25
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA PEMBUATAN EKSTRAK DENGAN MASERASI Disusun Oleh kelompok R-1 Kinanthi Marsalita Irine Prabandari 132210101002 Qurnia Wahyu Fatmasari 132210101004 Wirawan Deni 132210101006 Fikriatul Hidayah 132210101010 Zulfiah Nur Fajriani 132210101012 Ayunda Nur Hidayatingingsih 132210101014 Mia Rahmaniah 132210101016 Elok Faiqo Hasani 132210101018 Erlita Dinda N. I. 132210101020 Fergi Rizkhaltum F. 132210101022 Wilda Yuniar 132210101024 Meylani Nur Riskiana 132210101026

LAPORAN MASERASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: LAPORAN MASERASI

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PEMBUATAN EKSTRAK DENGAN MASERASI

Disusun Oleh kelompok R-1

Kinanthi

Marsalita Irine Prabandari 132210101002

Qurnia Wahyu Fatmasari 132210101004

Wirawan Deni 132210101006

Fikriatul Hidayah 132210101010

Zulfiah Nur Fajriani 132210101012

Ayunda Nur Hidayatingingsih 132210101014

Mia Rahmaniah 132210101016

Elok Faiqo Hasani 132210101018

Erlita Dinda N. I. 132210101020

Fergi Rizkhaltum F. 132210101022

Wilda Yuniar 132210101024

Meylani Nur Riskiana 132210101026

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: LAPORAN MASERASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

- Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan ekstrak nabati dengan maserasi.

- Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan ekstrak nabati dengan maserasi.

1.2 Latar Belakang

Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut

dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000).

Tujuan ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian tanaman

obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada

tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang

mudah larut dalam pelarut organik (Adrian, 2000).

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan meliputi :

- Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung dipanaskan dengan

pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel

yang tebal.

- Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk maserasi dilakukan

dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan

dan uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari

simplisia.

Cara-cara ekstraksi, antara lain adalah:

a. Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur

kamar terlindung dari cahaya (Adrian, 2000).

Page 3: LAPORAN MASERASI

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia

yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Adrian,

2000).

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara memasukkan simplisia yang sudah

diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi

yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup

dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-

ulang diaduk. Setelah 3 hari, disaring kedalam dalam bejana penampung, kemudian

ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian

disaring lagi hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan

pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan

dan filtratnya dipekatkan (Adrian, 2000).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan, kerugian cara maserasi adalah

pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Adrian, 2000).

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya (Adrian, 2000):

Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada

suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat

aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara

lain kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-

lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan

tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan, koefisien difusi

berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga

kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif

akan meningkat bila suhu dinaikkan.

Maserasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus, waktu proses maserasi

dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

Remaserasi

Page 4: LAPORAN MASERASI

Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari

pertama, sesudah dienaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan

penyari yang kedua.

Maserasi melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak

dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan

melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini adalah

aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas, cairan penyari akan didistribusikan secara

seragam, sehingga akan memperkecil kepekatan setempat dan waktu yang diperlukan

lebih pendek.

Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena

pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas

dengan maserasi melingkar bertingkat.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara

lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya

kapiler dan daya gesekan (friksi) (Tobo, 2001).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk

menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator

disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa

perkolasi(Tobo, 2001).

Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut : 10 bagian simplisia atau

campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5

bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama

3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan

hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai menetes dan di atas

simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perkolator ditutup dan dibiarkan selama

24 jam (Tobo, 2001).

Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Tobo, 2001) :

Page 5: LAPORAN MASERASI

Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan

larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan

konsentrasi.

Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir

cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut

cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan

konsentrasi.

Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara perkolasi

diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak

dalam kadar yang maksimal (Tobo, 2001).

Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator berbentuk

paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan perkolator bergantung pada jenis serbuk

simplisia yang akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang

larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan

segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah

cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut,

pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi (Tobo,

2001).

c. Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari

dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul cairan oleh

pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam klonsong dan selanjutnya masuk

kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung

hingga proses penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari

yang melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan

noda lagi (Adrian, 2000).

Keuntungannya cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan lebih pekat. Penyarian

dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa menambah volume cairan penyari.

Kerugiannya : larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan

pemanasan kurang cocok (Adrian, 2000).

Page 6: LAPORAN MASERASI

Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas namun proses

ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin (Tobo,

2001).

Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang

kemudian dimasukkan ke dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa

(tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh lebih dari pipa sifon). Selanjutnya labu alas bulat

diisi dengan cairan penyari yang sesuai kemudian ditempatkan di atas water bath atau

heating mantel dan diklem dengan kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel dipasang

pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk

membasahkan sampel yang ada dalam klonsong (diusahakan tidak terjadi sirkulasi). Setelah

itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan

pemanas dilanjutkan hingga terjadi proses ekstraksi zat aktif sampai sempurna (biasanya 20

– 25 kali sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada alat rotavapor

(Adrian, 2000).

d. Refluks

Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara

kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia. Cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami

kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat

sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan dilakukan 3

kali dalam waktu 4 jam (Adrian, 2000).

Keuntungan metode refluks (Adrian, 2000) :

Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang

lebih pekat.

Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat menyari zat

aktif lebih banyak.

Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang mempunyai

komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti

akar, batang, buah/biji dan herba (Adrian, 2000).

Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang kemudian

dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut organik misalnya metanol

Page 7: LAPORAN MASERASI

sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm diatas permukaan simplisia, atau 2/3

dari volume labu kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada water bath atau

heating mantel lalu kondensor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem

pada statif. Aliran air dan pemanasan (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut

yang digunakan. Setelah 3 jam dilakukan penyaringan filtratnya ditampung dalam wadah

penampung dan ampasnya ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi

dilakukan sebanyak 3 – 4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan

alat rotavapor, kemudian dilakukan pengujian selanjutnya (Adrian, 2000).

e. Destilasi Uap Air

Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung

komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan

biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka

penyarian dilakukan dengan destilasi uap (Tobo, 2001).

Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan

diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu sistem, sehinggga produk akan

terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata suatu

proses penguapan pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke suatu media yang

bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus ke

dalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya

akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui antar fase. Proses ini disebut hidrodifusi

(Tobo, 2001). 2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami

perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak, baik

sebagai bahan obat atau produk. Berdasarkan hal tersebut, maka simplisia dibagi menjadi tiga

golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Untuk

menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari cemaran, pada umumnya melakukan

tahapan kegiatan yaitu seperti, sortasi basah, pencucian, peranjangan, pengeringan, sortasi kering,

dan penyimpanan.

Page 8: LAPORAN MASERASI

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula

berada di dalam sel tanaman ditarik oleh cairan hayati. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan

beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah tanaman dan daya penyesuaian dengan tiap

macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari tanaman. Sifat dari

bahan mentah tanaman merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memperoleh

metode ektraksi ( Harbone.J.B,1999 ). Pada umumnya peyarian akan bertambah baik apabila

permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari luas. Metode penyarian yang

umum digunakan yaitu maserasi, perkolasi, soxhcletasi, dan sebagainya. Pemilihan disesuaikan

dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik ( Anonim, 1986 ).

2.4 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia

menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus

menjadi serbuk. Penyari dengan etanol dengan cara maserasi atau perkolasi (Anonim, 1979).

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan awal,

bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara masih perlu diproses lagi

menjadi fraksi-fraksi, isolat tunggal atau campuran ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi

berarti ekstrak yang berada dalam sediaan obat yang siap digunakan oleh konsumen (Anonim,

2000).

2.5 Metode Ekstraksi

2.5.1 Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua

pelarut tertarik dengan sempurna ( exhaustive extraction ), umumnya dilakukan pada suhu kamar.

Tahapn perkolasi yaitu penetesan pelarut serta penampungan perkolatnya hingga didapat volume

1 sampai 5 kali jumlah bahan. Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi

selektifitas pelarut, kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus

karena dapat pori-pori saringan perkolator (Depkes RI,2000).

Page 9: LAPORAN MASERASI

Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkolator) yang

memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara

kontinyu dari atas akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa

serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi

bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia,

maka pada perkolasi memungkinkan terjadinya ekstraksi total (Voight, 1995).

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan cara maserasi, karena :

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan

yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan

penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk

mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meingkatkan perbedaan konsentrasi.

2.5.2 Maserasi

Maserasi adalah metode ekstraksi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi,

menggunakan pelarut yang direndam pada simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu

pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik. Cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar

sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar, sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi.

Kekurangan metode ini, butuh waktu yang lama dan memerlukan pelarut dalam jumlah banyak.

Sedangkan keuntungannya adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan

mudah diusahakan.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah

larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan bahan sejenis yang mudah

mengembang. Bila cairan penyari yang digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang,

dapat ditambahkan pengawet pada awal penyarian.

Maserasi dapat dimodifikasi dengan beberapa metode yaitu digesti, maserasi dengan

pengaduk, remaserasi, maserasi melingkar.

2.5.3 Soxhlet

Page 10: LAPORAN MASERASI

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan

dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Soxhlet dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi

diletakkan dalam kantung ekstraksi. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan

diantara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan pipa. Labu

tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik

melalui pipet yang berkondensasi di dalamnya. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan

setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan

demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya

(Voight, 1995).

2.5.4 Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat

termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI, 2000).

Page 11: LAPORAN MASERASI

BAB II

METODE KERJA

1.

2.

3.

3.1. PEMBUATAN EKSTRAK DENGAN MASERASI

Alat

Maserator

Corong Buchner

Cawan Porselen

Penangas Air

Rotavapour (Penguap berputar)

Pipa Penghisap

Seperangkat Alat gelas

Bahan

Simplisia Daun Jambu Biji

Etanol

3.2. Cara Kerja

250 mg serbuk kering dimasukkan ke dalam maserator, ditambahkan etanol 96

% sebanyak 7½ kali bobot serbuk dan diaduk

Dibiarkan termaserasi selama 5 hari dalam maserator tertutup dengan

pengadukan setiap hari

Page 12: LAPORAN MASERASI

Maserat disaring dari ampas dengan corong buchner, lalu maserat di

endapkan selama 2 hari

Maserat dipisahkan dari endapan dengan hati-hati. Maserat di uapkan dalam cawan porselen diatas penangas air atau dengan penguap berputar (rotavapour)

sehingga diperoleh ekstrak kental

Ekstrak kental di endapkan kembali dengan ditambahkan etanol berlebih dan

didiamkan selama 2 hari

Disari dengan bantuan pipa penghisap

Page 13: LAPORAN MASERASI

BAB III

HASIL PENGAMATAN

Data yang diperoleh pada pembuatan ekstrak dengan maserasi :

MEDIA JUMLAH

Berat Cawan 51,97 gram

Berat Cawan + Ekstrak 65, 16 gram

Berat Ekstrak 12,19 gram

Perhitungan Rendemen :

% Rendemen= Berat ekstrakBerat simplisia

x 100 %

¿12,19 gram100 gram

x100 %

¿12,19 %

Page 14: LAPORAN MASERASI

BAB IV

PEMBAHASAN

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam

simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam

pelarut. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses

ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam

dan di luar sel.

Prinsip dari maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama lima hari pada temperatur kamar

terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan

larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan

yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan

konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan

pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan

filtratnya dipekatkan.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama

dan penyariannya kurang sempurna.

Pada praktikum kali ini, ekstraksi yang dilakukan dengan metode maserasi memiliki

beberapa tahapan diantaranya perendaman simplisia, pengadukan, penyaringan dan penguapan

Page 15: LAPORAN MASERASI

maserat. Perendaman simplisia dilakukan dengan cara merendam 250 gram serbuk dengan etanol

96% dalam maserator. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96% karena zat aktif yang akan

diambil larut dalam pelarut polar sehingga maserasi yang dilakukan menggunakan pelarut polar.

Perendaman dilakukan selama 5 hari bertujuan agar pelarut dapat menarik senyawa yang akan

diambil ke luar dinding sel dan larut dalam pelarut etanol 96%. Perendaman dilakukan dengan

cara pengadukan yang bertujuan untuk memperbesar luas permukaan yang bersentuhan dengan

serbuk sehingga semua serbuk dapat terkena pelarut dan senyawa aktif dalam larut dalam pelarut

yang digunakan. Tujuan lain dari pengadukan adalah untuk memperluas kontak antara serbuk

simplisia dengan cairan penyari sehingga timbul gaya adhesi antara serbuk simplisia dan cairan

penyari. Adanya gaya adhesi ini menyebabkan cairan dapat membasahi simplisia sehingga

melarutkan zat aktif yang terkandung di dalamnya.

Maserasi dilakukan selama 5 hari dan kemudian dilakukan penyaringan menggunakan

corong Buchner. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan maserat dengan endapan sehingga

akan didapatkan maserat yang telah mengandung zat aktif. Maserat kemudian diuapkan dengan

rotavapour. Proses ini dilakukan hingga seluruh cairan penyari menguap dan diperoleh ekstrak

kental. Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan

pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di

bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan

pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi

menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu penampung. Prinsip

ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan langkah kerja dalam

pembuatan ekstrak dengan maserasi meliputi :

Pengadukan atau Pengocokan

Pengadukan atau pengocokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan dengan arah, goncangan,

dan kecepatan yang konstan.

Suhu pemanasan

Page 16: LAPORAN MASERASI

Suhu pada saat pemanasan harus sesuai dengan pedoman yaitu sekitar 600C agar hasil yang

didapatkan bisa optimal.

Pemerasan yang maksimal

Pemerasan yang maksimal mampu mendapatkan hasil ekstrak yang banyak dan mengurangi

penambahan air dari luar.

Serbuk simplisia yang sesuai dengan ayakan

Apabila serbuk terlalu kecil maka proses penyaringan tidak maksimal sehingga

mempengaruhi hasil ekstrak.

Dalam pengerjaannya harus tetap dijaga

Agar dapat mencatat data yang akurat.

Air waterbath harus selalu terisi

Air waterbath sangat berperan penting terhadap pemanasan cairan ekstrak, sehingga

waterbath harus selalu terisi air.

Page 17: LAPORAN MASERASI

BAB V

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

2.2 Saran

Untuk metode penyarian dengan cara maserasi, pengadukan atau pengocokan yang

dilakukan sebaiknya dilakukan dengan goncangan dan kecepatan yang konstan.Suhu pada saat

pemanasan harus sesuai dengan pedoman yaitu sekitar 600C agar hasil yang didapatkan bisa

optimal. Pemerasan yang maksimal mampu mendapatkan hasil ekstrak yang banyak dan

mengurangi penambahan air dari luar. Serbuk simplisia sebaiknya sesuai dengan ayakan, apabila

serbuk terlalu kecil maka proses penyaringan tidak maksimal sehingga mempengaruhi hasil

ekstrak. Dalam pengerjaannya harus tetap dijaga dan diperhatikan, agar dapat mencatat data yang

akurat. Air dalam waterbath harus selalu terisi, karena air waterbath sangat berperan penting

terhadap pemanasan cairan ekstrak, sehingga waterbath harus selalu terisi air.

Page 18: LAPORAN MASERASI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1999 : Senna siamea – a widely used legume tree. Fact Sheet

J. B. Harbone. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.

Penerbit ITB. Bandung.

Senjaya, Y. A dan Surakusumah, W. 2008. Potensi Ekstrak Daun Pinus (Pinus merkusii jungh. et

de Vriese) Sebagai Bioherbisida Penghambat Perkecambahan Echinochloa colonum l. dan

Amaranthus viridis. Jurnal Perennial. 4(1) : 1-5.

Tobo, Fachruddin, (2001), Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia, Laboratorium  Fitokimia

Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.