INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATUBARA.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    1/15

    1

    INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGINGDAN

    ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOGDENGAN KUALITAS

    BATUBARA

    Desri Akbari, SutrisnoKelompok Keilmuwan Geofisika Program Studi FisikaUIN Jakarta

    Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Jakarta

    Email :[email protected]

    ABSTRAK

    Aplikasi metode well logging pada 9 titik sumur eksplorasi dan interpretasi data

    gamma ray log dan density log menggunakan WellCAD 4.3. telah dilakukan untuk

    mengetahui lithologi bawah permukaan dan arah penyebaran lapisan batubara di Tambang

    Air Laya Timur (TAL Murman), PT. Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Tujuan

    dari penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan pendekatan geostatistik metode trideline

    scatterplot bivariantuntuk menganalisa hubungan nilai density logdengan kualitas batubara.

    Hasil interpretasi datageophysical well loggingmenunjukkan bahwa lithologi penyusun yang

    dominan pada daerah penelitian adalah batupasir, batulempung, batubara, dan batulanau.

    Selain itu, diperoleh nilai rata-rata densitas batubara 1,71 gr/cc, volume shale 3,94 %, total

    moisture 13,58 %, ash content3,28 %, dan calorific value rata-rata sebesar 6831 kcal/kg.

    Arah penyebaran lapisan batubara menunjukkan bahwa batubara menerus dan menebal ke

    arah timur laut dan menipis ke arah selatan dengan kualitas yang semakin baik, yang

    diperkuat dengan hasil korelasi dip sebanyak tiga cross line. Dari tiga hasil analisis

    hubungan density logdengan kualitas batubara, yang terbaik adalah hasil analisis nilai density

    logterhadap nilai kalori batubara dengan koefisien korelasi (R2

    ) sebesar 0,6396 atau 63,96 %yang menunjukkan korelasi kuat. Dengan demikian, batubara pada daerah penelitian

    memiliki kualitas yang baik dengan range nilai kalori 6389 - 7936 kcal/kg dan telah

    ditemukan hubungan yang linier antara nilai density logdengan nilai kalori (calorific value)

    yang dapat memprediksi nilai kalori batubara pada kasus tanpa coredan apabila terjadi lose

    corepada saat pengeboran tanpa harus dilakukan pengujian laboratorium.

    ABSTRACT

    Application of well logging methods on a 9 point exploration wells and interpretation

    of gamma ray log and density log data using WellCAD 4.3. has been done to determine the

    subsurface lithology and direction of the spread of coal seam at Air Laya Mine (TAL

    Murman), PT. Bukit Asam, Tanjung Enim, South Sumatra. The purpose of this research is to

    apply geostatistical approach with trideline scatterplot bivariant method to analyze the

    density log value relationship with the quality of coal. The results of geophysical well

    logging data interpretation shows that the dominant lithology constituent in the research

    areas are sandstone, claystone (mudstone), coal, and siltstone. Furthermore, obtained an

    average value of the density of coal is 1,71 gr/cc, volume shale 3,94 %, total moisture

    13,58 %, ash content 3,28 %, and average calorific value is 6831 kcal/kg. Direction of the

    spread of coal seam shows that coal continuous and thickened to the northeast and thinning to

    the south with the better quality, reinforced with the results of the dip correlation as much as

    three cross line. From the result of three analysis of density log relationship with the qualityof coal, the best result is analysis of density log value against the calorific value of coal with

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    2/15

    2

    the correlation coefficient (R2) of 0,6396 or 63,96 % which indicates strong correlation. Thus,

    Coal in the research area has good quality by the range of calorific value is 6389 7936

    kcal/kg and has found a linear relationship between density log value with calorific value

    which can predict calorific value of coal in the case of non-core and in the event of lose core

    while drilling without laboratory testing.

    Keywords :Density log, well logging, calorific value

    1. PendahuluanBatubara merupakan terminologi

    masyarakat yang dipergunakan untuk

    menyebut semua sisa tumbuhan yang telah

    menjadi fosil yang bersifat padat,

    berwarna gelap, dan dapat dibakar.

    Batubara mengandung unsur utama yang

    terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen,nitrogen, dan sulfur. Terdapat dua teori

    pembentukan batubara, yaitu teori insitu

    dan teori drift. Dewasa ini pemerintah

    tengah meningkatkan pemanfaatan

    batubara sebagai energi alternatif baik

    untuk keperluan domestik seperti pada

    sektor industri dan pembangkit tenaga

    listrik, maupun untuk keperluan ekspor.

    Dengan demikian, batubara sangat

    dibutuhkan pada masa sekarang dan masa

    mendatang. Hal ini juga disebabkan oleh

    peningkatan harga minyak bumi sehingga

    penggunaan energi dialihkan atau

    digantikan dengan jenis energi lain. Energi

    dengan harga yang relatif terjangkau

    namun memiliki kualitas yang tidak jauh

    berbeda dari minyak bumi, sehingga

    penggantian tersebut akan meningkatkan

    efisiensi energi dan fiskal. [1]

    Dalam produksi dan pemanfaatan

    batubara, hal penting yang harus diperhatikan lainnya adalah kualitas

    batubara. Kualitas batubara adalah sifat

    fisika dan kimia dari batubara yang

    mempengaruhi potensi kegunaannya.

