) Usia pertengahan (middle range) memiliki rentang usia:45-49 tahun, kriteria
umur lanjut usia awal (elderly) memiliki rentang usia 60-74 tahun, Kriteria Lanjut usia tua (old)
memiliki rentang usia 75-90 tahun, sedangkan usia sangat tua (very old) memiliki rentang usia
diatas 90 tahun (Effendi & Makhfudli, 2009).
2.1.2 Proses menua
Proses menua tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidakmampuan,
sebagaian besar lansia tetap mandiri secara fungsional walaupun menderita penyakit kronis.
Aspek fisik dan psikososial pada proses penuaan memiliki keterkaitan yang erat, lansia erat
kaitannya dengan kemampuan merespon stres, pengalaman kehilangan berkali kali dan
perubahan fisik normal pada penuaan menempatkan mereka pada risiko untuk terkena penyakit
dan burukanya fungsional, walaupun interaksi antar faktor ini bisa menjadi berat, tetapi tidak
semua tanda dan gejala tersebut tampak. (Perry & Potter, 2005)
2.1.2 Teori menua
(Aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara
progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan
9
menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu.Beberapa teori penuaan menurut
(Fatmah, 2010) antara lain di jelaskan dalam beberapa paragraf berikut ini:
a) Teori System organ dan Teori kekebalan tubuh, teori system organ didasarkan atas dugaan
adanya hambatan dari organ tertentu dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya
proses penuaan.Organ tersebut adalah system endokrin dan system imun. Pada prosesnya
penuaan, kelenjar timus mengecil dan menurunkan fungsi imun. Penurunan system imun
menimbulkan peningkatan usia berhubung dengan peningkatan insidensi penyakit
sedangkan teori kekebalan tubuh memandang proses penuaan terjadi akibat adanya
penurunan system secara bertahap, sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan diri
terhadap luka, penyakit, sel mutan, ataupun sel lasing.
b) Teori Adaptasi stress, Teori Psikososial dan Teori Kontinuitas. Teori adaptasi stres
menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap stres. Stres dapat berasal dari
dalam maupun dari luar, juga dapat bersifat fisik, psikologik maupun sosial. Teori
Psikososial mengatakan bahwa semakin lanjut usia seseorang, maka ia semakin lebih
memperhatikan dirinya dan arti hidupnya dan kurang memperhatikan peristiwa atau isu
isu yang terjadi. Terori Kontiunitas adalah teori antara Gabungan antara teori pelepasan
ikatan dan teori aktivitas. Perubahan diri lansia di pengaruhi oleh tipe kepribadiannya.
Seseorang yang belum sukses, pada usia lanjut akan tetap berinteraksi dengan lingkungan
serta tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya karena memiliki tipe kepribadian
yang aktif dalam kegiatan sosial.
a) Teori Sosiologik, Teori pelepasan ikatan (disengnagement theory) dan Teori Aktivitas Teori
perubahan social atau teori sosiologik yang menerangkan menurunnya sumber daya dan
meningkatkan ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial yang tidak merata dan
menurunya sistem penunjang sosial. Menurut teori pelepasan ikatan (disengnagement theory)
menjelaskan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat
10
karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan pelan dari
kehidupan sosial. Sedangkan Teori Aktivitas berlawanan dengan teori pelepasan ikatan,
menurut teori aktivitas ini menjelaskan bahwa lansia yang sukses adalah yang aktif dan
ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika seseorang sebelumnya sangat aktif, maka pada usia
lanjut ia akan tetap memelihara keaktifan seperti peran dalam keluarga dan masyarakat
dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan, karena ia tetap merasa dirinya berarti dan puas
di hari tuanya.
Dalam perspektif Teori penuaan yang di tinjau dari sudut biologis terdapat beberapa
teori yaitu :
a) Teori Error Catastrophe, Teori pesan yang berlebihan (redundant message) dan Teori Teori
imunologi Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh mempengaruhi sifat khusus
enzim untuk sintesis protein, sehingga terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel.
Menurut Teori pesan yang berlebihan (redundant message) manusia memiliki DNA yang
berisi pesan yang berulang ulang atau berlebih lebihan yang menimbulkan penuaan.
b) Teori Teori imunologi menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan kemampuan
mengenali diri sendiri dan sel lasing atau sel pengganggu, sehingga tubuh tidak dapat
membedakan sel sel normal dan abnormal dan akibatnya antibody menyerang kedua jenis sel
tersebut sehingga muncul penyakit penyakit degeneratif (Fatmah, 2010).
