30
BAB I LAPORAN KASUS I. Identifikasi Nama : Tn. RU Umur : 49 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Palembang Pekerjaan : Kuli bangunan Agama : Islam Bangsa : Indonesia MRS : 14 April 2014 Rekam Medis : 812574/RI14010138 II. Anamnesis (Tanggal 14 April 2014) Keluhan Utama Benjolan pada lipat paha kanan yang tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga perut. Riwayat Perjalanan Penyakit Sejak ± 2 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul benjolan di lipat paha kanan. Pasien mengaku benjolan dapat keluar masuk ke dalam rongga perut. Benjolan timbul saat pasien lama berdiri atau saat bekerja mengangkat bahan bangunan. Nyeri (-), mual (-), batuk (-), frekuensi BAK normal, perlu mengejan 1

Case Hernia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

k

Citation preview

Page 1: Case Hernia

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identifikasi

Nama : Tn. RU

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Palembang

Pekerjaan : Kuli bangunan

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

MRS : 14 April 2014

Rekam Medis : 812574/RI14010138

II. Anamnesis (Tanggal 14 April 2014)

Keluhan Utama

Benjolan pada lipat paha kanan yang tidak dapat masuk kembali ke dalam

rongga perut.

Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak ± 2 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul benjolan di lipat paha kanan.

Pasien mengaku benjolan dapat keluar masuk ke dalam rongga perut.

Benjolan timbul saat pasien lama berdiri atau saat bekerja mengangkat bahan

bangunan. Nyeri (-), mual (-), batuk (-), frekuensi BAK normal, perlu

mengejan saat BAK (-), BAK menetes (-),pancaran urin lemah (-), butuh

waktu lama untuk BAK (-), BAB normal.

± 5 jam SMRS, pasien mengeluh benjolan tidak dapat masuk kembali ke

dalam rongga perut. Nyeri (-), mual (+), muntah (-), demam (-), BAB (+),

flatus (+). Pasien berobat ke IGD RSMH. Saat persiapan operasi, benjolan

masuk kembali ke dalam rongga perut secara spontan.

1

Page 2: Case Hernia

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat benjolan di lipat paha kanan ± 15 tahun yang lalu. Benjolan kembali

masuk ke dalam rongga perut dengan cara di urut oleh dukun.

Riwayat operasi disangkal

Riwayat menderita batuk lama disangkal, pasien merupakan perokok aktif

Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal

Riwayat pembesaran prostat atau batu saluran kemih disangkal

Riwayat alergi berupa asma atau bersin-bersin di pagi hari disangkal

III.Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmhg

Nadi : 82 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,6 0C

Kepala : Konjungtiva palpebra pucat -/- , sclera ikterik -/-,

Pupil : Isokor, refleks cahaya +/+

Leher : Tidak ada kelainan

Dada : Tidak ada kelainan

Abdomen : Lihat status lokalis

Genitalia : Lihat status lokalis

Anal : Tidak ada kelainan

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan

B. Status Lokalis

Regio Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, defans muskular (-)

2

Page 3: Case Hernia

Perkusi : Tympani

Auskultasi : BU (+) N

Regio Inguinalis Dextra

Inspeksi : Benjolan (-), warna kulit sama seperti sekitar

Palpasi : Tidak teraba benjolan (-), nyeri tekan (-), valsava test (+)

Rectal Toucher : TSA baik, ampulla tidak kolaps, mukosa licin, massa (-),

darah (-), feses (+)

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang Tanggal 14 April 2014

Hematologi

Hemoglobin : 13,9 g/dl (14-16 g/dl)

Hematokrit : 40 vol% (40-48 vol%)

Leukosit : 10700/mm3 (5.000-10.000/ mm3)

Trombosit : 182000/mm3 (150.000-400.000/mm3)

Kimia Klinik

BSS : 96 mg/dl (< 180 mg/dl)

Na : 142 mmol/l (135-155 mmol/l)

K : 3,9 mmol/l (3,6-5,5 mmol/l)

Ureum : 24 mg/dl (20-40 mg/dl)

Creatinin : 0,79 mg/dl (0,9-1,3 mg/dl)

V. Diagnosis kerja

Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Inkarserata tereduksi spontan

VI. Penatalaksanaan

Rencana herniorraphy dextra

3

Page 4: Case Hernia

VII. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

4

Page 5: Case Hernia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurosis

dinding perut. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau

kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya,

contohnya: diafragma, inguinal, umbilical, femoral.

Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk

melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis

inguinalis adalah saluran yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut

ke dalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan.

2. Klasifikasi

a. Hernia secara umum

1. Hernia Internal yakni tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui

suatu lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus

retrosekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya

setelah anastomosis usus

2. Hernia eksternal yakni hernia yang menonjol keluar melalui

dinding perut, pinggang atau peritoneum

b. Hernia berdasarkan terjadinya

1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah

ada semenjak pertama kali lahir.

2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak

lahir, tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang

setelah lahir.

5

Page 6: Case Hernia

c. Hernia menurut sifatnya/secara klinik

1. Hernia reponible

Disebut begitu jika isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika

berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong

masuk, tidak ada keluhan nyeri.

2. Hernia irreponible

Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hernia

ini disebut juga hernia akreta dan tidak ada keluhan rasa nyeri atau

tanda sumbatan usus.

3. Hernia inkarserata atau hernia strangulata

Hernia ini terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi

kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga

perut, akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara

klinis hernia inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia irreponible

dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi

disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya

gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai,

dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai

nekrosis.

4. Hernia Ritcher, bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding

usus.

d. Hernia menurut jumlahnya

1. Hernia unilateral

Hernia hanya berada pada satu sisi: sisi kiri atau sisi kanan.

2. Hernia bilateral

Hernia berada pada kedua sisi, kanan dan kiri.

e. Hernia menurut letak penonjolan

1. Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)

6

Page 7: Case Hernia

Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui

anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa

epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke

rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Disebut hernia

inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di lateral dari

pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar

melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis.

Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini

disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada didalam muskulus

kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur

lain dalam tali sperma.

2. Hernia Inguinalis Medialis (Direk)

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis,

karena melewati dinding inguinal posterior yaitu di daerah medial

pembuluh darah epigastrika inferior, yang berbatasan dengan

trigonum Hesselbach. Disebut direk karena langsung menonjol

melalui segitiga Hesselbach. Hernia inguinalis direk jarang, bahkan

hampir tidak mengalami inkarserasi dan strangulasi.

3. Pantaloon Hernia, kombinasi hernia inguinalis lateralis dan

medialis.

Untuk membedakan hasil dari terapi surgikal, Nyhus telah menyarankan

suatu klasifikasi dari hernia inguinal: tipe 1 dan 2, hernia inguinal indirek dengan

cincin internal yang berukuran normal (tipe 1) atau dengan cincin internal yang

membesar (tipe 2) tetapi dengan lantai inguinal yang normal; tipe 3 hernia

inguinal direk (tipe 3A) dan indirek (tipe 3B) dengan kerusakan pada lantai

inguinal, atau hernia femoral (tipe 3C); tipe 4 adalah hernia yang berulang.

7

Page 8: Case Hernia

Gambar 1. Hernia Inguinalis

3. Anatomi Regio Inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus

yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis

m.tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubicum, kanal ini

dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis MOE.

Atapnya ialah aponeurosis MOE, dan dasarnya ialah ligamentum inguinale. Kanal

berisi funikulus spermatikus pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.

Hernia inguinalis dapat dibedakan menjadi direk dan indirek. Hernia

inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, isi hernia menonjol

langsung melalui trigonum Hesselbach (daerah yang dibatasi oleh, inferior:

ligamentum inguinale, lateral: vasa epigastrika inferior, medial: tepi m.rectus

abdominis). Dasar trigonum Hesselbach ini dibentuk oleh fasia tranversa yang

diperkuat oleh aponeurosis m.tranversus abdominis yang terkadang tidak

sempurna, sehingga daerah ini potensial menjadi lemah. Hernia jenis ini jarang

mengalami strangulasi, karena cincin hernia longgar.

Pembuluh darah arteri epigastrika inferior menjadi batas superlateral dari

trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membran rektus

sedangkan batas inferior dibentuk oleh ligamentum inguinal. Hernia yang

8

Page 9: Case Hernia

melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia

yang muncul lateral adalah hernia indirek.

