91
BLOK PANCA INDERA LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI OLEH KELOMPOK B-02 Anggota : Muhammad Ridwan 1102009198 Teguh Jaya Sakti 1102009282 Milka Anisya. N 1102010166 Nabil Hariz 1102010196 Putri Ilhami 1102010224 Ratu Nur Annisa Shafira 1102010233 Regina Septiani 1102010234 Renny Dwi Sandhitia S 1102010235 Shinta Mariana 1102010268

Laporan Fisiologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

panca indra

Citation preview

Page 1: Laporan Fisiologi

BLOK PANCA INDERA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

OLEHKELOMPOK B-02

Anggota : Muhammad Ridwan 1102009198Teguh Jaya Sakti 1102009282

Milka Anisya. N 1102010166Nabil Hariz 1102010196Putri Ilhami 1102010224

Ratu Nur Annisa Shafira 1102010233Regina Septiani 1102010234 Renny Dwi Sandhitia S 1102010235Shinta Mariana 1102010268Thalitha Bea Amanda 1102010276

Yohana Dwi Sophianty 1102010298

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

Page 2: Laporan Fisiologi

PRAKTIKUM FISIOLOGI I

SISTEM SENSORIK

I. TUJUAN :1. Membedakan perasaan subyektif panas dan dingin.2. Menetapkan adanya titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit.3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada peransangan

serentak (simultan) dan peransangan berurutan (suksesif).5. Menentukan perasaan iringan dan menerangkan mekansme terjadinya (after image)6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda

a. kekasaran permukaanb. bentukc. bahan pakaian

7. memeriksa daya menentukan skap anggota tubuh8. Mengukur waktu reaksi.9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh

II. ALAT DAN BAHAN :1. 3 baskom dengan air bersuhu 200, 300 dan 400

2. Gelas beker dan termometer kimia3. Alkohol dan eter4. Es5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan

jarum6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian7. Mistar pengukur reaksi

I. TATA KERJA

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin

A. Dasar Teori

Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada

dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak

daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.

Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka

dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor

merupakan phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi

menjadi temperature yang stabil.

B. Tata Kerja

Page 3: Laporan Fisiologi

1. Sediakan 3 waskom masing-masing berisi air suhu 200.300,400C

2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2

menit. Catat kesan yang sdr alami!

3. Masukkan kedua tangan itu segera serentak ke dalam air bersuhu 300C. catat kesan

yang sdr alami!

4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak +_ 10 cm

5. Basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan

kecepatan seperti diatas. Bandingkan kesan yang sdr alami hasil tiupan pada sub 4 dan

5!

6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter

VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6

apa sebabnya ?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Muthia Fadhilah.

Tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2 menit:

Baskom berisi 200 lama-lama tidak dingin

Baskom berisi 400 lama-lama tidak panas

Tangan segera serentak ke dalam air bersuhu 300C.:

Baskom 400 dingin

Baskom 200 hangat

Antara kesan hasil tiupan pada sub 4 dan 5 tidak ada perubahan.

D. Menjawab Pertanyaan

Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya

?

Jawab:

tangan kanan kering di pegang masih terasa lembab

tangan kiri benar-benar kering saat dipegang

Sebab: eter/alkohol lebih cepat menguap saat terkena udara luar

E. Kesimpulan

Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin. Kulit berfungsi sebagai

thermoreseptor, terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin. Untuk

Page 4: Laporan Fisiologi

mendeteksi rasa panas melalui reseptor Ruffini’s dan untuk mendeteksi rasa dingin

melalui reseptor Krause

II. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit

A. Dasar Teori

Reseptor sensorik

Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi

tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba

dikulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri,

sentuhan, tekanan, getaran dan proprioseptif.

Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa

pada lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang dating pada tubuh kita diterima

oleh reseptor yang khusus yang strukturnya lebih kompleks daripada reseptor pada kulit.

Reseptor ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana

reseptornya dilindungi oleh jaringan-jaringan disekitarnya.

a. Nosiseptor

Reseptor nyeri/nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam

periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral

mempunyai beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan

daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa

nyeri yang tepat.

Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia

seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga

rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuklah kita bias

merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam.

Rangsangan pada dendrite di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen

akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat

b. Thermoreseptor

Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada

dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak

daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan

panas.

Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka

dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris.

Page 5: Laporan Fisiologi

Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi

cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil.

c. Mechanoreseptor

Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane sel.

Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun

tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan

kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:

- Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi

sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan

memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan

sensasi denyutan/ debaran.

- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh

darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi.

- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur

dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.

d. Chemoreseptor

Spesialisasi pada neuron chemoreseptor dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari

konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-

soluble dan lipid soluble yang larut dalam cairan.

Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak

tahu adanya sensai yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang

lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur

pusat respirasi dan fungsi cardiovascular

Reflek mempunyai waktu reaksi yang terukur, waktu yang dibutuhkan dari saat

perangsangan sampai timbulnya respon tersebut disebut waktu refelks. Respon dari aksi

reflex yang sederhana akan lebih cepat ketimbang respons dari aksi reflex yang

kompleks. Waktu reaksi dipengaruhi oleh intensitas rangsangan dan kompleksitas aksi

reflex. Pada umumnya makin kuat intensitas rangsangan maka waktu reaksi makin

pendek sedangkan makin komleks aksi reflex maka waktu reaksi makin lama.

B. Tata Kerja

1. Letakkan punggung tangan kanan diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir

tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan

Page 6: Laporan Fisiologi

2. Gambarkan ditelapak tangan suatu daerah 3 x 3 cm dan gambarkan pula dilukisan

tangan pada kertas

3. Tutup mata o.p dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja

4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan

panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan

yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya

dalam bejana berisi kikiran kuningan yang di rendam dalam airpanas bersuhu 500 C.

tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta

5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub 4 dengan kerucut kuningan yang telah

didinginkan dgn cara menempatkandi dalam bejana air es

6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan

menggunakan estesioner rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri

dengan jarum

7. Gambar dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan

di kertas

VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh

benda panas? Bagaimana keterangannya ?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Muthia Fadhilah

O.P. merasa panas ketika kerucut

kuningan yg telah didiamkan terlebih

dahulu di air panas, diletakkan pada

titik2 P. Dan merasa dingin ketika

kerucut kuningan diletakkan pada

titik D

Page 7: Laporan Fisiologi

D. Menjawab Pertanyaan

Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda

panas? Bagaimana keterangannya ?

Jawab:

Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor dingin dimana reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin.

E. Kesimpulan

Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit. Dapat disiimpukan

bahwa sensasi titik panas dan dingin dapat teraba jelas berada pada daerah tengan dari

pada tangan. Disini terlihat bahwa reseptor-reseptor panas dan dingin pada daerah tangan

terbanyak terletak pada daerah tengah, dan juga bukan karena reseptor-resptor panas

dingin saja yang banyak tetapi juga karena di daerah tengah tangan sedikit lebih curam,

ini menandakan disana lebih sedikit jaringan lemaknya sehingga sensasi titik panas dan

dingin lebih terasa.

III.Lokalisasi Taktil

A. Dasar Teori

Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap

perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan

potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke

reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan

otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls

yang berbeda pula. Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda

dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Tubuh bervariasi dalam kemampuan

membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisaha bervariasi. Normalnya dua titik

terpisah 2-4mm. Dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40mm dapat dibedakan pada

dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron

sensorik : serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang

paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi

dengan sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat transmisinya dibanding serat

yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik.

Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis

Page 8: Laporan Fisiologi

jauh lebih lambat daripada serat A. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan,

dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah

bersinap di spina, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan

potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus

kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di

batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang

lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan

potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan

kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.

Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak

diseluruh permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu

untuk survival; dengan mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan

rasa nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk

mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam

perkembangan persepsi tubuh, keterampilan motorik halus dan praksis.

Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera

taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb),

arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain

itu system taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif).

Reseptor taktil, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, tapi sebenrnya masih banyak

reseptor taktil yang serupa.

1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua bagian kulit dan

jaringan-jaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan tekanan.

2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner, yang meupakan

juluran saraf bermeilin dari sensorik besar meilin jenis (A&B). Reseptor ini terutama

peka terhadap pergerakkan objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap

getaran berfrekuensi rendah.

3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan

meissner biasanya juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang salah

satu jenis nya diskus Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di

daerah permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan.

4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf

yang pangkal nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang

Page 9: Laporan Fisiologi

disebut organ ujung rambut. Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada

permukaan tubuh atau kontak awal dengan tubuh.

5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan

yang terus-menerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan.

6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan

yang cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik.

B. Tata Kerja

1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung

jari nya.

2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru d rangsang tadi

dengan ujung sebuah pensil pula.

3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk.

4. Ulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung

jari,telapak tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk.

VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh

bagian tubuh?

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang

taktil?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p : Rifky Jembardiansyah

N Ujung jari

Telapak tangan

Lengan bawah

Lengan atas

Tengkuk

1 0,3 0,6 2,3 1,5 1,52 Sesuai

titik1 1,5 1 Sesuai

titik3 1,9 1,6 1 1 0,84 Sesuai

titik0,5 2 1 1,5

5 0,8 0,8 1,3 1,5 1

Lokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi di lengan bawah

dapat terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda

cukup jauh.

Page 10: Laporan Fisiologi

Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya

adalah tidak baik pada syaraf perabanya.

TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung,

mata, bibir, dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan

melingkar

Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.

D. Menjawab Pertanyaan

VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh

bagian tubuh?

Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh,

reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls

yang berbeda pula.

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang

taktil?

Jawab: Two Point Localization (TPL)

E. Kesimpulan

Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh,

Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda

spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. TPL (lokalisasi taktil) lebih peka

pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lain-lain.

IV. Diskriminasi Taktil

A. Dasar Teori

Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat

rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan

derajat kontras pada pola spasial yang disadari.

Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal

inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron

yang berdekatan. Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna

dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal

Page 11: Laporan Fisiologi

inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan

yang mensekresi transmitter inhibitorik.

Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal

eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang

dirasakan di korteks serebralis.

B. Tata Kerja

1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan

menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung

jari.

2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan

berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2

titik.

VII.6. Bagaimana caranay saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung

jangka dibawah ambang diskriminasi taktil?

3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang

terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua

ujung jangka secara berturut-turut (suksetif).

5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua

titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah.

6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih

dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan

jangka itu dengan ujungnya pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah.

Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung

jangka.

7. Catat apa yang saudara alami.

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Rifky Jembardiansyah

Lokasi Diskriminasi Taktil (cm)

Ujung Jari 0,6Bibir 1,0Pipi 1,8

Tengkuk 2,2Lidah 0,7

Page 12: Laporan Fisiologi

Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni tengkuk, dan yang terkecil di

bibir dan ujung jari. Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di tengkuk sulit

dibedakan, karena reseptor peraba lebih banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari

atau bibir.

D. Menjawab Pertanyaan:

Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka

dibawah ambang diskriminasi taktil?

Jawab:

Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua

titik, jika terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi

taktilnya.

Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan

sebagai satu titik. Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang

terpisah dan bukan menjadi satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di

daerah tersebut. Ambang 2 titik berkisar antara 2mm di ujung jari. Bila di kulit betis

terangsang 48mm.

E. Kesimpulan

Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan

sebagai satu titik

V. Perasaan Iringan (After Image)

A. Dasar Teori

Sistem saraf mempunyai sirkuit , salah satunya adalah sikuit reverberasi atau sirkuit bolak

balik (oscilatory).Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam

sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit

yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk waktu

yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki

percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang menuju kembali ke neuron

sebelumnya.

Adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah

diteruskan oleh satu neuron kembali kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga

menimbulkan perasaan iringan (after image).

Page 13: Laporan Fisiologi

B. Tata Kerja

1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu

selama saudara melakukan percobaan VI.

2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan

apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil.

P.VII.7 Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: M. Mahmud Anshori

Masih terasa adanya pensil di telinga saat pensil diambil

Perasaan iringan = normal

D. Menjawab Pertanyaan

Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?

Jawab:

Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan,

getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda

tersebut. sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan

suatu “off reseptor” dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan

kita menyadari bahwa benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh

badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai

neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

E. Kesimpulan

Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan,

getaran dan sifat-sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda

tersebut

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda

A. Dasar Teori

B. Tata Kerja

a. Kekasaran permukaan benda

Page 14: Laporan Fisiologi

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan amplas

yang derajat kekasaran yang berbeda-beda.

2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran

amplas.

b. Bentuk benda

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda

kecil yang saudara berikan.

2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

c. Bahan pakaian

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian

yang saudara berikan.

2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.

VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda

(ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: M. Mahmud Anshori

a. Kekasaran permukaan benda

Kemampuan membedakan derajat kekasaran = normal

b. Bentuk benda

Membedakan bentuk benda = normal

c. Bahan pakaian

Kemampuan membedakan bahan = normal

Tidak ada kelainan pada daya membedakan berbagai sifat benda

D. Menjawab Pertanyaan:

Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk,

berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?

Jawab:

Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut “agnosia”.jika

pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut

Page 15: Laporan Fisiologi

“agnosia visual”.jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan

palpasi tanpa adanya gangguan sensorik di sebut “agnosia taktil”

Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

E. Kesimpulan

Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris

baik

VII. Tafsiran Sikap

A. Dasar Teori

Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan seseorang yang

tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak. Saat kita

tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang

disebabkanoleh kontrasi otot.

Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak

bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat dalam grak

iniBaik itu disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap

rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola

koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf.

Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau

neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya

hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia.

Adapun berdasarkan fungsinya system saraf itu sendiri dapat dibedakan atas tiga jenis :

1. Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan dari reseptor

(penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).Sel

saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat

indra.

2. Sel saraf Motorik

Page 16: Laporan Fisiologi

Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf

pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau kelenjar tubuh. Sel saraf

motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak,karena berhubungan erat dengan otot

sebagai alat gerak.

3. Sel saraf penguhubung

Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini disebabkan

karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.

Namun pada hakikatnya sebenarnya system saraf terbagi menjadi du kelompok besar :

1. Sistem saraf sadar

Adalah system saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan semua kegiatan yang

dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar

bola,berjalan,berfikir,menulis,berbicara dan lain-lain.

Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :

a. Saraf pusat terdiri dari :

Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.

Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan

impuls (rangsangan) dari dan ke otak,serta mengkoordinasikan gerak refleks.

Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulag leher hingga

ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat simpul-

simpul gerak refleks.

b. Saraf Tepi:

Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat

(otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf

yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh

tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.

2. Susunan saraf tak sadar.

a. Susunan saraf simpatis

b. Susunan saraf parasimpatis

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa

disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu

dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak,

kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai

perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Page 17: Laporan Fisiologi

B. Tata Kerja

1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya

2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepalanya,

ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.

3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan

4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya

dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya

5. Perhatikan apakah ada kesalahan.

VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat

yang diminta, apa nama neurologis yang dideritanya?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: M. Mahmud Anshori

Dari hasil percobaan, subjek dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan

tangannya:

1. Telinga

2. Mulut dan hidung

3. Alis, mata, dan hidung

4. Kuping

Jadi, subjk singkron melakukan gerakan antara subjek dan asisten.

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar

tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan

penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak

lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di

dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron.

Sistem syaraf memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh

2. Pusat kesadaran, memori dan intelegansi

3. Higher mental process, yaitu reasoning (penalaran), thinking (berpikir), judgement

(pengambilan keputusan).

Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas, jalan dari gerak reflex  ini adalah mulai dari

stimulus diterima reseptor, kemudian impus tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju

sum-sum tulang belakang, kemudian impul dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian

Page 18: Laporan Fisiologi

diterima oleh efektor maka terjadilah respon/tanggapan. Pasien dapat melakukan gerakan

yang diperintah oleh pemeriksa dengan benar. Pasien normal dan tidak mengalami

gangguan neurologis.

D. Menjawab Pertanyaan

Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang

diminta, apa nama neurologis yang dideritanya?

Jawab:

Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut “autopagnosia”. Jika

pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam

kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut “apraksia”, dan jika pasien dapat

mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik

yang akan melakukan gerakan itu disebut “dispraksia”.

E. Kesimpulan

Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.

VIII.Waktu Reaksi

A. Dasar Teori

Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai

dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu reaksi ini

dipakai untuk pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi kerja

diantaranya tingkat kelelahan, kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi

psikologis manusia lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-

beda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi

oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll) maupun secara

psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri.

Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi dalam

hubungannya dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat penting dan

signifikan dalam pengukuran performansi kerja. Dalam praktikum ini, akan diteliti

bagaimana perbandingan waktu reaksi sederhana sebelum dan sesudah melakukan

aktivitas fisik.

Page 19: Laporan Fisiologi

Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk

memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang

memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada berbagai

macam eksperimen waktu reaksi:

Simple Reaction Time Experiment

Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi. Contohnya percobaan

waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi pada lokasi yang telah ditentukan

dan tetap.

Recognition Reaction Time Experiment

Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus memberi respon

sedangkan ada beberapa yang subjek tidak boleh merespon. Ada 2 jenis, yaitu symbol

recognition (subjek menghafal lima buah huruf, kemudian subjek hanya bereaksi pada

huruf yang dihafal tersebut) dan tone/sound recognition (subjek menghafal frekuensi

dari bunyi, kemudian subjek hanya bereaksi pada frekuensi yang dihafalkan).

Choice Reaction Time Experiment

Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang ditampilkan di layar,

kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang sesuai dengan stimulus yang

diberikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi:

1. Arousal

Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah. Waktu

reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan

normal), dan akan melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang

2. Usia

Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada usia

50-60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada

orang dewasa mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon

sebuah stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya pada satu

stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya.

3. Jenis kelamin

Page 20: Laporan Fisiologi

Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita.

4. Right handed vs left handed

Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan banyak digunakan

untuk berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, dan hal-hal yang

berkaitan dengan ruang (misal: membidik sasaran). Maka banyak peneliti

bernaggapan bahwa orang kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding

dengan orang yang tidak kidal.

5. Direct vs peripheral vision

Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat pada

titik stimulus (direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan disekitar

pandangan mata (peripheral vision).

6. Practice and errors

Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah dilakukan

sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila dibandingkan dengan

subyek yang sudah terlatih atau efek pembelajaran.

7. Kelelahan

Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.

8. Gangguan

Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi.

9. Peringatan akan stimulus

Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang diberikan kepada

subyek sebelum stimulus tersebut diberikan.

10. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.

11. Faktor lingkungan

Pencahayaan, temperatur, dll.

12. Faktor psikologi

Suasana hati, tekanan, dll.

