61
HAND OUT MATA KULIAH : Asuhan Neonatus,Bayi dan Anak Balita POKOK BAHASAN : Neonatus Resiko Tinggi dan Penatalaksanaannya WAKTU : 50 menit DOSEN : Yuni Retnowati OBJEK PERILAKU SISWA Setelah mempelajari Hand Out ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti tentang konsep imunisasi, pelaksanaan imunisasi atau vaksin, macam-macam imunisasi dasar diantaranya ada : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT dan Campak. Dan imunisasi tambahan diantaranya ada : Hib, PCV, Rotavirus, Infulenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A,Varisela dan HPV. Dan mengetahui jadwal imunisasi dasar dan tambahan . REFERENSI 1. Muslihatun Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. 2. Maryunany Anik. 2014. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra- Sekolah. Tajur Halang: In media. 3. Varsha chaudhary. 2010. Evaluation of Primary immunization coverage in an urban area of Bareilly city using Clster Sampling Technique.

Hand Out Imunisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

imunisasi

Citation preview

hand outMATA KULIAH

: Asuhan Neonatus,Bayi dan Anak Balita

POKOK BAHASAN

: Neonatus Resiko Tinggi dan Penatalaksanaannya

WAKTU

: 50 menit

DOSEN

: Yuni RetnowatiOBJEK PERILAKU SISWA

Setelah mempelajari Hand Out ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti tentang konsep imunisasi, pelaksanaan imunisasi atau vaksin, macam-macam imunisasi dasar diantaranya ada : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT dan Campak. Dan imunisasi tambahan diantaranya ada : Hib, PCV, Rotavirus, Infulenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A,Varisela dan HPV. Dan mengetahui jadwal imunisasi dasar dan tambahan .REFERENSI1. Muslihatun Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

2. Maryunany Anik. 2014. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra-Sekolah. Tajur Halang: In media.

3. Varsha chaudhary. 2010. Evaluation of Primary immunization coverage in an urban area of Bareilly city using Clster Sampling Technique.4. Saputra Lyndon. 2014 Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.

5. Idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html.

6. Biofarma Indonesia7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan ImunisasiPENDAHULUAN

Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian \protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai pengalaman untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman, berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut. Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak tersebut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.MATERI

A. KONSEP IMUNISASI

1. PengertianImunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resistan. Imunisasi berarti pemberian kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu. Proses imunisasi ialah memasukkan vaksin atau serum kedalam tubuh manusia, melalui oral atau suntikan.2 Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racum kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekbalan tubuh seseorang.4Secara umum, imunisasi dapat dibagi menjadi dua jnis, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.4a. Imunisasi aktifImunisasi aktif adalah pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) untuk merangsang pembentukan antibody spesifik dan memori terhadap antigen ini sehingga ketika terpapar lagi, tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.

b. Imunisasi pasifImunisasi pasif adalah proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian imunoglobin, yaitu zat yang dihasilakan melalui proses infeksi yang berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (misalnya bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk ke dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalai luka akibat kecelakaan.

2. Tujuan Tujuan pemberian imunisasi ialah.2 :

a) Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, bila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah.

b) Untuk dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian3. Manfaat

Manfaat utama pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu, tetapi juga memberikan perlindungan pada komunitas, terutama untuk penyakit yang ditularkan memalui manusia (person to person).4Imunisasi juga bermanfaat untuk mencegah epidemic pada geerasi yang akan datang. Selain itu, imunisasi dapat menghemat biaya kesehatan. Dengan menurunnya angka kejadian penyakit, biaya kesehatan yang digunakan untuk mengobati penyakit tersebut pun akan berkurang.44. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3)Jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dikenal saat ini adalah TBC, difteri, pertussis, campak, polio, hepatitis B, hepatitis A, meningitis meningokokus, haemophilus influenza tipe b, kolera, rabies, japanese encephalitis, tifus abdominalis, rubella, varicella, pneumoni pnuemokokus, demam kuning, shigellosis, parotitis epidemika.45. Kontraindikasi Pemberian Imunisasi Kontraindikasi dalam pemberian imunisasi adalah.4 :

a. Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas (reaksi tubuh yang terlalu sensitive) merupakan kontaindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38C merupakan kontraindikasi pemberian imunisasi DPT,HBI, dan campak.

b. Pada bayi yang menunjukkan tanda dan gelaja AIDS, pemberian vaksin BCG adalah konraindikasi. Namun, vaksin yang lain sebaiknya diberikan.

c. Jika orangtua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik bayi tidak diberikan vaksin. Mintalah ibu untuk kembali untuk imunisasi ketika bayi sudah sehat.B. PELAKSANAAN IMUNISASI/VAKSINASI

1. Jenis VaksinBerdasarkan proses produksinya, vaksin dapat dibedakan sebagai berikut.4a. Vaksin hidup (liveattenuated vaccine)Vaksin hidup terdiri atas mikroorganisme (bakteri atau virus) yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga lemah, masih antigenic tetapi tidak patogenik. Mikroorganisme dalam vaksin ini masih dapat bereplikasih dan menimbulkan kekebalan, tetapi tidak dapat menyebabkan penyakit. Contoh vaksin dari virus hidup adalah vaksin polio oral, campak, gondokan, rubella, rotavirus, dan demam kuning. Contoh vaksin dari bakteri hidup adalah vaksin BCG dan tifoid oral.

b. Vaksin mati (killed vaccine/inactive vaccine)

Vaksin mati adalah vaksin yang dihasilkan dengan membiakkan bakteri atau virus, kemudian membuatnya tidak aktif. Bakteri atau virus dalam vaksin ini tidak pathogen dan tidak dapat berkembang biak dalam tubuh. Vaksin ini membutuhkan dosis ganda, dosis awal hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respons imun protektif timbul setelah dosisi kedua atau ketiga. Contoh vaksin yang diperoleh dari virus yang tidak aktif adalah vaksininfluenza, polio, rabies, dan hepatitis A. contoh vaksin yang diperoleh dari bakteri yang tidak aktif adalah vaksin pertussis, kolera, tifoid, dan lepra.c. RecombinanSusunan vaksin recombinan ( misalnya vaksin hepatitis B ) memerlukan epitope organisme yang petagen.Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen bagi sel penerima vaksin.

d. ToksoidToksoid adalah bahan yang bersifat imunogen yang dibuat dari toksin kuman. Dalam proses pembuatannya biasanya dilakukan pemasanan dan penambahan formalin.hasil dari pembuatan bahan toksoid yang juga disebut natural fluid plain toxoid. Bahan ini akan merangsang pembentukan antibody antitoksin. Imunitas dapat bertahan selama satu tahun. Bahan adjuan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenic dan meningkatkan imunogenesitasnya.

2. Tata Cara Pemberian VaksinSebelum memberikan vaksin, petugas dianjurkan mengikuti tata cara berikut ini.4 :

a. Menginformasikan kepada orangtua secara rinci tentang manfaat imunisasi,efek samping imunisasi, lokasi penyuntikan vaksin dan juga resiko jika tidak diiminisasi.menjelaskan kepada orangtua bahwa manfaat imunisasi lebih besar dibandingkan resiko kejadian ikutan yang ditimbulkan.

b. Mendapat persetujuan (informed consent ) dari orangtua setelah mereka diberi penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap bayi mereka.persetujuan dapat secara tertulis maupun lisan.

c. Memeriksa kembali persiapan pelayanan secapatnya jika timbul KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ).

d. Membaca dengan teliti jenis vaksin yang akan dibutuhkan.

e. Memeriksa identitas bayi dan memberikan antipiretik jika perlu.

f. Memastikan bahwa faksin dalam keadaan baik.

g. Meyakinkan vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan jika perlu ditawarkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.

h. Memberikan vaksin dengan teknik yang benar.

i. Menjelaskan kepada orangtua apa yang harus dilakukan jika ada KIPI, mencatat pada rekan medis bayi,membuat laporan imunisasi kepada instansi terkait, memeriksa status imunisasi keluarga, dan jika perlu, menawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan.3. Rantai Vaksin atau Cold Chain Rantai vaksin atau cold chain adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.4a. Peralatan rantai vaksin

Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolah vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan. Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap jinis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Contoh peralatan rantai vaksin adalah sebagai berikut.41. Lemari es

Setiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari sesuai standar program ( buka atas ), pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi dengan lemari es.

2. Mini freezer

Sebagai sarana untuk membekukan cold pack disetiap puskesmas diperliukan 1 buah freezer.

3. Vaccine carrier

Vaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk pengambilan vaksin ke kabupaten/kota. Untuk yang daerah yang sulit dijangkau, dibutuhkan Vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relative lebih lama ketika petugas terjun ke lapangan.