Gambar 2. Trigonum Hesselbach

Pada hernia inguinalis indirek atau hernia inguinalis lateralis, isi hernia

keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus, yang terletak

lateral dari vasa epigastrika inferior. Dari anulus inguinalis internus, hernia masuk

ke kanalis inguinalis, dan jika berlanjut dapat keluar ke anulus inguinalis

eksternus. Jika cukup panjang, hernia dapat keluar menuju skrotum. Kantong

hernia akan berada di dalam m.cermaster, terletak anteromedial terhadap vas

deferens dan struktur lain dalam funikulus spermatikus. Nervus ilioinguinalis dan

nervus iliofermoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar kanalis

inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan

sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.

4. Epidemiologi

Hernia inguinalis termasuk hernia eksterna dan mempunyai angka

kejadian yang paling banyak dibanding dengan hernia yang lain. Kurang lebih

75% dari semua hernia terjadi di regio inguinal, dimana 50% sebagai hernia

inguinalis indirek, dan 25% sisanya adalah hernia inguinalis direk. Hampir 75%

9

Page 10: Case Hernia

dari semua kasus hernia terjadi pada daerah lipat paha (direk, indirek dan

femoral). Selebihnya adalah hernia insisional dan ventral (10%), umbilikal (3%),

dan lain-lain hernia (3%).

Hernia inguinalis indirek lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.

Perbandingan antara angka kejadian pada laki-laki dan perempuan adalah 12:1. Di

belahan dunia bagian barat, insiden hernia inguinalis pada usia dewasa bervariasi

antara 10% - 15%. Insidens bervariasi antara 5% – 8% pada usia 25 – 40 tahun.

Pada usia 75 tahun atau lebih, insiden hernia mencapai 45%. Insidens hernia

meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang

meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan penunjang berkurang

kekuatannya.

Sebagian besar hernia inguinalis terjadi pada pria (90%). Sementara

wanita memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk mengalami hernia femoralis.

Hernia indirek lebih banyak muncul pada sisi kanan. Alasannya adalah karena

testis kiri lebih dulu turun dari retroperitonel ke skrotum dibanding testis kanan,

sehingga obliterasi canalis inguinalis kanan terjadi lebih akhir. Pada kasus

terjadinya hernia indirek kiri, 50% kasus akan disertai dengan hernia indirek

kanan.

Insiden rekurensi hernia pasca repair primer berkisar 2-10%. Hasil terbaik

dapat dicapai dengan teknik Shouldice. Repair pada hernia rekuren, akan memiliki

rekurensi yang lebih besar >20%. Teknik yang lebih dianjurkan untuk mencegah

rekurensi lanjut adalah teknik Shouldice, atau dengan menggunkan mesh

prostetik.

Pada bayi dan anak-anak hernia lebih sering terjadi pada anak dengan

riwayat lahir prematur. Hernia inkarserata muncul pada 9%-20% kasus dan lebih

sering muncul pada bayi yang berumur kurang dari enam bulan, umumnya dapat

mengalami reduksi spontan dan harus segera dilakukan operasi repair elektif.

Penelitian menunjukkan bahwa operasi elektif memiliki komplikasi lebih minimal

dibandingkan dengan operasi emergensi, terutama pada bayi dengan berat lahir

10

Page 11: Case Hernia

rendah. Operasi elektif harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya re-

inkarserata.

5. Etiologi dan faktor resiko

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab yang

didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk

hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong

dan isi hernia, selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia

melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya

struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis

internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversalis yang kuat yang

menutupi trigonum Hesselbach. Gangguan pada mekanisme ini dapat

menyebabkan terjadinya hernia.

Pada keadaan normal, di saat batuk dan mengedan, seperti pada miksi,

defekasi, dan partus, serabut-serabut paling bawah muskulus oblikus internus

abdominis dan muskulus transversus abdominis yang melengkung menjadi datar

dan turun mendekati dasar. Bagian atas mungkin menekan isi kanalis inguinalis ke

arah dasar sehingga kanalis inguinalis menutup. Bila diperlukan mengedan

dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus secara alamiah orang cenderung

berada dalam posisi jongkok, fleksi pada , dan permukaan anterior tungkai atas

mendekati permukaan anterior dinding abdomen, dengan cara ini bagian bawah

dinding anterior abdomen dilindungi oleh tungkai atas. Pada hernia inguinalis,

terjadi perubahan fungsi dari serabut-serabut otot yang mempertahankan posisi

kanalis inguinalis.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis

yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot

dinding perut karena usia. Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik,

seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai

hernia inguinalis. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin

11

Page 12: Case Hernia

karena meningkatnya penyakit penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen

dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi

anulus inguinalis internus ikut kendur pada keadaan itu tekanan intraabdomen

tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot

dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus

inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis

inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan

nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis setelah apendektomi.