    Secara umum, untuk menentukan kualitas

    batubara dilakukan analisa kimia pada

    batubara yang diantaranya berupa analisis

    proksimat dan analisis ultimat yang

    menghasilkan data ADB (Air Dried Basis)

    berupa total moisture, calorific value,

    vollatil matter, danash content. [4]

    Salah satu metode geofisika dalam

    eksplorasi batubara yang digunakan untuk

    mengetahui kondisi geologi bawah

    permukaan secara cepat dan detail adalah

    metode well logging. Berdasarkan data

    geophysical well logging yang didukung

    oleh data geologi serta data inti batuan

    dapat digunakan untuk mengetahuilithologi bawah permukaan dan arah

    penyebaran lapisan batubara secara lateral

    dan vertikal.

    Penelitian ini dilaksanakan di PT.

    Bukit Asam (Persero) Tbk., Kecamatan

    Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim,

    Propinsi Sumatera Selatan dengan luas

    daerah tambang 6,5 km2, secara

    geografis terletak pada 3o4230- 4o4730

    LS dan 103o45 - 103o5010 BT, terletak

    247 km di sebelah barat daya kota

    Palembang, 520 km di sebelah timur

    Bengkulu. Penulis sangat tertarik untuk

    mengetahui kandungan lithologi dan

    kualitas serta ketebalan batubara di daerah

    tersebut dengan menggunakan metode well

    logging. Penelitian ini dilaksanakan di

    tambang Air Laya Timur, yang terletak di

    Formasi Muara Enim. Jarak tempuh untuk

    menuju lapangan 10 menit dari kantor

    Ekplorasi Rinci PT. Bukit Asam. DiLapangan tersebut terdapat 5 (lima)

    lapisan batubara yaitu, lapisan A1, A2, B1,

    B2, C yang memiliki ketebalan dan ciri

    khas yang berbeda.

    Dalam penelitian ini akan

    dilakukan kombinasi antara interpretasi

    datageophysical well logging dengan hasil

    analisis kualitas batubara dan inti batuan

    (core analysis)untuk mengetahui lithologi

    bawah permukaan (subsurface), arah

    penyebaran dan kemiringan lapisan

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    3/15

    3

    batubara, dan menganalisa hubungan nilai

    density log dengan kualitas batubara

    (calorific value, total moisture, dan ash

    content).

    2. Dasar Teori

    1.

    Metode Well LoggingWell logging merupakan metode

    pengukuran besaran-besaran atau

    parameter fisika dan kimia batuan terhadap

    kedalaman lubang bor. logging geofisika

    bertujuan untuk memperoleh data

    kedalaman, ketebalan, dan kualitas lapisan

    batubara yang dikombinasikan dengan

    data pengeboran. Log geofisika yang

    utama digunakan dalam eksplorasi

    batubara adalah gamma ray log, density

    log, dan caliper log. Kombinasi ini biasadisebut dengan formation density sonde

    (FDS). [3]

    1. Gamma Ray Log

    (GR Log)

    Prinsip pengukurangamma ray log

    adalah perekaman radioaktivitas alami

    bumi. Radioaktivitas gamma ray berasal

    dari unsur-unsur radioaktif yang ada dalam

    batuan yaitu Uranium U, Thorium Th,

    dan Potasium K, yang secara continue

    memancarkan sinar gamma dalam bentuk

    pulsa pulsa energi radiasi tinggi. Sinar

    Gamma ini mampu menembus batuan dan

    dideteksi oleh sensor sinar gamma yang

    umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap

    GR yang terdeteksi akan menimbulkan

    pulsa listrik pada detektor. Parameter yang

    direkam adalah jumlah dari pulsa yang

    tercatat per satuan waktu (sering disebut

    cacah GR). [3]Kegunaan log gamma ray :

    1. Evaluasi kandungan shale (Vshale).

    2. Menentukan lapisan permeabel dan non

    permeabel berdasarkan sifat radioaktif.

    3. Ketebalan lapisan batuan.

    4. Korelasi antar sumur.

    1. Log Densitas

    (Density Log)

    Log density merupakan suatu

    tipe log porositas yang mengukur

    densitas elektron suatu formasi. Prinsip

    kerja log density [3] yaitu suatu sumber

    radioaktif dari alat pengukur di pancarkan

    sinar gamma dengan intensitas energi

    tertentu menembus formasi/batuan. Batuan

    terbentuk dari butiran mineral, mineral

    tersusun dari atom-atom yang terdiri dari

    proton dan elektron. Partikel sinar gamma

    bertumbukan dengan elektron-elektron

    dalam batuan. Akibat tumbukan ini sinar

    gamma akan mengalami pengurangan

    energi (loose energy). Energi yangkembali sesudah mengalami benturan akan

    diterima oleh detektor yang berjarak

    tertentu dengan sumbernya. Kandungan

    komponen kuarsa, seperti kuarsa yang

    berbutir halus dapat memberikan efek

    yang sangat besar dalam pembacaan

    density log. Hal tersebut dapat

    menyebabkan porositas semu batubara

    akan menurun sedangkan densitas

    batubara akan meningkat.

    Semakin lemahnya energi yangkembali menunjukkan semakin banyaknya

    elektron-elektron dalam batuan, yang

    berarti semakin banyak/padat

    butiran/mineral penyusun batuan persatuan

    volume. Besar kecilnya energi yang

    diterima oleh detektor tergantung dari :

    1. Besarnya densitas matriks batuan.

    2. Besarnya porositas batuan.

    3.

    Besarnya densitas kandungan yang

    ada dalam pori-pori batuan.