2.2.2 Perubahan perubahan pada Lansia
Perubahan perubahan yang terjadi pada Lansia menurut (Maryam et al, 2008) antara lain :
a. Perubahan fisik
Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler,
pada Kardiovaskular: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun
(menurunyankontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya
11
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Dalam hal respirasi terjadi
penurunan otot otot pernapasan yang kekuatanya menurun serta kaku, elastisitas paru menurun,
kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
Pernapasan : Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress. Berkurangnya atau
hilangnya lapisan myelin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
reflex.Musculoskeletal lansia pada cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh(osteporosis),
bungkuk (kifosis), persedian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis. Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung
menurun,lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun.
Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
Genitourinia (ginjal ): lansia mengalami beberapa hal yakni mengecil, aliran ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan mengosentrasi urine ikut menurun. Vesika urinaria : otot otot melemah, kapasitasnya
menurun dan retensi urine. Prostat:hipertrofi pada 75% lansia. Vagina lansia mengalami beberapa
perubahan fisiologis yakni selaput lendir mengering dan sekresi menurun. Persepsi atau panca
indra lansia mengalami perubahan pada Pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi
gangguan pendengaran. Tulang tulang pendengaran mengalami kekakuan.Penglihatan: respons
terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang
menurun dan Risiko katarak. Endokrin: produksi hormone menurun. Kulit : keriput serta kulit
kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun,
vakularisasi menurun, rambut memutih,kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta
kuku kaki berlebihan seperti tanduk.Proses Belajar dan kemampuan memori ada tetapi relatif
menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.
12
b. Perubahan Mental
Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
Perubahan fisik, khususnya organ perasa,Kesehatanumum,tingkat pendidikan,Keturunan
(hereditas) dan Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain
misalnya penyakit.
Hal hal yang berubah pada Aspek mental pada Lansia adalah:
2. Kenangan (memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan mecakup
beberapa perubahan.Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk
( bisa kearah demensia).
3. Intelegentia Quotion
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, penamilan,persepsi
dan keterampilan psikomotor berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan faktor waktu( Nugroho, 2008).
2.2.3 Konsep menua sehat
Proses menua di pengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen yang dapat menjadi faktor
risiko penyakit degeneratif yang bisa di mulai sejak usia muda atau produktif, namun bersifat
subklinis. Untuk mencapai tujuan menua sehat ini, perlu di lakukan upaya upaya pencegahan
melalui deteksi dan usaha usaha preventif terhadap faktor faktor resiko tersebut sejak dini seperti:
Pemeriksaan laboratorium secara lengkap, mempertahankan berat badan normal.
Memperhatikan konsumsi makanan yang mengandung lemak,gula,garam, zat kimia tambahan,
rokok, alkohol serta meningkatkan makanan berserat dan mengandung kalsium. Mengelola
penyakit atau faktor risiko yang di temukan saat pemeriksaaan laboratorium untuk mencegah
13
perkembangan penyakit tersebut. Mengkonsumsi suplemen makanan seperti vitamin C,E,A dan
B12. Melakukan pekerjaan rumah tangga dan berkebun untuk menjaga kesegaran dan daya tahan
tubuh dan Berolahraga ringan seperti jalan jalan, senam tera ,aerobik, jogging, bersepeda atau
berenang ( Fatma, 2010).
2.2 Konsep Dasar Activity daily of living Non vokasional.
2.2.1. Pengertian Kemampuan Aktifitas
Aktivitas sehari hari (Activity daily living) secara umum adalah keterampilan dasar dan tugas
okupasional yang harus di miliki seseorang untuk merawat dirinya sendiri dengan tujuan untuk
memenuhi peran dan hubungannya dengan dirinya, keluarga dan masyarakat.Activity daily living
Non vokasional adalah aktivitas yang terdiri dari aspek rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang
(Sugiarto,2006).
2.2.2 Macam macam activity daily living.
a) .Activity daily living dasar yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
merawat dirinya sendiri, meliputi berpakaian, makan,toileting, berhias, mandi ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil kedalam Activity daily living
dasar ini dalam kepustakaan lain di masukkan kemampuan mobilitas.
b) Activity daily living Instrumental, berhubungan dengan penggunaan alat atau alat penunjang
kehidupan sehari hari seperti: menyiapkan makanan, menggunakan telepon ,menulis,
mengetik, mengelola uang dan koin ( menghitung dan member kembalian). Ada beberapa
teori yang memasukkan kemampuan mengemudi ke dalam ADL instrumental ini.
c) Activity daily living vokasional yaitu kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan
pekerjaan atau pendidikan.
d) Activity daily living Non vokasional yaitu aktivitas rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang
(Sugiarto,2006).
