24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri tekstil termasuk industri kain sasirangan dapat dijuluki sebagai penghasil utama limbah cair, hal ini disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil yang memang selalu menggunakan air sebagai bahan pembantu utama dalam setiap tahapan prosesnya. Pencemaran air dari industri tekstil dapat berasal dari : buangan air proses produksi, buangan sisa-sisa pelumas dan minyak, buangan bahan-bahan kimia sisa proses produksi, sampah potongan kain, dan lainnya. Pada beberapa negara maju, termasuk di Indonesia telah ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diizinkan untuk dibuang langsung ke dalam lingkungan. Dengan adanya peraturan tersebut, maka industri tekstil boleh membuang limbah cairnya langsung ke lingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan bahan kimia atau bahan lainnya dalam air buangannya tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan kata lain memenuhi persyaratan.

Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Industri tekstil termasuk industri kain sasirangan dapat dijuluki sebagai

penghasil utama limbah cair, hal ini disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil

yang memang selalu menggunakan air sebagai bahan pembantu utama dalam

setiap tahapan prosesnya.

Pencemaran air dari industri tekstil dapat berasal dari : buangan air proses

produksi, buangan sisa-sisa pelumas dan minyak, buangan bahan-bahan kimia sisa

proses produksi, sampah potongan kain, dan lainnya.

Pada beberapa negara maju, termasuk di Indonesia telah ada peraturan

pemerintah yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diizinkan

untuk dibuang langsung ke dalam lingkungan. Dengan adanya peraturan tersebut,

maka industri tekstil boleh membuang limbah cairnya langsung ke lingkungan

dengan ketentuan bahwa kandungan bahan kimia atau bahan lainnya dalam air

buangannya tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan kata

lain memenuhi persyaratan.

I.2 Tujuan

Pengolahan limbah tekstil yang kami lakukan bertujuan mengetahui

pengaruh penambahan tawas dan PAC terhadap pengolahan air limbah.

Page 2: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

I.3 Manfaat

a. Mengetahui proses pengolahan air limbah secara kimia.

b. Mengetahui karakteristik dari limbah.

Page 3: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses

pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan,

merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses

penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat

dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis.

Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750

mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah

dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang

lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan

dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai

100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik

tradisional belum ditemukan.

a. Proses pembuatan tekstil

Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil

dengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum

disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum

proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat

menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat

gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa (CMC).

Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.

Page 4: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati)

atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat

memakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan

pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan

kotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendaman

dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk

meningkatkan kekuatannya.

Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat

dan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas

memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti

pendidihan dengan soda abu dan peroksida).

Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan

memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun.

Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara

kegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu

pada kain diatas rol atau kasa.

b. Sumber limbah

Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung

zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam.

Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan

proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain

adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD,

BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan

limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban

pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan.

Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD

tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.

Page 5: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

Di Indonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses

pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.

c. Jenis limbah

1. Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.

2. Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing)

3. Pigmen, zat warna dan pelarut organic

4. Tensioactive (surfactant)

d . Parameter air buangan industri tekstil

Potensi pencemaran air buangan industri kain tekstil sangat bervariasi

tergantung dari macam proses yang dilakukan, kapasitas produk, jenis bahan

baku, bahan pewarna dan bahan penolong yang digunakanserta kondisi

lingkungan tempat pembuangannya.

Parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan

industri tekstil yang meliputi parameter fisika seperti zat padat, suhu, warna dan

bau; parameter kimia seperti lemak, minyak pelemas zat aktif permukaan, zat

warna, fenol, sulfur, pH, krom, tembaga, senyawa racun, dan sebagainya.

- Parameter Fisika

Padatan Total

Adalah jumlah zat padat yang tertinggal, apabila air buangan dipanaskan atau

diuapkan pada suhu 103° C s/d 105° C. Padatan ini terdiri dari padatan

tersuspensi, padatan koloidal, dan padatan terlarut.

Page 6: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

Padatan Tersuspensi, merupakan padatan dengan ukuran lebih besar dari 1

mikron, dapat mengendap sendiri tanpa bantuan zat tambahan (koagulan),

meskipun dalam waktu agak lama.

Padatan Koloidal, merupakan padatan dengan ukuran antara 1 milimikron

sampai 1 mikron, tidak dapat mengendap tanpa bantuan koagulan. Kekeruhan air

buangan antara lain disebabkan adanya partikel-partikel koloidal. Padatan

Terlarut, merupakan padatan dengan ukuran lebih kecil dari 1 milimikron, terjadi

dari senyawa organik atau anorganik yang dalam larutan berupa ion-ion.

