17
 BAB I PENDAHULUAN A. LA T AR BELAKANG Sin dro ma aku t ini kha s bag i keh ami lan dan dis ebut sebaga i hip ert ensi ya ng dii ndu ksi -ke hamilan atau pen yak it hip ert ensi aku t pada kehami lan. re ekl ampsia ter uta ma! mes kip un tid ak semata-mata! terbatas pad a "anita muda pad a keh amilan  pertamanya. #ni paling sering ter$adi selama trimester terakhir kehamilan. Bila  preeklampsia mun%ul dalam trimester kedua a"al! mola hidatidi&ormis atau koriokarsinoma harus dipertimbangkan. 'i #ndonesia eklampsia-disamping perdarahan dan in&eksi-masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. rognosa tergantung pada ter$adinya eklampsia. 'i Negara yang sudah ma$u kematian karena preeklampsia lebih kurang (!) *!tapi $ik a eklampsia ter$a di ma ka pr ognosa me n$ adi lebih buruk lagi men%apai ) * angka kematian maternal. Sedangkan bagi $anin sendiri! prognosa $uga  berkurang tetapi tergantung pada saat preeklampsia men$elma dan pada beratnya  preeklampsia. 'imana angka kematian $anin bisa men%apai hingga +( * apalagi yang  berkaitan dengan prematuritas. 'iagnosis preeklampsia dibuat berdasarkan edema patologik ,tangan dan muka! hi pe rt ensi ! da n pr ot ei nu ri a. Ed ema bu ka nl ah ha l yang po ko k un tu k di ag no si s  preeklampsia edema hidrostatik pada tungkai ba"ah sering ter$adi pada kehamilan normal. /ipertensi dan proteinuria adalah diagnostik. Bila terdapat salah satu hipertensi atau proteinuria sa$a! sulit dipastikan apakah pasien mengalami pre-eklampsia dalam tahap  perkembangan dini atau suatu kelainan hipertensi& yang tidak berhubungan dengan kehamilan. 'iagn osis dini preekl ampsia ! yan g merup akan tingk at penda hulua n eklampsia serta penangan anny a perlu segera dilak ukan untuk menurunk an angka kematian ibu dan anak. erlu ditekankan bah"a sindrom preeklampsia ringan dengan hipertensi! edema dan  proteinuria s ering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh "anita yang bersangkutan! sehingga tanpa disadari dalam "aktu singkat dapat timbul preeklampsia berat bahkan eklampsia. 0

Lp Komplikasi Preeklampsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp askep pre eklamsi

Citation preview

1

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Sindroma akut ini khas bagi kehamilan dan disebut sebagai hipertensi yang diinduksi-kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada kehamilan. Preeklampsia terutama, meskipun tidak semata-mata, terbatas pada wanita muda pada kehamilan pertamanya. Ini paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan. Bila preeklampsia muncul dalam trimester kedua awal, mola hidatidiformis atau koriokarsinoma harus dipertimbangkan.

Di Indonesia eklampsia-disamping perdarahan dan infeksi-masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Prognosa tergantung pada terjadinya eklampsia. Di Negara yang sudah maju kematian karena preeklampsia lebih kurang 0,5 %,tapi jika eklampsia terjadi maka prognosa menjadi lebih buruk lagi mencapai 5 % angka kematian maternal. Sedangkan bagi janin sendiri, prognosa juga berkurang tetapi tergantung pada saat preeklampsia menjelma dan pada beratnya preeklampsia. Dimana angka kematian janin bisa mencapai hingga 20 % apalagi yang berkaitan dengan prematuritas.

Diagnosis preeklampsia dibuat berdasarkan edema patologik (tangan dan muka), hipertensi, dan proteinuria. Edema bukanlah hal yang pokok untuk diagnosis preeklampsia; edema hidrostatik pada tungkai bawah sering terjadi pada kehamilan normal. Hipertensi dan proteinuria adalah diagnostik. Bila terdapat salah satu hipertensi atau proteinuria saja, sulit dipastikan apakah pasien mengalami pre-eklampsia dalam tahap perkembangan dini atau suatu kelainan hipertensif yang tidak berhubungan dengan kehamilan.

Diagnosis dini preeklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya perlu segera dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat bahkan eklampsia.

Dengan pengetahuan ini menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan yang secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :1. Bagaimanakah konsep dasar teori pasien dengan gangguan preeklamsia ?

2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan preeklamsia ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :1. Agar mahasiswa mampu memahami mengenai konsep dasar teori pasien dengan gangguan preeklamsia.2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan preeklamsia.BAB IIPEMBAHASANA. KONSEP DASAR PENYAKIT1. PengertianPreeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinurea yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002: 282).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998). Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Manuaba,1998).Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2000). Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland).Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinurea, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korealis.2. Epidemiologi

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya; paritas, keadaan sosial ekonomi, ras, serta perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis. Frekuensi berkisar antara 5 %.Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosio ekonominya lebih maju lebih jarang terjangkit preeklampsia, bahkan setelah faktor ras dikontrol. Insiden gangguan hipertensi akibat kehamilan pada wanita nullipara sehat diteliti dalam sebuah uji klinik acak mengenai suplementasi kalsium harian kepada ibu hamil (Hauth dkk, 2000). Dari 4302 wanita nullipara yang melahirkan pada usia gestasi 20 minggu atau lebih, seperempatnya mengalami hipertensi terkait kehamilan. Dari semua nullipara, pre eklampsia didiagnosis pada 7,6 % dan penyakit yang berat terjadi pada 3,3 % kasus.

Hubungan antara berat badan ibu dengan resiko preeklampsia bersifat progresif, meningkat dari 43 % untuk wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 menjadi 13,3% untuk mereka yang indeksnya sama dengan atau lebih dari 35 kg/m2. Wanita dengan gestasi kembar dua, bila dibandingkan dengan yang gestasinya tunggal, memperlihatkan insiden hipertensi gestasional ( 13 versus 6 persen) dan preeklampsia (13 versus 5 persen).3. EtiologiPenyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu : Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain : Peran Prostasiklin dan Tromboksan . Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia. Peran faktor genetik /familial Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)4. Faktor PredisposisiFaktor resiko preeklamsia antara lain sebagai berikut : Gramigravida, trauma gramigravida tua dan trauma gramigravida muda

Kelompok sosial ekonomi rendah

Hipertensi esensial

Penyakit ginjal kronis

Diabetes melitus

Multipara

Multihidramninon

Obesitas Riwayat preeklamsia pada kehamilan lalu dalam keluarga

Molahidatidosa Kehamilan ganda Hidrops fetalis Umur yang lebih dari 35 tahun5. Klasifikasi

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream. Preeklampsia Berat

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam . Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. Terdapat edema paru dan sianosis.6. PatofisiologiPada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.7. Pathway

( Pathway terlampir )

8. Manifestasi KlinikBiasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan; pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Dua gejala yang sangat penting pada preeklamsia yaitu hipertensi dan proteinurea yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah ini adalah sebagai berikut:

a. Tekanan DarahPeningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada preeklamsia. Tekanan diastolic meruakan tanda prognotik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Tekanan diastolic sebesar 90mmHg atau lebih yang terjadi terus menerus menunjukkan keadaan abnormal.

b. Kenaikan Berat Badan

Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklamsia dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklamsia pada sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg/minggu. Bila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklamsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata bengkak, atau jaringan tangan yang membesar.c. Proteinurea

Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif 1, positif 2 atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinurea dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 g/dL. Proteinurea hamper selalu timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.Gejala subjektif yang berdasarkan pada preeklamsi adalah sebagai berikut:

a. Nyeri Kepala

Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.

b. Nyeri EpigastriumMerupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kasula hepar akibat edema tau perdarahan.

c. Gangguan Penglihatan

Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia, dan edema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh abrasion retina. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif (Cunningham, 1995:767).

9. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% ) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 ) UrinalisisDitemukan protein dalam urine. Pemeriksaan Fungsi hati Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul. Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=