4. Termos

Termos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu.setiap termos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam,termos hanya cocok digunakan untuk daerah yang mudah dijangkau.5. Cold box

Cold box di tingkat peskesmas digunakan ketika terjadi keadaan darurat, misalnya ketika listrik padam untuk waktu cukup lama,atau lemari es sedang mengalami kerusakan dan membutuhkan waktu yang lama memperbaikinya.

6. Freeze tag/freeze watch

Freeze tag digunakan untuk membantu suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu membawa vaksin,serta dari puskesmas ke lapangan/ posyandu dalam upaya meningkatkan kualitas rantai vaksin.

7. Kotak dingin cair (cool pack)

Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastic berbebtuk segi empa, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada suhu 2 dalam lemari es selama 24 jam. Jika kotak dingin tidak ada,wadah yang sama dapat dibuat dari kantong plastic bening.

8. Kotak dingin beku (cold pack)

Kotak dingin beku (cold pack) adalah eadah pelastik berbebtuk segi empat, besar atau kecil yang diisi dengan air yang kemudian dibekukan pada suhu -5 sampai -15 dalam freeze selama 24 jam.jika kotak dingin tidak ada, wadah yang sama dapat dibuat dalam kantong plastic bening.

b. Pengelolaan vaksin

1. Penerimaan atau ppengambilan vaksin (transportasi).4

Pengambilan vaksin dari puskesmas ke kabupaten atau kota dilakukan dengan menggunakan peralatan rantai vaksin yang suda ditentukan, contohnya cold box atau vaccine carrier.

Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah vaksin yang akan diambil.

Kotak dingin cair atau (cool pack) dimasukkan ke dalam alat pembawa dan dibagian tengah diletakkan thermometer muller.

Alat pembawa vaksin yang suda berisi vaksin, selama perjalanan dari kabupaten atau kota ke puskesmas tidak boleh terkena sinar matahari langsung.

Catat dalam buku stok vaksin : tanggal menerima vaksin, jumlah, nomor batch, dan tanggal kedaluarsa.2. Penyimpanan vaksin di puskesmas.4 Vaksin disimpan di lemari es pada suhu 2-8C

Susunan dus vaksin di dalam lemari es di beri jarak minimal 2 jari agar terjadi sirkulasi udara yang baik.

Vaksin FS (freeze sensitive : DPT, HB, DT. TT) diletakkan jauh dari evaporator. Vaksin HS (heat sensitive : polio, campak, BCG) diletakkan di dekat evapolator.

Kulkas dibuka seminimal mungkin setiap kali memasukkan atau mengeluarkan sesuatu untuk menjaga kestabilan suhu penyimpanan.

Suhu dipantau setiap hari (pagi dan sore).

Dilakukan pemeliharaan lemari es secara berkala misalnya harian, mingguan dan bulanan.Jenis vaksinPenyimpanan vaksin sentral berlistrik (propinsi) s.d 6 bulanPenyimpanan vaksin regional berlistrik (kabupaten) s.d 3 bulanPenyimpanan vaksin di Daerah Tidak / Berlisrtik (puskesmas) s.d 1 bulan

OPV-150C s.d. -250C

Depkes: sama

BCG

Campak-150C s.d. -250C

Atau 00C s.d. +80C

Depkes: +20C s.d. +80C

00C s.d. +80C

Depkes: +20C

s.d. +20C s.d.

+80C

DPT / DT

TT

Hepatitis B

Hib00C s.d. +80C

Depkes: +20C s.d. +80C

3. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es.4 Sebelum membuka lemari es, tentukan terlebih dahulu jumlah botol vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.

Catat suhu dalam lemari es. Jangan terlalu sering membuka pintu lemari es dan meninggalkan pintu lemari es dalam keadaan terbuka.

Dari lemari es, pilih dan gunakan vaksin dengan urutan sebagai berikut :

Vial vaksin yang sudah terpakai tetapi tetap tersimpan dalam lemari es.

Ampul atau botol vaksin tertutup yang telah di bawa ke tempat pelayanan keluar dan telah berada diluar lemari es.

Vaksin dengan VVM kondisi B atau mulai berubah dari A ke B.

Vaksin paling lama yang belum melewati tanggal batas kedaluarsa.

Memeriksa apakah vaksin aman di berikan.

Menyimpan termos atau vaccine carrier.

Menyiapkan termpat kerja.4. Alat suntik

Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan, baik secara intramuscular (IM), subkutan (SC), maupaun intradermal. Walaupun ada juga vaksin yang diberikan per oral. Alat suntik yang digunakan untuk imunisasi ada 3 jenis yaitu.4 :

a. Semprit Auto Disable (AD)

Semprit AD adalah semprit yang telah dipakai mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Semprit ini merupakan alat yang dipilih untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Semua semprit AD mempunyai penutup plastik ungtuk menjaga agar jarum tetap steril.

b. Alat suntik Prefilled Auto Disable (AD)

Alat suntik prefilled AD adalah jenis alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali yang telah berisi vaksin dosis tunggal dengan jarum yang telah dipasang oleh pabriknya. Setiap alat suntik prefilled AD adalah steril dan disegel dengan paket kertas logam oleh pabrik, vaksin dimasukkan dalam reservoir tetutup seperti gelembung yang mencagah vaksin yang berhubungan denga jarum sampai vaksin itu diberikan.

c. Semprit dan jarum sekali pakai (disposable single-use)

Semprit dan jarum yang hanya bias dipakai sekali dan dibuang ( disposable single-use) tidak direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena resiko penggunaan kembali semprit dan jarum sekali pakai menyebabkan resiko infeksi yang tinggi.

Standar jarum suntik untuk imunisasi yang disuntikan secara IM adalah ukuran 23, dengan panjang 25 mm. Namun, untuk bayi kecil-bayi kurang bulan, bayi berusia kurang dari atau sama dengan 2 bulan, atau bayi kecil lainnya dapat digunakan jarum ukuran 26, dengan panjang 16 mm. Untuk imunisasi yang disuntikkan secara SC pada lengan atas, digunakan jarum ukuran 25 dengan panjang 26 mm. Namun, untuk bayi kecil, jarum yang digunakan berukuran 27 dengan panjang 12 mm. Untuk suntikan intradermal (misalnya pada imunisasi BCG), jarum yang digunakan adalah jarum ukuran 25-27 dengan panjang 10 mm. C. MACAM-MACAM IMUNISASI DASAR1. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B di tujukan untuk Pememberi kekebalan tubuh terhadap penyakit hepatitis B. hepatitis B disebabkan oleh virus yang akan mempengaruhi hati (liver). Penderita hepatitis B beresiko terkena kanker hati atau kerusakan hati. Virus hepatitis B (VHB) ditemukan dalam cairan tubuh orang yang terjangkit hepatitis B, termasuk darah, ludah dan air mani. Virus ini dapat menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh (darah,ludah,air mani) penderita. Virus ini dapat juga di transfer dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Satu juta kematian per tahun disebabkan oleh infeksi VHB. Indonesia termasuk daerah endemik sedang tinggi. Oleh sebab itu, imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin sejak lahir untuk memutuskan rantai transmisi maternal dari ibu ke bayi.4

Pencegahan penyakit hepatitis B ditempuh melalui upaya preventif umum dan khusus. Upaya preventif khusus hepatitis B ditempuh dengan imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Imunisasi pasif Hepatitis B immune globulin (HBIg) dalam waktu singkat memberikan proteksi, meskipun hanya untuk jangka pendek (3-6 bulan). Pemberian HBIg hanya pada kondisi pasca paparan, di antaranya needle stick injury, kontak seksual, bayi dari ibu dengan virus hepatitis B (VHB), terciprat darah ke mukosa atau mata. Sebaiknya HBIg diberikan bersamaan dengan imunisasi aktif vaksin VHB agar proteksi lama.1Imunisasi aktif vaksin VHB, diberikan dalam tiga seri pemberian. Pemberian yang tepat sesuai dosis yang direkomendasikan akan memberikan respon protektif (anti HBs lebih dari atau sama dengan 10 mlU/mL)pada lebih dari 90% orang dewasa, bayi, anak dan remaja. Vaksin diberikan secara IM dalam. Pada neonatus dan bayi penyuntikan di anterolateral paha, sedangkan anak besar dan dewasa di regio deltoit.1Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin setelah lahir untuk memutuskan rantai transmisi sedini mungkin setelah lahir untuk memutuskan rantai transmisi maternal ibu ke bayi. Jadwal selanjutnya, hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari Hepatitis B-1 (saat bayi berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respon imun optimal, hepatitis B-3 diberikan dengan interval minimal 2 bulan dari hepatitis B-2, yaitu pada umur 3-6 bulan. Sejak tahun 2005, Departemen Kesehatan memberikan vaksin hepatitis B-1 monovalen/uninject saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP-Hepatitis B umur 2-3-4 bulan.1Pemberian hepatitis B-1 saat bayi lahir, berdasarkan status HbsAg ibu saat melahirkan. Jika status HbsAg ibu saat melahirkan. Jika status HbsAg ibu tidak diketahui, Hepatitis B-1 diberikan dalam 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 bulan dan antara 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui, dan pada perjalanannya ternyata ibu positif HbsAg, maka dapat diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Apabila status HbsAg ibu positif, Hepatitis B-1 diberikan dalam waktu 24-48 jam setelah lahir bersamaan dengan vaksin HBIg 0,5 ml.1Imunisasi Hepatitis B ulang (Hepatitis B-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun, apabila titer pencegahan belum tercapai,. Reaksi IKPI yang umumnya terjadi berupa reaksi lokal yang ringan dan sementara, kadang-kadang terjadi demam ringan 1-2 hari.1

