74
LAPORAN TUTORIAL II MODUL “MALNUTRISI ENERGI PROTEIN” BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI Tutor : DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A Sukri Lakowani 1102070090 Agung Dirgantara 1102080103 Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090115 L.M Akhiruddin 1102090079 Assafahani Sibua 1102090038 M. Taufik Syarifuddin 1102090010 Fadli 1102090131 Tasia Ma’bud 1102090044 Risda Nurfadila 1102090018 Rismawaty Samonding 1102090096 Andi Fajar Apriani 1102090106

Malnutri Energi Protein Geriatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Geriatri

Citation preview

Page 1: Malnutri Energi Protein Geriatri

LAPORAN TUTORIAL II

MODUL “MALNUTRISI ENERGI PROTEIN”

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI

Tutor :

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A

Sukri Lakowani 1102070090

Agung Dirgantara 1102080103

Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090115

L.M Akhiruddin 1102090079

Assafahani Sibua 1102090038

M. Taufik Syarifuddin 1102090010

Fadli 1102090131

Tasia Ma’bud 1102090044

Risda Nurfadila 1102090018

Rismawaty Samonding 1102090096

Andi Fajar Apriani 1102090106

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

Page 2: Malnutri Energi Protein Geriatri

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan berkat dan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga laporan tutorial modul II ini dapat diselesaikan dengan baik dan tak lupa

kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan laporan ini, khususnya kepada Ibunda dr yang telah membimbing kami selama proses

tutorial berlangsung.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan dalam Blok

Tumbuh Kembang dan Geriatri di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, yang

berisi hasil diskusi kelompok kami tentang malnutrisi energy dan protein, kecacingan, anemia

gizi, defisiensi Vitamin A, dan hubungan antara masing-masing gejala yang ditampilkan dalam

skenario modul ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,baik

dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan

saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan diskusi modul ini lebih lanjut, akan kami

terima dengan senang hati. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan tugas ini.

Makassar, 4 Januari 2012

Penulis

Page 3: Malnutri Energi Protein Geriatri

BAB I

PENDAHULUAN

Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi medis yang disebabkan oleh

pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Istilah ini seringkali lebih

dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan

yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Namun

demikian, sebenarnya istilah tersebut juga dapat mencakup keadaan overnutrition (gizi berlebih).

Seseorang akan mengalami malnutrisi bila jumlah, jenis, atau kualitas yang memadai dari zat

gizi yang mencakup diet yang sehat tidak dikonsumsi untuk jangka waktu tertentu yang cukup

lama. Keadaan yang berlangsung lebih lama lagi dapat menyebabkan terjadinya kelaparan.

Manutrisi akibat asupan zat gizi yang kurang untuk menjaga fungsi tubuh yang sehat

seringkali dikaitkan dengan kemiskinan, terutama pada negara-negara berkembang. Sebaliknya,

malnutrisi akibat pola makan yang berlebih atau asupan gizi yang tidak seimbang lebih sering

diamati pada negara-negara maju, misalnya dikaitkan dengan angka obesitas yang meningkat.

Obesitas adalah suatu keadaan di mana cadangan energi yang disimpan pada jaringan lemak

sangat meningkat hingga ke mencapai tingkatan tertentu, yang terkait erat dengan gangguan

kondisi kesehatan tertentu atau meningkatnya angka kematian.

Ketika berbicara mengenai gizi kurang (under nutrition), perhatian terbesar akan

ditujukan pada anak, terutama balita. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, asupan kurang yang

berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, akan memberikan dampak terhadap proses

tumbuh kembang anak dengan segala akibatnya di kemudian hari. Tidak hanya pada

pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan mentalnya. Satu hal yang akan berdampak

pada produktivitas suatu bangsa.

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap

kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang

banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat

Page 4: Malnutri Energi Protein Geriatri

berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia

sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi

kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah. Untuk mengantisipasi masalah

tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan

menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk

kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan,

puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan

Gizi).

Page 5: Malnutri Energi Protein Geriatri

BAB II

ISI

I. SKENARIO

Seorang anak laki-laki, umur 5 tahun 3 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan

keluhan keluar cacing dari mulut sebanyak 2 ekor. Riwayat pemberian makan : anak makan

makanan keluarga, 3 x sehari, hanya 3 sendok makan, selera makan anak berkurang sejak

sebulan terakhir. Pada pemeriksaaan fisik didapatkan : BB 10,5 kg, TB 110 cm. Konjunctiva

tampak pucat dan tampak gambaran seperti busa pada mata kanan. Tampak iga gambang dan

wasting hebat. Laboratorium : Hb 6 gr/dl.

(Kata kunci : kecacingan pada anak, anoreksia pada anak, anemia gizi, xerophtalmia, gizi

buruk tipe marasmus)

II. KATA SULIT

Iga gambang

Iga gambang yaitu salah satu manifestasi klinik dari Kekurangan Energi Protein

(KEP), dimana iga/tulang rusuk terlihat jelas seperti alat musik gambang

Wasting hebat

Wasting yaitu kurang gizi akut yang diukur dengan BB menurut tinggi badan

(BB/TB). Wasting yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi

badannya, jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik) artinya sedikit demi

sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang tama maka terjadi keadaan stunting.

III. KATA KUNCI DAN ANALISIS KASUS

anak laki- laki, 5 tahun 3 bulan

keluar cacing dari mulutnya sebanyak 2 ekor

makan makanan keluarga, 3 x sehari

hanya 3 sendok makan

Page 6: Malnutri Energi Protein Geriatri

selera makan anak berkurang sejak sebulan terakhir

BB 10,5 kg

TB 110 cm

konjungtiva tampak pucat

tampak gambaran seperti busa pada mata kanan

tampak iga gambang dan wasting hebat

laboratorium : Hb 6 g/dl.