 Warna

Ditimbulkan dari sisa-sisa zat warna yang tidak terpakai dan kotoran-kotoran

yang berasal dari sutera alam. Disamping dapat mengganggu keindahan, mungkin

juga dapat bersifat racun, serta biasanya sukar dihancurkan. Genangan air yang

berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam waktu lama akan

membuat air berwarna hitam dan berbau.

Bau

Bau dari air buangan menandakan adanya pelepasan gas yang berbau seperti

hidrogen sulfida. Gas ini timbul dari hasil penguraian zat organik yang

mengandung belerang atau senyawa sulfat dalam kondisi kekurangan oksigen.

Suhu

Suhu air buangan biasanya lebih tinggi dari suhu air tempat pembuangannya.

Pada suhu yang lebih tinggi kandungan oksigen dalam air berkurang sehingga

memungkinkan tumbuhnya tanaman-tanaman air yang tidak diinginkan.

Page 7: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

- Parameter Kimia

Parameter kimia yang digunakan untuk mengukur derajat pencemaran air

buangan antara lain adalah : BOD, COD, pH, senyawa anorganik, senyawa

organik, karbohidrat, protein, lemak dan minyak.

Biologycal Oxygen Demand (BOD)

Adalah jumlah oksigen terlarut dalam air buangan yang dapat dipakai untuk

menguraikan sejumlah senyawwa organik dengan bantuan mikro organisme pada

waktu dan kondisi tertentu. Besaran BOD biasanya dinyatakan dalam satuan

ppm,artinya kebutuhan oksigen dalam miligram yang dipergunakan untuk

menguraikan zat pencemar yang terdapat dalam satu liter air buangan.

Chemical Oxygen Demand (COD)

Beberapa jenis zat organik dalam air buangan sukar diuraikan secara oksidasi

menggunakan bantuan mikro organisme, tetapi dapat diuraikan menggunakan

pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam, misalnya menggunakan kalium

bikromat atau kalium permanganat. Besaran COD dinyatakan dalam satuan ppm.

pH

Merupakan parameter penting untuk kehidupan manusia, makhluk air,

tanaman, kesehatan dan industri. Air buangan dikatakan bersifat asam apabila pH

1 s/d 7, dikatakan alkalis apabila pH 7 s/d 14, dan dikatakan netral apabila pH

sekitar 7. Biasanya air buangan industri sasirangan bersifat alkalis karena dalam

pengolahannya banyak menggunakan senyawa alkali seperti dalam pemasakan,

pencelupan, dan pengelentangan.

Page 8: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

Senyawa Anorganik

Sangat beragam, pada umumnya berupa alkali, asam dan garan-garam. Zat-zat

tersebut dapat menyebabkan kondisi air buangan bersifat alkalis, asam atau netral

dengan kadar elektrolit tinggi.

Senyawa Organik

Pada umumnya merupakan gabungan unsur, karbon, hidrogen, oksigen dan

juga mungkin unsur nitrogen dan belerang

II.2 Landasan Teori

Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia adalah

menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar

yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau

mengapungkan).

Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan melalui

penambahan/pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut flokulan. Pada

umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium

khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan.

Untuk menentukan dosis yang optimal, flokulan yang sesuai dan pH yang

akan digunakan dalam proses pengolahan air limbah, secara sederhana dapat

dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan test yang merupakan model

sederhana dari proses koagulasi.

Dalam pengolahan limbah cara ini, hal yang penting harus diketahui

adalah jenis dan jumlah polutan yang dihasilkan dari proses produksi. Umumnya

zat pencemar industri kain sasirangan terdiri dari tiga jenis yaitu padatan terlarut,

padatan koloidal, dan padatan tersuspensi.

Terdapat 3 (tiga) tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi

yaitu : tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok

dengan cairan.

Page 9: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

1. Tahap Pembentukan Inti endapan

Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk

penggabungan antara koagulan dengan polutan yang ada dalam air limbah. Agar

penggabungan dapat berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH

limbah. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60 s/d 100 rpm selama 1 s/d 3

menit; pengaturan pH tergantug dari jenis koagunlan yang digunakan, misalnya

untuk :

 

 

2. Tahap Flokulasi

Pada tahap ini terjadi penggabungan inti inti endapan sehingga menjadi

molekul yang lebih besar, pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan

kecepatan 40 s/d 50 rpm selama 15 s/d 30 menit. Untuk mempercepat

terbentuknya flok dapat ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit.

Polielektrolit digunakan secara luas, baik untuk pengolahan air proses

maupun untuk pengolahan air limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi menjadi

tiga jenis yaitu non ionik, kationik dan anionik; biasanya bersifat larut air. Sifat

yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah : volume lumpur yang

terbentuk relatif lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan

warna, dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur (dewatering).

 Alum  pH 6 s/d 8

 Fero Sulfat  pH 8 s/d 11

 Feri Sulfat  pH 5 s/d 9

 PAC  pH 6 s/d 9

Page 10: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

3. Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan

Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dengan cairannya, yaitu

dengan cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan

dengan cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan bila

flok yang terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok

dapat diambil dengan menggunakan skimmer.

Gambar diagram alir proses koagulasi dengan pengendapan adalah sebagai berikut

:

Klarifier berfungsi sebagai tempat pemisahan flok dari cairannya. Dalam

klarifier diharapkan lumpur benar-benar dapat diendapkan sehingga tidak terbawa

oleh aliran air limbah yang keluar dari klarifier, untuk itu diperlukan perencanaan

pembuatan klarifier yang akurat.

Kedalaman klarifier dipengaruhi oleh diameter klarifier yang

bersangkutan. Misalkan dibuat klarifier dengan diameter lebih kecil dari 12m,

diperlukan kedalaman air dalam klarifirer minimal sebesar 3,0 m dan disarankan 

Page 11: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

BAB III

PENGOLAHAN LIMBAH

III.1 Bahan yang digunakan

- Airl limbah tekstil 500ml

- Tawas

- PAC

- KOH

III.2 Alat yang digunakan

- Gelas ukur

- Beaker glass

- Pipet tetes

- pH meter

- flokulator

III.3 Gambar alat

Gambar flokulator

III.4 Variable

a. Kondisi yang ditetapkan

- pH 6-8

- kecepatan pengadukan : 100rpm

- waktu pengadukkan : 30 menit

Page 12: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

b. Variable

- Volume tawas : 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 (ml)

- Volume PAC : 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 (ml)

III.5 Prosedur pengolahan limbah

a. Dianalisa karakteristik limbah sebelum diolah

b. pH limbah disesuaikan 6-8,setelah itu diberi tawas. Dan kemudian

diaduk selama 30 menit.

c. Setelah diaduk selama 30 menit diendapkan dan diukur pHnya

lagi,diamati perubahan yang terjadi.

d. Proses selanjutnya ditambah PAC,diaduk selama 30 menit dan

diendapkan lagi,amati perubahan yang terjadi setelah penambahan

PAC

Page 13: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

a. Sebelum diolah

Bau : tidak berbau

Warna : biru

Padatan tersuspensi :

pH : 7

b. Sesudah ditambah tawas

Bau : tidak berbau

Warna : biru terang

Padatan tersuspensi :

Waktu pengendapan : 20 menit

Penambahan tawas pH

2,5ml 7

5 ml 6

7,5ml 5

10ml 5

c. Sebelum ditambah PAC

Bau : tidak berbau

Warna : biru terang

Padatan tersuspensi :

Waktu pengendapan : 15 menit

Page 14: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

Penambahan PAC pH

2,5ml 7

5 ml 6

7,5ml 5

10ml 5

IV.2 Pembahasan

Pada proses pengolahan limbah ini warna hasil pengolahan tidak

bisa benar-benar jernih karena limbah tekstil terlalu pekat sehingga

dibutuhkan lebih banyak tawas dan PAC agar hasil pengolahan bisa lebih

maksimal.

Page 15: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

a. Penambahan tawas dalam penolahan air limbah dapat menurunkan pH

dari air limbah tekstil.

b. Semakin banyak tawas yang ditambahkan ke dalam air limbah tekstil,

hasil yang didapat air limbah semakin jernih dibandingkan sebelum

ditambah dengan tawas.

c. Penambahan PAC dapat mempercepat proses pengendapan

V.2 Saran

Dalam pengolahan air limbah tekstil sebelum ditambahkan tawas agar pH

disesuaikan antara 6-8, karena air tawas dapat bekerja baik pada pH tersebut.

Page 16: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

DAFTAR PUSTAKA

www.shantybio.transdigit.com

www.kelair.bppt.go.id

www.digilib.unnes.ac.id

www.permimalang.wordpress.com

www.wikipedia.org

www.smk3ae.wordpress.com

Page 17: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

LAMPIRAN GAMBAR PRAKTIKUM

2,5ml5ml 7,5ml 10ml

2,5ml5ml10ml

5ml

Penambahan tawas Penambahan PAC

Proses pengadukkanSample limbah tekstil

Page 18: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengolahan limbah Pabrik

“Industri Tekstil”

Paralel B

1. YUDHA PERMANA (0731010050)

2. NINA YULIA ROSITA (0731010055)

3. TIEKA KHARISMA E.P (0731010056)

Jumat, 21 Mei 2010

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2010

Page 19: Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil