28
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. D Jenis kelamin : Perempuan Usia : 21 tahun Alamat : Jalan Kimia No. 9, Jakarta Pusat Status : Belum Menikah Pendidikan : SMA Pekerjaan : Tidak bekerja Agama : Islam Datang ke RSCM : 8 Februari 2011 II. RIWAYAT PSIKIATRI Data diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 8 Februari 2011 A. Keluhan Utama Tidak bisa tidur sejak 7 bulan sebelum berobat ke RSCM. B. Riwayat Gangguan Sekarang Sejak 7 bulan yang lalu pasien mengeluhkan tidak bisa tidur. Keluhan biasanya disertai dengan perasaan cemas dan berdebar-debar. Pasien mengaku sering mengkonsumsi ctm hamper setiap malam agar bisa tertidur. Keluhan ini awalnya muncul

Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. D

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 21 tahun

Alamat : Jalan Kimia No. 9, Jakarta Pusat

Status : Belum Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Islam

Datang ke RSCM : 8 Februari 2011

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 8 Februari 2011

A. Keluhan Utama

Tidak bisa tidur sejak 7 bulan sebelum berobat ke RSCM.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Sejak 7 bulan yang lalu pasien mengeluhkan tidak bisa tidur. Keluhan

biasanya disertai dengan perasaan cemas dan berdebar-debar. Pasien mengaku

sering mengkonsumsi ctm hamper setiap malam agar bisa tertidur. Keluhan ini

awalnya muncul dikarenakan pasien memiliki banyak tugas kuliah yang

membuat pasien khawatir tidak akan mampu menyelesaikannya.

Sebelumnya keluhan seperti ini juga pernah hilang timbul selama 4 tahun

belakangan ini tetapi tidak menetap seperti 4 bulan ini. Awalnya keluhan ini

timbul sejak pasien harus hidup merantau di Jakarta untuk melanjutkan kuliah

di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Pasien berasal dari

Yogyakarta dan keluarga pasien tinggal di sana. Di Jakarta pasien hidup

Page 2: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

dengan seorang pembantu di sebuah rumah milik orangtuanya di dekat

kampus tempat pasien kuliah.

Saat 4 tahun yang lalu ketika keluhan ini muncul pasien berusaha

mendengarkan lagu-lagu pelan untuk membantunya tertidur dan tidak pernah

mengkonsumsi ctm, namun sejak 7 bulan ini mendengarkan lagu-lagu pelan

tidak banyak membantu pasien untuk bisa tertidur.

Ketika ditanya apa yang biasanya membuat pasien tidak bisa tidur, pasien

hanya berkata bahwa dia merasa cemas tetapi tidak begitu tahu apa yang

sebenarnya dicemaskannya. Perasaan itu sering muncul secara tiba-tiba dan

biasanya akan hilang dengan sendirinya. Apabila pasien sudah tertidur namun

tiba-tiba terbangun, pasien akan kesulitan untuk tidur kembali.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal pernah mengalami trauma kepala, demam

tinggi, kecelakaan, dan kejang.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien menyangkal penggunaan obat-obat terlarang dan konsumsi

alkohol. Pasien juga menyangkal adanya riwayat merokok.

3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Menurut pasien ia dilahirkan secara normal dengan usia kandungan

9 bulan dan tidak ditemukan kelainan pada persalinan.

2. Riwayat Masa Kanak Awal

Pasien diasuh oleh orang tua pasien. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya

dan diberikan ASI selama 1 tahun. Pertumbuhan dan perkembangannya sama

dengan anak-anak seusianya saat itu.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan

Page 3: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

Pasien diasuh oleh orang tua pasien beserta kedua saudaranya. Pasien

bersekolah di sekolah umum dan pergi sekolah diantar oleh supir.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pada masa remaja pasien seperti remaja pada umumnya. Ia mudah

bersosialisasi dengan teman-temannya. Tidak pernah ada masalah berat

yang dihadapinya. Pasien memiliki cukup banyak teman semasa di remaja

dan orang tua tidak mengekang pasien dalam bergaul. Pasien memiliki

beberapa teman dekat laki-laki dan perempuan.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat pendidikan

Pasien bersekolah SD, SMP, dan SMA di dekat rumah dengan

prestasi yang cukup baik. Semasa SD dari kelas 1-3 pasien mendapat

juara kelas, setelah itu pasien masuk ke dalam peringkat 10 besar.