a. Kemasan vaksinVaksin VHB yang tersedia saat ini adalah vaksin rekombinan. Vaksin ini berbentuk cairan. Dalam satu kotak terdapat 100 vaksin HB PID (prefilled injection devise). PID adalah alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali dan telah berisi dosis tunggal dari pabrik.4b. Cara pemberian dan dosisVHB di berikan melalui injeksi intramuscular. Pemberian vaksin ini didasarkan pada status HBsAg ibu pada saat melahirkan.4

Bayi yang lahir dari ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui vaksin rekombinan (HB Vakx-11 5 g atau Engerix B 10 g) atau vaksin plasma derived 10 g) dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan ketika bayi berusia 1-2 bulan dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Jika pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu memiliki HBsAg positif, bayi segera diberi 0,5 mL HBIg (sebelum bayi berusia satu minggu).

Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, dalam 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberi 0,5 mL HBsAg dan vaksin rekombinan secara IM di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga diberikan ketika bayi berusia 6 bulan.

Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negative, diberi vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada usia 2-6 bulan. Dosis kedua diberikan 6 bulan sesudah dosis kedua.

Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum mendapatkan imunisasi hepatitis B, anak tersebut secepatnya diberikan catch-up vaccination. Imunisasi hepatitis B ulang (hepatitis B-4) dapat dipertimbangkan untuk anak pada usia 10-12 tahun jika titer pencegahan belum tercapai.4

c. KontraindikasiImunisasi hepatitis B tidak dilakukan jika terdapat kondisi hipersensitif terhadap komponen vaksin serta infeksi berat yang disertai kejang.4d. KIPI dan reaksi samping pasca imunisasi

Reaksi KIPI yang umum terjadi adalah reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi ini bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari. Kadang-kadang terjadi demam ringan 1-2 hari. Jika demam, dapat diberikan parasetamol 15 mg/kg BB setiap 3-4 jam, maksimal 6 kali dalam 24 jam.42. Polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang dilakukan untuk mencegah penyakit poliomyelitis. Poliomyelitis adalah penyakit yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh infeksi virus polio. Terdapat tiga serotype pada virus ini, yaitu tipe 1 (PV1), tipe 2 (PV2) dan tipe 3 (PV3). Ketiganya menginfeksi tubuh dengan gejala yang sama. Penyakit ini menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi.4Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak tiba-tiba lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Kelumpuhan tersebut dapat menjadi permanen. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.4Faktor risiko untuk poliomyelitis antara lain malnutrisi, tonsilektomi dan sanitasi lingkungan kurang baik. Selain itu, virus ini dapat ditularkan melalui plasenta ibu, sedangkan antibody yang diberikan pasif melalui plasenta tidak dapat melindungi bayi secara adekuat.4a. Kemasan vaksin

Vaksin polio terdiri atas dua jenis, yaitu oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV). Kedua vaksin ini berisi virus polio tipe 1,2 dan 3. Di Indonesia vaksin yang umum diberikan adalah OPV Sabin. Di beberapa Negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.4OPV berisi virus polio yang masih hidup, tetapi dilemahkan. Didalam 1 kotak vaksin terdapat 10 vial @ 10 dosis. Setiap vial disertai dengan 1 buah penates (dropper) yang terbuat dari bahan plastik. Vaksin ini harus disimpan tertutup pada suhu -15 sampai -25C. IPV berisi virus volio yang telah dimatikan. Vaksin ini diberikan melalui suntikan. IPV tersedia dalam vial dosis tunggal yang mengandung 0,5 mL vaksin. Vaksin ini harus disimpan pada suhu 2-8C, tidak boleh beku.4Vaksin bentuk trivalent atau trivalen oral polio vaccine (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, sedangkan bentuk monovalent atau monovalent oral polio vaccine (MOPV) hanya efektif melawan satu jenis virus polio.4Vaksin dapat juga disimpan beku pada temperature 20C, dapat dipakai 2 tahun dapat dicairkan dengan cara ditempatkan pada telapak tangan dan igulir-gilirkan. Jaga agar warna vaksin tidak berubah dan tanggal kadaluarsa tidak terlampaui.2

b. Cara pemberian dosis

Dosis untuk OPV adalah 2 tetes per oral langsung atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula. Sementara itu, dosis untuk IPV adalah 0,5 mL, IM. Vaksin polio diberikan pertama kali (polio-0) saat bayi baru lahir akan dibawa pulang dari rumah sakit. Dosis ini dianggap dosis ekstra dan diberikan karena Indonesia merupakan daerah endemik. Jenis vaksin yang diberikan dapat berupa OPV maupun IPV. Lalu, imunisasi dasar polio diberikan sebanyak 3 kali ( polio-1, polio-2, polio-3) dengan interval 4 minggu. Vaksin ulangan polio dapat diberikan 1 tahun setelah polio-3.4c. kontraindikasi

vaksin polio dapat diberikan dalam kondisi.4 :

Anak demam tinggi diatas 38C

Anak sedang diare atau muntah

Anak sedang mendapat terapi obat yang menurunkan kekebalan tubuh

Anak menderita kanker atau penyakit hipogamaglobulin.d. KIPI dan reaksi samping pasca imunisasi

Reaksi KIPI dari vaksin OPV dapat berupa pusing, diare ringan dan nyeri otot. Paralisis yang disebabkan oleh vaksin atau vaccine associated polio paralytic (VAPP) dapat terjadi, tetapi kejadian ini sangat jarang. Selain itu, virus asal vaksin tersebut dapat bereplikasi dalam usus manusia, kemudian di ekskresikan melalui tinja selama 2-3 bulan. Pada saat replikasi tersebut dapat terjadi mutasi virus sehingga virus yang semula sudah lemah dapat menjadi virulen lagi dan dapat menyebabkan kelumpuhan layuh akut (VAPP). Selain itu, virus neurovirulen tersebut dapat di ekskresikan melalui tinja sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan orang-orang disekitar (VDPP).4

3. Bacillus Celmette-Guerin (BCG)

a. Pengertian

Baccile calmette Guerin (BCG), adalah vaksin hidup dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan basil yang tidak virulen, tetapi masih memiliki imunogenitas. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, sehingga tidak diberikan pada pasien imunokompromise jangka panjang (leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, HIV). Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulit berkaitan dengan reaksi imunitas.1

b. Tujuan

Tujuan imunisasi BCG tidak untuk mencagah TBC, tetapi mengurangi resiko TBC berat, seperti TBC menginitis dan TBC miliar.1

c. Cara pemberian

Diberikan pada bayi umur kurang dari atau sama dengan 2 bulan. Pemberian pada anak dengan uji mantoux negative. Dosis untuk bayi (umur kurang dari 1 tahun) adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. vaksin diberikan melalui suntikan intracutan didaerah insersio muskulus deltoideus kanan. Tempat ini dipilih dengan alasan lebih mudah (lemak subkutis tebal), ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis bila dibutuhkan.1

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, disimpan pada suhu 2-8C, tidak boleh beku, serta vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam. Vaksin ulang tidak dianjurkan, efek proteksi 8-12 minggu setelah penyuntikan (0-80%).1

d. Kemasan vaksinVaksin BCG dikemas dalam ampul, beku kering. Satu kotak berisi 10 ampul vaksin, dan setiap ampul dilengkapi dengan 4 ml, pelarut. Sebelum digunakan, vaksin harus diencerkan terlebih dahulu.4e. Kontraindikasi

Pemberian imunisasi BCG, antara lain : reaksi montoux, lebih dari 5 mm, sedang menderita infeksi HIV, atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromise akibat pengobatan kortokosteroid, efek imunosubresif, pengobatan radiasi, keganasan sumsum ulang atau sistem limfe, gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit luar, pernah TBC dan kehamilan.1

f. KIPI dan reaksi samping pasca imunisasi

Setelah imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi dengan vaksin yang lain. Imunisasi ini tidak menyebabkan demam.4KIPI pada imunisasi BCG adalah bisul kecil (papula) yang timbul 2-6 minggu setelah imunisasi. Papula tersebut semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi selama 4-6 bulan, kemudian menjadi sembuh secara secara perlahan (2-3 bulan) dan menimbulkan jaringan parut bulat dengan diameter 4-8 mm.4Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe (limfadenitis) di ketiak (aksila) atau leher. Jika limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula, kelenjar tersebut harus dibersihkan dan didrainase untuk mengeluarkan cairan. Setelah itu, diberikan obat tuberklosis local. Komplikasi berupa BCG-itis, eritema, nodusum, iritis, lupus vulgaris, dan osteonilitis jarang terjadi. Jika terjadi, komplikasi tersebut harus di terapi dengan kombinasi obat antituberklosis.44. Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT)

Imunisasi DPT berfungsi untuk memberi ketahanan tubuh terhadap tiga penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. DPT ini berisi toksoid difteri, toksoid tetanus, dan vaksin petusis.4

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diptheria. Penyakit ini ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas. Penularan difteri dapat terjadi melalui kontak langsung dengan pederita (seperti bersin atau batuk) atau kontak tidak langsung (misalnya karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri). Gejala penyakit dfiteri bervariasi, mulai dari asimtomatis (dan penderita bertindak sebagai carrier) sampai berat yang ditandai dengan obstruksi jalan nafas atau adanya komplikasi (misalnya miokarditis, neuritis, paralisis okular, paralisis diafragma, dan gagal ginjal). Sekitar 10% penderita difteri akan meninggal akibat penyakit ini.4

Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetelle pertussis. Bakteri ini mengeluarkan toksin yang menurunkan ambang rangsang batuk sehingga jika terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama. Gejala khasnya adalah batuk terus-menerus dan sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, muntah (kadang-kadang) bercampur darah, serta batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang, dalam, dan berbunyi melengking. Penularan biasanya melalui udara (batuk/bersin). Pertusis dapat mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan, kejang, radang paru-paru (pneumonia), koma, pembengkakkan otak, kerusakan otak permanen, kerusakan paru-paru jangka panjang, bahkan kematian.4

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri clostridium tetani. Bakteri ini terdapat ditanah, debu, serta kotoran hewan dan dapat masuk kedalam tubuh melalui luka, baik kecil maupun besar. Penyakit ini berbahaya karena memengaruhi sistem saraf dan otot. Gejala awalnya adalah kejang otot rahang (dikenal juga dengan trimus atau kejang mulut), bersamaan dengan timbulnya pembengkakkan, rasa sakit, dan kaku di otot leher, bahu, atau punggung, kesulitan menelan, kesulitan bernafas. Penderita tetanus dapat juga mengalami demam dan detak jantung yang tidak normal. Komplikasi dari penyakit ini mencakup pneumonia, patah tulang (karena kekejangan otot), gagal pernafasan, henti jantung, dan bahkan kematian. Kekejangan otot terjadi karena bakteri tetani mengeluarkan toksin yang disebut tetanospasmin. Tetanospasmin berikatan dengan saraf motorik yang mengendalikan otot, masuk kedalam akson, dan melintas disepanjang akson tersebut hingga mencapai badan sel saraf motorik ini ditulang belakang atau batang otak. Akibatnya terjadi gangguan pada aktivitas normal sel saraf.4a. Kemasan Vaksin

Terdapat tiga jenis kemasan vaksin yang berhubungan dengan imunisasi untuk penyakit difteri, pertusis, dan tetanus, yaitu vaksin triplet yang terdiri atas vaksin Dtap (DPT dengan komponen acelluler pertusis), DTwp (DTP dengan whole cell pertusis ), vaksin kombinasi DT ( difteri dan tetanus ), serta vaksin tunggal tetanus (TT).4b. Hal-hal yang berkaitan dengan vaksin DPT

1. Vaksin ini terdiri dari.2 :

Toxoid difteri adalah racun yang dilemahkan

Borditella pertusis adalah bakteri yang dilemahkan

Toxoid tetanus adalah racun yang dilemahkan

(+) alumunium fosfat dan mertiolat

2. Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya.

3. Vaksin ini mengandung Alumunium fosfat, jika diberikan subkutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

c. Cara pemberian dan dosis

Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak usia 2 tahun dengan interval 4-6 minggu. DTP-1 diberikan pada usia 2-4 bulan, DPT-2 pada usia 3-5 bulan, dan DPT-3 pada usia 4-6 bulan. DPT-4 diberikan satu tahun setelah DPT-3 ( sekitar usia 18-24 bulan ) dan DPT-5 diberikan pada usia 5-7 tahun. Sejak tahun 1998, DT05 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar ( pada program BIAS atau Bulan Imunisasi Anak Sekolah ).4Ulangan DT-6 diberikan pada usia 12 tahun karena masih dijumpai kasus difteri, pertusis, dan tetanus pada anak berusia > 10 tahun. Sebaiknya untuk ulangan ini diberikan vaksin dT ( adt = adult dose untuk vaksin difteri ), tetapi karena di Indonesia vaksin ini belum beredar di pasaran, vaksin yang digunakan adalah DT.4Vaksin DPT/DT diberikan melalui suntikan secara intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan dengan dosis 0,5 mL.4

d. Kontraindikasi

Kontraindikasi untuk imunisasi DPT antara lain.4 :

Pada pemberian vaksin DPT sebelumnya, bayi atau anak menunjukkan reaksi anafilaksis.

Anak menderita gangguan otak yang disebut ensefalopati ( ditandai dengan penurunan kesadaran dan kejang ) setelah pemberian vaksin DPT sebelumnya .e. KIPI dan reaksi samping pasca imunisasi

Reaksi KIPI untuk vaksin ini antara lain reaksi lokal kemerahan, bengkak, nyeri pada lokasi penyuntikan, demam ringan, dan menangis terus-menerus beberapa jam pasca penyuntikan. Reaksi KIPI yang paling serius adalah bayi menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati akut, reaksi anafilaksis, dan syok.4

5. Campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang dilakukan untuk mencegah penyakit campak (meales atau morbii). Penyakit campak adalah penyakit yang sangat mudah menular dan disebabkan oleh virus campak. Penularan penyakit ini adalah melalui udara atau kontak langsung dengan penderita.4Gejala yang tampak pada penderita campak diawali dengan flu berat, batuk dan mata berair, kenudian diikuti dengan bercak putih dimulut (bintik koplik). Lalu, terjadi demam tinggi (38C). Ruam akan muncul pada hari ketiga atau ke empat. Bintik-bintik akan memerah dan makin banyak, tetapi tidak menimbulkan gatal.4a. Kemasan Vaksin

Vaksin campak yang tersedia saat ini terdiri atas 2 jenis, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe edmoston) serta vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan aluminium).4Dalam satu kotak vaksin terdapat 10 vial @10 dosis . vaksin ini berbentuk beku kering sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Dalam satu kotak pelarut terdapat 10 ampul @5 mL.4 b. Cara pemberian & dosis

Imunisasi campak diberikan pada bayi ketika berusia 9-11 bulan. Dosis vaksin campak adalah 0,5 mL yang diberikan secara subcutan atau intramuscular dibagian lengan kiri atas. Imunisasi ulangan perlu diberikan pada saat anak masuk SD (5-6 tahun) untuk mempertinggi serokonversi. Namun, jika pada usia 15-18 bulan anak telah mendapatkan imunisasi MMR, imunisasi ulangan campak pada usia 5 tahun tidak perlu diberikan.4 c. Kontraindikasi

Imunisasi campak tidak dianjurkan dalam kondisi.4 :

Demam tinggi

Sedang menerima terapi imunosupresi jangka panjang

Hamil

Anak dengan imunodefisiensi primer

Memiliki riwayat alergi

d. KIPI dan reaksi sampai pasca imunisasi

Reaksi kipi akibat reaksi imunisasi campak banyak dijumpai pada pemberian vaksin campak dari virus yang dimatikan. Reaksi tersebut antara lain demam lebih dari 39,50C pada hari ke -5-6 sesudah imunisasi. Demam berlangsung selama dua hari dan dapat merangsang terjadinya kejang demam, ruam pada hari ke -7-10 selama 2-4 hari, serta gangguan saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi.4