    1. Konversi Satuan

    Density LogDalam penelitian ini, satuan dari

    density log adalah counts per second

    (CPS). untuk memudahkan perhitungan,

    maka dilakukan konversi satuan dari CPS

    ke gr/cc, nilai satuan CPS berbanding

    terbalik dengan nilai satuan gr/cc. Apabila

    defleksi log dalam satuan CPS

    menunjukkan nilai yang tinggi, maka akan

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    4/15

    4

    menunjukkan nilai yang rendah dalam

    satuan gr/cc. [12]

    Log density terdiri dari 2 macam

    yaitu Long Spacing Density (LSD) dan

    Short Spacing Density (SSD) atau Bed

    Resolution Density (BRD). Long spacingdensity digunakan untuk evaluasi lapisan

    batubara karena menunjukan densitas yang

    mendekati sebenarnya berkat pengaruh

    yang kecil dari dinding lubang bor.

    Sedangkan Short spacing density

    mempunyai resolusi vertikal yang tinggi,

    maka cocok untuk pengukuran ketebalan

    lapisan batubara [10]. (Gambar 2.2)

    Gambar 2.1.Hubungan antara satuan CPS dan gr/ccmenurut Warren (2002) yang telahdimodifikasi.

    Berdasarkan gambar 3.3 dapat diperoleh

    rumus, sebagai berikut:

    Y = 177598x

    e 4325.2

    (2.1)

    Keterangan:

    Y : nilai densitas dalam satuan CPS

    X : nilai densitas dalam satuan gr/cc

    Gambar 2.2. Alat perekaman log densitas (Firdaus, 2008).

    2.

    Penentuan VolumeShale

    Kandungan serpih (shale) pada

    suatu lapisan batuan khususnya lapisan

    batubara dapat diketahui dengan

    menggunakangamma ray log, sebab kurva

    gamma ray tidak dipengaruhi oleh jenis

    kandungan maupun kekompakan batuan.

    Sehingga besar kecilnya intensitas

    radioaktif yang diterima oleh detektor

    mencerminkan besar kecilnya kandunganshale/clay yang ada dalam suatu lapisan

    batuan. Dengan asumsi bahwa selama

    lapisan batuan tidak mengandung mineral

    lain yang bersifat radioaktif selain

    shale/clay.

    Gamma ray logmemiliki beberapa

    respon empiris non linier yang sebaik

    respon linier. Respon non linier didasarkan

    pada area geografi dan umur formasi

    batuan. Semua hubungan non linier lebih

    diharapkan menghasilkan sebuah nilai

    volume shale yang lebih rendah daripada

    hasil dari persamaan linier [9]. Karena

    daerah penelitian berada pada batuan

    zaman tersier maka Harga Vshpada lapisan

    batubara dapat dihitung dengan persamaan

    2.2.

    Respon linier (VShale= IGR) :

    = = (2.2)

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    5/15

    5

    Gambar 2.3. Perbandingan Semua Metode Kalkulasi Volume Shale

    (Irfan Saputra, 2008)

    Respon Non Linier :

    Tertiary Clastic (Larionov, 1969)

    Vsh= 0,083 .(23,7IGR1) (2.3)

    Older Rock (Larionov, 1969):

    Vsh= 0.33 .(2

    2.IGR

    1) (2.4)

    Steiber (1970) :

    = 2 (2.5)

    Clavier (1971) :

    = 1,7 [3,38 + 0,72] (2.6)

    Vsh : Volumeshale/clay (%)

    IGR : Indeks shalegamma ray(%)

    GR : respon log gamma raypada

    lapisan yang ingin dihitung (API)

    GRmin : respon log pada zona yang bebas

    shale (%)

    GRmax : respon log di zona shale (%)

    Gambar 2.4.Pemodelan untuk menghitung IGR (Introduction to

    log interpretation, Anonim).

    Gambar 3.11. Grafik VshVsgamma ray. (Introduction to log

    interpretation, Anonim).

    4. Metodologi Penelitian

    Metode yang digunakan adalahmetode geofisika well logging untuk

    menentukan lithologi bawah permukaan dan

    arah penyebaran lapisan batubara di daerah

    penelitian. Selain itu, dilakukan analisis

    hubungan nilai density log dengan

    kandungan total moisture, Calorific value,

    dan ash content dengan mengintegrasikan

    data geophysical well logging dan data

    kualitas batubara (Air Dried Basis)

    menggunakan geostatistika bivarian dengan

    metode tradeline scatterplot bivariant yangdigunakan untuk menganalisis hubungan dari

    dua kumpulan data atau variabel populasi

    yang berbeda, tetapi terletak pada lokasi yang

    sama.

    Untuk mencapai tujuan yang telah

    ditentukan, maka dilakukan lima tahapan

    utama dalam penelitian ini, yaitu meliputi

    tahap pendahuluan, tahap pengambilan data

    lapangan, tahap pengumpulan data, tahap

    pengolahan dan analisis data, dan tahappenyusunan laporan.

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    6/15

    6

    1. Tahap Akuisisi Data Geophysical

    Well L ogging

    Pada tahapan ini, dilakukan

    pengambilan data primer yaitu data logginggeofisika. Data ini diperoleh dari perekaman

    respon radioaktif pada setiap titik bor pada

    area penelitian. Tahapan pengambilan data

    logging geofisika sebagai berikut:

    1.

    Penentuan lokasi titik bor

    2. Pengeboran yang dilakukan oleh tim

    pengeboran (drilling)

    3.