Semasa SMP prestasi pasien menurun, menurut pasien dikarenakan

pasien terlalu banyak bermain. Waktu SMA prestasi pasien kembali

baik dan pasien belajar semaksimal mungkin untuk mencapai jurusan

yang ia mau.

b. Riwayat pekerjaan

Pasien belum bekerja.

c. Riwayat perkawinan

Pasien belum menikah.

d. Riwayat kehidupan beragama

Pasien beragama Islam. Sholat setiap hari namun jarang 5 waktu.

e. Riwayat militer

Pasien menyangkal pernah mengikuti kegiatan militer.

f. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

g. Riwayat psikoseksual

Orientasi seksual pasien adalah heteroseksual. Pasien mengatakan

tidak pernah mempunyai teman dekat perempuan. Saat ini pasien

Page 4: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

mengaku memiliki hubungan dengan teman laki-laki satu kampus nya

sejak leih dari setahun yang lalu.

h. Aktivitas sosial

Pasien tidak memiliki kegiatan sosial baik di kampus ataupun di

lingkungan sekitar rumah.

i. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal bersama seorang pembantu di sebuah rumah di

Jakarta untuk menyelesaikan kuliah dimana keluarga pasien berada di

Yogyakarta. Sebelumnya pasien lahir dan dibesarkan di Yogyakarta,

tinggal bersama keluarganya. Kontrakan pasien terdiri atas 3 kamar tidur,

2 kamar mandi, 1 ruang tamu, satu ruang keluarga, satu dapur dan garasi

kapasitas 1 mobil. Pasien tidur di salah satu kamar di depan yang lebih

besar dari kamar yang lainnya. Pasien memiliki kendaraan pribadi berupa

mobil.

Setiap bulan pasien mendapat uang bulanan dari ibu nya berupa

sejumlah uang untuk biaya kehidupan sehari-hari beserta dengan gaji

pembantunya. Sejumlah uang tersebut dirasa pasien cukup untuk

memenuhi kebutuhannya tiap bulan. Ayah dan ibu pasien cukup sering

mengunjungi pasien.

6. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Kakak pasien yang

pertama adalah seorang Manajer Keuangan di perusahaan milik ayahnya.

Adik perempuan pasien yang ketiga saat ini kuliah di salah satu perguruan

tinggi negeri di Yogyakarta, jurusan Kedokteran Gigi. Jarak pasien dengan

kakak pertamanya adalah 4 tahun dan jarak pasien dengan adik ketiga nya

adalah 2 tahun.

Ayah pasien adalah seorang pemimpin perusahaan keluarga

mereka. Ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien mengatakan bahwa

pasien paling dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayah ataupun

saudara-saudaranya yang lain.

Page 5: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

Di keluarga pasien, tidak ditemukan riwayat penyakit serupa atau

riwayat gangguan jiwa lainnya.

Keterangan :

= = laki-laki normal

= perempuan normal

= pasien

= perempuan meninggal

= tinggal dalam 1 rumah

7. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien merasa sangat terganggu dengan keadaan nya sekarang dan

pasien merasa butuh bantuan dokter untuk bisa menyembuhkannya.

8. Persepsi keluarga terhadap penyakit pasien

Keluarga pasien tidak tahu mengenai keluhan pasien. Pasien takut

bercerita kepada keluarga karena tidak mau keluarga menjadi khawatir.

9. Impian, fantasi, dan cita-cita pasien

Pasien bercita-cita ingin menjadi seorang arsitektur yang handal

dan terkenal.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8 Februari 2010.