Menurut Marijata (2006), proses terjadinya hernia inguinalis dipengaruhi

oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Adapun faktor – faktor predisposisi

yang berpengaruh terhadap insidensi hernia inguinalis adalah sebagai berikut :

1. Kongenital

Prosesus vaginalis persisten

Kanalis nuck persisten

Obliterasi umbilikus tidak sempurna

Pada bulan kedelapan kehamilan, terjadi desensus testis melalui

kanal inguinalis. Penurunan testis tersebut akan menarik

peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan

peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada

bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami

obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis

tersebut. Namun akibat beberapa faktor, kanalis ini tidak menutup,

oleh karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang

terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

2. Luka operasi

Luka yang didapat pasca melakukan operasi.

3. Jenis kelamin

Faktor jenis kelamin berhubungan dengan faktor

kongenital. Hernia pada laki – laki 95% adalah jenis inguinalis,

12

Page 13: Case Hernia

sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini di

sebabkan karena ukuran ligamentum rotundum, dan presentase

obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil dibanding

obliterasi kanalis nuck.

4. Umur

Pada usia lanjut terjadi perubahan fisiologi berupa melemahnya

jaringan penunjang, salah satunya dinding abdomen. Keadaan ini sering

disertai dengan timbulnya penyakit-penyakit yang meningkatkan

tekanan intraabdomen. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan

meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun insidensi menurun

dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena

menurunnya kondisi fisik.

5. Konstitusi atau keadaan badan

Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding

abdomen dan menimbulkan lokus minoris atau kelemahan–kelemahan

otot serta terjadi relaksasi dari anulus. Bila lemak menginfiltrasi ke

omentum dan mesenterium akan mengurangi volume rongga abdomen

sehingga terjadi peningkatan tekanan intraabdomen.

Faktor-faktor presipitasi yang ikut berperan terhadap insidensi

hernia inguinalis adalah sebagai berikut:

1. Batuk Kronik

Batuk kronik adalah batuk yang tidak menghilang selama

8 minggu atau lebih. Batuk merupakan gejala dari suatu

panyakit. Pada saat batuk terjadi peningkatan tekanan

intraabdomen dan bila terjadi secara terus menerus akan

meningkatkan risiko terjadinya hernia inguinalis.

2. Konstipasi

Pada saat mengalami konstipasi, proses defekasi menjadi

sulit oleh sebab itu pasien harus mengejan lebih kuat. Proses

13

Page 14: Case Hernia

mengejan inilah yang akhirnya akan menyebabkan tekanan

intraabdomen meningkat.

3. Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)

BPH akan menyebabkan terjadinya tahanan saat miksi,

sehingga penderita harus mengejan lebih kuat yang akhirnya

menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen.

4. Partus

Pada saat partus, ibu hamil akan mengejan untuk

mengeluarkan bayinya yang mengakibatkan peningkatan

tekanan intraabdomen.

5. Angkat beban berat

Tidak ada batasan beban yang pasti untuk faktor ini.

Angkat berat bisa dihubungkan dengan faktor pekerjaan,

contohnya bertani, buruh, kuli bangunan dll. Pada saat

mengangkat beban berat akan terjadi kontraksi di bagian perut

dan juga akan ada refleks mengejan yang membantu

memberikan tahanan saat akan mengangkat. Kedua hal inilah

yang akan menyebabkan peningkatan tekanan abdomen.

6. Asites

Akumulasi dalam rongga abdomen bisa meningkatkan

tekanan intraabdomen dan meningkatkan risiko terjadinya

hernia inguinalis.

Faktor-faktor presipitasi di atas berperan dengan meningkatkan

tekanan intraabdomen sehingga memperbesar kemungkinan

terjadinya hernia inguinalis.

6. Komponen Hernia Inguinal

Bagian-bagian dari hernia:

14

Page 15: Case Hernia

a. Kantung hernia merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan

mempunyai leher dan badang (korpus).

b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di

dalam cavitas abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian

kecil omentum sampai organ besar seperti ren.

c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen

yang dilalui oleh kantong hernia.