ANALISIS KASUS

Keluar cacing dari mulut : + kecacingan

Hanya 3 sendok makan: intake inadekuat

Konjungtiva pucat : anemia

Busa pada mata kanan: Bitot spot (Tanda xeroftalmia (X1) )

BB 10,5 kg ; TB 110 cm status gizi BURUK

Iga Gambang = tanda penyakit malnutrisi

Wasting berat = Severe wasting (sangat kurus)

Hb 6 g/dl = anemia

6 bln- 6thn = 11-14,5 g/dl

Status gizi:

0-5 tahun WHO 2005

> 5 tahun CDC 2000 =

o < 70% gizi buruk

o 70-90 % gizi kurang

o 90-100% gizi cukup

o 110-120% overweight

o 120% Obesitas

Page 7: Malnutri Energi Protein Geriatri
Page 8: Malnutri Energi Protein Geriatri
Page 9: Malnutri Energi Protein Geriatri

Interpretasi Kurva WHO:

Indikator Status Gizi Cut off Point

BB/U (WAZ =

Weight for Age

Z-score)

Gizi lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

>2,0 SD baku WHO-NCHS

- 2,0 SD s/d + 2 SD

< - 2,0 SD

< - 3 SD

TB/U (HAZ=

Height for Age

Z-score)

Normal

Pendek

>= -2,0 SD baku WHO-NCHS

< - 2,0 SD

BB/TB (WHZ=

Weight for Height

Z-score

Gemuk

Normal

Kurus/wasted

Sangat Kurus

> 2,0 SD baku WHO-NCHS

- 2,0 SD s/d + 2 SD

< - 2 SD

< - 3 SD

Page 10: Malnutri Energi Protein Geriatri

IgaIga gambang dan wasting hebat

Iga gambang yaitu salah satu manifestasi klinik dari Kekurangan Energi

Protein (KEP), dimana iga/tulang rusuk terlihat jelas seperti alat musik

gambang

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan

perkembangan balita terganggu. Derajat berat-ringannya KEP tergantung dari

akut atau menahunnya gangguan. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut

menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting yaitu

kurang gizi akut yang diukur dengan BB menurut tinggi badan (BB/TB).

Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya, jika

kekurangan ini bersifat menahun (kronik) artinya sedikit demi sedikit, tetapi

dalam jangka waktu yang tama maka terjadi keadaan stunting. Stunting, yaitu

kurang gizi kronik yang diukur dengan tinggi badan menurut umur (TB/U).

Pada stunting, anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan

usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus. Baik wasting maupun

stunting dibagi dalam tiga derajat. Seorang anak dapat mengalami kedua hal

tersebut

Page 11: Malnutri Energi Protein Geriatri

Hb 6 gr/dl

Page 12: Malnutri Energi Protein Geriatri

Gambaran seperti busa pada mata kanan

Defisiensi vitamin A dan xerophthalmia umumnya terjadi pada anak-anak

(khususnya yang menderita malnutrisi atau campak) dan wanita hamil di daerah

endemik. Defisiensi vitamin A dapat dicegah dengan pemberian retinol secara

sistematis. Tanda-tanda klinis (menurut klasifikasi WHO)

Tanda awal adalah hemeralopia atau buta senja (night blindess) = tampak

anak tidak dapat melihat pada pencahayaan yang redup, dapat membentur

benda-benda sekitar dan/atau kecepatan berjalan menurun.

Berikut adalah gambar pengidap penyakit Xeropthalmia : 

Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea.

Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil.

Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas

berupa sikatrik atau jaringan parut. Pnderita menjadi buta yang

sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok

kornea.

 Xeroftalmia Fundus (XF). Dengan opthalmoscope pada fundus

tampak gambar tampak seperti cendol.

Page 13: Malnutri Energi Protein Geriatri

Xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lender atau bagian putih bola

mata tampak kering, berkeriput, dan berpigmentasi denagn

permukaan terlihat kasar dan kusam.

Xerosis konjungtiva dan bercak bitot (X1B). X1B adalah tanda-

tanda xerosis konjungtiva (X1B) ditambah bercak putih seperti busa

sabun atau keju (bercak bitot) terutama didaerah celah mata sisi luar.

Kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva (bagian putih

mata)  konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-

kerut.

Xerosis kornea (X2). Kekeringan pada konjungtiva berlanjut

sampai kornea (bagian hitm mata). Kornea tampak menjadi suram

dan kering dan permukaan  kornea tampak kasar. Keaadaan umum

biasanya gizi buruk (gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA,

diare).

Keratomalasia dan ulserasi kornea (X3A/X3B). Kornea melunak

seperti bubur dan dapat terjadi ulkus kornea atau perlukaan. Taahap

3A; Bila berlainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.

Tahap 3B: bila kelainan mengenai sama atau ;lebih dari 1/3

permukaan kornea. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea

(kornea pecah).

Page 14: Malnutri Energi Protein Geriatri

IV. PERTANYAAN

1. Bagaimana patomekanisme terjadinya iga gambang dan wasting hebat pada anak

tersebut?

2. Apa penyebab cacing keluar dari mulutnya?

3. Apa penyebab anoreksia dan bagaimana hubungannya dengan keluhan utama?

4. Patomekanisme terbentuknya gambaran seperti busa pada mata kanan ?

5. Apa saja etiologi malnutrisi?

6. Bagimana langkah diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan?

7. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pasien?

8. Bagaimana penanganan awalnya?

9. Apa saja DD yang mungkin untuk kasus ini?

10. Bagaimana pencegahannya?

V. JAWABAN

1. Patomekanisme iga gambang dan wasting hebat

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan

sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga disertai

adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer apabila kejadian

KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah social

ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi sekunder bila

kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan

bawaan, infeksi kronis, ataupun kelainan pencernaan dan metabolik yang mengakibatkan

kebutuhan nutrisi meningkat,penyerapan nutrisi yang turun, dan meningkatnya kehilangan

nutrisi. Makanan yang tidak adekuat akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan

untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran karbohidrat,

kemudian pembakaran lemak lalu pembakaran protein dengan melalui proses katabolik. Kalau

terjadi stress katabolik (infeksi) maka kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat

menyebabkan defisiensi protein relative, kalau kondisi ini terjadi pada status gizi masih diatas -3

Page 15: Malnutri Energi Protein Geriatri

SD (-2SD – 3 SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/decompesated malnutrition).

Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan antioksidan. Bila stress katabolik ini terjadi

pada status gizi dibawah -3 SD, maka terjadilah marasmic-kwasiorkor. Kalau kondisi ini terus

dapat beradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadi marasmus (malnutrisi

kronis/compesated malnutrition). Dengan demikian pada KEP akan terjadi: gangguan

pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan

system kekebalan tubuh, penurunan beberapa sintesa protein.

Berikut ini adalah bagan multifaktorial menuju kearah terjadinya KEP:

Gejala klinis KEP berbeda-beda tergantung derajat dan lama deplesi protein, energi, dan umur

penderita juga tergantung oleh hal lain seperti adanya kekurangan vitamin dan mineral yang

menyertainya. KEP dibagi menjadi KEP ringan, KEP sedang, dan KEP berat. Pada KEP ringan

dan sedang yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang, sperti berat badan yang kurang

dibandingkan dengan anak yang sehat. KEP ringan dan sedang sering ditemukan pada anak-anak

dari 9 bulan sampai usia 2 tahun,

tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar.

Berikut tanda-tanda KEP ringan dan sedang dilihat dari pertumbuhan yang

terganggu dapat diketahui melalui:

1. Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti.

2. Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, ada kalanya berat badan kadang menurun.

3. Ukuran lingkar lengan atas menurun.

4. Maturasi tulang terhambat.

5. Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun.

6. Tebal lipat kulit normal atau mengurang.

7. Anemia ringan, diet yang menyebabkan KEP sering tidak mengandung cukup zat besi dan

vitamin-vitamin lainnya.

8. Aktivitas dan perhatian mereka berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat,

9. Kelainan kulit maupun rambut jarang ditemukan pada KEP ringan dan sedang akan tetapi

adakalanya dapat ditemukan.

Page 16: Malnutri Energi Protein Geriatri

Penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat beratnya KEP. Tingkat KEP I

dan KEP II disebut KEP ringan dan sedang dan KEP III disebut KEP berat. KEP berat terdiri

dari marasmus, kwashiorkor, dan gabungan keduanya. Maksud utama penggolongan ini adalah

untuk keperluan perawatan dan pengobatan. Untuk menentukan klasifikasi diperlukan batasan-

batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan ini disetiap Negara relative berbeda, hal ini

tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di Negara tersbut, berdasarkan hasil penelitian empiris

dan keadaan klinis. Berikut adalah klasifikasi KEP menurut Depkes RI Kategori Status BB/U

(%baku median WHO NCHS)

Kategori Status BB/U (%baku median WHO

NCHS)

Overweight Gizi lebih > 120% median BB/U

Normal Gizi baik 80% - 120% median BB/U

KEP I (ringan) Gizi sedang 70%-79,9% median BB/U

KEP II (sedang) Gizi kurang 60% - 69,9% median BB/U

KEP III (berat) Gizi buruk < 60% median BB/U

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak

factor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan menjadi 3 faktor penting, yaitu : tubuh sendiri

(host), agen (kuman penyebab), dan lingkungan (environment). Faktor diet merupakan

factor terpenting (compensated malnutrition)

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk

mempertahankan hidup dengan memnuhi kebutuhan energy atau kalori. Kemampuan

tubuh untuk menggunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat

penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat/glukaosa dapat dipakai oleh

seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, tetapi kemampuan tubuh untuk menyimpan

karbohidrat sangat sedikit, sehingga 25 jam dapat terjadi kekurangan. Akibatnya,

katabolisme protein pun terjadi, setelah beberapa jam, dengan menghasilkan asam amino

yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama keadaan puasa,

starvasi, dan kekurangan makan, jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol,

Page 17: Malnutri Energi Protein Geriatri

dan badan keton. Otot dapat menggunakan asam lemak dan badan keton sebagai sumber

energy kalau kekurangan energy ini berlangsung lama.

2. Penyebab cacing keluar dari mulut

Siklus hidup cacing ini membutuhkan 4-8 minggu untuk menjadi dewasa.

Manusia terinfeksi melalui telur yang tertelan bersama makanan. Telur akan menetas

menjadi larva di usus halus. Selanjutnya larva bergerak menembuk pembuluh darah dan

limfe usus halus mengikuti aliran darah ke hati atau ductus thoracicus menuju jantung,

kemudian akan dipompa ke paru-paru. Larva akan mencapai alveoli dan menetap selama

10 hari untuk berkembang lebih lanjut. Bila larva telah berukutan 1,5 mm, larva akan

bermigrasi ke saluran napas, epiglottis, dank esophagus, lambung, dan kembali ke usus

halus dan menjadi dewasa.

Page 18: Malnutri Energi Protein Geriatri

Infeksi ringan cacing ini dapat bergejala ataupun tanpa gejala sama sekali.

Kelainan patologis yang terjadi dapat disebabkan oleh 2 stadium, yaitu :

a. Kelainan oleh larva, yaitu efek migrasi larva ke paru-paru (manifestasi respiratorik).

Gejala yang timbul berupa demam, dyspneu, batuk, malaise, bahkan pneumonia.

Gejala ini terjadi 4-16 hari setelah infeksi. Sianosis dan takikardi dapat terjadi pada

tahap akhir infeksi. Gejala ini dinamakan ascariasis pneumonia atau sindrom Loeffler.

Kejadian ini akan menghilang 1 bulan.

b. Kelainan oleh cacing dewasa, berupa efek mekanis jika jumlahnya cukup banyak,

akan terbentuk bolus dan menyebabkan obstruksi parsial atau total. Migrasi yang

menyimpang dapat menyebabkan efek patologis, tergantung pada tempat akhir

migrasinya.

3. Hubungan anoreksia dengan keluhan utama

Anoreksia dihubungkan dengan perasaan penuh yang dirasakan anak karena adanya

koloni cacing dalam GI nya. Anak merasa tidak lapar sehingga malas untuk makan. Bisa

juga karena infeksi dan malnutsi menyebabkan anak kekurangan energy dan merasa

malas untuk makan dan beraktivitas. Anoreksia yang lanjut dan tidak terkoreksi turut

memperberar malnutrisinya.

4. Patomekanisme terbentuknya gambaran seperti busa pada mata kanan

Vitamin A berfungsi dalam proliferasi sel epitel mukosa di saluran pernapasan,

pencernaan maupun konjungtiva. Jika terjadi defisiensi vitamin A karena infeksi ascaris

yang menggunakan vitamin A untuk metabolime, maka akan terjadi hiperkeratinisasi

pada lapisan mukosa tersebut. Hiperkeratinisasi bermanifestasi sebagai busa pada

konjungtiva. Selain karena Ascariasi, defisiensi vitaminA juga terjadi karena nutrisi yang

Jika terjadi defisiensi vitamin A karena infeksi ascaris yang menggunakan vitamin A

untuk metabolime, maka akan terjadi hiperkeratinisasi pada lapisan mukosa tersebut.

Hiperkeratinisasi bermanifestasi sebagai busa pada konjungtiva. Selain karena Ascariasi,

defisiensi vitaminA juga terjadi karena nutrisi yang inadekuat.

Page 19: Malnutri Energi Protein Geriatri

Vitamin A juga digunakan oleh sel batang retina untuk membuat rhodopsin yang

berfungsi untuk membantu mata melihat cahaya yang sedikit terutama pada malam hari.

Ileh karena itu, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan seseorang mengalami buta pada

malam atau senja hari yang dikenal dengan nama xeroftalmia

Defisiensi vitamin A dan xerophthalmia umumnya terjadi pada anak-anak

(khususnya yang menderita malnutrisi atau campak) dan wanita hamil di daerah endemik.

Defisiensi vitamin A dapat dicegah dengan pemberian retinol secara sistematis. Tanda-tanda

klinis (menurut klasifikasi WHO)

Tanda awal adalah hemeralopia atau buta senja (night blindess) = tampak anak

tidak dapat melihat pada pencahayaan yang redup, dapat membentur benda-benda sekitar

dan/atau kecepatan berjalan menurun.

Berikut adalah gambar pengidap penyakit Xeropthalmia : 

Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea. Kornea mata tampak menjadi

putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan

bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Pnderita menjadi buta yang sudah tidak dapat

disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.

Page 20: Malnutri Energi Protein Geriatri

 Xeroftalmia Fundus (XF). Dengan opthalmoscope pada fundus tampak gambar tampak seperti

cendol.

Xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lender atau bagian putih bola mata tampak kering,

berkeriput, dan berpigmentasi denagn permukaan terlihat kasar dan kusam.

Xerosis konjungtiva dan bercak bitot (X1B). X1B adalah tanda-tanda xerosis konjungtiva

(X1B) ditambah bercak putih seperti busa sabun atau keju (bercak bitot) terutama didaerah celah

mata sisi luar. Kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva (bagian putih

mata)  konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut.

Xerosis kornea (X2). Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea (bagian hitm mata).

Kornea tampak menjadi suram dan kering dan permukaan  kornea tampak kasar. Keaadaan

umum biasanya gizi buruk (gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA, diare).

Keratomalasia dan ulserasi kornea (X3A/X3B). Kornea melunak seperti bubur dan dapat

terjadi ulkus kornea atau perlukaan. Taahap 3A; Bila berlainan mengenai kurang dari 1/3

permukaan kornea. Tahap 3B: bila kelainan mengenai sama atau ;lebih dari 1/3 permukaan

kornea. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah).

Page 21: Malnutri Energi Protein Geriatri

Selain itu, vitamin A juga berfungsi dalam transportasi Fe serta membantu hemaopoiesis. Jika

terjadi kekurangan, secara tidak langsung dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Anemia

bisa menunjukkan gejala konjungtiva palpebralis mengalami kepucatan akibat kurangnya darah

dengan saturasi baik yang sampai ke konjungtiva.

5. Etiologi malnutrisi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya

gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah

gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama

pada anak Balita antara lain sebagai berikut :

a.Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun

berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,

kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan

tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan

bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya

mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.

Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan

keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman

jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b.Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan

atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan

makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis

sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan

Page 22: Malnutri Energi Protein Geriatri

protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat

keluarga.

c.Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering

kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan,

ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara

dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu

guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.

Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit

mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan

protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah

dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.

