Upload
vophuc
View
317
Download
3
Embed Size (px)
i
IDENTIFIKASI Salmonella sp PADA DAGING AYAM
BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
ALPIAN DARMAWAN
O11113004
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
IDENTIFIKASI Salmonella sp PADA DAGING AYAM BROILER DI
PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR
ALPIAN DARMAWAN
O111 13 004
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Program Studi Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
iv
v
ABSTRAK
ALPIAN DARMAWAN.Identifikasi Salmonella sp Pada Daging Ayam Broiler
Di Pasar Tradisional Kota Makassar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Drh. Lucia
Muslimin, M.Sc dan Drh. Sitti Arifah M.Si
Daging ayam merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Produksi ayam
broiler tahun 2015 diperkirakan sebesar 1,63 juta ton, meningkat sebanyak 8.272
ton (5,36%) dibandingkan tahun 2014. Salmonella sp adalah bakteri Gram
negatif yang bergerak (motil) dengan menggunakan flagella, bersifat anaerob
fakultatif, berbentuk basil, dan tidak berspora. Penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi Salmonella sp pada daging ayam broiler di
beberapa pasar tradisional kota Makassar. Sampel yang digunakan berjumlah 24
sampel yang diambil dari 6 lokasi pasar yang berbeda yaitu Pasar Daya
(Kecamatan Biringkanaya), Pasar Antang (Kecamatan Manggala), Pasar Terong
(Kecamatan Bontoala), Pasar Pabbaeng baeng (Kecamatan Tamalate), Pasar
Sambung Jawa (Kecamatan Mariso), dan Pasar Bacan (Kecamatan Wajo) Kota
Makassar. Isolasi bakteri dilakukan dengan menggunakan media selektif yaitu
Bismuth Sulfite Agar (BSA) dan Salmonella Shigella Agar (SSA), Pewarnaan
Gram, dan Uji Biokimia yang meliputi Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar), IMViC
(Indole, Methyl Red, Voges Proskauer, Citrat) dan Uji Urease. Hasil penelitian ini
menunjukkan dari 24 sampel yang diidentifikasi, ditemukan 3 sampel (12.5 %)
positif tercemar bakteri Salmonella sp.
Kata Kunci : Salmonella sp, Daging ayam broiler, Kota Makassar
vi
ABSTRACT
ALPIAN DARMAWAN. Identification of Salmonella sp. on broiler's meat in
traditional market of Makassar. Supervised by Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin,
M.Sc and Drh. Sitti Arifah M.Si
Chicken meat is a source of protein that is very important to improve
human resources quality. In 2015, production of broilers was estimated at 1.63
million tonnes which is an increase of 8.272 tonnes (5.36%) compared to 2014.
Salmonella sp. is a Gram-negative bacterium that moves (motile) by using
flagella, anaerobic facultative, basil-shaped, and non-spore. This research aims to
isolate and to identify Salmonella sp. on broiler's meat in several traditional
markets of Makassar. 24 samples were taken from 6 different markets that are
Daya Market (Biringkanaya subdistrict), Antang Market (Manggala subdistrict),
Terong Market (Bontoala subdistrict), Pabbaeng-baeng Market (Tamalate
subdistrict), Sambung Jawa Market (Mariso subdistrict), and Bacan Market (Wajo
subdistrict) in Makassar. Bacterium isolation was conducted by using selective
media that are Bismuth Sulfite Agar (BSA), Salmonella Shigella Agar (SSA),
Gram staining, and Biochemical test which include TSIA (Triple Sugar Iron
Agar), IMViC (Indole, Methyl Red, Voges Proskauer, Citrat) and Urease tests.
The result of the research showed that 3 (12.5%) positive samples of Salmonella
sp. bacterium were found from 24 samples.
Keywords : Salmonella sp, Broiler’s meat, Makassar
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmatnya yang tiada hentinya
kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat dan akal tersebutlah kita dituntut
untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari
perintah-Nya.
Shalawat serta salam penulis peruntuhkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawah kita dari alam yang gelap gulita menuju
alam yang terang menderang, serta kepada keluarga dan sahabat-sahabtnya.
Alhamdulillah,penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Identifikasi Salmonella sp pada Daging Ayam Broiler di Pasar Tradisional Kota
Makassar”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terimakasih atas
bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis selamapenelitian dan
penyusunan skripsi kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Muh. Darwis dan Ibunda Hj.
Pittirisang yang telah mendoakan, merawat, mendidik, memberikan
motivasi yang sangat luar biasa serta kasih sayang yang tiada hentinya
yang berlebih terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama
penulis melakukan penelitian ini.
2. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. Bs selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
3. Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc selaku pembimbing I dan
selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, arahan dan nasihat yang sangat berarti
kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Drh.Siti Arifah M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran selama penyusunan dan penelitian yang
sangat berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi
5. Drh. Farida Nur Yuliati M.Si, Drh. Dini Marmansari, dan Dr.
Drh. Muflihanah Muzakkir Said sebagai dosen pembahas dalam
seminar proposal, hasil, dan ujian skripsi yang telah memberikan
masukan-masukan dan penjelasan untuk perbaikan penulisan ini.
6. Saudara-saudara saya, Alfira Damayanti dan Alriadi Tri Putra serta
kakek dan nenek saya yang telah memberikan support kepada penulis.
7. Seluruh staff dosen dan tata usaha Program Studi Kedokteran Hewan
Universitas Hasanuddin, spesial buat ibu Tuti Asrini S.E dan Bapak
Muh. Akram S.H yang telah banyak membantu kelancaran skripsi.
8. Bapak Markus yang senantiasa membimbing dan meluangkan
waktunya.
viii
9. Sahabat terbaik saya dari SMP, SMA sampai sekarang, Abd. Malik,
Muh. Fadhil Fikri, Muh. Alfian Amin, Muh. Rifaldi (Alm) dan juga
FIRST-P yang selalu memberikan semangat kepada penulis sampai
sekarang ini.
10. Kepada teman saya, Sigit Wicaksono, Muh. Fauzih Asjikin, Rusmin
Indra, Kadek Evi DP, Nur Fajrin Syamsir, Nurilmi Rahmiati, Cindy
Trie Permatasari Hosea, Nurul Fadillah Sultan yang telah memberikan
banyak bantuan, dorongan, dan membantu dalam penyusunan skripsi
ini, semoga kita semua menjadi makhluk mulia dunia akhirat,dapat
mengamalkan ilmu yang kita dapat di jalan Allah SWT.
11. Teman seangkatan ‘O-13REV 2013’ yang telah menjadi teman
seperjuangan dari awal masuk menjadi mahasiswa Kedokteran
Hewan,terima kasih penulis ucapkan atas dukungan dan bantuannya.
12. Kepada semua relawan KBP (Komunitas Baca Panrannuang), dan
teman-teman KKN 93, Ringgo, PS, Nuhi, Akash, Lilis, yang selalu
memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi.
13. Kepada senior andalan saya, kak Iqbal, kak wani, kak risna, kak alfi,
kak husnul, yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
14. Dan penghargaan setinggi – tingginya kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan dan
dukungannya.
Semoga dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini dapat menambah
pengetahuan kita semua. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah
dan kesalahan pasti datangnya dari penulis. Karna itu tidak menutup kemungkinan
jika dalam penulisan Skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu,s segala kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan Skripsi
ini dan akan penulis terima dengan senang hati.Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat memberikan wawasan ilmu yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya serta darmabakti penulis kepada almamater tercinta.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, Oktober 2017
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 2
1.5. Hipotesis 2
1.6. Keaslian Penelitian 3
2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Ayam Broiler 4
2.2. Bakteri Salmonella sp 6
2.2.1 Klasifikasi 6
2.2.2 Morfologi 6
2.2.3 Sifat Kimia 7
2.2.4 Salmonellosis 8
2.2.5 Patogenesa 8
2.2.6 Gejala Klinis 8
2.2.7 Kejadian pada Manusia 8
2.2.8 Pengobatan 9
3. METODOLOGI PENELITIAN 10
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 10
3.2. Metode Penelitian 10
3.2.1 Sampel dan Metode Sampling 10
3.2.2 Alat 10
3.2.3 Bahan. 10
3.3. Prosedur Penelitian 11
3.3.1 Pengambilan Sampel 11
3.3.2 Isolasi Bakteri 11
3.3.3 Identifikasi Bakteri 11
3.3.5.1 Pewarnaan Gram 11
3.3.5.2 Uji Biokimia 11
1. Uji Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) 11
2. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) 12
2. Uji Indole 12
4. Uji Urease 13
5. Uji Citrate 13
x
3.4. Analisis Data 14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15
5. PENUTUP 20
5.1 Kesimpuan 20
5.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 35
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Ayam broiler 4
2. Salmonella sp 7
3. A. Media BSA sebelum inkubasi 14
B. Koloni positif pada media BSA setelah inkubasi 14
4. A. Media SSA sebelum diinkubasi 15
B. Koloni positif pada media SSA setelah inkubasi 15
5. Hasil pewarnaan Gram dibawah mikroskop 16
6. Hasil uji biokimia bakteri Salmonella sp 17
7. Kondisi pasar saat pengambilan sampel 19
8. Lampiran dokumentasi penelitian 28
xii
DAFTAR TABEL
1. Kandungan Nutrisi Daging Ayam per 100 gram 5
2. Persyaratan Mutu Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Daging Ayam 6
3. Karakteristik Biokimia Salmonella 7
4. Hasil identifikasi bakteri Salmonella sp pada daging ayam broiler di beberapa
pasar tradisional kota Makassar 13
5. Hasil pengujian pada sampel di pasar Daya 25
6. Hasil pengujian pada sampel di pasar Antang 25
7. Hasil pengujian pada sampel di pasar Terong 26
8. Hasil pengujian pada sampel di pasar Pabbaeng baeng 26
9. Hasil pengujian pada sampel di pasar Sambung jawa 27
10. Hasil pengujian pada sampel di pasar Bacan 27
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging ayam merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian, 2015). Produksi ayam broiler tahun 2015
diperkirakan sebesar 1,63 juta ton, meningkat sebanyak 82,72 juta ton (5,36%)
dibandingkan tahun 2014 (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2015). Berdasarkan
Data Kementrian Pertanian RI, 2015, Produksi ayam broiler di Kota Makassar
cenderung terus meningkat pada tahun 2014 sekitar 50.829 ton/tahun, sedangkan
pada tahun 2015 sekitar 53.664 ton/tahun. Keamanan pangan secara mikrobiologis menjadi perhatian kesehatan
masyarakat yang semakin meningkat di seluruh dunia. Beberapa studi
epidemiologi menunjukkan bahwa pangan asal hewan merupakan media utama
berkaitan dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter,
Salmonella, dan Yersinia spp. (Humphrey 2006). EFSA (2007) melaporkan
wabah foodborne disease di Uni Eropa pada tahun 2005, yaitu 64% wabah
foodborne disease disebabkan oleh Salmonella (3406 dari 5355 wabah
foodborne disease) dan diikuti oleh Campylobacter (9%; 312 dari 5344 wabah
foodborne disease).
Syarat mutu karkas dan daging ayam menurut Dewan Standarisasi
Nasional (1995) menyatakan bahwa Salmonella merupakan bakteri patogen
berbahaya sehingga di dalam produk pangan tidak boleh mengandung Salmonella.
Bakteri tersebut merupakan penyebab infeksi, jika tertelan dan masuk ke dalam
tubuh. Penularan Salmonella sp ke manusia diketahui melalui makanan (80,1%),
air (3,2%), antar individu manusia (6,3%), dan kontak dengan hewan (4,3%).
Khusus untuk penularan melalui makanan, ayam merupakan sumber penularan
yang paling sering dilaporkan yaitu sebesar 37,3% (Lee dan Middleton, 2003).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014, terdapat 21
juta kasus demam tipoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai
200.000 kasus. Di negara berkembang, kasus demam tipoid dilaporkan 95%
adalah rawat jalan. Di Indonesia terdapat 900.000 kasus dengan angka kematian
sekitar 20.000 kasus. Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari
berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan
masyarakat. Permasalahannya semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-
kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai,
sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Angka kesakitan tifoid
di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran
menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000
penduduk (2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun).
Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-
15 tahun.
2
Informasi tentang adanya Salmonella sp. pada produk daging ayam
yang dijual pada Pasar Tradisional di Kota Makassar akan dapat meningkatkan
kewaspadaan masyarakat Makassar dalam membeli dan mengkonsumsi daging
ayam. Berdasarkan dampak yang disebabkan oleh infeksi Salmonella sp.
maka perlu dilakukan penelitian untuk mendeteksi bakteri Salmonella sp.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1. Apakah terdapat cemaran bakteri Salmonella sp pada daging ayam broiler
di beberapa pasar tradisional kota Makassar?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Salmonella sp pada daging ayam
broiler di beberapa pasar tradisional kota Makassar.
.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Pengembangan Ilmu Teori
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
keberadaan Salmonella sp yang terdapat pada daging ayam broiler
dibeberapa pasar tradisional kota Makassar.
1.4.2. Manfaat untuk aplikasi
a. Untuk Peneliti
Melatih kemampuan meneliti dan menjadi acuan bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.
b. Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait
adanya cemaran bakteri Salmonella sp pada daging ayam broiler di
pasar tradisional kota Makassar. Penelitian ini juga diharapkan
sebagai acuan program pencegahan dan pengendalian kasus penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp.
1.5 Hipotesis
Daging ayam broiler yang dipasarkan di beberapa pasar tradisional di kota
Makassar diduga tercemar bakteri Salmonella sp.
3
1.6 Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka penulis, publikasi penelitian mengenai
“Identifikasi bakteri Salmonella sp pada Daging Ayam Broiler di pasar tradisional
kota Makassar” belum pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan
berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Tri Yahya Budiarso dan
Maria Jose Ximenes Belo (2009) dengan judul “Deteksi Cemaran Salmonella sp
pada Daging Ayam yang Dijual di Pasar Tradisional di Wilayah Kota
Yogyakarta”, Dari hasil penelitian tersebut terdeteksi bakteri Salmonella sp
sebesar 20% dari 2 lokasi pasar yaitu pasar Beringharjo dan pasar Kranggan.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
Ayam broiler adalah ayam yang dikhususkan untuk produksi daging
karena pertumbuhannya sangat cepat, dalam kurun waktu 6-7 minggu ayam
akan tumbuh 40-50 kali dari bobot awalnya dan pada minggu-minggu
terakhir, broiler tumbuh sebanyak 50-70 g per hari. Ayam broiler dapat
menghasilkan daging dalam jumlah banyak. Bagian-bagian tubuh ayam
broiler berbeda bentuk satu sama lainnya, bagian punggung lebih banyak
mengandung tulang, bagian paha lebih berotot dan bagian dada lebih empuk serta
sedikit mengandung lemak. Ayam broiler memiliki organ pencernaan berupa
saluran yang berkembang sesuai degan evolusi yang diarahkan untuk terbang.
Ayam broiler tidak memiliki gigi dan tulang rahang (Amrullah, 2003).
Gambar 1. Ayam Broiler (Wiryawan, 2009)
Secara umum bangsa unggas piaraan memiliki empat ordo, yaitu ordo
Anseriformes, Galliformes, Columbiformes, dan Struthioniformes. Ayam (Gallus
domesticus) merupakan spesies keturunan ordo Galliformes dengan genus Gallus
(Tri, 2004).
Taksonomi ayam broiler adalah sebagai berikut (Khalid, 2011) :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
5
Kebutuhan akan protein hewani semakin meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya. Ayam broiler merupakan sumber
protein yang sangat baik dan sangat diminati oleh masyarakat luas karena
kandungan gizi yang terdapat di dalamnya, harga terjangkau dan mudah
didapatkan.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Daging Ayam per 100 gram (Agus, 2003).
No. Kandungan Jumlah
1. Kalori 404 kkal
2. Protein 18.20 g
3. Lemak 25 g
4. Kolesterol 60 mg
5. Vitamin A 243 mcg
6. Vitamin B1 0,80 g
7. Vitamin B2 0,16 mg
8. Kalsium 14 mg
9. Phospor 200 mg
10. Ferum 1,50 mg
Organ saluran pencernaan ayam broiler dimulai dari paruh. Warna
paruh yang kuning menandakan bahwa karkas broiler juga akan berwarna kuning.
Broiler tidak mempunyai langit-langit yang lunak sehingga rongga mulut dan
paring tidak dapat dibedakan dengan jelas. Broiler memiliki sistem perasa
berupa gustative or taste buds untuk mengenali rasa makanannya, namun idera
penciumannya (olfactory system) kurang berkembang (Amrullah, 2003). Sifat
genetik ayam broiler memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat cepat, karena itu produksi yang optimal hanya bisa diwujudkan apabila
ayam memperoleh makanan yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup
banyak (Ichwan, 2003).
Daging ayam yang beredar tentunya memiliki kriteria Aman, Sehat, Utuh,
dan Halal (ASUH). Berikut penjelasan menurut Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan (2010) :
1. Aman, berarti tidak mengandung bahaya biologis, kimia dan fisik yang
dapat menyebabkan penyakit serta menggangu kesehatan manusia.
2. Sehat, berarti memiliki zat-zat yang dibutuhkan dan berguna bagi
kesehatan dan pertumbuhan tubuh.
3. Utuh, berarti tidak di campur dengan bagian lain dari hewan tersebut
atau bagian dari hewan lain.
4. Halal, berarti dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat Islam.
Menurut Bayumitra (2014) kontaminasi oleh mikroorganisme terhadap
daging ayam dapat terjadi sebelum pemotongan dan setelah pemotongan. Selain
itu, transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam rantai penyediaan
bahan pangan asal ternak dan unggas baik transportasi dari peternakan ke tempat
pemotongan, dari rumah pemotongan ke distributor dan industri, maupun dari
distributor ke pengecer atau konsumen juga akan mempengaruhi jumlah
6
mikroorganisme seperti Salmonella merupakan bakteri yang sering mencemari
produk daging ayam.
Tabel 2. Persyaratan Mutu Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada
Daging Ayam Menurut SNI 01/6366/2000
Jenis Cemaran Mikroba Batas Maximum Cemaran Mikroba
ALT (30oC, 72 Jam) 1 x 106 Koloni/g
Koliform 1 x 102 Koloni/g
Escherichia coli 1 x 101 Koloni/g
Salmonella sp Negatif/25g
Staphylococcus aureus 1 x 102 Koloni/g
Campylobacter sp Negatif/25g
2.2 Bakteri Salmonella sp
Pada tahun 1885 bakteri Salmonella pertama kali ditemukan pada tubuh
babi oleh Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis), namun
Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika (Ryan
KJ dan Ray CG, 2004). Bakteri Salmonella sp tumbuh pada suhu dalam
kisaran 7 sampai 47ºC dan pH antara 4,0-9,5. Nilai minimum aw untuk
tumbuh adalah 0,96 dan dapat bertahan dalam waktu yang lama pada bahan
makanan yang mengandung lemak dan mempunyai aw yang rendah. Salmonella
sp. mudah mati dengan cara pemanasan (Tindall, 2005).
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi Salmonella adalah sebagai beriku (Tindall., 2005) :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteria
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella sp
2.2.2 Morfologi
Salmonella sp adalah bakteri Gram negatif yang bergerak (motil)
dengan menggunakan flagella, bersifat anaerob fakultatif, katalase positif dan
oksidase negatif. Terdapat lebih dari 2500 serotypes berbeda yang diketahui dan
tersebar pada hewan terutama unggas dan babi. Salmonella sp juga bersumber
pada lingkungan termasuk air, tanah, serangga dan kotoran hewan (Tindall,
2005).
7
Gambar 2. Bakteri Salmonella sp (Todar, 2008)
Jenis spesies dari Salmonella sp. adalah terdiri dari Salmonella bongori
dan Salmonella enterica. Jenis spesies Salmonella enterica merupakan tipe
Salmonella yang sering dilaporkan sebagai penyebab penyakit Salmonellosis.
Tiga serovar utama dari Salmonella enterica adalah Thypimurium, entridis dan
thypi. Di Amerika Serikat sendiri sekitar 50% kejadian salmonellosis pada
manusia disebabkan diantaranya oleh S. entridis dan S. thypimurium (Pascual
et al., 1999).
2.2.3 Sifat Kimia
Salmonella tidak dapat dibedakan dengan E. coli jika dilihat dengan
mikroskop ataupun dengan menumbuhkannya pada media yang mengandung
nutrien umum. Salmonella dapat tumbuh optimum pada media pertumbuhan yang
sesuai dan memproduksi koloni yang tampak oleh mata dalam jangka waktu 24
jam pada suhu 37°C. Salmonella sensitif terhadap panas dan tidak tahan pada
suhu lebih dari 70°C dan pasteurisasi pada suhu 71,1°C selama 15 menit (Cox et
al, 2000). Salmonella menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon
disaat genus lainnya membutuhkan sumber karbon kompleks sebagai sumber
nutrisinya. Beberapa Salmonella kecuali S. typhi memproduksi gas selama proses
fermentasi. Salmonella mampu mengubah Nitrat menjadi Nitrit dan tidak
membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya (Hanes, 2003).
Tabel 3. Karakteristik Biokimia Salmonella (Bell and Kyriakides, 2003).
Karakteristik Reaksi
Metil Merah
+
Voges-proskauer -
Produksi H2S dari Triple Sugar Iron Agar (TSIA)a +
Indol -
Produksi Urease -
Sitrat sebagai sumber karbonb +
+ = Reaksi Positif, - = Reaksi Negatif a = Pengecualian bagi Salmonella paratyphi A b = Pengcualian bagi Salmonella typhi
8
2.2.4 Salmonellosis
Salmonellosis adalah penyakit menular yang dapat menyerang hewan
maupun manusia. Hal ini dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan yang
tercemar oleh bakteri Salmonella (Dominguez, et al., 2002). Pang et al.,(1995)
menyebutkan bahwa peristiwa typoid salmonellosis (demam enterik) relatif
stabil dengan jumlah terendah terjadi di daerah negara maju, tetapi peristiwa non-
typhoid salmonellosis (gastroenteritis) relatif meningkat di seluruh negara. Kasus
gastroenteritis (diare) akut adalah 1,3 milyar kasus dengan tiga juta jiwa
meninggal, sedangkan kasus demam enterik adalah 16 juta kasus dengan
kematian sebanyak 600 ribu kasus. Pada hewan terutama unggas, Salmonellosis
menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Hal ini berhubungan dengan
penurunan produktivitas, dengan angka morbiditas sampai 80%, sedangkan angka
mortalitasnya 10-20% atau lebih tinggi, selain itu sifat zoonosisnya yang dapat
ditransmisikan dan menimbulkan penyakit pada manusia (Direktorat Jendral
Peternakan, 1982).
2.2.5 Patogenesis
Habitat bakteri Salmonella berada di dalam saluran pencernaan manusia,
dan hewan. Oleh karena itu penularan bakteri ini yaitu melalui mulut dari
makanan/minuman yang tercemar. Salmonella akan berkembang biak di dalam
alat pencernaan penderita (Dharmojono, 2001). Salmonella di dalam tubuh host
akan menginvasi mukosa usus halus, berkembang di sel epitel dan menghasilkan
toxin yang akan menyebabkan reaksi radang dan akumulasi cairan di dalam usus.
Kemampuan Salmonella untuk menginvasi dan merusak sel berkaitan dengan
diproduksinya Thermostable Cytotoxic Factor. Salmonella yang ada di dalam sel
epitel akan memperbanyak diri dan menghasilkan thermolabile enterotoxin yang
secara langsung mempengaruhi sekresi air dan elektrolit (Ray, 2001).
2.2.6 Gejala Klinis
Salmonellosis memperlihatkan tiga sindrom yang khusus yaitu terjadinya
septikemia, radang usus akut yang kemudian menjadi radang usus kronik. Pada
kejadian akut penderita sangat depresif, demam (suhu badan antara 40,5-41,5 ºC),
diare profuse, sering kali memperlihatkan aksi merejan disertai mulas yang sangat
hebat (tenesmus). Feses berbau amis dan berlendir, bersifat fibrin (fibrinous
casts), kadang-kadang mengandung kerusakan selaput membran usus dan terdapat
gumpalan-gumpalan darah. Pada ayam, terjadi diare yang berwarna putih, sayap
terkulai, kurang nafsu makan, lesu, dan dehidrasi (Dharmojono, 2001). Gejala
lainnya biasanya diikuti dengan kelemahan, kelemahan otot, demam, gelisah, dan
mengantuk. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung selama 2-3 hari (Jay et
al., 2005). Salmonella dapat menyebabkan pembengkakan pada hati,
pembendungan (hiperemi) pada pembuluh darah dan sinusoid serta degenerasi
sel-sel hati yang dapat meningkatkan berat organ (Winarsih et al., 2005).
2.2.7 Kejadian Pada Manusia
Serangan Salmonella sebagai food-borne disease terdokumentasi untuk
pertama kali pada akhir 1800an (Cox, 2000), Insidensi Salmonellosis di negara
industri pada manusia meningkat di tahun 1980–1990. Kasus tersebut menyebar
secara cepat karena kemampuan Salmonella untuk membentuk klon-klon baru
9
pada hewan yang berbeda (Wegener et al., 2003), resisten terhadap berbagai
antibiotika (Chung et al, 2003), serta diterapkannya pola pemeliharaan hewan
yang sangat intensif.
2.2.8 Pengobatan
Tujuan utama dalam pengobatan Salmonellosis yaitu mengembalikan
cairan tubuh yang hilang akibat diare. Ampicillin dan amoxillin merupakan
antibiotik yang sering diberikan pada kasus Salmonellosis, dan juga
Clorampenicol digunakan apabila kondisi pasien sangat mengkhawatirkan,
meskipun dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius (Dharmojono,
2001).
10
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret-Mei 2017. Lokasi penelitian
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Sampel dan Metode Sampling Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ayam broiler
yang terdapat di 6 pasar tradisional kota Makassar, untuk penentuan sampel
dilakukan dengan metode random sampling dan digunakan rumus Federer (1963)
untuk menentukan jumlah sampel. (T-1) (N-1) ≥ 15 T : Merupakan jumlah kelompok percobaan
N : Merupakan jumlah sampel tiap kelompok (T-1) (N-1) ≥ 15 (6-1) (N-1) ≥ 15
5N–5 ≥ 15 5N ≥ 15 + 5
5N ≥ 20
N ≥ 20/5 N ≥ 4 (tiap pasar)
Jadi, total sampel yang dibutuhkan yaitu 6 pasar x 4 = 24 sampel. Total
sampel tersebut diambil dari 6 lokasi pasar yang berbeda yaitu Pasar Daya
(Kecamatan Biringkanaya), Pasar Antang (Kecamatan Manggala), Pasar Terong
(Kecamatan Bontoala), Pasar Pa’baeng baeng (Kecamatan Tamalate), Pasar
Sambung Jawa (Kecamatan Mariso), dan Pasar Bacan (Kecamatan Wajo) Kota
Makassar. Pengujian sampel dilakukan duplo. Sampel tersebut masing-masing
dimasukkan ke dalam coolbox untuk menghambat aktivitas mikroorganisme.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah coolbox, icepack,
wadah steril (kantong plastik), mortar, cawan porselen, timbangan, bunsen,
korek api, pipet tetes ukuran 1 ml, erlenmeyer, gelas ukur, waterbath,
inkubator, autoclave, rak tabung reaksi, cawan petri, mikroskop, vortex, kaca
objek, dan, ose.
3.2.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging dada ayam
broiler, aquades, Bismuth Sulfite Agar (BSA), Salmonella Shigella Agar (SSA),
IMViC (Indole, Methyl Red, Voges Proskauer, Citrat), Urease, Triple Sugar Iron
11
Agar (TSIA), Reagen Methyl red, Reagen Voges-Proskauer (VP), reagen kovacs,
crystal violet, lugol/iodine, alkohol 96%, safranin, dan minyak emersi.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pengambilan Sampel
Daging dada ayam broiler sebanyak 100 gr per sampel diperoleh dari pasar
tradisional yang ada di Kota Makassar. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam
plastik steril dan diberi label kemudian sampel dibawa dengan menggunakan cool
box ke laboratorium untuk dianalisis.
3.3.2 Isolasi Bakteri
Sampel daging dada ayam broiler ditimbang sebanyak 1 gr lalu
dimasukkan ke dalam kantong steril lalu digerus menggunakan mortar sampai
daging tersebut halus kemudian daging yang sudah halus dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi aquades 9 ml dan dihomogenkan menggunakan vortex, lalu
sediaan tersebut dituangkan ke dalam cawan petri steril sebanyak 1 ml. Kemudian
dituangkan media BSA ke dalam petri yang berisi sediaan, lalu diinkubasi pada
suhu 37ºC selama 48 jam. Diamati pada media BSA, koloni terlihat keabu-
abuan atau kehitaman, selanjutnya koloni yang dicurigai positif (+) dilanjutkan
dengan memindahkan ke media SSA dengan metode gores, lalu diinkubasi pada
suhu 37ºC selama 24 jam. Diamati pada media SSA, koloni yang dicurigai positif
(+) dengan koloni terlihat transparan dengan bintik hitam ditengahnya,
dilanjutkan ke pewarnaan Gram dan uji biokimia.
3.3.3 Identifikasi Bakteri
3.3.3.1 Pewarnaan Gram
Objek glass diteteskan aquades atau NaCl 1 tetes, kemudian koloni bakteri
pada media SSA diletakkan pada kaca objek dan difiksasi di atas bunsen. Preparat
yang telah difiksasi kemudian ditetesi dengan crystal violet lalu didiamkan selama
1 – 2 menit. Sisa zat warna dibuang, kemudian dibilas dengan air mengalir.
Seluruh preparat ditetesi dengan larutan lugol dan biarkan selama 30 detik. Buang
larutan lugol dan bilas dengan air mengalir. Preparat dilunturkan dengan alkohol
96 % sampai semua zat warna luntur, dan segera cuci dengan air mengalir.
Teteskan dengan zat warna safranin, biarkan selama 2 menit lalu bilas dengan air
mengalir kemudian dibiarkan kering, amati di bawah mikroskop dengan
pembesaran objektif 100x memakai emersi. Hasil pewarnaan bakteri Gram positif
adalah ungu, dan pewarnaan bakteri Gram negatif adalah merah. Untuk bakteri
Salmonella yang merupakan bakteri Gram negatif akan meunjukkan warna merah
saat diamati di bawah mikroskop.
3.3.3.2 Uji Biokimia
1. Uji Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)
Uji MR (methyl red), bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme
dalam memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam stabil dari
fermentasi glukosa. Beberapa bakteri menghasilkan sejumlah besar asam dari
12
fermentasi. Methyl red adalah indikator pH, yang tetap berwarna merah pada
pH 4,4 atau kurang (Sridhar, 2006). Setelah inkubasi, indikator pH di bawah
4,4 (hal ini menunjukkan hasil positif) dan kuning pada pH di atas 6,0. Warna
kuning menunjukkan pH menengah dan dianggap hasil negatif (Hermaj, 2013).
Hasil pengamatan uji MR pada isolat bakteri salmonella sp adalah positif yang
ditunjukkan dengan larutan berwarna merah. Sedangkan Tes yang digunakan
untuk mendeteksi acetoin dalam kultur cair bakteri adalah uji VP (Voges
Proskauer). Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan alpha-naftol dan
kalium hidroksida dengan kaldu Voges-Proskauer yang telah diinokulasi
dengan bakteri. Warna merah menunjukkan hasil yang positif, sedangkan
warna kuning-coklat menunjukkan hasil negatif. Hasil pengamatan uji VP pada
isolat bakteri salmonella sp adalah negatif yang ditunjukkan dengan larutan
berwarna kuning-coklat karena tidak dapat menghasilkan produk netral seperti
acetoin.
Koloni diambil dari positif (+) SSA dengan ose kemudian diinokulasikan
ke tabung yang berisi 10 ml media MR-VP dengan cara digoyang-goyangkan
sampai tercampur dan diinkubasikan pada temperatur 37ºC selama 24 jam.
Selanjutnya ditambahkan Reagen MR untuk uji MR, dan α-naphtol dan KOH
4% untuk uji VP. Hasil uji positif VP apabila terjadi perubahan warna pink
sampai merah delima. Salmonella memberikan hasil negatif untuk uji VP
(tidak terjadi perubahan warna pada media) sedangkan untuk MR, hasil uji
positif ditandai dengan adanya difusi warna merah ke dalam media dan hasil
uji negatif ditandai dengan terjadinya warna kuning pada media. Salmonella
memberikan hasil positif untuk uji MR (Lay, 1994).
2. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Uji TSIA digunakan untuk mendeterminasi bakteri Gram negatif dalam
menfermentasikan glukosa dan laktosa atau sukrosa serta memproduksi
hidrogen sulfide (H2S) (Kumar, 2012). Bakteri Salmonella sp tidak dapat
memfermentasian laktosa dan hanya memfermentasikan gula sederhana seperti
glukosa. Hasil uji memperlihatkan warna merah pada permukaan bidang
miring (slant) dan kuning dibagian tusukan (butt) pada media TSIA dan
terdapat warna hitam ada media TSIA. Uji positif dalam penggunaan glukosa
ditunjukkan dengan berubahnya warna merah pada permukaan bagian miring
(slant) dan kuning pada bagian yang ditusukkan (butt) dan warna hitam yang
mengindikasikan bakteri memproduksi H2S (Kumar, 2012). H2S sendiri
merupakan senyawa beracun dan dapat diuraikan oleh bakteri dari genus
salmonella sp dalam keadaan anaerobic (Dart, 1996).
Koloni diambil dari media SSA yang diduga positif (+) tersebut kemudian
diinokulasikan ke TSIA dengan cara menusuk sampai sepertiga dasar tabung
kemudian diangkat dan digores secara zig zag pada media agar miring
kemudian inkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil uji positif
Salmonella ditandai terjadinya warna hitam pada tusukan dan goresan pada
media (Lay, 1994).
3. Uji Indole
Kemampuan bakteri menghasilkan indol dengan menggunakan enzim
typtophanase dilakukan uji Indol. Produksi indol di dalam media
13
dimungkinkan karena adanya tryptophan. Bakteri yang memiliki enzim
tryptophanase akan menghidrolisis tryptophan menjadi indol, piruvat, dan
amonia (Hemraj, 2013). Tryptophan adalah asam amino esensial, yang
teroksidasi oleh beberapa bakteri yang mengakibatkan pembentukan indol dan
amonia. Uji indol dilakukan dengan inokulasi organisme uji kedalam
tryptophan broth, yang mengandung tryptophan. Indol yang dihasilkan
dideteksi dengan menambahkan reagen kovac yang akan menghasilkan cincin
berwarna merah (Sridhar, 2006). Hasil uji indol pada isolat bakteri Salmonella
sp adalah negatif dengan tidak menampakkan cincin merah pada bagian atas,
melainkan berwarna kuning.
Koloni diambil dari positif (+) SSA dengan ose kemudian diinokulasikan
ke media agar Sulfide Indol Motility (SIM) dengan cara menusuk sampai ke
dasar media agar kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam
selanjutnya tambahkan 0,2 ml sampai dengan 0,3 ml Reagen Kovacs. Hasil uji
positif ditandai dengan adanya cincin merah dipermukaan media. Hasil uji
negatif ditandai dengan tidak terbentuknya cincin merah. Hasil uji spesifik
Salmonella adalah negatif uji indole, motil positif, dan sulfide berwarna hitam
(Waluyo, 2008).
4. Uji Urease
Organisme yang mampu menghidrolisis urea diuji dengan menggunakan
uji urease. Medium Urea Broth digunakan untuk menguji aktivitas urease.
Urease merupakan enzim hidrolitik yang menyerang ikatan nitrogen dan
karbon pada komponen amida misalnya urea dan membentuk alkaline yang
produk akhirnya adalah ammonia (Brink, 2013). Adanya amonia dalam media
akan menyebabkan warna indikator berubah menjadi pink tua yang
menandakan bahwa bakteri uji memiliki enzim urease sehingga dapat
dikatakan reaksi ini menunjukkan hasil uji positif. Sedangkan organisme
negatif urease tidak akan menghaslkan perubahan warna dalam media
(Laboffe, 2011). Hasil pengamatan uji urease pada isolat bakteri salmonella sp
adalah negatif.
Koloni diambil dari positif (+) SSA dengan ose kemudian diinokulasikan
ke media urea kemudian diinkubasikan pada temperature 37ºC selama 24
jam. Hasil uji positif ditandai dengan terjadinya warna pink sampai merah pada
media sedangkan hasil uji negatif ditandai dengan tetap warna kuning pada
media. Hasil uji spesifik Salmonella adalah negatif uji urease (Hadioetomo,
1985).
5. Uji Citrate
Kemampuan suatu organisme untuk memanfaatkan karbon sebagai satu-
satunya sumber energi adalah dengan melakukan uji sitrat. Bakteri diinokulasi
pada medium yang mengandung natrium sitrat dan indikator pH bromothymol
biru. Media juga mengandung garam amonium anorganik yang digunakan
sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Pemanfaatan sitrat melibatkan enzim
citrate permease, yang memecah sitrat menjadi oksaloasetat dan asetat.
Oksaloasetat lebih lanjut dipecah mejadi piruvat dan CO2. Produksi Na2CO3
serta NH3 dari pemanfaatan natrium sitrat dan garam amonium masing-masing
menghasilkan pH basa. Hal ini menyebabkan perubahan warna medium dari
14
hijau menjadi biru (Hemraj, 2013). Hasil pengamatan uji sitrat pada isolat
bakteri Salmonella sp adalah positif dan atau negatif, ini terjadi karena terdapat
beberapa spesies dari salmonella yang dapat dan tidak dapat menggunakan
sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi, seperti Salmonella typhi
yang tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energi.
Koloni diambil dari positif (+) SSA dengan ose kemudian diinokulasikan
ke media Simmon’s Citrate Agar (SCA) dengan cara di gores pada media agar
miring kemudian diinkubasi pada temperatur 37ºC selama 24 jam. Hasil uji
positif ditandai adanya pertumbuhan koloni yang diikuti perubahan warna dari
hijau menjadi biru. Hasil uji negatif ditandai dengan tidak terjadi perubahan
warna. Salmonella memberikan hasil positif pada uji citrate (Lay, 1994).
3.4 Analisis Data
Data hasil pengujian metode cemaran bakteri Salmonella sp pada daging
ayam broiler, melalui metode dan pengujian mikrobiologis secara deskriptif.
15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri Salmonella sp.
pada daging ayam broiler yang dijual di pasar trasdisional di Kota Makassar.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 - Mei 2017. Identifikasi
Salmonella sp. menggunakan dua media spesifik yaitu Bismuth Sulfite Agar
(BSA) dan Salmonella Shigella Agar (SSA). Media Bismuth Sulfite Agar (BSA)
merupakan media spesifik untuk mengisolasi Salmonella sp pada bahan pangan,
urin, feses, dan lain sebagainya. Ciri-ciri morfologi koloni yang tumbuh adalah
berwarna hitam mengkilat dan di sekitarnya berwarna metalik, serta berbentuk
bulat. Hasil menunjukkan bahwa dari 24 sampel pada media BSA, 11 diantaranya
menunjukkan adanya pertumbuhan koloni yang berwarna hitam. Hasil pada media
BSA dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) (b)
Gambar 3. a. Media BSA sebelum inkubasi. b. Koloni positif pada media
BSA setelah inkubasi.
Bakteri Salmonella dapat tumbuh dengan baik pada BSA dengan tampakan
morfologi warna koloni hitam mengkilat adalah Salmonella typhimurium dan
warna hitam disekitarnya metalik adalah Salmonella typhi. Hasil pengamatan
morfologi koloni Salmonella sp. pada medium BSA (Bismuth Sulifite Agar)
koloni berwarna hitam, dan bentuk bulat. Pada media BSA dengan adanya
bismuth sulfite dan brilliant green pada media BSA akan menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif. Selain itu dengan adanya Ferro Sulfite dalam
media BSA akan diubah menjadi H2S yang berperan mengendapkan besi,
sehingga koloni berwarna hitam, dan cenderung memperlihatkan kilau metalik
(Srianta dan Rinihapsari, 2003).
Koloni Salmonella yang terbentuk dari hasil isolasi media BSA selanjutnya
diinokulasikan pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) dengan metode
streak. Secara makroskopis koloni Salmonella sp pada media SSA ditandai
dengan adanya Black Spot Center karena kemampuan Salmonella untuk
memproduksi H2S. Hasil menunjukkan bahwa dari 11 sampel pada media BSA
16
yang dilakukan streak pada SSA, terdapat 7 sampel menunjukkan adanya
pertumbuhan koloni dengan black spot center, dan 4 sampel menunjukkan adanya
pertumbuhan koloni yang berwarna pink. Hasil pada media SSA dapat dilihat
pada Gambar 4.
(a) (b)
Gambar 4.a. Media SSA sebelum inkubasi. b. Koloni positif pada media SSA
setelah inkubasi
Salmonella Shigella Agar (SSA) digunakan untuk menumbuhkan Salmonella
dan beberapa strains shigella. Kandungan Bile salts, Na-sitrat, dan brilliant green
pada media SSA dapat menghambat pertumbuhan Gram Positif (+) dan beberapa
Gram Negatif (-) LF normal yang ada. Sedangkan kandungan laktosa dalam
media merupakan sumber karbohidrat, dan kandungan neutral red sebagai
indikator pada media positif. Bakteri yang tidak dapat memfermentasi laktosa
seperti spesies Salmonella, Proteus dan spesies Shigella muncul sebagai koloni
yang tidak berwarna. Jika bakteri tumbuh dan memfermentasi laktosa maka akan
menghasilkan asam dan mengubah indikator menjadi pink-merah. Bakteri yang
dapat memfermentasi laktosa seperti Escherichia coli atau Klebsiella pneumoniae
muncul sebagai koloni kecil merah muda atau merah. Sedangkan kandungan Na-
tiosulfit dalam media sebagai sumber sulfur untuk produk H2S. Produksi H2S oleh
spesies Salmonella mengubah pusat koloni menjadi berwarna hitam.
Bakteri Salmonella sp. merupakan bakteri Gram negatif, dinding sel
bakteri Gram negatif mempunyai dua lapisan dinding sel, yaitu lapisan luar yang
tersusun dari lipopolisakarida dan protein, dan lapisan dalam yang tersusun dari
peptidoglikan tetapi lebih tipis dari pada lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram
positif (Timotius,1982). Berdasarkan hasil uji, penampakan dibawah mikroskop
dari ke 11 sampel merupakan Gram negatif yang dibuktikan dengan warna merah
dan 7 diantaranya memiliki bentuk morfologi basil yang merupakan salah satu
morfologi dari salmonella sp sedangkan 4 sampel lainnya berbentuk coccobasil.
Hasil penampakan pewarnaan Gram dibawah mikroskop, ditunjukkan oleh
gambar 5.
17
Gambar 5. Hasil pewarnaan Gram dibawah mikroskop
Bakteri memiliki berbagai aktivitas biokimia (pertumbuhan dan
perbanyakan) dengan menggunakan nutrisi yang diperoleh dari lingkungan
sekitarnya. Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam menggunakan enzim yang
dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan asam amino.
Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini biasanya menghasilkan
produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi bakteri. Sifat
metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-
metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Selain itu dilihat
kemampuannya menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan
sumber energi (Waluyo, 2004). Dalam penelitian ini terdapat beberapa jenis uji
biokimia yang digunakan, yaitu Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar), IMViC
(Indole, Methyl Red, Voges Proskauer, Citrat) dan Uji Urease. Hasil uji biokimia
pada koloni bakteri yang berasal dari 11 sampel yang diduga Salmonella dari
media SSA, ditemukan 3 sampel yang positif bakteri Salmonella sp. Hasil uji
biokimia setelah dilakukan inkubasi ditunjukkan oleh gambar 6 berikut :
Gambar 6. Hasil uji biokimia bakteri Salmonella sp
18
Hasil pengujian biokimia ditemukan terdapat beberapa bakteri lain yang
dapat tumbuh selain Salmonella sp, seperti Proteus vulgaris. Hal ini terjadi
diduga karena banyaknya jenis bakteri yang terdapat pada sampel daging ayam
broiler di beberapa pasar di kota Makassar. Selain itu juga media BSA maupun
SSA selektif hanya untuk bakteri Gram negatif, sedangkan Proteus vulgaris
merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri Proteus vulgaris sendiri merupakan
bakteri yang mampu menghasilkan H2S sehingga penampakan yang ditimbulkan
baik pada media BSA maupun SSA adalah koloni berwarna hitam, yang
menyerupai koloni bakteri Salmonella sp.
Berdasarkan prosedur pengujian yang telah di lakukan pada 24
sampel yang diambil dari beberapa pasar tradisional di Kota Makassar, hasil
identifikasi bakteri Salmonella sp dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil identifikasi bakteri Salmonella sp pada daging ayam broiler
di beberapa pasar tradisional kota Makassar.
No Kode Sampel Hasil Deteksi Salmonella
Positif Negatif
1 D1
- 2 D2 √
3 D3
-
4 D4 - 5 A1 √
6 A2
-
7 A3
- 8 A4 √
9 T1
-
10 T2 -
11 T3
- 12 T4
-
13 P1 -
14 P2
- 15 P3
-
16 P4 -
17 S1
- 18 S2
-
19 S3 -
20 S4
- 21 B1
-
22 B2 -
23 B3
- 24 B4
-
19
Hasil identifikasi dari 24 sampel daging ayam broiler di beberapa pasar
tradisional kota Makassar, terdapat 3 sampel (12.5) positif tercemar Salmonella
sp. Adanya kontaminasi bakteri pada daging ayam broiler tersebut sangat
dipengaruhi oleh kondisi pasar dan tata laksana pemasaran. Kondisi pasar yang
sangat kurang memadai dari segi infrastruktur dan kebersihannya yang sangat
minim juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran bakteri. Menurut Aftab et al
(2012) Kontaminasi Salmonella sp di tempat pemotongan ayam lebih tinggi
kejadiannya diikuti dengan kontaminasi bakteri pada peralatan penyembelihan
seperti pisau dan peralatan lainnya. Selain itu, pengambilan sampel dilakukan
pada sore hari sehingga daging sudah tidak segar lagi, dengan kondisi daging
ayam yang dijual setelah melalui kurun waktu 6-7 jam daging dijajakan, maka
akan menunjukkan kontaminasi Salmonella sp yang lebih tinggi.
Kondisi pasar yang menjual dagangan ayamnya diatas meja dan sekaligus
menjadi kandang ayam broiler hidup pada bagian bawah meja juga merupakan
salah satu penyumbang kontaminasi bakteri yang sangat tinggi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Bayumitra (2014) yang mengatakan bahwa kontaminasi oleh
mikroorganisme terhadap daging ayam dapat terjadi baik melalui udara, tanah,
sentuhan, serta lingkugan sekitar sebelum pemotongan dan setelah pemotongan.
Keadaan pasar saat pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 7 berikut:
Gambar 7. Kondisi pasar saat pengambilan sampel
Daging unggas sangat cocok sebagai media perkembangan mikroba,
karena unggas cenderung berada di lingkungan yang kotor. Selain itu cemaran
bakteri daging unggas juga disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan
peternak, kebersihan kandang, serta sanitasi air dan pakan. Faktor lain yang
menjadi penyebab adanya bakteri Salmonella sp pada daging ayam, diduga
disebabkan karena kondisi yang sangat mendukung pertumbuhan bakteri
Salmonella sp yaitu pengambilan sampel dilakukan pada musim panas dimana
kondisi suhu ruang relatif tinggi sekitar 37ºC sehingga mempercepat
pertumbuhan bakteri tersebut. Perkembangan bakteri Salmonella sp terbilang
sangat cepat dan menakjubkan, setiap selnya mampu membelah diri setiap 20
menit sekali pada suhu hangat. Karena itu, infeksi Salmonella sp lebih banyak
terjadi pada musim panas (Bell & Kyriakides, 2003).
20
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu pada daging ayam
broiler yang dijual dibeberapa pasar tradisional kota Makassar, ditemukan 3
sampel (12.5 %) tercemar bakteri Salmonella sp.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan bahwa perlu adanya
peningkatan pengawasan dari pemerintah setempat terhadap bahan pangan asal
hewan serta edukasi kepada pedagang mengenai sanitasi dan penanganan daging
ayam yang tepat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Adeline HS, Marianne C, Sophie LB, Françoise L, Isabelle P, Sandra R,
VirginieM, Philippe M, Nicolas R. 2009. Risk factors for
Salmonellaentericasubsp. entericacontamination in 519 French laying hen
flocks at the end of the laying period. Prev VetMed89:51–58.
Aftab M, Rahman A, Qureshi MS, Akhter S, Sadique U, Sajid A, Zaman S.2002.
Level of Salmonella in beef of slaughtered cattle at pashawar. J Anim Pant
Sci. 22:24-27.
Agus MB. 2003. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam.
Kanisius. Yogyakarta.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan 1. Satu Gunung Budi.
Bogor.
Bayumitra, W. K. 2014. Kontaminasi Makanan: Penyebab Utama Food-Borne
Disease (Penyakit yang Berasal dari Makanan). Indonesia.
Bell, C. and A. Kyriakides. 2003. Salmonella. Di dalam: Blackburn, C. dan
P. J. McClure. (eds.). 2003. Foodborne pathogens: Hazard, risk
analysis andcontrol. Woodhead Publishing Limited. Cambrige, England.
Brink, B. 2013. Urease test protocol. American society for microbiology.
http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/2871-urease-test-
protocol [10 mei 2017].
Chung, Y.H., S.Y. Kim, and Y.H. Chang, 2003. Prevalence and Antibiotic
Susceptibility of Salmonella Isolated from Foods in Korea from 1993 to
2001. J. Food Prot. Vol. 66:1154-1157.
Cox, J., 2000. Salmonella (Introduction). Dalam Encyclopedia of Food
Microbiology, Vol. 3. ROBINSON, R.K., C.A. BATT and P.D. PATEL
(Editors). Academic Press, San Diego.
Cox NA, Berrang ME, and Cason JA. 2000. Salmonella penetration of egg
shell and proliferation in broiler hatching eggs-a review. Poultry
Science 79: 1571-1574.
Dart, R.K. 1996. Microbiology for The Analytical Identification. CRC Press,
Boca Raton, Florida.
Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3924-1995 tentang Mutu Karkas dan
Daging Ayam. Departemen Pertanian. Jakarta.
22
Dharmojono. 2001. Limabelas Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia.
Milenia Populer. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2010. Pedoman Produksi
dan Penanganan Daging Ayam yang Higienis. Jakarta.
Direktorat Jendral Peternakan. 1982. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan
Menular. Jilid ke- 4 : Departemen Pertanian. Jakarta. Hlm 62-69.
Dominguez, C.L. Gomez, and J. Zumalacarregui. 2002. Prevalence of Salmonella
and Campylobacter in Retail Outlet in Spain. Int. J. Food Microbiol. 72(1):
165-168.
European Food Safety Authority. 2007. Zoonosis Data Collection Reports.
http://www.efsa.europa.eu/en/science/monitoring_zoonosis/reports.htm [17
Januari 2017].
Federer, W. T. 1963. Experimental design : theory and application. The
Macmillan Company. New York.
Hanes, D. 2003. Nontyphoid Salmonella. Di dalam: Miliotis, M. D., Bier, J.
W. (Eds), International Handbook of Foodborne Pathogens. Marcel
Dekker, Inc., New York.
Hemraj, V. 2013. A review on Commonly Used Biochemical Test For Bacteria.
Department of Pharmacy, L.R Intitute of Pharmacy, Solan (H.P)., India.
Humphrey, T. 2006. Are happy chickens safer chickens? Poultry welfare and
disease susceptibility. Br. Poult. Sci.47, 379-391
Ichwan, W. M. W. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Cetakan
ke-1. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Jay, J. M. M. J. Loessner, D. A. Golden. 2005. Modern Food Microbiology
Seventh Edition. Springer Science and Bussiness Media Inc.USA.
Kementrian Pertanian RI. 2015. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Menurut
Provinsi. Jakarta.
Khalid, H. 2011. Principles of Poultry Science Poultry Industry. Diyala University
College of Agriculture Dept. of Animal Resources. Irak. Hal. 62
Kumar, S. 2012. Textbooks of microbiology. Jaypee Brothers Medical Publisher
(P) LTD. Dhaka-Bhangladesh.
Laboffe MJ and Pierre BE. 2011. A Photographic atlas for the Microbiology
Laboratory. Morton Publishing Company. Englewood, Colorado.
Lay,W.B.1994. Analisa Mikroba di Laboratorium .Edisi I.Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada
23
Lee, M.B., and D. Middleton, 2003. Enteric Illness in Ontario, Canada, from 1997
to 2001. J. Food Prot. 66:953-96
Pang, T., Z. A. Bhutta, B. B Finlay, and M. Altwegg. 1995. ”Typhoid fever and
other salmonellosis: a continuing challenge”. J. Microbiol. 3 (7):253-255.
Pascual, M, Hugas, M, Badiola, J I, Monfort, J M, Garriga, M. 1999.
Lactobacillus salivarius CTC2197 prevents Salmonella enteridis
colonization in chickens. Applied on Environ. Microbiologi. 65 (11) :
4981-4986.
Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jendral Pertanian.2015.Outlook
Komuditas Pertanian Sub Sektor Peternakan Daging Ayam. Jakarta.
Ray, B, 2001. Fundamental Food Microbiology, 2nd Ed. CRC Press, Boca
Raton
Sari, I. P., E. Kadrianti., dan Suarnianti. 2012. Faktor Resiko Kejadian Demam
Tipoid di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar.
Srianta dan Rinihapsari. 2003. Deteksi Salmonella pada Nasi Goreng yang
Disediakan oleh Restoran Kereta Api Kelas Ekonomi. Jurnal Teknol dan
Industri Pangan. 14(3):253-257.
Sridhar. 2006. IMViC Test Procedure. http://www.microrao/commentnote [10
mei 2017].
Standar Nasional Indonesia. 2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas
Maksimum Residu Dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2015. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun
Beberapa Bahan Makanan di Indonesia. Indonesia.
Timotius, K. H. (1982). Mikrobiologi Dasar. Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Jawa Tengah.
Tindall, G. Pad. 2005. Salmonella. http://en.wikipedia.org/wiki/Salmonella. [17
januari 2017].
Todar. K, PhD. 2008. Salmonella and Salmonellosis http://www.
textbookofbakteriology.net/salmonella.html [3 Februari 2017].
Tri-Yuwanta. 2004. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan. Kanisius.
Yogyakarta.
Wegener, H.C., T. Hald, D.L.F. Wong, M. Madsen, H. Korsgaard, F.
Bager, P. Gerner-Smidt, and K. Molbak, 2003. Salmonella Control
Programs in Denmark.
24
WHO (World Health Organization). Background Doc: The Diagnosis, Treatment
and Prevention of Typhoid Fever 2014 . Geneva, Swizerland.
World Health Organization. Bulletin of the World Health Organization 2008;86
(5):321–46.
Winarsih, W., I. P. Kompiang, B. P. Priosoeryanto, I. W. T. Wibawan. 2005.
Prospek pengendalian Salmonellosis pada ayam dengan probiotik mikroba
asal saluran pencernaan. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing X1
Tahun 2003 s/d 2004. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wiryawan, W.2009. Optimalisasi Keuntungan Peternakan Ayam Dengan
Memaksimalkan Pengendalian FCR. Majalah Infovet. Vol.VI.
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel 5 Hasil Pengujian pada Sampel di Pasar Daya
No Kode
Pasar BSA SSA
Pewarnaan Gram Uji Biokimia Ket.
Sifat Gram Bentuk TSIA Indol MR VP Sitrat Urease
1 D1 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
2 D1 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
3 D1 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
4 D2 + + Negatif Basil + - + - + - Salmonella sp
5 D2 + + Negatif Basil + - + - + - Salmonella sp
6 D2 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
7 D3 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
8 D3 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
9 D3 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
10 D4 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
11 D4 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
12 D4 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
Lampiran 2. Tabel 6 Hasil Pengujian pada Sampel di Pasar Antang
No Kode
Pasar BSA SSA
Pewarnaan Gram Uji Biokimia Ket.
Sifat Gram Bentuk TSIA Indol MR VP Sitrat Urease
1 A1 + + Negatif Basil + - + - + - Salmonella sp
2 A1 + + Negatif Basil + - + - + - Salmonella sp
3 A1 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
4 A2 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
5 A2 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
6 A2 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
7 A3 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
8 A3 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
9 A3 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
10 A4 + + Negatif Basil + - + - + - Salmonella sp
11 A4 + + Negatif Basil + - + - + - Salmonella sp
12 A4 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
26
Lampiran 3. Tabel 7 Hasil Pengujian pada Sampel di Pasar Terong
No Kode
Pasar BSA SSA
Pewarnaan Gram Uji Biokimia Ket.
Sifat Gram Bentuk TSIA Indol MR VP Sitrat Urease
1 T1 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
2 T1 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
3 T1 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
4 T2 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
5 T2 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
6 T2 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
7 T3 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
8 T3 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
9 T3 x x x X x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
10 T4 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
11 T4 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
12 T4 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
Lampiran 4. Tabel 8 Hasil Pengujian pada Sampel di Pasar Pabbaeng baeng
No Kode
Pasar BSA SSA
Pewarnaan Gram Uji Biokimia Ket.
Sifat Gram Bentuk TSIA Indol MR VP Sitrat Urease
1 P1 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
2 P1 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
3 P1 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
4 P2 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
5 P2 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
6 P2 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
7 P3 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
8 P3 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
9 P3 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
10 P4 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
11 P4 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
12 P4 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
27
Lampiran 5. Tabel 9 Hasil Pengujian pada Sampel di Pasar Sambung Jawa
No Kode
Pasar BSA SSA
Pewarnaan Gram Uji Biokimia Ket.
Sifat Gram Bentuk TSIA Indol MR VP Sitrat Urease
1 S1 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
2 S1 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
3 S1 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
4 S2 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
5 S2 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
6 S2 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
7 S3 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
8 S3 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
9 S3 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
10 S4 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
11 S4 + + Negatif Basil + + + - - + Proteus v
12 S4 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
Lampiran 6. Tabel 10 Hasil Pengujian pada Sampel di Pasar Bacan
No Kode
Pasar BSA SSA
Pewarnaan Gram Uji Biokimia Ket.
Sifat Gram Bentuk TSIA Indol MR VP Sitrat Urease
1 B1 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
2 B1 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
3 B1 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
4 B2 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
5 B2 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
6 B2 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
7 B3 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
8 B3 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh -
9 B3 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
10 B4 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
11 B4 x x x x x x x x x x
Koloni tidak
tumbuh
12 B4 + + Negatif Basil - + + - + - E. coli
28
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Kondisi pasar saat pengambilan sampel
Penimbangan dada ayam sebanyak 100 gr
Pengambilan 1 gr sampel
29
Sampel yang telah dicampurkan aquades
Menghomogenkan sampel dengan vortex Sampel setelah dihomogenkan
Penuangan media BSA pada cawan
30
Media BSA sebelum inkubasi
Media BSA setelah inkubasi
Pengambilan koloni pada media BSA
31
Proses streak pada media SSA Media SSA setelah inkubasi
Pemberian NaCl pada kaca objek
Pengambilan koloni bakteri pada media SSA
32
Pemberian crystal violet
Pemberian lugol Pemberian alkohol
Pemberian Safranin
33
Pengamatan di bawah mikrokop
Hasil pengamatan pewarnaan Gram
Pengambilan koloni bakteri pada media SSA
34
Penanaman koloni bada media uji biokimia
Media uji biokimia sebelum inkubasi
Media uji biokimia positif Salmonella sp setelah inkubasi
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Februari 1995 di
Ujung Pandang, Provinsi Sulawesi Selatan, dari ayahanda
Muh. Darwis dan ibunda Pittirisang, Penulis merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
di SD No 103 Inpres Sompu pada tahun 2007, kemudian
penulis kembali melanjutkan pendidikan ke SMPN 2
Takalar dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2013
penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Takalar.
Penulis diterima di Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin pada tahun 2013 melalui seleksi SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama perkuliahan penulis
aktif dalam organisasi internal dan eksternal kampus yaitu HIMAKAHA UNHAS
Periode 2014-2015 di bidang Pengabdian Masyarakat, Marketing and
Communication Staff of AIESEC LC UNHAS, serta OWL (Organization Of
Wildlife). Selain itu penulis juga aktif ikut kegiatan baik regional, nasional,
bahkan Internasioanal, yaitu di antaranya International Veterinary Student
Association (IVSA) Congress di Yogyakarta, Indonesia. Magang Profesi di Balai
Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Jawa Timur. Serta Pelatihan “Youth
Goes To Farm” by Youth Association of Animal Science (YAAS) di Balai
Embrio Ternak, Cipelang, Bogor. dan di Ultra Dairy Farm, Pengalengan,
Bandung.
Penulis juga selama kuliah aktif sebagai Asisten dosen, yaitu Asisten
Anatomi I dan II, serta Asisten Bedah Umum, I, dan 2. Selain itu juga penulis
merupakan salah satu pendiri Komunitas Baca Panrannuang (KBP) Takalar, yang
bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan menyediakan fasilitas baca kepada
masyarakat terutama di Kab. Takalar.