41
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PT SRITEX SUKOKARJO & ANAK PERUSAHAANNYA (PENINJAUAN PENGOLAHAN LIMBAH) MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2018-2019 TANGGAL 19 21 OKTOBER 2018 SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 12 SEPTEMBER 201

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K7-12-756ae4fa03aaddd8bd58b7f... · 2018. 11. 16. · LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PT SRITEX SUKOKARJO & ANAK PERUSAHAANNYA (PENINJAUAN

    PENGOLAHAN LIMBAH)

    MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2018-2019 TANGGAL 19 – 21 OKTOBER 2018

    SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

    JAKARTA, 12 SEPTEMBER 201

  • I. PENDAHULUAN

    Program Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan limbah adalah

    program strategis dan penting karena berkaitan erat dengan keberlanjutan usaha dan

    kelestarian lingkungan. Pelaksanaan PROPER menggunakan dasar acuan UU No 32

    Tahu 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.

    Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara periodik

    mengumumkan tingkat ketaatan perusahaan terhadap perlindungan dan pengelolaan

    lingkungan. Prinsip pelaksanaan PROPER adalah keadilan, transparasi, dan

    akunabilitas.

    Ada lima kriteria PROPER yaitu: (1) Emas – adalah untuk usaha dan atau

    kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan

    (environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan

    bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat; (2) untuk usaha

    dan atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang

    dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem

    pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R

    ( Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab

    sosial (CSR/Comdev) dengan baik; (3) Biru - untuk usaha dan atau kegiatan yang

    telah melakukan upayapengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan

    ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku; (4) Merah - upaya

    pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan

    sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan dalam tahapan

    melaksanakan sanksi administrasi; (5) Hitam - untuk usaha dan atau kegiatan yang

    sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan

    pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan

    perundang-undangan yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi.

    Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI 19 sampai dengan 21 Oktber

    adalah untuk melihat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pilihan

    Perusahaan yang dijadikan obyek kunjungan kerja adalah PT Sritex, PT RUM, dan

    PT KGS. PT Sritex telah melakukan upaya yang serius dalam pengelolaan lingkungan

    hidup. Pada tahun 2009 penilaian PROPER PT Sritex masih berada pada peringkat

  • hitam, namun pada tahun 2016 sudah mampu meraih peringkat biru yaitu telah

    mematuhi segala ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan

    pengelolaan lingkungan hidup.

    PT Sritex memiliki kepedulian yang tinggi terhdap kemampuan swasemada

    tekstil Indoensia. Berdasarkan informasi yang didalami oleh Panja Limbah dan

    Lingkungan Komisi VII DPR RI bahwa sekitar 60% bahan baku (raw material) tekstil

    untuk industri di Indonesia masih impor. Hal itu karena minimnya ketersediaan di

    dalam negeri. Impor bahan baku kebanyakan dipasok dari TIongkok. Bahan baku

    yang masih diimpor, di antaranya, cotton, rayon, hingga poliester. Bahan baku tekstil

    sebenarnya bisa dibuat di dalam negeri namun membutuhkan dukungan dari

    Pemerintah, berupa kebijakan dalam mendukung industri turunan dalam

    menyediakan bahan baku.

    Salah satu strategi jangka panjang PT Sritex adalah Memastikan tersedianya

    serat rayon berkualitas tinggi sebagai bahan baku penting dalam proses produksi.

    Salah satu divisi dari PT Sritex adalah divisi pemintalan. Produk yang dihasilkan

    berupa benang rayon, katun dan polyester. Sepanjang 2016, Sritex memproduksi

    benang sebanyak 591.814 bal, meningkat 5,5% dari hasil produksi 2015 sebesar

    560.738 bal. Sebanyak 28,9% hasil produksi benang digunakan internal untuk

    memproduksi greige atau kain mentah. Benang rayon yang diproduksi PT Sritex pada

    tahun 2016 mencapai 112.147 bal (18,1%) dari total produksi benang. 28,4%

    digunakan untuk kepentingan domestic.

    Upaya memperkuat pasar dalam negeri dan luar negeri PT Sritex membangun

    industry tekstil terpadu mulai dari hulu ke hilir. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau

    Sritex memperluas bisnisnya di sektor hulu. Perseroan pada tahun 2016 membangun

    pabrik rayon yang menghasilkan bahan baku benang. Pembangunan itu dilaksanakan

    melalui anak usahanya, yaitu PT Rayon Utama Makmur, fasilitas produksi rayon dua

    lini mempunyai kapasitas total mencapai 80 ribu ton per tahun.

