82
PEMBAHASAN KASUS ANEMIA oleh: KELOMPOK 4 Suhariyati (NIM 112310101001) Endah Novianti (NIM 112310101002) Rosita Debby Irawan (NIM 112310101003) Chepy Tri Cita W (NIM 112310101007) Haidar Dwi Pratiwi (NIM 112310101012) Kartika Nurif Adeline Putri (NIM 112310101018) Riska Umiyatun (NIM 112310101023) Silvi Anita Uslatu Rodyah (NIM 112310101035) Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S (NIM 112310101046) Akhmat Robby Tricahyono (NIM 112310101061)

Kasus Anemia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dghd

Citation preview

Page 1: Kasus Anemia

PEMBAHASAN KASUS ANEMIA

oleh:

KELOMPOK 4Suhariyati (NIM 112310101001)Endah Novianti (NIM 112310101002)Rosita Debby Irawan (NIM 112310101003)Chepy Tri Cita W (NIM 112310101007)Haidar Dwi Pratiwi (NIM 112310101012)Kartika Nurif Adeline Putri (NIM 112310101018)Riska Umiyatun (NIM 112310101023)Silvi Anita Uslatu Rodyah (NIM 112310101035)Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S (NIM 112310101046)Akhmat Robby Tricahyono (NIM 112310101061)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Kasus Anemia

Kasus 1

Seorang pasien dirawat di unit Interna RS dengan keluhan utama mudah lelah,

capek, pusing. Hasil pemeriksaan fisik: konjungtiva anemis pada kedua mata (CA:

+/+). Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+). TTV: TD 110/60 mmHg, nadi 90

x/menit, RR 20 X/menit, Suhu 370C. Pemeriksaan lab menunjukkan Hb: 9 mg/dl,

lain-lain dalam batas normal.

Pertanyaan

1. Sebutkan gangguan yang terjadi pada kasus di atas! [Silvi Anita Uslatu

Rodyah (NIM 112310101035)]

Jawab:

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia

menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat

banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan

pembentukan sel sel darah merah (eritropoiesis); SDM prematur atau

penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab

yang paling umum), faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan

nutrien, faktor-faktor hereditas, dan penyakit kronis (brunner dan suddarth,

2000)

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan

untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan

kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah

merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,

2002).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah

merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)

per 100 ml darah (Price, 2006).

Berdasarkan kasus tersebut, berikut ini adalah hasil pengkajiannya:

Page 3: Kasus Anemia

a. Identitas

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Pasien mengeluh mudah lelah, capek, pusing

2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan mudah lelah, capek, pusing. Kemungkinan pasien

tampak pucat, gelisah, diaforesis tachikandia, sampai penurunan

kesadaran.

3) Riwayat penyakit dahulu

Dalam kasus tidak dijelaskan secara spesifik, namun perlu dikaji

riwayat penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi, riwayat

trauma, perdarahan, riwayat demam tinggi, penyakit ISPA, Kehamilan

dan Persalinan

4) Riwayat penyakit keluarga

Dalam kasus tidak dijelaskan, namn perlu dikaji lebih lanjut adanya

iwayat anemia dalam keluarga, riwayat penyakit-penyakit seperti

kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma, penyakit-penyakit infeksi

saluran pernafasan.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: keadaan tampak lemah sampai sakit berat.

2) Kesadaran

Tingkat kesedaran pasien kompos metis

3) Tanda-tanda vital

TTV: TD 110/60 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 20 X/menit, Suhu 370C

4) TB dan BB

Untuk menentukan apakah berat badan pasien ideal dan menentukan

tingkat nutrisi pula. Namun dalam kasus tidak di sebutkan secara

spesifik, sehingga perawat perlu mengkaji lebih lanjut.

5) Kulit

Page 4: Kasus Anemia

Dalam kasus tidak disebutkan, namun biasanya kulit teraba dingin,

keringat yang berlebihan, pucat, bahkan sampai terjadi perdarahan

dibawah kulit.

6) Kepala

Biasanya bentuk dalam batas normal.

7) Mata

Konjungtiva anemis pada kedua mata (CA: +/+), sklera tidak ikterik

(SI: +/+).

8) Hidung

Di dalam kasus tidak disebutkan, namun biasanya tidak ada kelainan

9) Telinga

Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya tidak ada kelainan

10) Mulut

Di dalam kasus tidak di jelaskan, biasanya Bentuk, mukosa kering,

perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah pecah atau perdarahan.

11) Leher

Di dalam kasus tidak di jelaskan, perlu di kaji kemungkinan terdapat

pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah membesar, tidak ada

distensi vena yugularis.

12) Thoraks

Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun perlu dikaji pergerakan dada,

biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang

meninggi, percusi sonor, suara nafas bisa vesikuler atau ronchi,

wheezing.

13) Abdomen

Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun perlu dikaji adanya abdomen

cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus

14) Genitalia

Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya tidak ada kelainan

15) Ekstremitas

Pasien mengalami kelemahan umum

Page 5: Kasus Anemia

16) Anus

Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya tidak ada kelainan

17) Neurologis

Dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya dalam batas normal.

d. Pengkajian berdasarkan Dongoes

1) Aktivitas/istirahat

Pasien mengeluh mudah lelah, capek, pusing, keletihan, kelemahan,

malaise umum. Ditandai dengan takikardia, dispnea saat bekerja atau

istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada

sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

2) Sirkulasi

Perlu dikaji adanya riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan

GI kronis, menstruasi berat, palpitasi, TD 110/60mmhg (hipotensi),

ekstermitas (warna) kulit pucat dan membrane mukosa kering atau

pucat

3) Integritas ego

Perlu dikaji keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan

pengobatan, mis; penolakan transfuse darah, depresi.

4) Eleminasi

Kaji riwayat gangguan pada ginjal, hematemesis, Diare atau

konstipasi, penurunan haluaran urine, distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Dalam kasus tidak dijelaskan, namun biasanya mengalami penurunan

masukan diet, Mual/muntah, , anoreksia, penurunan berat badan,

membrane mukosa kering atau pucat

6) Neurosensori

Pasien mengeluh pusing, sakit kepala. Perlu dikaji lebih lanjut

karakteristiknya seperti vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan elisah.

7) Nyeri/kenyamanan

Page 6: Kasus Anemia

Pasien mengeluh pusing dan sakit kepala

8) Pernapasan

Kemungkinan mengalami napas pendek pada istirahat dan aktivitas,

takipnea dan dispnea.

9) Seksualitas

Dalam kasus tidak dijelaskan secara rinci namun perlu dikaji

kemungkinan terjadi perubahan aliran menstruasi, misalnya

menoragia atau amenore (DB).

e. Pemeriksaan laoratorium

Pemeriksaan lab menunjukkan Hb: 9 mg/dl

2. Sebutkan macam-macam anemia! (Haidar Dwi Pratiwi NIM

112310101012)

Jawab:

PPNI Kab. Klaten (2009) mejelaskan bahwa anemia diklasifikasikan

menjadi dua macam berdasarkan pendekatan fisiologis yaitu anemia

hipoproliferatif dan anemia hemolitika.