6. Pentabio Vaksin DTP-HB-Hib

Pentabio adalah Vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus influenzae tipe b) berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid tetanus dan difter-i murni, bakter-i pertusis (batuk rejan) inaktif,antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophilus influenzae tipe b tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. HBsAg diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Vaksin dijerap pada aluminium fosfat. Thimerosal digunakan sebagai pengawet. Polisakarida berasal dari bakteri Hib yang ditumbuhkan pada media tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian tahap ultrafiltrasi. Potensi vaksin per dosis tidak kurang dari 4 IU untuk pertusis, 30 IU untuk difteri, 60 IU untuk tetanus (ditentukan pada mencit) atau 40 IU (ditentukan pada guinea pig), 10 mcg _HBsAg dan 10 mcg Hib.6a. KomposisiTiap dosis (0,5 mL) mengandung.61. Zat aktif Toksoid Difteri murni 20 Lf (k. 30 IU) Toksoid Tetanus murni 5 Lf 60 IU) B. pertussis inaktif 12 OU (k 4 IU) HBsAg 10 mcg Konjugat Hib 10 mcg

2. Zat tambahan sebagai aluminium fosfat 0,33 mg Thimerosal 0,025 mgb. Indikasi

Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan.6c. Cara kerja obat

Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difter-i, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan Haemophilus influenza tipe b.6d. Cara pemberian

Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular. Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas. Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka saraf siatik dan tidak dianjurkan. Suntikan tidak boleh diberikan ke dalam kulit karena dapat meningkatkan reaksi lokal. Satu dosis anak adalah 0,5 mL.6e. Jadwal imunisasi

Pentabio (Vaksin DTP-HB-Hib) TIDAK BOLEH digunakan pada bayi yang baru lahir. Di negara-negara dimana pertusis menjadi bahaya tertentu pada bayi, vaksin ini harus dimulai secepat mungkin dengan dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dua dosis berikutnya diberikan dengan jarak waktu 4 minggu.6

Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV),yellow fever dan suplemen vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada lokasi yang berlainan. Vaksin ini tidak boleh dicampur dalam satu vial atau syringe dengan vaksin lain.6f. Efek samping

Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda secara bermakna dengan vaksin DTP, Hepatitis B dan Hib yang diberikan secara terpisah. Untuk DTP, reaksi lokal dan sistemik ringan umum terjadi. Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian. Episode hypotonic-hyporesponsive pernah dilaporkan. Kejang demam telah dilaporkan dengan angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pember-ian. Pemberian asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya demam. Studi yang dilakukan oleh sejumlah kelompok termasuk United States institute of Medicine, The Advisory Committee on Immunization Practices, dan asosiasi dokter spesialis anak di Australia, Canada, Inggris dan Amerika, menyimpulkan bahwa data tidak menunjukkan adanya hubungan kausal antara DTP, dan disfungsi sistem saraf kronis pada anak. Oleh karenanya, tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak permanen pada anak.6

Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik. Dalam studi menggunakan plasebo sebagai kontrol, selain nyeri lokal, dilaporkan kejadian seperti myalgia dan demam r-ingan tidak lebih sering dibandingkan dengan kelompok plasebo. Laporan mengenai reaksi anafilaksis berat sangat jarang. Data yang ada tidak menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B dan sindroma atau kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis multipel , dan juga tidak ada data epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal antara vaksinasi hepatitis B dan sindroma fatigue kronis, artritis, kelainan autoimun, asthma, sindroma kematian mendadak pada bayi, atau diabetes.6

Vaksin Hib ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi dalam 24 jam setelah vaksinasi dimana penerma vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi penyuntikkan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara. Pada umumnya, akan sembuh dengan sendir-inya dalam dua atau tiga hari, dan tidak memedukan tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistemik ringan, termasuk demam, jarang terjadi setelah penyuntikkan vaksin Hib. Reaksi berat lainnya sangat jarang; hubungan kausalitas antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah ditegakkan.6g. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya merupakan kontraindikasi absolut terhadap dosis berikutnya. Terdapat beberapa kontraindikasi terhadap dosis pertama DTP ; kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh diber-ikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai pengganti DTP, vaksin Hepatitis B dan Hib diber-ikan secara terpisah. Vaksin tidak akan membahayakan individu yang sedang atau sebelumnya telah terinfeksi virus hepatitis B.6h. Defisiensi sistem kekebalan

Individu yang terinfeksi human-immunodeficiency virus (HIV), baik asimtomatis maupun simtomatis, harus diimunisasi dengan vaksin kombinasi menurut jadwal standar.6i. Peringatan dan perhatian.6 Vial vaksin harus dikocoksebelum digunakan untuk menghomogenkan suspensi. Gunakan alat suntik steril untuksetiap kali penyuntikan. Vaksin ini tidak boleh dicampur dalam satu vial atau syringe dengan vaksin lain. Sebelum vaksin digunakan, informasi pada gambar Vaccine Vial Monitor (VVM) harus diikuti.j. Penyimpanan

Vaksin DTP-HB-Hib harus disimpan dan ditransportasikan pada suhu antara +2C dan .8C. Vaksin DTP-HB-HIb TIDAK BOLEH DIBEKUKAN.6Vaksin dari kemasan vial dosis ganda yang sudah diambil satu dosis atau lebih dalam satu sesi imunisasi, dapat digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya selama maksimal sampai 4 minggu, jika kondisi ber-ikut terpenuhi (sebagaimana tercantum dalam kebijakan WHO The use of opened multi dose vials in subsequent immunization sessions. WHOIVEr13/00.09):6 Tidak melewati batas kadaluarsa Vaksin disimpan dalam kondisi rantai dingin yang tepat Tutup vial vaksin tidak terendam air Semua dosis diambil secara aseptis Jika terdapat Vaccine Wal Monitor (WM), tidak mencapai discard point k. Kemasan.6

Dus @ 10 vial @ 0,5 mL ( 1 dosis) ; Reg. No. DKL1302906943A1 Dus @ 10 vial @ 2,5 mL ( 5 dosis) ; Fteg. No. : DKL1302906943A1 Dus @ 10 vial @ 5 mL (10 dosis) ; Reg. No. DKL1302906943A1 GBR. VACCINE VIAL MONITOR Vaccine Vial Monitor (VVM) merupakan bagian dari etiket Pentabio (Vaksin DTP-HB-Hib) berbentuk noktah berwarna, yang sensitif terhadap suhu (time temperature sensitive) dan berfungsi sebagai indikator adanya akumulasi paparan panas yang dialami oleh vial (valcsin). Hal tersebut merupakan petunjuk bagi pemakai apakah vaksin masih dapat digunakan atau tidak. Pembacaan VVM mudah. Pusatkan pada kotak yang berada di tengah lingkaran. Warnanya akan berubah secara bertahap. Setama warna kotak tersebut lebih muda daripada bagian lingkaran maka vaksin masih bisa digunakan. Jika warna kotak tersebut sama atau lebih gelap dari pada bagian lingkaran, maka vaksin harus segera dibuang. Harus Dengan Resep DokterD. MACAM-MACAM IMUNISASI TAMBAHAN1. Haemophilus Influenza Tipe B (Hib)

Vaksin Hib dibuat dari kapsul polyribosyribitol phosphate (PRP). Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi di indonesia, yaitu PRP-T dan PRP-OMP) PRP membrane protein complex. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi Hib yang sering menyebabkan meningitis, pneumonia, selulitis, artitis dan epiglotisJadwal imunisasi vaksin PRP-T diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan. Vaksin Hib dapat diberikan bersamaan dengan DTwP atau DtaP dalam bentuk vaksin kombinasi, yaitu DTwP / Hib atau DtaP Hib yang berisi kombinasi vaksin PRP-T dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml.1

Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml, diberikan melalui injeksi intramuskuler. Vaksin PRP-T atau PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan. Apabila anak datang usia 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu kali saja Hal-hal yang berkaitan dengan vaksin Hib.2 :

Vaksin ini merupakan vaksin berisi kuman dimatikan dan dibuat hanya dari sebagian kuman Haemophilus influenza b.

Pemberian imunisasi Hib.2 :

Anak sebaiknya mendapatkan 3-4 kali dosis vaksin ini, tergantung

dari produsen pembuat vaksin yang digunakan oleh dokter.

Dosis penguat diberikan pada usia antara 12-15 bulan

Anak yang telah berusia 5tahun atau lebih tidak perlu diimunisasi dengan vaksin Hib.