    Pengambilan sample coring (inti

    batuan)

    4.

    Perekaman data geophysical well

    logging

    Dilakukan setelah pengeboran

    mencapai terget kedalaman tertentu.

    1. Pemboran Geologi (Geological

    Drill ing)

    Pemboran geologi dilakukan sebelumpengambilan data logging geofisika. Hal

    pertama yang dilakukan dalam pemboran

    adalah menentukan titik bor berdasarkan peta

    geologi dan penampang geologi dengan skala

    memadai serta mempertimbangkan akses

    menuju lokasi pemboran, keadaan lokasi

    sekitar titik bor yang direncanakan seperti,

    ketersediaan air , tata guna lahan, topografi

    dan perizinan. Metode yang efektif untuk

    pemboran adalah metode core drilling. Pada

    pemboran ini digunakan triple tube core

    barrel yang berfungsi melindungi inti bor

    agar tidak rusak atau hancur. Metode ini

    memungkinkan untuk mengurutkan dan

    mencatat secara rinci inti batuan ketika inti

    masih di dalam tabung atau setelah

    dipindahkan ke dalam core box.

    Tujuan Pemboran adalah sebagai

    berikut :

    1.

    Memastikan letak atau posisi dankedalam seam batubara

    2. Mengetahui sequence stratigrafi dan

    geologi daerah penelitian sebagai data

    perbandingan.

    3.

    Memperoleh contoh dan sampling

    batubara dan litologi batuan lain pada

    daerah penelitian.

    1. Deskripsi Inti Batuan (Core

    Description)

    Deskripsi inti batuan merupakan sebuah

    langkah penting dalam menentukan litologi

    batuan karena langsung memperlihatkan dan

    mengidentifikasi batuan yang mencerminkan

    kondisi bawah permukaan (subsurface)

    seperti terlihat pada gambar 3.2.

    Gambar 3.2. Sampling dan Deskripsi Inti Batuan (PT. Bukit Asam,2014)

    2. Peralatan Akuisisi Data Geophysical

    Well Logging

    Peralatan yang digunakan dalam akuisisi

    data logging geofisika meliputi peralatan

    pengeboran dan peralatan logging.

    1.

    Peralatan Logging Geofisika

    1.

    Probegamma raydan density

    2.

    Cairan radioaktif cesium 137

    3. Winch system

    4. Laptop, digital data logging

    (Rescalog)

    5.

    Genset dan stabilizer

    6. Survey meter dan kamera

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    7/15

    7

    7. Peralatan Pengeboran

    1. Anjungan pemboran

    2. Pipa bor

    3.

    Generator4. Mata bor (baja)

    1. Pengolahan Data Geophysical Well

    Logging

    Data yang diterima dari hasil

    rekaman awal well logging berupa data

    LAS (Log ASCII Standart) yaitu format

    standar untuk perekaman data log. Data

    LAS merupakan data original dari alatperekaman well logging sebelum diubah

    menjadi kurva log. LAS file merupakan

    suatu susunan data pemboran yang berisi

    pembacaan well logging, kedalaman,

    informasi alat dan lubang bor (Gambar

    3.3)

    Gambar 3.3.Tampilan dari data LAS file(PT. Bukit Asam, 2014)

    1. Pembuatan Kurva Well Logging

    Hasil data LAS dengan format .DAT

    kemudian diolah menjadi kurva log

    menggunakan Software Wellcad 4.3..Wellcad juga berisi semua informasi lubang

    bor dan logging operation serta data kurva

    log, skala, dan koreksi kedalaman (Gambar

    3.4).

    Gambar 3.4.Hasil Pengolahan datawell logging menggunakan

    wellcad 4.3. (PT. Bukit Asam, 2014)

    2. Interpretasi Data Geophysical Well

    Logging

    Interpretasi data logging geofisika

    dilakukan untuk menentukan lithologi pada

    setiap kedalaman di bawah permukaan bumi.

    Masing-masing batuan mempunyai respon

    yang khas pada kurva log, sehingga jenis

    litologi dapat ditentukan.

    Dalam penelitian ini, interpretasidata logginggeofisika meliputi :

    1. Penentuan Lithologi pada setiap

    kedalaman di bawah permukaan

    bumi (Subsurface)

    2. Penentuan ketebalan lapisan

    berdasarkan defleksi kurva gamma

    ray log dan density log.

    3. Penentuan estimasi volume shale

    pada lapisan batubara.

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    8/15

    8

    1. Penentuan Batas Lithologi dan

    KetebalanLog yang digunakan dalam penentuan

    ketebalan batubara danpartingadalah

    kombinasi dari density log, GR Logdan caliper.

    Log dibuat secara khusus untuk menghasilkan

    kombinasi log yang dapat digunakan untuk

    menentukan ketebalan batubara. SSD mampu

    untuk melakukan identifikasi rongga-rongga,

    misalnya pada roofdanfloor.Pengukuran

    titik-titik batas pada garis transisi antara

    lapisan batubara, roofdanfloorsertaparting

    mempunyai cara yang berbeda untuk masing-

    masing komponen log densitas [5]. Batasan

    untuk setiap log adalah sebagai berikut:

    GR = 1/3 panjang garis menuju lapisan yang

    berdensitas rendah.

    LSD = 1/3 panjang garis menuju lapisan yang

    berdensitas rendah.

    SSD = 1/2 panjang garis defleksi

    Gambar 3.5. Penentuan ketebalan dengan menggunakan

    gamma ray log(from BPB Manual, 1981)

    Gambar 3.6.Penentuan ketebalan antara log LSD (Long Spacing

    Density) dan SSD (Short Spacing Density) (Robertson Research

    Engineering, 1984)

    2.

    Pembuatan Model Korelasi AntarSumur Bor

    Cross lineAA dan B B berarah

    barat dayatimur laut yang dibuat untuk

    korelasi stratigrafi. Titik bor yang tersayat

    pada korelasi line AA adalah titik bor

    BGT_39, SD_346, SD_369, dan SD_378.

    Korelasi line BB yang tersayat adalah titik

    bor BGT_40, SD_374, dan SD_373. Dan

    korelasi line XX yang berarah utara

    selatan yaitu titik bor SD_378, BGT_35,

    BGT_36, dan SD_373. Sedangkan cross line

    P,Q,R digunakan untuk menentukan arah

    kemiringan dip lapisan batubara.

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    9/15

    9

    Gambar 3.7.Profil Cross LineTitik Bor

    3. Analisis Hubungan density logdengan

    kualitas batubara

    1.

    Koefisien Korelasi

    Koefesien korelasi ialah

    pengukuran statistik kovarian atau asosiasi

    antara dua variabel. Besarnya koefesien

    korelasi berkisar antara +1 s/d -1.

    Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan

    (strength) hubungan linear dan arah

    hubungan dua variabel acak. Jika

    koefesien korelasi positif, maka kedua

    variabel mempunyai hubungan searah.

    Artinya jika nilai variabel X tinggi, makanilai variabel Y akan tinggi pula.

    Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif,

    maka kedua variabel mempunyai

    hubungan terbalik. Artinya jika nilai

    variabel X tinggi, maka nilai variabel Y

    akan menjadi rendah (dan sebaliknya).

    Untuk memudahkan melakukan

    interpretasi mengenai kekuatan hubungan

    antara dua variabel penulis memberikan

    kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):

    1.

    0 : Tidak ada korelasi antara dua

    variabel

    2. >00,25: Korelasi sangat lemah

    3. >0,250,5: Korelasi cukup

    4. >0,50,75: Korelasi kuat

    5. >0,750,99: Korelasi sangat kuat

    6. 1: Korelasi sempurna

    Koefisien korelasi Pearson (R) dirumuskan

    sebagai berikut :

    = (( ) )(( ) )

    (3.2)

    Dimana :

    R = Koefisien korelasi

    N = Jumlah data

    X = Nilai data variabel pertama

    Y = Nilai data variabel kedua

    1. Metode Geostatistik Bivariant

    (Tr ideli ne Scatterplot Bivari ant)Metode Geostatistik Bivarian

    merupakan metode statistik yang

    digunakan untuk menganalisis hubungan

    dari 2 (dua) kumpulan data atau variabelpopulasi yang berbeda, tetapi terletak pada

    lokasi yang sama. [8]

    Bentuk umum persamaan linier

    sederhana adalah/ = + (3.3)

    Koefisien Regresi :

    = + (3.4) = =

    4. Hasil dan Pembahasan

    1. Interpretasi Lithologi BatuanSecara umum, pengolahan dan

    interpretasi data well logging di 9 titik

    sumur eksplorasi yang telah dilakukan di

    daerah TAL Murman menghasilkan

    deskripsi lithologi batuan, ketebalan

    lapisan batuan, densitas batubara dari data

    log, dan volume shale pada lapisan

    batubara.

    Berdasarkan data 9 titik sumur bor,

    variasi runtunan lithologi di daerah

    penelitian didominasi oleh satuan

    batupasir, batulempung, batulanau, dan

    batubara. Range nilai gamma ray pada

    batubara berkisar antara 0 sampai

    10 CPS dan density berkisar antara 1600sampai 2700 CPS. Range nilai gammaray pada batulempung berkisar antara 15

    sampai 35 CPS dan density berkisarantara 1000 sampai 2000 CPS. Rangenilai gamma ray pada batupasir berkisar

    antara 17 sampai 25 CPS dan densityberkisar antara 500 sampai 1200 CPS.Range nilai gamma ray pada batulanau

    berkisar antara 20 sampai 40 CPS dandensity berkisar antara 1200 2500 CPS.

    Tabel range nilai gamma ray dan density

    logdapat dilihat pada lampiran.

    1.

    Hasil Sumur BGT_35

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    10/15

    10

    Pada sumur BGT_35 pengeboran

    (drilling) dilakukan sampai kedalaman

    81,40 m. Litologi penyusun yang dominan

    di sumur BGT_35 adalah batulempung,

    batulempung lanauan, batupasir, dan

    batubara. Di sumur BGT_35 ditemukantiga lapisan batubara (Seam) yaitu Seam

    B1, Seam B2, dan Seam C. Seam B1

    ditemukan pada kedalaman 8,2815,74 m

    dengan ketebalan 7,46 m, batubara seam

    B1 berwarna hitam mengkilat di sekitar

    intrusi, rapuh, dan mengandung resin.

    Terdapatparting(lapisan pengotor) berupa

    batulempung lanauan karbonan yang

    tebalnya sekitar 20 cm yang mengandung

    mineral pyrite. Overburden di atas seam

    B1 berupa batulempung lanauan berwarnaabu-abu dan keras dengan ketebalan

    sekitar 5 m. Seam B1 memiliki nilai rata-

    rata densitas batubara sekitar 1,61 gr/cc

    dan volume shale sebesar 4,25 % yang

    diperoleh dari perhitungan VShale. Selain itu,

    didapat nilai kalori (calorific value)

    batubara sebesar 6432 kcal/kg, kandungan

    abu (ash content) sebesar 1,9 %, dan

    kandungan lengas/air (total moisture)

    sebesar 19,1 % yang diketahui setelah

    dilakukan uji laboratorium. Hal ini

    menunjukkan bahwa batubara pada seam

    B1 berkualitas baik.

    Gambar 4.1. Model Sumur BGT_35

    Seam batubara B2 terdapat pada

    kedalaman 18,56 22,78 m dengan

    ketebalan lapisan 4,22 m dan lapisan

    batubara ini berwarna hitam kecoklatan

    dan terdapat mineral pyrite serta parting

    berupa batulempung massif yang tebalnyasekitar 8 cm. Interburdenantara Seam B1

    dan Seam B2 ditandai dengan adanya

    batulempung massif berwarna hitam dan

    keras dengan ketebalan sekitar 2,7 m.

    Batubara pada Seam B2 memiliki nilai

    densitas rata-rata sekitar 1,67 gr/cc dengan

    volume shale sebesar 3,69 % yang

    diperoleh dari perhitungan VShale. Dari hasil

    uji laboratorium, didapatkan nilai ash

    content sebesar 1,4 %, total moisture

    19,6 %, dan nilai kalori sebesar 6516kcal/kg. Hal ini menunjukkan bahwa

    batubara pada Seam B2 berkualitas baik.

    Pada kedalaman 65,80 75,00 m

    ditemukan Seam C dengan ketebalan 9,20

    m. Lapisan batubara ini berwarna hitam

    mengkilat, rapuh, dan mengadung resin

    serta terdapat partingberupa batulempung

    abu-abu gelap dengan ketebalan sekitar 18

    cm. Interburden antara Seam B2 dan C

    dicirikan oleh adanya batupasir

    (sandstone) dengan sisipan batulanau

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    11/15

    11

    (siltstone) dengan ketebalan 40,42 m.

    Batubara Seam C memiliki nilai densitas

    sekitar 1,69 gr/cc dan volume shale sebesar

    3,30 % yang didapatkan dari konversi

    satuan density log dan perhitungan VShale.

    Dengan nilai ash content sebesar 3,3 %,total moisture 16,7 %, dan nilai kalori

    sebasar 6610 kcal/kg yang diperoleh dari

    hasil uji laboratorium dalam bentuk data

    ADB(Air Dried Basis). Secara lengkap,

    dapat dilihat pada (gambar 4.1.)

    2. Interpretasi Arah Penyebaran dan

    Kemiringan dipLapisan Batubara

    1. Hasil Korelasi Lithologi Line A-ABerdasarkan hasil korelasi line A-A

    pada gambar 4.2. terlihat lithologipenyusun yang dominan pada daerah

    penelitian terdiri dari batulempung, batu

    lanau, batulempung karbonan, batubara,

    dan batupasir.

    Gambar 4.2. Pemodelan Korelasi AA

    Terdapat empat titik sumur bor

    yang tersayat dalam korelasi A-A yakni

    BGT_39, SD_346, SD_369, dan SD_378.

    Dari keempat sumur bor, hanya lapisan

    batubara (seam) C yang ada pada semua

    sumur bor. Seam B2 hanya ada di sumur

    SD_369 pada kedalaman 9,10 13,24 m

    dengan ketebalan sekitar 4,14 m yang

    kemungkinan merupakan sisa batubara

    yang belum mengalami penggalian

    sebelumnya. Lapisan batubara C menerus

    secara lateral dan tidak teratur yangkemungkinan disebabkan oleh adanya

    struktur sesar normal dan terletak pada

    posisi atau daerah pergeseran turun. Hal

    ini juga diperlihatkan oleh perbedaan

    lithologi antara roof dan floor batubara

    pada beberapa sumur bor pada korelasi ini.

    Pada gambar 4.2. menunjukkanbahwa arah penyebaran Seam C yakni dari

    arah barat daya ke arah timur laut, yang

    mana terlihat kemenerusan lapisan

    batubara C pada sumur BGT_39 yang tipis

    yaitu 6,20 m menebal hingga ke arah timur

    laut pada sumur SD_378 yang memiliki

    ketebalan Seam C sekitar 8,06 m.

    2. Arah Penyebaran dan KemiringanLapisan Batubara

    Dari hasil korelasi untuk masing-masing cross section tersebut dapat

    diperoleh pola arah penyebaran lapisan

    batubara yang menerus dan menebal

    seperti terlihat pada gambar 4.3.

    Ketebalan lapisan batubara di daerah

    penelitian dipengaruhi oleh gaya tektonik

    dan proses pematangan batubara, dimana

    semakin ke arah selatan kualitas batubara

    semakin tinggi, sehingga ketebalan

    batubara semakin menipis ke arah selatan.

    Hal ini dapat terlihat dari nilai kaloribatubara pada sumur BGT_39 dan

    BGT_40 yang relatif tinggi yaitu sekitar

    65827936 kcal/kg.

    Lapisan batubara di daerah TAL

    Murman mengalami perubahan arah

    kemiringan dimana bagian utara

    kemiringan ke arah timur yaitu ke arah

    sumur BGT_36 dengan kemiringan sekitar

    450ke arah timur. Dan kemudian berubah

    arah kemiringan ke arah tenggara yaknimenuju sumur SD_373 dan SD_374

    dengan kemiringan sekitar 600 ke arah

    tenggara serta kemiringan antara korelasi

    titik bor BGT_39 dan BGT_40 yaitu

    sekitar 350 ke arah selatan. Arah

    kemiringan lapisan batubara ini

    memperlihatkan kemenerusan dan

    penipisan lapisan batubara ke arah selatan,

    dimana terdapat lapisan batubara dengan

    kualitas yang semakin baik.

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    12/15

    12

    Gambar 4.3. Arah Penyebaran dan Kemiringan Lapisan

    Batubara

    3. Hasil Analisis Hubungan Nilai

    Density Log dengan Kualitas

    Batubara1. Hubungan Nilai Density log

    dengan Total M oisture (TM)Berdasarkan hasil pengolahan data

    dan menghitung koefisien korelasi (R2)

    dengan menggunakan metode trendline

    scatterplots observasi bivariant untuk

    mendapatkan hubungan korelasi dari dua

    variabel yang berbeda di lokasi yang sama.

    Diperoleh hasilhubungandensitasdengan

    total moisture pada daerah penelitian

    dengan nilai koefisien korelasi R2 = 0,344dengan nilai rata-rata densitas 1,69 gr/cc

    dan nilai rata-rata total moisture 12,5 %.

    Dilihat dari koefisien korelasi yang

    merupakan pengukuran statistik kovarian

    atau asosiasi antara dua variable, maka

    nilai R2 = 0,344 atau 34,4 %, di

    kategorikan hubungan korelasinya cukup

    kuat dengan kecenderungan posisi garis

    berat bergerak kearah yang negatif.

    Gambar 4.4. Grafik hubungan density (gr/cc) dengantotal moisture

    Garis berat memiliki kecenderungan ke

    arah negatif mempunyai arti semakin

    batubara memiliki densitas yang tinggi

    maka nilai total moisture nya akan

    menurun. (Gambar 4.4).

    2. Hubungan Nilai Density log

    dengan Calori fi c Value (CV)

    Hubungan density terhadap nilai

    kalori (CV) dilihat dari koefisien korelasi

    yang merupakan pengukuran statistik

    kovarian atau asosiasi antara dua variable

    maka nilai R2 = 0,619 atau 61,9 %, yang

    mana menunjukkan hubungan korelasi

    kuat dengan kecenderungan posisi garis

    berat bergerak ke arah yang positif. Garis

    berat memiliki kecenderungan ke arah

    positif, mempunyai arti bahwa semakin

    batubara memiliki densitas yang tinggi

    maka nilai kalori (calorific value) nya

    akan semakin tinggi. (Gambar 4.5).

    Fakta ini dikaitkan dengan asumsi

    awal yang menyatakan bahwa densitas dan

    kalori batubara mempunyai hubungan erat

    karena secara fisis menyatakan bahwa jikabatubara mempunyai nilai densitas yang

    lebih tinggi, maka porositas nya akan

    semakin rendah, sehingga akan membuat

    kandungan kelembaban dalam batubara

    menjadi sedikit karena tidak ada pori-

    pori/rekahan atau semacam cleat untuk

    menyerap dan aliran fluida.

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    13/15

    13

    Gambar 4.5. Grafik hubungan density (gr/cc)dengancalorific value

    Dan hal ini akan menyebabkan

    proses pembakaran batubara menjadi

    sempurna sehingga nilai kalori yangdihasilkan akan semakin tinggi. Nilai

    kalori adalah kalori jenis atau nilai panas

    yang dihasilkan pada pembakaran

    batubara. Semakin tinggi nilai kalori

    maka kualitas batubara semakin baik.[2]

    3. Hubungan Nilai Density log

    dengan Ash ContentBerdasarkan hasil korelasi

    trendline observasi scatterplots bivariant

    hubungan Densitas dengan kandungan abupada daerah penelitian, didapatkan nilai

    koefisien korelasi R2 = 0,4297 dengan

    rata-rata densitas 1,717 gr/cc dan nilai

    rata-rata kandungan Abu2,9 %.

    Dilihat dari koefisien korelasi yang

    merupakan pengukuran statistik kovarian

    atau asosiasi antara dua variable pada

    lokasi yang sama, maka nilai R2 = 0,429

    atau 42,9 %, yang menunjukkan hubungan

    korelasi yang cukup kuat dengan

    kecenderungan posisi garis berat bergerakkearah yang negatif. Garis berat memiliki

    kecenderungan kearah negatif, artinya

    semakin batubara memiliki densitas yang

    tinggi maka nilai kandungan abunya akan

    menurun begitupun juga sebaliknya.

    (Gambar 4.6).

    Gambar 4.6. Grafik hubungan density (gr/cc) dengan ashcontent

    4. Perbandingan Hasil Hubungan

    NilaiDensity Log

    denganKualitas Batubara (gr/cc dan

    CPS)

    Tabel 4.1.Perbandingan Koefisien Korelasi dalamsatuan CPS dan gr/cc

    Dari ketiga analisis hubungan di

    atas, hasil analisis hubungan nilai density

    logdengan nilai kalori batubara (calorific

    value) merupakan hasil yang terbaik

    dengan koefisien korelasi kuat yaitu

    0,6396 atau 63,96%. Hal ini menunjukkan

    bahwa adanya pengaruh nilai density log

    terhadap nilai kalori batubara, yakni

    semakin tinggi nilai density log, maka

    nilai kalori batubara akan semakin tinggi

    pula.

    Dengan demikian nilai density log

    dalam satuan gr/cc maupun CPS dapat

    memperkirakan nilai kalori dari lapisan

    batubara dengan menggunakan rumus

    koefisien korelasi yang telah diperoleh

    dan dibuktikan dari analisis hubungankedua variabel tersebut. Yang

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    14/15

    14

    membedakan hanya kecenderungan

    arahnya, jika gr/cc cenderung ke arah

    positif sedangkan CPS cenderung ke arah

    negatif. Hasil analisis ini dapat digunakan

    untuk memperkirakan nilai kalori batubara

    apabila terjadi lose core dan dapatdikembangkan menjadi sebuah alat yang

    dapat menentukan nilai kalori batubara.

    5. KesimpulanBerdasarkan pembahasan dari hasil

    penelitian yang telah dilakukan, maka

    didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

    1. Hasil Interpretasi data logging

    geofisika dari 9 sumur bor

    menunjukkan bahwa :

    1. Lithologi yang dominan pada

    daerah penelitian adalah batupasir,

    batulempung, batulanau, batubara,

    dan batulempung karbonan.

    2. Setiap lithologi mempunyai ciri

    khas yang berbeda-beda dengan

    nilai range gamma ray dan density

    log yang berbeda.

    3. Pada lapisan batubara, rata-rata dari

    nilai densitas batubara adalah 1,71

    gr/cc, nilai volume shale 3,94 %,

    total moisture13,58 %, ash content

    3,28 %, dan calorific valuesebesar

    6831 kcal/kg. Hal ini menunjukkan

    bahwa daerah TAL Murman

    memiliki lapisan batubara yang

    berkualitas baik.

    4.

    Hasil korelasi stratigrafi semua cross

    line menunjukkan bahwa arah

    kemenerusan dan penebalan lapisan

    batubara yaitu ke arah timur laut dan

    selatan, dimana semakin ke arah

    selatan kualitas batubara semakin

    tinggi. Lapisan batubara di daerah

    TAL Murman mengalami perubahan

    arah kemiringan dimana bagian utara

    kemiringan ke arah barat kemudian

    berubarah arah kemiringan ke arah

    selatan di sebelah selatan area

    penelitian.

    5.

    Dari hubungan nilai density log

    dengan total moisture didapatkan

    nilai R2 = 0,3443 atau 34,43%

    cenderung ke arah negatif, dimana

    dikategorikan korelasi cukup kuat.

    Semakin kecil nilai total mositure,

    maka kualitas batubara semakin baik.

    6.

    Hubungan nilai density log dengan

    calorific value didapatkan nilai R2 =

    0,6396 atau 63,96 % cenderung ke

    arah positif, dimana dikategorikan

    korelasi kuat. Semakin tinggi nilai

    calorific value, maka kualitas batubara

    semakin baik.

    7. Hubungan nilai density log dengan

    ash content didapatkan nilai R2 =

    0,4297 atau 42,97 % cenderung ke

    arah negatif, dimana dikategorikan

    korelasi cukup. Semakin kecil nilai

    ash content, maka kualitas batubara

    semakin baik.

    8. Daftar Pustaka

    1. Sukandarrumidi. 2009. Batubara

    dan Pemanfaatannya. Gadjah

    Mada University Press, Yogyakarta.

    2. Thomas, L. 2002. Coal Geology:

    John Wiley & Sons Ltd. The Atrium.Southern Gate. Chishester, West

    Sussex P019 8Sq, England.

    3. Harsono, 1993. Pengantar

    Evaluasi Log. Schlumberger Data

    Services. Jakarta.

    4. Muchjidin, 2005. Pengendalian

    Mutu Dalam Industri Batubara.

    Penerbit ITB, Bandung.

  • 8/10/2019 INTERPRETASI DATA GEOPHYSICAL WELL LOGGING DAN ANALISIS HUBUNGAN DENSITY LOG DENGAN KUALITAS BATU

    15/15

    15

    5. BPB manual. 1981. British

    Petroleum Book, British company.

    United Kingdom.

    6.

    Larianov, 1969. Borehole

    Radiometry. Riedra, Moscow.

    127PP

    7. Serra,Oberto. 1988. Fundamentals

    Of Well Log Interpretation.

    Elsevier Science Publiching

    Company, New York.

    8.

    Simbolon,Hotman.2013.Statistika.

    Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha

    Ilmu.

    9. Asquith, G., and D. Krygowski.

    2004. Basic Well Log Analysis:

    AAPG Methods in Exploration 16,

    p.31-35.

    10. Firdaus, M. 2008. Interpretasi

    Petrofisik. PT. Elnusa Geosains.

    Jakarta.

    11. Vanberg, Dale. 2003. Calculus 8th

    Edition Vanberg, Purcell, Rigdon.

    Jakarta : Penerbit Erlangga.

    12.

    Warren, J., 2002. Well Logging,

    google.com(www.geosciencer.com

    ; tgl 16 Juni 2014; jam 00.19)

    13. Vinda Dinata, Fransisca. 2011.

    Analisis Fasies Batubara dan

    Karakteristik Petrofisik, Formasi

    Balikpapan, Lapangan X,

    Cekungan Kutai Berdasarkan Data

    Log Sumur dan Inti Batuan.

    Yogyakarta : Fakultas Teknologi

    Mineral UPN VETERAN.