( Dr. Harsono, 1999).

d.Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai

faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e.Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita

gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga

ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.

Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan

makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah

hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air

susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.

Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang

kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian

ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang

menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian.

Page 23: Malnutri Energi Protein Geriatri

Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki

gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

f.Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan.

Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang

disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

g.Penyakit infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini

juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.

Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.

Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran

pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,

1999).

6. Langkah diagnosis dan pemeriksaan penunjang sesuai skenario

PEMERIKSAAN FISIK

Anamnesis

Riwayat keluhan dan gejala ?

Asupan makanan setiap hari ?

Sosio ekonomi rendah-kultur & lingkungan ?

Jumlah saudara ?

Riwayat penyakit terdahulu?

Riwayat penyakit keluarga?

Riwayat pengoabatan/konsumsi obat-obatan?

Pemfis

Rambut : halus, kasar ( curigai kwashiorkor)

Konjungtiva : Anemis atau tidak

Pernapasan cuping hidung

Page 24: Malnutri Energi Protein Geriatri

IPPA (dada & abdomen )

Mengukur TB dan BB

Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB

(dalam meter)

Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)

ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,

biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit

banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm

pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita

Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan

jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak

berlemak).

PEMERIKSAAN LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,

transferin.

Feses : lendir, darah, parasit, bakteri, dsb.

PENANGANAN GIZI BURUK PADA ANAK

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein :

makanan disesuaikan dengan umur anak.

kebutuhan kalori anak 0-3 thn : 150 -175 kcal/kgbb/hari.

Page 25: Malnutri Energi Protein Geriatri

Langkah I: Mencegah & mengatasi hipoglikemia

• Keadaan dimana kadar glukosa sangat rendah ( < 54mg/dl)

• Anak letargis, nadi lemah dan kehilangan kesadaran

• Gejala keringat & pucat jarang dijumpai pd anak gizi buruk

• menyebabkan kematian, dengan tanda hanya mengantuk

Tindakan:

• Sadar: segera berikan larutan glukosa atau gula pasir (10%) secara oral/NGT (bolus) 50

ml

• Tidak sadar/letargis: segera berikan larutan glukosa 10% secara iv (bolus) 5 ml x kg BB,

dilanjutkan larutan glukosa/ gula pasir(10%) secara oral/NGT (bolus) 50 ml

• Renjatan/shock: segera berikan IV: RL & Dextrosa/glukosa 10% perbandingan 1:

1(RLG 5%) : 5 tts / menit / kg BB 1 jam pertama à Larutan glukosa 10% secara iv

(bolus) 5ml x kg BB

“10 langkah” Tatalaksana Anak Gizi buruk

No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindak lanjut H 1-2 H 3-7 H 8-14 mg 2-6 mg 7-26

1. Atasi/cegah hipoglikemia

2. Atasi/cegah hipotermia

3. Atasi/cegah dehidrasi

4. Perbaiki gang- guan elektrolit

5. Obati infeksi

6. Perbaiki def. tanpa Fe + Fe mikronutrien

7. Makanan stab & transisi

8. Makanan Tumb.kejar

9. Stimulasi

10. Siapkan tindak lanjut

Page 26: Malnutri Energi Protein Geriatri

Langkah 2: Mencegah & mengatasi hipotermia

• Keadaan dimana suhu aksiler < 36,5oC

• Cadangan energi terbatas, sehingga anak tidak mampu mempertahankan suhu tubuh.

Tindakan:

• Menghangatkan tubuh: selimut mencegah udara

• Tidak dianjurkan memakai air panas dalam botol

Langkah 3: Mencegah & mengatasi dehidrasi

• Tubuh lemah, letargis, kaki tangan dingin, nadi cepat & lemah

• Penyebab renjatan: diare, perdarahan, sepsis

Tindakan:

• Memberikan cairan RLG 5% atau “lar. Resomal” (oralit & mineral mix): IV atau

oral/NGT sesuai kondisi anak

Langkah 4: Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

• Terjadinya edema atau dehidrasi

Tindakan:

• Pada edema: jangan diberikan diuretik

• Pada diare pemberian Na dan K, Mg, Zn, Cu

Langkah 5: Mengobati infeksi

• Diare, ISPA/pneumonia, parasit/cacing, TBC, malaria

• Dermatosis dan infeksi lain

Tindakan:

• Langsung berikan: cotrimaksasole

• Renjatan: Gentamicin, ampicilin

• Tidak ada perbaikan kloramphenicol

• infeksi lain: antibiotik yang sesuai

Langkah 6: Memperbaiki kurang zat gizi mikro

• 2 mg pertama tanpa Fe, selanjutnya berikan Fe

Page 27: Malnutri Energi Protein Geriatri

• Berikan vitamin A dosis tinggi (100.000 IU & 200.000 IU)

• Berikan Vitamin C, Asam Folat dan vitamin lain

• Mineral : mineral mix (K, Na, Zn, Mg, Cu)

Langkah 7: Memberikan makanan untuk fase stabilisasi dan transisi

• energi : 80 – 100 Kkal/kg bb/hr, protein: 1 – 1,5 g/kgBB/hr,

cairan : 130 ml/kgBB/hr (edema: 100 ml/kgBB/hr)

• porsi makan kecil dan frekuensi sering

• Hipoosmolar, rendah laktosa dan serat

• F-75, modisco ½ : fase stabilisasi

• energi : 100 – 150 Kkal/kg bb/hr, protein: 2 – 13 g/kgBB/hr, cairan : 150 ml/kgBB/hr