1. Rekreasi
14
Rekreasi berasal dari bahasa latin yaitu “ creature “ yang berarti mencipta, lalu
diberi awalan “ re “ yang sehingga berarti “ pemulihan daya cipta atau penyegaran daya
cipta”. Kegiatan rekreasi biasanya dilakukan diwaktu senggang (leasuretime). Leasure
berasal dari kata “licere” (latin) yang berarti diperkenankan menikmati saat-saat yang
bebas dari kegiatan rutin untuk memulihkan atau menyegarkan kembali. Rekreasi adalah
kegiatan yang dikerjakan oleh seorang atau secara bersama-sama dengan orang lain dalam
waktu senggang secara sadar dan sukarela untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan
serta kesegaran pribadi dengan secara langsung dan segera”. Sedangkan rekreasi
merupakan suatu bentuk kegiatan yang khas sebagai salah satu sikap (attitude) ataupun
sebagai suatu pendapat yang dianut terhadap suatu cara hidup yang khas. Rekreasi dapat
dirasakan sebagai suatu bentuk pengalaman. Rekreasi dapat juga diartikan sebagai spirit
hidup sehingga dapat dihubungkan dengan atau dianggap sebagai suatu pernyataanjiwa,
bahkan beberapa orang dari kalangan pendidikan melihat rekreasi sebagai suatu cara atau
metode sekaligus proses pendidikan (Ismanda et al, 2013).
Dalam penelitian ini Rekreasional di definisikan sebagai sesuatu yang meningkatkan
daya kreasi manusia dalam mencapai keseimbangan antara kerja bekerja dan beristirahat
atau dengan kata lain kegiatan penyegaran kembali tubuh dan pikiran serta kegiatan yang
menggembirakan hati seperti hiburan atau piknik. (Setyoadi & Kushariyadi,
2011).Kegiatan kegiatan Rekreasional jangka panjang sangat di butuhkan oleh lansia akan
tetapi perlu penyesuaian dengan tingkat Pendidikan dan Agama dari para lansia tersebut (
Li et al, 2008)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rekreasi ada beberapa hal antara lain :
a) Faktor sosial ekonomi Pada masyarakat dengan kelompok sosial tertentu (elite) akan
berbeda dengan rekreasi masyarakat pada umunya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki.
15
b.) Faktor jenis kelamin, usia dan keluarga Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda
dengan remaja putra dan berbeda pula dengan kegiatan rekreasi orang dewasa.
c.) Faktor ketersediaan waktu luang.
d.) Waktu luang penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akan berbeda dengan wanita
pekerja.
e.) Faktor pranata berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki, perubahan
sikap terhadap rekreasi.
f.) Faktor perubahan teknologi berhubungan dengan munculnya jenis-jenis rekreasi baru
dan kemudahan pencapaian dengan fasilitas-fasilitas rekreasi dengan teknologi tinggi.
2. Aktivitas Hobi
Aktivitas Hobi pada Lansia perlu di kembangankan sesuai dengan kemampuan.( Maryam et
al 2008). Hobi yang sering di lakukan lansia misalnya: bermain angklung atau alat musik lainnya,
menyanyi, memelihara bunga atau berkebun dan atau melukis ( Nugroho, 2008). Lansia dengan
penyaluran Hobi berupa berolahraga dapat menurunkan tingkat stress dan kecemasan,
penyaluran hobi tentu sangat di butuhkan oleh lansia ketika memasuki masa senjanya karena
ketika memasuki fase umur lansia banyak perunbahan perubahan yang terjadi berupa kehilangan
pekerjaan tetap dan perubahan fisik-mental yang terjadi pada lansia ( Babazadeh et al, 2008).
Pemberian Hobi berbasis kreatifitas juga sangat baik untuk menurunkan kecemasan pada lansia
yang hal ini otomatis akan berakibat pada meningkatnya kesehatan pada lansia ( Marmot dalam
Liddle et al, 2013)
3.Aktivitas Waktu Luang
Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan
bersifat mengajar danmenghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak
TheInternational Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu luang berisikan
16
berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk
beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan
keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat (
Anggoa, 2011).
Dalam bahasa inggris pengertian waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Sedangkan
kata leisure berasal dari bahasa latin licere, yang mempunyai arti diizinkan (tobe permitted) atau
menjadi bebas (to be free). Oleh karena itu loisir yang berasal daribahasa Prancis mengandung arti
waktu luang (free time). Jadi secara keseluruhan, waktu luang dapat di definisikan sebagai terlepas
dari segala tekanan (freedom from constraint), adanya kesempatan untuk memilih (opportunitiy to
choose), waktu yang tersisa usai kerja (time left over after more) atau waktu luang setelah mengerjakan
segala tugas yang telah menjadi kewjiban (free time after obligatory social duties have been met) (
Ismandaet al, 2013).
2.2.3 Manfaat Kemampuan Aktifitas Sehari-hari pada Lansia
Manfaat aktivitas sehari hari pada Lansia : memberi kesempatan pada lansia akan
memberikan rasa kebugaran pada fisik lansia tersebut,dengan banyak beraktivitas para lansia
seperti berjalan kaki dan senam ringan akan mengurangi insomnia pada lansia. Lansia juga dalam
aktivitasnya dapat melakukan sosialisiasi dan komunikasi untuk menunda kemungkinan
penundaaan kepikunan dengan demikian mereka akan mendapat kegembiraan dan peredaan akan
stres (Nugroho, 2008). Program aktivitas fisik dan olah raga secara berkala mampu meningkatkan
semua aspek kesehatan bio, psiko,sosial, spiritual dan emosional (Perry& Potter 2005). Gaya
hidup aktif sangat penting untuk memelihara dan mempromosikan kesehatan, serta
meningkatkan fungsi seluruh system tubuh seperti fungsi jantung dan paru (ketahanan),
kebugaran otot dan tulang (fleksibitas dan integritas tulang). Kulit tidak cepat keriput atau
menghambat proses penuaan (Perry& Potter 2005). Meningkatkan kembali kesegaran
17
fisik,mental,pikiran dan daya rekreasi (individual atau kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin
sehari hari dengan cara mencari kesenangan,hiburan dan kesibukan yang berbeda (Setyohardi &
Kushariyadi, 2011).
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktifitas Sehari-hari pada Lansia
Menurut (Perry & Potter 2005): Kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas
sehari-hari pada lansia di tentukan oleh bebera faktor antara lain sebagian berikut :
a) Faktor-faktor dari dalam diri sendiri
Perubahan Fisiologi
PersepsiTentangkesejahteraan dapat mempengaruhi kualitas hidup.Pemahaman tentang
persepsi lansia atas status kesehatan sangat penting untuk pengkajian yang akurat dan
penyusunan tindakan yang relevan. Konsep kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada
persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya.Para lansia yang terlibat dalam kegiatan harian
biasanya akan menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik ,
emosi,atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.
b) Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik,psikososial, kognitif dan sosial. Penurunan
fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat
keparahannya. Namun pada akhirnya hubungan antara berbagai faktor di atas yang
akan mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia. Status
fungsional lansia biasanya merujuk kepada kemampuan dan prilaku yang aman dalam
beraktivitas harian (Activity daily living).
c) Perubahan Kognitif
Beberapa perubahan struktur dan fisiologis otak yang di hubungkan dengan gangguan
kognitif, 3 kondisi utama yang mempengaruhi kognisi lansia adalah delirium,demensia
dan depresi.
18
d.) Perubahan Psiokosoial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan, meliputi masa pensiun dan perunahan keadaan finansial,
perubahan peran dan hubungan. Perubahan kesehatan dan kemampuan fungsional,
perubahan jaringan sosial dan relokasi. Kehilangan yang umum bagi lansia biasanya
berkisar pada kehilangan suatu hubungan akibat proses kematian.
2.4 Konsep Dasar kecemasan
2.4.1 Pengertian kecemasan
Ansietas atau kecemasan adalah terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan di
alami oleh semua makhluk hidup. Kecemasan merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa
ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was was (khawatir ) seolah ada
yang buruk yang akan terjadi dan pada umumnya di sertai gejala gejala otonomik yang
berlangsung beberapa waktu (Pieter et al,2011).
