Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
1
GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic
Transminase(SGOT) PADA MAHASISWA OBESITAS DI
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan PendidikanDiploma
IIIPoliteknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Oleh :
MUZADILA JUMEI
P00341015026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
2
3
4
5
RIWAYAT HIDUP
A. IdentitasDiri
Nama : Muzadila Jumei
NIM : P00341015026
Tempat, TanggalLahir : Wale-ale, 07 Mei 1998
Suku/bangsa :Muna/Indonesia
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kel. Lepo-lepo
B. Pendidikan
1. SD Negeri4Tongkuno Selatan, Tamattahun 2009
2. SMP Negeri 2 Tongkuno Selatan, Tamattahun 2012
3. SMA Negeri1Tongkuno, Tamattahun 2015
4. Tahun 2015 melanjutkanpendidikan di PoliteknikKesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
v
6
MOTTO
Kita Hidup Bukan Di Dunia Mimpi
Tapi, Kita Hidup Untuk Mengejar Mimpi
Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada
Almamaterku,
Ayahanda dan ibunda tercinta
Keluargaku tersayang
Sahabat-sahabatku tersayang
Agama, bangsa dan negaraku
vi
7
ABSTRAK
Muzadila Jumei (P00341015026)Analisis Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT) Pada Penderita Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari.
Dibimbing oleh bapak Akhmad dan Ibu Supiati(xiii + 34 halaman + 3 tabel + 7
lampiran).Latar Belakangobesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan.Keterlibatan SGOT pada penderita Obesitasyaitu
akan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika
kadar SGOT meningkat dalam tubuh.Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kadar
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada penderita Obesitas Di
Poltekkes Kemenkes Kendari. Metode penelitianDeskriptif dengan sampel
penelitian berjumlah 30 penderita Obesitas. Pengambilan sampel menggunakan
teknik Total Sampling. HasilpenelitianMenunjukkan dari 30 sampel sebagian
besar MahasiswaObesitas hasil normal sebanyak 22 MahasiswaObesitasdan yang
mengalami peningkatan 8MahasiswaObesitas.KesimpulanDari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa dari 30 penderita Obesitas yang diperiksa kadarSerum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGTO) jumlah kadar SGOT yang normal
lebih banyak dari jumlah kadar SGOT yang tinggi.Saran Penelitian ini
diharapakan dapat dijadikansebagai bahan informasi, bagi masyarakat khususnya
penderita Obesitas agar sering melekuken pemeriksaanSerum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT) untuk mengetahui lebih dini mencegah
kerusakan Sel jantung, sel hati, otot dan rangka.
Kata kunci:Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT),Penderita
Obesitas
DaftarPustaka:15 buah (2006 - 2017)
vii
8
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikumWr.Wb
Alhamdulillahirobbil‟ „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepadahamba-Nya,
sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Kadar Enzim Serum
Glutamic Oxaloacetic Transminase(SGOT) Pada Penderita Obesitas Di Poltekkes
Kemenkkes Kendari”. Penelitian inidisusun dalam rangka melengkapi salah
satusyarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Muslima S.Pd Dan Ibunda Sarnia S.Pd.i tercinta atas semua bantuan
moril maupun materil, motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya
demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai
selesainya karyatulis ini. Terimakasih pula kepada saudara-saudariku Muh..
Syadikin Hawo,S.Hi , Yusra Saroni Hawo,SPd.i dan Syahiddun Razak,S.Kom
yang selalu mendukung dan memberi motivasi sampai saat ini.
Proses penulisan karyatulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,
dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terimakasih
kepada Bapak Akhmad, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Supiati,
STP.,MPH selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran
dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama
menyusun karyatulis ini. Ucapan terimakasih penulis juga tujukan kepada:
1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Dr. Ir. Sukanto Toding, MSP, MA selaku kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sulawesi TenggaraSultra yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian.
viii
9
3. Tuti Dwiyana, Amd.Anakes,SKM selaku Kepala Laboratorium Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberi kemudahan dalam penelitian.
4. Anita Rosanty, SST. M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.
5. Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd dan Tuty Yuniarty, S.Si.,M.Kes selaku
penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
7. Teristimewa dan takterhingga penuli sucapkan terimakasih kepada kedua
orangtua dan keluarga besar saya yang selalu menemani dalam suka dan duka,
membantu, mendukung dan mendoakan penulis.
8. Terkhusus penulis ucapkan terimakasih kepada Arif Hidayat Abdurrahman.SP,
Bripda Charles Stephan Kumesan,Sri Dinaca,Nurhasnah dan Wahyul yang
selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesah penulis.
9. Terimahkasih Kepada Sahabat-Sahabatku Oktavia Rama Ayu Wandani,Alfrida
Fitra Amalia,Karnila,Janiati Ija dan Marsaina yang selalu memberi semangat
kepada penulis.
10. Terimakasih kepada seluruh teman – teman Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Kendari angkatan tahun 2015 yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk
menambah khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya .Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib di lewati dari masa
studi yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis
Amin.
