13
Telkomsel Confidential All Rights Reserved UNIVERSITAS INDONESIA Program Pascasarjana Program Kajian Studi Timur Tengah dan Islam Oleh: Wawan Setiawan (120 630 5404) Firdaus Herta Fradana ( 120 630 5240 ) KAIDAH-KAIDAH USHULIYYAH Pengertian Kaidah Ushuliyyah, Metode Perolehan, dan Objek Kaidah Lafzh Amm & Khas, Amr & Nahyi, Muthlaq & Muqayyad, dan Musytarak & Mu-awwal

KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

UNIVERSITAS INDONESIA

Program Pascasarjana

Program Kajian Studi Timur Tengah dan Islam

Oleh:

Wawan Setiawan (120 630 5404)

Firdaus Herta Fradana ( 120 630 5240 )

KAIDAH-KAIDAH USHULIYYAH

Pengertian Kaidah Ushuliyyah, Metode Perolehan, dan Objek Kaidah

Lafzh ‘Amm & Khas, Amr & Nahyi, Muthlaq & Muqayyad, dan Musytarak & Mu-awwal

Page 2: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

AGENDA PEMBAHASAN

KAIDAH USHULIYYAH

– Pengertian Kaidah Ushuliyyah

– Pembagian Kaidah

– Metode Perolehan Kaidah Ushuliyyah

– Objek Kaidah-Kaidah Ushuliyyah

1

KAIDAH PELETAKKAN LAFAZH UNTUK MAKNA

– Lafazh ‘Amm Dan Khas

– Lafzh Amr Dan Nahyi

– Lafazh Muthlaq Dan Muqayyad

– Lafazh Musytarak Dan Mu-awwal

Page 3: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

KAIDAH USHULIYYAH

Pengertian Kaidah Qaidah Dasar [QS al Baqarah (2):127]

“…dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama

Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami),…”

Pengertian Ushuliyyah Ashal + Ya (nisbah)

“Sesuatu yang dijadikan dasar sesuatu lainnya” [Muhammad Ma’ruf ad-Dawalibi, 1965:11]

2

KAIDAH USHULIYYAH/ ISTINBATHIYYAH/ LUGHAWIYYAH

Hukum Kulli yang dapat dijadikan standar hukum bagi juz’i yang diambil dari dasar kulli

yakni al Qur-an dan as-Sunnah

(kaidah-kaidah yang berkaitan dengan metode penggalian hukum dengan memperhatiakan unsur

kebahasaan, baik ushlub-ushlub-nya maupun tarkib-nya)

Page 4: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Definisi-definisi Kata “Kaidah”

Menurut Dr. Ahmad Muhammad asy-Syafi’i dalam bukunya “Ushul Fiqh Islam”, 1983:4

menyatakan bahwa kaidah adalah:

“Hukum-hukum yang bersifat menyeluruh (kulli) yang dijadikan jalan untuk terciptanya

masing-masing hukum juz’i.”

Menurut Fathi Ridwan dalam bukunya “Min Falsafati at-Tasyri’ al-Islami”, 1969:171-172

menyatakan bahwa kaidah adalah:

“Hukum yang bersifat kulli (general law) yang meliputi semua bagian-bagiannya.”

Menurut Prof. Mustafa az-Zarqa dalambukunya “al-Fiqh fi Tsaubihil Jadid”, 1976:442

sebagai berikut:

“Hukum yang aghlabi (berlaku sebagian besar) yang meliputi sebagian besar bagian-

bagiannya”

3

Page 5: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Lima Pengertian Kata “ashal” secara terminologi

1. Ashal berarti kaidah yang bersifat menyeluruh; Misalnya kebolehan memakan

bangkai bagi yang terpaksa itu menyalahi hukum ashal yakni menyalahi kaidah

kulliyyah, yaitu:

““Setiap Bangkai adalah Haram””

2. Ashal berarti yang lebih kuat (Rajih); Misalnya kalimat “al-Ashlu fil Kalami al-

Haqiqah” (Ashal yang lebih kuat dari suatu ungkapan adalah makna sebenarnya

bukan makna simbolik).

3. Ashal berarti hukum ashal (Mustashhab); Misalnya ungkapan “al-Ashlu Baqou

ma kana” (Hukum ashal/ istishhab adalah tetapnya apa yang telah ada atas apa

yang telah ada), sebagai contoh misalnya keraguan terhadap wudlu masih sah

atau sedah batal, maka hal tersebut dianggap masih sah.

4. Ashal berarti Maqis ’alaih (dalam bab Qiyas); Misal keberlakuan hukum riba

bagi beras dan gandum. Beras merupakan maqis (yang diserupakan) yang

dikatakan furu’, sedangkan Gandum merupakan maqis ‘alayh (yang diserupai)

yang dikatakan ashal.

5. Ashal berarti dalil; Misal ungkapan “Ashal masalah ini adalah al-Qur-an dan as-

Sunnah” yakni dalilnya. [Abdul Hamid Hakim, 1983:3]

4

Page 6: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Dasar Pemaknaan Lafazh dan Ushlub

Pengertian orang banyak yang mutawatir dan secara terbiasa

pengertian itu dipakai dalam percakapan sehari-hari. Seperti kata al-

maa-u adalah air.

Berdasarkan pengertian para ahli bahasa. Menurut imam as Syafi’i

disebut ilmu khashah. Dan pengertian lafal atau ushlub ini hanya

dimengerti oleh orang tertentu saja (ahbarul ahad) yang tidak diketahui

oleh kelompok lain. Hal ini hanya didapat dari istilah-istilah ilmiah.

Berdasarkan hasil pemikiran akal atau nalar. Salah satunya dengan

menggunakan metode qiyas. Seperti kata al khamr yang tidak diartikan

sebagai perasan anggur saja, akan tetapi setiap minuman yang

memabukan.

5

Page 7: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Metode Perolehan Kaidah Ushuliyyah

1) Metode Mutakallim (metode Syafi’iyyah)

Dilakukan dengan cara pola berfikir deduktif dengan menggali suatu

makna secara rasional dari suatu nash atau dalil berdasarkan nalar

dan nash yang berpetunjuk, kemudian dari makna dalil itu ditarik

suatu kaidah yang logis dan umum didasarkan atas pemikiran nalar

yang rasional.

2) Metode Ahnaf (metode Ahnafiyyah)

Dilakukan dengan cara pola berfikir induktif terhadap pendapat-

pendapat imam sebelumnya dan mengumpulkan pengertian makna

dan batasan-batasan yang mereka pergunakan sehingga metode ini

mengambil konklusi darinya.

3) Metode Campuran (metode Konvergen)

Dilakukan dengan menggabungkan antara pola deduktif dan induktif,

sehingga menghasilkan suatu susunan kaidah-kaidah yang harmonis

sejalan dan menjadi utuh.

6

Page 8: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Contoh Perolehan Kaidah Ushuliyyah

Metode Mutakallimin

1. Shalat diperintahkan oleh Allah SWT

kepada manusia,

2. Allah memandang shalat sebagai suatu

yang sangat penting karena ia sebagai

tiang agama, … dst.

3. Seorang hamba atau abdi akan hina

jika tidak menunaikan perintah-Nya, …

dst.

4. Sesuatu perbuatan yang akan disiksa

apabila ditinggalkan dan mendapat

pahala bila dikerjakan… dst.

5. Maka dengan demikian dapat diartikan

bahwa shalat hukumnya wajib.

6. Adanya sholat karena adanya ayat

yang ber-sighat amar. Selama suatu

lafadz dapat dipahami secara hakikat,

maka ia tidak perlu dipalingkan kepada

makna majaz'i.

“Pada dasarnya amr itu menunjukkan (arti)

wajib”.

7

Metode Ahnaf

1. A1 : Manusia diperintahkan untuk

beriman,

2. A2 : Manusia dilarang untuk kufur,

3. A3 : Iman merupakan kebalikan dari

kufur.

4. B1 : Jujur itu diperintahkan,

5. B2 : Berbohong itu dilarang,

6. B3 : Jujur adalah lawan bohong.

Konklusinya:

“Sesungguhnya perintah pada sesuatu

berarti melarang atas kebalikannya”.

Metode Konvergen

– P1: Keyakinanan tidak dapat

dikalahkan oleh suatu keraguan,

– P2: Lafadz dhahir lebih kuat

daripada lafadz dhanni.

Yang Jelas Lebih Kuat dari Yang Samar

Page 9: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Perbandingan Metode Mutakallimin dengan Ahnaf

8

NO METODE

MUTAKALLIMIN HANAFIYYAH

1. Metodenya hanya dari cara istinbath-nya sendiri. Kaidah yang disusun hanya untuk

memperkuat madzhabnya.

2. Kaidahnya dari pemahaman makna lughawy dan ushlub-

ushlub-nya.

Kaidah yang disusun bukan merupakan penentu terhadap

hukum far’iyyah (cabang);

Kaidah tersusun tidak memperhatikan pemahaman makna

lughawy melainkan meriwayatkan yang dinukil dari pemasalahan

far’iyah dari imam madzhab-nya.

3. Disesuaikan dengan hukum fikir atau logika. Kaidah ushuliyyah hanya diambil dari pendapat imam-nya

4. Terdapat relevansi dengan kaidah ilmu kalam. Tidak menerima kaidah-kaidah ilmu kalam.

5. Membagi kejelasan dilalah dengan

nash dan dhohir.

Membagi kejelasan dilalah dzahir, nash, mufassar dan muhkam.

6. Membagi pemahaman dilalah dengan mujmal dan mutasyabbih. Membagi pemahaman makna dilalah dengan khafi, musykil, mujmal

dan mutsyabih.

7. Membagi petunjuk hukum dengan manthuq dan mafhum. Membagi petunjuk hukum dilalah ibarah, dilalah isyarah, dilalah nash

dan dilalah iqtidha.

8. Dilalah ‘am (umum) yang telah disebutkan satuannya dinyatakan

sebagai dalil dzanni.

Dilalah ‘am yang telah disebutkan satuan-satuannya dianggap qath’i

dilalah.

9. Pemahaman makna muthlaq diikutkan pada makna muqayyad,

misalnya mewajibkan zakat bagi budak non muslim.

Tidak membawa makna muthlaq pada muqayyad.

10. Membuang hadits mursal sebagai hujjah bila hal itu diperlukan. Menggunakan hadits mursal bila diperlukan.

11. Menerima hadits ahad sebagai hujjah jika sanad-nya shahih. Menolak hadits Ahad.

Page 10: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Objek Kaidah-Kaidah Ushuliyyah

Penggunaan kaidah-kaidah lughawiyyah atau kaidah ushuliyyah hanya dipakai sebagai jalan

untuk memperoleh dalil hukum dan hasil hukumnya. Misalnya penetapan hukum amar, nahi

dan sebagainya serta penerimaan atau penggalian dalil-dalil dhanniyah seperti qiyas,

istishhab, istihsan dan sebagainya. Dengan kata lain objek kaidah-kaidah ushul adalah

ushul fiqh itu sendiri dari segi keakuratannya, serta membahas nilai-nilai ushul fiqh

untuk di undang-undangkan.

Oleh karena kaidah-kaidah lughawiyyah berkutat kepada penggalian makna hukum yang

terdapat dalam nash melalui pendekatan bahasa, maka objeknya menjadi luas. Ia tidak

hanya berkutat kepada kaidah lima yang pokok (qawa’id al asasiyyah), akan tetapi seluruh

hukum yang ter-istikhraj-kan dari nash-nash yang ada. Berbeda dengan kaidah fiqh, ia

merupakan perluasan dan turunan dari panca kaidah yang pokok.

9

Page 11: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Berbicara persoalan kebahasaan (ushlub dan tarkib) maka diperlukan mengetahui kaidah-kaidah yang terkait dengan

peletakkan lafazh untuk mendapatkan makna, seperti Lafazh ‘Amm dan Khas, Amar dan Nahyi, kaidah yang berkaitan dengan

Muthlaq dan Muqayyad, serta Musytarak dan Mu-awwal.

KAIDAH PELETAKKAN LAFAZH UNTUK MAKNA

10

Kaidah ushuliyyah adalah kaidah-kaidah yang berkaitan dengan metode penggalian hukum dengan memperhatiakan unsur

kebahasaan, baik ushlub-ushlub-nya maupun tarkib-nya.

Page 12: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

Lafaz ‘Amm

11

Page 13: KTI_10421 - Kaidah-Kaidah Ushuliyyah (Ppt)

Telkomsel – Confidential – All Rights Reserved

TERIMAKASIH

- DISKUSI -

12