Kecemasan adalah suatu perasaaan yang dialami secara universal.kecemasan merupakan
respons terhadap stress yang umumnya memiliki fungsi adaptif yang menyiagakan kita untuk
bersiap dan menghadapi situasi. Tetapi, ketika perasaan kecemasan muncul berlebihan dan secara
signifikan mengganggu fungsi individu, perasaan tersebut merupakan kondisi patologik dan
didiagnosis sebagai gangguan kecemasan (O’brien et al, 2008).
2.4.2 Faktor faktor penyebab kecemasan
Menurut (Varcarolis & Halter, 2010)menyebutkandiantaranya ada beberapa Faktor faktor
penyebab kecemasan pada seseorang yang di golongkan menjadi:
a) Faktor Genetik: Sejumlah penelitianmembuktikan bahwa gangguan kecemasan
cenderungidentik mengelompok dalam keluarga. Penelitian menunjukkan keberadaan
sebuah komponen genetik untuk kedua gangguan kecemasan yaitu panik dan obsesif –
19
compulsif atau keduanya secara bersamaan pada kasus panik dan gangguan obsesif-
compulsif (OCD). Hampir setengah dari orang dengan gangguan panik memiliki kerabat
yang juga saling mempengaruhi secara genetik, bahkan untuk posttraumatik stres disorder
dan gangguan kecemasan umum, ada buktinya bahwa komponen Kecemasan dapat di
wariskan melalui genetik.
b) Faktor Neurologi mengatakan bahwa Jalur anatomi tertentu (sistem limbik) menyediakan
struktur transmisi untuk impuls listrik yang terjadi ketika kecemasan-terkait tanggapan
dikirim atau menerima. Neuron melepaskan bahan kimia (neurotransmitter) yang
menyampaikan pesan-pesan ini dan zat kimia saraf yang mengatur kecemasan termasuk
epinefrin, norepinephrine, dopamin, serotonin dan gamma aminobutyric Acid (GABA) ada
sebuah teori mengenai penyebab gangguan kecemasan. satu adalah teori GABA
benzodiazepine. Reseptor benzodiazepine yang terkait denganreseptormenghambat aktivitas
neurotransmitter GABA. Pengikatan obat benzodiazepin memfasilitas reseptor aksi GABA.
Teori mengatakan bahwa kelainan reseptor benzodiazepine dapat menyebabkan tingkat
kecemasan yang tidak teratur.
c) Faktor psikolgis menyebutkan bahwa kecemasan tergantung pada bagaimana seseorang
dapat mengelola mekanisme respon adaptif terhadap suatu stressor.
Pieter,Janiwarti& Saragih (2011) menyebutkan bahwa ada beberapa yang faktor yang
menyebabkan adanya Kecemasan yaitu:
a. Teori interpersonal mengatakan bahwa kecemasan terjadi akibat ketakutan akibat ketakutan
atas penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma pada masa perkembangan seperti
kehilangan atau perpisahan orang tua. Demikian juga dengan kehilangan harga diri, dimana
biasanya orang yang mengalami hilangnya harga diri bisa berakibat timbulnya kecemasan
berat.
20
b. Teori perilaku menyebutkan bahwa kecemasan dianggap sebagai suatu produk frustasi yakni
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang mencapai tujuan yang di inginkan, semakin
tinggi frustasi maka semakin besar pula kecemasannya. Sumber frustasi adalah pada usaha
pemenuhan kebutuhan, kondisi fisik individu dan lingkungan.
2.4.2 Aspek-aspek kecemasan a. Kekhawatiran (Worry)
Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan
negatif bahwa ia lebih buruk dibandingkan dengan teman-temannya.
b. Emosionalitas (Emosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonom, seperti
jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tegang.
c. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference)Gangguan dan
hambatan dalam menyelsaikan tugas merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang
selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas(O’brien et al, 2008).
2.4.3 Tanda gejala kecemasan Gangguan kecemasan adalah keseluruhan yang terkait kondisi kegelisahan yang terlihat
sangat berbeda pada setiap orang. Setiap individu berbeda dalam menghadapi suatu stimulus.
Satu individu mungkin menderita kegelisahan secara intensif, serangan yang menyerang tanpa
peringatan, sementara yang lain gugup dan tak berdaya. Namun walau berbeda bentuk semua
gangguan kecemasan memiliki gejala utama yaitu tetap takut atau timbul perasaan khawatir dalam
situasi di mana kebanyakan orang tidak akan terasa terancam selain gejala utama yang berlebihan
yang di tandai dengan perasaan takut dan khawatir, tanda umum lainya dari gejala perasaan
kecemasan sebagai berikut: Perasaan ketakutan,terganggu konsentrasi, merasa tegang dan gelisah,
antipasti atau berpikir yang terburuk, cepat marah, resah, merasa adanya tanda tanda bahaya dan
merasa pikiran terasa kosong (Muhit & Nasir, 2011).