WassalamualaikumWr.Wb
Kendari, 26 Juni 2018
Peneliti
ix
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang SGOT .......................................................... 4
B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas ....................................................... 7
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep ...................................................................... 18
B. Bagan Kerangka Konsep .................................................................... 19
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 19
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 20
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 21
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 21
x
11
D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 22
E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 22
F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium.................................................. 23
G. Jenis Data ............................................................................................ 25
H. Analisis Data....................................................................................... 25
I. Pengolahan Data ................................................................................. 25
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................... 24
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 25
C. Pembahasan ........................................................................................ 27
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
12
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
Penderita Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Penderita
Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Pada Penderita Obesitas Di
Poltekkes Kemenkes Kendari
xii
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Hasil Penelitian
Lampiran 2 : Tabulasi Data
Lampiran 3 : Master Tabel
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 5 : Surat Izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 6 : Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 7 : Dokumentasi Proses Penelitian
xiii
14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 mendefinisikan
obesitas adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan
resiko bagi kesehatan. Obesitas merupakan dua hal yang berbeda, namun
demikian keduanya sama-sama menunjukan adanya penumpukan lemak yang
berlebihan dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indek massa
tubuh (IMT) di atas normal.
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun
dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi
perluasan ke dalam jaringan organnya.Terjadinya obesitas lebih ditentukan
oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik,
maupun keduanya (Misnadierly, 2007).
Hasil pemeriksaan obesitas di sulawesi tenggara pada tahun 2016
menunjukan dari 86.430 penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang
dilakukan pemeriksaan, 22.025 atau 25,48% di antaranya mengalami
obesitas. Pada obesitas lebih banyak ditemukan pada perempuan dengan
jumlah 29,13% sedangkan pada laki-laki sebesar 13,20%. Hasil tersebut
cukup mengkhawatirkan karena sejalan dengan kecenderungan meningkatnya
jumlah obesitas baik di indonesia maupun dunia, padahal sulawesi tenggara
dalam hal gaya hidup dan pola konsumsi belumlah seperti kota atau daerah
yang lebih maju lainnya di indonesia (profil Dinkes,2016).
Hasil penelitian weni kurdanti (2015) menunjukkan bahwa asupan energi
merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada remaja sejalan dengan hasil
penelitian yang menemukan asupan energi berlebih lebih banyak ditemukan
pada kelompok obesitas dibandingkan kelompok non-obesitas. Rata-rata
asupan energi remaja obesitas diperoleh dari jenis makanan tinggi energi
seperti kontribusi konsumsi sumber energi yaitu nasi 3 kali sehari, roti putih 2
lembar sekali makan, kentang, mie bihun, mie instan, dan dari jenis umbi-
umbian. Dari hasil wawancara dengan subjek juga didapatkan bahwa
1
2
makanan yang dikonsumsi menyumbangkan asupan energi tinggi yaitu
makanan dari makanan cepat saji (fast food). Dalam satu minggu remaja
obesitas dapat pergi ke outlet-outlet atau restoran cepat saji sebanyak 1-2 kali.
Menurut penelitian Friedly 2014 tentang enzim hati pada dewasa muda
usia 18 sampai 21 tahun mendapatkan hasil bahwa peningkatan kadar SGOT
(Serum Gluamic Oxaloacetic Transminase) dan SGPT lebih tinggi terjadi
pada laki-laki karna dipengaruhi oleh estrogen yang menyebabkan SGOT dan
SGPT terjadi peningkatan.
Aspartate amino transferase(AST) atau SGOT adalah enzim yang
biasanya terdapat dalam jaringan tubuh,terutama dalam jantung dan hati.
Enzim ini dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan,oleh
karena itu kosentrasi dalam serum SGOT dapat meningkat pada penyakit
infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati (dorland,1998).
Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) adalah enzim hepar
yang membantu produksi protein,enzim ini juga mengkatalis transfer suatu
gugus amino dari aspartat ke α-ketoglutarat yang menghasilkan oksaloasetat
dan glutamate. Kadar normal pada SGOT yaitu
3
otot akan bekerja lebih keras. Kadar Enzim SGOTpun akan meningkat
dikarenakan aktifitas pada jantung dan otot berlebih. Berdasarkan hal ini
maka peneliti tertarik untuk meneliti “gambaran Enzim SGOT pada obesitas
di Poltekkes Kemenkes Kendari”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil kadar Enzim SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transminase) pada Penderita Obisitas di Poltekkes Kemenkkes Kendari
C. Tujuan penelitian
1.Tujuan umum:
Mengetahui hasil pemeriksaan kadar Enzim SGOT (Serum
GlutamicOxaloacetic Transminase) pada Penderita Obesitas di Poltekkes
Kemenkes Kendari
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui kadar Enzim SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transminase) pada Penderita Obesitas di Poltekkes Kemenkes Kendari
D. Manfaat penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
sebagai sumbangan ilmiah terhadap Almamater Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari. Serta bahan informasih dan
masukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan bagi calon
pranata Laboratorium Kesehatan terutama di bidang Kimia Klinik
2.Manfaat bagi peneliti
menambah wawasan,pengalaman dan pengetahuan serta bahan dalam
penerapan ilmu metode penelitian,khususnya tentang pemeriksaan
Kadar Enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase pada Penderita
Obesitas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase
(SGOT)
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Serum ini merupakan
enzim hepar yang membantu produksi protein. Enzim ini mengkatalisa transfer
suatu gugus amino dari aspartat ke α-ketoglutarat menghasilkan oksaloasetat
dan glutamat. Selain di hepar, enzim ini juga ditemukan pada organ lain seperti
jantung, otot rangka, otak, dan ginjal. Kerusakan pada salah satu dari beberapa
organ tersebut bisa menyebabkab peningkatan kadar pada enzim dalam darah.