  • PT RUM adalah anak perusahaan PT Sritex yang bergerak dalam produksi

    serat rayon. Ini adalah perusahaan yang relative baru, namun dalam operasi

    produksinya telah menimbulkan polusi udara berupa bau menyengat dan diprotes

    oleh masyarakat.

    PT Rayon Utama Makmur (PT RUM) adalah perusahaan yang bergerak di

    bidang pembuatan serat rayon beralamat di Jl. Raya Songgorunggi – Jatipuro KM 3,8

    No. 8, Plesan, Kec. Nguter, Kab. Sukoharjo. Pemegang saham PT RUM adalah PT

    Summit Rayon Company Limited, PT Kapas Agung Abadi dan PT Jaya Perkasa

    Textile yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh keluarga Lukminto Halim. PT

    RUM pernah dikunjungi oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin pada tanggal 23

    Januari 2016 dalam rangka meninjau perluasan pabik garmen milik Sritex Group. PT

    RUM dibangun dengan investasi Rp 7 triliun ini ditargetkan mampu memproduksi

    80.000 ton serat rayon per tahun. Pabrik serat rayon PT RUM berada di lahan seluas

    65 hektar.

    Ketika pabrik ini mulai beroperasi, muncul keluhan dari masyarakat karena

    limbah udara berbau busuk. Warga dari tiga desa di Kecamatan Nguter, Sukoharjo

    melakukan aksi demonstrasi di PT Rayon Utama Makmur (RUM). Mereka mendesak

    pabrik rayon atau serat tekstil sintetis itu segera mengendalikan limbah udara berbau

    busuk. Pihak perusahaan mengakui ada kesalahan. Untuk melihat duduk

    permasalahan yang berkaitan dengan polusi yang disebabkan oleh operasi pabrik PT

    Rayon dibentuk tim penelitian independen yang merupakan gabungan dari akademisi

    perguruan tinggi di kawasan Surakarta.

    Hasil penelitian tim independen menghasilkam sejumlah temuan. Tiga

    parameter yang diamati adalah Total Dissolved Solid (TDSP, Chemical Oxigen

    Demand, dan Ph limbah cair. Dua paramater dari tiga parameter dari hasil analisis

    sembilan sampel limbah cair PT Rayon Utama Makmur (RUM) Sukoharjo tidak

    memenuhi ambang baku mutu limbah cair.

  • Dua paramater itu adalah parameter Total Dissolved Solid (TDS) dan Chemical

    Oxygen Demand (COD). Paramater pH limbah cair memenuhi ambang baku mutu.

    Analisis sembilan sammpel limbah cair PT RUM diambil antara 31 Januari hingga 5

    Februari 2018 di beberapa titik pembuangan hingga radius 500 meter. Uji sampel di

    laboratorium Teknik Kimia UMS Surakarta hasilnya parameter pH berkisar antara 6.67

    sampai 7,35. Ambang batas normal pH limbah cair 6-9 sesuai Permen Lingkungan

    Hidup Nomor 5 Tahun 2014. Parameter TDS berkisar 1410-3730 ppm dinyatakan

    tidak memenuhi ambang baku mutu dan parameter COD berkisar 24,48-420,24

    mg/liter, sedangkan ambang batas normal COD lebih kecil dari 100 ppm maka

    dinyatakan tidak memenuhi ambang baku mutu. Tim mengindikasikan pengolahan

    limbah gas dari proses produksi belum maksimal mereduksi kandungan gas H2S

    sehingga masih berdampak pada masyarakat sekitar pabrik.

    Tim Independen merekomendasikan tiga hal untuk mengatasi dampak polusi

    akibat beroperasinya PT RUM. Pertama, adanya pencemaran udara sebagai dampak

    terberat yang dialami masyarakat harus menjadi perhatian serius PT RUM agar

    segera membuat instalasi teknologi pengurangan dampak limbah agar bisa

    meminimalkan dampak tersebut. Kedua, sosialisasi dan pemberian informasi yang

    memadai dari PT RUM kepada masyarakat harus terus dilakukan secara intens agar

    konflik yang terjadi tidak semakin membesar dan bisa menghasilkan solusi bersama.

    Ketiga, Ketiga, upaya mediasi dengan melibatkan pemerintah, PT RUM, dan

    masyarakat sebagai bagian upaya mencari solusi bersama harus segera diajukan

    agar penyelesaian masalah ini bisa menghasilkan solusi terbaik bagi semua pihak.