A. Deskripsi Umum

Page 6: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

1. Penampilan

Seorang perempuan berpenampilan rapi, sesuai usia, rambut hitam dan

lurus sepunggung, kuku bersih dan tergunting rapi, kulit putih bersih,

berperawakan kurus. Secara umum penampilan pasien menunjukkan

bahwa pasien masih dapat merawat diri.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan adanya gerak-gerik

yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kooperatif, kontak mata cukup baik. Pada awal pemeriksaan, pasien

terlihat sedikit ragu untuk bercerita. Tetapi dari pertengahan hingga akhir

pasien mulai becerita dan diselingi oleh tangisan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Hipotim

2. Afek : Luas.

3. Keserasian : Serasi

C. Pembicaraan

Pembicaraan pasien cukup spontan, volume suara cukup, intonasi dan

artikulasi suara baik. Tidak terdapat neologisme dan hendaya bahasa. Kadang-

kadang pasien sedikit lama menjawab pertanyaan pemeriksa (terlihat diam dan

berfikir cukup lama)

Kuantitas pembicaraan pasien baik dan kualitas pembicaraan cukup.

D. Gangguan Persepsi

Tidak ditemukan gangguan persepsi saat pemeriksaan.

E. Pikiran

1. Proses/bentuk pikir : asosiasi longgar.

2. Isi pikir : Tidak ditemukan gangguan isi pikir

F. Sensorium dan Kognisi

1. Taraf kesadaran dan kesigapan

Kesadaran kompos mentis, kesiagaan baik.

2. Orientasi

Page 7: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

Waktu : baik, pasien mengetahui hari dan tanggal wawancara.

Tempat : baik, pasien dapat menyebutkan tempat perawatan.

Orang : baik, pasien dapat mengenali dokter yang memeriksa.

3. Daya ingat

Jangka panjang : baik, pasien mengingat alamat rumahnya.

Jangka sedang : baik, pasien dapat mengingat kegiatan yang

dilakukannya 3 hari lalu.

Jangka pendek : pasien dapat mengingat menu sarapan paginya.

Segera : pasien dapat mengingat apa yang dibicarakan

sebelumnya.

4. Konsentrasi dan perhatian

Baik, pasien dapat menghitung 100 dikurangi 7 dan seterusnya

sampai lima kali berturut-turut.

5. Kemampuan membaca dan menulis

Kemampuan pasien membaca dan menulis baik.

6. Kemampuan visuospasial

Baik, pasien dapat menggambar bola, segitiga dan segi empat.

7. Pikiran abstrak

Baik, pasien dapat mengartikan ungkapan berakit-rakit ke hulu,

berenang-renang ketepian.

8. Intelegensi dan kemampuan informasi

Baik. Pasien mengetahui presiden Indonesia dan gubernur DKI

Jakarta saat ini.

9. Bakat kreatif

Pasien memiliki kemampuan dalam menggambar dan mendesain

gedung.

10. Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, pasien dapat makan, mandi, dan memasak sendiri.

G. Daya nilai dan Tilikan

1. Daya nilai sosial

Baik, pasien mengatakan bahwa mencekik orang tua itu tidak baik

Page 8: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

2. Uji daya nilai

Baik, pasien mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak boleh

mencekik leher bapaknya.

3. Penilaian realita

Terganggu, pasien tidak mengetahui bahwa suara yang didengar

dan orang-orang yang pasien lihat tidak nyata.

4. Tilikan diri

Derajat enam. Pasien sadar bahwa dirinya sakit dan pasien datang

ke RSCM atas kemauannya sendiri untuk mendapat pertolongan dari

dokter.

H. Taraf dapat dipercaya

Pasien dapat dipercaya karena pasien menjawab pertanyaan penanya

dengan baik dan jelas.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Status Internus

Keadaan umum : Baik

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 72x/menit

Nafas : 18x/menit

Suhu : afebris

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Kulit : Putih bersih

Kepala : Deformitas (-)

Rambut : Panjang

THT : Deformitas (-), tanda radang (-)

Gigi dan mulut : Higiene oral kurang

Leher : Tidak ditemukan pembesaran KGB

Paru : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Page 9: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

Perut : Datar, lemas, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik, edema -/-, tremor kedua tangan

(-), rigiditas (+)

Status Neurologikus

GCS : E4M6V5 = 15

Pupil : bulat, isokor, Ө 3 mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+

Nervus kranialis : Kesan parese (-)

Motorik

Gejala ekstrapiramidal: Gaya berjalan dan postur normal

Akatisia (-)

Tardive dyskinesia (-)

Tremor (-)

Gangguan keseimbangan (-)

Rigiditas ekstremitas (-)

Gangguan koordinasi (-)

Sensorik : tidak ada gangguan sensibilitas

Otonom : inkontinensia uri et alvi (-)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien mengancam akan membunuh kedua orang tua pasien dan

membakar rumah orang tua serta tetangga 7 jam sebelum masuk rumah sakit.

Kemudian pasien diantar oleh bapak, abang, serta beberapa tetangga ke IGD

RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sebelumnya, pasien telah dibawa ke RS di daerah

Duren Sawit serta RSJ Grogol, tetapi ditolak dengan alasan penuh.

Menurut pasien, 15 jam sebelum masuk rumah sakit, bapak pasien

membakar seluruh buku dan kaset kesukaan pasien yang dibeli dengan hasil jerih

payah pasien sendiri. Pasien merasa kesal tapi diam saja. Kemudian pasien pergi

bekerja memasang kolam di rumah tetangga, kemudian bapak pasien datang

memanggil pasien dan menyuruh mandi supaya pergi bersama-sama bapak dan

Page 10: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

abangnya berjalan-jalan ke mall. Namun, pasien bingung karena tempat yang

mereka kunjungi bukan mall melainkan rumah sakit.

Menurut keluarga, 9 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien sempat

melempar asbak ke arah kaca jendela depan rumah sampai pecah seluruhnya. Saat

ditanya oleh bapaknya, pasien mengatakan bahwa yang memecahkan kaca adalah

tetangga yang lewat. Karena takut, bapak pasien menelepon salah satu abang

pasien untuk datang serta menyiapkan kendaraan untuk membawa pasien ke

rumah sakit. Sesampainya abang pasien di rumah, pasien diajak ke rumah sakit,

tetapi pasien menolak dan tiba-tiba mengamuk karena pasien merasa tidak sakit.

Pasien kemudian mengancam hendak membunuh orang tua pasien dan membakar

rumahnya dan tetangga. Akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit dengan tangan

diborgol dan kaki diikat dengan tali.

Perubahan perilaku pasien dimulai sejak istri pasien meninggalkan pasien

untuk bekerja sebagai TKW di Arab. Pasien mulai tidak bergairah mengerjakan

segala sesuatu dan keluar rumah kira-kira hanya sekali dalam sebulan kecuali jika

diminta ibu untuk berbelanja ke pasar. Dan pasien mengatakan mulai mendengar

suara-suara laki-laki, perempuan, anak-anak, serta hewan-hewan. Suara-suara itu

memerintahkan pasien hanya hal-hal baik, misalnya sholat, atau mengambilkan

cangkir, dll. Pasien mengatakan saat suara itu terdengar, pasien tidak melihat

orang yang berbicara dan tidak mengenal suara-suara tersebut. Tetapi pernah

sesekali, pasien mengatakan pernah mendengar suara bapaknya padahal pasien

merasa bapaknya berada sejauh 100 langkah dari pasien. Pasien juga mengatakan

bahwa pasien pernah melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain,

misalnya orang-orang tanpa kepala yang pasien ketahui sebagai korban

kecelakaan pesawat Mandala. Suara-suara dan hal-hal yang dilihat pasien itu

muncul secara kapan saja, saat pasien sedang santai ataupun sedang melakukan

aktivitas. Semua hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh keluarga pasien, yaitu

semenjak ditinggal istri pada tahun 1999, pasien mulai bertingkah aneh. Pasien

sering membongkar lantai kamarnya, melobangi dinding serta langit-langit, serta

memasang ubin yang lebih ditinggikan di kamar tidurnya untuk tempat sholat.