1. Anemia hipoproliferatif

Anemia hipoproliferatif yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah

disebabkan oleh defek produksi sel darah merah (PPNI Kab. Klaten,

2009). Anemia jenis ini dibedakan lagi menjadi lima macam yaitu sebagai

berikut.

a. Anemia aplastika

Anemia aplastika yaitu gangguan kegagalan sumsum tulang yang

menyebabkan penipisan semua unsur sumsum sehingga produksi sel-sel

darah menurun atau terhenti (Betz & Sowden, 2009).

b. Anemia pada penyakit ginjal

Anemia pada penyakit ginjal yaitu menurunnya ketahanan hidup sel darah

merah maupun defisiensi eritopoitin yang disebabkan oleh penyakit ginjal

kronis (PPNI Kab. Klaten, 2009).

a. Anemia pada penyakit kronis

Page 7: Kasus Anemia

Anemia pada penyakit kronis adalah anemia yang menyertai penyakit

inflamasi, infeksi, atau keganasan yang berlangsung lebih dari satu atau

dua bulan (Susilawati, 2013).

b. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan

zat besi (Lestari, et al. 2008).

c. Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin

B12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel

megaloblast dalam sumsum tulang belakang (Naibaho, 2011)

2. Anemia hemolitika

Anemia hemolitika merupakan anemia defisiensi jumlah sel darah merah

disebabkan oleh destruksi sel darah merah yang dapat dikarenakan oleh

pengaruh obat-obatan tertentu, penyakit hookin, limfosarkoma, mieloma

multiple, leukemia limfositik kronik, defisiensi glukosa 6 fosfat

dihidrigenase, proses autoimun, reaksi transfusi, dan malaria (PPNI Kab.

Klaten, 2009).

Sacher & McPherson (2004) menjelaskan bahwa anemia hemolitika dapat

diklasifikasikan menjadi angguan yang berkaitan dengan defek intrinsik dan

defek ekstrinsik.

a. Defek intrinsik

1) Defek herediter

a) Kelainan membran sel darah merah

- Sferosis herediter

- Eliptositois herediter

- Piropoikilositosis herediter

- Stomatositosis herediter

- Xerositosis herediter

b) Gangguan enzim eritrosit herediter

- Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase

Page 8: Kasus Anemia

- Defisiensi enzim lain seperti defisiensi piruvat kinase,

defisiensi pirimidin-5-nukleotidase

c) Gangguan pembentukan hemoglobin

- Hemoglobinopati

Sindrom sel sabit: penyakit sel sabit, sifat sel sabit,

sindrom HbS talasemia-beta, penyakit hemoglobin C,

penyakit hemoglobin SC.

Methemoglobin

Hemoglobin yang tidak stabil

- Sindrom talasemia

Talasemia-alfa

Talasemia-beta homozigot

Talasemia-beta heterozigot

Talasemia heterozigot dengan hemoglobinopati lain

2) Defek didapat

a) Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

b. Defek ekstrinsik

1) Destruksi non-imun

a) Anemia hemolitik mikroangiopati dan makroangiopati

b) Zat kimia dan toksin

c) Infeksi yang menyebabkan hemolisis

d) Hipersplenisme

e) Gangguan sistemik

2) Anema hemolitik imun

a) Primer

b) Sekunder

c) Akibat obat

d) Infeksi

Page 9: Kasus Anemia

3. Apa kemungkinan penyebab kondisi di atas? [Riska Umiyatun

(112310101023)]

Anemia terjadi sebagai akibat dari gangguan atau rusaknya mekanisme

produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel

darah merah karena kegagalan sumsum tulang, meningkatnya penghancuran

sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar eritropoetin, misalnya pada

pasien dengan gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan,

berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila

timbulnya anemia perlahan (kronis) akan timbul sedikit gejala, sedangkan

pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya. Faktor penatalaksanaan

yang harus dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat pada penurunan

kemampuan darah untuk menganggkut oksigen dan rusaknya mekanisme

pertahanan selular (Pedersen, G.W, 1996).

Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan

tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia

untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab

anemia secara umum antara lain:

a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah

hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan

b. Akibat penghancuran sel darah  merah yang berlebihan

c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi

d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor

keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa penyebab anemia berdasarkan

klasifikasinya yaitu sebagai berikut:

a. Anemia Aplastik

Penyebab dari anemia aplastik ada beberapa macam yaitu sebagai berikut:

1. Faktor genetic

Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan

sebagian besar diturunkan menurut hukum mendel. Kelompok ini

meliputi:

Page 10: Kasus Anemia

Anemia fanconi

Diskeratasis bawaan

Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit/tulang

Sindrom aplastik parsial

2. Obat-obatan dan bahan kimia

Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas/dosis obat

yang berlebihan. Semua obat dapat menyebabakan anemia aplastik

pada prepisposisi genetik. Yang sering menyebabkan ialah

kiarompenikol, sedangkan bahan kimia adalah benzena.

3. Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau

permanen.

Ifeksi sementara disebabkan oleh:

Mononukleosis infeksiosa

Tuberkulosis

Influenza Bruseiosis

Dangue

Setiap infeksi virus dapat menyebabkan anemia aplastik sementara,

setiap penyebab anemia aplastik sementara dapat menyebabkan

anemia aplastik permanen.

Infeksi permanen disebabkan oleh:

Penyebab yang terkenal adalah virus hepatitis non A, non B, virus

ini dapat menyebabkan anemia aplastik walaupun penderita anikterik.

Umumnya anemia aplastik pasca hepatitis mempunyai proknosis

jelek.

4. Iradiasi

Iradiasi dapat menyebabkan anemia aplastik ringan / berat. Bila sel

unipoten tertakdir yang kena, maka terjadi anemia aplastik ringan, ini

terjadi pada pengobatan keganasan sinar X. Dengan meningkatnya

dosis penyinaran akan kembali berproliferasi. Radiasi juga dapat

Page 11: Kasus Anemia

berpengaruh pada stroma sumsum tulang, yaitu ling mikro, dan

menyebabkan fibrosis.

5. Kelainan imunologi

Zat anti hemopoetik dan ling mikro dapat menyebabkan anemia

aplastik. Ini terjadi pada penyakit graft lawan resipien pada

transplantasi sumsum tulang.

b. Anemia pada penyakit Ginjal

Anemia ini di sebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah

merah maupun defisiensi eritropoetin. Eritropoetin diproduksi di luar

ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masih terus berlangsung, bahkan

pada pasien yang ginjalnya telah di angkat.

Pasien yang mengalami hemodialisis jangka panjang akan

kehilangan darah ke dalam dialiser (ginjal artifisial) sehingga dapat

mengalami defisiensi besi. Defisiensi asam polat terjadi karena

vitamin dapat terbuang ke dalam dialisat.

Pasien dialisis harus di tangani dengan pemberian besi dan asam

polat.

Ketersediaan eritropoetin rekombinan (Efoitin alfa) telah merubah

secara dramatis penatalaksanaan anemi pada penyakit ginjal tahap

akhir, dalam kombinasi dengan penambahan besi oral, dapat di

pertahankan hematokrit antara 33% dan 38%. Banyak pasien

melapaorkan adanya penurunan kelemahan, penurunan tingkat

energi, peningkatan perasaan sehat, perbaikan toleransi terhadap

latihan, dan toleransi yang lebih baik terhadap penanganan dialisis.

