23
I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Sayuran merupakan produk tanaman yang dibutuhkan manusia. Walaupun keberadaannya bukan sebagai makanan pokok, namun sayuran merupakan sumber nutisi bagi tubuh. Bawang daun ( Allium fistulosum L.) adalah sala tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan secara intensif dan bawang daun dibutuhkan masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bum penyedap masakan, selain itu digunakan sebagai pengobatan. Pemasaran prod bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri (domestik) me juga pasarluarnegeri (ekspor) diberbagai negarakawasan Asia dan Eropa (Cahyono, 2005). Bawang daun dapat tumbuh dengan optimal jika struktur tanah mendukung yaitu dengan tersedianya nutrisi atauunsurhara yang dibutuhkan tanaman. Pengaruh erosi, penguapan dan eksploitasi tanah secara sengaja me berkurangnya unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh bawa Tanamannya mempunyai daya adaptasi yang luas, sehingga lokasi pro tersebar cukup luas di Indonesia. Produksi bawang daun dapat dilakukan pa Andosol (Cahyono, 2005). Menurut Dedi Nursyamsi (2005), tanah ini mempunyai sifat tana yaitu kadar bahan organik kurang dari 25% dan kandungan bahan amorf (alof imogolit, ferrihidrit, atau senyawa komplek Al-humus) cukup tinggi. Kandu bahan amorf yang tinggi menyebabkan jerapan P di tanah Andisol sangat Jerapan maksimum lapisan atas tanah Andisol paling tinggi dibandingkan ta 1

Isi Usul Yang Bener

Embed Size (px)

Citation preview

I.

PENDAHULUAN a. Latar Belakang

Sayuran merupakan produk tanaman yang dibutuhkan manusia. Walaupun keberadaannya bukan sebagai makanan pokok, namun sayuran merupakan sumber nutisi bagi tubuh. Bawang daun (Allium fistulosum L.) adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan secara intensif dan komersil. bawang daun dibutuhkan masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bumbu penyedap masakan, selain itu digunakan sebagai pengobatan. Pemasaran produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri (domestik) melainkan juga pasar luar negeri (ekspor) diberbagai negara kawasan Asia dan Eropa (Cahyono, 2005). Bawang daun dapat tumbuh dengan optimal jika struktur tanah mendukung, yaitu dengan tersedianya nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pengaruh erosi, penguapan dan eksploitasi tanah secara sengaja mengakibatkan berkurangnya unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh bawang daun. Tanamannya mempunyai daya adaptasi yang luas, sehingga lokasi produksinya tersebar cukup luas di Indonesia. Produksi bawang daun dapat dilakukan pada tanah Andosol (Cahyono, 2005). Menurut Dedi Nursyamsi (2005), tanah ini mempunyai sifat tanah andik, yaitu kadar bahan organik kurang dari 25% dan kandungan bahan amorf (alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa komplek Al-humus) cukup tinggi. Kandungan bahan amorf yang tinggi menyebabkan jerapan P di tanah Andisol sangat tinggi. Jerapan maksimum lapisan atas tanah Andisol paling tinggi dibandingkan tanah

1

lainnya, seperti: Inceptisol, Ultisol, dan Oxisol. Akibatnya tanaman sering mengalami kekahatan P walaupun kadar P total di tanah ini tinggi sehingga tanaman memerlukan P dalam jumlah banyak untuk mencapai pertumbuhan optimum. Permasalahan utama tanah andosol adalah fosfor yang tersedia rendah karena bahan amorfnya yang sangat kuat memfiksasi P, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Andisol mempunyai kejenuhan basa rendah dengan kapasitas penukar kation dan anion tinggi, mengandung C dan N tinggi tetapi nisbah C per N (CN ratio) rendah, kadar P rendah karena P dalam tanah terfiksasi kuat. Hal tersebut menyebabkan P kurang tersedia dalam tanah. Fiksasi P yang kuat menyebabkan P dalam tanah tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Darmawijaya, 1990). Fungsi unsur hara P bagi tanaman antara lain untuk pembelahan sel, pembentukan albumin. Pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan. Memeperkuat batang agar tidak mudah roboh, perkembangan akar. Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayuran. Adapun gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan terhambat (kerdil), karena pembelahan sel terganggu dan daundaun menjadi ungu atau cokelat mulai dari ujung daun (Hardjowigeno, 2003). Produktivitas tanah andosol dapat ditingkatkan apabila pengelolaan terhadap pemupukan dan pengolahan serta teknik budidaya yang tepat. Pupuk kandang ayam mempunyai kadar hara P yang relatif tinggi dibanding pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang baik 'terhadap perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Pupuk kandang selain mengandung nitrogen, fosfor dan kalium, juga mengandung beberapa unsur mikro dan sejumlah besar bahan organik.

2

Pemberian pupuk anorganik pupuk SP-18 ini digunakan sebagai pengganti dari pupuk SP-36 hal ini sesuai dengan peraturan menteri perindustrian Republik Indonesia nomor 48/M-IND/PER/2008 tentang spesifikasi teknis pupuk super fosfat tunggal SP-18. Karena tanah ini memiliki jerapan P tinggi maka upaya pengembangan yang dapat ditempuh antara lain: pemupukan menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Dengan demikian maka pengelolaan pupuk P merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang perlu dikaji yaitu: Apakah pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk SP-18 terhadap peningkatan pertumbuhan dan hasil bawang daunl. Berapakah dosis pupk kandang ayam dan dosis SP-18 yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang daun. Adapun tujuan penelitian ini adalah : Mengkaji pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan SP-18 terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun pada tanah andosol. Mengetahui dosis pupuk kandang yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang daun pada tanah andosol. Hasil penelitian ini diharapkan sesuatu yang bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pertanian dalam pengelolaan tanah andosol. Adapun Manfaat Penelitian ini adalah : 1. Diperoleh informasi ilmiah mengenai pengaruh penggunaan pupuk SP18 bila dikombinasikan dengan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun pada tanah andosol.

3

2.

Dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk penelitian selanjutnya.

II.

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kerangka Pemikiran

Bawang daun termasuk salah satu jenis sayuran daun bahan bumbu dapur yang terkenal di seluruh dunia. Tanaman ini diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian meluas ditanam diberbagai negara yang beriklim tropis dan sub-tropis (Rukmana, 1995). Tanaman ini telah dibudidayakan di hampir seluruh Indonesia.

4

Jawa tengah merupakan salah satu produksi dan pertumbuhan daun bawang, yang mulai tahun 2009 hasil produksi meningkat begitu juga dengan luas dari tahunketahun Tabel 1. Luas panen dan produksi bawang daun di Jawa Tengah Tahun Luas panen (Ha) Hasil produksi (Ton) 2009 10,794 96,417 2010 2011 12,403 13,512 116,696 129,391

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) Bawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran daun semusim (berumur pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atau rumpun dengan tinggi mencapai 60 cm atau lebih. Tanamannya mempunyai daya adaptasi yang luas, sehingga lokasi produksinya tersebar cukup luas di Indonesia. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) : Liliidae : Liliales : Liliaceae (suku bawang-bawangan) : Allium

Spesies: Allium fistulosum L.

5

Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua arah di sekitar permukaan tanah. Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan batang semu. Batang sejati berukuran sangan pendek, berbentuk cakram dan terletak pada bagian dasar yang berada dalam tanah. Batang semu adalah batang yang tampak di permukaan tanah, terbentuk dari pelepahpelepah daun yang saling membungkus dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga terlihat seperti batang. Daunnya berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai pita dan bagian ujungnya meruncing (Cahyono, 2005). Produksi bawang daun dapat dilakukan pada tanah Andosol. Tanah andosol yaitu merupakan tanah yang terbentuk dengan adanya bahan induk abu vulkanik dan bahan organik yang tinggi yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Jenis tanah inii berwarna cokelat kehitaman, tersebar dipulau-pulau yang memiliki gunung api aktif seperti di Sumatera bagian barat, Jawa, Bali dan sebagian Nusa Tenggara (diwarta, 2011). Sifat umum tanah andosol yaitu horison A1 yang tebal berwarna kelam, coklat sampai hitam sangat porous, sangat gembur, tak lekat (non-sticky), tak liat (non plastic) strukturnya remah atau granuler, tersasa licin (smeary) kanerna mengandung bahan organik antara 8-30% dengan pH 4,5-6. Horizon B2 berwarna kuning sampai cokelat, tekstur sedang, struktur gumpal dengan granulasi yang tak pulih (irreversible granulation), mengandung bahan organik 2-8% dengan kapasitas pengikatan air tinggi. Horizon C berbentuk batang gibsit dari oxida Al atau Fe dengan bahan amorf terdiri atas plasma pourus isotropik. Tanah ini terdiri dari fraksi debu dan pasir halus. Kejenuhan basa rendah dengan kapasitas penukaran

6

kation (cara Na-asetat pH 7) dan kapasitas tukas anionnya tinggi, mengandung C dan N tinggi tetapi nisbah C/N (C/N ratio) rendah, kadar P rendah karena terfiksasi kuat, sukar mengalami peptisasi, berat jenisnya kurang dari 0,85 dan pada kapasitas lapang kelengasan tanah lebih dari 15% (Darmawijaya, 1990). Sifat fisik dan, kimia tanah ini cukup subur namun memiliki kendala yang sangat serius yaitu P-tersedia tanah rendah akibat jerapan P yang tinggi. Kemampuan jerapan fosfat Andisol bahkan mencapai lebih dari 85% fosfat terlarut yang diberikan ke dalam tanah. Tingginya jerapan fosfat pada Andisol erat kaitannya dengan tingginya gugus reaktif pada mineral amorf. Andisol yang kandungan lempungnya didominasi oleh mineral amorf memiliki banyak struktur silikat dengan fraksi Al-OH dan Fe-OH yang terbuka pada permukaan mineralnya sehingga bersifat sebagai fraksi yang sangat reaktif. Fraksi reaktif tersebut mampu berdisosiasi ataupun mengalami protonasi sehingga dapat bersifat sebagai asam maupun basa. Dalam bentuk asam (Al-OH2) permukaan mineral mempunyai aktivitas yang tinggi untuk menjerap anion terutama fosfat. Fraksi reaktif tersebut terutama berasal dari Al-OH dan Fe-OH dalam struktur alofan, imogolit, oksidaoksida hidrat Al-Fe dan Al-Fe dalam kompleks dengan humus, yang merupakan mineral yang merajai Andisol. Tingginya fraksi (Al dan Fe) aktif ini dalam menjerap P menjadi kendala utama bila Andisol digunakan sebagai media pertanaman (Peniwiratri, 2006). Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan sumber fosfat dari alam dengan pemberian bahan organik. Kelebihan dari bahan organik yaitu mineralisasi bahan organik akan melepaskan unsur hara tanaman secara lengkap (N,

7

P, K, Ca, Mg, S dan unsur mikro lainnya) tetapi dalam jumlah yang relatif kecil, meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak, memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah (Ketaren, 2008). Pemanfaatan pupuk kandang ayam termasuk luas, umumnya digunakan oleh petani sayuran. Pupuk kandang ayam mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi daripada pupuk kandang sapi dan kambing (Hartatik dan Widyowati, 2010). Unsur hara yang N, P dan K yang terkandung dalam pupuk kandang ayam sebesar 1%, 0,80% dan 0,40% (Lingga dan Marsono, 2001). Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang ayam jumlah unsur haranya lengkap namun dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu diperlukan pemupukan tambahan menggunakan pupuk anorganik. kelebihan menggunakan pupuk anorganik yaitu, pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik pada umumnya takaran haranya pas. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat. Pupuk anorganik dapat tersedia dalam jumlah cukup (Lingga dan Marsono, 2001). Pemberian pupuk SP-18 merupakan pupuk buatan dengan kandungan P2O5 18% dan unsure makro lain Ca, Mg, S, juga terdapat unsur mikro yang sangat dibutuhkan tanaman. Manfaat dan kegunaan pupuk SP-18 diantaranya : bentuk granular memudahkan aplikasi di lapangan, bersifat netral sehingga tidak mempengaruhi keasaman tanah. Kandungan hara yang cukup dan tersedia akan mudah merangsang tanaman tumbuh sehat dan kuat dengan sistem perakaran yang kokoh untuk menjaga agar kondisi tanah tetap seimbang. Unsur hara P yang

8

terdapat dalam pupuk SP-18 hampir seluruhnya larut dalam air dan dapat diserap tanaman secara bertahap, sehingga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi selama periode pertumbuhan. Kadar air rendah sehingga lebih efisien dalam pengangkutan dan penyimpanan dan sebagai pupuk alternatif yang ekonomis dan efisien, serta diformulasikan ramah lingkungan dan kesehatan. Berdasarkan penelitian Syamsuddin Laude dan Yohanis Tambing (2010) Perlakuan pupuk kandang ayam dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun. Dosis pupuk kandang ayam dengan dosis 12 ton/ha memberikan hasil tertinggi pada parameter pengamatan tinggi tanaman dan berat segar tanaman.

b. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan beberapa hipotesis yaitu : 1. Diduga dosis pupuk kandang ayam dan pupuk SP-18 memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan bawang daun pada tanah andosol, 2. Diduga dosis pupuk kandang ayam dan pupuk SP-18 memiliki kemampuan meningkatkan hasil bawang daun pada tanah andosol.

9

III.

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Plastik Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Grendeng, Purwokerto pada ketinggian tempat 110 meter di atas permukaan laut (dpl) mulai bulan Mei 2011 sampai Agustus 2012. B. 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang daun, tanah Andosol, pupuk kandang ayam, pupuk N (urea), pupuk P (SP-18), pupuk K (KCl), dan Insektisida (Decis). Materi Penelitian

10

2. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah plastik, polibag, timbangan elektrik, ember plastik, meteran, kertas label, dan alat tulis. C. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan. Faktor yang akan dicoba dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pupuk kandang ayam, yang terdiri dari 4 taraf takaran, yaitu : K0 K1 K2 K3 2. : 0 ton/ha (tidak diberi pupuk kandang ayam) : 5 ton/ha : 10 ton/ha : 15 ton/ha

Dosis pupuk SP-18, terdiri dari 4 taraf konsentrasi, yaitu : P0 P1 P2 P3 : 0 kg/ha (tidak diberi SP-18) : 87,5 kg/ha : 175 kg/ha : 262,5 kg/ha Adapun kombinasi perlakuan yang diujicobakan selengkapnya adalah

sebagai berikut : K0P0 K1P0 K2P0 K3P0 K0P1 K1P1 K2P1 K3P1 K0P2 K1P2 K2P2 K3P2 K0P3 K1P3 K2P3 K3P3

11

Kombinasi perlakuannya ada 16 dengan 3 kali ulangan dan dalam satu unit percobaan terdapat 3 polibag, sehingga terdapat 144 polibag. D. 1. Tinggi tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan mengukur tinggi tanaman dari pangkal sampai ke ujung. Pengukuran dilakukan saat awal pengamatan dan selanjutnya dua minggu sekali sampai dengan panen 2. Jumlah daun Menghitung jumlah daun dimasing-masing tanaman. Perhitungan dilakukan setiap dua minggu sekali sampai dengan panen. 3. Luas daun Luas daun diukur dengan menggunakan rumus kerucut, karena bentuk daun bawang berbentuk kerucut. Luas kerucut = . r2 + . s. r r s = 3,14 = jari-jari = sisi miring kerucut dari alas ke puncak (bukan tinggi) Variabel Pengamatan

4. Jumlah anakan Pengamatan jumlah anakan dilakukan setiap dua minggu sekali sampai dengan panen 5. Panjang akar terpanjang Panjang akar terpanjang diamati pada saat tanaman dicabut dari tanah yaitu setelah dipanen pada umur 2,5 bulan setelah tanam.

12

6. Bobot segar tanaman (gr) Bobot segar tanaman diperoleh dengan cara menimbang bobot tanaman setelah tanaman dipanen. 7. Bobot segar akar (gr) Bobot segar akar diperoleh dengan cara memotong akar dari bagian tanaman kemudian menimbang bagian akar tanamanan. 8. Bobot kering tanaman (g) Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang bobot tanaman yang sudah dikeringkan dengan oven suhu 70C sampai bobotnya konstan. 9. Bobot kering akar (g) Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang bobot akar yang sudah dikeringkan dengan oven suhu 70C sampai bobotnya konstan. 10. Nisbah bobot kering tajuk dengan bobot kering akar (Shoot root ratio) Pengamatan shoot ratio dilakukan dengan membagi bobot kering tajuk dengan bobot kering akar.

E.

Analisis Data

Data yang diperoleh akan ditabulasikan dan dianalisis dengan uji F pada taraf nyata 5% untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan yang dicoba pada variabel yang diamati. Apabila terdapat keragaman nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji DMRT dengan tingkat kesalahan 5%. F. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

13

a.

Persiapan Tanah Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Andosol yang diambil dari Sumbang, Purwokerto yang sebelumnya digunakan pada pertanaman kedelai. Tanah tersebut sebelum digunakan,

dikeringanginkan terlebih dahulu, selama 2 minggu. Kebutuhan tanah per polibag yaitu 13,2 kg. b. Persiapan Bibit bawang daun Bibit bawang daun diperbanyak secaara vegetatif yaitu, dengan cara menyapih/memecah anakan-anakannya. Rumpun bawang daun yang akan dijadikan bibit sebaiknya yang telah berumur 2,5 bulan. 2. Penanaman Bawang daun Bibit ditanam pada polibag, Per polibag ditanam 1 tanaman ji per lubang tanam sebanyak 3 dengan kedalaman 2 cm, ukuran polibag 40 cm x 50 cm 3. Perlakuan Perlakuan terdiri atas pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk SP-18. Pupuk kandang ayam diberikan pada saat awal sebelum tanam, diberikan sesuai dengan dosis masing-masing perlakuan (0 kg, 5 kg, 10 kg, 15 kg) per ha. Pemberian pupuk SP-18 diberikan sesuai dengan dosis masing-masing perlakuan yaitu (0, 8,75 kg, 175 kg, 262,5 kg) per ha. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan dan

pengendalian hama penyakit. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau terserang hama atau patogen maupun terhambat pertumbuhannya.

14

Penyulaman dilakukan saat bawang daun berumur 1 minggu. Penyiangan terhadap gulma dilakukan secara mekanik. Pemberian pupuk Urea sebanyak 200 kg per ha 7 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam. Pupuk KCl 150 kg per ha diberikan 2 minggu setelah tanam dan 5 minggu setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan Insektisida. 5. Pengamatan a. Pengamatan variabel tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun diamati setiap 2 minggu sekali. Panjang akar terpanjang, luas daun, bobot segar tanaman, bobot segar akar, bobot kering tanaman, bobot kering akar diamati 1 kali. Data diambil dari setiap unit percobaan sebanyak 1 buah data yang merupakan rata-rata dari sejumlah tanaman (polibag) per unit. 3. Panen Bawang daun dapat dipanen pada umur 2,5 bulan setelah tanam, dengan ciri : jumlah anakan per rumpun telah maksimal (banyak), beberapa helai daun bawah mulai menguning/mengering

G.

Jadwal Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan untuk percobaan lapang dan 2 bulan untuk studi pustaka dan penulisan laporan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut: Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No 1. Kegiatan Persiapan 1 xxxx 2 Bulan ke3 4 5 6

15

2. 3. 4. 5.

Pelaksanaan percobaan Analisis data Studi pustaka Penulisan laporan

x Xxxx xxxx

xxxx xx xxxx xx xxxx xx xxxx

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Daun, 2009-2011. (Online). http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=17. Diakses 15 Mei 2012 Cahyono, B. 2005. Bawang Daun Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisus, Yogyakarta. 101 hal. Darmawijaya, M. I., 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 441 hal. Diwarta. 2012. Jenis-Jenis Tanah (Persebaran Tanah Horizontal) di Indonesia. (Online). http://www.diwarta.com/663/jenis-jenis-tanah-persebaran-tanahhorizontal-di-indonesia/. Diakses 13 Mei 2012 Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. 286 hal. Hartatik, W., L.R. Widowati. 2010. Pupuk Kandang. Ketaren, S.N. 2008. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol pada sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Organik. USU, Medan. Laude, S., Y. Tambing. 2010. Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam. J. Agroland 17 (2) : 144 - 148, Agustus 2010 ISSN : 0854 641X Lingga, P., dan Marsono. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. 150 hal.

16

Nursyamsi, D. 2005. Penelitian Korelasi Uji Tanah Hara Phosphorus Di Tanah Andisol Untuk Kedelai (Glycine max, L.). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 (2) (2005) p: 27-37 Peniwiratri, L. 2006. Potensi Asam-Asam Organik Berberat Molekul Rendah Dalam Memblokir Fraksi Aktif (Al Dan Fe) Andisol. UPN Veteran, Yogyakarta. (On-line). http://agriculture.upnyk.ac.id/images/jurnal/2006v2/4potensi-asam-organik-lelanti.pdf. Diakses 14 Mei 2012 Rukmana, R. 1995. Bawang Daun. Kanisus, Yogyakarta. 50 hal.

17

Lampiran 1. Denah Percobaan

B

T T BLOK I KOP0 K1P0 K2P0 K3P0 KOP1 K1P1 K2P1 K3P1 K0P2 K1P2 K2P2 K3P2 K0P3 K1P3 K2P3 BLOK II K3P3 K0P0 K2P3 K1P0 K1P3 K2P0 K0P3 K3P0 K3P2 K0P1 K2P2 K1P1 K1P2 K2P1 K0P2 BLOK III K1P0 K1P3 K3P0 K3P2 K1P1 K3P1 K1P2 K2P3 K0P0 K0P3 K2P0 K2P2 K0P1 K0P2 K3P3

18

K3P3

K3P1

K2P1

19

Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Tanah per Polibag Luas lahan 1 ha = 10.000 m2

Kedalaman lapisan olah tanah = 20 cm = 0,2 m Jarak tanam BJI tanah Andosol Perhitungan jumlah populasi Jumlah populasi tanaman = 20 cm 25 cm = 500 cm2 = 0,85 g/cm3

Perhitungan bobot tanah per polibag Bobot tanah 1 ha = 1 x 10 cm x 20 cm x 0,85 g/cm = 1,7 x 109 g = 1,7 x 106 kg Bobot tanah per polibag = 1,7 x 106 kg / 200.000 pop = 8,5 kg8 2 3

20

Lampiran 3.Perhitungan Kebutuhan Pupuk SP-18 per polibag 1) Dosis pupuk SP-18 87,5 kg/ha Dosis pupuk SP-18 Per Polibag = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 87,5 kg = 437,5 x 10-6 kg = 0,4375 gr Kandungan P2O5 dalam SP-18 (18%) Jadi dosis pupuk SP-18 = 0,4375 gr/18 X 100 = 2,43 gr 2) Dosis pupuk SP-18 175 kg/ha Dosis pupuk SP-18 Per Polibag = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 175 kg = 875 x 10-6 kg = 0,875 gr Kandungan P2O5 dalam SP-18 (18%) Jadi dosis pupuk SP-18 = 0,875 gr/18 X 100 = 4,86 gr 3) Dosis pupuk SP-18 262,5 kg/ha Dosis pupuk SP-18 Per Polibag = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 262,5 kg = 1312,5 x 10-6 kg = 1,3125 gr Jadi dosis pupuk SP-18 = 1,3125 gr/18 X 100 = 4,86 gr

21

Lampiran 4.Perhitungan Kebutuhan Pupuk kandang ayam per polibag 1) Dosis pupuk kandang ayam 5 ton/ha = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 5000 kg/ha = 0,025 kg = 25 gr 2) Dosis pupuk kandang ayam 10 ton/ha = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 10000 kg/ha = 0,05 kg = 50 gr 3) Dosis pupuk kandang ayam 15 ton/ha = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 15000 kg/ha = 0,075 kg = 75 gr

22

Lampiran 5.Perhitungan Kebutuhan Pupuk Urea dan KCL 1) Dosis Pupuk Urea 200 kg/ha Dosis Pupuk Urea Per Polibag = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 200 kg/ha = 0,001 kg = 1 gr Kandungan N dalam Urea 46% Jadi dosis pupuk urea = 1 g / 46 X 100 = 2,1739 gr 2) Dosis Pupuk KCl 150 kg/ha (Purwono dan Purnamawati, 2007) = Bobot tanah per polibag / Bobot tanah per ha X Kebutuhan pupuk per ha = 8,5 kg / 1,7x106 X 200 kg/ha = 0,00075 kg = 0,75 gr Kandungan K2O dalam KCl 58,72% Jadi dosis pupuk KCL = 0,75 kg / 58,72 X 100 =1,277 gr

23