Saat bapak bertanya alasannya kepada pasien, pasien menjawab hal itu dilakukan

Page 11: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

supaya suasana terasa lebih dingin. Keluarga juga sering mendengar pasien

berbicara dan tertawa sendiri. Selain itu, pasien juga sering mondar mandir dan

terlihat gelisah.

Pada bulan Oktober 2008, pasien pernah melempar lampu bohlam jalan

sehingga pecah. Saat ditanya alasannya, pasien mengatakan bahwa lampu bohlam

yang sudah mati sebaiknya dihancurkan saja karena tidak ada gunanya lagi. Tidak

ada suara-suara yang menyuruh pasien untuk melakukan hal tersebut.

Pada bulan Desember 2008, bapak pasien mengatakan bahwa pasien

pernah mencoba mencekik leher bapak saat sedang sholat. Tetapi bapak pasien

tetap melanjutkan sholatnya kemudian pasien melepaskan cekikannya. Setelah

pasien melepaskan cekikannya, bapak pasien bertanya mengapa melakukan hal

itu, kemudian pasien meminta maaf dan pergi meninggalkan bapak setelah diberi

rokok. Kemudian bapak pasien melihat pasien menangis.

Selama perawatan di PKL, pasien tampak tenang. Pasien mengatakan

masih mendengar suara orang yanng menyuruh pasien mandi, sholat, dll. Pasien

tidak pernah lagi melihat orang-orang tanpa kepala. Pasien merasa lebih senang

tinggal di PKL karena mempunyai banyak teman yang dapat diajak bercanda.

Dari pemeriksan status mental, didapatkan pasien seorang pria, berpenampilan

rapi, sesuai usia, rambut hitam ikal tersisir rapi, kuku bersih dan tergunting rapi,

kulit putih bersih, berperawakan kurus. Selama pemeriksaan, pasien

menundukkan kepalanya dan jarang melakukan kontak mata. Pasien bersifat

kooperatif terhadap pemeriksa. Mood pasien terlihat euthym dengan afek

menyempit namun tidak sesuai dengan isi pembicaraan. Pasien terkadang tertawa

kecil untuk hal-hal yang seharusnya tidak untuk ditertawakan.

Pembicaraan pasien spontan, volume suara cukup, intonasi dan artikulasi

suara baik. Kualitas dan kuantitas pembicaraan pasien juga baik. Saat

pemeriksaan, pasien sedang mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi

auditorik dan halusinasi visual. Pasien spontan dalam menjawab tetapi terkadang

masih tersendat saat menjawab beberapa pertanyaan.

Kesadaran pasien compos mentis dan tidak ada kesulitan untuk

memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian terhadap stimulus

Page 12: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

eksternal. Orientasi, daya ingat, serta konsentrasi dan perhatian pasien baik.

Pasien dapat membaca dan menulis. Pasien juga mempunya kemampuan

visuospasial yang baik.

Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya kelainan.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan riwayat gangguan pasien ditemukan adanya riwayat

gangguan persepsi dan pola prilaku yang secara klinis bermakna dan berkaitan

dengan suatu gejala yang menimbulkan suatu penderitaan maupun hendaya pada

berbagai fungsi psikososial. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan pasien menderita

gangguan jiwa. Dalam kasus ini, gangguan jiwa pada pasien sudah terjadi sejak 10

tahun yang lalu.

Diagnosis Aksis I

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pada pasien tidak ditemukan

adanya penyakit yang menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental

organik (F0) dapat disingkirkan. Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat

penggunaan zat psikoaktif dan konsumsi alkohol, sehingga gangguan mental dan

perilaku akibat zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental, ditemukan

beberapa hal yang mendukung kriteria diagnostik skizofrenia paranoid (F20),

yaitu adanya halusinasi auditorik dan halusinasi visual yang berlangsung sejak

sepuluh tahun yang lalu. Gangguan proses pikir, afektif, dan dorongan kehendak

kurang menonjol dibandingkan dengan gangguan persepsi berupa halusinasi.

Episode ini merupakan episode pertama yang berlangsung terus menerus tanpa

adanya fase sehat dan pasien belum pernah mendapatkan pengobatan dari dokter

spesialis kejiwaan. Oleh karena itu, diagnosis saat ini adalah skizofrenia paranoid

berkelanjutan (F20.X4).

Diagnosis Aksis II

Page 13: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian yang khas maupun retardasi

mental pada pasien.

Diagnosis Aksis III

Tidak ada diagnosis.

Diagnosis Aksis IV

Pasien sejak 10 tahun yang lalu mengalami permasalahan dalam primary supprt

group, di mana istri pasien meninggalkannya secara tiba-tiba untuk menjadi TKW

di Arab.

Diagnosis Aksis V

Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan mengguanakan

GAF (Global Assesment of Functioning). GAF saat pemeriksaan 65, yaitu

beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi secara umum

masih baik.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia Paranoid berkelanjutan

Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Istri meninggalkan pasien secara tiba-tiba

Aksis V : GAF = 65

VIII. DAFTAR MASALAH

a. Organobiologis: Tidak ada

b. Psikologis: Riwayat halusinasi visual, proses dan bentuk pikir asosiasi

longgar

c. Lingkungan dan sosial ekonomi : Pasien tidak memiliki pekerjaan.

Page 14: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Faktor-faktor yang berpengaruh baik terhadap perjalanan penyakit pasien:

Onset penyakit pasien pada usia dewasa

Fungsi kognitif pasien yang masih baik

Kondisi fisik pasien yang baik dan kemampuan merawat diri sendiri

Tidak ada riwayat penyakit jiwa dalam keluarga

Kepatuhan pasien untuk minum obat secara teratur

Faktor-faktor yang berpengaruh buruk terhadap perjalanan penyakit pasien:

Pasien tidak segera mendapat pengobatan

Tilikan pasien masih rendah

Keluarga kurang memberikan dukungan dan belum mengerti sepenuhnya

tentang keadaan pasien

X. FORMULASI PSIKODINAMIK

Psikodinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang memandang

proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi energi psikis, yang

berlangsung inter (antar orang) ataupun intraindividual (antara bagian-bagian

proses psikis). Berdasarkan definisi tersebut, psikodinamika berusaha

mempelajari struktur (kepribadian), kekuatan (dorongan), gerakan (aksi),

pertumbuhan dan perkembangan, serta maksud dan tujuan dari fenomena

psikologik yang ada pada seseorang.

Sigmund Freud memandang skizofrenia sebagai suatu respon regresif

terhadap frustasi dan konflik yang melanda seseorang di dalam lingkungannya.

Page 15: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

Menurut Freud, konflik perlu dialami dalam batas tertentu agar seorang individu

belajar menunda keinginan dan menyadari realitas sehingga mampu mengatasi

masalah-masalah yang dialami dalam hidupnya nanti. Namun jikalau konflik yang

dialami berlebihan dan derajatnya berat, maka perkembangan kepribadian

individu tidak akan optimal.

Freud mengajukan teori Conflict-defense model di mana skizofrenia

merupakan hasil dari konflik dan mekanisme defensi, konflik yang terjadi lebih

berat dan seringkali pasien menggunakan mekenasime defensi yang primitif

(berkembang lebih awal) seperti penyangkalan dan proyeksi. Fungsi ego pasien

skizofrenia mengalami regresi ke arah fase perkembangan sebelumnya atau

tingkat pembentukan dimana terjadi trauma psikologis pada masa lalu. Freud

mengatakan bahwa regrasi dan fiksasi ini terjadi pada fase preoedipal. Dalam

teori defensi milik Freud, sekuensi dari konflik, kecemasan dan defensi dianggap

cukup untuk dapat menimbulkan psikopatologi pada pasien skizofrenia.

Teori psikoanalisis lain mengatakan bahwa setiap gejala psikosis memiliki

makna simbolik bagi pasien. Misalnya, halusinasi timbul akibat ketidakmampuan

pasien dalam menghadapi kenyataan objektif dan menggambarkan ketakutan atau

keinginan pasien yang terpendam.

Pada umumnya, individu selalu atau senantiasa melakukan perbuatan dan

berperilaku sedemikian rupa dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, jika ia

mengalami masalah biasanya ia akan mengadakan perubahan terhadap situasi

yang dihadapi atau menghindar dan menjauhkan diri dari situasi yang dihadapi

atau berusaha dan belajar untuk hidup dengan ketidakamanan dan ketidakpuasan.

Dalam hal ini individu menggunakan mekanisme defensif untuk menghadapi dan

mengatasi masalah-masalah kehidupan tersebut. Dan bila ila seseorang kurang

berhasil mencapai pemuasan kebutuhannya dalam realitas dan kurang berhasil

menghindarkan ancaman kegagalan dalam realitas, ia dapat bergeser (atau

menggunakan) ke fantasinya.

Page 16: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

XI. RENCANA TERAPI

1. Rawat di bangsal PKL RSCM

2. Psikofarmaka

Risperidone 2 x 2 mg

Triheksifenidil 2 x 2 mg

3. Psikoterapi

Terhadap pasien :

Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit yang diderita, yaitu,

gejala-gejala, dampak-dampak, faktor-faktor penyebab, cara pengobatan,

prognosis, dan kekambuhan untuk memperbaiki tilikan pasien.

Memotivasi pasien untuk meminum obat secara teratur dan pentingnya

meminum obat secara teratur.

Memotivasi pasien untuk mencari aktivitas untuk memenuhi waktu luang

dengan melakukan pekerjaan yang dia sukai.

Terhadap keluarga :

Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit yang diderita pasien,

gejala-gejala, dampak-dampak, faktor-faktor penyebab, cara pengobatan,

prognosis, dan kekambuhan sehingga keluarga dapat menerima kondisi

pasien dan mendukung pasien ke arah kesembuhan.

Mengajak seluruh anggota keluarga dan orang-orang terdekat pasien

untuk ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaan pasien terutama dalam

mendukung kepatuhan pasien menjalankan terapi dan dalam

menghindarkan stresor dari pasien.

XII. DISKUSI

Sesuai dengan kriteria diagnosis pada Pedoman dan Penggolongan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, maka diagnosis pada pasien ini adalah

skizofrenia paranoid berkelanjutan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala

halusinasi pada pasien yang merupakan gejala yang lebih menonjol. Pada pasien

Page 17: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

tidak ada kekacauan dalam perilaku, giggling, dan isi pikir yang kacau sehingga

tidak dapat digolongkan pada skizofrenia hebefrenik. Dari pemeriksaan fisik

umum dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang menimbulkan disfungsi

otak sehingga gangguan mental organik (F0) dapat disingkirkan. Dari anamnesa

tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif. Oleh karena itu gangguan

mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan. Pada pasien,

gangguan afektif tidak terlalu menonjol sehingga diagnosis skizoafektif dapat

disingkirkan.

Indikasi rawat inap pasien di bangsal psikiatri RSUPN Cipto

Mangunkusumo adalah adanya ancaman dari pasien untuk membunuh orang

tuanya serta membakar rumah sendiri dan tetangga. Selain itu, pasien

membutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka yang didapatkan pasien secara

intensif apabila dirawat inap.

Psikoterapi yang diberikan kepada pasien ini adalah jenis psikoterapi

suportif yang dapat memulihkan krisis yang pasien hadapi, menghilangkan gejala

dan mengembalikan ke situasi premorbid, membangun kestabilan psikis,

membantu pasien agar dapat beradaptasi dengan lingkungan ketika kembali ke

masyarakat, meningkatkan fungsi pasien dalam lingkungannya dan menciptakan

lingkungan yang dapat mendukung pengobatan pasien dengan adekuat.