Kadar normal ada pada kisaran
5
1. Patofisiologi Serum Glutamic Oksaloasetik Transminase (SGOT)
Serum Glutamic Oksaloasetik Transminase (SGOT) yang berada sedikit di
atas normal tak selalu menunjukkan seseorang sedang sakit bisa saja
peningkatan itu terjadi bukan akibat gangguan pada liver. Kadar SGOT juga
gampang berubah mungkin pada saat pemeriksaan, kadarnya sedang tinggi.
Namun setelah itu, dia akan kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat
di periksa, kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Karena
itu, satu kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk
membuat kesimpulan (Widjaja, 2009).
2. Faktor yang dapat mempengaruhi kadar Serum Glutamiv
OksaloasetikTransminase (SGOT)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli yang
berhubungan dengan nilai SGOT, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kadar SGOT yaitu:
a. Istirahat tidur
Penderita hepatitis yang tidak tercukupi kebutuhan istirahat tidurnya
atau waktu tidurnya kurang dari 7 atau 8 jam dapat mempengaruhi
kadar SGOT.
b. Kelelahan
Kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau
kelelahan yang diakibatkan karena olahraga juga akan mempengaruhi
kadar SGOT.
c. Konsumsi obat-obatan
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat meningkatkan kadar SGOT.
Seperti Isoniasid,Metildopa,Fenitoin dan Asam Valproat.
6
3. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium
a. Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
b. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST
c. Hemolisis sampel darah
d. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar: antibiotik (ampisilin,
karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin,
linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat,
piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin),
antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat
digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin),
isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat
menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
4. Kondisi yang terjadi jika meningkatnya kadar SGOT/AST:
a. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal): kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis
infeksiosa
b. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi saluran empedu,
aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau
primer), distrophia muscularis
c. Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal): perikarditis, sirosis, infark
paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA).
5. Masalah klinis SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
a. Penurunan kadar: kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri.
b. Peningkatan kadar: Infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis
hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut,
ekslampsia, gagal jantung kongestif (GJK). Obat-obat yang dapat
meningkatkan nilai AST: Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat,
pidoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa Aldoment, guanetidin),
7
teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi
intramuskular (IM) (Joyce, 1997)
B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas
1. pengertian
Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada
jaringan adipose Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu
keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di
jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak
kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk
menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut
disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi
pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk
makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan,
maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi
tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan
adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi
pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori
yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak
disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga
intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali
menimbun cukup lemak pada orang obesitas.Perkembangan obesitas pada
orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan
peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat
memiliki adiposity sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit
memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007)
8
Pada penderita obesitas aktifitas fisik yang tidak baik dapat
menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh karena
itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan dapat
membuat tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh tubuh yaitu
akan meningkatkan kadar SGOT. Enzim SGOT yang tinggi akan
menyebabkan penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel hati,sel
otot dan rangka
2. Etiologi Obesitas
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan
penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya
hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang
dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh
karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain
aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007).
a.Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetic yang
pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena
anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola
aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan
bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetic.Gen
dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau
lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta
penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas
adalah mutasi MCR-4,yaitu penyebab monogenik tersering untuk
obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang
diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi
reseptor leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab
monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari
seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi
9
dengan faktor lingkunganuntuk mempengaruhi jumlah dan distribusi
lemak (Guyton,2007)
b.Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama
obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang
teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak
tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak kuat dapat menyebabkan
pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu
pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat
meningkatkan pengeluaran energy melebihi asupan makanan, yang
berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap
pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua
faktor: yaitu tingkat aktivitas dan olahraga secara umum dan angka
metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua factor tersebut
metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari
pengeluaran energi orang normal.Meski aktivitas fisik hanya
mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat
normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas
fisik memiliki peran yang sangat penting.Pada saat berolahraga kalori
terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang
hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme
basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn
metabolism basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan
olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan
kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat
penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar
10
kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya
metabolisme normal (Guyton, 2007).
c.Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak
baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,
diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya prevalensi obesitas di Negara maju.Sebab lain
yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis,
dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran
stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak
sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam
obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel
lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama
kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin
besar pula jumlah sel lemak.Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti(Guyton,
2007).
d.Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma
dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas
adalah hypogonadism,Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa
anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik
oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka
sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada
berat badan (Flier et al, 2005)
3. Klasifikasi Obesitas
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhana dari berat
badan dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Hal ini
11
didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).5
Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang
dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).