    PT Rayon Utama Makmur (RUM) telah berjanji menghentikan operasional

    pabrik pada 24 Februari 2018. Meski demikian, warga Sukoharjo masih menuntut

    penutupan pabrik serat rayon tersebut karena yang limbahnya mencemari udara

    desa-desa sekitarnya. Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo mensyaratkan agar

    PT RUM Bisa beropearsi kembali harus melaksanakan tiga ketentuan yaitu:

    1. pemasangan mesin kendali bau gas yg disebut mesin Wet Scrubber,

    2. memasang alat berbasis komputer yang memantau secara terus-menerus atas

    keluaran gas di cerobong atau disebut CEMS (Continuous Emission Monitoring

    System).

  • 3. pipanisasi keluaran hasil olahan limbah cair yang sudah sesuai baku mutu, dari

    pabrik hingga sungai.

    Akibat polusi yang ditimbulkan oleh pabrik rayon PT RUM, Pemerintah

    memberikan sanksi berupa paksaan penghentian sementara kegiatan produksi

    selama 18 bulan ini berdasar Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor: 660.1/207

    Tahun 2018. Surat itu mensyaratkan PT RUM agar segera melengkapi dan

    menyelesaikan tiga hal tersebut.

    Untuk melaksanakan amanat SK Bupati Sukoharajo PT RUM memasang

    fasilitas Wet-Scrubber. Wet Scrubber adalah alat untuk menghilangkan bau yang

    bisa ditimbulkan dalam proses pembuatan serat rayon dalam proses pembuatan

    serat rayon. Alat ini bekerja dengan menyemprotkan cairan tertentu pada udara di

    sistim exhaust, cairan ini akan memerangkap partikel-partikel penyebab bau di

    udara. Alat tersebut sudah dipasang pada 29 Juni 2018. Pemerintah memberikan

    waktu 18 bulan kepada PT RUM untuk mempersiapkan penanganan limbah sejak

    ijin operasional dibekukan sementara.

    Pada 21 September 2018 lalu, PT RUM melakukan uji coba produksi dengan

    mesin Wet Scrabber, Muspida, Masyarakat, Peneliti, dan Dinas Lingkungan Hidup

    diundang untuk melihat uji coba kerja wet scrubber. Dalam uji coba tersebut muncul

    bau mirip kopi, bau itu muncul dari sisa limbah padatan yang baunya mirip kopi, tapi

    tidak sekuat/sesemerbak kopi. Selain masih tercium bau yang tidak sedap warga

    juga menuding lmbah cair PT RUM mencemari anak Sungai Bengawan Solo

    sehingga membuat ikan mati.

    Panja Limbah dan Lingkugan Komisi VII DPR RI ingin melihat dan

    membandingkan tata kelola limbah pabrik tekstil PT Sritex yang berhasil keluar dari

    daftar hitam perusahan yang limbahnya mencemari lingkugnan menjadi perusahaa

    yang mendapat proper biru, PT RUM anak perusahaan Sritex yang masih

    menghadapi persoalan dalam mengatasi limbah udara, berupa udara yang berbau

    meskipun sedang melakukan uji coba pemasangan wet scrubber dan

    membandingkan dengan pengelolaan limbah yang dilakukan oleh PT KGS yang

  • beralamtkan di jalan Dalon, Ingas Rejo, desa Plesungan kecamatan Gondangrejo,

    Kabupaten Karang Anyar.

    I. DASAR HUKUM KUNJUNGAN

    Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilaksanakan berdasarkan Hasil

    Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tanggal 20 Agustus 2018 Masa

    Persidangan I Tahun Sidang 2018-2019 dan merujuk pada Peraturan Dewan

    Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/I/2014 tentang Tata

    Tertib DPR RI.

    II. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

    Maksud dan Tujuan diadakannya Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI

    ke PT RUM untuk melihat secara langsung implementasi pengolahan limbah

    yang selama ini dikeluhkan

    IV. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN

    Waktu pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke adalah

    tanggal 19 sampai dengan 21 Oktober 2018. Adapun agenda tim Kunjungan

    Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI adalah sebagai berikut : (terlampir)

    1. Pertemuan dengan Dirjen PPKL Kementerian LHK, Dirut PT Sritek, Dirut

    PT RUM Sukoharjo, Dirut PT KGS, Bupati Sukoharjo, Kepala Dinas

    Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah.

    2. Peninjauan Lapangan lokasi pengolahan Limbah

    V. SASARAN DAN HASIL KEGIATAN

    Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke PT RUM

    adalah untuk mengetahui secara tepat tentang permasalahan operasi

    pengolahan limbah khususnya limbah B3 yang dilakukan oleh PT RUM yang

    dianggap telah mencemari lingkungan di Kecamatan Nguter Kabupten

    Sukoharjo. Hasil kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI

    diharapkan bisa menjadi referensi untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja dan

    Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Pemerintah dan mitra terkait.

  • VI. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

    Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI

    adalah sebagai berikut :

    a. Persiapan

    - Menghimpun data dan informasi awal.

    - Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang akan menjadi

    lokasi kunjungan kerja.

    - Mempersiapkan administrasi keberangkatan

    b. Pelaksanaan Kunjungan KerjaSpesifik

    Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilakukan

    dengan cara kunjungan lapangan dan diskusi didalam ruangan.

    c. Pelaporan

    Pelaporan merupakan resume kegiatan yang dituangkan secara deskriptif.

    VII ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI

    Adapun anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI yang

    melakukan Kunjungan ke Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut : (terlampir)

    No. NAMA PESERTA No.Angg. FRAKSI JABATAN

    1 Ir. Ridwan Hisyam A-286 P. Golkar Ketua Tim

    2 Tamsil Linrung A-121 PKS WK Tim

    3 Ir. H. Daryatmo Mardiyanto A-170 PDIP Anggota

    4 Nazarudin Kiemaz A-134 PDIP Anggota

    5 Adian Yunus Yusak Napitupulu A-156 PDIP Anggota

    6 Drs. Gandung Pardiman, MM A-281 P. Golkar Anggta

    7 Aryo P.S. Djojohadikusumo A-342 P. Gerindra Anggota

    8 H. Bambang Riyanto, SH, MH, MSi. A-357 P. Gerindra Anggota

    9 H. Ihwan Datu Adam, SE A-447 P.Demokrat Anggota

    10 Dr.Ir. Andi Yuliani Paris. M.Sc A-502 PAN Anggota

  • 11 H.Abdul Kadir Karding, SPI, M.Si A-55 PKB Anggota

    12 H. Joko Purwato A-515 PPP Anggota

    13 H. Abdul Halim A-533 PPP Anggota

    14 Mukhtar Tompo, S.Psi A-560 P.Hanura Anggota

    BAB II

    PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL KUNJUNGAN KERJA

    2.1. Kunjungan ke PT Sritex Tbk

    PT Sritex Tbk Didirikan oleh H.M Lukminto sebagai usaha dagang

    Tekstil Tradisional di Pasar Klewer, Solo pada tahun 1966. Usahanya

    mulai berkembang, pada tahun 1968 mendirikan pabrik printing pertama

    yang memproduksi bleached dan dyed fabric di Solo. Pada tahun 1982

    perusahaan melakukan ekspansi usaha ke bidang penenunan., sepuluh

    tahun kemudian perusahaan mampu melakukan integrasi vertikal dan

    menjadi usaha teksntil terpadu dari hulu ke hilir. Tahun 1994

    mendapatkan sertifikasi sebagai pemasok seragam militer pasukan

    NATO dan tentara Jerman. Tahun 2013 mencatatkan sahamnya di Bursa

    Efek Indonesia.

  • Kunjugan Spesifik Komisi VII DPR RI ke PT Sritex Tbk

  • Tukar Menukar Cenderamata antara PT Sritex Tbk dengan Komisi VII DPR RI

    Kunjungan Kerja Spesifik ke PT Sritex Tbk difokuskan pada aspek pengelolaan

    dan pemantauana lingkungan di sekitar lokasi pabrik tekstil, dan melihat tata kelola

    limbah. PT Sritex Tbk sebagai perusahaan tekstil terintegrasi dalam proses

    produksinya menghasilkan limbah, yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah udara.

    Untuk melihat sejauh mana pengelolaan dan pemantauan lingkungan, laporan

    ini akan fokus pada empat aspek yaitu:

    1. Dokumen lingkungan

    2. Pengendaian pencemaran

    3. Pengendalian Pencemaran Udara

    4. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

    PT Sritex telah melengkapi dokumen lingkungan yang disyarakat oleh

    Pemerintah yang meliputi:

    Jenis Dokumen Lingkungan:

    Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup

    Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sukoharjo No.

    660.1/08/2018

  • Ijin Lingkungan No. 503. 654.1/003/IL/II/2018 dikeluarkan oleh Kepala

    Dinas Penanaman Modal & Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sukoharjo yang

    berlaku mulai 1 Februari 2018

    Pelaporan RKL/RPL telah dilakukan secara rutin tiap 6 bulan sekali kepada

    : DLH Kabupaten, DLH Provinsi Jawa Tengah & Kementrian Lingkungan

    Hidup & Kehutanan (KLHK)

    Untuk pengendalian limbah cair PT Sritex Tbk telah mendapatkan ijin

    pembuangan limbah cair (IPLC) No. 503/IPLC/001/2017 dikeluarkan oleh Bupati

    Sukoharjo, berlaku untuk masa 5 (lima) tahun, ijin akan berakhir pada 12 Juni 2022.

    Aktivitas produksi berupa dying, printing, dan finishing menghasilkan limbah

    cair. Pengelolaan limbah cair diatur melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

    No. 5 tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah. Limbah cair harus memenuhi

    ketentuan sama atau dibawah parameter yang telah ditetapkan yaitu:

    TSS (Total Suspended Solid) : 50 mg/L

    COD (Chemical Oxigen Demand) : 150 mg/L

    BOD (Biological Oxigen Demand) : 60 mg/L

    Phenol : 0,5 mg/L

    Total Chrom : 1,0 mg/L

    NH₃-N (Amoniak) : 8,0 mg/L

    Sulfida : 0,3 mg/L

    Minyak & Lemak : 3,0 mg/L

    pH : 6,0 – 9,0

    Hasil pemantauan Kualitas Air Limbah PT Sritex Tbk Periode Januari 2017

    sampai dengan Agustus 2018 sebagai berikut:

  • Kualitas limbah yang dihasilkan oleh PT Sritex Tbk sudah sesuai dengan Perda

    No. 5 tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah. Ini ditunjukkan melalui 9 (Sembilan

    parameter

  • Dalam proses produksi di lingkungan PT Sritex digunakan beberapa peralatan

    yang berpotensi menimbulkan polusi. Diantaranya adalah:

    1. Genset bertenaga diesel

    Jumlah: 1 unit

  • Digunakan pada saat listrik di WWTP padam

    Bahan bakar solar

    Cara pengelolaan dampak dengan menggunakan cerobong.

    2. Boiler

    Jumlah: 8 unit

    Digunakan untuk proses produksi

    Bahan bakar batu bara

    Cara pengelolaan dampak dengan menggunakan cerobong dan water

    scrubber

    3. Oil Heater

    Jumlah: 6 unit

    Digunakan untuk proses produksi

    Bahan bakar batu bara.

    Cara pengelolaan dampak dengan menggunakan cerobong dan water

    scrubber

    Pengelolaan limbah gas berdasarkan pemantauan yang dilakukan laboratorium

    independen menunjukkan kesesuaian dengan regulasi yang ada. Hasil pemantauan

    kualitas udara menunjukkan bahwa kualitas udara di lingkungan PT Sritex Tbk

    memenuhi baku mutu.

  • Untuk pengelolaan Limbah B3 PT Sritek Ijin TPS No.

    503.654.1/09/LB3/XII/2017 Dikeluarkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal

    & Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sukoharjo. Berlaku selama 5

    (lima) tahun atau sampai dengan 22 Desember 2022

    Jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Sritex Tbk dapat dilihat pada

    tabel berikut ini.

  • FasilitasTepat Penyimpanan Semetnara Limbah B3 yang dimiliki oleh PT Sritex dapat

    dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.

  • Sejak tahun 2010 PT Sritex Tbk memperoleh Proper Biru atau compliance

    dengan acuan UU No 32 Tahu 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan..

  • Fasilitas dan Peralatan Pengendalian Lingkungan di PT Sritex Tk

  • 2.2. Kunjungan ke PT RUM Anak Perusahaan PT Sritex

    PT Rayon Utama Makmur adalah anak perusahaan PT Sritex yang bergerak di

    bidang produksi serat rayon. PT RUM sahamnya dimiliki oleh PT Kapas Agung Abadi

    sebesar 98% dengan modal disetor US$ 73.500.000, PT Jaya Perkasa Textile 0k20%

    dengan modal disetor 0,20%. Saham pihak asing yaitu Summit Rayon Company Ltd

    sebesar 1,8% dengan modal disetor US$ 1.350.000

    Pabrik ini baru beroperasi sekitar 2 bulan kemudian mendapatkan protes masyarakat

    karena mengeluarkan bau busuk yang berasal dari pelepasa hydrogen sulfida dari

    proses produksi rayon. Pada Februari 2018 Pabrik Rayo dihendikan produksinya oleh

    Pemerintah Kabupten Sukoharjo. September 2018 mulai lagi ujicoba produksi, namun

    masih diprotes masyarakat karena mengeluarkan bau seperti kopi dan limbah cairnya

    mencemari sungai.

    Untuk itu Komisi VII DPR berkunjung ke PT RUM untuk melihat secara

    langsung caa pengelolaan limbah di perusahaan tersebut. Seperti yang telah

    dipaparkan sebelumnya persoalan yang menjadi keluhan utama masyarakat adalah

    bau tidak sedap. Pihak PT RUM telah memenuhi ketentuan 3 persyaratan agar pabrik

    itu beroperasi yakni:

    1. pemasangan mesin kendali bau gas yg disebut mesin Wet Scrubber,

    2. memasang alat berbasis komputer yang memantau secara terus-menerus atas

    keluaran gas di cerobong atau disebut CEMS (Continuous Emission Monitoring

    System).

    3. pipanisasi keluaran hasil olahan limbah cair yang sudah sesuai baku mutu, dari

    pabrik hingga sungai.

    Proses Pengelolalan Limbah di PT RUM

    Untuk pengolahan limbah cair PT RUM telah memasang sejumlah alat

    pengolah limbah yang dipersyaratkan oleh ketentuan dan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. Ada tiga jenis inlet antara lain inlet acid dengan karakter pH

    antara 2-4,inlet alkali dengan karakter pH antara 11-14 dan inlet zinc dengan karakter

    pH antara 1-3, serta bak equalisasi dan bak emergensi untuk masing-masing inlet,

  • khusus untuk bak emergency zink digabungkan dengan bak emergensi untuk

    acid,untuk volume masing-masing bak equalisasi dan emergensi sebagai berikut :

    1. Acid

    Bak Equalisasi = 2484 m3

    Bak Emergensi = 1480 m3

    2. Alkali

    Bak equalisasi = 1102 m3

    Bak emergensi = 850 m3

    3. Zink

    Bak emergensi = 472 m3

    Air limbah dari bak equalisasi alkali dan zink ditransfer menuju bak hidrolisis

    yang mempunyai kapasitas sebesar 1196 m3 dan memiliki kondisi operasi pH antara

    2-4, di bak hidrolisis terdapat beberapa bahan kimia seperti asam sulfat, caustik soda

    dan juga kapur yang bertujuan untuk menaikan atau menurunkan pH sesuai dengan

    kondisi operasi pada bak hidrolis, untuk proses pencampuran ditambahkan aerator

    blower, pada saat pencampuran air limbah alkali dan air limbah zink akan melepas

    gas h2s dan gas cs2, gas tersebut akan di hisap oleh exhause di alirkan menuju wet

    scraber.

    Air limbah dari bak equalisasi acid akan di transfer menuju bak primari reaksi

    yang mempunyai kapasitas 673 m3 dan memiliki kondisi operasi pH antara 2-4 serta

    terdapat beberapa bahan kimia seperti asam sulfat,caustik soda dan juga kapur yang

    bertujuan untuk menaikan atau meurunkan pH sesuai dengan kondisi operasi pada

    bak primari reaksi. Pada bak ini juga di tambahkan aerator blower untuk

    mempercepat reaksi, pada saat aerator blower menyala akan melepaskan gas h2s

    dan gas cs2, gas tersebut akan di alirkan menuju wet scruber dengan menggunakan

    exhause.

    Air limbah dari bak hidrolisis dan primari reaksi akan mengalir menuju bak

    primari sedimen yang memiliki kapasitas 3192 m3,air limbah yang bersatu antara

  • bak hidrolisis dan bak primari reaksi akan mengalami pembentukan lumpur dan akan

    mengendap dengan mengandalkan gaya gravitasi, lumpur yang mengendap pada

    bak primari sedimen akan ditransfer dengan menggunakan pompa menuju sludge

    tickner. Sedangkan air limbah dari bak primari reaksi akan mengalir menuju bak

    sekondari reaksi.

    Setiap bak equalisasi dilengkapi dengan aerator blower untuk meyamakan

    kualitas air limbah, untuk gas h2s dan gas cs2 yang lepas saat proses aerasi akan di

    vakum dengan menggunakan exhause menuju wet scraber.

    Bak sekondari reaksi memiliki kapasitas 2244 m3 dengan kondisi operasi pH

    antara 6-8 dan terdapat beberapa bahan kimia seperti,caoustik soda dan juga kapur

    yang bertujuan untuk menaikan atau menurunkan pH agar sesuai dengan kondisi

    operasi yang diharapkan, untuk memper cepat reaksi di bantu dengan aeator blower.

    Pada bak sekondari reaksi terdapat bak flokulan dengan menambahkan pac untuk

    pembentukan mikro flok dan bak koagulan dengan menambahkan pam untuk

    pembentukan makro flok.

    Air limbah dari bak sekondari reaksi yang telah mengalami proses koagulasi dan

    flokulasi akan mengalir menuju bak secondary sediment yang memiliki kapasitas 5047

    m3, air limbah tersebut mengalami proses pengendapan lumpur secara grafitasi,

    lumpur yang telah mengendap akan di pompa menuju ke bak sludge tickner,

    sedangkan air limbah akan mengalir secara grafitasi menuju bak decalcified.

    Bak decalcified dengan kapasitas 2530 m3 dengan kondisi operasi pH 7 – 8 dan

    terdapat bahan kimia seperti asam sulfat dan caustic soda yang bertujuan untuk

    menaikan atau menurunkan pH agar sesuai dengan kondisi operasi, untuk

    mempercepat reaksi dengan menggunakan aerator blowerdi dalam bak decalcified,

    pada bak decalcified juga terdapat proses pengendapan, lumpur yang mengendap di

    decalcified di pompa menuju ke bak sludge tickner, sedangkan air limbah akan

    mengalir dan di tampung di bak middle dengan kapasitas 2200 m3 sebelum di pompa

    ke cooling tower dan di masukan ke cass tank.

    Cooling tower difungsikan pada saat air dari middle tank memiliki suhu lebih dari

    38o c untuk proses pendinginan karena apabila suhu terlalu tinggi maka di kawatirkan

    akan menggangu proses lumpur aktif di cass tank.

  • Untuk mengatasi polusi bau PT RUM telah memasang mesin kendali bau bau

    gas yang disebut mesin Wet Scrubber bekerja seperti yang ada pada diagram di

    bawah ini.

    1. Gas H2S dari hasil produksi masuk ke Tangki Wet Scrubber T01, T02, dan T03.

  • 2. Pada tangki T01, T02, dan T03 harus sudah terisi Alkali/Caustic, diawali dari

    Tangki T03 mencapai titik di ketinggian 1,5 m, sehingga 3 Tangki akan terisi

    Alkali/Caustic dengan ketinggian 1,5 m pada masing-masing Tangki.

    3. Pada saat Gas H2S sudah mulai masuk ke Tangki T01 , maka Alkali / Caustic

    (NaOH) dipompakan dari Tangki bawah ke atas dengan System Spray

    (disemprotkan) secara terus-menerus dari Tangki T01, T02, dan T03.

    4. Setelah proses dalam 3 tangki maka sisa Gas bersih hasil proses Wet Scrubber

    masuk Flueduct, Selanjutnya dilepas lewat Chimney.

    5. Gas yang keluar lewat Chimney telah melalui monitoring CEMS sesuai dengan

    Baku Mutu Industri Serat Rayon.

    6. Dalam proses Wet Scrubber, Alkali akan mengalami kejenuhan dalam waktu

    ±8 jam, akan menghasilkan cairan NaHS yang akan ditampung di tangki

    (T102A & T102B) selanjutnya dikelola oleh pihak ketiga.

    7. Tangki T01 akan disuplay lagi dengan Alkali/Caustic (NaOH) baru (dari Tangki

    Caustic) diproses lagi secara bergantian untuk 3 Tangki ( T01, T02, dan T03).

    8. Selalu dilakukan Control secara terus menerus selama 24 jam agar kondisi

    tetap stabil sesuai dengan Standar Baku Mutu .

    Pemasangan Wet Scrubber atau alat pengendali pencemaran udara yang

    berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang terbawa dalam gas

    secara signifikan telah berhasil mengurangi bau tidak sedap. Per tanggal 17

    oktober 2018 emisi gas 0,71, bisa dimonitor setiap saat jauh dibawah ambang

    batas.

    Saat ini pabrik masih dalam upaya uji coba peralatan dan sedang mencari

    kinerja optimum alat tersebut, jika masih mengeluarkan bau adalah sesuatu yang

    wajar namun diupayakan agar bau tersebut tidak mengganggu warga.

  • Pengelolaan Limbah B3

    Penanganan limbah B3 di PT RUM dilakukan sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundangan yang berlaku. Gambar-gambar di bawah ini menjelaskan

    bagaimana limbah B3 itu dikelola.

  • Dokumen-dokumen Pengelolaan Limbah PT RUM

  • 2.3. Pengelolaan Limbah di PT KGS

    PT Kesindo Grand Sejahtera adalah perusahaan yang dijadikan pembanding

    dalam pengelolaan limbah di lingkungan kabupaten Sukoharjo. Proses pengelolaan

    limbah di PT KGS adalah sebagai berikut:

    Proses Pertama (1) limbah ditampung di empat penampungan limbah cair yang

    dihasilkan oleh proses produksi.

    Proses Kedua (2), dilakukan pemisahanantara air dengan zat warna

    menggunakan zat kapur

    Proses ketiga (3), proses penetralan Ph yaitu memisahkan air bersih dengan

    lumpur menggunakan SPT/Asam Sulfat.

    Proses keempat (4), Proses pengendapan flok dengan polimer

    Proses kelima (5), pengendapkan lumpur dan memisahkan lumpur dari air

    bersih

    Proses keenam (6) lumpur yang ditampung penampungan lumpur selanjutnya

    diproses menjadi lumpur padat.

    Proses ketujuh (7), mesin pres digunakan untuk memadatkan lumpir dan hasil

    akhir yang diperoleh adalah lumpur kering.

  • BAB III

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    Kesimpulan

    PT Sritex Tbk telah mengikuti semua ketentuan peraturan perundangan

    yang berkaitan dengan pegelolaan lingkungan. Sejak tahun 2010

    hingga 2018PT Sritex Tbk mendapatkan Proper Biru.

    Kualitas pengelolaan limbah telah memenuhi persyaratan dan baku

    mutu limbah yang dihasilka masih di bawah ambang batas.

    PT RUM telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan ole Pemerintah

    Kabupaten Sukoharjo yaitu:

    1. pemasangan mesin kendali bau gas yg disebut mesin Wet Scrubber,

    2. memasang alat berbasis komputer yang memantau secara terus-

    menerus atas keluaran gas di cerobong atau disebut CEMS

    (Continuous Emission Monitoring System).

    3. pipanisasi keluaran hasil olahan limbah cair yang sudah sesuai baku

    mutu, dari pabrik hingga sungai.

    Saat ini PT RUM sedang melakukan ujicoba pemaangan Wet Scrubber

    dan CEMS (Continues Emission Monitoring System) masih terbuka

    kemungkinan munculnya bau tidak sedap.

    Kemunculan bau tidak sedap sedang diatasi dengan melakukan

    kalibrasi Wet Scrubber.

    Rekomendasi

    PT Sritex harus lebih peka dan peduli pada persoalan limbah dan

    lingkungan karena reputasi Sritex sebagai perusahaan yang berhasil

    melakukan penetrasi pasar di tingkat global.

    PT Sritex perlu upaya ekstra untuk naik kelas dalam hal pengelolaan

    lingkungan yang semula Proper Biru menjadi Proper Emas agar dapat

    menjadi Benchmark pengelolaan lingkungan untuk industry tekstil

    terpadu.

  • PT RUM secepatnya menyelesaikan persoalan limbah dengan

    melakukan studi banding dan mendapatkan benchmark the best

    practice pengelolaan limbah di industry rayon.

    Pemerintah Kabupaten Sukoharjo perlu membuat model pengelolaan

    lingkungan dengan membentuk Sekretariat Bersama Pengelolaan

    Lingkungan Hidup di yang beranggotakan Dinas Lingkungan Hidup

    Provinsi Jawa Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta, Dinas

    Lingkungan Hidup Kab. Sukoharjo, dan Dinas Lingkungan Hidup

    Kabupaten Karanganyar yang melakukan sinergi dan koordinasi dalam

    menangani persoalan lingkungan di wilayah yang telah ditetapkan

    sebagai sentra industry tekstil dengan payung hukum Peraturan

    Gubernur.

    Pemerintah Daerah setempat harus proaktif melakukan pencegahan

    pencemaran dengan bersikap proaktif melakukan monitoring

    pengelolaan lingkungan.

    Perlu ada inovasi dan terobosan pengelolaan limbah yang diprakarsai

    oleh Pemerintah Daerah melalui pilot project pengelolaan lingkungan

    agar limbah di bawah ambang batas, dan tidak mengganggu

    ekosistem dan aktivitas masyarakat.

  • BAB IV

    PENUTUP

    Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke lokasi PT Sritex

    Tbk. Diharapkan laporan ini menjadi acuan pelaksanaan fungsi pengawasan

    khususnya di bidang lingkungan dan limbah.

    Jakarta, 26 Oktober 2018

    Tim Kunjungan Kerja Spesifik Panja

    Limbah dan Lingkungan

    Komisi VII DPR RI

    Ketua Tim,

    Muhammad Nasir