31
LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA MASERASI Curcuma aerugenusa oleh kelompok 6 1. Meyna Sulistyaningrum M3511037 2. Nina Anindyawati M3511040 3. Okky Mareta M3511042 4. Pebri Andriyanto M3511043 5. Pratiwi Hening P M3511044 6. Previ Rahma A M3511045

LAPORAN MASERASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN MASERASI

LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA

MASERASI Curcuma aerugenusa

oleh

kelompok 6

1. Meyna Sulistyaningrum M3511037

2. Nina Anindyawati M3511040

3. Okky Mareta M3511042

4. Pebri Andriyanto M3511043

5. Pratiwi Hening P M3511044

6. Previ Rahma A M3511045

D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Page 2: LAPORAN MASERASI

2011

MASERASI

Curcuma aerugenusa

I. TUJUAN

1. Mahasiswa diharapkan mampu membuat serbuk dengan derajat

kehalusan tertentu.

2. Mahasiswa diharapkan memahami dan mampu melakukan penyarian

bahan

3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kontrol kualitas terhadap

ekstrak.

4.

II. DASAR TEORI

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Anonim,1995).

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari

bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan

kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi digunakan untuk penyarian

simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,

tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak

mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi dilakukan dengan merendam

Page 3: LAPORAN MASERASI

serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat

berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. (Sidik dan Mudahar, 2000).

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan

terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.

Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia

dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian

dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari

terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai,

ampas diperas. Pada ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan

diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,

dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan

dipisahkan.

Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan

konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil

penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini

dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut

dalam cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain.

(Sarwi. 2010)

Modifikasi maserasi antara lain:

1. Remaserasi.

Cairan penyari dibagi menjadi dua. Seluruh serbuk dimaserasi dengan

cairan pertama. Kemudian filtrat yang didapat dituang dan diperas. Kemudian

dimaserasi lagi dengan cairan penyari kedua.

2. Digesti.

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,

yaitu pada suhu 400-500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk

simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan

diperoleh keuntungan antara lain:

Page 4: LAPORAN MASERASI

A. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan

berkurangnya lapisan-lapisan batas.

B. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga

pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.

C. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan

berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan

berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat

bila suhu dinaikkan.

D. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan,

maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap

kembali ke dalam     bejana.

3. Maserasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu proses

maserasi dapat disingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

4. Maserasi melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar aturan penyari

selalu bergerak mrnyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara

berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

Keuntungan cara ini:

a) Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas

b) Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan memperkecil

kepekatan stempat

c) Waktu yang diperlukan lebih pendek

5. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilakukan secara sempurna,

karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah

ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat. (M.M.B), yang akan

didapatkan :

Page 5: LAPORAN MASERASI

1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai

dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut

dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.

2. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan

penyarian.dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan

hasil penyarian yang maksimal

(Anonim. 1986)

Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan

memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu

mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan

sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan,

khususnya campuran etanol-air. Etanol (70%) sangat efektif dalam menghasilkan

jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan penganggu hanya skala kecil

yang turut ke dalam cairan pengekstraksi (Voight, 1994).

Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari

adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan seba gai penyari

karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas,

tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada

segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit

(Anonim, 1986).

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida,

kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak,

malam , tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu

yang terlarut hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian biasanya

menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air

tergantung pada bahan yang disari (Anonim, 1986).

Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) L.)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Page 6: LAPORAN MASERASI

Kelas : liliopsida

Ordo : Zingiberaceae

Famili : Curcuma

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma aeruginosa

Temu Hitam ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) Terdapat di Burma,

Kamboja, Indocina, dan menyebar sampai ke Pulau Jawa. Selain ditanam di

pekarangan atau di perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di

hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400–750 m dpl. Terna

tahunan ini mempunyai tinggi 1–2 m, berbatang -semu yang tersusun atas

kumpulan pelepah daun, berwarna hijau atau cokelat gelap. Daun tunggal,

bertangkai panjang, 2–9 helai. Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai

lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau

tua dengan sisi kiri – kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang

berwarna merah gelap atau lembayung, panjang 31–84 cm, lebar 10–18 cm.

Bunganya bunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari

rimpang, panjang tandan 20–25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-

kantong daun pelindung yang besar, pangkal daun pelindung berwarna putih,

ujung daun pelindung berwarna ungu kemerahan. Mahkota bunga berwarna

kuning. Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi batang. Rimpang juga

bercabang-cabang. Jika rimpang tua dibelah, tampak lingkaran berwarna biru

kehitaman di bagian luarnya. Rimpang temu hitam mempunyai aroma yang khas.

Perbanyakan dengan rimpang yang sudah cukup tua atau pemisahan rumpun.

Rimpang temu hitam mengandung minyak asiri, tanin,

kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion,

kurkumalakton, germakron, a, ß, g-elemene, linderazulene,

kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurkumin.

Susut Pengeringan

Page 7: LAPORAN MASERASI

Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang

selama proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi

juga senyawa menguap lain yang hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan

pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan

dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri).

susut pengeringan =

Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut

organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu

kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka

sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.(Siskha,2008)

Parameter Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C

terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat

adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam

piknometer, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada

suhu 25º C (anonim, 1995)

Uji kelengketan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sesuatu dapat

melekat pada kulit (Triayu, 2009)

Organoleptis

Uji organoleptik didasarkan pada kegiatan penguji-penguji rasa

(panelis) yang pekerjaannya mengamati, menguji, dan menilai secara

organoleptik. Sensoris berasal dari kata “sense” yang berarti timbulnya rasa, dan

timbulnya rasa selalu dihubungkan dengan panca indera. Leptis berarti

menangkap atau menerima. Jadi pengujian sensoris atau organoleptik mempunyai

pengertian dasar melakukan suatu kejadian yang melibatkan pengumpulan data-

Page 8: LAPORAN MASERASI

data, keterangan-keterangan atau catatan mekanis dengan tubuh jasmani sebagai

penerima.

Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari

rasa, bau/ aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat

makanan dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah hasil dari sejumlah faktor

pengamatan yang masing-masing mempunyai sifat tersendiri. (Madbardo,2010)

Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran

menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja

berdasarkan prinsip ini.

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada

kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase

yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran

sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen

yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang

mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau

kombinasi cairan padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).

Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-

komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda

bergerak pada laju yang berbeda Proses kromatografi juga digunakan dalam

metode pemisahan komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes

menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi

dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent

yang digunakan.

FASE DIAM

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis

silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau

Page 9: LAPORAN MASERASI

plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam

untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana

dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau

campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah

alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki

gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa

untuk alumina.

FASE GERAK

Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting

pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam

(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan

terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam

tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan.

Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau

campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak

digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.

Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang

bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari

ikatannya dengan alumina (jel silika). Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke

atas pada lempengan itu tergantung pada bagaimana kelarutan senyawa dalam

pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul

senyawa dengan pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya

jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan

jel silika. (Haqiqi,2008)

Page 10: LAPORAN MASERASI

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT

a. Toples kaca 1 buah

b. Corong glass 1 buah

c. Gelas beker 1 buah

d. Kayu pengaduk 1 buah

e. Gelas ukur 1 buah

f. Rotatory Evaporator 1 buah

g. Kain flanel 1 buah

h. Cawan penguap 5 buah

i. Waterbath 1 buah

BAHAN

a. Serbuk simplisia Curcuma aerugenusa 100 gram

b. Etanol 70% 750 mL

c. Kertas saring 2 buah

Page 11: LAPORAN MASERASI

IV. CARA KERJA

Pembuatan Serbuk Simplisia

diperas

diuapkan

Simplisia kering temuireng

Blender

Penganyak No. 40/80

Serbuk simplisia

kunyit

Etanol 70% 750ml

Bejana maserasi

ToplesKain Flanel

Serbuk halus temuireng 100g

Hasil maserasi

Rotary Evaporation

Ekstraks kunyit agak cair

Page 12: LAPORAN MASERASI

3. Kontrol kualitas ekstrak

a. Rendemen

Hasil

Timbangan

Ekstrak Temuireng

Botol atau pot

Hasil

TimbanganBotol atau pot

Page 13: LAPORAN MASERASI

b. Susut pengeringan

Organoleoptis

Sampai bobot tetap

Timbangan

Oven

Ekstrak temuireng 1g

Botol Timbang

Timbangan

OvenBotol Timbang

Ekstrak Temuireng

Diamati Dicatat hasil

Page 14: LAPORAN MASERASI

c. uji kelengketan

Kaca A

Ekstrak Temuireng

Kaca B

Dihitung waktu

Dijepit pada alat

Beban dilepas

Beban 1 gram

Page 15: LAPORAN MASERASI

d. Uji KLT

Dikeringkan & diamati

Di amati

disemprot

di amati

di amati

Ekstrak

Plat KLT

Eter : Aseton = 3 : 7

Bercak hijau

Plat 1

Sinar UV 254 dan UV 366

Muncul warna hijau - ungu

Reagen lieberman burchad

Sinar UV 254 dan 366

Plat 2

Sinar UV 254 dan UV 366

Muncul warna hijau-ungu

Reagen dragendrof

Sinar UV 254dan UV 366

Bercak hijau tipis

Page 16: LAPORAN MASERASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Penyerbukan : 100 gram serbuk simplisia dengan derajat halus 40/80.

Ekstraksi : diperoleh 17,27 gram ekstrak kental.

Kontrol Kualitas Ekstrak :

1. Rendemen yang dihasilkan

% rendemen = x 100%

= 17,27 %

2. Susut Pengeringan

Botol Timbang = 27,29 gram

Berat ekstrak = 1 gram

Berat ekstrak dalam botol timbang mula- mula 28,29 gram

Berat ekstrak dalm btol timbang dengan bobot tetap 27,81 gram

% susut pengeringan = x 100%

= 48%

3. Organoleptis

Bentuk : Semi padat, kental, lengket

Warna : Coklat tua

Bau : Khas temu hitam

4. Uji Kelengketan

1. 1,92 detik

2. 1,79 detik

3. 1,71 detik

Page 17: LAPORAN MASERASI

Sehingga rata-ratanya 1,8067 detik

5. Kromatografi Lapis Tipis

Panjang Plat adalah 7cm.

Sebelum di semprot dengan reagen, plat pada KLT:

KLT I berwarna ungu (1,5cm) dan hijau (3cm)

KLT 2 berwarna ungu (3,3cm) dan hijau (5,7 cm)

Setelah disemprot :

KLT 1 dengan reagen Lieberman Buchart, diperoleh

Bercak hijau sepanjang 2,7 cm.

KLT 2 dengan reagen dragendorf dan diperoleh:

Paling atas (a): 5 cm

Tengah (b): 2,7 cm

Paling bawah (c) : 1 cm

PEMBAHASAN

Langkah awal metode maserasi adalah penyerbukan. Simplisia diserbuk

dengan menggunakan blender hingga cukup halus. Simplisia yang telah diblender

di ayak dengan ayakan no.40 hingga semuanya lolos, jika ada yang tidak lolos

dihaluskan lagi. Setelah itu diayak lagi dengan ayakan no.80 . untuk proses serbuk

ini simplisia tidak boleh diserbuk terlalu halus karena jika terlalu halus akan

merusak dinding sel sehingga zat nya rusak. Kemudian hasilnya dimasukkan

dalam plastik klip dan diberi label lalu disimpan di eksikator.

Pada praktikum kali ini metode yang digunakan untuk pengambilan

metabolit sekunder dengan cara maserasi. Pertama-tama ditimbang 100 gram

serbuk simplisia, lalu dimasukkan ke dalam toples kaca, diberi alkohol 70%

sebanyak 750 mL. Kemudian dimaserasi selama 1 hari, pada 2 jam pertama

serbuk dan cairan penyari terus diaduk agar simplisia dapat tersari dengan

sempurna. Idealnya, maserasi dilakukan selama 5 hari, namun karena keterbatasan

waktu maka hanya dilakukan selama 1 hari. Etanol 70% dipilih karena etanol

dapat menghambat kerja enzim (kerja enzim dapat menginaktifkan zat aktif),

Page 18: LAPORAN MASERASI

bukan media yang baik bagi mikrobakteria untuk berkembang sehingga

kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri kecil, memperbaiki stabilitas zat aktif

yang terlarut selain itu etanol 70% dapat melarutkan curcumin dan alkanoid secara

optimal.

Prinsip kerja dari maserasi adalah cairan penyari yang digunakan akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

zat aktif di dalam sel dengan luar sel, maka larutan yang terpekat di desk keluar.

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan diluar sel dan di dalam sel.

Setelah 1 hari hasil maserasi diserkai dengan menggunakan kain flanel. Filtrat

yang telah didapat dipekatkan dengan rotatory evaporator. Karena keterbatasan

waktu penguapan hanya berjalan selama 2,5 jam. Dari 750 mL filtrat didapat

ekstrak agak kental sebanyak 250 mL. Setelah itu untuk mempercepat ekstrak

dikentalkan menggunakan waterbath. Hasil yang diperoleh di simpan dalam pot

salep yang sebelumnya telah ditara, kemudian bersama pot salep hasil ditimbang.

Sehingga diperoleh ektrak kental Curcuma aeruginosa dengan berat 17,27 gram.

Susut pengeringan dilakukan untuk memberikan batasan maksimal tentang

besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Prinsip kerjanya adalah

pengeringan di oven pada suhu 1050C selama 15 menit atau sampai berat konstan.

Hasil persentase dari susut pengeringan ini adalah 48% berarti senyawa yang

hilang dalam proses pengeringan maksimal adalah 48%. Hal ini menunjukkan

ekstrak yang dihasilkan kurang maksimal karena kandungan zat aktif yang ada

banyak yang menguap.

Parameter bobot jenis bertujuan untuk memberi batasan tentang besarnya

massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai

kental yang masih bisa dapat dituang dan memberikan gambaran kandungan

kimia terlarut. Namun uji ini tidak dilakukan pada ekstak Curcuma aeruginosa

karena ekstrak ini kental dan akan menempel pada dinding piknometer.

Page 19: LAPORAN MASERASI

Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui wujud fisik dari temuireng. Dari

hasil uji didapatkan pemerian temuireng berwarna coklat tua, bentuk semi-padat

dan berbau khas temu hitam.

Uji kelengketan berguna untuk mengetahui kelengketan suatu ekstrak.

Ekstrak semakin kental akan semakin bagus kualitasnya namun jika terlalu kental

tidak bagus. Ekstrak diteteskan ke objek glass lalu ditutup dengan objek glass lalu

diberi beban 1kg, didiamkan selama 5 menit, dihitung waktu lepasnya objek glass

semenjak beban dilepaskan. Hasil rata-rata dari uji kelengketan adalah 1,8067

detik.

Kromatografi lapis tipis bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dalam

suatu tanaman secara kualitatif. Pertama-tama plat digaris 1 cm dari atas dan

bawah kemudian ditotolkan ekstrak yang telah ditetesi aseton (2 tetes) 2 totol

menggunakan pipa kapiler. Kemudian plat dimasukkan ke dalam bejana

pengembang yang berisi eter dan aseton dengan perbandingan 3:7. Kemudian

ditunggu hingga mengembang dengan jarak pengembangan 7 cm. Kemudian plat

dikeringkan dan di amati dengan menggunakan sinar UV 254 dan UV 366.

Setelah di amati muncul adanya bercak warna hijau sampai ungu , kemudian

disemprot dengan lieberman burchad untuk mendeteksi warna bercak kemudian

di amati lagi di bawah sinar UV 254 dan UV 366. Setelah dilihat ada bercak

berwarna hijau. Hasil identifikasi terpenoid akan positif jika berecak berwarna

biru sampai ungu, namun pada uji KLT dihasilkan bercak warna hijau. Hal ini

menunjukkan tidak adanya zat terpenoid dalam ekstrak tersebut. Plat yang kedua

diperlakukan sama seperti pada plat ke 2, di masukkan dalam bejana pengembang

hingga jarak pengembangan 7 cm. Kemudian dilihat di sinar UV 254 dan UV 366.

Setelah dilihat terlihat bercak berwarna hijau sampai ungu. Kemudian disemprot

dengan pereaksi dragendrof, dilihat lagi di bawah sinar UV 254 dan UV 366,

terlihat adanya bercak warna hijau. Padahal hasil identifikasi alkaloidakan

menimbulkan bercak berwarna coklat jingga berlatar belakang kuning. Hal ini

menunjukkan tidak adanya kandungan zat alkaloid di dalam ekstrak tersebut.

Menurut literatur, dalam temu ireng terdapat saponin, tanin, curcumin,

alkanoid dan minyak atsiri. Namun bila senyawa ini tidak terdeteksi kemungkinan

Page 20: LAPORAN MASERASI

terdapat kesalahan dalam praktikum. Seperti serbuk yang terlalu halus sehingga

merusak sel. Selain itu maserasi yang kurang maksimal (hanya dilakukan sehari,

padahal di buku petunjuk 5 hari) sehingga ekstrak yang dihasilkan tidak

maksimal. Padahal maserasi sendiri saja hanya dapat menyari metabolit sekunder

hanya sebanyak 50 % dari jumlah senyawa yang ada.

VI. KESIMPULAN

1. Rendemen yang dihasilkan pada pengambilan ekstrak temu hitam

adalah 17,27%

2. Dari hasil susut pengeringan didapat susut pengeringan sebesar 48

%. Yang menunjukkan bahwa kualitas ekstrak rendah.

3. Pemerian hasil ekstrak yakni berbentuk semi padat, kental, lengket,

berwarna coklat tua dan berbau khas temu hitam.

4. Dari hasil uji kelengketan diperoleh hasil rata-rata 1,8067 detik.

5. Dari uji KLT tidak ditemukan adanya senyawa alkaloid dan

terpenoid .

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen

KesehatanRepublik Indonesia.

Anief,Moh. 2007. Farmasetika. Jogjakarta : UGM Press.

Anif,N dan Heru,S. 2012. Petunjuk Praktikum Galenika. Surakarta :

FMIPA UNS

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.

Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Haqiqi,Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. Jakarta.

Hariana, Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Jakarta :

Penebar Swadaya

Page 21: LAPORAN MASERASI

Madbardo.2010. Pengertian Pengujian Organoleptik.

http://madbardo.blogspot.com/2010/02/pengertian-pengujian-

organoleptik.html (diakses pada tanggal 6 April 2012, pukul

11.10)

Sidik dan H mudahar.2000. Ekstraksi Tumbuhan Obat, Metode dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Produksinya.

jakarta, 12-15.

Siskha.2010.Pembuatan dan Penetapan Kontrol.

http://siskhana.blogspot.com/2010/01/pembuatan-dan-

penetapan-kontrol.html (diakses pada tanggal 6 April 2012,

pukul 10.50)

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5.

Yogyakarta : UGM Press.

Mengetahui, Surakarta,11 April 2012

Asisten Pembimbing Praktikan,

(KELOMPOK 6)

Page 22: LAPORAN MASERASI