Rumus menentukan IMT: IMT =BB
TB(m)2
Tabel:dibawah ini merupakan klasifikasi berat badan berlebih dan
obesitas pada orang dewasa menurut WHO.
Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi
tubuh, perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. IMT
digunakan untuk mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan
pola hidup, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak
dan protein, serta rendah karbohidrat.IMT tidak dapat membedakan otot
dengan lemak, selain itu pula tidak memberikan distribusi lemak di dalam
tubuh yang merupakan factor penentu utama risiko gangguan metabolisme
yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan.Pola penyebaran lemak
tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan pinggul
atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang
Klasifikasih IMT (kg/m2) Resiko obesitas
Kurus =25
Pre-obes 25-29,9 Meningkat
Obes 1 30-34,9 Sedang
Obes 2 35-39,9 Berat
Obes 3 >40 Sangat berat
12
tersempit sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar, lalu ukuran
pinggang dibagi dengan ukuran pinggul (Arora et al,2007).
Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas
yaitu:
a. Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan
pertumbuhanlemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu
sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada umumnya
dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang
menumpuk adalah lemak jenuh.
b. Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada
bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe
ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah
lemak tidak jenuh
Gambar 1. Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Peashaped.
13
3. Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul(RLPP)
1. Teknik pengukuran lingkar pinggang menurut Riskesdas (2013) yaitu
sebagai berikut:
a. Responden diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian
bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang
rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
d. Tetapkan titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir
titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik
tengah tersebut dengan alat tulis. Minta responden untuk berdiri
tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
e. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
f. Apabila responden mempunyai perut yang gendut
kebawah,pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu
berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
g. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang
mendekati angka 0,1 cm.
4. Teknik pengukuran lingkar panggul menurut Riskesdas (2013) yaitu
sebagai berikut:
a. Responden diminta berdiri tegap dengan kedua kaki dan berat merata
pada setiap kaki.
b. Palpasi dan tetapkan daerah trochanter mayor pada tulang paha
c. Posisikan pita ukur pada lingkar maksimum dari bokong, untuk wanita
biasanya di tingkat pangkal paha, sedangkan untuk pria biasanya
sekitar 2 - 4 cm bawah pusar.
d. Lingkarkan pita ukur tanpa melakukan penekanan.
e. Ukur lingkar pinggul mendekati angka 0,1cm.
14
4. Teknik pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO yaitu
sebagai berikut:
a. Lakukan penimbangan pada responden untuk melihat berapa berat
badan dan dicatat.
b. Lakukan pengukuran tinggi badan pada responden utuk melihat berapa
tinggi badan dan dicatat.
c. Setelah itu lakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
cara berat badan responden (kg) dibagi dengan tinggi badan (cm)
(dalam perhitungan ini tinggi badan dari centimeter diubah ke meter).
d. Hitung berapa Indeks Massa Tubuh pada responden,Jika nilai Indeks
Massa Tubuh (IMT) responden > 30 maka responden dinyatakan
Obesitas.
6. Dampak Obesitas
Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan.Obesitas
berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena
meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab
dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya,dan terutama
oleh sebab kardiovaskular.Beberapa efek patologis dari obesitas adalah
resistensi insulin dan diabetes mellitus tipe 2, gangguan pada system
reproduksi, penyakit kardiovaskular, penyakit pulmoner, Gallstones (batu
empedu), penyakit tulang, sendi dan kulit (Flier et al, 2005).
7. Tipe-tipe obesitas
Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan
Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu:
a. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel
yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-
selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-
15
anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa
anak-anak akan lebih sulit.
b. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang
lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini
terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan
lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
c. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi
karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini
dimulai pada masa anak – anak dan terusberlangsung sampai setelah
dewasa.Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini
merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya
komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.
8. Resiko obesitas
Dari segi fisik,orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah
diri dan merasa kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami
tekanan, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya (Purwati,
2001).
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan idial, akan
menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi
organ tubuh (Misnadierly, 2007).
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit
degeneratif. Penyakit – penyakit tersebut antara lain:
a. Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi
terhadap Penyakit hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai resiko dua
kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang
yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).
b. Jantung koroner
16
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi
akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil
penelitianmenyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar
88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatnya factor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan
terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga
menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata
berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan
kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).
c. Diabetes
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi
tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan.
Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa
adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes
mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan
bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya
dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak
dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat (Purwati, 2001)
d. Gout Penderita
Obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi
yang lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya
ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan
berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001)
e. Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih
tinggi karena ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan
menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi didalam
hati dan disimpan dalam kantong empedu.Penyakit batu empedu lebih
sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat
badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya
membantu dalam pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu
17
empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui
pembedahan (Andrianto, 1990).
f. Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan
obesitas akan beresiko terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar
prostate.Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim
dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi
lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan
sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap
resiko penyakit kanker payudara (Purwati, 2001).
