176

Click here to load reader

Ika Rifqiawati Fitk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

date

Citation preview

  • iPENGARUH PENGGUNAANPENDEKATAN PROBLEM POSING

    TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEPPEWARISAN SIFAT

    (Quasi Experiment Pada Kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang)

    SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

    Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    OlehIKA RIFQIAWATINIM. 106016100578

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA2011

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEMPOSING TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA

    PADA KONSEP PEWARISAN SIFAT

    SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat MemperolehGelar Sarjana Pendidikan (S1)

    Oleh:IKA RIFQIAWATI

    106016100578

    Di bawah Bimbingan:

    Pembimbing I

    Drs. Ahmad Sofyan, M. PdNIP. 19650115 198703 1 020

    Pembimbing II

    Nengsih Juanengsih, M. PdNIP. 19790510 200604 2 001

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2011

  • iii

    LEMBAR PENGESAHANPANITIA UJIAN MUNAQASYAH

    Skripsi dengan judul : Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadapBerpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat (Kuasi Eksperimen di SMPNegeri 2 Ciruas, Serang), disusun oleh Ika Rifqiawati, NIM 106016100578, diajukankepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 18 Maret 2011 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar SarjanaPendidikan (S.Pd) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi PendidikanBiologi.

    Jakarta, 21 Maret 2011

    Panitia Ujian MunaqosahTanggal Tanda Tangan

    Ketua Panitia

    Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd ...............NIP. 19681228 200003 1 004

    SekretarisNengsih Juanengsih, M. Pd ...............NIP. 19790510 200604 2 001

    Penguji IDr. Sujiyo Miranto, M. Pd ...............NIP. 19681228 200003 1 004

    Penguji IIMeiry Fadilah Noor, M. Si ...............NIP. 150 411 174

    Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MANIP. 19571005 198703 1 003

  • iv

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    N a m a : Ika Rifqiawati

    Tempat/Tgl.Lahir : Serang, 05 Mei 1988

    NIM : 106016100578

    Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi

    Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadapBerpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat

    Dosen Pembimbing : 1. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd2. Nengsih Juanengsih, M. Pd

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dansaya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

    Jakarta,

    Mahasiswa Ybs.

    Ika Rifqiawati

    NIM.106016100578

  • vABSTRAK

    Ika Rifqiawati, Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadapBerpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat. Skripsi, Program StudiPendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem posing terhadapberpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Penelitian ini dilaksanakan di SMPNegeri 2 Ciruas, Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimendengan desain nonrandomized control group pretest-posttest design. Pengambilan sampeldilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36siswa untuk kelas eksperimen, dan 37 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan datamenggunakan instrumen tes berpikir kreatif berbentuk uraian yang telah diuji validitasdan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruhpenggunaan pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konseppewarisan sifat. Analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh nilai hitung sebesar 5,62, sedangkan t tabel dengansignifikansi 5% adalah 1,99. Maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel. Hal tersebutmenunjukkan hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) di tolak. Dengandemikian, terdapat pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswapada konsep pewarisan sifat.

    Kata Kunci: Pendekatan Problem Posing, dan Berpikir Kreatif.

  • vi

    ABSTRACT

    Ika Rifqiawati, The Influence of uses problem posing approach on creativethinking. Undergradued thesis, for Biology Education Program, The Departementof Natural Science, The Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State IslamicUniversity of Syarif Hidayatullah Jakarta.

    The study aims to know the effect of problem posing approach on creative thinking skillsin genetica concept. This research was conducted at SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. Themethode of this research is quasi eksperiment with design used nonrandomized controlgroup pretest-posttest design. The technique sampling is purposive sampling. The amountof research sample were 36 students for experiment class, and 37 students for controlclass. Data was collected by using creative thinking test methode, biology essay test andresponse through science learning by using observation. Analysis data used t-test. Theresult of analysis posttest t-test data both of classes obtained t count point is 5,62, and ttable point in 5% significance is 1,99, It is mean t count more higher than t table or tcount > t table. It indicates Ha is accepted and Ho is refused. Therefore, There is effectproblem posing approach on creative thinking in genetica concept.

    Keywords: Problem posing approach, dan Creative thinking

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yangtelah memberikan nikmat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepadatauladan kita, Nabi Muhammad saw., yang telah membawa manusia ke dalamdunia yang berperadaban.

    Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalammenempuh masa studi strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi,Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan danbimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulismenyampaikan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Baiq Hana Susanti, M. Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd selaku Ketua Program Studi PendidikanBiologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd dan Nengsih Juanengsih, M. Pd selakupembimbing I dan II. Terima kasih atas tenaga, pikiran, dan waktu yangselalu diluangkan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepadapenulis dalam penulisan skripsi.

    5. Drs. H. Muhammad Yamin selaku Kepala sekolah SMP Negeri 2 Ciruas,Serang. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mengadakanpenelitian di sekolah tersebut.

    6. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, seluruh dewan guru dansiswa terutama kelas IX F dan IX B di SMP 2 Ciruas, Serang.

  • viii

    7. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik, dan Mas Huda yang selalumemberikan kasih sayang dan doanya kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    8. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2006 yangsaling memberikan motivasi dan semangatnya.

    9. Rekan-rekan di Boarding English Course yang selalu berdoa untukkesuksesan bersama.

    10. Direktur dan Staf Literary Agency Mata Pena Writer yang memberikandorongan dan semangatnya untuk terus berkarya mencerdaskan Bangsadengan buku.

    11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidakmengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

    penulisan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaatbagi penulis dan pembaca, Amin.

    Jakarta, Februari 2011

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHANABSTRAKKATA PENGANTAR .................................................................. iDAFTAR ISI .................................................................. iiiDAFTAR TABEL .................................................................. vi

    DAFTAR GRAFIK .................................................................. viiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................. viii

    BAB 1 PENDAHULUANA. Latar Belakang ............................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6D. Perumusan Masalah........................................................................ 6E. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 6

    BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUANHIPOTESISA. Kajian Teoritik

    1. Pendekatan Problem posing a. Pengertian Problem posing .................................................. 8 b. Penerapan Problem posing dalam KBM...............................10 c. Keunggulan dan Kelemahan Problem posing .......................142. Berpikir Kreatif

    a. Hakikat Berpikir Kreatif........................................................16 b. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran .........................19 c. Karakteristik Anak Kreatif ....................................................19 d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa ...............21 e. Mengukur Kreativitas............................................................22

  • x f. Kendala-kendala Kreativitas..................................................243. Hubungan Pendekatan Problem posing dan Berpikir Kreatif...26

    B. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan .............................28

    C. Kerangka Berpikir ........................................................................32D. Pengajuan Hipotesis .......................................................................33

    BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................34B. Metode dan Desain Penelitian

    1. Metode Penelitian ......................................................................342. Desain Penelitian .......................................................................34

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................35D. Variabel Penelitian ........................................................................35E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................36F. Instrumen Penelitian .....................................................................37

    1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................372. Lembar Observasi .....................................................................39

    G. Kalibrasi Instrumen .......................................................................391. Validitas Butir Soal ...................................................................392. Reliabilitas ................................................................................403. Tingkat Kesukaran ....................................................................41

    4. Daya Pembeda ..........................................................................41I. Teknik Analisis Data Kuantitatif ..................................................42

    1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif ................422. Normal Gain ..............................................................................433. Uji Prasyarat ..............................................................................434. Uji Hipotesis .............................................................................44

    J. Teknik Analisis Data Kualitatif .....................................................46

  • xi

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian

    1. Data Hasil Pre test ....................................................................47

    2. Data Hasil Post test ...................................................................48

    3. Data Nilai N-Gain .....................................................................504. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data

    a. Uji Normalitas .......................................................................52 b. Uji Homogenitas ...................................................................53

    5. Hasil Pengujian Hipotesis .........................................................546. Data Hasil Observasi

    a. Data Observasi Aktivitas Guru..............................................56 b. Data Observasi Aktivitas Siswa............................................56

    7. Analisis LKS Problem posing...................................................54B. Pembahasan ...................................................................................58

    BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ...................................................................................62B. Saran ..............................................................................................62

    DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................63LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................67

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Langkah-langkah Pokok Pembelajaran dengan Problem posing ........ 10Tabel 2.2 Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Kemampuan Berpikir.................. 19Tabel 2.3 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan Masalah.............................. 27Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................. 35Tabel 3.2 Variabel Penelitian.............................................................................. 36Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif....................................... 37Tabel 3.4 Kategori Hasil Observasi .................................................................... 46Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................. 47Tabel 4.2 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Awal Siswa ............................... 48Tabel 4.3 Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................ 48Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Akhir Siswa............................... 49Tabel 4.5 Rekapitulasi N-Gain Kelas Eksperimen ............................................. 50Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen. 50Tabel 4.7 Rekapitulasi N-Gain Kelas Kontrol .................................................... 51Tabel 4.8 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol....... 51Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............. 53Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 54Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pretes-postes Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol .............................................................................................. 55Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ...................................................... 57