21
Gejala lain yang mungkin mucul pada lansia adalah:sulit tidur sepanjang malam, perasaan
khawatir yang tidak rasional, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut / khawatir
terhadap penyakit berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak di deritanya
serta rasa panik terhadap masalah ringan (Maryam et al, 2008).
2.4.4 Respon kecemasan
Respon tubuh secara umum pada gangguan kecemasan adalah Jantung berdebar,
berkeringat (sweating), insomnia/kelelahan peningkatan frekuensi BAB atau Diare, Ketegangan
otot Sakit kepala, serta merasa tidak berdaya (Nasir & Muhit 2011).
2.4.5 Tingkat Kecemasan
Menurut pieter,Janiwarti& Saragih (2011) tingkatan kecemasan adalah:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari hari. Larangan
persepsi melebar dan orang akan bersikap hati hati dan waspada. Orang yang mengalami
kecemasan ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respon respon fisilogis orang
yang mengalami kecemasan ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan
darah dan nadi, muka berkerut bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.
Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan ringan adalah lapang persepsi melebar,
dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan
masalah secara efektif.Adapun respon perilaku dan emosi dari orang yang mengalami kecemasan
adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memiliki tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal hal lain. Respon
fisiologis dari orang yang mengalami kecemasan sedang adalah sering napas pendek, nadi dan
22
tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.Respon kognitif orang
yang mengalami kecemasan sedang adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit
di terima, berfokus terhadap apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi
adalah gerakan yang tersentak sentak, meremas tangan, sulit tidur dan perasaan tidak aman
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat lapang persepsinya menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan
hal hal kecil saja dan mengabaikan hal hal lain, individu cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Respon kecemasan
berat adalah napas pendek nadi dan tekanan darah meninggi, banyak berkeringat, rasa sakit
kepala, penglihatan kabur dan mengalami ketegangan.Respon kognitif orang yang mengalami
kecemasan berat adalah lapangan persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah, adapun respon perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman,
verbalisasi yang cepat dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun
walaupun dia sudah di berikan pengarahan.Respon respon fisiologis panik adalah napas
pendek,rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah.
Respon respon kognitif penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat sempit sekali dan
tidak mampu berpikir logis. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk
dan marah marah, ketakutan, berteriak teriak, blocking, kehilangan kontrol,diri dan memiliki
persepsi yang kacau.
2.4.6 Gangguan Kecemasan
23
Menurut (Nasir & muhith 2011) Terdapat enam jenis utama gangguan kecemasan,
masing masing mereka memiliki gejala yang berbeda satu sama lain, di antaranya adalah:
Generalized anxiety disorder, Obsessive-Compulsive disorder, Panic disorder, post traumatic
stress disorder dan social anxiety disorder.
a) Generalized anxiety disorder.
Gambaran esensial dari gangguan ini adalah adanya kecemasan yang menyeluruh dan
menetap (bertahan lama).Gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang dan
berkepanjangan, gemetar, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing
kepala dan keluhan episgastnik adalah keluhan keluhan yang lazim di jumpai. Ketakutan bahwa
dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan,
merupakan keluhan yang utama yang di ungkapkan. Generalized anxiety disorder (GAD) adalah
kecemasan yang terjadi pada seseorang yang sangat kronis, dimana kecemasan itu hampir semua
waktu, meskipun mereka mungkin tidak tahu kenapa dia menjadi cemas yang memuncak yang
sering di tunjukkan gejala fisik yaitu insomnia,perut mulas, kegelisahan dan kelelahan.
b) Obsesif –compulsive disorder (OCD)
Obsesif-compulsif disorder (OCD) adalah ciri yang tidak di inginkan oleh pikiran atau
perilaku yang tampaknya mustahil untuk menghentikan atau di kontrol. Jika kita memilki OCD,
kita mungkin mengalami gangguan obsesi yang di sebut Troubled obsessions, seperti berulangnya
rasa khawatir dan tidak bisa melupakan kejadian, terutama kejadian yang mendramatisir atau klien
mungkin seseorangyang memiliki masalah jiwaatau klien mungkin juga menderita tekanan
(Compulsion).