Vaksin Hib dapat dikombinasikan dengan vaksin Dtap atau dengan vaksin DTap atau dengan vaksin hepatitis B.

Vaksin ini bekerja sama baiknya dan sama amannya dengan vaksin yang diberikan secara terpisah.

Efek pemberian imunisasi Hib.2 :

Hib merupakan imunisasi yang sangat aman

Vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit atau meningitis akibat Hib dan biasannya tidak menyebabkan efek samping serius.

Sebagian kecil anak yang mendapatkan imunisasi ini akan mengalami kemerahan, bengkak pada lokasi suntikan atau demam.

Reaksi ini biasannya timbul dalam 24 jam pertama setelah suntikan atau demam.

Reaksi ini biasannya timbul dalam 24 jam pertama setelah suntikan dan akan menghilang dalam 2-3 hari.

Bayi yang berusia kurang dari 4 minggu sebaiknya tidak diberikan imunisasi karena daya imunitas yang ditimbulkan masih belum baik.

2. Imunisasi pneumococcal conjugata vaccine (PCV)

PCV (pneumococcal conjugata vaccine) atau vaksin pneumokokus adalah vaksin yang berfungsi untuk mengurangi mortalitas akibat penyakit pneumokokus invasif (invasive pneumococcal disease/IPD) yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (Streptococus pneumoniae). Infeksi bakteri ini dapat menyerang berbagai bagian tubuh, misalnya ke aliran darah (dikenal dengan bakteremia), otak (dikenal dengan maningitis), paru-paru (menyebabkan pneumonia), dan telinga (menyebabkan otitis media).4Pneumokokus sangat mudah menular. Biasanya penularannya melalui tetesan lendir atau ludah seperti bersin dan batuk. Oleh karena itu, orang beresiko tertular jika ada kontak langsung dengan penderita.4Vaksin PCV yang tersedia saat ini untuk bayi dan anak dibawah 2 tahun adalah Prevenar-7 (hanya mengandung 7 antigen/PCV-7), prevnar 13 (mengandung 13 antigen/PVC-13), dan Synflorix (mengandung 10 antigen/PVC-10).4PVC diberikan pada usia 2 (dosis I), 4 (dosis II), 6 (dosis III), 12-15 bulan (dosis IV). Jika bayi baru diberi imunisasi pada usia 7-12 bulan, vaksin diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan, pada usia > 1 tahun diberikan 1 kali, tetapi keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada usia > 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Jika anak diberi imunisasi pada usia diatas 2 tahun, PCV cukup diberikan satu kali. Dosis yang diberikan adalah 0,5 mL secara injeksi intramuskular atau subkutan didaerah deltoid atau paha anterolateral.4Kontraindikasi untuk imunisasi PCV adalah jika timbul reaksi anafilaksis setelah pemberian vaksin, usia kurang dari 2 bulan, dalam pengobatan imunosupresan/radiasi kelenjar limfe, kehamilan dan telah mendapatkan vaksin PCV ketika berusia lebih dari 3 tahun.4Reaksi KIPI imunisasi ini adalah nyeri ringan pada daerah suntikan kurang dari 48 jam, demam ringan dan mialgia pada dosis kedua. Reaksi yang kurang biasa mungkin termasuk muntah, kurang napsu makan, dan diare. Reaksi anafilaksis jarang ditemukan.4

3. Rotavirus Imunisasi ritavirus adalah imunisasi yang diberikan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh rotasivirus,yaitu diare.Di indonesia,diare merupakan salah satu penyakit utama pada anak-anak dan merupakan penyebab kematian bayi terbesar.4Berdasarkan rekomendasi IDAI, imunisasi rotavirus diberikan pada bayi sebanyak 3 kali,yaitu pada usia 2,4, dan 6 bulan namun, imunisasi ini juga disesuaikan dengan jenis (merek) vaksin rotavirus yang diberikan. Di indonesia,terdapat 2 merek vaksin rotavirus yang beredar,yaitu Rotavirus (diproduksi oleh Glaxo Smith Kline/GSK) DAN Rotateq (diproduksi oleh MERCK). Rotarix diberikan per oral sebanyak 2 kali,mulai bayi dari usia 6 minggu.dosis kedua diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah dosis pertama sebelum usia bayi 24 minggu.Rotateq juga diberikan per oral sebanyak 3 kali.Dosis pertamadiberikan ketika bayi berusia 6-12 bulan.Dosis kedua dan ketigadiberikan dengan bayi interval 4-10 minggu.Semua dosis ini diberikan pada bayi sebelum usia 32 minggu.4Iminisasi rotavirus tidak boleh diberikan pada bayi yang alergi dengan komponen pada vaksin, menderita intussusepsi (kondisi sebagai usus terlipat sehingga masuk ke lubang usus dan menyebabkan sumbatan pada usus), menderita kelainan bawaan pada saluran cerna yang meningkat risiko terjadinya intussusepsi, menderita penyakit imuno-defisiensi,atau dalam kondisi respon imun (seperti menderita kanker HIV, dan meminum obat imunosupresan).4KIPI yang ditemukan pada imunisasi Rotarix mencangkup mudah marah,pilik,muntah penurunan napsu makan, dan demam.4

4. Influenza

Imunisasi Influenza adalah imunisasi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit influenza dan menghindarkan anak dari mengalami komplikasi yang lebih berat jika suatu saat mengalami flu, misalnya pneumonia. Imunisasi ini dianjurkan karena penyakit flu merupakan salah satu penyakit yang sering menjangkit anak-anak.4Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza virus) . Terdapat dua macam vaksin, yaitu whole-virus dan split-virus vaccine. Untuk anak-anak dianjurkan jenis split virus vaccine karena tidak menyebabkan demam tinggi. Vaksin ini dianjurkan diberikan secara teratur pada kelompok risiko tinggi, antaralain pasien asma dan kistik fibrosis, anak dengan penyakit jantung, dalam pengobatan imunosupresan, terinfeksi HIV, sickle cell anemia, penyakit ginjal kronis, penyakit metabolik kronis (diabetes ), penyakit yang membutuhkan obat aspirin jangka panjangVaksin biasannya diberikan sebelum musim penyakit influenza datang. Pada individu yang pernah terpajan vaksin diberikan satu kali dengan dosis tunggal. Pada anak atau dewasa dengan gangguan fungsi imun, diberikan dua dosis dengan jarak interal minimal 4 minggu. Vaksin diberikan pada anak usia 9 tahun keatas. Anak usia 6 bulan sampai 9 tahun bila mendapatkan vaksin pertama kali harus diberikan dosis dua kali berturut-turut dengan jarak 1 bulanKontra indikasi vaksin influenza, antaralain hipersensitif anafilaksis terhadap vaksin influenza sebelumnya, hipersensitif telur, demam akut sedang atau berat, ibu hamil dan ibu menyusui. Reaksi KIPI dari vaksin ini, antaralain nyeri lokal, eritema dan indurasi di tempat penyuntikan,demam,lemas,mialgia ( flu-like symproms ) setelah 6-12 jam paska imunisasi selama 1-2 hari5. Meales, Mumps, Rubella (MMR)

Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi, bertujuan untuk mecegah penyakit campak, gondongan dan rubella. Vaksin MMR merupakan vaksin kering, mengandung vaksin hidup. Vaksin harus di simpan pada suhu 2- 8 C atau lebih dan terlindungi dari sinar matahari. Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 jam setelah dilarutkan dan diletakkan pada tempat sejuk, terlindung dari cahaya untuk menjaga vaksin tetap stabil dan tidak kehilangan potensinya. Vaksin kehilangan potensi pada suhu 22-25(CDosis pemberian adalah satu kali 0,5 ml secara intramuskular atau subkutan. Vaksin diberikan pada umur 15-18 bulan untuk menghasilkan serokonversi terhadap ketiga virus tersebut. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah imunisasi yang lain. Apabila anak telah mendapatkan imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan, maka imunisasi campak-2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Vaksin ulang diberikan diberikan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun sebelum pubertasVaksin harus diberikan, meskipun ada riwayat infeksi campak,gondongan,rubella atau imunisasi campak. imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 bulan, serta beberapa indikasi berikut ini : anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan jantung/ ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom Down, infeksi HIV, anak diatas 1 tahun di tempat penitipan anak (TPA) / kelompok bermain dan anak di lembaga cacat mental. anak dengan riwayat kejang atau riwayat keluarga pernah kejang harus diberikan imunisasi ini.1Kontra indikasi imunisasi ini antara lain keganasan yang tidak diobati,gangguan imunitas, alergi berat, demam akut, sedang mendapat vaksin hidup lain seperti BCG, kehamilan, dalam 3 bulan setelah tranfusi darah atau pemberian immunoglobulin, defisiensi imun termasuk HIV dan setelah suntikan immunoglobulin.1Reaksi KIPI dari vaksin MMR, antara lain reaksi sistemik seperti malaise,ruam,demam,kejang demam dalam 6-11 hari, ensefalitis, pembengkakan kelenjar parotitis, meningoensefalitis dan trombositopeni.1

6. Tifoid

Imunisasi Tifoid adalah imunisasi yang bertujuan member kekebalan pada tubuh terhadap penyakit demam tifoid. demam tifoid (atau lebih dikenal dengan tifus) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi atau salmonella typhosa dan menyerang system pencernaan. penyakit ini menular melalui jalur oral fekal (melalui makanan atau tinja). Gejala untuk demam tifoid tidak khas dan bervariasi dari mulai gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Gambaran klinis penyakit ini berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus (misalnya obstipasi,diare,mual,muntah,dan kembung), serta gangguan pada susunan saraf pusat (misalnya delirium, apatis, dan bahkan sampai koma).4a. Uraian singkat.2 :

Demam tifoid merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi.

Penyakit ini menyebabkan demam tinggi, lemas, sakit perut, sakit kepala, kurang nafsu makan dan bercak kemerahan.

Jika tidak diobati dapat menyebabkan kematian pada 30% penderita.

Pada umumnya penyakit ini menular melalui makanan atau air liur yang terkontaminasi.

Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi.b. Pemberian imunisasi tifoid.2 : Imunisasi suntikan dapat diberikan pada anak berusia 2 tahun atau lebih. (satu dosis dapat diberikan setiap 2-3 tahun). Imunisasi oral dapat diberikan pada saat anak berusia 6 tahun atau lebih.

Diberikan 4 dosis dengan jarak setiap 2 hari.

Dapat diulang tiap 5 tahun.

c. Reaksi imunisasi tifoid.2 : Reaksi vaksin tifoid suntikan : dapat timbul reaksi ringan seperti demam, sakit kepala, kemerahan dan nyeri pada tempat suntikan. Reaksi vaksin tifoid oral :

Dapat timbul demam, sakit kepala, mual muntah.

Vaksin tifoid oral agar jangan di berikan bersama dengan antibiotika.

Beri jarak waktu lebih dari 24 jam dengan antibiotika terakhir. 7. Imunisasi Hepatitis A

Imunisasi hepatitis A adalah imunisasi yang bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit hepatitis A. Hepatitis A dikenal juga sebagai penyakit kuning (jaundice atau ikterus). Gejala klinis penyakit mirip dengan gejala flu, yaitu mual, demam dan pusing yang terus menerus. Selain itu, gejala penyakit ini juga mencakup air seni kemerahan, bagian bola mata yang berwarna putih menjadi kekuningan dan perut sebelah kanan atas terasa sakit. Namun, pada anak-anak tidak timbul gejala yang mencolok, hanya demam tiba-tiba dan hilang nafsu makan. Hepatitis A terkadang timbul bersama penyakit lain seperti leptospirosis, sifilis, tuberkolosis, tokoplasmosis, dan amoebiasis.4Beberapa contoh vaksin hepatitis A telah beredar adalah Havrix (Glaxo Smith Kline), Avaxim dengan dosis 360 U,vaksin diberikan sebanyak 3 kali. Dosis pertama dan dosis kedua diberikan dengan interval 4 minggu. Sementara itu, dosis ketiga diberikan untuk memberikan perlindungan jangka panjang (10 tahun) dengan jarak 6 bulan setelah dosis pertama. Jika menggunakan Havrix dengan dosis 720 U, imunisasi cukup diberikan adalah 0,5 mL (160 U). Dosis ulangan diberikan 6 bulan berikutnya. Jika menggunakan vaksin vaqta, vaksin diberikan sebanyak 2 kali, dengan vaksin kedua diberikan 6-18 bulan setelah suntikan pertama. Ketiga vaksin tersebut diberikan secara injeksi intramuscular di daerah deltoid dan diberikan saat usia diatas 2 tahun. Imunisasi hepatitis A dapat juga dilakukan dalam bentuk kombinasi ini terdapat dalam kemasan prefilled syringe 0,5 mL dan diberikan secara injeksi intramuscular. Efek samping dari vaksin hepatitis A sangat jarang. Reaksi lokasi ringan merupakan reaksi tersering dan demam pada 4% resipien.4Pemberian imunisasi hepatitis A.2 :

a. Imunisasi Hepatitis A dapat mencegah penyakit ini dan sangat di anjurkan bagi anak berusia 12 bulan atau lebih terutama di daerah endemis.

b. Di peroleh 2 dosis untuk dapat memberikan kekebalan seumur hidup. Dosis ini di berikan dengan jarak waktu minimal 6 bulan.

8. Imunisasi varisela

Varisela merupakan imunisasi yang dilakukan agar tubuh memiliki kekebalan terhadap penyakit varisela atu cacar air. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella zoster dan member dampak yang lebih berat pada orang dewasa daripada anak-anak. Apabila dialami pada saat hamil, virus ini dapat menyebabkan sindrom varisela congenital dengan angka kematian tinggi.4

Gejala cacar air baru timbul 10-21 hari setelah terinfeksi. Gejala awal yang timbul adalah sakit kepala, demam sedang dan rasa tidak enak badan disertai dengan menurunnya napsu makan. Sekitar 24-36 jam seetelah gejal awal, timbul bintik-bintik merah datar yang disebut makula. Bintik tersebut kemudian menonjol dan disebut papula. Tonjolan ini membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, hingga akhirnya mengering.4

Vaksin cacar air mengandung virus hidup varicella zoster galur OKA yang tidak berbahaya, sedikit antibiotic dan neomisin. IDAI merekomendasikan imunisasi varisela diberikan pada anak usia 10-12 tahun yang belum terpajan cacar air. Vaksin diberikan satu kali dengan dosis 0,5 mL melalui injeksi subkutan. Untuk anak yang berusia 13 tahun ke atas dewasa, vaksin diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu.4

kontraindikasi untuk vaksin ini antara lain demam tinggi, hitung leukosit (1.200 L, defisiensi imun selular, dalam terapi kortikosteroid dosis tinggi (2 mg/kgBB/hari atau lebih), serta alergi neomisin. Reaksi KIPI pada vaksin ini antara lain adalah reaksi local berupa demam dan ruam papula-vaskula ringan.4

Hal hal yang berkaitan dengan vaksin Varicella.2 :

1. Vaksin varicella merupakan vaksin yang berisi virus hidup.

2. Vaksin ini di berikan di Jepang selama 20 tahun.

3. Di Amerika Serikat, vaksin ini digunakan dari tahun 1995.

4. Vaksin ini dapat mencegah cacar air 70% sampai 90% dan dapat mencegah penyakit berat sampai lebih dari 95%.

5. Vaksin ini diharapkan dapat memberikan imunitas seumur hidup.

6. Sekitar 1% - 2% anak yang mendapatkan imunisasi ini tetap menderita cacar air, tetapi biasanya gejalanya sangat ringan. Pemberian vaksin varicella .2 :

1. Satu dosis vaksin varicella di rokumendasikan untuk anak berusia 12-18 bulan.

2. Anak yang tidak mendapatkan vaksin ini dapat diberikan satu dosis sampai ketika berusia 13 tahun. Usia di atas itu harus diberikan 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu terpisah.

3. Anak yang pernah sakit cacar tidak perlu diberikan imunisasi ini.

Reaksi pemberian varicella.2 :

1. Varicella merupakan vaksin yang sangat aman.2. Pada beberapa anak dapat timbul bengkak dan kemerahan pada lokasi suntikan.

3. Juga dapat timbul bercak kemerahan dalam 1-3 minggu setelah imunisasi.

4. Kejadian kejang demam juga pernah dilaporkan setelah imunisasi, namun sangat jarang.

5. Anak yang diketahui alergi terhadap gelatin atau neomisin (antibiotik) jangan diberikan vaksin ini.

6. Anak dengan efeisiensi imun seperti kanker atau HIV harus di evaluasi oleh dokter terlebih dahulu sebelum diberikan imunisasi ini.9. Human Papilloma Virus (HPV)

Imunisasi HPV merupakan imunisasi yang ditujukan untuk memberi tubuh kekebalan terhhadap penyakit yang ditunjukan untuk memberi tubuh kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh HPV. HPV merupakan papilomavirus yang menyerang lapisan epidermis kulit dan lapisan mukosa manusia. Pada perempuan , HPV dapat menyebabkan kanker serveks,vulva,vagina,dan anus. Pada laki-laki, HPV dapat menyebabkan kanker di penis dan anus.4Vaksin HPV direkomendasikan diberikan pada perempuan berusia 9-26 tahun dan laki-laki berusia 13-21 tahun.Vaksin HPV yang tersedia saat ini adalah Gardasil (dapat diberikan untuk laki-laki dan perempuan) dan Cervarix (hanya diberikan untuk perempuan). Vaksin ini dibuat dari protein kulit luar HPV. Untuk iminisasi,vaksin HPV diberikan sebanyak 3 kali.Interval antara dosis pertama dan kedua adalah 1-2 bulan.Interval antara dosis kedua dan ketiga adalah 6 bulan.4Vaksin HPV tidak boleh doberikan pada orang yang memiliki riwayat alergi berat terhadap komponen vaksin HPV. Wanita yang sedang hamil,dan orang yang dalam kondisi tidak sehat.Efek samping yang dapat timbul akibat vaksin ini adalah reaksi lokal pada daerah penyuntikan (terasa sakit,merah,dan bengkak), demam ringan,sakit kepala,pingsan (terasa sakit, merah,dan bengkak), demam rinagn,sakit kepala,pingsan (sangat jarang terjadi),dan sulit bernapas (sangat jarang terjadi).4

E. JADWAL IMUNISASI a. Menurut IDAI

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan jadwal imunisasi terbaru. Jadwal ini menggantikan jadwal imunisasi 2011. Jadwal imunisasi terbaru ini berlaku mulai 1 januari 2014.5

b. Menurut DEPKES

Tabel jadwal pemberian imunisasi dasar menurut depkes.7Umur Jenis

0-7 hariHepatitis B0

1 bulanBCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulanDPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4

9 bulanCampak

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa,imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu sehingga tidak terserang penyakittersebut dan apabila terserang penyakit tersebut tidak berakibat fatal.

Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racum kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekbalan tubuh seseorang.

Adapun macam-macam imunisasi dasar yaitu terdiri dari :

1. Imunisasi hepatitis B

2. Polio

3. Bacillus Celmette-Guerin (BCG)4. DPT (difteri, pertusis, tetanus)

5. Campak

Dan imunisasi tambahan terdiri dari :

1. Haemophilus Influenza Tipe B (Hib)2. Imunisasi PCV (pneumococcal conjugata vaccine)3. Rotavirus 4. Influenza 5. Meales, Mumpa, Rubella (MMR)6. Tifoid

7. Imunisasi hepatitis A

8. Imunisasi varisela

9. Human Papilloma Virus (HPV)

Dengan adanya makalah ini juga dapat diketahui penyakit-penyakit yang dapat di vaksinasi, cara pemberiannya serta cara penyimpanannya. Dengan adanya imunisasi, anak terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.EVALUASI

1. Proses imunisasi ialah ....

a. memasukkan vaksin atau serum kedalam tubuh manusia, melalui oral atau suntikanb. memasukkan vaksin atau serum kedalam jaringan manusia, melalui oral atau suntikanc. memasukkan vitamin kedalam tubuh manusia, melalui oral atau suntikand. memasukkan obat kedalam tubuh manusia, melalui oral atau suntikan2. Secara umum, imunisasi dapat dibagi menjadi dua jnis, yaitu .....a. imunisasi dasar dan imunisasi rujukan.b. imunisasi aktif dan imunisasi pasif.c. imunisasi polio dan imunisasi campak.d. imunisasi vaksin dan imunisasi vitamin.3. Tujuan pemberian imunisasi ialah .....

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, bila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah.

b. Untuk dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematianc. Untuk mencegah epidemic pada geerasi yang akan datang.d. A dan B benar

4. Contoh vaksin dari bakteri hidup adalah .....

a. Rubella dan rotavirus

b. vaksin polio oral dan campakc. gondokand. vaksin BCG dan tifoid oral

5. Contoh vaksin dari virus hidup adalah, kecuali ......

a. polio oral, campakb. gondokanc. demam kuningd. vaksin BCG dan tifoid oral6. Rantai vaksin atau cold chain adalah .....

a. pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) untuk merangsang pembentukan antibody spesifik dan memori terhadap antigen ini sehingga ketika terpapar lagi, tubuh dapat mengenali dan meresponnyab. proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian imunoglobin, yaitu zat yang dihasilakan melalui proses infeksi yang berasal dari plasma manusiac. seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolah vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan

d. proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian imunoglobin, yaitu zat yang dihasilakan melalui proses infeksi yang berasal dari plasma manusia7. Macam-macam imunisasi dasar adalah, kecuali .....

a. Hepatitis B

b. PCV

c. Polio

d. DPT

8. hepatitis B disebabkan oleh virus yang akan mempengaruhi ....

a. kerja jantung

b. lambung

c. hati (liver)

d. ginjal

9. terdapat berapa serotype pada virus polio .....

a. tipe 1 (PV1) dan tipe 2 (PV2)

b. tipe 1 (PV1), tipe 2 (PV2) dan tipe 3 (PV3)

c. tipe 1 (PV1), tipe 2 (PV2), tipe 3 (PV3), dan tipe 4 (PV4)

d. tipe 1 (PV1), tipe 2 (PV2), tipe 3 (PV3), tipe 4 (PV4) dan tipe 5 (PV5)

10. vaksin hidup dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan basil yang tidak virulen, tetapi masih memiliki imunogenitas merupakan definisi dari .....

a. campak

b. DPT

c. Polio

d. BCG11. Terdapat tiga jenis kemasan vaksin yang berhubungan dengan imunisasi untuk penyakit difteri, pertusis, dan tetanus, yaitu kecuali .....

a. Dtap (DPT dengan komponen acelluler pertusis)b. DTwp (DTP dengan whole cell pertusis )c. TT (DPT dengan komponen acelluler pertusis)

d. DT ( difteri dan tetanus )12. Cara pemberian dan dosis pada vaksin DPT adalah ....

a. diberikan dua kali sejak usia 2 tahun dengan interval 4-6 minggub. diberikan tiga kali sejak usia 4 tahun dengan interval 4-5 mingguc. diberikan tiga kali sejak usia 2 tahun dengan interval 4-6 minggu

d. diberikan tiga kali sejak usia 2 tahun dengan interval 2-4 minggu13. Imunisasi campak tidak dianjurkan dalam kondisi, kecuali ....

a. Sedang menerima terapi imunosupresi jangka panjang

b. Demam tinggi

c. Anak dengan imunodefisiensi primer

d. Batuk hingga berkepanjangan14. vaksin yang berfungsi untuk mengurangi mortalitas akibat penyakit pneumokokus invasif (invasive pneumococcal disease/IPD) yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (Streptococus pneumoniae) merupakan definisi dari ....

a. Hib

b. PCV

c. Rotavirus

d. Influensa

15. Vaksin HPV tidak boleh diberikan pada orang yang memiliki riwayat alergi berat terhadap komponen vaksin HPV, seperti .....

a. Pada penderita asma dan jantung

b. Wanita yang sedang hamil,dan orang yang dalam kondisi tidak sehat

c. Wanita yang menderita kanker serviks

d. Penderita HIV

16. Hepatitis A dikenal juga sebagai penyakit ...a. Gagal ginjalb. Jantung kronisc. penyakit kuning

d. bronkhitis17. Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi, bertujuan untuk mecegah penyakit ....

a. yang disebabkan oleh rotasivirus,yaitu diareb. untuk mengurangi mortalitas akibat penyakit pneumokokus invasif (invasive pneumococcal disease/IPD) yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (Streptococus pneumoniae)c. penyakit campak, gondongan dan rubella

d. seperti bersin dan batuk18. Kontra indikasi vaksin influenza, antaralain kecuali .....

a. hipersensitif anafilaksis terhadap vaksin influenza sebelumnyab. hipersensitif telur, demam akut sedang atau beratc. ibu hamil dan ibu menyusuid. pilek,muntah penurunan napsu makan, dan demam19. Pada vaksin Pentabio merupakan kombinasi dari vaksin .a. DTP, HB, dan polio

b. HB, campak, dan Hib

c. DTP, HB, dan Hib

d. Hib, campak, dan DTP20. Dibawah ini merupakan zat aktif pada vaksin Pentabio, kecuali .

a. Toksoid Difteri murni 20 Lf (k. 30 IU)b. HBsAg 10 mcgc. B. pertussis inaktif 12 OU (k 4 IU)d. sebagai aluminium fosfat 0,33 mg