Upload
arie-gonzales
View
243
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hhkhg
Citation preview
MAKALAH
PENJADWALAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perencanaan & Pengendalian Produksi
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VIII
No. Nama NIM 1 Muhammad Yasir 130130011 2 Sofyan Sauri 130130018 3 Affanul Hakim 130130023
DOSEN PENGAMPU:
BAKHTIAR, S.T., M.T.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nyalah karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam juga tak lupa pula kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, sehingga kita bisa sampai seperti saat ini. Adapun tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan & Pengendalian
Produksi di semester V di tahun ajaran 2015/2016 ini dengan pembahasan mengenai
Penjadwalan.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Bakhtiar, S.T., M.T. yang tidak pernah lelah dan bosan untuk selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
2. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penyusun
Kelompok VIII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1 1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Penjadwalan ............................................................................ 2 2.2 Tujuan Penjadwalan .................................................................................. 3 2.3 Input dan Output Penjualan ....................................................................... 4
2.4 Flow Shop, Job Shop, dan Batch .............................................................. 5
2.5 Elemen Penjadwalan ................................................................................. 8
2.6 Aturan Johnson .......................................................................................... 9
2.7 Penjadwalan Menurut Waktu dan Proses ................................................ 12
2.8 Metode Penugasan .................................................................................. 15
2.9 Gant Chart ............................................................................................... 18
2.10 Pengurutan ............................................................................................... 20
2.11 Istilah dalam Penjadwalan ....................................................................... 22
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 24
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 24 3.2 Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penjadwalan (scheduling) merupakan salah satu kegiatan penting dalam perusahaan.
Dalam suatu perusahaan industri, penjadwalan diperlukan dalam mengalokasikan tenaga
operator, mesin dan peralatan produksi, urutan proses, jenis produk, pembelian material,
dan sebagainya. Dalam suatu lembaga pendidikan, penjadwalan diperlukan untuk
mengalokasikan ruang kelas, peralatan mengajar, tenaga pengajar, staf administrasi,
pendaftaran penerimaan mahasiswa baru dan sebagainya. Demikian pula dalam kegiatan
perhotelan, penjadwalan diperlukan dalam pengaturan kamar hotel, ruang seminar/resepsi,
menu makanan, ataupun acara entertainment. Terlepas dari jenis perusahaannya, setiap
perusahaan perlu untuk melakukan penjadwalan sebaik mungkin agar memperoleh utilitasi
maksimum dari sumber daya produksi dan aset lain yang dimiliki.
Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan
mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu
kegiatan operasi. Dalam hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah
terakhir sebelum dimulainya operasi. Berbagai teknik juga dapat diterapkan untuk
penjadwalan. Teknik yang digunakan tergantung dari volume produksi, variasi produk,
keadaan operasi, dan kompleksitas dari pekerjaan sendiri.
Tujuan penjadwalan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan,
dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan
peralatan. Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang
ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya
operasi dan waktu pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam pembahasan ini yaitu:
1. Bagaimana yang dimaksud dengan penjadwalan?
2. Bagaimana output scheduling atau penjadwalan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penjadwalan.
2. Mengetahui bagaimana output penjadwalan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penjadwalan
Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian
produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi serta pengalokasian sumber daya
pada suatu waktu tertentu dengan memperhatikan kapasitas sumber daya yang ada. Secara
umum penjadwalan dapat dinyatakan sebagai persoalan seperti pada gambaran berikut.
Definisi penjadwalan menurut:
1. Richard W. Conway
Adalah suatu proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada
beberapa mesin.
2. Martinich (1997)
Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu
untuk memulai pekerjaan dengan menggunakan sumber daya seperti manusia,
peralatan, dan fasilitas yang akan digunakan untuk kegiatan proses produksi.
3. Roger. Schroeder
Adalah proses untuk menentukan :
a. Sequence, yang berarti pengurutan pekerjaan yang akan dikerjakan berikutnya.
b. Timing, yang berarti menentukan saat mulai dan akhir setiap pekerjaan.
4. Kenneth R. Baker
Menurut Baker, penjadwalan memiliki 2 arti yaitu:
a. Penjadwalan sebagai fungsi dari pengambilan keputusan. Penjadwalan merupakan
proses untuk menentukan sebuah jadwal.
b. Penjadwalan merupakan suatu teori. Penjadwalan merupakan kumpulan dari
prinsip-prinsip, model, teknik dan kesimpulan logis dalam pengambilan
keputusan. Penjadwalan merupakan bagian dari shop floor control.
Menurut Baker, jika makespan suatu penjadwalan adalah konstan, maka urutan kerja
yang tepat akan menurunkan flow time dan rataan work in proses. Keputusan yang dibuat
dalam penjadwalan meliputi pengurutan pekerjaan (sequencing), waktu mulai dan waktu
selesai pekerjaan (timing), urutan operasi untuk suatu pekerjaan (routing). Masalah
penjadwalan selalu berkaitan dengan pengurutan produksi (sequencing) yang didefinisikan
sebagai penentuan urut-urutan kedatangan dari bermacam-macam pekerjaan yang harus
2
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Masalah penjadwalan seringkali muncul jika
terdapat sekumpulan tugas secara bersamaan, sedangkan peralatan yang dimiliki terbatas.
2.2. Tujuan Penjadwalan
Penjadwalan bertujuan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan,
dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan
peralatan. Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang
ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya
operasi dan waktu pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Adapun beberapa tujuan dari aktivitas Penjadwalan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan penggunaan sumberdaya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga
total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas dapat meningkat.
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan
yang menunggu dalam antrian ketika sumberdaya yang ada masih mengerjakan tugas
yang lain.
3. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu
penyelesaian sehingga akan meminimasi penalti cost (biaya kelambatan).
4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis
kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindari.
Bedworth (1987) mengidentifikasi beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan
sebagai berikut :
1. Meningkatan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga
total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas dapat meningkat.
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan
yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan
tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan,
maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan akan mengurangi rata-rata
persediaan barang setengah jadi.
3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu
penyelesaian sehingga akan meminimasi penalty cost (biaya keterlambatan).
4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis
kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat
dihindarkan
3
Menurut Baker (Baker, 1974), secara umum tujuan penjadwalan adalah :
1. Meningkatkan produktivitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu menganggur.
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan cara mengurangi jumlah rata-
rata pekerjaan yang menunggu dalam antrian suatu mesin karena mesin tersebut
sibuk.
3. Mengurangi keterlambatan karena telah melampaui batas waktu dengan cara:
a. Mengurangi maksimum keterlambatan.
b. Mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambatan. (Nasution, 2003)
2.3. Input dan Output Penjadwalan
Adapun input dan output penjadwalan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Input Penjadwalan
Pekerjaan-pekerjaan yang berupa alokasi kapasitas untuk order-order, penugasan
prioritas job, dan pengendalian jadwal produksi membutuhkan informasi terperinci,
dimana informasi-informasi tersebut akan menyatakan input dari sistem
penjadwalan.
2. Output sistem penjadwalan
Untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancar akan melalui tahapan
produksi, maka sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas-aktivitas output
sebagai berikut:
a. Pembebanan (Loading)
Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order yang
diterima/diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia.
b. Pengurutan (Sequencing)
Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order-order mana yang
diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak
job.
c. Prioritas Job (Dispaching)
Dispaching merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang diseleksi dan
diprioritaskan untuk diproses.
d. Pengendalian Kinerja Penjadwalan, dilakukan dengan:
• Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu.
4
• Mengatur kembali urut-urutan, misalnya: expediting order-order yang jauh di
belakang atau mempunyai prioritas utama.
e. Up-Dating Jadwal
Dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan merevisi prioritas-
prioritas. (Nasution, 2008)
2.4. Perbedaan Job Shop, Flow Shop dan Batch
1. Flow shop
Penjadwalan flow shop dicirikan job yang cenderung memiliki kesamaan untuk
proses operasi (routing) untuk semua job. Flow shop dibedakan atas pure flow shop,
yaitu penjadwalan yang memiliki jalur produksi yang sama untuk semua tugas dan
general flow shop, yaitu flow shop yang memiliki pola aliran proses yang berbeda.
Ini disebabkan adanya variasi dalam pengerjaan tugas yang datang tidak harus
dikerjakan pada semua mesin. Jadi mungkin saja suatu proses dilewati. Penjadwalan
flowshop terdiri dari: (Uttari, 2008)
a. Pure flow shop
Flowshop yang memiliki jalur produksi yang sama untuk semua tugas. Pure flow
shop dengan teknologikal terjadi dijadwalkan dengan tiap job harus diproses pada
Mk sebelum Mi untuk semua job. Semua job memerlukan dan dikerjakan dimana
operasi dikerjakan pada satu mesin.
b. General flow shop
Flowshop yang memliki pola aliran berbeda. Ini disebabkan adanya variasi dalam
pengerjaan tugas, sehingga tugas yang datang tidak dikerjakan pada semua mesin.
Jadi mungkin saja suatu proses dilewati. Penjadwalan dilakukan dengan membagi
permasalahan kedalam beberapa tipe.
Adalah sebuah proses produksi dengan aliran dari satu mesin ke mesin lain.
meskipun pada flow shop semua tugas akan mengalir pada jalur produksi yang sama, yang
disebut sebagai pure flow shop, tetapi dapat pula berbeda dalam dua hal. Pertama, jika flow
shop dapat menangani tugas yang bervariasi. Kedua, jika tugas yang dating ke dalam flow
shop tidak harus dikerjakan pada semua jenis mesin. Jenis flow shop seperti ini disebut
general flow shop.
5
Gambar 2.1. Lintasan Aliran Flowshop
Adapun variasi dari aliran proses flow shop yaitu:
1) Simple Flow Shop
Semua jenis pekerjaan melalui urutan proses yang sama,
2 ) Skip Flow Shop
Aliran pekerjaan pada jenis aliran proses ini cenderung melalui urutan proses
yang sama, tetapi ada beberapa pekerjaan yang tidak diproses pada mesin-mesin
tertentu.
Gambar 2.2. Aliran Proses Skip Flow Shop
3) Reentrant flow shop
Yakni aliran proses dimana terdapat penggunaan satu atau beberapa
mesin lebih dari sekali dalam membuat produk dimaksud. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di berikut:
Gambar 2.3. Aliran Proses Reentrant Flow Shop
4) Compound Flow Shop
Yakni aliran proses yang memuat kelompok jenis mesin pada setiap tahap
prosesnya. Kelompok mesin biasanya berupa mesin mesin parallel.
6
Gambar 2.4. Aliran Proses Compound Flow Shop
2. Job Shop
Proses produksi dengan aliran job shop berarti proses pengurutan pekerjaan untuk
lintasan produk yang tidak beraturan atau tidak selalu sama untuk setiap jobnya.
Setiap pekerjaan yang dikerjakan dengan urutan mesin tertentu sesuai dengan
kebutuhan prosesnya. Dengan demikian pola alirannya berbeda-beda, tidak selalu
dalam satu arah. Keluaran dari setiap mesin untuk jenis job shop biasanya berarti
langsung sebagai produk jadi sehingga dapat juga berarti produk setengah jadi.
Gambar 2.5. Lintasan Aliran Job Shop
3. Batch
Yaitu merupakan bentuk satu langkah ke depan dibandingkan job shop dalam hal
standarisasi produk, tetapi tidak selalu terstandarisasi seperti produk yang dihasilkan
pada aliran lintasan perakitan flow shop. Sistem batch memproduksi banyak variasi
produk dan volume, lama proses produksi untuk setiap produk agak pendek, dan satu
lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk. Pada sistem ini,
pembuatan produk dengan tipe yang berbeda akan mengakibatkan pergantian
peralatan produksi, sehingga sistem tersebut harus general purpose dan fleksibel
untuk produk dengan volume yang rendah tetapi variasinya tinggi. Tetapi, volume
7
batch yang lebih banyak dapat diproses secara berbeda misalnya, memproduksi
beberapa batch lebih untuk tujuan MTS dibandingkan MTO. Aplikasi batch
misalnya ada pada produksi makanan ringan yaitu pada variasi bumbu rasa, namun
bahan dan bentuk tetap sama.
2.5. Elemen-Elemen Penjadwalan
Bila digambarkan, maka elemen-elemen output input, prioritas-prioritas dan ukuran
kinerja dari sistem penjadwalan akan tampak seperti berikut (Nasution, 2008):
Gambar 2.6. Elemen-Elemen Sistem Penjadwalan
Penjadwalan mempunyai elemen-elemen penting yang harus diperhatikan seperti job,
operasi, mesin, serta hubungan yang terjadi diantaranya:
1. Job
Job dapat didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang harus diselesaikan untuk
mendapatkan suatu produk. Job biasanya terdiri dari beberapa operasi yang harus
dikerjakan (minimal 1 operasi). Manajemen melalui perencanaan yang telah
dibuat/berdasarkan pesanan dari pelanggan yang memberikan job kepada lantai kerja
8
pabrik untuk dikerjakan. Informasi yang dipunyai oleh suatu job ketika datang ke
lantai kerja pabrik biasanya adalah operasi-operasi yang harus dilakukan didalamnya
(dari bagian engineering) saat job harus diselesaikan dan pada saat job mulai dapat
dikerjakan.
2. Operasi
Operasi adalah himpunan bagian dari job. Untuk menyelesaikan suatu job, operasi
dalam job diurutkan dalam suatu urutan pengerjaan tertentu. Urutan tersebut
ditentukan pada saat perencanaan proses. Suatu operasi baru dapat dikerjakan apabila
operasi atau proses yang mendahuluinya sudah dikerjakan terlebih dahulu. Matriks
routing berisikan informasi mengenai urutan pengerjaan dan jenis mesin yang
digunakan dalam setiap operasi. Setiap operasi mempunyai waktu proses.
3. Mesin
Mesin adalah sumber daya yang diperlukan untuk mengerjakan proses penyelesaian
suatu job.
2.6. Aturan Johnson
Salah satu algoritma yang digunakan dalam permasalahan penjadwalan produksi
flowshop adalah aturan Johnson. Aturan Johnson (Johnson’s Rule) adalah suatu aturan
untuk meminimumkan makespan 3 mesin yang disusun paralel dan saat ini menjadi dasar
teori penjadwalan (Aryetta, 2007). Aturan Johnson mampu memberikan solusi optimal
dalam pengaturan penjadwalan produksi dibandingkan dengan penjadwalan menggunakan
pengalaman produksi tahun-tahun sebelumnya atas dasar pengalaman perusahaan karena
kondisi atau pesanan produksi yang ada tidaklah sama, sehingga aturan Johnson mampu
mengurangi menumpuknya pekerjaan dalam sebuah produksi dan mampu meminimalkan
makespan sebagai tujuan utamanya.
Aturan Johnson ini bisa digunakan untuk meminimasi waktu pemrosesan untuk
mengurutkan suatu kelompok pekerjaan melalui dua fasilitas. Aturan Johnson juga
meminimasi total waktu mengganggur pada mesin. Aturan Johnson meliputi empat
tahap/langkah:
1. Semua pekerjaan harus dicantumkan dan masing-masing waktu yang dibutuhkan
oleh sebuah mesin harus ditunjukkan.
2. Pilihlah pekerjaan dengan waktu aktivitas yang paling pendek. Jika waktu yang
paling pendek terdapat pada mesin pertama, maka pekerjaan dijadwalkan pertama
9
kali. Jika waktu yang paling pendek terdapat pada mesin kedua, pekerjaan
dijadwalkan paling akhir. Kemacetan dalam waktu aktivitas bisa dibagi-bagi secara
arbitrer.
3. Sekali suatu pekerjaan telah dijadwalkan, sisihkanlah pekerjaan itu.
4. Terapkan tahap 2 dan 3 ke pekerjaan yang masih tersisa, bekerja ke arah pusat urutan
itu.
a. Aturan Johnson 2 pusat
Terdapat lima pekerjaan khusus di sebuah tokop erkakas di Fredonia, New York,
yang harus diproses melalui dua pusat kerja (mesin bor dan mesin bubut). Waktu
pemrosesan untuk setiap pekrjaan adalah sebagai berikut:
Tentukan urutan yang akan meminimasi waktu pemrosesan total bagi kelima
pekerjaan.
1) Pekerjaan dengan waktu pemrosesan terpendek adalah A, ada pada pusat kerja
2 (2 jam). Karena pekerjaan tersebut ada pada pusat kerja 2, maka jadwalkan A
sebagai pekerjaan yang terakhir. Hapus pekerjaan dari daftar.
2) Pekerjaan B adalah pekerjaan dengan waktu pemrosesan terpendek berikutnya
(3 jam). Karena waktu terpendek tersebut ada pada pusat kerja 1, maka
pekerjaan B dijadwalkan pertama kali dan dihapuskan dari daftar.
3) Waktu terpendek berikutnya adalah pekerjaan C (4 jam) pada mesin kedua.
Oleh karena itu ditempatkan seakhir mungkin.
4) Terdapat seri (7 jam) pada pekerjaan yang tersisa. Pekerjaan E dapat
10
ditempatkan pada pusat kerja1 terlebih dahulu. Kemudian D ditempatkan pada
posisi urutan berikutnya.
Waktu urutan adalah:
Aliran waktu dari urutan pekerjaan ini digambarkan secara grafis sebagai
berikut:
b. Aturan Johnson 3 pusat
Metode tetap dengan metode Johnson, namun dengan sedikit modifikasi dan
memenuhi salah satu dari kondisi berikut ini :
1) Waktu proses terpendek dari departemen 1 harus lebih lama dari waktu proses
terpanjang pada departemen 2.
2) Waktu proses terpendek dari departemen 3 harus lebih lama dari waktu proses
terpanjang pada departemen 2.
Contoh di atas telah memenuhi salah satu kondisi dimana, waktu terpendek di
departemen 1 (7), ternyata lebih lama dari waktu trpanjang di departemen 2 (6).
Selanjutnya tabel di atas perlu dimodifikasi, dimana tiga departemen yang ada
‘diubah’ menjadi dua departemen bayangan, sehingga menjadi:
Departemen bayangan 1 = merupakan penjumlahan nilai di departemen 1 dan 2
11
Departemen bayangan 2 = merupakan penjumlahan nilai di departemen 2 dan 3
Selanjutnya proses pengurutannya adalah sama seperti ketika proses produksi
dilakukan pada dua departemen saja. Dengan demikian hasil pengurutannya
adalah sebagai berikut:
Dan penjadwalan lengkapnya adalah sebagai berikut :
2.7. Penjadwalan Menurut Waktu dan Proses
1. Menurut waktunya terbagi atas 3, yaitu:
a. Penjadwalan jangka pendek (short term scheduller)
Penjadwalan jangka pendek menetapkan muatan kerja selama 24 jam ke depan.
Dibuat berdasarkan jadwal forward (ke depan) dan di dasarkan pada prioritas yang
sama. Namun menunjukkan pekerjaan yang bias dilakukan saat ini, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi mereka yang bertanggung jawab atas aktivitas.
Penjadwalan jangka pendek sangat penting sekali bagi perusahaan karena:
1) Dengan penjadwalan yang efektif, perusahaan dapat menggunakan asetnya dan
menghasilkan kapasitas investasi yang lebih besar dan sebaliknya mengurangi
biaya.
12
2) Penjadwalan menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait dan
memberikan waktu pengiriman yang lebih cepat dan dengan demikian
pelayanan kepada pelanggan menjadi lebih baik.
3) Dengan menggunakan konsep penjadwalan jangka pendek maka keunggulan
kompetitif dengan pengiriman dapat diandalkan.
b. Penjadwalan jangka menengah (medium term scheduller)
Penjadwalan jangka menengah dimulai setelah penjadwalan jangka panjang
dibuat. Penjadwalan ini merupakan tugas manajer operasi yang akan membuat
keputusan taktis. Penjadwalan jangka panjang menengah harus konsisten dengan
strategi yang telah dibuat pimpinan puncak dan dilaksanakan pada sumber daya
yang telah disediakan oleh keputusan strategi sebelumnya, misalnya penjadwalan
penjualan, penjadwalan dan anggaran produksi penentuan tingkat tenaga kerja,
dan tingkat persediaan.
c. Penjadwal jangka panjang (long term scheduller)
Penjadwalan jangka panjang menetapkan seluruh muatan kerja selama jangka
waktu beberapa minggu yang akan datang, bahkan lebih lama. Jadwal tersebut
biasanya berkenaan dengan atau mengatur pekerjaan yang telah diketahui,
pekerjaan regular, pekerjaan produksi, dan penilaian atau pengukuran prioritas
yang dialokasikan biasanya di pengaruhi oleh frekuensi permintaan, misalnya:
1) Pekerjaan harian,
2) Mingguan,
3) Bulanan,
4) Periode akunting (jangka waktu penutupan buku besar)
5) Tahunan (Nasution, 2003)
2. Menurut jenis prosesnya terbagi atas 2, yaitu :
a. Penjadwalan Lini
Penjadwalan proses lini (Line Processes) dibutuhkan baik oleh lini perakitan
maupun yang disebut industri pengolahan. Untuk proses lini ini, persoalan
penjadwalan, sedikit sebagian daripadanya, dapat diselesaikan oleh desain proses,
karena produk mengalir dengan lancar dari satu stasiun ke stasiun lainnya.untuk
satu produk yang dibuat pada sebuah fasilitas, tidak muncul persoalan
penjadwalan karena aliran material sepenuhnya ditenukan oleh desain proses.
Persoalan penjadwalan hanya timbul jika banyak produk dibuat pada sebuah
13
fasilitas dan akibatnya mereka harus bersaing menggunakan sumber daya yang
terbatas.
Bilamana beberapa produk beberapa dibuat pada lini yang sama, setiap produk
sebenarnya dihasilkan dalam satu tumpukan (batches), dan peralihan lini
dibutuhkan untuk produk berikutnya. Peralihan ini boleh jadi sederhana saja, atau
juga bisa cukup kompleks sehingga memelukan penggantian alat dan modifkasi
stasiun kerja. Salah satu contoh penjadwalan lini adalah produk mesin penyejuk
ruangan dimana peralihan dari satu model ke yang lainnya bisa menghabiskan
beberapa ribu dolar. Contoh lainnya adalah pembuatan kulkas, oven microwave,
panggangan, peralatan listrik, ban, dan kebanyakan produk yang dibuat secara
massal. Persoalan peralihan ini menyertakan penjadwalan, karena mereka
memerlukan pengalokasian kapasitas lini untuk berbagai jenis produk.
Dalam menjawab persoalan penjadwalan lini ini, kita akan mengasumsikan bahwa
lini tersebut memproduksi untuk persediaan (inventory), dan kita akan
mengembangkan aturan penjadwalan yang mempertimbangkan taraf sediaan
maupun tingkat permintaan masa depan. Jika sediaan untuk suatu produk tertentu
relatif rendah dibandingkan permintaan masa depan, produk tersebut harus
dijadwalkan terlebih dahulu dari produk yang mempunyai sediaan yang relatif
lebih besar. Suatu cara untuk melakukan gagasan ini adalah gagasan dengan
menjadwalkan lot berdasarkanwaktu habis produk (runout time) tersebut. Waktu
habis untuk produk I didefinisikan sebagai:
nidI
ri
ii ,..........,.........2,1== ............................................................. (2.1)
Dimana: ri = waktu habis, dalam minggu
Ii = sediaan, dalam unit
di= permintaan mingguan, dalam unit
b. Penjadwalan Intermittent
Masalah penjadwalan intermittent sedikit berbeda dari proses lini. Pertama-tama,
setiap unit yang mengalir melalui proses intermittent umumnya mempunyai
banyak titik awal dan akhir, tidak bersambungan. Aliran tak teratur ini disebabkan
oleh tata letak proses intermittent menurut kelompok mesin atau keahlian dalam
pusat kerja. Sebagai akibatnya, pekerjaan atau pelangganmenunggu berbaris satu
unit dipindahkan dari satu pusat kerja ke yng berikutnya. Ketika sediaan barang
14
dalam proses (WIP = Work in-process) membengkak atau orang menunngu
berjajar-jajar, penjadwalan menjadi rumit dan sulit dipecahkan.
Persoalan penjadwalan proses intermittent dapat dilihat sebagai jaringan dari
antrian. Sebuah antrian dari sediaan WIP terbentuk disetiap pusat kerja sebagai
pekerjan yang menunggu fasilitas tersedia. Antrian ini saling berkaitan melalui
jaringan dari aliran material atau pembeli. Dengan kata lain, persoalan
penjadwalan proses intermittent adalah bagaimana mengelola antrian-antrian ini.
2.8. Metode Penugasan
1. Definisi
Metode penugasan merupakan suatu metode kuantitatif untuk mengalokasikan
sumber daya kepada tugas atau pekerjaan atas dasar satu-satu (one-to-one basis).
2. Tujuan Penugasan
Setiap sumber daya (assignee) ditugasi secara khusus kepada suatu tugas atau
kegiatan, misalnya orang ke tugas, tenaga penjualan ke lokasi, tim ke proyek, atau
mesin ke pekerjaan. Kecepatan setiap sumber daya dalam mengerjakan tugas
yang sama bisa berbeda tergantung dari pendidikan, pengalaman,
ketrampilan atau faktor lain dari masing-masing karyawan, sehingga biaya total
pengerjaan tugas bisa bervariasi tergantung dari cara mengalokasikan tugas-
karyawan tersebut.
Tujuan penugasan: mengalokasikan pembagian tugas-karyawan sedemikian rupa
sehingga dapat diperoleh biaya total yang minimum. Metode penugasan bisa
disebut sebagai jenis khusus dari metode pemrograman linear, bertujuan:
mengoptimalkan hasil yang akan dicapai, untuk meminimalkan biaya total atau
waktu yang diperlukan untuk mengerjakan beberapa tugas, dan memaksimalkan
hasil, misalnya produksi atau keuntungan. Karena sifatnya yang one-to-one basis,
metode ini menggunakan pemecahan secara n x n matriks. Jumlah tugas/kegiatan
harus sama dengan jumlah sumber daya yang tersedia.
3. Langkah – Langkah dan Contoh Metode Penugasan
Metode penugasan mencakup penambahan dan pengurangan angka-angka yang
sesuai dalam tabel untuk menemukan biaya yang paling rendah untuk setiap tugas.
Empat langkah yang ditempuh:
15
a. Kurangi semua angka dalam baris dengan angka terkecil yang terdapat dalam
baris tersebut. Kemudian kurangi semua angka dalam kolom dengan angka
terkecil yang terdapat dalam kolom tersebut.
b. Gambarkan garis lurus horizontal dan vertikal seminimal mungkin untuk
mencoret semua angka nol dalam tabel. Jika jumlah garis sama dengan jumlah
baris atau jumlah kolom yang dimiliki oleh tabel, maka maka penugasan yang
optimal telah ditemukan (ke langkah 4). Jika jumlah garis kurang dari jumlah
baris atau kolom, lanjutkan ke langkah 3.
c. Kurangi setiap angka yang tidak tercoret dalam tabel dengan angka terkecil yang
ditemukan yang juga tidak tercoret oleh garis. Tambahkan angka yang sama
kepada angka yang ditutupi oleh dua garis. Jangan mengubah angka yang hanya
tercoret oleh satu garis. Kembali ke langkah 2 dan teruskan hingga penugasan
yang optimal ditemukan.
d. Penugasan yang optimal akan selalu berada pada nilai nol pada tabel. Salah satu
cara yang sistematis untuk membuat sebuah penugasan yang sah adalah memilih
sebuah kolom atau baris yang berisi hanya satu kotak nol. Penugasan dapat
dilakukan pada kotak tersebut, dan kemudian gambarkan garis melalui kolom dan
baris tersebut. Penugasan telah dibuat dan lanjutkan prosedur hingga setiap orang
atau mesin sudah ditugaskan pada satu pekerjaan.
4. Contoh
Sebuah perusahaan kecil mempunyai 4 pekerjaan yang berbeda untuk diselesaikan
oleh 4 karyawan. Biaya penugasan seorang karyawan untuk pekerjaan yang berbeda
adalah berbeda karena sifat pekerjaan berbeda-beda. Setiap karyawan mempunyai
tingkat ketrampilan, pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan serta latihan
yang berbeda pula. Sehingga biaya penyelesaian pekerjaan yang sama oleh para
karyawan yang berlainan juga berbeda.
16
a. Kurangkan dengan biaya yang terkecil dalam unsur barisnya
b. Lakukan pengurangan kolom jika masih terdapat kolom yang tidak mempunyai
nilai nol. Kurangkan dengan biaya terkecil di setiap kolom yang tidak mempunyai
nilai nol.
c. Membentuk penugasan optimum dengan menarik sejumlah minimum garis
horisontal dan/atau vertikal untuk meliputi seluruh elemen bernilai nol dalam
matriks biaya. Jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/ kolom maka
penugasan telah optimal. Jika tidak maka harus direvisi.
d. Melakukan revisi tabel
• Untuk merevisi total opportunity cost, pilih angka terkecil yang tidak terliput
(dilewati) garis. (pada contoh di atas = 16)
• Kurangkan angka yang tidak dilewati garis dengan angka terkecil (16)
• Tambahkan angka yang terdapat pada persilangan garis dengan angka terkecil
(16)
• Kembali ke langkah 4
17
e. Karena jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom maka penugasan telah
optimal. Berikut ini adalah penugasannya:
• Karyawan A untuk pekerjaan III biayanya 90
• Karyawan B untuk pekerjaan I biayanya 84
• Karyawan C untuk pekerjaan II biayanya 104
• Karyawan D untuk pekerjaan IV biayanya 83
Jadi, total biaya yang paling optimal adalah 361
2.9. Gantt Chart
Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang digunakan untuk penjadwalan
sumber daya dan alokasi waktu (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006). Gantt Chart adalah
contoh teknik non-matematis yang banyak digunakan dan sangat popular di kalangan para
manajer karena sederhana dan mudah dibaca. Gantt Chart dapat membantu penggunanya
untuk memastikan bahwa (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006):
1. Semua kegiatan telah direncakan
2. Urutan kinerja telah diperhitungkan
3. Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat, dan
4. Keseluruhan waktu proyek telah dibuat
Gantt Chart sangat mudah dipahami, balok horizontal (horizontal bar) dibuat pada
tiap kegiatan proyek sepanjang garis waktu. Gantt Chart juga dapat digunakan untuk
penjadwalan operasi yang berulang. Gantt chart digunakan untuk penjadwalan sederhana
atau proyek-proyek yang kegiatannya tidak terlalu berkaitan atau proyek kecil, sedangkan
network untuk penjadwalan proyek yang rumit. Gantt chart tidak bisa secara eksplisit
menunjukkan keterkaitan antara aktivitas dan bagaimana satu aktivitas berakibat pada
aktivitas lain bila waktunya terlambat atau dipercepat, sehingga perlu dilakukan modifikasi
terhadap Gantt chart. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada Gantt chart
maka dikembangkan sebuah teknik baru yaitu jaringan (network).
Berikut merupakan contoh Gantt chart dari suatu proyek Perancangan dan
Implementasi Statistical Process Control di suatu perusahaan manufaktur (Santosa, 2003):
18
Kelebihan penggunaan Gantt Chart, diantaranya:
1. Dapat menunjukkan waktu, kegiatan dan urutan kegiatan.
2. Jika jumlah kegiatan tidak terlalu banyak atau hanya sekedar jadwal induk, maka
metode Gantt Chart menjadi pilihan pertama dalam proses perencanaan dan
pengendalian kegiatan, karena mudah dipahami oleh semua lapisan pelaksana
proyek.
Dari kelebihan diatas Gantt Chart juga memiliki kelemahan, antara lain
(Murahartawaty):
1. Tidak memperlihatkan saling ketergantungan dan hubungan antar kegiatan sehingga
sulit diantisipasi jika terjadi keterlambatan suatu kegiatan terhadap jadwal
keseluruhan proyek.
2. Tidak mudah dilakukan perbaikan dan pembaharuan (updating) disebabkan Gantt
Chart baru harus dibuat kembali (tidak efesien), padahal pembuatan ulang akan
memakan waktu dan jika tidak dilakukan segera maka peta tersebut akan menurun
daya gunanya.
3. Untuk proyek yang berukuran sedang dan besar serta kompleks, maka Gantt Chart
tidak mampu menyajikan jadwal secara sistematis dan mengalami kesulitan dalam
menentukan keterkaitan antar kegiatan.
19
2.10. Pengurutan (Sequencing)
Istilah penjadwalan dapat diartikan sebagai proses penentuan waktu mulai dan
selesainya tugas. Sementara pengurutan (sequencing) mencakup penentuan urutan
pekerjaan yang di proses. Dalam praktek, perbedaan ini mungkin tidak terlalu kelihatan,
penjadwalan seringkali sudah mencakup waktu dan urutan pekerjaan.
Pengurutan menentukan urutan pekerjaan yang harus dikerjakan pada suatu pusat
kerja. Misalnya, terdapat 5 jenis pekerjaan yang akan di proses. Pekerjaan mana yang harus
dikerjakan terlebih dulu, apakah yang lebih dulu datang atau yang paling cepat selesai.
Metode pengurutan menentukan urutan pekerjaan yang dilakukan oleh suatu pusat kerja
berdasarkan aturan prioritas yang telah ditentukan.
Terdapat beberapa aturan dalam pengurutan, setiap urutan tentunya mempunyai
pengaruh yang berbeda, baik terhadap kecepatan selesainya pekerjaan maupun te1rhadap
faktor lainnya seperti tingkat rata-rata persediaan, biaya set-up maupun rata-rata
keterlambatan pekerjaan. Urutan yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Beberapa aturan prioritas yang umum sebagai berikut:
1. FCFS (First Come First Serve), pekerjaan yang datang lebih awal pada suatu pusat
kerja akan dikerjakan lebih dulu. Aturan ini banyak digunakan pada bank,
supermarket, kantor pos, dan sebagainya.
2. SPT (Shortest processing Time), pekerjaan yang paling cepat selesainya mendapat
prioritas pertama untuk dikerjakan lebih dulu. Cara ini seringkali diterapkan bagi
perusahaan perakitan atau jasa.
3. EDD (Earliest Due Date), pekerjaan yang harus selesai paling awal dikerjakan lebih
dulu.
4. LPT (Longest Processing Time)
Adalah sebuah metode yang mendahulukan penyelesaian proses produksi
berdasarkan waktu proses yang paling lama.
5. CR (Critical Ratio)
Aturan ini akan mengurutkan pekerjaan dengan menghitung waktu sisa sampai
dengan batas waktu pengerjaannya.
6. LS (Least Slack)
Waktu longgar didefinisikan sebagai waktu tersisa sampai tanggal penyelesaian
dikurangi dengan waktu pemprosesan. Pekerjaan dengan waktu longgar paling kecil
atau nol akan diproses terlebih dahulu.
20
7. PCO (Preferred Customer Order)
Adalah sebuah metode yang memilih pekerjaan berdasarkan pada prioritas
pentingnya langganan bagi perusahaan.
8. RS (Random Selection)
Pekerjaan berikutnya yang akan diproses dipilih secara acak.
9. HEP (Highest Expected Profitability)
Pekerjaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tertinggi akan diproses.
Sebelum masuk ke dalam penyusunan pengurutan pekerjaan, berikut ini beberapa
terminologi yang dipakai.
a. Lama proses menunjukkan waktu yang diperlukan untuk memproses pekerjaan itu
sampai selesai.
b. Waktu selesai menunjukkan total waktu suatu pekerjaan berada pada sistem.
Waktu selesai ini mencakup lama proses ditambah dengan waktu menunggu
sampai pekerjaan yang bersangkutan mendapat giliran di proses.
c. Jadwal selesai (due date) merupakan batas waktu yang diharapkan pekerjaan yang
bersangkutan telah selesai di proses (jatuh tempo), yaitu berapa hari sejak
pekerjaan masuk ke dalam sistem.
d. Keterlambatan menunjukkan jumlah hari keterlambatan dari batas yang
diharapkan selesai, yaitu perbedaan antara waktu selesai dan jadwal selesai.
e. Rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan (average completion time), dihitung dari
jumlah waktu selesai semua pekerjaan dibagi dengan jumlah pekerjaan. Rata-rata
waktu penyelesaian yang rendah dapat memperkecil jumlah persediaan dalam
proses yang pada akhirnya dapat mempercepat pelayanan.
f. Rata-rata waktu keterlambatan (average job lateness), dihitung dari jumlah hari
keterlambatan dibagi dengan jumlah pekerjaan. Rata-rata keterlambatan yang
rendah menunjukkan waktu pengiriman (delivery time) yang lebih cepat.
g. Rata-rata jumlah pekerjaan pada sistem (pusat kerja) adalah rata-rata jumlah
pekerjaan dalam sistem (baik yang sedang menunggu maupun sedang di proses)
dari awal sampai pekerjaan terakhir selesai di proses. Rata-rata jumlah pekerjaan
yang sedikit menunjukkan sistem dalam keadaaan longgar (tidak penuh).
21
2.11. Istilah Dalam Penjadwalan
Dalam penjadwalan juga dikenal beberapa istilah diantaranya:
1. Processing Time adalah peramalan perkiraan lamanya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan sebuah tugas. Processing Time untuk tugas i dinotasikan dengan ti. i
menyatakan tugas ke i.
2. Due Date adalah batas waktu penyerahan produk yang dijanjikan kepada pelanggan,
dinotasikan dengan di.
3. Lateness adalah penyimpangan completion time dan due date sebuah tugas,
dinotasikan dengan Li.
4. Completion time adalah rentang waktu antara awal pekerjaan pada tugas pertama,
disaat t(waktu) = 0, dan waktu ketika sebuah tugas i diselesaikan, dinotasikan dengan
Ci.
5. Tardiness adalah nilai keterlambatan sebuah tugas. Akan bernilai positif jika tugas
terlambat dan jika bernilai negatif tugas dinyatakan early, dinotasikan dengan Ti.
6. Early adalah suatu nilai keterlambatan yang menyatakan bahwa tugas diselesaikan
sebelum due date-nya.
7. Slack adalah sisa waktu antara due date dan Processing Time sebuah tugas.
8. Flow time adalah rentang waktu antara titik dimana sebuah tugas siap dikerjakan dan
titik saat selesainya. Merupakan hasil penjumlahan processing time dan waktu
tunggu tugas sebelum dikerjakan, dinotasikan dengan Fi.
9. Makespan waktu penyelesaiaan semua tugas.
10. Heuristic adalah suatu prosedur pemecahan masalah untuk menghasilakan hasil yang
baik tetapi tidak menjamin hasil yang optimal.
11. Ready Time menunjukkan saat suatu pekerjaan (job) dapat dikerjakan atau siap
dijadwalkan.
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan mengenai penjadwalan antara
lain sebagai berikut:
1. Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan
mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi
suatu kegiatan operasi dan menetukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi
2. Output scheduling berupa pembebanan (Loading), pengurutan (Sequencing),
Priorotas job (Dispatching), Pengendalian kinerja penjadwalan, dan Up-dating
jadwal.
3.2. Saran
Sebaiknya mahasiswa mencari informasi lebih lanjut mengenai materi Penjadwalan
sehingga mahasiswa lebih memahami.
23
DAFTAR PUSTAKA
journal.amikom.ac.id/index.php/KIDA/article/view/3308/1351
Hakim Nasution, Arman. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya:
Guna Widya.
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=7881
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/64/jbptunikompp-gdl-s1-2006-jovanmaxyt-3157-bab-
2.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengelolaan_instalasi_komputer/bab11-
penjadwalan
http://eprints.binadarma.ac.id/365/1/JURNAL%20PENINGKATAN%20PERENCANAA
N%20PENJADWALAN%20PRODUKSI%20.doc
http://ml.scribd.com/doc/138643677/BAB-IV-Metode-Penugasan-pdf
http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-1-00469TI%20Bab%202.pdf
http://www.scribd.com/doc/9757558/penjadwalan
http://ocw.stikom.edu/course/download/2012/09/Penjadwalan-10-12.pdf
ptiik.ub.ac.id/doro/download/article/file/DR00079201406
24