a) Panik disorder
Dicirikan dengan adanya serangan panik yang pertama yang seringkali spontan, panik
memiliki ciri utama yaitu ketakutan yang kuat serta suatu perasaan akan adanya ancaman
kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien
24
kemungkinan merasa kebingungan dan mengalami kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian.
b) Fobia social ( Sosial Anxiety disorder)
Suatu ketakutan yang rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap
objek, aktivitas atau situasi yang di takuti.Selain itu, juga dapat menggambarkan sebagai ketakutan
yang tidak realistis dan di besar besarkan atau takut pada suatu objek, aktivitas atau situasi yang
pada kenyataanya tidak ada sedikitpun bahaya yang mengancam.Fobia yang umum terjadi
(common fobia) termasuk takut binatang seperti ular dan laba laba, takut terbang dan takut
ketinggian. Fobia sosial bisa di identifikasikan melaului gambaran : rasa takut yang jelas, menetap
dan berlebihan atau tidak beralasan.
c) Post Traumatic stress disorder
Post traumatic stress disorder (PTSD) adalah jenis anxiety disorder yang dapat terjadi setelah
melukai atau mengancam kehidupan orang lain. Gejala PTSD termasuk adanya kilas balik (flash
back) mengenai mimpi buruk (nightmares) tentang apa yang terjadi, kewaspadaan yang berlebihan
(hypervigilance), menarik diri dari orang lain, dan menghindari situasi yang mengingatkan seseorang
tentang aktivitas tersebut. Trauma bisa berupa peperangan, bencana alam, penyerangan,
pemerkosaan, juga kecelakaan.
2.4.7 Dampak Kecemasan
Beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana
yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami
kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
25
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-
hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan
masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara
efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motorik
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan
motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat
kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motorik merupakan gambaran
rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi
dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam (Pieter, Janiwarti& Saragih, 2011).
2.4.8 Hubungan Activity daily living non vokasional dengan Tingkat Kecemasan.
Mengalami kecemasan menyebabkan korteks cerebri (bagian berpikir dari otak)
mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus yang menstimulasi sistem saraf simpatis (bagian dari
sistem saraf otonom yang berfungsi menghasilkan energi). Sistem saraf simpatik menghasilkan
energi dengan cara meningkatkan hormon adrenalin (epinefrin dan norepinefrin). Sehingga
mengakibatkan ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya
kewaspadaan.Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai sakit kepala, gemetar dan gelisah.
Gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom berupa jantung berdebar-debar, nafas pendek,
berkeringat banyak dan berbagai gejala system pencernaan. (Chosiyah, 2012).
Ketika seseorang telah melakukan kegiatan rekreasional ditengah waktu luang, tubuh akan
mensekresikan zat yang bermanfaat seperti melotonin, endorphin, dan serotonin yang menekan
kortisol, adrenalin serta radikal bebas. Serotonin akan menyebabkan efek vasodilatasi pembuluh
darah dan meningkatkan sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh. Serotonin akan menstimulus system
limbik untuk meningkatkan rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, dan keseimbangan
psikomotor ( Ruspawan& Wulandari, 2012).
26
Penyaluran Hobi seperti mendengarkan musik akan menimbulkan proses relaksasi pada
para lansia, hal ini menurut teori akan menjadikan gelombang otak akan menjadi alfa, dalam
keadaan tenang seseorang akan memiliki substansi yang memiliki beta karobolin, antagonis
GABA yang akan menurunkan jumlah down regulator reseptor GABA. Penurunan ini akan
menghambat kecemasan (Junaidi & Noor, 2010).
Aktivitas aktivitas umum yang dilakukan oleh lansia termasuk Activity daily living non
vokasionalakan dapat menstimulasi HPA axis untuk menurunkan sekresi CRF (Corticotropic
Realizing Factor) oleh hipotalamus yang menyebabkan pelepasan hormone ACTH
(Adenocorticotropic hormone). ACTH akan merangsang korteks adrenalin untuk mengurangi
produksi hormone adrenalin yang mempengaruhi jantung, sehingga perasaan tidak tenang pada
diri dapat berkurang, aktivitas yang menjernihkan jiwa akan memberikan stimulus kepada sistem
limbikyang berakibat penurunan kecemasan (Ratnawati, 2014).