Hipertensi merupakan efek samping paling serius dan merupakan

terapi antihipertensi.

c. Anemia pada penyakit koronis

Penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis

normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang

normal). Kelainan ini meliputi artritis rematoid, abses paru, osteomielitis,

tuberkulosis, dan berbagai keganasan. Anemia biasanya ringan dan tidak

Page 12: Kasus Anemia

progresif. Berkembang secara bertahap selama priode waktu 6 sampai 8

minggu dan kemudian stabil pada keadaan hematokrit tidak kurang dari

25%. Hemoglobin jarang turun samapai dibawah 9 g/dl. Kadar eritripoetin

rendah, mungkin karena turunnya produksi, dan penyekat pada

penggunaan besi oleh sel eritroid. Juga penurunan sedang ketahanan sel

darh merah.

Pasien dengan HIV-positif yang mendapat zidovudine ( Retrovir )

mempunyai resiko tinggi mengalami anemia akibat supresi sumsum

tulang. Epoetin alfa , suatu bentuk rekombinan eritropoetin manusia,

sangat berguna untuk menangani anemia ini bila kadar eritropoetin

endogen pasien sangat rendah. Cadangan besi serum yang memadai sangat

diperlukan agar obat ini efektif meningkatkan kadar hematokrit.

d. Anemia defisiensi besi

Anemia akibat kekurangan besi adalah yang tersering terjadi. Sekitar 20%

wanita, 50% wanita hamil, dan 3% pria kekurangan besi. Besi merupakan

komponen esensial dari Hemoglobin, suatu pigmen pengangkut oksigen

dalam darah. Besi biasanya didapat dari makanan sehari-hari, dan

pemakaian ulang besi dari sel darah merah yang tua. Tanpa besi, darah tak

efektif membawa oksigen. Di sisi lain, oksigen diperlukan untuk fungsi

normal seluruh sel tubuh. Penyebab kekurangan besi adalah akibat terlalu

sedikit besi dalam makanan sehari-hari, buruknya penyerapan besi di

dalam saluran cerna, dan kehilangan darah (misalnya jumlah haid yang

banyak). Bahkan kekurangan besi berkaitan dengan keracunan timah-

hitam (lead poisoning) pada anak-anak.

Anemia terjadi perlahan-lahan, setelah cadangan normal besi di

badan dan sumsum-tulang berkurang. Wanita umumnya memunyai

cadangan besi yang lebih sedikit dari pria, serta lebih banyak kehilangan

darah sewaktu haid. Kondisi itu mengakibatkan mereka lebih berisiko

terkena anemia kekurangan besi akibat kehilangan darah dari saluran cerna

yang berkaitan dengan penyakit tukak lambung, pemakaian obat-obatan

Page 13: Kasus Anemia

penghilang nyeri (pain-killer medicine). Bahkan bisa juga akibat kanker

saluran cerna (esofagus, lambung, usus-besar).

e. Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh

adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel

tersebut. Sel tersebut di namakan megaloblas. Penyebab anemia

megaloblas adalah sebagai berikut:

Defisiensi vitamin B12

Defisiensi asam folat

Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat

Gangguan sintesa DNA akibat dari:

Defisiensi enzim konigental

Didapat setelah pemberian obat/sitostatik tertentu.

4. Bagaimana tanda gejala secara umum dan khas pada kasus tersebut?

[Kartika Nurif Adeline Putri (112310101018)]

Jawab:

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic

syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang

timbul oada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun

sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia

organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan

hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ

yang terkena (Handayani, 2008).

a. Sistem kardiovaskuler: lesu cepat lelah, palpitasi , takikardi, sesak nafas

saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung

b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-

kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas

c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun

d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,

rambut tipis dan halus

Page 14: Kasus Anemia

Menurut Davey (2005), anemia ringan sering tidak menimbulkan gejala.

Anemia dengan onset perlahan-lahan, bahkan bila berat juga biasanya hanya

menimbulkan sedikit gejala. Pada anemia yang lebih berat atau yang onsetnya

ceoat, bisa terjadi hal-hal berikut:

a. Kelelahan

b. Edema perifer, misalnya bengkak pada kaki

c. Sesak nafas, terutama jika ada penyakit jantung paru. Anemia sering

menyebabkan dekompensasi pada gagal jantung kronis

d. Angina, jika ada penyakit jantung kororner, yang mungkin tidak diketahui

sebelum timbulnya anemia

Sedangkan menurut Tucker (1998) tanda dan gejala yang muncul pada pasien

anemia adalah sebagai berikut:

a. Anemia: pucta, kelelahan, dispnea, palpitasi, sakit kepala, sinkope,

anoreksia

b. Trombositopenia: ptekie, epistaksis, darah dalam cairan yang keluar,

perdarahan gusi, ekimosis, purpura

c. Leukopenia

d. Infeksi kulit

e. Demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas (ISPA), infeksi

perkemihan

f. Nyeri tulang dan sendi

g. Limfadenopati servikal

h. Lesi orofaringeal

i. Infeksi peridontal

j. Lesi okular dan perdarahan

k. Hipertrofi gingival

l. Manifestasi genitourinarius: nefropati asam urat

Page 15: Kasus Anemia

5. Buat Pathway sesuai kasus di atas [Chepy Tri Cita W (112310101007)]

Absorpsi Fe, B12 Trauma Gangguan fungsi ginjalDan asam folat Berkuramg

Gangguan produksi Adanya tumor hormon eritripoetin

Kehilangan komponen perdarahan berlebihan

depresi sumsumpembentukan tulang

Eritrosit tidak sempurna Degenerasi eritrosit tidak terkonrol sel darah merahdi sumsum tulangmenurun Gangguan

Eritrosit mudah pecah Eritrosit rapuh kehilangan pembentukankomponen darah eritrosit

Hemolisis Produksi eritrosit menurun

Ansietas Perubahan persepsi penyakit ANEMIA

Kurangnya paparan informasi

Kurang Transpot Oksigen menurun Ketidakefektifan perfusi pengetahuan jaringan perifer

Page 16: Kasus Anemia

Kebutuhan oksigen tidakterpenuhi

Merangsang sel saraf Hipoksia sel dan jaringan Metabolisme anaerobsimpatis

Aliran darah GIT Meningkatnya HR sebagai Peningkatan asam laktatmenurun kompensasi jantung pada jaringan

Peristaltik usus menurun Kerja jantung meningkat Kelelahan

Peningkatan isi lambung Otot jantung mengalami Intoleransi aktivitas hipertropi

AnoreksiaKerja jantung menurun

Intake menurun Penurunan curah jantung

Ketidakseimbangan kenutuhan nutrisiKurang dari kebutuhan tubuh

Page 17: Kasus Anemia

6. Buatlah analisa data sesuai kasus di atas. Data boleh ditambahi untuk memperkuat penegakan diagnosa! (Dewa Ayu

Dwi Chandra Y.S/11-46)

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

Page 18: Kasus Anemia

1. DS :

1. Pasien mengatakan lemah

2. Pasienn mengatakan capek

3. Pasien pusing dan mudah lelah

4. Pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa

dingin

5. Pesien mengatakan tidak suka beraktivitas

DO :

1. Kulit pasien terlihat pucat

2. Membrane mukosa kering,

3. Ekstremitas dingin,

4. Pengisian kapiler lambat

5. Hasil pemeriksaan fisik:

- konjungtiva anemis pada kedua mata (CA:

+/+).

- Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).

6. TTV:

- TD : 110/60 mmHg

- Nadi 90x/menit

- RR 20 X/menit

trauma

perdarahan derlebihan

tidak terkontrol

kehilangan komponen darah

anemia

Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

Page 19: Kasus Anemia

- Suhu 37 derajat celcius

7. Pemeriksaan lab menunjukkan :

-. Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.

transport oksigen menurun

2. DS :

1. Pasien mengatakan badannya lemah dan letih

2. Pasien mengatakan capek dan tidak suka

beraktivitas

3. Pasien kurang semangat dan lebih suka tidur

DO:

1. Malaise umum

2. Pasien terlihat banyak istirahat dan tidur banyak

3. Pasien terlihat tidak bersemangat

4. Pemeriksaan TTV dan lab menunjukkan :

- TD : 110/60 mmHg

- Nadi 90x/menit

- Hb: 9 mg/dl

Transport oksigen menurun

Kebutuhan oksigen tdk

terpenuhi

Hipoksia sel dan jaringan

Metabolisme anaerob

Peningkatan asam laktat pd

jaringan

kelelahan

Intoleransi aktivitas

3. DS :

6. Pasien mengatakan lemah

7. Pasienn mengatakan capek

8. Pasien pusing dan mudah lelah

Transport oksigen menurun

Kebutuhan oksigen tdk

Penurunan curah jantung

Page 20: Kasus Anemia

9. Pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa

dingin

10. Pesien mengatakan tidak suka beraktivitas

DO :

8. Kulit pasien terlihat pucat

9. Membrane mukosa kering,

10. Ekstremitas dingin,

11. Pengisian kapiler lambat

12. Hasil pemeriksaan fisik:

- konjungtiva anemis pada kedua mata (CA:

+/+).

- Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).

13. TTV:

- TD : 110/60 mmHg

- Nadi 90x/menit

- RR 20 X/menit

- Suhu 37 derajat celcius

14. Pemeriksaan lab menunjukkan :

- Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.

terpenuhi

Hipoksia sel dan jaringan

Metabolisme anaerob

Meningkatnya HR

Kerja jantung meningkat

Hipertropi otot jantung

Kerja jantung menurun

4. DS: Hipoksia sel dan jaringan Ketidakseimbangan kebutuhan

Page 21: Kasus Anemia

1. Psien mengatakan tidak nafsu makan,

2. Pasien mengatakan tidak ada rasa yang enak pada

makanan yang dimakan.

3. Pasien mengatakkan mulutnya terasa tidak enak

DO:

1. Membran mukosa kering

2. Kurang minat pada makanan yang disediakan

3. Menolak untuk makan

4. Mual dan muntah

5. Peristaltic usus <15-35.

Metabolisme anaerob

Merangsang sel saraf simpatis

Aliran darah GIT menurun

Peristaltik usus menurun

Peningkatan isi lambung

Intake menurun

nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh

5. DS:

1. Pasien mengatakan sering gelisah

trauma Ansietas

Page 22: Kasus Anemia

2. Pasien mengatakan ia sulit tidur

DO:

1. Paien nampak pucat

2. Terdapat lingkaran hitam pada daerah mata

3. Pasien nampak lelah

4. Tampak tegang dan mudah tersinggung

perdarahan derlebihan

tidak terkontrol

kehilangan komponen darah

anemia

perubahan persepsi penyakit

Page 23: Kasus Anemia

6. DS:

1. Pasien mengatakan bahwa ia bingung akan

penyakit yang dialaminya

2. Pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai

penyakit dan cara menanganinya

DO:

1. Pasien nampak tegang dan cemas

2. Pasien nampak ketakutan

3.

trauma

perdarahan derlebihan

tidak terkontrol

kehilangan komponen darah

anemia

kurangnya paparan informasi

Kurang pengetahuan

Page 24: Kasus Anemia

7. Sebutkan Diagnosa keperawatan yang muncul (min. 3) ! (Endah Novianti

NIM 112310101002)

Jawab:

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah klien yang

nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa

keperawatan yang muncul pada klien dengan anemia (Doenges, 2004) meliputi:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan transport

oksigen menurun yang ditandai dengan pasien mengatakan lemah, capek,

pusing dan mudah lelah, pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa

dingin, tidak suka beraktivitas, kulit pasien terlihat pucat, membran

mukosa kering, ekstremitas dingin, pengisian kapiler lambat, dan hasil

pemeriksaan fisik: konjungtiva anemis pada kedua mata (CA: +/+). Tak

tampak sklera ikterik (SI: +/+). TTV: TD 110/60 mmHg, Nadi 90x/menit,

RR 20 X/menit, Suhu 37 derajat celcius, Pemeriksaan lab menunjukkan:

Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan oksigen tidak

terpenuhi yang ditandai dengan pasien mengatakan badannya lemah dan

letih, capek dan tidak suka beraktivitas, pasien kurang semangat dan lebih

suka tidur, malaise umum, pasien terlihat banyak istirahat dan tidur

banyak, terlihat tidak bersemangat, pemeriksaan TTV dan lab

menunjukkan : TD : 110/60 mmHg, Nadi 90x/menit, Hb: 9 mg/dl.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kebutuhan oksigen tidak

terpenuhi yang ditandai dengan pasien mengatakan lemah, capek, pusing

dan mudah lelah, pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa dingin,

pasien mengatakan tidak suka beraktivitas, kulit pasien terlihat pucat,

membran mukosa kering, ekstremitas dingin, pengisian kapiler lambat,

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis pada kedua

mata (CA: +/+), tak tampak sklera ikterik (SI: +/+). TTV: TD : 110/60

mmHg, Nadi 90x/menit, RR 20 X/menit, Suhu 37 derajat celcius, serta

pemeriksaan lab menunjukkan : Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.

Page 25: Kasus Anemia

4. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna sehingga peristaltik usus

menurun yang ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan,

tidak ada rasa yang enak pada makanan yang dimakan, pasien mengatakan

mulutnya terasa tidak enak, membran mukosa kering, kurang minat pada

makanan yang disediakan, menolak untuk makan, mual dan muntah dan

peristaltic usus <15-35.

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi penyakit yang ditandai

dengan pasien mengatakan sering gelisah, pasien mengatakan sulit tidur,

pasien nampak pucat, terdapat lingkaran hitam pada daerah mata, pasien

nampak lelah dan pasien tampak tegang serta mudah tersinggung.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

yang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa ia bingung akan penyakit

yang dialaminya, pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit

dan cara menanganinya, pasien nampak tegang dan cemas serta pasien

nampak ketakutan.

Page 26: Kasus Anemia

8. Buatlah perencanaan (NOC dan NIC) sesuai diagnosa masing-masing ! (Rosita Debby Irawan NIM 11-03)

No. Diagnosa Keperawatan NOC ( Tujuan ) NIC ( Intervensi )

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer berhubungan dengan

transport oksigen menurun yang

ditandai dengan pasien mengatakan

lemah, capek, pusing dan mudah

lelah, pasien mengatakan tangan

dan kakinya terasa dingin, tidak

suka beraktivitas, kulit pasien

terlihat pucat, membran mukosa

kering, ekstremitas dingin,

pengisian kapiler lambat, dan hasil

pemeriksaan fisik: konjungtiva

anemis pada kedua mata (CA: +/+).

Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).

TTV: TD 110/60 mmHg, Nadi

90x/menit, RR 20 X/menit, Suhu

NOC :

1. Circulation status

2. Tissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan status sirkulasi

yang ditandai dengan :

a. Tekanan systole dan diastole

dalam rentang yang diharapkan

b. Tidak ada ortostatikhipertensi

c. Tidak ada tanda tanda

peningkatan tekanan intrakranial

(tidak lebih dari 15 mmHg)

2. Mendemonstrasikan kemampuan

NIC:

1. Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring

(Monitor tekanan intrakranial)

a. Berikan informasi kepada keluarga

b. Set alarm

c. Monitor tekanan perfusi serebral

d. Catat respon pasien terhadap stimuli

e. Monitor tekanan intrakranial pasien

dan respon neurology terhadap

aktivitas

f. Monitor jumlah drainage cairan

serebrospinal

g. Monitor intake dan output cairan

h. Restrain pasien jika perlu

i. Monitor suhu dan angka WBC

j. Kolaborasi pemberian antibiotic

Page 27: Kasus Anemia

37 derajat celcius, Pemeriksaan lab

menunjukkan: Hb: 9 mg/dl, lain-

lain dalam batas normal.

kognitif yang ditandai dengan:

a. berkomunikasi dengan jelas dan

sesuai dengan kemampuan

b. menunjukkan perhatian,

konsentrasi dan orientasi

c. memproses informasi

d. membuat keputusan dengan

benar

3. Menunjukkan fungsi sensori motori

cranial yang utuh : tingkat

kesadaran mambaik, tidak ada

gerakan gerakan involunter

k. Posisikan pasien pada posisi

semifowler

l. Minimalkan stimuli dari lingkungan

2. Peripheral Sensation Management

(Manajemen sensasi perifer)

a. Monitor adanya daerah tertentu yang

hanya peka terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul

b. Monitor adanya paretese

c. Instruksikan keluarga untuk

mengobservasi kulit jika ada lsi atau

laserasi

d. Gunakan sarun tangan untuk proteksi

e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan

punggung

f. Monitor kemampuan BAB

g. Kolaborasi pemberian analgetik

Page 28: Kasus Anemia

h. Monitor adanya tromboplebitis

i. Diskusikan menganai penyebab

perubahan sensasi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kebutuhan oksigen tidak

terpenuhi yang ditandai dengan

pasien mengatakan badannya

lemah dan letih, capek dan tidak

suka beraktivitas, pasien kurang

semangat dan lebih suka tidur,

malaise umum, pasien terlihat

banyak istirahat dan tidur banyak,

terlihat tidak bersemangat,

pemeriksaan TTV dan lab

menunjukkan : TD : 110/60

mmHg, Nadi 90x/menit, Hb: 9

mg/dl.

NOC:

1. Energy conservation

2. Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik

tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi dan RR

2. Mampu melakukan aktivitas sehari

hari (ADLs) secara mandiri

NIC:

1. Energy Management

a. Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas

b. Dorong anal untuk mengungkapkan

perasaan terhadap keterbatasan

c. Kaji adanya factor yang

menyebabkan kelelahan

d. Monitor nutrisi dan sumber energi

tangadekuat

e. Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan

f. Monitor respon kardivaskuler

Page 29: Kasus Anemia

terhadap aktivitas

g. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

2. Activity Therapy

a. Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran terapi

yang tepat.

b. Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

c. Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yangsesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social

d. Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan

e. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan

aktivitas seperti kursi roda, krek

f. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas

Page 30: Kasus Anemia

yang disukai

g. Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

h. Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

i. Sediakan penguatan positif bagi yang

aktif beraktivitas

j. Bantu pasien untuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan

k. Monitor respon fisik, emoi, social dan

spiritual

3. Penurunan curah jantung

berhubungan dengan kebutuhan

oksigen tidak terpenuhi yang

ditandai dengan pasien mengatakan

lemah, capek, pusing dan mudah

NOC :

1. Cardiac Pump effectiveness

2. Circulation Status

3. Vital Sign Status

NIC :

1. Cardiac Care

a. Evaluasi adanya nyeri dada

( intensitas,lokasi, durasi)

Page 31: Kasus Anemia

lelah, pasien mengatakan tangan

dan kakinya terasa dingin, pasien

mengatakan tidak suka

beraktivitas, kulit pasien terlihat

pucat, membran mukosa kering,

ekstremitas dingin, pengisian

kapiler lambat, Hasil pemeriksaan

fisik menunjukkan konjungtiva

anemis pada kedua mata (CA: +/+),

tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).

TTV: TD : 110/60 mmHg, Nadi

90x/menit, RR 20 X/menit, Suhu

37 derajat celcius, serta

pemeriksaan lab menunjukkan :

Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas

normal.

Kriteria Hasil:

1. Tanda Vital dalam rentang normal

(Tekanan darah, Nadi, respirasi)

2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak

ada kelelahan

3. Tidak ada edema paru, perifer, dan

tidak ada asites

4. Tidak ada penurunan kesadaran

b. Catat adanya disritmia jantung

c. Catat adanya tanda dan gejala

penurunan cardiac putput

d. Monitor status kardiovaskuler

e. Monitor status pernafasan yang

menandakan gagal jantung

f. Monitor abdomen sebagai indicator

penurunan perfusi

g. Monitor balance cairan

h. Monitor adanya perubahan tekanan

darah

i. Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia

j. Atur periode latihan dan istirahat untuk

Page 32: Kasus Anemia

menghindari kelelahan

k. Monitor toleransi aktivitas pasien

l. Monitor adanya dyspneu, fatigue,

tekipneu dan ortopneu

m. Anjurkan untuk menurunkan stress

2. Vital Sign Monitoring

a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

c. Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

Page 33: Kasus Anemia

selama, dan setelah aktivitas

f. Monitor kualitas dari nadi

g. Monitor adanya pulsus paradoksus

h. Monitor adanya pulsus alterans

i. Monitor jumlah dan irama jantung

j. Monitor bunyi jantung

k. Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

l. Monitor suara paru

m. Monitor pola pernapasan abnormal

n. Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit

Page 34: Kasus Anemia

o. Monitor sianosis perifer

p. Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

q. Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

4. Ketidakseimbangan kebutuhan

nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna

sehingga peristaltik usus menurun

yang ditandai dengan pasien

mengatakan tidak nafsu makan,

tidak ada rasa yang enak pada

makanan yang dimakan, pasien

NOC :

1. Nutritional Status : food and Fluid

Intake

2. Weight control

Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan

sesuai dengan tujuan

NIC :

1. Nutrition Management

a. Kaji adanya alergi makanan

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.

c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan

intake Fe

d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan

Page 35: Kasus Anemia

mengatakan mulutnya terasa tidak

enak, membran mukosa kering,

kurang minat pada makanan yang

disediakan, menolak untuk makan,

mual dan muntah dan peristaltic

usus <15-35.

2. Beratbadan ideal sesuai dengan

tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi

5. Menunjukkan peningkatan fungsi

pengecapan dari menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat

badan yang berarti

protein dan vitamin C

e. Berikan substansi gula

f. Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)

h. Ajarkan pasien bagaimana membuat

catatan makanan harian.

i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan

kalori

j. Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi

k. Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

2. Nutrition Monitoring

a. BB pasien dalam batas normal

Page 36: Kasus Anemia

b. Monitor adanya penurunan berat badan

c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang

biasa dilakukan

d. Monitor interaksi anak atau orangtua

selama makan

e. Monitor lingkungan selama makan

f. Jadwalkan pengobatan  dan tindakan

tidak selama jam makan

g. Monitor kulit kering dan perubahan

pigmentasi

h. Monitor turgor kulit

i. Monitor kekeringan, rambut kusam,

dan mudah patah

j. Monitor mual dan muntah

k. Monitor kadar albumin, total protein,

Hb, dan kadar Ht

l. Monitor makanan kesukaan

m. Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

Page 37: Kasus Anemia

n. Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

o. Monitor kalori dan intake nuntrisi

p. Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

q. Catat jika lidah berwarna magenta,

scarlet

5. Ansietas berhubungan dengan

perubahan persepsi penyakit yang

ditandai dengan pasien mengatakan

sering gelisah, pasien mengatakan

sulit tidur, pasien nampak pucat,

terdapat lingkaran hitam pada

daerah mata, pasien nampak lelah

dan pasien tampak tegang serta

mudah tersinggung.

NOC :

1. Anxiety control

2. Coping

3. Impulse control

Kriteria Hasil :

1. Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan

dan menunjukkan tehnik untuk

NIC :

1. Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

a. Gunakan pendekatan yang

menenangkan

b. Nyatakan dengan jelas harapan

terhadap pelaku pasien

c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur

d. Pahami prespektif pasien terhdap

situasi stress

e. Temani pasien untuk memberikan

Page 38: Kasus Anemia

mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa

tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya

kecemasan

keamanan dan mengurangi takut

f. Berikan informasi faktual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis

g. Dorong keluarga untuk menemani anak

h. Lakukan back / neck rub

i. Dengarkan dengan penuh perhatian

j. Identifikasi tingkat kecemasan

k. Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan

l. Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi

m. Instruksikan pasien menggunakan

teknik relaksasi

n. Barikan obat untuk mengurangi

kecemasan

6. Kurang pengetahuan berhubungan

dengan kurangnya paparan

informasi yang ditandai dengan

pasien mengatakan bahwa ia

NOC :

1. Kowlwdge : disease process

2. Kowledge : health Behavior

NIC :

1. Teaching : disease Process

a. Berikan penilaian tentang tingkat

Page 39: Kasus Anemia

bingung akan penyakit yang

dialaminya, pasien mengatakan

tidak mengetahui mengenai

penyakit dan cara menanganinya,

pasien nampak tegang dan cemas

serta pasien nampak ketakutan.

Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program

pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim kesehatan

lainnya

pengetahuan pasien tentang proses

penyakit yang spesifik

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

tepat.

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat

d. Gambarkan proses penyakit, dengan

cara yang tepat

e. Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepat

f. Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

g. Hindari harapan yang kosong

h. Sediakan bagi keluarga atau SO

informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat

Page 40: Kasus Anemia

i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang

dan atau proses pengontrolan penyakit

j. Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau

diindikasikan

l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang

tepat

n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan

gejala untuk melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan, dengan cara yang

tepat

Page 41: Kasus Anemia

9. Jelaskan terkait transfusi darah (WBC dan PRC) definisi, indikasi,

kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan, komplikasi, pre

medikasi sebelum tranfusi ! [Suhariyati (112310101001) dan Akhmat

Robbi T. (112310101061)]

Jawab:

1.1 Pendahuluan

Teknik transfusi darah ditemukan pada tanggal 3 Juni 1667, untuk pertama

kalinya dalam sejarah dokter asal Perancis, Jean Baptist Denis berhasil melakukan

transfusi darah. Keberhasilan operasi transfusi darah pertama ini merupakan

lompatan besar dalam ilmu kesehatan. Pengobatan dengan transfusi darah diakui

serta diterima dalam dunia kesehatan setelah Dr. Karel Landsteiner menemukan

golongan darah A, B, AB dan O pada tahun 1940 dan patokan inilah yang dipakai

sampai sekarang di dunia. Transfusi darah adalah pemindahan darah atau suatu

komponen darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi

darah adalah proses pemindahan darah dari donor yang sehat kepada penderita.

Transfusi adalah proses pemindahan darah dan produk darah dari donor ke

resipien (pasien). Transfusi merupakan bagian yang penting pada pelayanan

kesehatan modern. Penerapan transfusi secara benar akan dapat menyelamatkan

nyawa dan meningkatkan kesehatan, namun demikian penularan penyakit infeksi

melalui darah dan produk darah harus menjadi perhatian. Ketika transfusi darah

dari orang ke orang dicoba untuk pertama kali, transfusi hanya berhasil baik pada

beberapa keadaan. Seringkali timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah

secara cepat atau lambat, menimbulkan reaksi transfusi yang khas yang kadang-

kadang menyebabkan kematian. Selain itu, ditemukan bahwa darah dari orang

yang berbeda biasanya mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda pula,

sehingga antibodi dalam plasma darah seseorang akan bereaksi dengan antigen

pada permukaan sel darah merah orang lain. Berdasarkan alasan ini, sangat mudah

terjadi ketidakcocokan antara darah donor dengan darah resipien. Bila dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat menentukan sebelumnya antibodi dan

antigen yang terdapat dalam darah donor dan darah resipien akan bereaksi atau

Page 42: Kasus Anemia

tidak. Sebelum melakukan transfusi, perlu menentukan golongan darah resipien

dan golongan darah donor sehingga dapat tepat sesuai.

Kemajuan yang dicapai dalam bidang transfusi ini ditunjang oleh tiga hal,

yaitu:

1. Penemuan golongan darah oleh Dr. Karl Landsteiner ( ABO ).

Penemuan ini menjelaskan mengapa transfusi yang terdahulu sering

mengalami kegagalan bila penderita memiliki golongan darah yang

tidak sama dengan pendonornya.

2. Penemuan suatu zat kimia ( asam citrate ) sebagai zat anti pembeku

darah ( antikoagulan ) yang tidak berbahaya bila seseorang penderita

diberi darah yang telah dicampur dengan asam sitrat itu.

3. Ditemukannya pula bahwa penambahan glukosa kedalam darah dapat

memperpanjang hidup sel darah merah diluar tubuh manusia, selama

dalam penyimpanan. Dengan demikian penyimpanan darah beberapa

hari diluar tubuh merupakan cara-cara yang praktis untuk transfusi

darah (Contreras, 1995).

Darah tersusun dari komponen-komponen eritrosit, leukosit, trombosit dan

plasma yang mengandung faktor pembekuan. Pemberian komponen darah yang

diperlukan saja dapat dibenarkan daripada pemberian whole blood yang lengkap,

prinsip ini lebih ditekankan lagi pentingnya di bidang pediatrik dikarenakan bayi

maupun anak yang sedang tumbuh tidak perlu diganggu sistem imunologisnya

oleh antigen yang tidak diperlukan. Pemberian whole blood hanya dilakukan atas

indikasi anemia pasca perdarahan yang akut.

1.2 Tujuan transusi darah

Dari pemaparan diatas, tujuan dari transfusi darah adalah:

a. meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).

b. meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar

hemoglobin pada klien anemia.

Page 43: Kasus Anemia

c. memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor

pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien

hemofilia).

d. meningkatkan oksigenasi jaringan.

e. memperbaiki fungsi Hemostatis.

1.3 Macam Sediaan dan Komponen Darah.

Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah adalah:

1. Darah lengkap (whole blood)

Tranfusi darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu

eritrosit, kandungan trombosit dan faktor pembekuan (V, VIII). Transfusi

dengab sediian ini hanya dilakukan untuk mengatasi perdarahan akut dan

masif, meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan untuk

mempertahankan pembekuan darah. Darah lengkap diberikan dengan

golongan darah dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam,

maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti

dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia dalam

volume 400-500 ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari memberikan

tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi masalah sirkulasi. Hangatkan

darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.

Rumus kebutuhan whole blood:

Keterangan:

Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal.

Hb pasien : Hb pasien saat ini.

Darah lengkap terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Darah segar

Merupakan darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam

sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah

faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan

= 6 x ∆Hb (Hb normal – Hb pasien)x BB

Page 44: Kasus Anemia

VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit

diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan

golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari

4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.

2. Darah Baru

Darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil

dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga

dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

3. Darah Simpan

Darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keuntungannya mudah

tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus

hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor

V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh

eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap

oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal

ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium,

amonia, dan asam laktat tinggi.

Darah lengkap mengandung 450 ml darah dan 63 ml antikoagulan

(CPDA-1) dan hematokrit 35 % dan masa simpan 35 hari. Kemasan kantong

darah baku berisi 450 ml darah, disamping itu ada kemasan kantong darah dengan

isi 250 ml seperti yang umum dipakai oleh PMI. Pada orang dewasa transfusi satu

unit (500 ml) darah lengkap akan menaikkan Hb kira-kira 1 gram % atau

hematokrit 3-4%. Darah segar mempunyai komponen darah yang lengkap, akan

tetapi tidak praktis dalam penyediaan. Semua sel dan protein plasma terkandung

dalam darah lengkap. Tetapi trombosit, fagosit, dan banyak protein plasma

lainnya menjadi tidak aktif selama penyimpanan, tetapi sel-sel tersebut masih

bersifat antigenik. Sehingga untuk tujuan praktis, darah lengkap dapat dianggap

terdiri dari eritrosit dan plasma. Kecepatan pemberian darah utuh pada penderita

hemovolemia adalah satu liter dalam 2-3 jam setelah sebelumnya diberikan cairan

elektrolit pengganti perdarahan. Jika transfusi perlu lebih cepat lagi, pantaulah

dengan teliti kenaikan Tekanan Vena Sentral (CVP) untuk menghindari overload.

Page 45: Kasus Anemia

Setelah satu liter darah utuh sebaiknya diberikan 10 cc Calcium Glukonas 10%

untuk mencegah intoksikasi sitrat, terutama pada penderita gangguan faal hati

yang luas.

Indikasi:

a. penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau

luka bakar.

b. klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25

persen dari volume darah total.

2. Packed Red Blood cells (RBCs)

Packed red cells diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran

plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit

menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu

150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan

sistem terbuka. Packed red cells merupakan komponen yang terdiri dari

eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen

yang lain. Packed red cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia

terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena

keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki

oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb

sudah di atas 8 g%. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl

diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit

3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit,

dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.

Rumus kebutuhan darah PRC adalah:

Keterangan:

Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal.

Hb pasien : Hb pasien saat ini.

= 3 x ∆Hb (Hb normal – Hb pasien)x BB

Page 46: Kasus Anemia

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan

volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan

darah jenuh adalah:

a. mengurangi kemungkinan penularan penyakit.

b. mengurangi kemungkinan reaksi imunologis.

c. volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan

overload berkurang.

d. komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

Indikasi :

a. kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau

pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume

darah dibutuhkan.

b. transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau kurang.

c. anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita

penyakit keganasan, artritis reumatoid, atau proses radang menahun

yang tidak berespon terhadap hematinik perlu dilakukan transfusi.

d. gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati

dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia

rekombinan.

gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik, atau

infiltrat keganasan membutuhkan transfusi sel darah merah dan

komponen lain.

e. penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia berat,

anemia aplastik dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi

secara teratur.

f. penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan

transfusi secara teratur, terutama setelah stroke.

g. indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik

neonatus, malaria berat karena plasmodium falciparum dan septikemia

meningokokus.

Page 47: Kasus Anemia

h. pasien anemia yang tidak disertai penurunan volume darah, misalnya

pasien dengan anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia

akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal

kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda oksigen need

(rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah)

(JEVUSKA, 2008).

i. kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.

j. hemoglobin <8 gr/dl.

k. hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

l. hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya

empisema, atau penyakit jantung iskemik).

3. White Blood Cells (WBC atau leukosit)

Jenis transfusi darah dengan komponen yang terdiri dari darah

lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % dan biasanya

tersedia dalam volume 150 ml. Sebelum pemberian transfusi ini perlu

dikaji dan diketahui golongan darah pasien. Karena mayoritas komponen

ini menyebabkan demam maka perlu diberikan antipiretik. Untuk

pencegahan infeksi, pemberian transfusi kemudian disambung pemberian

antibiotik.

Indikasi :

a. pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk

pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan

granulositopenia).

b. penderita anemia aplastik dengan leukosit <2000

4. Leukosit –poor RBCs

Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan

sampai 95 %, digunakan bila kelebihan plasma dan antibodi tidak

dibutuhkan. Komponen ini tersedia dalam volume 200 ml, waktu

pemberian 1 ½ sampai 4 jam.

Indikasi:

a. pasien dengan penurunan sistem imun.

Page 48: Kasus Anemia

5. Platelet/trombosit

Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan

perdarahan atau jumlah trombosit yang rendah. Volume bervariasi

biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian biasanya memerlukan beberapa

kantong. Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari pemberian

trombosit jika klien sedang demam. Klien dengan riwayat reaksi tranfusi

trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan antihistamin. Shelf life

umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada kebijakan pusat di mana

trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24 jam

setelah pemberian.

Indikasi:

a. pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit,

peningkatan pemecahan trombosit.

b. pasien dengan leukemia dan marrow aplasia.

6. Fresh Frozen Plasma (FFP)

Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume

akibat kehilangan darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor

pembekuan darah (factor V, VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara

cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya

hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life

12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan

pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.

Indikasi:

a. pencegahan perdarahan postoperasi dan syok.

b. pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan.

c. klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor

pembekuan.

7. Albumin 5 % dan albumin 25 %

Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai

ekspander darah dan pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan

melalui piggybag. Volume yang diberikan bervariasi tergantung kebutuhan

Page 49: Kasus Anemia

pasien. Hindarkan untuk mencampur albumin dengan protein hydrolysate

dan larutan alkohol.

Indikasi :

a. pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan

atau infeksi.

b. terapi hiponatremi.

1.4 Kontraindikasi

1. Kontraindikasi PRC

Pasien dengan sindroma koroner akut (miokard akut dan angina tidak

stabil) dan pasien- pasien dengan renjatan septik dini (Hanafie, 2006).

2. Kontraindikasi WBC

Pasien dengan gangguan atau sensitif terhadap transfusi WBC.

1.5 Prosedur Transfusi Darah

A. Pra prosedur

1. Periksa kembali apakah pasien telah menandatangani inform consent.

2. Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai.

3. Lakukan konfirmasi bahwa transfusi darah memang telah diresepkan.

4. Jelaskan prosedur kepada pasien.

5. Saat menerima darah atau komponen darah: periksa ulang label dengan

perawat lain untuk meyakinkan bahwa golongan ABO dan RH nya

sesuai dengan catatan, lalu periksa adanya gelembung darah dan

adanya warna yang abnormal dan pengkabutan. Gelembung udara

menunjukan adanya pertumbuhan bakteri. Warna abnormal dan

pengkabutan menunjukan hemolisis. Periksa jumlah dan jenis darah

donor sesuai dengan catatan resipien.

6. Periksa identitas pasien dengan menanyakan nama pasien dan

memeriksa gelang identitas.

Page 50: Kasus Anemia

7. Periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis resipien. Periksa suhu,

denyut nadi, respirasi dan tekanan darah pasien sebagai dasar

perbandingan tanda-tanda vital selanjutnya.

B. Prosedur

1. Cuci tangan

2. Pakai sarung tangan

3. Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi.

4. Jangan sekali-sekali menambahkan obat kedalam darah atau produk

lain.

5. Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dalam 30 menit setelah

dikeluarkan dari pendingin.

6. Bila darah harus dihangatkan, maka hangatkanlah dalam penghangat

darah in-linedengan system pemantauan. Darah tidak boleh

dihangatkan dalam air atau oven microwave.

7. Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pada vena (sesuai indikasi).

8. Gunakan selang khusus yang memiliki filter darah untuk menyaring

bekuan fibrin dan bahan partikel lainnya.

9. Jangan melubangi kantung darah.

10. Untuk 15 menit pertama, berikan transfusi secara perlahan-tidak lebih

dari 5ml/menit.

11. Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping.

12. Apabila tidak terjadi efek samping dalam 15 menit, naikkan kecepatan

aliran kecuali jika pasien beresiko tinggi mengalami kelebihan

sirkulasi.

13. Apabila transfusi sudah selesai, bilas bilas dengan normal saline.

14. Bereskan alat dan lepas sarung tangan.

15. Cuci tangan.

C. Pasca prosedur

1. Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi.

Lakukan pemantuan ketat selama 15-30 menit ntuk mendeteksi adanya

Page 51: Kasus Anemia

tanda reaksi atau kelebihan beban sirkulasi. Lakukan pemantauan

tanda vita dengan interval teratur.

2. Perhatikan bahwa waktu pemberian tidak melebihi jam karena akan

terjadi peningkatan resiko poliferasi bakteri.

3. Observasi dan catat terhadap adanya tanda reaksi samping seperti

kelebihan beban sirkulasi, sepsis, reaksi febril, reaksi alergi dan reaksi

hemolitik akut.

4. Setelah transfusi selesai, kembalikan kantong darah serta selang ke

bank atau penyimpanan darah.

1.6 Hal-hal yang harus diperhatikan

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika transfusi sel darah merah

a. Kondisi pasien sebelum ditransfusi.

b. Kecocokan golongan darah.

c. Label darah yang akan di transfusi.

d. Pastikan warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), tidak ada hemolisis.

e. Homogenitas (darah bercampur atau tidak).

f. Peralatan transfusi sesuai indikasi.

g. Pastikan suhu yang tepat untuk pemberian transfusi dalam waktu yang

singkat.

h. Ambil suatu batasan transfusi sebesar 70 g/L pada pasien kritis yang

dilakukan resusitasi cairan, termasuk pasien dengan riwayat penyakit

arteri koronaria. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kadar

hemoglobin pasien antara 70 dan 90 g/L.

i. Berikan transfusi satu unit saja dan evaluasi bila anemia ataupun

perdarahan masih tetap terdapat (Hanafie, 2006).

1.7 Komplikasi

Komplikasi lokal yaitu :

Page 52: Kasus Anemia

a. Kegagalan memilih vena.

b. Fiksasi vena yang tidak baik.

c. Kerusakan kulit ditempat tusukan.

d. Vena pecah selama menusuk.

Komplikasi umum yaitu :

a. Reaksi-reaksi transfusi.

b. Penularan atau transmisi penyakit infeksi.

c. Sensitisasi imunologis.

1.8 Pre medikasi sebelum tranfusi

Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik.

Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose

dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau

larutan lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan

menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan

memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula

bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi

akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan. Tidak dianjurkan memberi

obat antihistamin, antipiretik, atau diuretik secara rutin sebelum transfusi

untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya

bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretik hanya diperlukan pada pasien

anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB dalam 24 jam.

Page 53: Kasus Anemia

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart .2001. Buku Ajar Keperawatan Medikel Bedah, Edisi 8, Vol.

2. Jakarta: EGC.

Betz, Cecily & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.

Jakarta: EGC.

Contreras,marcela.1995. Petunjuk Penting Transfusi. Jakarta: EGC.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Doenges, Marilynn E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan Dan Pendokumentasian Pasien. Ed.3. Jakarta: EGC

Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Hanafie, Achsanuddin. 2006. Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39. Medan: FK USU.

JEVUSKA. 2008. Packed Red Cell. Artikel Kedokteran. [serial online]. http://www.jevuska.com/2008/04/03/packed-red-cell. [ diakses 8 November 2013].

Johnson, Marion dkk. 2006. NANDA,NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnose,

Outcomes, &interventions. The University of Michigan: Mosby Elsevier.

Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi

2009-2011. Jakarta: EGC

Pedersen, G. W. 1996. Buku Ajar praktis bedah Mulut. Alih bahasa : drg.

Purwanto & drg Basoeseno. Jakarta : EGC.

PPNI Kab. Klaten. 2009. Anemia. http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_

content&view=article&id=76:anemia&catid=38:ppni-ak-

category&Itemid=66 [08 November 2013]

Susilawati, Jusi. 2013. Anemia Pada Penyakit Kronik. http://www.scribd.com/

doc/120719925/Anemia-Pada-Penyakit-Kronik [08 November 2013]

Page 54: Kasus Anemia

Lestari, Sri et al. 2008. Hubungan Antara Usia Ibu Hamil, Paritas, Pendidikan, dan

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dengan Kejadian Anemia di

Rumah Bersalin Utami Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Jurnal.

Dipublikasikan. Semarang: Universitas Muhammdiyah Semarang.

Naibaho, Sri A. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Anemia Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan

Kec. Habinsaran Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011. Skripsi.

Dipublikasikan. Medan: USU.

Sacher Ronald & Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium Edisi Kesebelas. Jakarta: EGC

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,

Diagnosis, dan Evaluasi. Jakarta : EGC.