  • xiii

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ......................................................56

  • xiv

    DATA LAMPIRAN

    Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen.....................................................................67Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol............................................................................83

    Lampiran 3. LKS Problem posing ........................................................................94Lampiran 4. Modul Materi Pewarisan Sifat ..........................................................104Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Tingkat Kesulitan dan Pengetahuan ..........................109Lampiran 6. Jawaban dan Pedoman Penilaian Instrumen Berpikir Kreatif .........111Lampiran 7. Perhitungan Analisis Butir Soal .......................................................120Lampiran 8. Instrumen Berpikir Kreatif ..............................................................126Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Guru....................................................127Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa...................................................131Lampiran 10. Nilai Kelas Eksperimen ..................................................................135Lampiran 11. Nilai Kelas Kontrol.........................................................................138

    Lampiran 12. Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa................................141Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Eksperimen.............142Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Kontrol ...................146Lampiran 15. Perhitungan Uji Normalitas ............................................................150Lampiran 16. Perhitungan Uji Homogenitas ........................................................156Lampiran 17. Perhitungan Uji Hipotesis...............................................................162Lampiran 18. Pengolahan Data Hasil Observasi...................................................168Lampiran 19. Rekapitulasi Penilaian LKS Problem posing .................................169

  • 1BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku, baik

    perorangan atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melaluiupaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikandapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehinggaorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkahlaku yangsesuai dengan kebutuhan.1

    Melalui pendidikan, akan dihasilkan manusia-manusia yang bertakwa,berilmu, mandiri dan bertanggung jawab. Hal tersebut sejalan dengan apayang tertera dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun2003 pada bab II pasal 3 yang berbunyi:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negarayang demokratis dan bertanggung jawab.2

    Tujuan pendidikan di atas akan tercapai apabila terjadi peningkatankomponen-komponen pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yangmemegang peranan penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusiaadalah guru. Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki tugas-tugasutama. Tugas utama guru telah tertera dalam undang-undang tentang guru dandosen nomor 14 tahun 2005 bab I pasal 1 yang berbunyi: Guru adalahpendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

    1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2010), hal. 102 Anonim, Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 7

  • 2pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, danpendidikan menengah.3

    Salah satu tolak ukur keberhasilan seorang pendidik dalammenyampaikan pembelajaran adalah bila dalam pembelajaran yang dilakukandapat mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan tersebut sangat bergantungpada kemampuan pendidik untuk mengelola proses belajar mengajar. Hal inimemiliki makna bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan yangperlu mendapatkan perhatian lebih, karena pada proses belajar mengajardiharapkan terjadi interaksi langsung antara guru atau pendidik dengan siswadan interaksi siswa dengan siswa yang lain. Untuk itu maka diperlukanpemilihan strategi pembelajaran yang tepat.

    Strategi dalam pembelajaran mempunyai arti secara sempit samadengan pengertian teknik dan metode, yaitu sama-sama merupakan cara dalamrangka mencapai tujuan. Sedangkan secara umum strategi mempunyaipengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usahamencapai sasaran yang telah ditentukan.4

    Strategi pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengubahparadigma pembelajaran dari siswa sebagai obyek atau sasaran pembelajaranmenjadi subyek atau pelaku dari tujuan pembelajaran. Strategi pembelajarantersebut harus mampu mengikutsertakan semua siswa untuk mendapatkanperan, mampu mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positifsiswa sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik, menantang,dan menyenangkan sehingga prestasinya meningkat.

    Namun, kenyataannya strategi pembelajaran yang diterapkan oleh paraguru saat ini masih kurang bervariasi. Kebanyakan guru masih menerapkanpembelajaran yang bersifat konvensional. Dalam proses belajar mengajar,kecakapan berpikir terutama berpikir kreatif juga belum ditangani secara

    3 Asrorun Niam, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas, 2006), hal. 1574 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2006), hal. 5

  • 3sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah. Hal tersebut tidak sejalan denganStandar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV tentang StandarProses Pasal 19) menyebutkan bahwa: pembelajaran pada satuan pendidikandiselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangyang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (learning how tolearn).

    Munandar juga berpendapat bahwa pengajaran di sekolah padaumumnya hanya melatih proses berpikir konvergen, terbatas pada penalaranverbal dan pemikiran logis. Sehingga siswa akan terbiasa dengan berpikirkonvergen dan bila dihadapkan pada suatu masalah, siswa akan mengalamikesulitan memecahkan masalah secara kreatif5

    Penemuan Rafiudin yang dikutip Arnyana, menambah pendapatMunandar. Dalam temuannya dinyatakan bahwa terjadi keluhan tentangrendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh pesertadidik karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karenaitu, penanganan kecakapan berpikir kritis dan kreatif sangat pentingdiintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.6

    Rendahnya pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran disekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuanberpikir logis atau berpikir konvergen. Berpikir konvergen sendiri mempunyaiarti kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalahyang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia.

    Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa diintegrasikandengan pengajaran kecakapan berpikir. Hal ini dikarenakan biologi merupakanwahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai sertatanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara yang

    5 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.

    Gramedia Widiasarana, 2001), hal. 796 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada

    Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, (Jurnal Pendidikan dan PengajaranIKIP Singaraja, No. 3, Juli 2009 ), hal. 498

  • 4beriman dan bertaqwa. Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahudan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologibukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu prosespenemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.

    Namun yang terjadi saat ini, dalam pembelajaran biologi guru masihmenerangkan tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum denganmetode ceramah. Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan siswa tidakberperan aktif sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembanganstruktur kognitif, sehingga siswa menjadi cepat bosan.

    Pembelajaran konvensional juga tidak menyentuh ranah dimensikognitif peserta didik, sehingga masih memberikan dominasi guru dan tidakmemberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melaluipenemuan dan proses berpikirnya. Sedangkan dalam pembelajaran biologisiswa seharusnya aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untukmengembangkan kreativitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran danterampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi.

    Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam proses pembelajarandiperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masalah. Siswa yangterstimulus dengan masalah akan dapat meningkatkan kemampuan berpikirkreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian. Selain itu, siswa dapatterlibat secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, sertamendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagaifasilitator. Dengan demikian, dari sekian banyak model dan metodepembelajaran yang ada, problem posing merupakan salah satu pendekatanpembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif,sebab pendekatan problem posing lebih terpusat pada kegiatan belajar siswaaktif (student active learning).

    Problem posing pada intinya adalah meminta siswa mengajukanmasalah atau soal. Masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang

  • 5luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan olehguru.7

    Pada pembelajaran biologi yang menggunakan pembelajaran problemposing, siswa diharapkan dapat merumuskan masalah melalui beberapa faktasehingga siswa sadar akan adanya suatu masalah tersebut. Dengan caramencari informasi baik dari guru, peserta didik, berita-berita dan lingkungansekitar, maka siswa akan menjadi terangsang untuk memecahkan masalah.Berdasarkan Krulik yang dikutip Tatag, dalam memahami maupunmerencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikirkreatif siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakankemampuan berpikir (bernalar) tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic)dan kritis.8

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untukmelakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan pendekatan problemposing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat (genetika).

    B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, ada

    beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu sebagai berikut:1. Proses pembelajaran biologi masih terpusat pada guru (teacher center)2. Dalam pembelajaran biologi siswa masih pasif, kurang dalam memahami

    masalah dan merencanakan penyelesaian masalah.3. Siswa tidak terbiasa menggunakan kecakapan berpikir, terutama berpikir

    kreatif.

    C. Pembatasan MasalahAgar masalah yang diteliti tidak terlalu melebar, maka penulis

    membatasi masalah yang akan diteliti pada Pengaruh Penggunaan pendekatan

    7 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem

    Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1)hal. 52

    8Tatag Yuli Eko Siswono, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif SiswaMelalui Pengajuan Masalah, (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA UniversitasNegeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005), hal. 2

  • 6Problem posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat.Beberapa hal yang dibatasi yaitu sebagai berikut:1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan problem posing tipe pre

    solution posing.2. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kreatif

    siswa setelah diterapkan pembelajaran problem posing.3. Karakteristik kemampuan berpikir kreatif yang diteliti adalah:

    a. Kelancaran (fluency)b. Keluwesan (flexibility)c. Keaslian (originality)d. Merinci (elaboration)

    4. Konsep yang dibahas adalah tentang konsep pewarisan sifat (genetika).

    D. Perumusan MasalahBerdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka

    masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat dirumuskansebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh pendekatan problem posingterhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat kelas IX SMPNegeri 2 Ciruas, Serang.

    E. Tujuan dan Manfaat PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan

    problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifatkelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang.

    Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikanmanfaat sebagai berikut:

    1. Bagi siswa dapat membantu peningkatan berpikir kreatif siswa dalampengajuan dan pemecahan masalah pada pembelajaran biologi.

    2. Bagi guru dapat dijadikan informasi tentang pembelajaran problem posinguntuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

    3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan dalam rangka perbaikanpembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya matapelajaran biologi.