Terapi psikofarmaka yang diberikan adalah risperidone yang termasuk

golongan antipsikotik atipikal. Pertimbangan pemberian obat antipsikotik antara

lain riwayat penggunaan obat sebelumnya, pilihan pasien, adanya efek samping,

gejala negatif, sensitivitas terhadap timbulnya gejala ekstrapiramidal, dan

kepatuhan pasien dalam meminum obat. Berhubung pasien ini belum pernah

mendapat obat antipsikotik sebelumnya, maka diberikan risperidone, karena untuk

episode pertama psikotik, pilihan obat yang dianjurkan adalah golongan

antipsikotik atipikal. Selain itu risperidone memberi efek samping ekstrapiramidal

yang minimal.

Dosis efektif risperidone adalah 4-8 mg per hari. Pada pasien ini

pemberian risperidone adalah 2 x 2 mg. Pemberian obat ini diteruskan selama 4-6

minggu dan apabila tidak ada perbaikan gejala maka dosis obat dapat

Page 18: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

ditingkatkan. Selama pemberian dalam 3 minggu, pada pasien ini, terlihat efek

samping ekstrapiramidal, seperti tremor tangan, tremor lidah, rigiditas, dan

gangguan keseimbangan. Karena itu, ditambahkan antikolinergik, triheksiphenidil

(THP) untuk mengatasi efek samping ekstrapiramidal tersebut. Pasien merasa

lebih nyaman setelah minum obat (risperidone) dan keluhan halusinasi auditorik

dan visual mulai berkurang. Keluhan tremor dan rigiditas juga dirasakan pasien

berkurang setelah diberikan THP.

Pasien juga diberikan informasi dan edukasi tentang penyakit yang

dideritanya, yaitu gejala-gejala, dampak-dampak, faktor-faktor penyebab, cara

pengobatan, prognosis, dan kekambuhan untuk memperbaiki tilikan pasien. Selain

itu diberikan motivasi kepada pasien untuk meminum obat secara teratur dan

pentingnya meminum obat secara teratur, serta mencari aktivitas untuk memenuhi

waktu luang dengan melakukan pekerjaan yang dia sukai.

Keluarga pasien juga diberikan informasi dan edukasi tentang penyakit yang

diderita pasien, gejala-gejala, dampak-dampak, faktor-faktor penyebab, cara

pengobatan, prognosis, dan kekambuhan. Edukasi ini bertujuan supaya keluarga

mengetahui dengan jelas penyakit pasien dan dapat membantu pasien sehingga

dapat mendukung pasien ke arah kesembuhan.

Prognosis pasien ini secara ad vitam adalah bonam karena skizofrenia

paranoid berkelanjutan tidak membahayakan nyawa pasien dan pasien juga tidak

mempunyai riwayat menyakiti diri sendiri. Secara ad functionam, prognosis

menunjukkan dubia ad bonam karena berdasarkan beberapa studi hanya 10-20%

penderita skizofrenia yang dapat sembuh dan menjalankan aktivitas sehari-hari

dengan baik. Secara ad sanactionam, prognosis pasien adalah dubia ad bonam

karena penderita skizofrenia yang dirawat memiliki risiko tinggi kekambuhan.

Hal-hal yang berpengaruh baik terhadap perjalanan penyakit pasien adalah

onset penyakit pasien pada usia dewasa, fungsi kognitif pasien yang masih baik,

kondisi fisik pasien yang baik dan kemampuan merawat diri sendiri, tidak

ditemukan riwayat penyakit jiwa dalam keluarga, dan kepatuhan pasien untuk

minum obat secara teratur. Sedangkan hal-hal yang berpengaruh buruk terhadap

perjalanan penyakit pasien adalah pasien tidak segera mendapat pengobatan,

Page 19: Contoh Naskah Psikiatri dari dr.Petrin

tilikan pasien masih rendah, keluarga kurang memberikan dukungan dan belum

mengerti sepenuhnya tentang keadaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik.F20-29 Skizofrenia,

Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham dalam Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

1993.

2. Kaplan HI, Saddock BJ, greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences /

Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2003.