Upload
raden-gelap-ngampar
View
1.104
Download
187
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
UNIVERSITAS INDONESIA
Program Pascasarjana
Program Kajian Studi Timur Tengah dan Islam
Oleh:
Wawan Setiawan (120 630 5404)
Firdaus Herta Fradana ( 120 630 5240 )
KAIDAH-KAIDAH USHULIYYAH
Pengertian Kaidah Ushuliyyah, Metode Perolehan, dan Objek Kaidah
Lafzh ‘Amm & Khas, Amr & Nahyi, Muthlaq & Muqayyad, dan Musytarak & Mu-awwal
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
AGENDA PEMBAHASAN
KAIDAH USHULIYYAH
– Pengertian Kaidah Ushuliyyah
– Pembagian Kaidah
– Metode Perolehan Kaidah Ushuliyyah
– Objek Kaidah-Kaidah Ushuliyyah
1
KAIDAH PELETAKKAN LAFAZH UNTUK MAKNA
– Lafazh ‘Amm Dan Khas
– Lafzh Amr Dan Nahyi
– Lafazh Muthlaq Dan Muqayyad
– Lafazh Musytarak Dan Mu-awwal
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
KAIDAH USHULIYYAH
Pengertian Kaidah Qaidah Dasar [QS al Baqarah (2):127]
“…dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami),…”
Pengertian Ushuliyyah Ashal + Ya (nisbah)
“Sesuatu yang dijadikan dasar sesuatu lainnya” [Muhammad Ma’ruf ad-Dawalibi, 1965:11]
2
KAIDAH USHULIYYAH/ ISTINBATHIYYAH/ LUGHAWIYYAH
Hukum Kulli yang dapat dijadikan standar hukum bagi juz’i yang diambil dari dasar kulli
yakni al Qur-an dan as-Sunnah
(kaidah-kaidah yang berkaitan dengan metode penggalian hukum dengan memperhatiakan unsur
kebahasaan, baik ushlub-ushlub-nya maupun tarkib-nya)
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Definisi-definisi Kata “Kaidah”
Menurut Dr. Ahmad Muhammad asy-Syafi’i dalam bukunya “Ushul Fiqh Islam”, 1983:4
menyatakan bahwa kaidah adalah:
“Hukum-hukum yang bersifat menyeluruh (kulli) yang dijadikan jalan untuk terciptanya
masing-masing hukum juz’i.”
Menurut Fathi Ridwan dalam bukunya “Min Falsafati at-Tasyri’ al-Islami”, 1969:171-172
menyatakan bahwa kaidah adalah:
“Hukum yang bersifat kulli (general law) yang meliputi semua bagian-bagiannya.”
Menurut Prof. Mustafa az-Zarqa dalambukunya “al-Fiqh fi Tsaubihil Jadid”, 1976:442
sebagai berikut:
“Hukum yang aghlabi (berlaku sebagian besar) yang meliputi sebagian besar bagian-
bagiannya”
3
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Lima Pengertian Kata “ashal” secara terminologi
1. Ashal berarti kaidah yang bersifat menyeluruh; Misalnya kebolehan memakan
bangkai bagi yang terpaksa itu menyalahi hukum ashal yakni menyalahi kaidah
kulliyyah, yaitu:
““Setiap Bangkai adalah Haram””
2. Ashal berarti yang lebih kuat (Rajih); Misalnya kalimat “al-Ashlu fil Kalami al-
Haqiqah” (Ashal yang lebih kuat dari suatu ungkapan adalah makna sebenarnya
bukan makna simbolik).
3. Ashal berarti hukum ashal (Mustashhab); Misalnya ungkapan “al-Ashlu Baqou
ma kana” (Hukum ashal/ istishhab adalah tetapnya apa yang telah ada atas apa
yang telah ada), sebagai contoh misalnya keraguan terhadap wudlu masih sah
atau sedah batal, maka hal tersebut dianggap masih sah.
4. Ashal berarti Maqis ’alaih (dalam bab Qiyas); Misal keberlakuan hukum riba
bagi beras dan gandum. Beras merupakan maqis (yang diserupakan) yang
dikatakan furu’, sedangkan Gandum merupakan maqis ‘alayh (yang diserupai)
yang dikatakan ashal.
5. Ashal berarti dalil; Misal ungkapan “Ashal masalah ini adalah al-Qur-an dan as-
Sunnah” yakni dalilnya. [Abdul Hamid Hakim, 1983:3]
4
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Dasar Pemaknaan Lafazh dan Ushlub
Pengertian orang banyak yang mutawatir dan secara terbiasa
pengertian itu dipakai dalam percakapan sehari-hari. Seperti kata al-
maa-u adalah air.
Berdasarkan pengertian para ahli bahasa. Menurut imam as Syafi’i
disebut ilmu khashah. Dan pengertian lafal atau ushlub ini hanya
dimengerti oleh orang tertentu saja (ahbarul ahad) yang tidak diketahui
oleh kelompok lain. Hal ini hanya didapat dari istilah-istilah ilmiah.
Berdasarkan hasil pemikiran akal atau nalar. Salah satunya dengan
menggunakan metode qiyas. Seperti kata al khamr yang tidak diartikan
sebagai perasan anggur saja, akan tetapi setiap minuman yang
memabukan.
5
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Metode Perolehan Kaidah Ushuliyyah
1) Metode Mutakallim (metode Syafi’iyyah)
Dilakukan dengan cara pola berfikir deduktif dengan menggali suatu
makna secara rasional dari suatu nash atau dalil berdasarkan nalar
dan nash yang berpetunjuk, kemudian dari makna dalil itu ditarik
suatu kaidah yang logis dan umum didasarkan atas pemikiran nalar
yang rasional.
2) Metode Ahnaf (metode Ahnafiyyah)
Dilakukan dengan cara pola berfikir induktif terhadap pendapat-
pendapat imam sebelumnya dan mengumpulkan pengertian makna
dan batasan-batasan yang mereka pergunakan sehingga metode ini
mengambil konklusi darinya.
3) Metode Campuran (metode Konvergen)
Dilakukan dengan menggabungkan antara pola deduktif dan induktif,
sehingga menghasilkan suatu susunan kaidah-kaidah yang harmonis
sejalan dan menjadi utuh.
6
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Contoh Perolehan Kaidah Ushuliyyah
Metode Mutakallimin
1. Shalat diperintahkan oleh Allah SWT
kepada manusia,
2. Allah memandang shalat sebagai suatu
yang sangat penting karena ia sebagai
tiang agama, … dst.
3. Seorang hamba atau abdi akan hina
jika tidak menunaikan perintah-Nya, …
dst.
4. Sesuatu perbuatan yang akan disiksa
apabila ditinggalkan dan mendapat
pahala bila dikerjakan… dst.
5. Maka dengan demikian dapat diartikan
bahwa shalat hukumnya wajib.
6. Adanya sholat karena adanya ayat
yang ber-sighat amar. Selama suatu
lafadz dapat dipahami secara hakikat,
maka ia tidak perlu dipalingkan kepada
makna majaz'i.
“Pada dasarnya amr itu menunjukkan (arti)
wajib”.
7
Metode Ahnaf
1. A1 : Manusia diperintahkan untuk
beriman,
2. A2 : Manusia dilarang untuk kufur,
3. A3 : Iman merupakan kebalikan dari
kufur.
4. B1 : Jujur itu diperintahkan,
5. B2 : Berbohong itu dilarang,
6. B3 : Jujur adalah lawan bohong.
Konklusinya:
“Sesungguhnya perintah pada sesuatu
berarti melarang atas kebalikannya”.
Metode Konvergen
– P1: Keyakinanan tidak dapat
dikalahkan oleh suatu keraguan,
– P2: Lafadz dhahir lebih kuat
daripada lafadz dhanni.
Yang Jelas Lebih Kuat dari Yang Samar
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Perbandingan Metode Mutakallimin dengan Ahnaf
8
NO METODE
MUTAKALLIMIN HANAFIYYAH
1. Metodenya hanya dari cara istinbath-nya sendiri. Kaidah yang disusun hanya untuk
memperkuat madzhabnya.
2. Kaidahnya dari pemahaman makna lughawy dan ushlub-
ushlub-nya.
Kaidah yang disusun bukan merupakan penentu terhadap
hukum far’iyyah (cabang);
Kaidah tersusun tidak memperhatikan pemahaman makna
lughawy melainkan meriwayatkan yang dinukil dari pemasalahan
far’iyah dari imam madzhab-nya.
3. Disesuaikan dengan hukum fikir atau logika. Kaidah ushuliyyah hanya diambil dari pendapat imam-nya
4. Terdapat relevansi dengan kaidah ilmu kalam. Tidak menerima kaidah-kaidah ilmu kalam.
5. Membagi kejelasan dilalah dengan
nash dan dhohir.
Membagi kejelasan dilalah dzahir, nash, mufassar dan muhkam.
6. Membagi pemahaman dilalah dengan mujmal dan mutasyabbih. Membagi pemahaman makna dilalah dengan khafi, musykil, mujmal
dan mutsyabih.
7. Membagi petunjuk hukum dengan manthuq dan mafhum. Membagi petunjuk hukum dilalah ibarah, dilalah isyarah, dilalah nash
dan dilalah iqtidha.
8. Dilalah ‘am (umum) yang telah disebutkan satuannya dinyatakan
sebagai dalil dzanni.
Dilalah ‘am yang telah disebutkan satuan-satuannya dianggap qath’i
dilalah.
9. Pemahaman makna muthlaq diikutkan pada makna muqayyad,
misalnya mewajibkan zakat bagi budak non muslim.
Tidak membawa makna muthlaq pada muqayyad.
10. Membuang hadits mursal sebagai hujjah bila hal itu diperlukan. Menggunakan hadits mursal bila diperlukan.
11. Menerima hadits ahad sebagai hujjah jika sanad-nya shahih. Menolak hadits Ahad.
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Objek Kaidah-Kaidah Ushuliyyah
Penggunaan kaidah-kaidah lughawiyyah atau kaidah ushuliyyah hanya dipakai sebagai jalan
untuk memperoleh dalil hukum dan hasil hukumnya. Misalnya penetapan hukum amar, nahi
dan sebagainya serta penerimaan atau penggalian dalil-dalil dhanniyah seperti qiyas,
istishhab, istihsan dan sebagainya. Dengan kata lain objek kaidah-kaidah ushul adalah
ushul fiqh itu sendiri dari segi keakuratannya, serta membahas nilai-nilai ushul fiqh
untuk di undang-undangkan.
Oleh karena kaidah-kaidah lughawiyyah berkutat kepada penggalian makna hukum yang
terdapat dalam nash melalui pendekatan bahasa, maka objeknya menjadi luas. Ia tidak
hanya berkutat kepada kaidah lima yang pokok (qawa’id al asasiyyah), akan tetapi seluruh
hukum yang ter-istikhraj-kan dari nash-nash yang ada. Berbeda dengan kaidah fiqh, ia
merupakan perluasan dan turunan dari panca kaidah yang pokok.
9
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Berbicara persoalan kebahasaan (ushlub dan tarkib) maka diperlukan mengetahui kaidah-kaidah yang terkait dengan
peletakkan lafazh untuk mendapatkan makna, seperti Lafazh ‘Amm dan Khas, Amar dan Nahyi, kaidah yang berkaitan dengan
Muthlaq dan Muqayyad, serta Musytarak dan Mu-awwal.
KAIDAH PELETAKKAN LAFAZH UNTUK MAKNA
10
Kaidah ushuliyyah adalah kaidah-kaidah yang berkaitan dengan metode penggalian hukum dengan memperhatiakan unsur
kebahasaan, baik ushlub-ushlub-nya maupun tarkib-nya.
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
Lafaz ‘Amm
11
Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved
TERIMAKASIH
- DISKUSI -
12