  • 7BAB IIKAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR

    DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teoretik1. Pendekatan Problem posing

    a. Pengertian Problem posingProblem posing adalah teknik pembelajaran yang melatih siswa

    untuk membuat soal sendiri dan mengerjakannya, sehingga diharapkansiswa akan lebih aktif untuk belajar, lebih mengenal dan menghayativariasi-variasi soal dan mahir dalam memahami substansi soal yangdiberikan oleh guru.9

    Menurut Dewey dan Piaget, problem posing adalah suatu alatuntuk mengembangkan dan memperkuat keterampilan pemikiran kritis.Problem posing juga bermakna untuk pengajaran keterampilan pemikirankritis dan banyak siswa yang memerlukan struktur awal langkah-langkahdalam pembelajaran yang menyediakan penghargaan dalam rangkamembangun kepercayaan dan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.10

    Istilah problem posing juga merupakan padanan dari istilahpengkonstruksian masalah. Dalam pengajuan masalah atau soal oleh siswahendaknya didasarkan pada situasi yang diberikan oleh guru. Situasi dalamhal ini bisa berupa informasi (pernyataan), pertanyaan dan sebagainya.Pengajuan soal juga merupakan kegiatan yang mengarah pada

    9 Aceng Haetami dan Maysara, Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran

    Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (JurnalMIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 74

    10 Sarah Nixon, Using Problem posing Dialogue in Adult Literacy Education, (Literacy

    Resourch, 2004), hal. 1

  • 8pembentukan sikap kritis dan kreatif, karena dalam pengajuan soal siswadiminta membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan guru.11

    Jadi, problem posing merupakan sebuah pendekatan yangmempunyai arti bahwa siswa dilatih untuk mengajukan masalah ataumembuat pertanyaan. Pendekatan ini dapat mengembangkan keterampilansiswa dalam hal berpikir kritis dan kreatif.

    Pembelajaran dengan problem posing (pengajuan soal) padaintinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah,masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang luas, soal yangsudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru.12

    Menurut Silver, terdapat tiga jenis kegiatan problem posing yangdiaplikasikan dalam tiga bentuk kegiatan kognitif yang berbeda yaitu: 13

    (1) Pengajuan pre-solusi (pre solution posing) yaitu pengajuan soal yangdibuat berdasarkan situasi yang ada.

    (2) Pengajuan di dalam solusi (within solution posing) yaitu merumuskankembali masalah seperti yang telah diselesaikan.

    (3) Pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu memodifikasitujuan atau kondisi yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.

    Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapatdisimpulkan bahwa pada intinya problem posing adalah meminta siswauntuk mengajukan soal atau masalah berdasarkan topik dan contoh soalyang telah dijelaskan oleh guru. Jadi, pada pembelajaran ini siswaharus memahami topik yang disampaikan guru sehingga siswa dapat

    11 Dinawati Trapsilasiwi, Pengajuan Soal (Problem posing) sebagai Upaya

    Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Belajar Matematika di Sekolah. (Jurnal Teknobel, Maret2001, Volume 2, No. 1), hal. 64-65

    12 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem

    posing untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1)hal. 52

    13 Sri Surtini, dkk, Implementasi Problem Posing pada Pembelajaran Operasi HitungBilangan Cacah Siswa Kelas IV SD di Salatiga, (Laporan Penelitian, Lembaga PenelitianUniversitas Terbuka Salatiga, 2003), hal. 10

  • 9mengkomunikasikan hasil pemahamannya tersebut ke dalam bentuk soalyang disertai pemecahannya.

    b. Penerapan Problem posing dalam Kegiatan Belajar MengajarDalam kegiatan belajar mengajar, problem posing merupakan salah

    satu teknik dalam metode pemberian tugas kepada siswa untukmerumuskan, membuat soal, atau mengajukan soal. Pembelajaran denganpendekatan problem posing umumnya dicirikan dengan perumusankembali soal yang telah diberikan guru. Oleh karena itu, penerapanproblem posing dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secaraindividual maupun kelompok di sekolah, yaitu diawali denganpendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.14

    Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pokok Pembelajarandengan Problem posing

    Langkah Kegiatan guru

    Pendahuluan 1. Guru menginformasikan tujuanpembelajaran

    2. Mengarahkan siswa padapembuatan masalah

    3. Mendorong siswa mengekspresikanide-ide secara terbuka

    Pengembangan 1. Memberikan informasi tentangkonsep yang dipelajari

    2. Memberikan sebuah contoh soalyang berkaitan dengan materi yangdiajarkan dan cara membuat soalyang identik berdasarkan soal yangada.

    Penerapan 1. Menguji pemahaman siswa ataskonsep yang diajarkan denganmemberikan beberapa soal.

    2. Mengarahkan siswa mengerjakansoal tersebut dan untuk membuatsoal-soal yang identik berdasarkansoal-soal yang dibuat siswa.

    3. Memotivasi siswa untuk terlibatdalam pemecahan masalah

    14 Nyimas Aisyah, Problem posing, (Jurnal Forum MIPA UNSRI, Vol. 5, 2000), hal. 61-62

  • 10

    Langkah Kegiatan guru

    Penutup 1. Membantu siswa mengkaji ulanghasil pemecahan masalah

    2. Menyimpulkan hasil pembelajaran

    Jadi, penerapan problem posing dalam kegiatan belajar mengajardilakukan dengan empat tahap yaitu, pendahuluan, pengembangan,penerapan, dan penutup.

    Dalam sumber lain dikatakan bahwa pembelajaran denganmenggunakan problem posing terdapat tujuh langkah, yaitu: 15

    (1) Mengembangkan isu-isu dalam masyarakat (survey)Survey merupakan bagian terpenting dari seluruh proses, karena padalangkah ini siswa diminta untuk mencari bahan atau materi tentang isu-isuyang berkembang di masyarakat. Para siswa bebas berbicara tentang hal-hal yang mereka ketahui, disini guru hanya mendengar percakapan merekadengan seksama sehingga suasana pada saat itu seperti pasar.

    (2) Menganalisis bahan atau materi hasil survey (Analysis of survey material)(3) Menyiapkan materi problem posing (Preparing of problem posing

    materials)Langkah ini menjelaskan bahwa guru menyiapkan rangkaian materi yangdapat merangsang diskusi dalam belajar kelompok baik berupa gambar,poster, slide dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yangdibicarakan. Pada saat itu tiap kelompok memilih dan mempresentasikansesuai dengan tema yang mereka pilih.

    (4) Belajar berkelompok (The learning group)Pada langkah ini, tiap kelompok aktif dalam diskusi, semua diperbolehkanberbicara sesuai dengan pemikiran mereka, sehingga menuntut adanyakesadaran berpikir kritis dan kreatif.

    15 Donal Mc. Ananey, dkk, Teaching and Learning in Further and Higher Education: A

    handbook by The Education for Employment Project, (Eropa: The ESF EQUAL CommunityInitiative, 2007), hal. 82-84

  • 11

    (5) Peran pemain (The role of the animator)Peran utama guru adalah membantu para siswa. Dalam hal ini guru tidakbanyak berbicara, tetapi terlibat dalam diskusi melalui pembenaranjawaban dari pertanyaan yang ada. Siswa akan mengingat lebih baiktentang apa yang mereka katakan dan temukan.

    (6) Mengarahkan diskusi (The direction of discussion)Sesekali siswa diminta untuk duduk diam oleh guru pada saat gurumemberikan materi problem posing kepada semua kelompok. Dalamdiskusi terdapat lima langkah dasar yaitu deskripsi, analisis,menghidupkan dengan kehidupan, analisis lebih dalam dan perencanaantindakan. Seluruh proses ini dikembangkan untuk meningkatkan kesadaranberpikir kritis terhadap situasi yang ada dan merangsang mereka untukmencari solusi dari permasalahan.

    (7) Refleksi-Tindakan (Reflection-Action)Ketika suatu kelompok mampu menyarankan sesuatu yang konkrit yang

    dapat mereka lakukan dari permasalahan yang ada, pada saat itulah gurumendorong siswa untuk mengambil tindakan. Guru berperan aktifmembantu kelompok siswa kemudian mengevaluasinya bersama.

    Hasil tugas pembuatan soal perlu dilakukan analisis, yaitupemeriksaan secara teliti (batasan-batasan yang ditetapkan). Dalammenganalisis diperlukan beberapa kriteria. Kriteria tersebut yaitu: 16

    (1) Solvabilitas soal, soal tidak dapat diselesaikan apabila soal tersebut kuranginformasi atau soal-soal tersebut menimbulkan makna baru tidak adakaitannya dengan informasi yang diberikan. Sedangkan soal yang dapatdiselesaikan apabila soal tersebut mempunyai cukup informasi danpertanyaan yang diminta sesuai dengan maknanya.

    (2) Kaitan soal dengan materi yang disampaikan, pemberian tugas yangberhubungan dengan materi yang baru diajarkan.

    16 Nyimas Aisyah, Op. Cit., hal. 63-64

  • 12

    (3) Penyelesaian soal yang dibuat siswa, dilihat pada tahap perencanaan(kalimat), pelaksanaan perencanaan dan penyimpulan apakah penyelesaianyang dibuatnya benar atau salah.

    (4) Struktur bahasa kalimat soal.(5) Tingkat kesulitan soal. Mudah untuk menyelesaikan langsung

    menggunakan data yang ada. Sedang untuk menyelesaikannya tidaklangsung menggunakan satu konsep saja. Sulit untuk menyelesaikannyatidak menggunakan data atau informasi yang ada, tetapi mencarinya denganbeberapa konsep.

    Selain dilakukan analisis seperti pembahasan di atas, pembelajaranproblem posing juga perlu dilakukan penilaian ranah afektifnya. Jadi, daribeberapa pertanyaan yang diajukan siswa, kemudian dibahas dalam forumdiskusi, untuk dikomentari baik dari segi pertanyaan maupun menyangkutjawaban dari pertanyaan tersebut. Beberapa aspek dalam penilaian ranahafektif problem posing yaitu:17

    (1) Aspek menerima atau memperhatikan.(2) Aspek merespon.(3) Aspek menghargai.(4) Aspek Mengorganisasikan nilai.(5) Aspek mewatak.

    Kegiatan belajar yang dapat menyediakan lingkungan belajaradalah kegiatan yang memberikan para siswa untuk menyusun,mengembangkan dan mengusahakan cara-cara penyelesaian menurutpemikirannya sendiri. Oleh karena itu untuk menciptakan lingkunganbelajar yang baik dalam pembelajaran dengan problem posing, Suryantoyang dikutip Ketut memberikan beberapa saran dalam pembelajarandengan pendekatan problem posing sebagai berikut:18

    17 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal.

    210-21118 Ketut Sukarma, Op. Cit., hal. 53

  • 13

    (1) Berkaitan dengan guru yang meliputi:(a) Guru hendaknya membiasakan untuk merumuskan soal baru atau

    memperluas soal yang ada di buku pelajaran(b) Guru menyediakan beberapa situasi berupa informasi tertulis, benda

    manipulatif atau gambar kemudian melatih siswa merumuskan soaldengan situasi yang ada

    (c) Guru memberikan soal terbuka dalam tes(d) Guru memberikan contoh perumusan soal dengan beberapa taraf

    kesukaran baik isi maupun bahasanya(e) Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang

    berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai sebagian isi buku teksyang dilakukan dengan menggilir siswa berperan sebagai guru.

    (2) Berkaitan dengan siswa, meliputi:(a) Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak-

    banyaknya terhadap situasi yang diberikan(b) Siswa dibiasakan merubah soal yang ada menjadi soal baru sebelum

    menyelesaikan soal tersebut(c) Siswa dibiasakan membuat soal serupa setelah menyelesaikan suatu

    soal(d) Siswa dibiasakan berani menyelesaikan soal buatan temannya(e) Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin

    c. Keunggulan dan Kelemahan Problem posingPenggunaan problem posing diharapkan dapat meningkatkan

    pengalaman dan pemahaman siswa, karena siswa dibiasakan untukmenganalisis data-data untuk membuat soal-soal baru. Problem posing inisangat penting, karena mendukung pemberian kesempatan yang lebihbanyak kepada siswa untuk memformulasikan pertanyaan dari suatumasalah mereka sendiri.19

    19 Imam Sakroni dan Swida Purwanto, Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara

    Siswa yang Belajar dengan Metode Problem Solving dengan Siswa yang Diajar denganPendekatan Problem posing, (Jurnal Matematika, Aplikasi dan Pembelajarannya, Vol. 4 No. 1,2005), hal. 22 dan 26

  • 14

    Pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dankelemahan. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain: 20

    (1) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.(2) Mendidik siswa berpikir sistematis.(3) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi

    kesulitan.

    (4) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi.(5) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang dibuat

    tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain.(6) Siswa akan terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan.(7) Siswa berkesempatan menunjukkan kemampuannya pada kelompok

    lain.

    (8) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolahmenjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan.

    Selain mempunyai beberapa kelebihan, pendekatan problemposing juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:21

    (1) Pembelajaran problem posing membutuhkan waktu yang lama.(2) Membutuhkan buku penunjang yang berkualitas untuk dijadikan

    referensi pembelajaran terutama dalam pembuatan soal.(3) Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan

    problem posing suasana kelas cenderung agak gaduh karena siswadiberi kebebasan oleh guru pengajar.

    (4) Menurut hasil penelitian Silver dan Cai, kelemahan utama daripenerapan problem posing berkaitan dengan penguasaan bahasa dimanasiswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya.

    Jadi, problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaranyang memacu siswa untuk membuat pertanyaan atau permasalahan, dansiswa pula yang menganalisis jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan

    20 Queen_Jamz, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem posing, htpp://

    queenjamz.blogspot.com., diakses pada tanggal 19 Agustus 2010 pukul 15.50 WIB21

    Ibid

  • 15

    yang diajukan siswa beragam. Oleh karena itu, guru harus melakukananalisis penilaian problem posing baik dari segi kognitif, maupun dari segiafektifnya. Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatanproblem posing juga harus saling terpadu dan memerlukan persiapan yangmatang dari guru.

    2. Berpikir Kreatifa. Hakikat Berpikir Kreatif

    Edward mendefinisikan berpikir sebagai keterampilan mental yangmemadukan kecerdasan dengan pengalaman.22 Sehingga dapat dikatakantidak setiap orang yang cerdas memiliki tingkat berpikir yang bagus pula,karena keterampilan berpikir yang bagus didapat juga karena adanyakebiasaan atau pengalaman.

    Sedangkan definisi kreativitas dirumuskan berdasarkan beberapasudut pandang. Ada yang mendefinisikan kreativitas berdasarkan sudutpandang yang ditekankan pada kepribadian, dan ada juga mendefinisikankreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yangdihasilkan. Sementara pandangan yang lain mendefinisikan kreativitassejajar dengan kemampuan berpikir divergen. Kemampuan berpikirdivergen adalah kemampuan yang mampu menghasilkan jawaban yangbervariasi dari suatu masalah.

    Analisis Rhodes tentang definisi kreativitas, yang dikutip kembali olehMunandar, menyatakan tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal.Dari hasil analisisnya, Rhodes menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitasdirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk. Kreativitasdapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong(press) individu perilaku kreatif. Sehingga Rhodes menyebut keempat jenisdefinisi tentang kreativitas ini sebagai Four Ps of Creativity: Person

    Process, Press, dan Product23

    22 Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung: Kaifa, 2007), hal. 24

    23 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat cet. Ke-3, (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 2004), hal. 20

  • 16

    Kreativitas memiliki definisi dari beberapa sudut pandang. Ada yangmengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang ditekankanpada kepribadian, sementara pandangan lain mendefinisikan kreativitas darisudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan, danmendefinisikan kreativitas sejajar dengan kemampuan berpikir divergen.

    Sedangkan definisi berpikir kreatif sendiri adalah penggunaan dasarproses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yangasli (orisinil), estesis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan,konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasionalkhususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkanatau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.24

    Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikiryang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi,bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yangingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasanyang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yangteridentifikasi.

    Baer mengemukakan bahwa berpikir kreatif merupakan sinonim dariberpikir divergen. Ada empat indikator berpikir divergen, yaitu:25

    (1) Fluence yaitu kemampuan menghasilkan banyak ide.(2) Flexibility yaitu kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi.(3) Originality yaitu kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang

    sebelumnya tidak ada.(4) Elaboration yaitu kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-

    ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail.Berpikir kreatif bukanlah sebuah proses yang sangat terorganisasi.

    Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih denganmemperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkankemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang menakjubkandan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang

    24 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran Inovatif Pada

    Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, (Jurnal pendidikan dan pengajaranIKIP Singaraja, No. 3, Juli 2009), hal. 498-499

    25 Ibid

  • 17

    membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputiaktivitas mental seperti: 26

    (1)Mengajukan pertanyaan.(2)Mempertimbangkan informasi baru dan tidak lazim dengan pikiran

    terbuka.(3)Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda.(4)Menghubungkan-hubungkan berbagai hal dengan bebas.(5)Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan

    berbeda.(6)Mendengarkan intuisi.

    Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsesuai dengan indikator-indikatornya, diperlukan latihan pemikiran yangmendalam. Salah satunya adalah dengan seringnya mengajukanpertanyaan, karena pertanyaan merupakan pangkal kreativitas.

    b. Keterampilan Berpikir dalam PembelajaranDalam proses pembelajaran diperlukan latihan yang menguacu pada

    keterampilan berpikir. Kelas yang mementingkan keterampilan berpikirmemiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    Tabel 01: Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Keterampilan BerpikirSiswa Guru

    a. Memberi penjelasan dan uraianterhadap jawaban yangdikemukakan

    b. Menghasilkan ide baruc. Memberi saran atau aktif dalam

    diskusid. Berinteraksi antara satu sama laine. Terlibat dengan aplikasi

    pengetahuan secara aktiff. Terlibat dengan aktivitas yang

    autentik

    a. Memberi waktu yang cukup bagi siswa untukberpikir

    b. Menyediakan soal dan tugas yang meminta siswa memberi pendapat kepada

    penjelasan/informasi yang diberic. Memberikan motivasi kepada siswa untuk

    menghasilkan ide barud. Memodelkan pemikirane. Mengintegrasikan pengalaman siswa dengan

    pelajaranf. Berperan sebagai fasilitatorg. Memberikan motivasi kepada siswa dalam

    penyelesaian masalah secara kreatif

    26 Elaine Johnson, Contextual Teching &Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar-

    Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8, (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), hal. 214-215

  • 18

    c. Karakteristik Anak KreatifMenurut Treffinger yang dikutip Munandar, mengatakan bahwa

    pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencanainovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebihdahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul danimplikasinya.27

    Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapatdikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

    (1)Hasrat keingintahuan yang cukup besar.(2)Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.(3)Keinginan untuk menemukan dan meneliti.(4)Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.(5)Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.(6)Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.(7)Berpikir fleksibel.(8)Menanggapi pertanyaaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban

    lebih banyak.(9)Memiliki semangat bertanya serta meneliti, dan lain-lain.28

    Jadi, biasanya karakteristik anak yang kreatif yaitu selalu ingin tahu,memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yangkreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasapercaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi denganperhitungan) daripada anak-anak pada umumnya.

    Dalam sumber lain mengatakan ciri-ciri kognitif orang yang kreatifantara lain:

    (1) Sanggup berpikir dari satu ide ke segala arah (divergen) untuk mencarijawaban yang berbeda, yang mungkin dan kemampuan untuk berpikirdari segala arah (konvergen).

    27 Utami Munandar, Op. Cit., hal. 35

    28 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2003), hal. 147-148

  • 19

    (2) Fleksibilitas konseptual, kemampuan untuk secara spontan mengganticara memandang atau pendekatan kerja yang tidak jalan, luwes, sesuaidengan tuntutan dan kemungkinan yang ada.

    (3) Kemampuan kuat untuk menghasilkan ide, gagasan yang biasa-biasa sajabahkan adakalanya bisa mengejutkan.

    (4) Elaboratif terhadap tantangan, tidak menghindar dengan mencarisimplisitas melainkan lebih menyukai tantangan.

    d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas siswaSeorang guru mempunyai peranan penting dalam pengembangan

    kreativitas siswanya. Oleh karena itu, Marzano yang dikutip Arnyanamenyarankan kepada guru beberapa cara mengajarkan berpikir kritis-kreatif, yaitu: 29

    (1)Mempersiapkan materi pelajaran dengan baik.(2)Mendiskusikan materi pelajaran yang kontroversi.(3)Mengemukakan masalah yang menimbulkan konflik kognitif.(4)Menugaskan siswa menemukan pandangan-pandangan yang bervariasi

    terhadap suatu masalah.(5)Menugaskan siswa menulis artikel untuk diterbitkan dalam satu jurnal.(6)Menganalisis artikel dari Koran atau media lain untuk menemukan

    gagasan-gagasan baru.(7)Memberikan masalah untuk menemukan solusi yang berbeda-beda.(8)Memberikan bacaan yang berbeda dengan tradisi siswa untuk

    diperdebatkan atau didiskusikan.(9)Mengundang orang yang memiliki pandangan-pandangan yang

    kontroversial.

    Dalam mengembangkan kreativitas, terdapat teknik-teknik yang dapatdigunakan, seperti melakukan pendekatan inkuiri, menggunakan tekniksumbang saran, memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif danmeningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.30

    29 Ida Bagus Putu Arnyana, Op. Cit., hal. 500

    30 Slameto, Op. Cit, hal. 156-159

  • 20

    e. Mengukur KreativitasPotensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan yaitu

    pengukuran langsung, pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif danpengukuran tidak langsung. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukandengan pengukuran ciri kepribadian kreatif, dan pengukuran potensi kreatifsecara Non-test.

    Di luar negeri telah berkembang beberapa tes kreativitas, di antaranyayaitu:31

    (1) Tes kemampuan berpikir divergen (Guilford)Model dengan tiga dimensi dari Guilford tentang struktur intelekmencakup dimensi operasi (proses) dengan lima kategori mental, dimensikonten dengan empat kategori, dan dimensi produk dengan enam kategori.

    (2) Tes Torrance mengenai kemampuan berpikir kreatifTes Torrance tentang berpikir kreatif terdiri dari bentuk verbal dan bentukfigural. Bentuk verbal terdiri dari tujuh sub-tes yaitu: mengajukanpertanyaan, menerka sebab, menerka akibat, memperbaiki produk,penggunaan tidak lazim, pertanyaan tidak lazim, dan aktivitas yangdiandaikan. Bentuk figural terdiri dari tiga sub-tes: tes bentuk, gambaryang tidak lengkap, dan tes lingkaran.

    (3) Tes berpikir kreatif produksi menggambar.(4) Berpikir kreatif dengan bunyi dan kata.(5) Inventory Khatena Torrance mengenai Persepsi Kreatif

    Tes untuk mengukur kreativitas meliputi aptitude traits (cirikognitif dari kreativitas) dan non aptitude traits (ciri afektif darikreativitas). Berikut ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude):32

    (1)Keterampilan berpikir lancar (fluency)

    31 Utami Munandar, Op. Cit, hal. 65-67

    32 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.

    Gramedia Widiasarana, 2001), hal. 88-90

  • 21

    Berpikir lancar dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mencetuskanbanyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.Indikator dari keterampilan berpikir lancar pada siswa, yaitu:(a) Mengajukan banyak pertanyaan(b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan(c) Mempunyai banyak gagasan

    (2)Keterampilan berpikir luwes (fleksibility)Keluwesan berarti kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, ataupertanyaan yang bervariasi. Seseorang yang luwes dapat melihat suatumasalah dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga mampu mencaribanyak alternatif pmecahannya. Adapun indikator dari keterampilan iniantara lain:

    (a) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatugambar, cerita atau masalah

    (b) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda(c) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam

    cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya(3)Keterampilan berpikir orisinal

    Indikator dari keterampilan berpikir orisinal yaitu:(a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah

    terpikirkan oleh orang lain

    (b) Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru

    (c) Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain(d) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa sesuatu

    (4)Keterampilan merinci (elaboration)Keterampilan ini berarti kempuan memperkaya, mengembangkan suatugagasan dan merinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasisehingga menjadi lebih menarik. Indikator dari keterampilan merinciadalah sebagai berikut:

  • 22

    (a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahanmasalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

    (b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain,(c) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan

    ditempuh.(d) Menambahkan garis-garis, warna dan detil-detil (bagian-bagian)

    terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.(5)Keterampilan menilai (evaluation)

    Indikator keterampilan menilai, yaitu:(a) Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu

    menanyakan mengapa?

    (b) Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggungjawabkanuntuk mencapai suatu keputusan.

    (c) Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.(d) Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi

    menjadi peneliti atau penilai yang kritis.

    f. Kendala-Kendala KreativitasDalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya,

    seseorang dapat mengalami hambatan, kendala. Atau ransangan yangdapat merusak atau mematikan kreativitasnya. Schallcross menggolongkankendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke dalamkendala historis, biologis, fisiologis, dan sosiologis. 33

    (1) Kendala Historis(2) Kendala Biologis

    Dari sudut tinjau biologis, beberapa pakar menekankan bahwakemampuan kreatif merupakan ciri herediter, sementara pakar lainnyapercaya bahwa lingkunganlah menjadi faktor penentu utama. Harus diakuibahwa gen yang diwarisi berperan dalam menentukan batas-batas

    33 Utami Munandar, Op. Cit, hal. 219-220

  • 23

    intelegensi, tetapi sering dalam hal intelegensi kreatif, lebih banyakdigunakan sebagai alasan daripada merupakan kenyataan.

    (3) Kendala FisiologisSeseorang dapat mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan

    otak yang disebabkan penyakit atau kecelakaan. Ketunaan fisik dapat jugamenjadi penghambat bagi seseorang yang menyandangnya untukmengungkapkan kreativitasnya.

    (4) Kendala SosiologisLingkungan sosial mempunyai dampak terhadap kreativitas. Setiap

    masyarakat memiliki nilai, norma, dan tradisi tertentu, kegiatan, minat danperilaku kolektif. Sering anggota masyarakat menganggap perilaku yangmenyimpang dari norma sebagai tindakan yang tidak bermoral, jikamenyimpang dari aturan atau hukum yang tertulis atau tidak tertulis.Penyimpangan dari pola perilaku kelompok dapat mengakibatkanhukuman atau dikucilkan masyarakat. Perilaku unik, saran-saranperubahan dapat dianggap subservif dan mengancam stabilitas dankeamanan yang diperoleh dari afiliasi kelompok.

    Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menentukan

    kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi kreatif dan untukmengungkapkan keunikan kita. Ungkapan kreatif melibatkan resikopribadi.

    (5) Kendala PsikologisDari kendala-kendala yang terdahulu, kendala yang paling utama

    dan penting mendapat perhatian pendidik adalah kendala psikologisterhadap perilaku kreatif.

    Menurut Johnson, di antara banyak kendala yang menutupkreativitas, yang dapat merusak kreativitas yaitu sebagai berikut:

    (1) Sensor internal dari seseorang.(2) Orang-orang yang mencari kesalahan.(3) Peraturan dan persyaratan yang membatasi dan melarang.(4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya.

  • 24

    (5) Pengkotak-kotakan.(6) Memusuhi intuisi.(7) Takut membuat kesalahan.(8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung.34

    Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuanberpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedangdihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanyamasalah yang ingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsuroriginalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait denganapa yang teridentifikasi. Adapun Indikator-indikator berpikir kreatif yaituberpikir lancar (fluence), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinal(originality), dan merinci(elaboration). Berpikir kreatif dapat diukurberdasarkan ciri-ciri dari indikator-indikatornya.

    3. Hubungan Pendekatan Problem posing dan Berpikir KreatifKreativitas berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan

    masalah dapat menjadi sarana untuk menilai atau mengukur kemampuankreatif siswa. Dari hasil penelitian dan pendapat para ahli tampak bahwapengajuan masalah berkaitan dengan kreativitas dan begitu juga sebaliknya.

    Kreativitas dalam mengajukan masalah diartikan sebagai kemampuanseseorang untuk menghasilkan suatu soal (masalah) yang pada dasarnya barudan sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya serta berbeda dari soal(masalah) lain yang dibuat berdasar sebuah informasi tugas.

    Freire dalam kutipan Munandar, berpendapat kreativitas didasarkanpada pembelajaran dengan pengajuan. Sedangkan menurut Haylock bahwaProblem posing situations can provide opportunities for pupils todemonstrate considerable creativity. Demikian juga dengan Getzels &

    34 Elaine johnson, Contextual Teching&Learning, menjadikan Kegiatan Belajar-

    Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8, (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), hal. 221

  • 25

    Csikszentmihalyi dalam Silver yang menyatakan bahwa The central ofcreative artistic experience is problem finding (posing).35

    Silver menjelaskan lebih rinci hubungan pengajuan masalah yangmeliputi ketiga komponen utama kreativitas yaitu:36

    Tabel 2.2 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan MasalahKomponen Kreativitas Pengajuan Masalah

    KefasihanSiswa membuat banyak masalah yangdapat dipecahkan. Siswa berbagimasalah yang diajukan.

    Fleksibilitas Siswa mengajukan masalah yang dapatdipecahkan dengan cara yang berbeda-beda. Siswa menggunakan pendekatanbagaimana jika tidak untukmengajukan masalah.

    Kebaruan Kebaruan Siswa memeriksa beberapamasalah yang diajukan kemudianmengajukan suatu masalah yangberbeda.

    Pembahasan dari tabel di atas yaitu:(1) Kefasihan dalam pengajuan masalah mengacu kepada kemampuan siswa

    membuat masalah sekaligus penyelesainya yang beragam dan benar.(2) Fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa

    memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda terhadap masalah yangdiajukannya.

    (3) Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswadalam mengajukan masalah yang berbeda dari masalah yang diajukansebelumnya.37

    35 Tatag Yuli Eko Siswono & Yeva Kurniawati, Penerapan Model Wallas untuk

    Mengidentifikasi Proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah Matematika denganInformasi Berupa Gambar, (Jurnal Nasional MATEMATIKA, Jurnal Matematika atauPembelajarannya, ISSN: 0852-7792), hal: 3

    36 Ibid37

    Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran matematika Berbasis Pengajuan danPemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: UnesaUniversity Press, 2008), hal. 45-47

  • 26

    Pendapat di atas melihat bahwa kreativitas sebagai produk berpikirkreatif berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah dapatmerupakan sarana untuk menilai (mengukur) sekaligus mendorongkemampuan kreatif siswa. Dalam problem posing siswa diminta untukmembuat pertanyaan dari informasi yang diberikan, dan bertanya merupakanpangkal semua kreasi. Memunculkan pertanyaan, membuat siswa terpacuuntuk mencari penyelesaian dari pertanyaan tersebut. Sehingga langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing harus salingterpadu dan memerlukan persiapan yang matang dari guru. Hal ini menjadisangat penting, agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan siswadapat berperan aktif.

    B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang RelevanTerdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,

    diantaranya yaitu:Tatag Yuli Eko Siswono berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan

    bahwa kemampuan pengajuan masalah siswa juga meningkat denganditunjukkan semakin banyaknya siswa yang dapat membuat soal sekaliguspenyelesaiannya dengan benar. Dalam pembelajaran untuk tiap siklus siswaaktif terlibat dalam pembelajaran dan guru mengajar sesuai dengan langkahpembelajaran yang disusun dalam silabus atau rencana penelitian.38

    Penelitian lain dari Tatag Yuli Eko Siswono terkait problem posingdan berpikir kreatif yaitu Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswamelalui Pengajuan Masalah dalam Menyelesaikan Masalah tentang MateriGaris dan Sudut Di Kelas VII SMPN 6 Sidoarjo. Dalam penelitian tersebutdidapatkan hasil bahwa pengajuan masalah (problem posing) dapatmeningkatkan kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek kefasihan dankebaruan.39

    38 Tatag Yuli Eko Siswono, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

    Melalui Pengajuan Masalah, (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA UniversitasNegeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005), hal. 14

    39 Tatag Yuli Eko Siswono, Op. Cit hal. 50

  • 27

    Nurul Amelia dalam penelitiannya pada pembelajaran biologi konsepekosistem menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada konsep ekosistem dapatditingkatkan dengan metode problem posing.40

    Aceng Haetami dan Maysara menyatakan bahwa hasil belajar KimiaDasar I meningkat setiap siklusnya, kualitas proses perkuliahan dankemampuan dosen dalam mengaplikasikan model pembelajaran pencapaiankonsep dan problem posing juga meningkat.41

    Penelitian Imam Wahyudi menyatakan bahwa penerapan model roundtable dan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.Secara kuantitatif peningkatan hasil belajar setelah penerapan pembelajarankooperatif model round table dan problem posing tersebut mencapai rata-ratasebesar 18,87 poin atau sebesar 37,74% dibandingkan dengan modelpembelajaran konvensional.42

    Siti Maimunah dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapatperbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang menggunakanmetode problem posing secara kelompok dengan siswa yang menggunakanmetode problem posing secara individu.43

    I Gusti Putu Suharta dalam penelitiannya menyatakan bahwapenerapan problem posing dapat memperbaiki kesalahan konsepsi. Hal iniberdasarkan pada persentase kesalahan konsepsi awal mahasiswa tentangpertidaksamaan, limit, diferensial dan integral berturut-turut yaitu 68,75% ;42,5% ; 85% dan 81,67% berkurang menjadi 17,5% ; 15% ; 20% ; dan 3,3%setelah diterapkan pembelajaran problem posing.44

    40 Nurul Amelia, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Posing pada

    Konsep Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2008), h. 6541

    Aceng Haetami dan Maysara, Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil PembelajaranKimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (JurnalMIPMIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 78

    42 Imam Wahyudi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table dan

    Problem posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SLTPN 2 Sumberjambe Jember,(Jurnal Teknobel, September 2001, Volume 2, No. 2), hal. 97

    43Siti Maimunah, Perbedaan Hasil Belajar Kimia siswa dengan Menggunakan MetodeProblem posing Secara Kelompok dan Metode Problem posing Secara Individu, Skripsi SarjanaPendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 63

    44 I Gusti Putu Suharta, Pengembangan Strategi Problem posing dalam Pembelajaran

    Kalkulus untuk Memperbaiki Kesalahan Konsepsi, (Jurnal Matematika atau Pembelajarannya,Tahun IV, No. 2, Agustus 2000), hal. 94

  • 28

    Rina Nur Hidayati juga mengadakan penelitian tentang problemposing. Berdasarkan hasil penelitiannya, pembelajaran dengan problem posingpada pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar biologi.45

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisnaini, strategiproblem posing terstruktur berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.Hal ini dapat dilihat dari perbedaan skor rata-rata hasil belajar setelahmenggunakan strategi problem posing terstruktur yaitu 61,57, sedangkan yangtidak menggunakan strategi problem posing terstruktur yaitu 55,00.46

    Penelitian tentang berpikir kreatif yang relevan dengan penelitian iniyaitu penelitian yang dilakukan Habibah pada pembelajaran Fisika konsepcahaya. Berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat perbedaan signifikan antarakemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan metode eksperimendibandingkan dengan siswa yang diajar secara konvensional.47

    Dalam penelitiannya pada pembelajaran biologi konsepkeanekaragaman hayati, Ulfah Amalia menyatakan bahwa pembelajarandengan pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) setiap siklusnyamengalami peningkatan berpikir kreatif. Pada siklus I diperoleh nilai N gainpada 0,2 (kategori rendah). Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II berpikirkreatif siswa mengalami peningkatan dengan N gain 0,41 (kategori sedang).Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif siswa pada konsepkeanekaragaman hayati dapat ditingkatkan melalui pendekatan Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM).48

    45 Rina Nur Hidayati, Aplikasi Pembelajaran Problem posing dalam Meningkatkan Hasil

    Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surakarta: UniversitasMuhammadiyah Malang Surakarta, 2008), hal. 47

    46 Lisnaini, Pengaruh Strategi Problem posing Terstruktur terhadap Hasil BelajarBiologi Siswa, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 61

    47 Habibah, Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Berpikir Kreatif Siswa dalam

    Pembelajaran Fisika Bernuansa Nilai pada Konsep Cahaya, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta:Perpustakaan UIN, 2009), h. 64

    48 Ulfah Amalia, Upaya Peningkatan Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep

    Keanekaragaman Hayati yang Bernuansa Imtak melalui Pendekatan Sains Teknologi danMasyarakat (STM), Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2009), h. 75

  • 29

    Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pembelajarananalogi mengalami peningkatan menurut penelitian Eva Widiastuti. Hal inidapat dilihat pada pada peningkatan setiap kategori berpikir kreatif. 49

    Berdasarkan penelitian Anny Muljatiningrum, Pembelajaran inkuirimenggunakan metode karyawisata dan diskusi berbasis multimedia dapatmengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Berdasarkan indikatorkemampuan berpikir kreatif kelas karyawisata dapat mengembangkanketerampilan berpikir lancar, keterampilan menilai dan keterampilan berpikirasli, sedangkan kelas multimedia dapat mengembangkan keterampilanmerinci.50

    Ida Bagus Putu Arnyana juga melakukan penelitian tentang berpikirkreatif dengan hasil penelitian bahwa kelompok siswa yang belajar denganstrategi-strategi kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuanberpikir kreatif berada pada kategori baik, sementara kelompok siswa yangbelajar dengan pembelajaran langsung berada dalam kategori sedang.51

    C. Kerangka BerpikirPada pembelajaran biologi siswa seringkali merasa kesulitan

    memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untukmengikuti pelajaran biologi bahkan menjadikan biologi sebagai mata pelajaranyang paling menakutkan bagi mereka. Permasalahan lain menyangkut prosesbelajar mengajar adalah siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan belajarmengajar (KBM) sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembanganstruktur kognitif. Sedangkan dalam pembelajaran biologi siswa seharusnyaaktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan

    49 Eva Widyastuti, Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran

    Sistem Peredaran Darah dengan Pembelajaran Analogi di SMP X Bandung, Skripsi SarjanaPendidikan, (Bandung: Perpustakaan UPI, 2005), h. 59

    50 Anny Muljatiningrum, dkk, Pembelajaran Inkuiri untuk Mengmbangkan Kemampuan

    Dasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi, (Proceeding The SecondInternational Seminar on Science Education, ISBN: 978-979-98546-4-2), hal. 524

    51 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada

    Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Jurnal Pendidikan danPengajaran IKIP Negeri Singaraja, Juli 2006, No. 2), hal. 511-512

  • 30

    berpikir kreatifnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalammenyelesaikan permasalahan biologi.

    Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat diterapkanadalah problem posing. Pembelajaran ini dapat memotivasi peserta didikuntuk berpikir kritis dan kreatif, sebab pendekatan problem posing lebihterpusat pada kegiatan belajar siswa aktif (student active learning). Problemposing akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif,berpikir sistematis dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.Selain itu juga siswa dapat menemukan ide-ide, konsep-konsep baruberdasarkan pengalaman yang ditemukan pada saat berlangsungnya kegiatanbelajar mengajar dalam kelas.

    Pembelajaran biologi dengan pendekatan problem posing, yaitupengajuan soal atau membuat pertanyaan sesuai dengan materi yangdisampaikan. Tujuannya adalah melatih siswa dalam berpikir sistematis,kreatif dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal inisesuai dengan hakikat biologi yang merupakan salah satu mata pelajaran yangbisa diintegrasikan dengan pengajaran kecakapan berpikir, karena kitamenyadari bahwa pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu danmemahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologibukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu prosespenemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.

    Pembelajaran dengan problem posing merupakan salah satupendekatan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa. Jadi, pembelajaran problem posing diharapkan berpengaruh terhadapberpikir kreatif siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas pada mata pelajaranbiologi konsep pewarisan sifat. Pembelajaran ini juga diharapkan dapatmeningkatkan tanggung jawab, menumbuhkan kerjasama antar siswa danmemotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran biologi.

  • 31

    D. Pengajuan HipotesisBerdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir dapat diajukan

    hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh pembelajaran problem posingterhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Secaraoperasional dapat dinyatakan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep

    pewarisan sifat yang diajarkan dengan pendekatan problem posing lebih tinggidibanding dengan metode konvensional.

  • 32

    BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 23 November 2010 pada

    semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Adapun tempat pelaksanaanpenelitian bertempat di SMP Negeri 2 Ciruas.

    B. Metode dan Desain Penelitian

    1. Metode PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dengan metode quasi eksperimen

    (eksperimen semu). Metode quasi eksperimen disebut juga dengan PreExperimental Design (eksperimental yang belum baik).52 Quasi eksperimenhampir sama dengan eksperimen sebenarnya. Perbedaannya pada penggunaansubjek yaitu pada quasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random,melainkan menggunakan kelompok yang ada. Metode ini bertujuan untukmenyelidiki pengaruh langsung (sebab-akibat) dari perlakuan atau kondisiyang dimanipulasi.

    2. Desain PenelitianDesain penelitian ini yaitu nonrandomized control group pretest-

    posttest design. Desain ini menggunakan dua kelas subjek yaitu kelas kontrol(tidak diberikan perlakuan, menggunakan metode konvensional) dan kelaseksperimen (diberikan perlakuan, menggunakan pendekatan problem posing).Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaanhanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini sebagai berikut:53

    52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Cet.III, (Jakarta:

    Rineka Cipta, 2006), hal. 8453

    Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal 186

  • 33

    Tabel 3.1 Desain Penelitian

    Grup Pretes Variabel terikat PostesEksperimen Y1 X Y2

    Kontrol Y1 - Y2

    Keterangan:Y1: Nilai pretes

    Y2: Nilai postes

    X: Perlakuan (penggunaan pendekatan problem posing).

    C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan SampelPopulasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam

    suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.54 Populasi dalam penelitianini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas.

    Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi.55 Sampeldianggap mewakili populasi dan diambil dengan menggunakan tekniksampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas. Satu kelas sebagaikelas eksperimen yaitu kelas IX F, dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrolyaitu kelas IX B. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalahpurposive sampling. Pemilihan kelompok pada teknik ini didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.56 Pemilihan sampelberdasarkan tujuan peneliti dengan cara melihat nilai rata-rata kelas hasil tugas,dan pertimbangan guru karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuankognitif yang mendekati sama.

    D. Variabel Penelitian1. Variabel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pendekatan problem posing.

    54 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan cet.6, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.

    11855

    Ibid, hal. 12156 Ibid, hal. 128

  • 34

    2. Variabel terikatVariabel terikatnya adalah berpikir kreatif siswa.

    Tabel 3.2 Variabel Penelitian

    Variabel Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional

    Variabel X(Pendekatan problem

    posing)

    Problem posing adalahteknik pembelajaran yangmelatih siswa untukmembuat soal sendiri danmengerjakannya, sehinggadiharapkan siswa akan lebihaktif untuk belajar, lebihmengenal dan menghayativariasi-variasi soal danmahir dalam memahamisubstansi soal yangdiberikan oleh guru.

    Penerapan problem posingdalam kegiatan pembelajarandapat dilakukan secaraklasikal maupun kelompok disekolah, yaitu diawali denganpendahuluan, pengembangan,penerapan dan penutup.

    Variabel Y(Berpikir kreatif

    siswa)

    Berpikir kreatif adalah suatukemampuan berpikir yangberawal dari adanyakepekaan terhadap situasiyang yang sedang dihadapi,bahwa di dalam situasi ituterlihat atau teridentifikasiadanya masalah yang inginatau harus diselesaikan.

    Ada empat indikator berpikirkreatif, yaitu:

    (5) Fluence(6) Flexibility(7) Originality(8) Elaboration

    E. Teknik Pengumpulan DataPenelitian ini menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data, yaitu

    dengan tes dan pengamatan (observasi). Tes adalah serangkaian pertanyaanatau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individuatau kelompok.57 Tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teskemampuan berpikir kreatif yang meliputi pretes dan postes.

    Sedangkan observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadapobjek. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis yaitu

    57Suharsimi Arikunto, Op. cit., hal. 150

  • 35

    menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasiberisi sebuah daftar jenis kegiatan yang timbul dan akan diamati.58 Adapunyang menjadi observer adalah guru bidang studi dan teman sejawat.

    F. Instrumen Penelitian1. Tes kemampuan berpikir kreatif

    Tes ini terdiri dari 7 butir soal essay. Penyusunan tes ini mengacu padates berpikir divergen yang menjajaki berbagai macam kemungkinan jawaban.Tujuan dari penyusunan soal-soal ini adalah untuk mengukur kemampuanberpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), keaslian (originality),dan merinci (elaboration).

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir KreatifKomponen

    berpikir kreatif Aspek yang diukur IndikatorJenjangKognitif

    NoSoal

    - Lancar dalammengemukakanjawaban

    - Mampumemberikanjawaban secara tepatdan cepat mengenaiobjek yang diamati

    - Menyebutkanbagian-bagiankromosom danfungsinya

    C1 1Kelancaran(fluency)

    - Lancar dalammengemukakanpertanyaan

    - Mengajukanbanyak pertanyaanmengenai wacanatentang iktiosis

    C3 3

    - Mampumemberikanpenafsiran terhadapgambar/masalah

    - Menafsirkangambar tentanghubungan sel,kromosom danDNA

    C2 2Berpikir luwes(flexibility)

    58 Ibid, hal 156-157

  • 36

    Komponenberpikir kreatif

    Aspek yang diukur Indikator JenjangKognitif

    NoSoal

    - Mencari banyakalternatif atau arahyang berbeda-beda

    - Mencari alternatifuntuk menjawabkemungkinanmendapatkanketurunan laki-lakinormal padaperkawinanhemofilia

    C4 4Berpikir luwes(flexibility)

    - Menghasilkangagasan, jawaban,atau pertanyaanyang bervariasi

    - Memberikanjawaban yangberbeda tentangperkawinanhemofilia yangakan menghasilkanketurunan laki-lakinormal

    C4 5

    Keaslian(originality)

    - Mampu membuatkombinasi-kombinasi daribagian atau unsur

    - Membuatkombinasihubungangolongan darah,aglutinogen,aglutinin, genotipedan macam gametgolongan darah

    C3 6

    Merinci(elaboration)

    - Menambahkan ataumemperinci detil-detil dari suatuobjek, gagasan, atausituasi sehinggamenjadi lebihmenarik dan jelas

    - Menambahkangaris-garis, warna-warna, dan bagian-bagian terhadappeta silsilahgolongan darah

    C2 7

  • 37

    2. Lembar ObservasiLembar observasi yang digunakan berupa daftar cek atau Check-list.

    Daftar cek adalah suatu set daftar karakteristik atau kriteria yang memerlukanjawaban sederhana dengan memberikan tanda cek () apabila setiap itemdaftar telah terpenuhi. Instrumen ini berupa lembar observasi yang berisidaftar kegiatan yang timbul dan akan diamati.

    Lembar observasi ini terdiri dari lembar aktivitas guru dan siswa.Tujuannya adalah untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilanatau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar denganpendekatan problem posing di kelas.

    G. Kalibrasi InstrumenSebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen terlebih dahulu

    diuji coba kepada responden, dalam hal ini di luar sampel yang sudahditentukan. Data hasil uji coba yang dianalisis yaitu dengan validitas butirsoal, reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal dan daya pembedabutir soal.1. Validitas Butir Soal

    Validitas adalah ketepatan atau kesahihan suatu alat ukur dalammelakukan fungsi ukurnya.59 Uji validitas dalam penelitian ini menggunakanrumus korelasi product moment pearson karena skor butir soal yang diukurbersifat kontinum. Adapun rumus korelasi product moment pearson yaitu:

    rit =

    22ti

    ti

    xx

    xx

    59 Ahmad Sofyan, dkk , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN

    Jakarta Press, 2006), hal. 105

  • 38

    Keteranganrit = Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total 2ix = Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi2 2tx = Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt2

    tixx = Jumlah deviasi skor dari Xi Xt

    Berdasarkan pengujian validitas instrumen penelitian yang telahdisesuaikan dengan r tabel dari 13 butir soal, didapatkan soal yang validsebanyak 7 butir soal. Nomor soalnya yaitu 1, 2, 6, 8, 9, 10, dan 11.60

    2. ReliabilitasReliabilitas adalah konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian

    dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuatmempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.61

    Pengujian realibilitas ini menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbachkarena skor butir soal yang akan diujikan berbentuk soal kontinum(uraian).Rumus Alpha Cronbach yaitu:

    rii =

    2

    2

    11 t

    i

    SS

    kk

    Keteranganrii = Koefisien reliabilitas tesk = Jumlah butirSi2 = Varians skor butirSt2 = Varians skor total

    Adapun kriteria pengujiannya, yaitu:rii = 0,91 1,00 = Sangat tinggirii = 0,71 0,90 = Tinggirii = 0,41 0,70 = Cukuprii = 0,21 0,40 = Rendahrii =

  • 39

    Berdasarkan pengujian reliabilitas instrumen penelitian yang telahdisesuaikan dengan r tabel, didapatkan besarnya reliabilitas soal sebesar 0,6dan tergolong dalam klasifikasi cukup reliabel.62

    3. Tingkat Kesukaran

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalusulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, maka soal-soal tersebutdiujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Rumus dari uji ini yaitu: 63

    P =NB

    Keterangan :P = Indeks kesukaranB = Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benarN = Jumlah seluruh siswa peserta tes

    Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :0,00 < p < 0,25 = soal sukar0,26 < p < 0,75 = soal sedang0,76< p < 1,00 = soal mudah

    Hasil perhitungan lengkap tingkat kesukaran soal dapat dilihat padalampiran 7 halaman 122.

    4. Daya PembedaDaya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam

    membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengankelompok siswa yang kurang pandai. Cara perhitungannya denganmenggunakan rumus sebagai berikut:64

    NoBBD BA

    5,

    =

    Keterangan:

    D = Daya Pembeda

    BA = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atasBB = jumlah yang menjawab benar paa kelompok bawah

    62 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 7, hal. 121

    63 Ahmad Sofyan, dkk, Op. Cit., hal. 103

    64 Ibid, hal. 104

  • 40

    N = Jumlah peserta tes

    Klasifikasi daya pembeda, yaitu:65

    0,00 0,20 : jelek0,20 0,40 : cukup

    0,40 0,70 : baik0,70 1,00 : baik sekali

    Hasil perhitungan lengkap daya pembeda dapat dilihat pada lampiran 7halaman 124.

    H. Teknik Analisis Data KuantitatifPengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena

    dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan maknayang berguna dalam pemecahan masalah penelitian. Pengolahan datakuantitatif menggunakan analisis statistik. Sedangkan data yang diperoleh darihasil observasi akan dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif.

    Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pendekatanpembelajaran problem posing terhadap berpikir kreatif siswa yaitu:

    1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir KreatifPenskoran dan penilaian yang digunakan untuk mengukur berpikir

    kreatif siswa menggunakan rumus berikut:Nilai = Skor total yang dikerjakan x 100%

    Skor total yang diharapkanPeningkatan kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari skor yang

    diperoleh siswa. Pedoman yang digunakan untuk klasifikasi kategori berpikirkreatif siswa, diadopsi dari buku Suharsimi Arikunto dengan perubahanseadanya:66

    65 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

    hal. 21815Ibid. hal. 245

  • 41

    81 100 % : tinggi sekali61 80 % : tinggi41 60 % : cukup21 40 % : rendah0 20 % : rendah sekali

    2. Normal GainGain adalah selisih antara nilai pre-test dan post-test, gain menunjukkan

    peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah pembelajarandilakukan guru.67

    Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus berikut:68

    N gain = skor post test skor pre test

    Skor ideal skor pre-testDengan kategorisasi perolehan

    g-tinggi : nilai (< g >) > 0,7g-sedang : nilai 0,70 > (< g >) > 0,3g-rendah : nilai (< g >) > 0,3

    3. Uji Prasyarata. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yangditeliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakanadalah uji Liliefors. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagaiberikut:69

    Lo = F(Zi) - S(Zi)

    67 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian dalam Pendidikan Sains, (Jakarta:

    Jurusan Pendidikan IPA, FITK UIN Syahid, 2008), hal. 5368 David Meltzer, The Relationship Between Mathematics Preparation an Conceptual

    Learning Gains in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretes Scores,(Departemen of Physics and Astronomy, Lowa State University, 2002), hal. 1260

    69 Darwyan Syah, dkk, Pengantar Statistika Pendidikan ( Jakarta: UIN Jakarta Press,

    200