Obesitas terjadi bila jumlah sel lemak bertambah pada tubuh
seseorang.Bila seseorang bertambah berat badannya,maka ukuran sel
lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah
banyak.Secara fisiologis obesitas di defenisikan sebagai suatu keadaan
dengan akumuasi lemak yang tidak normal,keadaan obesitas ini dapat
berisiko pada penyakit kardiovaskuler (jantung).
Pada penderita obesitas aktifitas fisik yang tidak baik dapat
menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh
karena itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan
dapat membuat tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh
tubuh yaitu akan meningkatkan kadar SGOT.Peningkatan enzim SGOT
akan menyebabkan penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel
hati,sel otot dan rangka.
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Obesitas merupakan kondisi kronis pada tubuh dimana terjadinya
penumpukkan lemak berlebih dalam tubuh melebihibatas yang baik untuk
kesehatan.Seseorang dianggap menderita Obesitas bila indeks massa tubuh
(IMT), yaituhasil ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan
dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari
30 kg/m2.
Menurut peniliti guiraudou m et al (2013) mengemukakan bahwa obesitas
dapat meningkatkan viskositas darah karena kenaikan hematokrit (HCT) dan
dapat meingkatkan Enzim hati atau peningkatan kadar serum glutamic
oxaloacetictransminase (SGOT) yang dapat menyebabkan kerusakan hati,otot
rangka,ginjal dan jantung.
Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) merupakan enzim
yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan
hati,enzim itu dilepasakan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera
jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum SGOTdapat meningkat
pada penyakit infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati. Tujuan
pemeriksaan SGOT yaitu untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati
dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan atau cedera pada jaringan otot,
jantung bahkan hati.
Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) banyak terdapat dalam
mitokondria dan dalam sitoplasma, Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut,
maka akan terjadi kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak
mengeluarkan enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT)
jadi,jika kadarnya meningkat karna pengaruh kerusakan mitokondria maka
akan menyebabkan kelainan pada sel jantung.
19
Obesitas akan menyebabkan jantung bekerja keras dalam memompa darah
untuk diedarkan keseluruh tubuh sehingga jantung akan bekerja lebih cepat
dan memyebabkan jantung membesar hal ini sangat berpotensi yang dapat
meningkatkan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT).
Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) meningkat karna
terjadi aktivitas jantung yang berlebihan sehingga menyebabkan SGOT
meningkat
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti kadar Enzim SGOT pada
Penderita Obesitas di Poltekkes Pemenkes Kendari
B. Bagan Kerangka Konsep
Mahasiswa Obesitas
Pengambilan Darah Vena
Pemeriksaan Kadar enzim SGOT
(serumglutamic 0xaloacetik transminase)
Hasil Pemeriksaan
Kadar SGOT Normal
Hasil Pemeriksaan
Kadar SGOT
Abnormal
20
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu, kadar Serum Glutamic
0xaloacetik Transminase (SGOT) pada Mahasiswa Obesitas
a. VariabelBebas
Mahasiswa obesitas di Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari.
b. VariabelTerikat
Pemeriksaan Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT)
Pada Mahasiswa Obesitas di Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari.
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. Devenisi Oprasional
a.Obesitas adalah orang yang memiliki Berat Badan 20 % atau lebih dikali
tinggi badan normal atau IMT = ≥ 30
b. Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) merupakan enzim
yang berfungsi untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati dan
pendeteksian infeksi pada jaringan otot jantung dan hati dengan
memeriksa serum menggunakan alat Polio 100.
2. Kriteria Objektif
a. Nilai normal pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetik Transminase
(SGOT),yaitu
1. Pada Laki-laki dikatakan normal jika kadar serum SGOT
=35 µl
2. Pada Perempuan dikatakan normal jika kadar serum SGOT= < 31 µl
sedangkan dikatakn tidak normal jika kadar serum SGOT = > 31 µl
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang digunakan untuk
memperoleh Gambaran Enzim SGOT (Serum Glutamic oxaloacetic
Transminase) di Poltekkes Kemenkes Kendari.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium RSUD Kota Kendari.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 – 13 April 2018
C. Populasi Dan Sampel
1. Popuasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 30 Mahasiswa Obesitas yang
berada di Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Sampel
Sampel merupakan yang menderita obesitas dari populasi yang
dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Teknik dalam pengambilan
sampel yaitu total sampling.