B. Tata Kerja

Page 21: Laporan Fisiologi

1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi

meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit

2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan

menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan

tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus

mengangkat selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali

4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)

C. Hasil Pengamatan

o.p.: OP. Rifky Jembardiasnyah (21 tahun)Lepasan 1 = 0.22 detikLepasan 2 = 0.10 detikLepasan 3 = 0.16 detikLepasan 4 = 0.15 detikLepasan 5 = 0.22 detik

Rata-rata yang di peroleh = o .22+0.10+0.16+0.15+0.22

5 = 0,17 detik

Dari hasil data yang didapatkan terlihat gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Menjawab Pertanyaan

Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?

Jawab:

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin,

suhu tubuh, kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya

reseptor yang distimuli.

D. Kesimpulan

Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya

Page 22: Laporan Fisiologi

VII.2 SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA

I. DASAR TEORI

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh

ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan

adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama

ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah

kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam

keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat

massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang

tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen

tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan

untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia

mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan

tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki,

berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk

mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem

sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan

muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak

(kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon

terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain

seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman

terdahulu.

Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh

aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang

berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan

keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain,

Page 23: Laporan Fisiologi

untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta

menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969)

menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan

membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan,

dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan

juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,

penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak

gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata

menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap

perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang

sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular

berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis

semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut

dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala

dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka

mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka

meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di

batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum,

formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular

formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor

neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-

otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).

Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan

keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.

Page 24: Laporan Fisiologi

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.

Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis.

Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang

menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada

impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah

ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari

alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di

korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output)

ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat

gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat

di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan

mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini,

maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai

dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah

tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik

pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi

dengan bidang tumpu, serta berat badan.

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi

dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang

tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan

tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan

Page 25: Laporan Fisiologi

seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin

besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki

akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu

dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.

Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa

tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak

berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah).

Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu

sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan

efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan

bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai

kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan.

Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke

susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan

gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi,

tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur

keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap,

serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi

sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si

pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta

stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang

memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri

tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan

ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung

gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of

pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi

kaki dan lebar dari bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi

pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat

Page 26: Laporan Fisiologi

dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena

seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

II. TUJUAN :

1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan

keseimbangan badan pada manusia.

2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :

a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

III. ALAT YANG DIPERLUKAN :

Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang

IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Percobaan dengan kursi Barany 1

1. Tata Kerja

Nistagmus

a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya

memegang erat tangan kursi.

b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat

kedepan.

P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?

c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan

d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba

e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan

f. Perhatikan adanya nistagmus

Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut

P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus

?

2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Page 27: Laporan Fisiologi

OP. Silpi Hamidiyah ( 20 tahun)Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali maka

pada Keadaan :

1. Kepala dalam keadaan menunduk 30 derajat : Nistagmus kearah kiri, tidak ada Falling dan tidak ada vertigo/spinning

2. Pada keadaan hiperekstensi : Nistagmus tidak ada, Falling ke arah kiri dan vertigo/spinning kea rah kanan

3. Pada keadaaan kepala dimiringkan : Nistagmus kearah vertikal, Falling ke belakang dan spinning/vertigo ke kanan

Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka

pada mata o.p terjadi nistagmus

Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan

komponen lambat ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular

(VOR) yang merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina

selama gerakan kepala dengan memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang

berlawanan dengan gerakan kepala, sehingga mempertahankan gambar untuk berada pada

pusat bidang visual.

3. Menjawab Pertanyaan

P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?

Jawab :

Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi

P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?

Jawab:

Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksis

visual,sesuai arah gerak rotasi dari aksis.

Post-rotatory nistagmus : keadaan normal yang ditemukan pada op pasca pemutaran

yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah

berlawanan.

4. Kesimpulan

Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis

menyebabkan, mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala.

Keadaan ini timbul akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan

fasikulus longitudinalis medial menuju nuklei okulomotor.

Page 28: Laporan Fisiologi

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan ( Pas Pointing Test of Barany )

Dasar TeoriDengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

1. Tata Kerja

a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu

tangan

b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP

Page 29: Laporan Fisiologi

c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari

tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya

d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat

menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4

merupakan persiapan untuk tes yang berikut :

e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi

f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

OP. Prissilma Tania

Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan.

Saat mata OP dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari OP karena

sensasi perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh

jari tangan yang sebenarnya bisa dilakukan dengan tepat.

3. Kesimpulan

Deviasi dari tes dapat terjadi namun belum tentu karena kelainan, namun karena

koordinasi yang salah

C. Kesan sensasi

1. Tata Kerja

a. Gunakan o.p. yang lain

b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan

c. Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah

dan kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai

berhenti.

d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar

1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah

2) sewaktu kecepatan menetap

3) sewaktu kecepatan dikurangi

4) segera setelah kursi dihentikan

e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang

dirasakan o.p .

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

OP. Risti Amalia ( 21 tahun)Dengan adanya sensasi dari arah kiri, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kanan

Sewaktu kecepatan bertambah : perasaan berputar ke kanan

Page 30: Laporan Fisiologi

Sewaktu kecepatan putar menetap : perasaan berputar ke kananSewaktu kecepatan putar dikurangi : perasaan berputar ke kiri Segera setelah kursi dihentikan : tidak berputar

Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu

ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri.

Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP

akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi

tegak sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan

bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke

kanan. Namun, pada praktikum OP masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan

sudah konstan dan OP tidak merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini

mungkin disebabkan oleh persepsi keseimbangan OP yang bagus.

3. Kesimpulan

Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri,

namun jika konstan tidak terasa berputar, dan jika dihentikan mengikuti arah putaran.

D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis

1. Tata Kerja

a. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o , berputar sambil

berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali

dalam 30 detik

b. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka

c. Perhatikan apa yang terjadi

Page 31: Laporan Fisiologi

d. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah

jarum jam

P. VI.4. 11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke muka

setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?

Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan

b.Bagaimana keterangannya?

Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika

terdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran

tersebut.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

OP. M Iqbal Ramadhan

Setelah diputar baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, maka o.p berjalan miring

ke arah kiri ataupun o.p merasa sempoyongan

O.P. berjalan tidak lurus dan miring hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, lebih

merasa pusing saat diputar ke arah jarum jam (yang pertama).

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian-

bagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada

continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya

dalam batang otak dan serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat

30o, kalau seseorang menunduk dengan sudut 30o maka posisi kanalis semisirkularis

lateral dibidang horizontal. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan

cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak.

3. Menjawab Pertanyaan

a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah

berputar 10 kali searah dengan jarum jam?

b. Bagaimana keterangannya?

Jawab:

a. Seharusnya OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan.

b. Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat

penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.

2. KESIMPULAN

Page 32: Laporan Fisiologi

Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta

pergerakan cairan endolimph-perilimph.

V. KESIMPULAN AKHIR

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis

semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala.

Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan

endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.

Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe

akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali

ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara

singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala

melambat unutk  berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut

pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara

horizontal.

Page 33: Laporan Fisiologi

PRAKTIKUM FISIOLOGI II

I. LENSA TIPIS

1. Tujuan Percobaan

Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat

bayangan

2. Alat-alat Percobaan

a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda,

cermin, dan tabir (layar)

b. Lensa cembung dan cekung

c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala

d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori Dasar

3-1. Rumus Gauss

Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata

dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga

dapat terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar

1.

Gambar 1.

Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat sumbu

optik lensa.

Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa

Page 34: Laporan Fisiologi

1f

= 1b

+ 1v

f = b v

b+v

(1)

Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan

f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk

divergen

v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata

dan (-) untuk benda maya

b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan

nyata dan (-) untuk bayangan maya

Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda

maya terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya

terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik

lainnnya (lensa dan cermin)

Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan

terhadap objek dapat diperoleh dari persamaan

M = tinggibayangan

tinggibenda = -

bv

(2)

Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan

negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka

perjanjiannnya akan terblik.

3-2. Rumus Bessel

Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua

kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan

diperbesar pada tabir, lihat gambar 2.

Page 35: Laporan Fisiologi

Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir

Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang

menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan

a = jarak benda ke tabir

d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang

diperbesar dan diperkecil

vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

bb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

vk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

bk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa

d = vk - vb (3a)

= bb - bk (3b)

= bb – vb (3c)

Mengingat bahwa a = vb + bb maka diperoleh

Page 36: Laporan Fisiologi

vb = a−d

2

bb = a+d

2

(4)

Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkan

f = a2−d4 a

2

(5)

Perhatikan bahwa a dan d selalu positif

3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar

Misalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin

datar, lihat gambar 3.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar

Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar

sehingga terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar

berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga

terbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.

3-4. Rumus lensa Gabungan

Page 37: Laporan Fisiologi

Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis

pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi

sebuah lensa dengan jarak fokus f g. Untuk gabngan dua lensa f g dirumuskan sebagai

1f g

= 1f 1

+ 1f 2

- 1

f 1 f 2

(6)

Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa.

Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga

1f g

= 1f 1

+ 1f 2

(7)

3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen

Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda

maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa

positif dengan susunan seperti gambar berikut.

4. Jalannya Percobaan

4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen

Page 38: Laporan Fisiologi

Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan

dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.

4-1-A. Cara Gauss

1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada

tabel data.

2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.

3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti

gambar 1.

4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.

5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau

terbalik.

Isikan hasil ini pada tabel data.

6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga

terbentuk bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.

7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.

4-1-B. Cara Bassel

1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi

pengukuran ini sampai 5 kali.

2. tempatkan benda di depan lampu sorot.

3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.

4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir

susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.

5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam

diperbesar dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu

menaikan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh

pada lensa atau menggeser posisi tabir.

6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk

medapatkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.

7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah

bayangan terbalik atau tegak.

8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.

Page 39: Laporan Fisiologi

9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa

harus digeser-geser.

4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar

1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti

gambar 3.

2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang

sama besar dengan benda

3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)

4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.

4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen

1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya

2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa

3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir.

4. catat posisi benda, lensa, dan tabir

5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan

pada tabir akan kabur atau hilang.

6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.

7. catat posisi lensa divergen dan tabir

8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya

diisikan pada tabel data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan

divergen.

9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.

5. Tugas Pada Laporan Akhir

5-1-A. Cara Gauss

1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.

2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi

bayangan (tegak atau terbalik).

3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2.

4. Buat table harga 1/v dan 1/b

5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b.

6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa.

Page 40: Laporan Fisiologi

5-1-B. Cara Bessel

Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5).

5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar

Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table

ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga

cara di atas.

Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.

Catatan: 1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri.

f[cm]

5-2 Jarak Fokus Lensa Divergen

Tentukan f lensa divergen hasil percobaan.

6. Hasil Percobaan

4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen

4-1-A. Cara Gauss

Tinggi benda h = 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

N v

(

c

m

)

b

(

c

m

)

h’(c

m

)

Tegak/

terbalik

MI=h’/h M= -b/v

1 39,5 43,2 5,3 Terbalik 2,12 -1,1

2 42 40,6 4 Terbalik 1,6 -1

Page 41: Laporan Fisiologi

3 30,5 56 7 Terbalik 2,8 -1,8

4 55 33,5 2,5 Terbalik 1 -0,6

5 53,5 35,5 3 Terbalik 1,2 -0,7

Catatan: h’= tinggi bayangan

v = jarak benda ke lensa

b = jarak bayangan ke lensa

Pembahasan : Didapatkan bayangan benda yang terbentuk adalah terbalik pada semua

percobaan sesuai dengan hukum lensa cembung (konvergen) yang bersifat

maya dan terbalik. Terlihat dari hasil pada M didapatkan nilai yang negatif.

4-1-B Cara Bessel 4-1-C Cermin

datar

No. a

(

c

m

)

vb

(

c

m

)

vk

(

c

m

)

d (cm) f

(

c

m

)

v(cm) f(cm)

1. 35 13 21 8 8,3 8 8

2. 32,5 15,5 17 1,5 7,4 4 4

3. 41 11 29,5 18,5 8,2

4. 45 10,5 34 23,5 8,2

5. 33 14,5 18 3,5 8,1

Catatan : bagian yang digelapkan dihitung dirumah

Rumus : f=a ²−d ²

4 a

d= (vk-vb)

Page 42: Laporan Fisiologi

Pembahasan: Pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada a (jarak tabir dan

benda),

Cara Bessel didapatkan beberapa jenis bayangan yaitu bayangan besar dan kecil dengan

jarak vb dan vk yang berbeda. Dari hasil Vb dan Vk nya itu dapat

disimpulkan, semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka akan semakin

kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.

Pembahasan : Pada percobaan diatas didapatkan hasil v = f, yaitu pada percobaan pertama

Cermin Datar v1 = 8 cm dan f1=8 cm, kemudian v2 = 4 cm dan f2= 4 cm, hal ini

dikarenakan sifat cermin datar yang menghasilkan bayangan sama besar

dalam bidang fokus atau benda.

4-2. Lensa Divergen

N v+

(c

m

)

b+

(

c

m

)

v- (cm) d b-

(

c

m

)

f- (cm)

1 39 41 -3 38 25 -3,40

2 44 39 -12 27 26 -22,28

3 41 39 -9 30 28 -13,26

4 31 57 -14 43 19 -53,2

5 28 70 -8 62 18 -14,4

Catatan : v- = d-b+

f- = v- X b-v- + b-

Pembahasan : Pada percobaan lensa divergen didapatkan focus lensa divergen negative (-), karena lensa divergen bersifat menyebarkan cahaya.

Page 43: Laporan Fisiologi

Kesimpulan

Untuk menghitung jarak fokus lensa konvergen dan divergen dapat digunakan 3 cara yaitu

cara Gauss, Bessel, dengan bantuan cermin datar, dan cara gabungan.

Panjang fokus ditentukan oleh jarak benda ke lensa dan jarak bayangannya ke lensa pada

metode konvensional, jarak benda bayangan dan jarak 2 posisi lensa yang bayangannya

bagus pada metode Bessel, panjang fokus lensa cembung dan jarak benda bayangan serta

jarak 2 posisi lensa yang bayangannya bagus pada metode kombinasi

Sifat konvegen/divergen dari suatu lensa tidak mungkin berubah.

Kesimpulan pada lensa tipis adalah semakin jauh jarak benda maka semakin jauh pula

jarak bayangan dan sebaliknya semakin dekat jarak benda semakin dekat pula jarak

bayangan. Dalam hal ini jarak sangat berpengaruh terhadap fokus bayangan.

PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN

PENDENGARAN

TUJUAN :

Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:

1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri

(pemeriksaan audiometri).

2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometri

sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas

normal atau tidak.

Alat-alat yang diperlukan :

1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.

2. Penala berfrekuensi 256.

3. Kapas untuk menyumbat telinga.

Teori Dasar

Pemeriksaan audiometri

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri.

Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui

Page 44: Laporan Fisiologi

aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan

diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran

normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian

dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.

a. Definisi

Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti

mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja

dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga

dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan

anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap

suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar

yang dilakukan adalah :

Audiometri nada murni

Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik

yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai

frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur

intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan

melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang

diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur

ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang

pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan

didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan

membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat

kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata

sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar

20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk

nada murni.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan

pendengaran

Page 45: Laporan Fisiologi

Kehilanga

n dalam

(decibel

)

Klasifikasi

0-15 Pendengaran normal

>15-25 Kehilangan pendengaran kecil

>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendenngaran

sedang – berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran berat

sekali

Audiometri tutur

Audiometri tutur adalah sistem uji pendengaran yang

menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan

melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mengukur

beberapa aspek kemampuan pendengaran. Kata-kata tersebut

dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang

dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui

telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau

kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita

rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui

audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas

setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar

makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan,

pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa mencatatat

presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah

pada tiap intensitas.

Page 46: Laporan Fisiologi

Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan

pendengaran yaitu :

a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-

kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar,

yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan

satuan de-sibel (dB).

b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap

satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang

dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT.

Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila

seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan

bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada

diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar.

Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap

harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita

memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah,

kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian.

b. Manfaat audiometri

Untuk kedokteran klinik (khususnya penyakit telinga), untuk

kedokteran klinik (kehakiman, tuntutan ganti rugi), untuk

kedokteran klinik pencegahan, deteksi ketulian pada anak-anak

Page 47: Laporan Fisiologi

gambar 2. Normal gambar 3. CHL gambar 4. SNHL

I. AUDIOMETER

Keterangan teknis mengenai audiometer.

P-VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?

Jawab: Audiometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran

seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometer, maka

derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan

bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag

akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk

mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah

memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat

gambar) yang berungsi sebagai berikut :

Tombol1 (T) : Tombol Utama

Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1.

Tombol2 (T2) : Tombol Frekuensi Nada

Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat

dibangkitkan oleh ala1. Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang

dinyatakan dalam satuan hertz.

p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz?

Jawab: Hertz merupakan satuan frekuensi yang menandakan banyakanya suatu gelombang

dalam 1 detik.

Tombol 3 (T3): Tombol Kekuatan Nada.

Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat

dibaca pada skala (5) yang dinyatakan dalam decibel.

P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel?

Page 48: Laporan Fisiologi

Jawab: Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen

dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena

merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell. Desibel juga merupakan

sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut dapat

berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi

(voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat

dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan

suara).

Tombol 4 (T4): Tombol Pemilih Telepon Telinga

Bila tombol ini menunjukan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon

berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke “G” yang bekerja hanya

telepon kalbu (Grey).

Tombol 5 (T5): Tombol Penghubung Nada

Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol

dilepas, nada tidak terdengar lagi.

P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan?

Jawab: Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada

tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p benar-benar mendengar atau hanya

pura-pura mendengar.

TATA KERJA:

1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:

a. Putar tombol utama (T1) pada “Off”.

b. Putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.

c. Putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.

P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ?

Jawab: 0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam

keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen

fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam

audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0

audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik

Page 49: Laporan Fisiologi

tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah

yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada

frekuensi 1000 Hz.

2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, 51 dan 52 akan

menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.

3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada

telinganya sehingga telepon “Black” ditelinga kiri.

4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat

mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan

tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.

5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat.

6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.

7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang

percobaan mengacungkan tangannya keatas.

8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3

tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan

menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.

9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing

loss” orang percobaan pada frequency 125 Hz.

10.Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan

mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar

nada atau hanya pura-pura mendengar.

11.Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada

requency 250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran

pada formulir yang telah disediakan.

12.Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.

13.Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data

yang diperoleh pada pengukuran

Hasil Percobaan dan Pembahasan

OP : Prissilma Tania

Page 50: Laporan Fisiologi

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa o.p memiliki batas ambang dengar

yang sama untuk telinga kanan dan kiri nya yaitu 15-2000. Hasil dari pengukuran

percobaan dengan alat audiometri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah: faktor alat (kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor ruangan yang tidak

kedap suara, faktor kemampuan konsentrasi/memusatkan pikiran o.p (sebaiknya

konsentrasi o.p tidak terganggu dengan kondisi suara sekitar dan fokus pada

pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara dan tulang).

A. Pembahasan

Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh

(intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis

terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru,

sedangkan telinga kanan warna merah.

Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat

kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap

rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke

tinggi .

Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika

respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan

Page 51: Laporan Fisiologi

respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB

HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi

yang diujikan berkisar 125-500 Hz.

Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang

datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kaku diujung

jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membrana

basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda.Ujung sempit

paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar

paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah

Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang

pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran

normal merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni. Derajat ketulian menurut

ISO, yaitu :

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada

murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa

pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara

dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila

terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran

oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

Page 52: Laporan Fisiologi

PRAKTIKUM FISIOLOGI III

IX. Pengecapan

A. Dasar Teori

Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespon

terhadap rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal

listrik serta bahasa sistem saraf. Reseptor untuk pengcapan adalah kuncup pengecap,

yaitu suatu kemoreseptor yang terletak terutama di lidah tetapi juga terdapat pada palatum

lunak dan epiglotis. Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut

papilla. Masing-masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel

sensorik yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap serta

dibasahi oleh saiva.

Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan

kimia dari luar. Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap,

yang jumlahnya ditaksir 2000 buah dan terletak tersebar diatas lidah.

Page 53: Laporan Fisiologi

Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan

otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan

mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki

struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.

Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa

latin lingua atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot

rangka yag terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus

di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan instrinsik.

Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang diseut papilla.

Papilla terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi

sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat tiga

jenis papilla yaitu :

1. Papilla filiformis (fili = benang) : berbentuk seperti benang halus

2. Papilla sirkumvalata (sirkum = bulat): berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V

dibelakang lidah

3. Papilla fungiformis (fungi = jamur) :berbentuk seperti jamur

Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi inder penghidu pun sangat

berperan dalam persepsi pengecapan. Indera pengecapan memungkinkan kita merasakan

tekstur lembut atau kasar, at-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu

sendiri. Makna pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih

makanan sesuai keinginannya. Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap

berbagai reseptor pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel

pengecapan, antara lain :

a. 2 reseptor Natrium

b. 2 reseptor Kalium

c. 1 reseptor Klorida

d. 1 reseptor Inosin

e. 1 reseptor Manis

f. 1 reseptor Pahit

g. 1 reseptor Glutamat, dan

h. 1 reseptor Ion hydrogen

Page 54: Laporan Fisiologi

Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi kategori yang umum disebut sensasi

pengecapan utama tentunya disuaikan dengan area saraf, yaitu :

1. Kuncup pengecapan yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujing lidah

2. Substansi asam dirasakan terutama dibagian samping lidah

3. Substansi asin dapat dirasakan hampir seluruh area lidah, tetapi resptornya terkumpul

dibagian samping lidah

4. Susbtansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap dibagian belakang lidah

Rasa umami (bahasa Jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang

menyenangkan secara kualitatif. Rasa ini dominan ditemukan pada L-glutamat (terdapat

pada ekstrak daging dan keju)

Percobaan 1

Alat dan Bahan

1. Lima tabung kecil berisi - Larutan asam asetat 5% (83 mM)- Larutan Nacl 2 mg/ml (34 mM)- Larutan Kina 2 mg/ ml (6 mM)- Larutan glukosa 2 mg/ml (11 mM)- Larutan MSG 2 mg/ml (11 mM)

2. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)3. Peta lidah 4. Kertas hisap/saring 5. Aqua

Cara Kerja

1. Meminta orang percobaan berkumur,kemudian mengeringkan lidahnya dengan kertas hisap

2. Mencelupkan aplikator dalam larutan salah satu larutan yang diberikan. Membuang larutan dengan menekan ke sisi tabung.

3. Menyentuhkan aplikator pada daerah ujung,sepanjang sisi,tengah dan belakang lidah orang percobaan

4. Menulis tanda (+) pada daerah peta yang sesuai jika praktikan merasakan larutan tersebut. Menulis (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tertentu disentuh tidak sensitif terhadap larutan yang diuji.

5. Mengulangi prosedur diatas dengan keempat larutan lainnya pada tempat yang sama, beri waktu 1 menit setelah berkumur untuk memulihkan lidah.

Page 55: Laporan Fisiologi

Adakah bagian lidah yang tidak mampu menimbulkan sensasi pengecapan setelah aplikasi tastan?

Ada, karena reseptor pada daerah yang dirangsang tidak sesuai dengan stimulasi yang diberikan. Sehingga respon yang diberikan adalah tidak terasa rasa apa pun.

(OP : Teguh )

Rasa asin dirasakan pada daerah anterior dan pinggir lidah sebelah kanan

Rasa manis dirasakan pada daerah anterior dan pinggir lidah sebelah kanan

Rasa asam dirasakan pada daerah anterior dan pinggir lidah sebelah kanan

Rasa umami dirasakan pada daerah anterior dan pinggir lidah sebelah kanan dan kiri

Larutan pada tabung 1 :

- OP merasakan rasa asin, maka tabung 1 berisikan larutan NaCl 2 mg/ml

Larutan pada tabung 2 :

- OP merasakan rasa manis, maka tabung 2 berisikan larutan glukosa 2 mg/ml

Larutan pada tabung 3 :

- OP tidak merasakan rasa apa apa, kemungkinan berisikan plasebo

Larutan pada tabung 4 :

Page 56: Laporan Fisiologi

- OP merasakan rasa asam, maka tabung 4 berisikan larutan asam asetat 5 %

Larutan pada tabung 5 :

- OP merasakan rasa umami, maka tabung 4 berisikan larutan MSG 2 mg/ml

Pada percobaan ini menunjukkan adanya titik rasa yang berbeda karena papilla memiliki reseptor saraf yang berbeda-beda. Adanya penyimpangan rasa yang tidak sesuai dengan teori misalnya rasa pahit yang juga berasa pada daerah ujung lidah karena pada saat pengujian, reseptor lidah sudah terkontaminasi dengan beberapa rasa yang lain saat pengujian sehingga peta ras apahit menjadi beberapa titik.

Pada dasarnya, berbagai jenis rasa yang kita rasakan terdiri dari beberapa tempat pada lidah yaitu Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah, reseptor rasa asam terletak pada tepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak pada pangkal lidah. Berikut ini merupakan penyebab adanya berbagai macam rasa.

Transduksi Rasa ManisRasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang tedapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan CAMP dari ATP. Terjadinya peningkatan CAMP akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K+ dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmitter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak. Transduksi Rasa AsinRasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmitter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak. Transduksi Rasa PahitTranstan pahit akan berkaitan dengan reseptor pada membran. Perekatan ini akan mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupakan senyawa yang larut dalam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju sitplasma. Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan menjadi sinaps. Transduksi Rasa Asam Tidak seperti rasa manis dan pahit, rasa asam terjadi karena konsentrasi atau ion H. Membran sangat permeable terhadap protein ini. Masuknya proton ini membuat depolarisasi akibatnya neotransmitter dilepaskan ke sinaps.

Percobaan 2 : Persepsi Pengecapan

Cara Kerja :

1. Mintalah 10 ml larutan no 1 dan encerkan dengan menambahkan 10 ml aquadest dengan gelas ukur

2. Masukkan dalam tabung, ini adalah larutan no 6 (3 mM) 3. Minta orang percobaan untuk berkumur dengan air yang disediakan

Page 57: Laporan Fisiologi

4. Menggunakan aplikator sentuhkan larutan no 1 pada tempat yang telah ditentukan pada percobaan A dan gunakan Visual Analog Scale (VAS) : 9 point labbeled scale (modified lickert) dibawah ini untuk menilai sensasi yang dirasakan

How strong is the taste of this solution?

Extremely Strong

Very Strong

Strong

Slightly Strong

Neutral

Slightly weak

Weak

Very Weak

Extremely Weak

5. Lakukan pada ujung lidah,sepanjang sisi, tengah dan belakang lidah orang percobaan 6. Setelah larutan kina 1, lakukan hal yang sama dengan larutan no 6

Page 58: Laporan Fisiologi

Hasil Pengamatan

( OP : Nabil)

Pada percobaan dengan larutan 1 didapatkan rasa pahit yang sangat kuat dibagian

Posterior lidah dan rasa pahit yang melemah hingga pada anterior lidah

Pada percobaan dengan larutan 6 didapatkan rasa pahit yang kuat pada bagian

Posterior lidah tetapi tidak sekuat pada percobaan dengan larutan 1 dan melemah

Hingga pada bagian anterior lidah.

Fungsi lain dari indera pengecapan selain sensorik?

Fungsi indera pengecap adalah membedakan berbagai sensasi pengecapan, sensasi pengecapan dapat berupa rasa primer seperti asam, asin, manis, pahit dan umami atau berbagai rasa kombinasi dari keempat rasa primer tersebut. Setiap sel reseptor berespons dalam tingkat yang berbeda beda, terhadap keempat rasa tersebut tetapi

Page 59: Laporan Fisiologi

umumnya lebih responsif terhadap salah satu dari keempat modalitas rasa tersebut. Keanekaragaman diskriminasi rasa yang halus di luar ke empat rasa utama bergantung pada perbedaan stimulasi terhadap semua papil pengecap sebagai respons terhadap berbagai zat, serupa dengan variasi stimulasi ketiga jenis sel kerucut yang menghasilkan berbagai sensasi warna. Persepsi rasa juga dipengaruhi oleh informasi yang berasal dari reseptor lain, terutama bau.

Mekanisme kerja indera pengecap : Makanan/Larutan zat berasa → Papila lidah → Saraf gustatori → Medula oblongata → Talamus → Pusat rasa pada korteks serebrum

Fungsi indera pengecap yang lain adalah dapat melakukan preferensi rasa dan control pada proses memakan. Manusia akan memilih makanan sesuai dengan zat apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya, bila manusia mengalami kekurangan garam/ salt-depleted maka ia akan memilih untuk memakan makanan dengan kandungan Nacl lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya, atau pada kasus injeksi insulin pada penderita diabetes melitus, tubuh akan kekurangan glukosa sehingga otomatis akan memilih makanan dengan kandungan glukosa yang lebih tinggi.

Manusia juga akan menolak untuk memakan makanan dengan rasa yang tidak menyenangkan, hal ini berhubungan dengan mekanis proteksi tubuh terhadap pemasukan dari substansi yang tidak diinginkan. Hal ini berkaitan dengan memori pada rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, misalnya : pada seseorang yang menderita sakit setelah memakan suatu makanan, maka ia akan membangun rasa negatif pada rasa itu atau taste aversion setelahnya. Mekanisme ini diatur oleh sistem saraf pusat bukan pada taste buds sendiri, walaupun sel reseptor tersensitisasi oleh rasa dari nutrisi yang dibutuhkan . Selain itu, fungsi lain dari lidah sebagai indera pengecap juga selain sensorik juga dapat melakukan indera motorik berupa sebagai alat bantu menelan dan terlibat dalam proses berbicara.

Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata

melakukan mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang

berbeda pula. 2 dari mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan

sisanya (rasa manis, umami dan pahit) merupakan metabrotropic

Tranduksi Rasa Manis

Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal

ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada

Page 60: Laporan Fisiologi

membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan

enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP.

Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma

lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan

depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya

neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak.

Tranduksi Rasa Asin

Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya

saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls

bisa diterima oleh otak.

Tranduksi Rasa Pahit

Transduksi pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ii akan

mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan

enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut

daam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan

membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma.

Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps.

Tranduksi Rasa Asam

Tidak sepeti rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion

H. Membran sanyat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat

depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps.

Page 61: Laporan Fisiologi
Page 62: Laporan Fisiologi

B. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan tentang senssasi rasa pada reseptor pengecap dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah

2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan

menanggapi rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya.

3. Sel–sel reseptor untuk pengecapan adalah sel–sel ephitelium yang telah termodifikasi

yang diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian

permukaan lidah dan mulut.

4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda dari

kuncup pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks.

5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi

depan lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit

terletak di pangkal lidah.

Page 63: Laporan Fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . (2010). Lima Alat Indera . http://organisasi.org/. 21 Maret 2010. 22.00.

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6.

http://neurowww.cwru.edu/faculty/strowbridge/OlfactoryBulb/bulb1.htm

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530

Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc

Panji.2009.sistem syaraf perifer. http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer-divisi-aferen.htm. tanggal akses 3-10-2009

Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt – sabtu, 03 april 2010.

Sears, dan Zemansky. “Fisika untuk Universitas”, jilid III

Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; hal. 17-8

Sunny Kumar. 2011. The Neural Basis of Olfaction diunduh pada http://www.yalescientific.org/2011/05/the-neural-basis-of-olfaction/

Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB