Upload
lydiep
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Ayam Broiler
2.2.1. Karakteristik Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer
dimasyarakat Indonesia saat ini. Taksonomi ayam broiler adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Subkelas : Neornithes
Ordo : Galliformis
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
(Hanifah. A, 2010)
Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya
teknologi yang memiliki sifat atau hasil budidaya teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan ciri khas, pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif muda, serta
menghasilkan kualitas daging berserat lunak (Murtidjo, 2006). Ayam broiler
merupakan ternak ayam yang pertumbuhan badannya sangat cepat dengan
perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek,
yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9kg
(Kartasudjana, 2006).
Ayam broiler pertumbuhannya sangat cepat sejak umur satu minggu hingga
lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah menunjukkan
pertumbuhan bobot badan yang memuaskan dan mempunyai pertumbuhan yang
cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan
banyak sehingga ayam broiler dapat dijual sebelum umur delapan minggu
(Soekartawi, 2007) Ayam broiler mampu memproduksi daging secara optimal
dengan hanya mengkonsumsi pakan dalam jumlah relatif sedikit. Ciri-ciri ayam
broiler antara lain: ukuran badan relatif besar, padat, kompak, berdaging penuh,
produksi telur rendah, bergerak lamban, dan tenang serta lambat dewasa kelamin
(Arga Kusuma, 2010).
2.2.Definisi Kolesterol, Sintesis, Transport dan Mekanisme Penurunan
Kolesterol
2.2.1. Definisi Kolesterol
Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi
sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol
merupakan bahan yang menyerupai lilin, sekitar 80% dari kolesterol diproduksi
oleh hati dan selebihnya diperoleh dari makanan yang kaya kandungan kolesterol
seperti daging, telur dan produk berbahan dasar susu. Kolesterol sangat berguna
dalam membantu pembentukan hormon, vitamin D, lapisan pelindung sel syaraf,
membangun dinding sel, pelarut vitamin (vitamin A, D, E, K) dan mengembangkan
jaringan otak pada anak-anak (Silalahi, 2006).
Kolesterol merupakan komponen penting untuk pembentukan membran sel
dan disintesis di seluruh jaringan, tetapi 90% disintesis dalam sel mukosa usus dan
hepatosit. Kolesterol dalam hati merupakan precursor dari asam empedu, dalam
gonad dan kelenjar, anak ginjal sebagai precursor dari hormon steroid. Pengertian
kolesterol lebih lanjut diartikan sebagai lipid amfipatik dan merupakan komponen
struktural esensial pada membran serta pada lapisan luar lipoprotein plasma
(Murray, 2014). 70 % kolesterol di esterifikasikan ( dikombinasikan dengan asam
lemak ) dan 30 % dalam bentuk bebas. (Joyce, 2007).
2.2.2. Sintesis Kolesterol
Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut
kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh
disebut kolesterol endogen. Semua kolesterol endogen yang beredar dalam
lipoprotein plasma pada dasarnya dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain
setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa
banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang berstruktur
dasar inti sterol ini (Guyton dan Hall, 2006).
Kolesterol dalam tubuh berupa kolesterol eksogen dan endogen dimana
kolesterol eksogen berasal dari makanan (25%) dan kolesterol endogen dibentuk
oleh sel-sel tubuh (75%), terutama di dalam hati (Piliang, 2001). Hampir semua
jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol yang
berlangsung didalam kompartemen retikulum endoplasma dan sitosol.
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap. (a) Tahap 1 yaitu
biosintesis mevalonat dengan membentuk HMG-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril-
KoA) terlebih dahulu melalui rekasi-rekasi yang digunakan mitokondria untuk
membentuk badan keton, namun karena sintesis kolesterol ini berlangsung di luar
mitokondria maka kedua jalur ini berbeda. Tahap terakhir adalah tahap regulatorik
utama di jalur sintesis kolesterol dan merupakan tempat kerja golongan zat penurun
kadar kolesterol paling efektif, yaitu statin yang merupakan pakan inhibitor HMG-
KoA reduktase (Ilustrasi 1).
Ilustrasi 1. Biosintesis Mevalonat (Murray, 2014)
Tahap kedua yaitu pembetukan unit isoprenoid dimana mevalonat mengalami
fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase dan setelah
dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif yaitu isopentenil difosfat (Ilustrasi 2).
Tahap tiga pembentukan enam unit isoprenoid membentuk skualen.
Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan rangkap
untuk membentuk dimetilalil difosfat yang kemudian bergabung dengan molekul
lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh karbon geranil
difosfat (Ilustrasi 3).
lustrasi 2. Biosintesis Unit Isoprenoid (Murray, 2014)
Penutupan cincin skualen terjadi setelah skualen diubah menjadi skualen
2,3-epoksida oleh skualen epoksidase di retikulum edoplasma yang nantinya akan
menjadi lanosterol.
Tahap kelima yaitu pembentukan kolesterol dari lanosterol yang
berlangsung di membran retikulum. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah
melewati beberapa tahap lebih lanjut, termasuk pelepasan tiga gugus metil (Murray,
2014).
Ilustrasi 3. Biosintesis Kolesterol (Murray, 2014)
2.2.3. Transport Kolesterol
Kolesterol di dalam plasma diangkut di dalam lipoprotein dengan proporsi
paling besar sebagai ester kolesteril (Ilustrasi 4). Ester kolesteril dalam makanan
dihidrolisis menjadi kolesterol kemudian diserap oleh usus bersamaan dengan
kolesterol tak-teresterifikasi dan lipid lain dalam makanan. Bersama dengan
kolesterol yang disintesis di usus, kolesterol ini kemudian dimasukan kedalam
kilomikron. Kolesterol yang diserap 80% - 90% mengalami esterifikasi dengan
asam lemak rantai panjang di mukosa usus dan sebanyak 95% kolesterol kilomikron
disalurkan ke hati dalam bentuk kilomikron remmant. Lemak (fat) yang diserap
dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati dan jaringan adiposa harus diangkut
ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri
dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%)
dan asam lemak bebas (4%). Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein.
Empat kelompok utama lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL, LDL dan
HDL. Kilomikron mengangkut lipid yang dihasilkan dari pencernaan dan
penyerapan; VLDL mengangkut triasilgliserol dari hati; LDL menyalurkan
kolesterol ke jaringan, dan HDL membawa kolesterol ke jaringan dan
mengembalikannya ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang dikenal sebagai
transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport) (Murray, 2014).
Ilustrasi 4. Transport Kolesterol Antar Berbagai Jaringan (Murray, 2014)
2.2.4. Mekanisme Penurunan Kolesterol
Kolesterol dieksresikan dari dalam tubuh melalui asam empedu. Asam
empedu primer dapat disintesis di dalam hati dari kolesterol. Asam empedu yang
dieksresikan 98-99% akan diserap kembali di dalam ileum dan dikembalikan ke
hati melalui sirkulasi porta, proses ini dikenal dengan sirkulasi enterohepatik.
Sebagian kecil garam empedu yang lolos dari absorpsi akan dikeluarkan melalui
feses. Pengeluaran jumlah asam empedu akan sejalan dengan pembentukan asam
empedu, oleh karena itu jumlah asam empedu dalam tubuh dapat dipertahankan
konstan. Proses mempertahankan jumlah asam empedu ini dikontrol oleh suatu
sistem umpan-balik, semakin banyak asam empedu yang dikeluarkan dapat
mengindikasikan jumlah kolesterol yang akan diubah menjadi asam empedu yang
nantinya akan dikeluarkan melalui feses, oleh karena itu eksresi utama dari
kolesterol yaitu melalui eksresi asam empedu (Murray, 2014).
2.3.Uji pH
2.3.1. Usus Halus
Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan
dan absorbsi produk pencernaan. Berbagai enzim terdapat dalam usus halus yang
berfungsi mempercepat dan mengefisienkan pemecahan karbohidrat, protein, serta
lemak untuk mempermudah proses absorbsi (Suprijatna, 2005). Proses absorpsi
hasil pencernaan terjadi di permukaan vili yang memiliki banyak mikrovili
(Suprijatna, 2005). Luas permukaan usus dapat meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah vili usus yang berfungsi untuk penyerapan zat-zat
makanan (Frandson, 1992). Bagian duodenum bemula dari ujung distal rempela.
Bagian ini berbentuk kelokan yang biasa disebut duodenal loop. Pankreas
menempel pada kelokan ini yang berfungsi mensekresikan pancreatic juice yang
mengandung enzim amilase, lipase dan tripsin. Jejunum dan ileum merupakan
segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam. Beberapa ahli
menyebut kedua segmen ini sebagai usus halus bagian bawah (Suprijatna, 2005).
Panjang usus halus bervariasi tergantung pada kebiasaan makan unggas.
Ayam dewasa memiliki usus halus sepanjang 1,5 m (Suprijatna, 2005). Unggas
pemakan bahan asal hewan memiliki usus yang lebih pendek dari pada unggas
yang memakan bahan asal tanaman karena produk hewani lebih siap diserap
dari pada produk tanaman (Ensminger, 1992). Peningkatan kadar serat kasar dalam
ransum cenderung akan memperpanjang usus. Semakin tinggi serat kasar
dalam ransum, maka semakin lambat laju pencernaan dan penyerapan zat
makanan. Penyerapan zat makanan akan maksimal dengan perluasan daerah
penyerapan (Syamsuhaidi, 1997). Widianingsih (2008) menyatakan bahwa
panjang doudenium sekitar 29,45cm-33,15cm, panjang jejenium sekitar
61,15cm-82,05 cm, panjang ileum 63,95-82,85cm. Akoso (1993) yang
menyatakan bahwa usus halus yaitu usus tempat terjadinya pencernaan dan
penyerapan pakan. Selaput lendir usus halus mempunyai tempat yang lembut
dan menonjol seperti jari. Fungsi usus halus selain sebagai penggerakan aliran
pakan dalam usus juga untuk meningkatkan penyerapan pakan. Nilai pH pada
usus halus ayam broiler menurut Sun (2004) pada setiap bagiannya duodenum (5.7-
6.0), jejunum (5.8), dan ileum (6.3).
2.3.2. Cecum
Usus besar terdiri atas sekum yang merupakan suatu kantung dan
kolon yang terdiri atas bagian yang naik, mendatar, dan turun. Bagian yang
turun akan berakhir di rektum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama pada
bagian kolon yang naik) dari satu spesies ke spesies lain jauh lebih menonjol
dibandingkan dengan pada usus halus (Frandson, 1992). Usus besar tidak
mensekresikan enzim, namun didalamnya terjadi proses penyerapan air untuk
meningkatkan kadar air di dalam sel tubuh dan menjaga keseimbangan air ayam
broiler karena usus besar merupakan tempat penyerapan kembali air dari usus
halus. Usus besar juga menyalurkan sisa makana dari usus halus ke kloaka untuk
dibuang, nilai pH pada kolon sebesar menurut Sun (2004) adalah (6,3).
2.4.Probiotik
Probiotik adalah mikrobia hidup sebagai suplemen makanan atau pakan yang
memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan melalui peningkatan
keseimbangan mikrobia dalam saluran pencernaan (Fuller, 1992). Beberapa
persyaratan yang perlu dipenuhi agar suatu bahan dapat berperan sebagai probiotik
diantaranya adalah mempunyai viabilitas yang tinggi sehingga tetap hidup, tumbuh,
dan aktif dalam sistem pencernaan, tahan terhadap asam, garam empedu (bile salt),
dan kondisi anaerob, mampu tumbuh dengan cepat dan menempel (melakukan
kolonisasi) pada dinding saluran pencernaan, mampu menghambat atau membunuh
bakteri patogen (Playne., 1999 dalam Widodo, 2003).
Salminen dan Wright (1998) berpendapat bahwa sifat-sifat strain bakteri
probiotik yang baik antara lain stabil pada kondisi asam, khususnya asam lambung,
stabis terhadap asam empedu, mampu bertahan hidup dalam saluran pencernaan
manusia, mampu menyebar dan berkembang biak pada sel-sel usus manusia,
mengkolonisasi saluran pencernaan manusia, memproduksi senyawa atau substansi
antimikroba, bersifat antagonis terhadap bakteri patogen dan kariogenik, tumbuh
baik secara in vitro serta aman dikonsumsi manusia.
Menurut Ray (1996) Probiotik mempunyai beberapa efek yang menguntungkan
apabila digunakan sebagai pakan. Keuntungan probiotik adalah kemampuannya
untuk mencegah reaksi bakteri patogen, mensuplai enzim untuk membantu
mencerna beberapa bahan makanan, detoksikasi beberapa komponen makanan
yang merugikan dan mengeluarkannya dan saluran pencemaan dan merangsang
aktivitas peristaltik usus.
Tabel 1. Contoh Mikroorganisme yang Dianggap sebagai Probiotik
Lactobacillus sp Bifidobacterium sp Lainnya
L. acidophilus B. bifidum Enterococcus faecium
L. casei B. breve Saccharomyces
boulardii
L. crispatus B. infantis Streptococcus
thermophilus
L. delbrueckii subsp.
Bulgaricus B. longum
L. fementum B. lactis
L. gasseri B. adolescentis
L. Johnsonii
L. paracasei
L. plantarum
L. reuteri
L. rhamnosus
Sumber : Senok dkk. (2005)
2.5. Susu Fermentasi
2.5.1. Susu Sapi Fermentasi
Menurut Winarno (1993) susu adalah cairan berwarna putih yang
disekresikan oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk
bahan makanan dan sumber zat gizi bagi anaknya. Susu merupakan minuman
bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah menyusui seperti sapi perah, kambing
perah atau bahkan kerbau perah (Sumoprastowo, 2000). Selain dari hewan, susu
juga dapat di buat dari sumber protein nabati salah satunya kedelai. susu kedelai
adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas
(Hartono, 2005).
Susu merupakan sumber gizi yang hampir lengkap karena mengandung
hampir semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral serta air. Hanya serat makanan (dietary fiber) saja yang tidak
terkandung dalam susu (Soehardi, 2004). Kandungan zat gizi dari susu sapi dan
susu kedelai tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat dari tabel.
Tabel 2. Komposisi Gizi Susu Kedelai Cair dan Susu Sapi tiap 100 gram
Komponen Susu kedelai Susu sapi
Kalori (Kkal) 41,00 61,00
Air (gr) 87,00 88,33
Karbohidrat (gr) 5,00 4,30
Lemak (gr) 2,50 3,50
Protein (gr) 3,50 3,20
Kalsium (mg) 50,00 143,00
Besi (gr) 0,70 1,70
Fosfor (gr) 45,00 60,00
Vitamin B1 (thiamin) (mg) 0,08 0,03
Vitamin C (mg) 2,00 1,00
Sumber : Koswara (2006)
Fermentasi didefinisikan sebagai proses yang tidak membutuhkan oksigen
dan menggunakan molekul organik sebagai aseptor elektron dan hanya dapat
dilakukan oleh mikroorganisme yang aktif (Tamang and Kailasapathy, 2010).
Fermentasi adalah suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan
sebagai akbiat adanya pertumbuhan maupun metabolisme organisme.
Mikrooganisme tersebut yaitu jamur, ragi dan bakteri yang sebagian besar adalah
bakteri asam laktat, basillus dan mikrococcus. Mikrooganisme ini mengubah
kandungan kimia dalam bahan baku selama proses fermentasi dan mengikat nutrisi
penting yang terdapat dalam produk, memperbaiki rasa dan tekstur, membuat
jangka simpan menjadi lebih lama, membuat produk memiliki sifat antioksidan dan
antrimikroba serta menstimulasi fungsi probiotik.
Produk Susu fermentasi yang umum ditemukan yaitu yoghurt dan soyghurt
yang memanfaatkan starter termofil (tumbuh baik pada suhu 37-45°C). Bakteri
dalam yoghurt yaitu diantaranya Lactobacillus felbrueckii subsp. Bulgaricus dan
Sterptococcus thermophilus, secara alami terdapat dalam susu atau sengaja
ditambahkan sebagai kultur starter sebanyak 2-5%, dengan perbandingan 1 : 1.
Suhu fermentasi optimum adalah 42-45°C selama 3-6 jam, hingga dicapai pH 4,4
dan kadar asam titrasi mencapai 0,9-1,2%. Bakteri-bakteri yang terdapat dalam
yoghurt termasuk kedalam kelompok bakteri penghasil asam laktat atau yang sering
disebut bakteri asam laktat (BAL) (Surono, 2004).
2.5.2. Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif berbentuk
kokus atau batang, tidak membentuk spora, susu optimum ± 40°C, pada umumnya
tidak motil, bersifat anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam
laktat sebagai produk utama fermentasi kabohidrat. BAL dibagi menjadi dua
berdasarkan kemampuannya untuk memfermentasi glukosa dalam kondisi standar,
yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. BAL homofermentatif akan
mengubah gula menjadi asam laktat, sementara BAL heretofermentatif akan
memproduksi tidak hanya asam laktat, namun juga asam asetil, etanol dan
karbondioksida (Syahrurahman, 2007 dalam Nasution, 2012).
Bakteri asam laktat (BAL) ditemukan pertama kali oleh Pasteur, seorang
professor Kimia di University of Lille, ditahun 1878. Lister melaporkan isolasi
bakteri asam laktat asal susu yang bengik. Beberapa bakteri asam laktat ditemukan
juga pada saluran pencernaan manusia maupun hewan. Pada tahun 1889, Tissier,
peneliti perancis pada laboratorium Prof. Pasteur, menemukan bakteri yang
mendominasi saluran usus bayi yang minum ASI, yaitu Bifidobacterium satu tahun
kemudian, Moro, peneliti pada Universitas Graz di Austria, di tahun 1900
menemukan berbagai jenis bakteri pada bayi yang diberi minum susu botol dan
diberi nama Bacillus acidophilus (acido : asam; philus : suka) selanjutnya dikenal
sebagai bakteri Lactobacillus acidophilus (Surono, 2004).
Tabel 3. Karakteristik Starter Thermofil
Karakteristik Streptococcus
thermophilus
Lactobacillus
delbrueckii
subsp
bulgaricus
Lactobacillus
delbrueckii
subsp lactis
Lactobacillus
acidophilus
Lactobacillus
casei subsp
casei
Bentul sel dan konfigurasi
Spherikal-
ovoid, pairs-
rantai panjang
Rod, tunggal,
rantai pendek Rod
Rod, tunggal,
pairs, rantai
pendek
Rod, rantai
pendek/
panjang
Kalatase - - - - -
Suhu tumbuh (°C)
Optimum
Minimum
Maksimum
40-45
20
50
40-45
22
52
40-45
22
52
37
20-22
45-48
37
15-20
40-45
Suhu inkubasi (°C) 40-45 42 40-45 37 37
Toleransi panas (60°C/30
menit) ++ + + - -
Isomer asam laktat L(+) D (-) D (-) DL L (+)
Poduksi asam laktat dalam
susu (%) 0,7-0,8 1,5-4,0 1,5-3,0 0,3-2,0 1,2-1,5
Asam asetat (%) Sedikit Sedikit Sedikit + +
Produksi gas (CO2) - - - - -
Aktivitas proteolitik + +
Altivitas lipotitik
Fermentasi sitrat - - - - -
Senyawa flavor ++ ++ + +
Preduksi mukopolisakarida ++ - -
Produksi hidrogen
peroksida + + + +
Produksi alkohol - Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit
Toleransi garam (% maks) 2,0 2,0 2,0 6,5 2,0
Sumber : Heller (2001) dan Dellaglio (1988) dalam Surono (2004)
Bakteri asam laktat (BAL) dan Bifidobakteria termasuk dalam dalam
kelompok bakteri “baik” bagi manusia dan umumnya memenuhi status GRAS
(Generally Recognized As Safe) yaitu aman bagi manusia. Kelompok bakteri ini
tidak membusukkan protein dan dapat memetabolisme berbagai jenis karbohidrat
secara fermentatif menjadi asam laktat sehingga disebut bakteri asam laktat (BAL)
(Surono, 2004).
BAL merupakan salah satu kelompok bakteri yang telah banyak digunakan
sebagai probiotik. Peranan BAL sebagai probiotik bagi kesehatan manusia dan
hewan antara lain menurunkan kasus intoleransi laktosa, menurunkan kadar serum
kolesterol, mengurangi frekuensi terjadinya penyakit diare, menstimulasi sistem
imunitas tubuh, mengendalikan infeksi patogen, mampu berperan sebagai
pengganti antibiotik serta mampu menekan terjadinya tumor dan kanker sistem
pencernaan dengan cara memelihara keseimbangan mikrobia dalam sistem
pencernaan (Sceinbach, 1998 dalam Widodo, 2003).
Bakteri asam laktat mampu memproduksi enzim bile salt hydrolise (BSH)
yang berfungsi memutus ikatan senyawa yang mensintesis kolesterol yaitu ikatan
C-24 NaCl amida yang ada diantara asam ampedu dan asam amino pada garam
ampedu terkonyugasi. Garam ampedu yang mengalami dekonyugasi akan di
kembalikan ke hati dan dibuang melalui feses (Noh dkk., 1997).
2.6. Peran Susu Fermentasi terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Daging
pada Ayam Broiler
Pengaruh bakteri asam laktat terhadap penurunan kadar kolesterol diduga
karena kemampuannya dalam mengasimilasi kolesterol dan mendekonjugasi garam
empedu (Gilliland, 1985). Penurunan kolesterol oleh BAL diduga terjadi secara
langsung dengan mekanisme asimilasi kolesterol atau secara tidak langsung dengan
mekanisme dekonjugasi garam empedu. Pada mekanisme asimilasi kolesterol, BAL
akan mengambil atau mengabsorbi kolesterol micelle yang ada pada lumen usus.
Selanjutnya kolesterol yang diambil berinkorporasi pada membran seluler bakteri.
Pada mekanisme dekonjugasi garam empedu, penurunan terjadi selama siklus
enterohepatik. Dekonjugasi terjadi karena bakteri memiliki enzim bile salt
hidrolase (Noh dkk., 1997).
Menurut Surono (2004) bakteri asam laktat berpengaruh pada penurunan
kolesterol. Kadar kolesterol sangat berkaitan erat dengan garam empedu. Garam
empedu merupakan produk akhir dari metabolisme kolesterol yang larut air dibuang
oleh tubuh, sehingga digunakan kolesterol yang ada untuk membentuk garam
empedu lagi, hal ini menyebabkan kandungan kolesterol berkurang. Garam
empedu terkonjugasi bisa ditransformasi oleh aktivitas enzimatis beberapa bakteri
usus selama sirkulasi enterohepatik. Enzim bile salt hidrolase (BSH) bertanggung
jawab terhadap dekonjugasi asam empedu, dimana glisin atau taurin dipisahkan dari
steroid, sehingga menghasilkan garam empedu bebas atau terdekonjugasi. Bile salt
hidrolase (BSH) dimiliki oleh beberapa strain bakteri saluran pencernaan seperti
lactobacillus, Enterococcus, Bifidobakterium, Clostridium, Peptostreptococcus
dan Bacteroides.
Dekonjugasi garam empedu membantu menurunkan kadar kolesterol karena
garam empedu yang tidak terikat (dekonjugasi) akan lebih mudah terbuang dari
saluran pencernaan dibanding garam empedu yang terkonjugasi. Penelitian lain
juga membuktikan bahwa garam empedu yang terdekonjugasi tidak diserap oleh
usus. Garam empedu terbuang melalui feses dan mengakibatkan semakin banyak
kolesterol yang dibutuhkan untuk mensintesis garam empedu lagi sehingga
menurunkan kadar kolesterol (Surono, 2004). Hal ini mengakibatkan semakin
banyak kolesterol yang dibutuhkan untuk mensintesis garam empedu lagi sehingga
akan menurunkan kadar kolesterol dan kemampuan BAL untuk mengikat kolesterol
sehingga mencegah penyerapan kolesterol kembali ke hati (Lee dkk, 2009).
Enzim lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi dalam
hidrolisis monogliserida, digriserida dan trigliserida untuk menghasilkan asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan dihidrolisis menjadi kolesterol
dengan 5 tahap yaitu (1) Merubah Asetil CoA menjadi HMG-CoA; (2) Merubah
HMG-CoA menjadi Mevalonate; (3) Mevalonat diubah menjadi molekul dasar
isoprene, isopentenyl pyrophosphate (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2; (4)
IPP diubah menjadi Squalen; (5) Squalen diubah menjadi kolesterol.
2.7. Peran Susu Fermentasi terhadap Penurunan pH Usus pada Ayam Broiler
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi
inangnya sehingga dapat menjaga keseimbangan dalam usus, bertahan hidup dalam
saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus dan mendetoksikasi zat racun
atau metabolitnya sehingga meningkatkan penyerapan nutrient lebih sempurna
(Sumarsih dkk., 2012).
Pertumbuhan bakteri asam laktat pada saluran pencernaan ayam broiler
dikarenakan lingkungan sesuai. Lingkungan yang sesuai untuk hidup bakteri asam
laktat meliputi suhu, potensial hidrogen (pH) dan kandungan nutrisi. Suhu yang
terlalu tinggi akan merusak protein penyokong hidup bakteri. Kerusakan ini akan
mengakibatkan bakteri mati. Suhu yang terlalu rendah akan berakibat bakteri asam
laktat dorman dan tidak tumbuh (Fardias, 1992). Bakteri asam laktat memiliki
rentang suhu optimal 37⁰C – 42⁰C (Husmaini et al., 2011) dan dapat hidup pada
pH 2 - 6,5 (Hardiningsih dkk., 2006).
Kondisi asam, menyebabkan pertumbuhan Escherichia colli terhambat,
sehingga inang terlindungi dari bakteri pathogen. Hasil fermentasi berupa asam
lemak rantai pendek (short chain fatty acid/SCFA) akan menurunkan pH di dalam
usus besar sehingga tercipta lingkungan asam yang tidak ideal untuk pertumbuhan
bakteri Escherichia colli, pH yang rendah juga merupakan sinyal bagi sistem imun
saluran cerna dan pembentukan mukus yang berfungsi sebagai penghambat pada
permukaan saluran pencernaan agar bakteri patogen tidak dapat masuk ke aliran
darah. Probiotik secara tidak langsung dapat mencegah berkembangnya bakteri
patogen dan mempertahankan kondisi setelah infeksi Escherichia colli. Pemberian
prebiotik oligosakarida pada ternak yang diinfeksi dengan patogen, mampu
mencegah patogen berkembang pada inang melalui stimulasi bakteri asam laktat
yang mampu memfermentasi gula/oligosakarida menjadi asam laktat, sehingga
media tumbuh ber-pH rendah, dimana pada kondisi ini patogen tidak dapat tumbuh
dan berkembang biak.
Pemberian Lactobacillus yang bersifat asam mampu menekan atau
pertumbuhan Escherichia colli. Prebiotik adalah bahan makanan yang dapat
memperbaiki usus dengan memacu pertumbuhan bakteri yang menguntungkan
seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria (Cao et al. 2005), dan menekan
pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia colli, (Fukata et al. 1999).
Berkurangnya jumlah koloni bakteri patogen disebabkan karena bakteri patogen
kalah berkompetisi dalam pengambilan nutrisi di dalam usus halus. Pernyataan ini
dibuktikan oleh Mountzouris dkk., (2007) yang menjelaskan bahwa probiotik
seperti kultur Lactobacillus, sp mengurangi ketersediaan nutrient atau bahan
makanan bagi bakteri patogen dan meningkatkan koloni bakteri asam laktat.