3. Kriteria inklusi dan eksklusi
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi. Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti
adalah:
1. Seseorang yang di duga obesitas yang berada di Poltekkes
Kemenkes Kendari dengan nilai IMT > 30
2. Responden bersedia di ambil darahnya
21
22
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaaan yang menyebabkan subjek
memenuhi kriteria inklusi namun tidak di ikut sertakan dalam
penelitian. Adapun kriteria eksklusi sampel yang akan di teliti adalah:
1. Seseorang yang tidak di duga obesitasyang berada di Poltekkes
Kemenkes Kendari dengan nilai IMT
23
d. Tips kuning dan biru
e. Alkohol 70%
f. Spoit 3cc
g. Kapas
h. Tisu
F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
1. Pra analitik:
a.Persiapan Sampel:
1. Persiapan Responden
a. Lakukan penimbangan pada responden untuk melihat berapa berat
badan dan dicatat.
b. Lakukan pengukuran tinggi badan pada responden utuk melihat
berapa tinggi badan dan dicatat.
c. Setelah itu lakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan cara berat badan responden (kg) dibagi dengan tinggi
badan (cm) (dalam perhitungan ini tinggi badan dari centimeter
diubah ke meter).
d. Hitung berapa Indeks Massa Tubuh pada responden,Jika nilai
Indeks Massa Tubuh (IMT) responden > 30 maka responden
dinyatakan Obesitas.
2. Pengambilan darah vena
a. Persiapan alat dan bahan.
b. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan
pasien senyaman mungkin.
c. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktivitas dan pasang tali pembendung (tourniquet)
kira-kira 10 cm diatas lipat siku.
d. Pilih bagian vena median cubital atau chepalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena.
24
g. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alkohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah di bersihkan
jangan di pegang lagi.
h. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas.
Jika jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk
ke dalam semprit.
i. Letakkan kapas kering ditempat suntikan lalu segera lepaskan atau
tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-
kira 15 menit.
3. Cara memperoleh serum
a. Disediakan tabung centrifuge yang bersih dan kering.
b. Darah dialirkan lewat dinding tabung sebanyak 3 ml, kemudian
diamkan beberapa menit lalu dimasukkan dalam centrifuge dan
putar selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
c. Tabung dikeluarkan dari centrifuge, cairan kuning yang terdapat di
bagian atas yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan.
2. Analitik:
a. Disiapkan semua alat yang akan digunakan
b. Pastikan alat sudah standby
c. Letakkan botol reagent pada botol reagent sesuai dengan no dan
posisinya masing-masing yang dapat dilihat atau disamakan dilayar
pada menu status
d. Siapkan sampel pasien yang akan dikerjakan,kemudian ambil serum
pasien
e. Masukkan serum kedalam cup Min. 300 µl dengan mikropipet,lalu
masukkan pada sampel cup. (Hindari adanya gelembung pada serum
pasien yang ada di sampek cup)
f. Klik work list pada pojok kiri bawah layar dan akan masuk ketampilan
pengisian data pasien.
25
g. Klik SMP untuk mengerjakan sampel pasien,kemudia isikan
- ID code (urut dengan no. Sebelumya)
- Sample type: Serum
- Patient type: Male/fimale/pedriatic
- Tube type: Sampel cup
h. Kemudian pilih parameter yang ingin dikerjakan,dengan cara mengKlik
parameter yang diinginkan hingga lampu bulat menyala.
i. Setelah itu isikan data pasien dengan mengKlik Patient Private
Data,kemudian akan tampil kolom pengisian data pasien. Isikan No
Unique Id sama dengan No. Id Code pasien. Selanjutnya isikan sesuai
data pasien.
j. Kemudian klik SAVE untuk menyimpan data pasien dan klik close
untuk keluar dari kolom Patient Private Data
k. Selanjutnya klik SAVE In WL
3. Pasca analitik:
Nilai rujukan:
a. Normal laki-laki:
26
H. Pengolahan Data
1. Menggunakan RumusIMT = BB
TB(m)2
2. Frekuensi Dari =
x 100%
I. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian
dijelaskan dalam bentuk narasi
27
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung peninggalan
pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah
mengalami beberapa kali perubahan yaitu : dibangun oleh Pemerintah
Belanda pada tahun 1927, dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang
pada tahun 1942 – 1945 menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 –
1960, menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989, menjadi
Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001, menjadi RSU Kota
Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota Kendari No.17 Tahun
2001.
Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota Kendari
oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003.Pada tanggal 9
Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas Kota Kendari
resmi menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto
No: 39 Kel Kambu Kec. Kambu Kota Kendari. Pada tanggal 12 – 14
Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS), dan berhasil terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan
(Administrasi & Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan,
Pelayanan Medik dan IGD) Berdasarkan SK Walikota Kendari No. 16
Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD
Kota Kendari sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
2. Letak Geografis
RSUD Kota Kendari awalnya terletak di Kota Kendari, tepatnya di
Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan
luas bangunan 1.800 M2. Pada Tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari
telah membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit,
27
28
yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP,
DAK dan DPPIPD.
3. Sarana Laboratorium
a. Ruang registrasi pasien
b. Ruang sampling
c. Ruang hematologi dan imunoserologi
d. Ruang kimia klinik
e. Ruang inkubator
f. Ruang petugas laboratorium
g. Ruang bakteriologi/BTA dan parasitologi
h. Ruang dokter patologi klinik
i. Ruang pantry
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
(SGOT) pada penderita Obesitas di Poltekkes Kemenkes Kendari yang
dilakukan pada bulan April 2018. Dengan jumlah sampel sebanyak 30
penderita Obesitas terdiri atas 3 laki-laki dan 27 perempuanyang Berada di
Poltekkes Kemenkes Kendari lalu dilakukan pemeriksaan Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Mahasiswa Obesitas Di Poltekkes Kemenkes
Kendari
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki – Laki 2 25
Perempuan 6 75
Total 8 100
Sumber: Data Primer Diolah 2018
Berdasarkan tabel 5.1 penderita Obesitas yang telah dilakukan
pemeriksaan SGOT jenis kelamin laki-laki 2 penderita Obesitas dengan
28
29
persentase 25%. Dan jenis kelamin perempuan sebanyak 6 penderita
Obesitas dengan persentase 75%. Sehingga dapat diketahui jumlah
penderita Obesitas lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan di
bandingkan laki-laki.
2. Variasi Penelitian
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Serum Glutamic
Oxalacetic Transaminase (SGOT) Pada Mahasiswa
Obesitas Di Poltekkes Kendari
No. Hasil Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Normal 22 73
2 Tinggi 8 27
Total 30 100
Sumber: Data Primer Diolah 2018
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada penderita
Obeitas Di Poltekkes Kendari. Terdiri dari kadar normal 22 penderita
Obesitas dengan persentase 73% dan kadar tinggi 8 penderita Obesitas
dengan persentase 27%.
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang pemeriksaan kadar Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada Mahasiswa Obesitas Di Poltekkes
Kemenkes Kendari ditemukan bahwa dari 30 penderita Obesitas sebagian
besar kadar Serum Glutamic Oxaloacetc Transaminase (SGOT) dengan kadar
normal sebanyak 22yang terdiri dari 21 perempuan dan 1 laki-laki sedangkan
dengan kadar tidak normal didapatkan sebanyak 8 yang terdiri dari 6
perempuan dan 1 laki-laki. Hal ini sesuai teori Joko (2006) mengatakan
bahwa jika pada Obesitas memiliki pola tidur yangteratur, tidak kelelahan,
tidak memiliki aktivitas fisik yang banyak dan tidak mengomsumi obat-
obatantidakakan menyebabkan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminasedalam tubuh meningkat.
30
Menurut penelitian Friedly 2014 tentang enzim hati pada dewasa muda
usia 18 sampai 21 tahun mendapatkan hasil bahwa peningkatan kadar SGOT
(Serum Gluamic Oxaloacetic Transminase) dan SGPT lebih tinggi terjadi
pada laki-laki karna dipengaruhi oleh estrogen yang menyebabkan SGOT dan
SGPT terjadi peningkatan.
Pada penelitian ini mendapatkan hasil dari 30 orang Mahasiswa
Obesitasdidapatkan 8 orang diantaranya 2 laki-laki dan 6 perempuan
memiliki kadar SGOT lebih tinggi terjadi pada perempuan. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kadar Serum Glutamic OxaloaceticTransminase
pada perempuan yaitu Hormon Estrogen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Guyton.C (2007) yang mengatakan bahwa mengomsumsi obat – obattan
seperti Pil KB dapat meningkatkan Hormon Estrogen dalam tubuh. Dalam
penelitian ini responden yang diperiksa kadar Serum Glutamic Oxaloacetic
Transminasemerupakan perempuan dewasa yang sudah menikah.
Adapun faktor – faktor lain yang dapat meningkatkan Kadar Serum
Glutamic Oxaloacetic Transminase yaitu pola tidur yang kurang baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tarwoto dan Wartonah (2006) bahwa kelompok
umur dengan kategori dewasa dimana pola tidur yang dialami oleh kelompok
ini sering mengalami Insomnia dan sulit untuk dapat tidur dengan teratur.
Penulis juga berasumsi bahwa aktifitas fisik yang tidak baik dapat
menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh karena
itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan dapat membuat
tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh tubuh yaitu akan
meningkatkan kadar SGOT. Enzim SGOT yang tinggi akan menyebabkan
penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel hati,sel otot dan rangka.
Transminase merupakan enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam
proses pemindahan gugus alpha amino alanin untuk menjadi asam glutamate
dan asam pyruvat. Enzim ini didapat pada sel hati dalam kadar yang jauh
lebih tinggi dari pada sel-sel jantung dan otot. Dalam keperluan klinik test
SGOT enzim ini juga membantu dalam mendeteksi nekrosis sel hepar, tapi
dianggap petanda yang kurang spesifik untuk kerusakan sel hepar sebab
31
enzim ini juga bisa menggambarkan kelainan pada jantung, otot rangka, otak,
dan ginjal (Daniel S. Pratt, 2010).
Kadar SGOT meningkat pada beberapa kelainan pada jantung,otot
rangka,otak dan ginjal. Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya
dengan keadaan yang menyebabkankerusakan hepatoseluler akut, infark
miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
Dari penelitian pemeriksaan SGOT, dengan jumlah 30 pasien terjadi
peningkatan kadar SGPOT sebanyak 8 pasien, namun peningkatan kadarnya
bersifat sedang dengan rata-rata peningkatanya 1-2 kali normal. Karena itu
satu kali pemeriksaan saja belum bisa dijadikan kesimpulan bahwa terjadi
adanya kelainan pada jantung,otot rangka,otak dan ginjal.
SGOT yang berada sedikit di atas normal tak selalu menunjukkan
seseorang sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu terjadi bukan akibatadanya
kelainan pada jantung,otot rangka,otak dan ginjal. Kadar SGOT juga
gampang naik turun. Mungkin saja saat diperiksa, kadarnya sedang tinggi.
Namun setelah itu kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat diperiksa,
kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Oleh karena itu, satu
kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk membuat
kesimpulan.Selain itu, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan pada SGOT seperti, obat tertentu, Kurangnya istirahat tidur,
kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau kelelahan
yang diakibatkan karena olahraga.
Kekurangan dari penelitian ini ialah jumlah sampel yang diperiksa
terbatas. Dikarenakan pada saat turun ke lapangan banyak dari masyarakat
yang sedang tidak ada ditempat dan ada juga yang tidak berkenan menjadi
responden dikarenakan berbagai alasan, mungkin karena agak sedikit malu
dengan berat badan yang tidak Ideal Khususnya utuk wanita bahkan takut
dengan jarum suntik sehingga banyak yang menolak menjadi responden.
Sampel dalam penelitian ini laki-laki 3 oang dan perempuan 27 yang
berjumlah 30 orang.
32
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang analisis kadar Serum Glutamic
OxaloaceticTransaminase (SGOT) yang dilakukan pada 30 penderita
Obesitas dapat disimpulkan bahwa ditemukan 8 penderita Obesitas yang
memiliki kadar SGOT tidak normal dengan persentase 27% dan didapatkan
22 penderita Obesitas yang memiliki kadar SGOT normal dengan persentase
73%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan:
1. Diharapkan bagi Institusi Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
khususnya Jurusan Analis Kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi menyangkut dengan pengembangan penelitian mahasiswa
selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Diharapkan bagi Rumah Sakitkhususnya Laboratorium untuk memberikan
anjuran kepada penderita Obesitas untuk melakukan pemeriksaan Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) guna mengetahui
pemeriksaan faal hati.
3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk memeriksa Kadar Serum
Glutamic Oxaloacetic Transminase pada penderita obesitas yang berkaitan
dengan faktor – faktor yang dapat meningkat kadar SGOT dalam tubuh.
Misalakan pada penderita Obesitas yang mengomsumsi obat – obattan
tertentu.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Alimul hidayat A.A.2010.metode penelitian kesehatan para digma
kuantitatif.jakartaheath books.
Arora,M.,koley,S.,gupta,s & Shandu,J.S,.2007. A study on lipid profile andbody fa
in patients with diabetes mellitus.anthropologist.9(4):295-298
Aru W,sudoyo.2009.buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi v.jakarta;interna
publishing.
Dorland.1998.kamus saku kedokteran Dorland,edisi 25.jakarkata:EGC
Flier,J.S.Flier,E.Mkasper,D.L.,Fauci,A.s,.longo,D.L.,Braunwald,E.
,Hauser,S.L.,& jameson ,J.L.Harrison‟s. 2005. Obesty in principle of
internalMedicine.New York:McGraw-Hill,422-427.
Guiraudou M, Varlet-Marie E, Raynaud de Mauverger E, Brun JF. 2013.
Obesityrelated increase in whole blood viscosity includes different profiles
according to fat localization. Clin Hemorheol Microcirc. 2013;55;63-73
Guyton A.C and J.E. hall.2007. buku ajar fisiologi kedokeran.edisi
9.jakara:EGC.74,76,80-81,244,248,606,636,1070,1340.
Joycelefever kee.1997.buku saku pemeriksaan laboratorium & diagnosikdengan
implikasi keperawatan.EGC.jakarta.
Kurdanti Weni et al. 2015. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas
pada remaja” Jurnal gizi klinik Indonesia. (11): 179-190.
Pratt Daniel .S.2010.liver chemistry and function test.In:Feldma
M,Friedma,L.S.,Brandt,L.J.,eds.Sceisenger and Fordtran‟s
Gastrointestinaland liver disease.saunders Elsevier.philadelphia,PA.
Profile DINKES.2016.Pedoman umum gizi seimbang.Kemenkes RI:
http://gizinet.org.id/PGS2016
RISKESDAS.2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatankementrian
RI tahun 2013.Diakses: 19 0ktober 2014 dari http://www.depkes.go.id/resources/download.general/hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Widjaj,H.2009.Anatomi abdomen. Jakarta:EGC,128 hlm.
WHO.2008.WHO resport on the global tobacco epidemic.WHO available from :
http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower report full 2008.pdf. (accessed
2011 july 12)
34
WHO.2013.About cardiovascular diseaces.world healt organization. Ganeva.
Cited july 15th
2014 .Availablefrom .URL
:http://www.who.int/cardiovascular/abot/_cvd/en/accessed.on
35
36
37
38
39
32
32
32
1. Alat dan bahan yang gunakan:
33
Proses pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel