29
BAB I PENDAHULUAN Gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan utama di banyak negara di dunia, terutama di negara- negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Salah satu klasifikasi dari gizi buruk adalah marasmik- kwashiorkor. Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 825 juta orang yang menderita gizi buruk pada tahun 2000–2002, dan 815 juta diantaranya hidup di negara berkembang. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak-anak di bawah umur 5 tahun (balita). Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76.178 balita mengalami gizi buruk dan data Susenas (Survei Sosial dan Ekonomi Nasional) tahun 2005 memperlihatkan prevalensi balita gizi buruk sebesar 8,8%. Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di dua propinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. 1,2 Menurut Badan Pusat Stasitik (BPS) dan laporan survey kesehatan Unicef tahun 2005, dari 343 Kabupaten atau Kota di Indonesia, sekitar 169 Kabupaten atau Kota memiliki prevalensi sangat 1

LAPSUS Stase Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anak

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan utama di banyak negara di dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Salah satu klasifikasi dari gizi buruk adalah marasmik-kwashiorkor. Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 825 juta orang yang menderita gizi buruk pada tahun 20002002, dan 815 juta diantaranya hidup di negara berkembang. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak-anak di bawah umur 5 tahun (balita). Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76.178 balita mengalami gizi buruk dan data Susenas (Survei Sosial dan Ekonomi Nasional) tahun 2005 memperlihatkan prevalensi balita gizi buruk sebesar 8,8%. Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di dua propinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.1,2Menurut Badan Pusat Stasitik (BPS) dan laporan survey kesehatan Unicef tahun 2005, dari 343 Kabupaten atau Kota di Indonesia, sekitar 169 Kabupaten atau Kota memiliki prevalensi sangat tinggi kejadian gizi buruk, dan sekitar 257 Kabupaten atau kota memiliki prevalensi tinggi kejadian gizi buruk. Gizi buruk tidak hanya diderita anak balita, namun semua kelompok umur. Perempuan adalah yang paling rentan disamping anak-anak. Sekitar 4 juta ibu hamil setengahnya mengalami kekurangan gizi dan 1 juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap tahun lahir 350.000 bayi dengan kekurangan berat badan (berat badan rendah).3Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa anak gizi buruk dengan gejala klinis (marasmus, kwashiorkor, marasmus kwashiorkor) umumnya disertai dengan penyakit infeksi seperti diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), tuberculosis (TB), serta penyakit infeksi lainnya. Data dari WHO menunjukkan bahwa 54% angka kesakitan pada balita disebabkan karena gizi buruk, 19% diare, 19% ISPA, 18% perinatal, 7% campak, 5% malaria, dan 32% penyebab lainnya.4Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut saling berkaitan. Secara langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama dan anak menderita penyakit infeksi. Anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit infeksi. Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang memadai, dan sanitasi / kesehatan lingkungan kurang baik, serta akses pelayanan kesehatan terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga.3Laporan kasus ini dibuat sebagai acuan minimal bagi dokter umum agar dapat menangani kasus gizi buruk di wilayah cakupan kesehatannya sehingga dapat melakukan pencegahan ataupun mengurangi angka kematian dan komplikasi yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada anak.

BAB IITINJAUAN KASUS

A. IDENTITASNama: An. Nadila AgustinaUmur: 7 bulan 5 hariAlamat: Ploso Timur I-D/8 SurabayaJenis kelamin: PerempuanNo DMK: 728444Tanggal MRS: 18 Maret 2015

Nama orang tua: Ayah Prabu Adi Ibu Mira AstutiPekerjaan orang tua: Ayah sebagai karyawan pabrik baju Ibu sebagai ibu rumah tanggaPendidikan terakhir orang tua: Ayah SMP Ibu SDAgama: IslamB. ANAMNESISa. KU: Muntah dan diareb. RPSAnak muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah kurang lebih sekitar 10 kali, setiap kali muntah sekitar gelas aqua. Muntah setiap kali minum susu formula. Sebelumnya susu formula baru saja diganti dengan susu SGM soya. BAB cair sejak 3 hari yang lalu, pada hari pertama sakit sekitar 7x sehari lalu berkurang 4x sehari. BAB berwarna kuning, terdapat ampas sedikit, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Sebelumnya sudah dibawa ke dokter, mulai membaik namun keluhan muntah dan diare masih ada. Di dokter sebelumnya diberi anti muntah, oralit dan zinc. Anak sebelumnya demam selama 4 hari naik turun namun sekarang sudah tidak, batuk (+) jarang-jarang dan tidak pilek namun bila bernafas terdengar bunyi grok-grok. Ibu pasien mengatakan bahwa anak terus merasa haus.c. RPDDi UGD anak mengalami dehidrasi berat namun telah teratasi dengan terapi cairan. Anak juga sesak dan telah diterapi nebulasi.Riwayat atopi (+)Riwayat asma (+) sejak umur 3 bulanSebelumnya pasien juga sering menderita batuk berulang kemudian sembuh sendiri. Pasien juga sering BAB cair namun keadaan membaik sendiri dan sebelumnya tidak pernah diperiksakan.d. Riwayat kehamilanIbu tidak menderita sakit tertentu sewaktu hamil, tidak minum jamu-jamuan hanya minum vitamin kehamilan dari puskesmas, tidak pernah mengalami trauma.e. Riwayat kelahiranLahir normal, cukup bulan, BBL 3300 gram, spontan menangis, asfiksia (-), sianosis (-)f. Riwayat neonatalSewaktu lahir kulit berwarna kemerahan, sianosis (-), pucat (-), kuning (-), langsung menangis dan tidak merintih, kejang (-), lumpuh (-), perdarahan (-), gangguan minum (-).g. Riwayat imunisasiImunisasi BCG, Hepatitis B, DPT dan Polio telah dilakukan.Imunisasi campak (-)h. Riwayat tumbuh kembang dan gigiMulai mengangkat kepala usia 2 bulanMulai telungkup sendiri umur 6 bulanDuduk sendiri belum bisa seimbang dalam menahan kepala perlu ditahan oleh IbuBelum bisa memegang benda sendiri saat bermainSudah mulai berceloteh memanggil Ayah dan MamBelum tumbuh gigii. Riwayat giziASI selama 1 bulan kemudian dilanjutkan dengan susu sapi formulaUmur 2 bulan mulai diberi bubur bayi serelacSekarang minum susu formula soya, bubur bayi serelac ataupun bubur halusj. Riwayat keluargaDirumah tidak ada yang mengalami diareAyah mempunyai riwayat alergi seafoodk. Riwayat kepribadianBaikl. Riwayat sosialAnak biasa diasuh oleh neneknya dirumah. Makanan dirumah dibuat di dapur pribadi dengan peralatan yang telah dicuci dan menggunakan kompor gas. Air dirumah menggunakan air sumur bor. Dalam memasak dan membuat susu juga memakai air dari sumber yang sama. Keluarga tinggal dirumah yang masuk ke dalam gang dan jarak antar rumah berdempetan.C. PEMERIKSAAN FISIKBerat badan: 5,2 kgPanjang badan: 63 cmSuhu: 36,9 CTensi: 110/70 mmHgNadi: 120x/menitPernafasan: 24x/menita. Keadaan umum: baikb. Kesadaran: GCS 456c. Kepala/leherLingkar kepala 44 cm, UUB datar, mata cowong (-), faring hiperemi (-), tonsil normal, tidak ada pembesaran KGB, Status gizi buruk.d. KulitSianosis (-), anemia (-), edema (-), turgor kulit cukup.Tampak furunkel dengan eksudat berwarna putih dan sekelilingnya hiperemi di sekitar kepala dan leher.e. ThorakPergerakan dada simetris, Stridor ekspiratoir (+), retraksi intercostal(-)Paru : auskultasi terdapat ronkhi kasar di daerah bronkus,wheezing (-)Jantung : Voussure cardiac (-), pulsasi meningkat (-), thrill (-), kuat angkat (-), suara jantung S1 S2 tunggalf. AbdomenTerlihat flat, teraba supel, Spleen tidak teraba, Hepar tidak teraba, Ginjal tidak teraba, bising usus (+) normalg. EkstrimitasAkral hangat, kering, merah, edema (-), CRT