7. Manifestasi Klinis

Gejala dari hernia inguinal adalah:

a. Tampak benjolan di daerah lipat paha.

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat

itu disertai perasaan mual. Nyeri yang disertai mual atau muntah

baru timbul kalau sudah terjadi inkarserasi karena ileus atau

strangulasi karena nekrosis atau gangrene.

c. Pada hernia strangulasi, dimana aliran darah ke isi hernia

terganggu akan timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah

pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain

itu perasaan sakit akan bertambah hebat.

d. Bila pasien mengejan atau batuk, maka benjolan hernia akan

bertambah besar.

e. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan di

lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau

mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri

jarang dijumpai, kalau ada biasanya didaerah epigastrium, atau

para-umbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada

mesenterium pada waktu satu segmen usus halus masuk ke

dalam kantong hernia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa gejala dan tanda klinik hernia banyak

ditentukan oleh keadaan isi hernia.

15

Page 16: Case Hernia

8. Hernia Inguinal Direk dan Indirek

8.1. Simptom

Kebanyakan hernia tidak memberikan gejala sehingga timbul benjolan

pada lipat paha. Bagaimanapun, terdapat beberapa pasien yang mengeluh

nyeri yang mendadak saat mengangkat beban. Biasanya, hernia dapat

dideteksi pada pemeriksaan fisik rutin. Beberapa pasien mengeluh sensasi

tertarik dan biasanya pada hernia indirek, nyeri yang menjalar ke dalam

scrotum. Bila hernia semakin membesar, ia akan memberikan suatu

sensasi tidak selesa atau nyeri hingga pasien perlu berbaring untuk

mengurangi hernia tersebut.

Secara umumnya, hernia direk memberikan gejala yang kurang

berbanding hernia indirek dan sangat jarang menjadi hernia inkarserata

atau strangulasi.

8.2. Tanda-tanda

Pemerikasaan daerah inguinal akan menunjukkan suatu massa yang

mungkin dikurangi atau tidak. Pasien harus diperiksa dalam posisi berdiri

dan berbaring dan juga dalam keadaan batuk dan mengejan karena hernia

yang kecil sangat susah untuk dideteksi. Cincin ekstenal dapat

diidentifikasi dengan menginvaginasi skrotum dan melakukan palpasi

dengan jari tengah di atas lateral dari tuberculum pubicum. Jika cincin

ekstenal sangat kecil, jari pemeriksa tidak akan bisa masuk dan

menyulitkan pemeriksa untuk mengenal pasti suatu hernia pada saat

penderita batuk. Sebaliknya, cincin ekstenal yang sangat besar belum tentu

menunjukkan adanya suatu hernia. Protrusi tisu melalui canalis inguinal

mesti benar-benar dirasakan pada saat penderita batuk untuk menegakkan

suatu diagnosa hernia.

16

Page 17: Case Hernia

Membedakan antara hernia direk dan indirek pada pemeriksaan

bukanlah suatu hal yang mudah dan tidak mempunyai kepentingan klinis

karena semua hernia inguinal memerlukan repair tanpa melihat tipe.

Bagaimanapun, setiap tipe dari hernia inguinal mempunyai ciri-ciri yang

khas. Hernia yang turun ke dalam skrotum biasanya adalah hernia indirek.

Pada inspeksi dengan pasien disuruh untuk mengejan, hernia direk akan

kelihatan sebagai benjolan bulat yang simetris pada cincin inguinal

ekstenal dan benjolan akan menghilang bila pasien berbaring. Manakala,

hernia indirek merupakan benjolan berbentuk bujur yang tidak dapat di

masukkan dengan mudah.

Pada palpasi, dinding posterior dari canalis inguinalis pada hernia

indirek terasa lembut dan resistan tetapi tidak ada pada hernia direk. Jika

pasien diminta untuk batuk dengan jari pemeriksa diarahkan ke atas dan ke

lateral dari canalis inguinalis, hernia direk akan mengeser bagian tepi jari,

manakala hernia indirek akan dirasakan pada hujung jari.

Penekanan diatas cincin internal pada saat pasien mengejan juga dapat

membantu membedakan hernia direk dan indirek. Hernia direk akan

bergerak keluar melalui segitiga Hesselbach, tetapi pada hernia indirek

reduksi hernia dapat dikekalkan pada cincin internal.

Perbedaan ini akan semakin samar bila hernia semakin membesar dan

merubah kaitan anatomik antara cincin dan canalis inguinalis. Pada

kebanyakan pasien, tipe hernia hanya dapat diketahui dengan tepat setelah

operasi.

9. Tatalaksana

9.1. Konservatif

Pengobatan konservatif diberikan pada pasien yang memiliki

kontraindikasi operasi, contoh: keadaan umum buruk, usia tua, dan

memiliki penyakit penyerta yang tak memungkinkan untuk melakukan

operasi.

17

Page 18: Case Hernia

Sabuk hernia atau celana hernia merupakan terapi konservatif yang

biasa digunakan oleh pasien hernia yang tidak bisa menjalani operasi.

Sabuk hernia atau celana hernia bekerja sebagai alat penyangga hernia

agar tidak bertambah besar dan parah. Di dalamnya terdapat sebuah

magnet yang berfungsi sebagai penguat otot-otot dinding perut.

9.2. Operatif

Merupakan satu-satunya pengobatan yang rasional. Indikasi

operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada pasien dewasa,

terapi pada hernia inguinalis yang mengalami pembesaran pada kanal

inguinalis ataupun menjadi hernia inkarserata dan menimbulkan gejala

adalah tindakan operatif. Pada bayi dan anak-anak, tindakan operatif

dilakukan untuk mencegah terjadinya hernia inkarserata. Prinsip dasar

operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi

dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian

direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif

dibandingkan herniotomi. Lama proses penyembuhan setelah

dilakukannya operasi pada hernia bervariasi, hal ini bergantung pada

ukuran hernia, teknik operatif yang digunakan, umur, dan kondisi

kesehatan pasien.

18

Page 19: Case Hernia

BAB III

ANALISA KASUS

Seorang laki-laki, berusia 49 tahun, bertempat tinggal di dalam kota

berkebangsaan Indonesia, agama Islam, menjalani rawat inap di Departemen

Bedah Rumah Sakit Dr. Moh. Hoesin Palembang sejak 14 April 2014.

Penderita datang berobat ke RSMH dengan keluhan timbul benjolan pada

lipat paha kanan. Sejak ± 2 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul benjolan di lipat

paha kanan. Pasien mengaku benjolan dapat keluar masuk ke dalam rongga perut.

Benjolan timbul saat pasien lama berdiri atau saat bekerja mengangkat bahan

bangunan. Nyeri (-), mual (-), batuk (-), frekuensi BAK normal, perlu mengejan

saat BAK (-), BAK menetes (-),pancaran urin lemah (-), butuh waktu lama untuk

BAK (-), BAB normal. ± 5 jam SMRS, pasien mengeluh benjolan tidak dapat

masuk kembali ke dalam rongga perut. Nyeri (-), mual (+), muntah (-), demam (-),

BAB (+), flatus (+). Pasien berobat ke IGD RSMH. Saat persiapan operasi,

benjolan masuk kembali ke dalam rongga perut secara spontan.

Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal. Pada status

lokalis di regio inguinal dextra, pada inspeksi tidak tampak benjolan, warna kulit

sama seperti sekitar. Pada palpasi tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan dan

valsava tes (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin,

hematokrit, dan trombosit yang normal.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

pasien ini didiagnosa dengan Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata

tereduksi spontan. Penatalaksanaan definitive pada penderita yaitu dengan

tindakan herniorraphy. Prognosis pasien ini quo ad vitam dan quo ad functionam

adalah bonam.

19

Page 20: Case Hernia

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Wim & R. Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Darmokusumo K; 1993. Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas

Kedokteran, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Oswari E; 2005. Bedah dan Perawatannya. Edisi Ke-4. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Anonim. 2007. Hernia. Diperoleh dari:

http://susternada.blogspot.com/2007/07/hernia.html. Diakses pada: 1 April

2014

Anonim. Hernia. Diperoleh dari:

http://lakshminawasasi.blogspot.com/2006/03/herniaobrolan-ini-lanjutan-

dari-acara.html. Diakses pada: 16 April 2014

Snell RS; 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-6. EGC,

Jakarta, Indonesia, hal 148-191.

20