21
Anika Kartika 0906619176 Lembar Tugas Mandiri Keperawatan Gawat Darurat Ekstensi sore 2009 Stabilisasi dan transportasi pasien Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil selama pertolongan pertama. Prinsip Stabiliasi : - Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami - Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil - Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah - Menjaga agar perdarahan tidak bertambah. - Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

Anika Kartika

0906619176

Lembar Tugas Mandiri Keperawatan Gawat Darurat

Ekstensi sore 2009

Stabilisasi dan transportasi pasien

Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar

tetap stabil selama pertolongan pertama.

Prinsip Stabiliasi :

- Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami

- Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil

- Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah

- Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.

- Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat

tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah

tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

Pembidaian adalah Suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistim

muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami

cedera dengan menggunakan suatu alat.

Tujuan pembidaian:

- Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi

- Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang

patah

- Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul

- Untuk mencegah terjadinya syok

- Untuk mengurangi nyeri

Page 2: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

Jenis Pembidaian

a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara

- Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit

- Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya

- Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih

berat

- Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar

pembidaian

b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif

- Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit)

- Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi

- Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll)

- Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih

Prinsip pembidaian

1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan

dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke

tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan

pembidaian.

2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan

dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi

kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.

Tanda dan gejala patah tulang:

- Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:

pembengkakan, memar, rasa nyeri.

- Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah

akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.

- Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama

bentuk dan panjangnya.

- Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak

dapat digunakan lagi.

3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Page 3: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian

- Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi

yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang.

Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa

mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.

- Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun

dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan.

Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.

Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal

dan distal.

- Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi

atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan

yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba

untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan

melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi

dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan

kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.

- Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada

daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi

sela antara ekstremitas dengan bidai.

- Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang

luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada

beberapa titik yang berada pada posisi :

a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur

b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama

c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur

d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)

Page 4: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

- Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu

sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah

mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.

- Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat

- Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan

pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk

membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan

merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa

diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai

perlindungan sementara.

- Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan

perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk melepaskan kantong es secara

berkala untuk mencegah “cold injury” pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh

ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami

cedera sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan.

Prosedur Pembidaian

1. Siapkan alat-alat selengkapnya

2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya

dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.

3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu

pada sendi yang sehat.

4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian

yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan

syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelah

atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur.

Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang

dibidai.

6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara

keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.

Page 5: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.

8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

a. Fraktur cranium dan tulang wajah

Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempat

yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulang

belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa bidai

khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif), namun

tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

b. Pembidaian leher

Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan

dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan

dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.

Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar

c. Tulang klavikula

Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu dengan

“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksi

dan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yang

seanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang

cukup baik.

d. Tulang iga

Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian

patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai

pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit

adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk

merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempel

secara nyaman pada dada.

Page 6: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

e. Lengan atas

- Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku

membentuk sudut 90%, dengan cara :

- Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak

dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah

sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).

ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di

sisi siku.

- Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi

lateral dinding thoraks.

- Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang

mengalami fraktur.

- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi

medial).

- Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan

kain yang lebar.

f. Lengan bawah

- Imobilisasi lengan yang mengalami cedera

- Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku

sampai ujung telapak tangan

- Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera

- Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90°

terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati.

- Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada

dalam posisi fungsional

Page 7: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

- Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku

sampai ujung jari

- Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan

tangan sudah terimobilisasi

- Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

- Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,

untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

- Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :

Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak

dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah

sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).

ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di

sisi siku.

g. Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan

Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi yang

senatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang menggenggam

sebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat diletakkan

pada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

h. Tulang jari

Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan

pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

i. tulang punggung

Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai

menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

Page 8: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

j. Fraktur Panggul

Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia tua

terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap mengalami

fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekan

dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral).

Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan tandu.

Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak

cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri,

jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa

menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.

k. Tungkai atas

Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai dengan di

bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko

untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar. Sebaiknya

jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika orang yang

membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.

l. Fraktur/dislokasi sendi lutut

Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan

pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat.

m. Tungkai bawah

1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah

timbulnya kerusakan yang lebih berat

2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara telapak tangan

sampai dengan diatas lutut.

3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai

4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus

Page 9: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi memanjang

antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki

6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang dipasang

di sisi bawah tungkai

7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa lutut dan

pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik

8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,

untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

n. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki

1. Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan

pembalutan. Gunakan pola “figure of eight”: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi

atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi atas kaki, kesisi bawah

kaki, dan demikian seterusnya.

2. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral pergelangan

kaki untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakan imobilisasi

pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut yang benar.

o. Fraktur/dislokasi jari kaki

Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan merekatkan jari

yang cedera pada jari di sebelahnya.

Transportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke tempat lain

tanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Hal yang harus diperhatikan:

- Pasien tetap selamat sampai tujuan, kondisi tidak makin buruk

- Cara mengangkat begini merusak tulang belakang yang cedera

Page 10: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

- Pertahankan posisi korban tetap datar selama diangkut

Persiapan Transportasi:

- Penderita

- Tempat Tujuan

- Sarana Alat Personil

Penilaian Lain Pindah Kondisi “Stabil”

- A – Airway (jalan napas)

- B – Breathing (pernapasan)

- C – Circulation (aliran darah)

- D – Disability (kesadaran)

Mengangkat yang aman

- Digunakan otot yang kuat antara lain : otot paha,otot pinggul dan otot bahu

- Ikuti cara-cara berikut :

- Pikirkan cara masak-masak sebelum mengangkat korban

- Berdiri sedekat mungkin dengan pasien atau alat-alat angkat

- Pusatkan kekuatan pada lutut

- Atur punggung tegak namun tidak kaku

- Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan

- Selanjutnya bergeraklah secara halus

Aturan dalam penanganan dan pemindahan korban:

- Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tidak membahayakan

penolong

- Terangkan kepada korban secara jelas tentang apa yang akan dilakukan sehingga korban

kooperatif

- Libatkan penolong lain. Yakinkan penolong lain mengerti apa yang akan dikerjakan

- Pertolongan pemindahan korban dibawah satu komando agar dapat dikerjakan bersamaan

- Pakailah cara mengangkat korban dengan benar

- Perlengkapan Pertolongan Pertama

Page 11: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

- Jangan melepaskan stabilisasi manual pada tulang yang cedera sampai pembidaian

sempurna dilakukan

- Jangan coba-coba mereposisi atau menekan fragmen tulang yang keluar kembali

ketempat semula

- Expose / buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum memasang bidai

- Lakukan balut tekan pada fraktur terbuka sebelum memasang bidai

- Bidai harus melewati sendi proksimal dan sendi distal dari tulang yang patah

- Bila sendi yang cedera ,lakukan pembidaian pada tulang proksimal & distal

- Bila ekstremitas sangat bengkak, cynnotik , nadi distal tak teraba ? realignment

deformitas dengan melakukan tarikan (Gentle traction) sebelum memasang bidai

- Berikan padding ( Bantalan ) pada tulang yang menonjol

- Lakukan penilaian nadi, sensasi & Gerakan distal

tempat yang fraktur

Perlengkapan dasar :

- Tempat/ kotak tak tembus air

- Berbagai ukuran pembalut

- Kassa steril

- Pembalut segi tiga

- Peniti

- Sarung tangan

Perlengkapan tambahan:

- Pembalut elastic

- Gunting

- Desinfektan

- Kapas

- Plester perekat

- alat tulis dan tabel

- Alat pelindung diri

- Selimut, alas dari plastik, lampu

Page 12: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

KOMPLIKASI

1. Dapat menekan jaringan pembuluh darah / syaraf dibawahnya bila bidai terlalu ketat

2. Bila bidai terlalu longgar

- Masih ada gerakan pada tulang yang patah

- Menghambat aliran darah ? iskemi jaringan ? Nekrosis

- Memperlambat transportasi penderita bila terlalu lama melakukan pembidaian

Tanpa Alat

Proses pemindahan dilakukan oleh satu penolong, dua penolong atau lebih tanpa

menggunakan alat.

- Oleh satu orang : diseret, dipapah, ditimang, digendong

- Oleh dua penolong : . Dua tangan menyangga paha, dua tangan menyangga punggung .

Satu penolong mengangkat korban dari punggung, penolong yang lain menyangga

tungkai

- Oleh tiga/ empat orangà diangkat

1. Cara Menolong Satu Orang

Cara mengangkat yang aman :

- Pikir masak-masak sebelum mengangkat/ konsentrasi

- Berdiri sedekat mungkin dengan korban

- Pusatkan kekuatan pada lutut

- Atur punggung tegak namun tidak kaku

- Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan

- Selanjutnya bergeraklah secara

a. Human Crutch

- Berdiri disamping korban disisi yang cidera atau yang lemah, rangkulkan satu lengan

pasien pada leher penolong dan gaitlah tangan korban atau pergelangannya

- Rangkulkan tangan penolong yang lain dari arah belakang menggait pinggang korban

- Bergeraklah pelan-pelan maju

- Selanjutnya selundupkan kedua tongkat masing-masing di kiri dan kanan tepi kanvas

yang sudah dilipat dan dijahit

b. Cara Drag (diseret)

Page 13: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

- Jongkoklah dibelakang korban

- Susupkan kedua lengan penolong di bawah ketiak kiri dan kanan korban, gapai dan

pegang kedua pergelangan tangan korban

- Bila korban pakai jaket buka semua kancingnya

c. Cara Cradle (dipopong)

- Jongkoklah dibelakang korban letakkan satu lengan penolong merangkul dibawah

punggung korban sedikit diatas pinggang.

- Letakkan tangan yang lain dibawah paha korban tepat dilipatan lutut. Berdirilah pelan-

pelan dan bersamaan mengangkat korban

d. Cara Pick A Back (Ngaplok di Punggung)

- Jongkoklah didepan korban dengan punggung menghadap korban. Anjurkan korban

meletakkan kedua tangannya merangkul diatas pundak penolong

- Gapai dan peganglah paha korban, pelan-pelan angkat

2. Tenaga Penolong 2 Orang

a. Cara Ditandu dengan kedua lengan penolong ( Cara The Two – Handed Seat )

- Kedua penolong jongkok dan saling berhadapan disamping kiri dan kanan korban,

lengan kanan penolong kiri dan lengan kiri penolong kanan menyilang dibelakang

punggung korban, menggapai dan menarik ikat pinggang korban

- Kedua tangan penolong yang menerobos dibawah lutut korban saling bergandengan

dan mengait dengan cara saling memegang pergelangan tangan

- Makin mendekatlah para penolong. Tahan dan atur punggung penolong tegap.

b. Cara The Fore and Aft Carry

- Dudukkan pasien. Kedua lengan menyilang di dada. Rangkul dengan menyusupkan

lengan penolong dibawah ketiak korban

- Pegang pergelangan tangan kiri pasien oleh tangan kanan penolong. Dan tangan

kanan penolong ke tangan kiri korban

- Penolong yang lain jongkok disamping korban setinggi lutut dan mencoba

mengangkat kedua paha korban

Page 14: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

3. Tenaga penolong 4 Orang

Memakai Tandu/ Stretcher

- Peraturan umum membawa korban dengan usungan kepala korban diarah belakang,

Kecuali keadaan2 tertentu :

a. korban kedinginan yang amat sangat, kerusakan tungkai berat, menuruni tangga/ bukit.

b. korban stroke, trauma kepala, letak kepala harus lebih tinggi dari letak kaki

- Setiap pengangkat siap di keempat sudut, Apabila hanya ada 3 penolong dua penolong

berada di bagian kepala

- Masing-masing pengangkat jongkok dan menggapai masing-masing pegangan dengan

kokoh Dibawah komando salah satu pengangkat di bagian kepala, keempat

mengangkat bersamaan

- Selanjutnya komando berikutnya pengangkat bergerak maju perlahan- lahan

Dengan bantuan alat Bisa dilakukan oleh dua/ empat orang dengan menggunakan alat

bantu :

- Dengan menggunakan kursi kayu

- Dengan menggunakan tandu/ usungan

- Dengan menggunakan kursi beroda atau tandu beroda

Log Roll

Melakukan Log Roll Dengan komando dari pemegang kepala Perhatikan posisi tangan para

penolong,tangan saling menyilang

Prinsip Melakukan Immobilisasi Tulang & Log Roll

- Long Spine Board

- Spine board hanya tali pengikat untuk transfer

- In Line Immobilisasi penderita kepala leher kolar

- Bantal pasir dikiri servikal semi rigid dan kanan kepala

- Lengan penderita leher dan diikat diluruskan dan diletakkan disamping badan

Bahaya pemakaian long spine board:

- Tungkai bawah diluruskan dalm posisi lebih dari 2 jam kesegarisan

Page 15: LTM stabilisasi dan pemindahan pasien

- kedua dikubitus di pergelangan kaki diikat oksiput

- skapula,sakr satu sama lain dengan um,tumit plester

Sumber:

http://asnamusad.wordpress.com/2008/08/03/pembalutan-dan-pembidaian/

http://belajarkedokteran.blogspot.com/2009/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html

http://blog.ilmukeperawatan.com/593.html

http://www.slideshare.net/puskesmasmojoagung/stabilisasi-presentation>