• F- 100, modisco I atau II: fase transisi

• ASI teruskan sampai usia 2 tahun

Langkah 8: Memberikan makanan untuk fase rehabilitasi

• energi : 150 – 220 Kkal/kg bb/hr, protein: 3 – 4 g/kgBB/hr, cairan : 150 - 200

ml/kgBB/hr

• makanan padat

• F-135, modisco lll dan mulai menu makan biasa

• ASI teruskan sampai usia 2 tahun

Langkah 9: Stimulasi untuk tumbuh kembang

Anak gizi buruk mengalami keterlambatan perkembangan mental:

• Kasih sayang

• Lingkungan yang ceria

• Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain, dan sebagainya)

Langkah 10: Persiapan tindak lanjut dirumah

• anak sembuh : gejala klinik tidak ada & BB/TB < - 2 SD

Peragakan pada orang tua:

• pemberian makan yang lebih sering dengan kandungan energi dan zat gizi yg lebih padat

Page 28: Malnutri Energi Protein Geriatri

• Terapi bermain terstruktur

• kontrol kembali : bln I; 1 x/mg, bln ll; 1 x/2 mg, bln lll; 1x/bln

• Bisa dirujuk ke puskesmas/posyandu

• pemeberian imunisasi dasar & booster

• Vitamin A setiap 6 bulan

• ASI teruskan sampai usia 2 tahun

Penatalaksanaan untuk cacing

A. Terapi Umum

1. Istirahat

2. Diet

3. Medikamentosa

- Obat pertama :

o Pirantel pamoat, obat pilihan

Dosis tunggal 10 mg/kg BB

o Piperazine. Dosis 75 mg/kg BB (maks 3,5 gr) selama 2 hari. Infeksi berat bisa

diberikan sampai 4 hari.

o Mebendazole dosis tunggal 500 mg

o Albendazole, dosis tunggal 400 mg

o Levamisole. Dosis tunggal 150 mg atau 2,5 mg/kg BB

o Ivermectin. Dosis tunggal 200 mg/kg BB

7. Komplikasi yang mungkin terjadi pasien

a) Asidosis

b) Hipoksia

c) Kejang

d) Panas

e) Muntah

f) Malabsorbsi

g) Hiponatremia

h) Ileus paralitik

Page 29: Malnutri Energi Protein Geriatri

8. Penanganan awal

Segera rujuk ke rumah sakit sebab penanganan gizi buruk harus dilakukan oleh tenaga

medis yang berpengalaman.

Tirah baring

Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk

menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan

pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau

Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula

diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam

16-20 jam berikutnya

Naikkan kadar hemoglobin

Pemberian makanan dalam jumlah sedikit kemudian dinaikkan secara bertahap, karena

penderita gizi buruk memerlukan adaptasi terhadap jumlah makanan yang harus

diberikan. Pemberian makanan secara langsung dalam jumlah besar dapat

membahayakan pasien gizi buruk karena dapat menimbulkan refeeding syndrome.

Memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dengan kemampuan

digesti dan absorbsi penderita. Porsi kecil tapi sering ( 6-12x pemberian sehari). Umur <

1 tahun / BB < 7 kg : Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila masih ada dan

diperlukan pada saat setelah makan atau mau tidur. Umur > 1 tahun / BB > 7 kg : Semi

solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair kemudian lunak dan makanan padat,

cairan 150-200 ml/kg BB/hari. Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan

protein 2 g/ kgBB/ hari Susu formula / rendah laktosa . Bila tak minum susu formula

diberi makanan yang yang tak mengandung protein susu sapi dan bebas laktosa ( preda =

formula bubur- tempe)

Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000 SI

secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total

50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.

9. Differential Diagnosis

a. Marasmus

Page 30: Malnutri Energi Protein Geriatri

Definisi

Marasmus merupakan keadaan dimana seorang anak mengalami defisiensi energi dan

protein. Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang menderita kelaparan. Gizi

buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup

atau higiene jelek disebabkan oleh defisiensi karbohidrat.

Epidemiologi

Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan

yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang

belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum.Departemen Kesehatan juga telah

melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang

ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 – 4 dari 10 balita di

Indonesia menderita gizi kurang.

Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada

anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. Rani di RSU Dr.

Pirngadi Medan mendapat 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang

dirawat. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk.

Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di

RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan

sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan

keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang

sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.

Etiologi

- Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang

tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak;

misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

- Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral

misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis

kongenital.

- Kelainan struktur bawaan

Page 31: Malnutri Energi Protein Geriatri

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,

palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic

fibrosis pancreas.

- Prematuritas dan penyakit pada masa neonates

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap

yang kurang kuat.

- Pemberian ASI

Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang

cukup.

- Gangguan metabolic.

Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose

intolerance.

- Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maras-mus yang lain telah

disingkirkan.

- Penyapihan

Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang

akan menimbulkan marasmus.

- Urbanisasi

Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya

marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan

penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu

yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan

infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam

marasmus

Patogenesis

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan

hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk

mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting

untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh

jaringan tubuh sebagai bahan bakar. Namun kemampuan tubuh untuk menyimpan

Page 32: Malnutri Energi Protein Geriatri

karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.

Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan

asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa

jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat

mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau

kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan

sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

Gejala Klinis

- BB kurang dari 60% BB normal yang sesuai dengan usia. Pertumbuhan berkurang

atau terhenti.

- Konsipasi atau diare.

- wajahnya tampak tua.

- Mata tampak besar dan dalam.

- Kulit melonggar dan berkeriput hingga hanya tampak tulang terbungkus kulit,

karena hilangnya lemak di bawah kulit.

- Dinding perut hipotonus, perut cekung

- Iga gambang

- Suhu tubuh rendah karena lapisan penahan panas hilang.

- Otot-otot melemah, atropi.

- Apatis

Komplikasi

- Defisiensi Vitamin A

- Dermatosis

- Kecacingan

- Diare kronis

- Tuberkulosis

Pengobatan

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi

kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa

komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan

yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok,

Page 33: Malnutri Energi Protein Geriatri

asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan

penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap :

- Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk

menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis

dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang iberikan ialah larutan Darrow-

Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg

BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140

ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

- Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan

koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan

penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori

yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg

BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara

berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari

dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet

tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari.

- Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral

yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada

hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A

diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Mineral yang

perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk

preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg

BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan

1 ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet.

- Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi berat ialah susu.

Dalam pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita.

Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan

untuk bayi dengan makanan utama ialah susu formula atau susu yang

dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan lunak.

Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun,

dalam bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat.

Page 34: Malnutri Energi Protein Geriatri

- Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi.

Pilihan obat yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan

streptomycin.

- Hipoglikemi dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix. Bila kadar gula darah

kurang dari 40% diberikan terapi 1-2 ml glukose 40%/kg BB/IV.

- Hipotermi. Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat

diberikan botol panas atau pemberian makanan sering tiap 2 jam.

- Pemantauan penderita dapat dilakukan dengan cara penimbangan berat badan,

pengukuran tinggi badan serta tebal lemak subkutan. Pada minggu-minggu

pertama sering belum dijumpai pertambahan berat badan. Setelah tercapai

penyesuaian barulah dijumpai pertambahan berat badan. Penderita boleh

dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal menurut

umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.

Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat

makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan kalori menjadi

normal kembali karena tubuh telah menyesuaikan diri lagi. Sementara itu kepada

orang tua diberikan penyuluhan tentang pemberian makanan, terutama mengenai

pemilihan bahan makanan, pengolahannya, yang sesuai dengan daya belinya.

Pencegahan

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik

bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana

kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.

- Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi

yang paling baik untuk bayi. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan

yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.

- Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan.

- Pemberian imunisasi.

- Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.

- Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat

merupakan usaha pencegahan jangka panjang.

Page 35: Malnutri Energi Protein Geriatri

- Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis

kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

b. Kecacingan

Definisi

Kecacingan, atau cacingan dalam istilah sehari-hari, adalah kumpulan gejala

gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh. Penyebab

kecacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi, dan cacing tambang.

Biasanya cacing bisa dengan mudah menular

Epidemiologi

Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa tingkat kejadian infeksi cacing

pada anak-anak SD di Indonesia mencapai 80%. Kondisi ini dapat terjadi dimana saja

baik di kota maupun di desa. Angka kejadian infeksi cacing yang tinggi di Indonesia

ternyata tidak lepas dari keadaan di Indonesia yang beriklim tropis dengan

kelembaban udara yang tinggi, serta tanah yang subur, yang merupakan lingkungan

yang sangat optimal bagi kehidupan cacing. Selain itu, juga karena rendahnya standar

kebersihan lingkungan dan kebersihan diri serta minimnya tingkat ketidaktahuan dan

kesadaran masyarakat tentang bahaya kecacingan. Tingkat kepadatan penduduk yang

tinggi juga berakibat kepada mudahnya terjadi penularan serta menyulitkan

pemutusan rantai penularan yang terjadi.

Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa tingkat kejadian infeksi cacing

pada anak-anak SD di Indonesia mencapai 80%. Kondisi ini dapat terjadi dimana saja

baik di kota maupun di desa. Mengapa angka kejadian ini cukup tinggi? Angka

kejadian infeksi cacing yang tinggi di Indonesia ternyata tidak lepas dari keadaan di

Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi, serta tanah

yang subur, yang merupakan lingkungan yang sangat optimal bagi kehidupan cacing.

Selain itu, juga karena rendahnya standar kebersihan lingkungan dan kebersihan diri

serta minimnya tingkat ketidaktahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya

kecacingan. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi juga berakibat kepada

mudahnya terjadi penularan serta menyulitkan pemutusan rantai penularan yang

terjadi.

Page 36: Malnutri Energi Protein Geriatri

Etiologi

Penyakit kecacingan disebabkan oleh parasit cacing, dalam tubuh manusia

parasit cacing mempunyai tubuh yang simestris bilateral dan tersusun dari banyak sel

(multi seluler). cacing yang penting atau cacing yang sering menginfeksi tubuh

manusia terdiri atas dua golongan besar yaitu filum platy-helmithes dan filum

nemat-helminthes. Filum platy-helmithes terdiri atas dua kelas yang penting yaitu

kelas cestoda dan kelas trematoda, sedangkan filum nemathehelmithes kelasnya yang

penting adalah nematoda.

Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari :

- Cacing gelang (Askariasis lumbriocoides)

- Cacing cambuk (Tricularis sp)

- Cacing kremi (Entrobius vermicularia)

- Cacing tambang (Nekatoria dan ankilostomia)

- Cacing pita (Taenia sp)

Cacing gelang, cacing cambuk, cacing tambang dan cacing pita adalah kelas

nematoda yang selalu parasitik pada tubuh manusia dan menjadikannya sebagai

tempat hidup dan berkembang (reservoices hospes definitif). Berikut ini perbedaan

Cestoda, Trematoda dan Nematoda :

Karakterist

ik cacing

Cestoda Trematoda Nematoda

Bentuk

Tubuh

Pita,

bersegmen

Daun tak

bersegmen

Silindris,

segmen (-)

Sistem

Reproduksi

Hermafrodit

(monoecius)

Hermafrodit

(monoecius)

kecuali

Schistosoma

Jantan dan

betina

(diecious)

Kepala Alat isap

(+),

kait (+)

Alat isap (+)

Kait(-)

Alat isap (-)

Kait (-)

Sistem

Pencernaan

Tidak ada

usus (-)

Tak sempurna

Anus (-)

Sempurna

Anus (+)

Rongga Tidak ada Tidak ada Ada

Page 37: Malnutri Energi Protein Geriatri

tubuh

Patogenesis

Gejala-gejala pada kecacingan terjadi karena cacing Ascaris Lumbricoides

hidup dalam rongga usus manusia dan mengambil makanan terutama karbohidrat dan

protein, 1 ekor cacing akan mengambil karbohidrat 0,14 gram/hari dan protein 0,035

gram/hari. Akibat adanya cacing ascaris dalam tubuh, maka anak yang

mengkonsumsi makanan yang kurang gizi dapat dengan mudah akan jatuh kedalam

kekurangan gizi buruk, sedangkan cacing trichuris dan cacing tambang disamping

mengambil makanan juga akan menghisap darah sehingga dapat menyebabkan

anemia.

Hygiene kurang

Infeksi GI (kecacingan)

Merusak Menyerap berkembang biak mengisap darah

dinding makanan Memenuhi GI (cacing trichuris)

usus

Malabsorbsi Anoreksia Anemia

Intake makanan kurang

BB turun Defisiensi Fe

Penularan kecacingan melalui siklus sebagai berikut :

Page 38: Malnutri Energi Protein Geriatri

siklus masuknya penyakit kecacingan pada tubuh manusia melaui dua cara

yaitu Pertama : telur yang infektif masuk melalui mulut, tertelan kemudian

masuk usus besar , beberapa lama hari kemudian menetas jadi larva lalu

menjadi dewasa dan berkembang biak. Kedua : telur menetas ditanah lalu

menjadi larva infektif kemudian masuk melalui kulit kaki atau tangan

menerobos masuk ke pembuluh darah terus ke jantung berpindah paru-paru,

lalu terjerat di tenggorakan masuk kerongkongan lalu usus halus kemudian

menjadi dewasa dan berkembang biak.

Gejala klinis

- Berbadan kurus/BB turun dan pertumbuhan terganggu (kurang gizi).

- Lesu dan pucat akibat kurang darah (anemia)

- Daya tahan tubuh rendah, sering-sering sakit, lemah dan senang menjadi letih

- Tidak bergairah dan konsentrasi belajar kurang sehingga sering tidak hadir

sekolah dan mengakibatkan nilai pelajaran turun.

- Gatal disekitar anus.

- Sakit perut akibat radang pada usus dengan dilepaskannya sitokin, atau usus yang

dipenuhi cacing.

Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah :

- Gejala penderita cacing kremi (Oxyuris/Entrobius vermicularis) adalah rasa gatal

sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur.

Page 39: Malnutri Energi Protein Geriatri

- Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan lambung, kejang

perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam

- Gejala penderita cacing tambang adalah (Nekatoriasis/Ankilostomiasis) adalah

gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing nyeri

kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.

Pengobatan

- Cara terbaik untuk mengatasi infeksi cacngan adalah dengan memutus mata rantai

penularan, misalnya dengan membasmi lalat dan lipas yang dapat membawa telur

cacing ke makanan yang anak kita makan serta ketersediaan sarana sanitasi yang

baik dan mencukupi. Namun, hal tersebut diatas memang terkadang agak sulit

untuk dilakukan karena membutuhkan kesadaran dari semua pihak yang berada di

lingkungan sekitar kita.

- Obat yang dapat digunakan :

Pirantel Pamoat (Pengobatan askariasis, oksiuriasis, ankilostomiasis dan

nekatoriasis)

Kontra Indikasi : Penderita gangguan fungsi hati, Anak di bawah umur 2

tahun, Ibu hamil

Efek Samping : Nafsu makan hilang (anoreksia), mual, muntah, diare, kram

lambung, meningkatkan SGOT, sakit kepala, pusing, mengantuk, ruam kulit

Aturan pemakaian : Tablet 125 mg (1 – 5 tahun : 1 tablet, 5 – 9 tahun : 2

tablet, 10 – 15 tahun : 3 tablet, diatas 15 tahun dan dewasa : 4 tablet). Tablet

250 mg (1 – 5 tahun : ½ tablet , 5 – 9 tahun : 1 tablet, 10 – 15 tahun : 1½

tablet, diatas 15 tahun dan dewasa : 2 tablet)

Mebendazol (Pengobatan askariasis, trikuriasis, enterobiasis, ankilostomiasis,

nekatoriasis dan infeksi campuran)

Kontra Indikasi : Anak balita dan ibu hamil akan mengakibatkan

pembentukan sel yang tidak normal (teratogenik)

Efek Samping : Nyeri pada lambung, diare

Bentuk Sediaan : Tablet 100 mg

Aturan pemakaian : Untuk cacing kremi 1 tablet sehari, Untuk cacing cambuk

1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam selama 3 hari berturut-turut,

Page 40: Malnutri Energi Protein Geriatri

Untuk cacing gelang 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam selama 3

hari berturut-turut.

Piperazin (Pengobatan askariasis, oksiuriasis atau enterobiasis)

Kontra indikasi : Penderita epilepsy, Alergi terhadap piperasin, Gangguan

fungsi hati atau ginjal

Efek Samping : Mual, muntah, gangguan pada fokus mata, dermatitis, diare

dan reaksi alergi.

Bentuk Sediaan : Sirup piperazin sitrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml), Sirup

piperazin heksahidrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)

Aturan pemakaian: Askariasis (cacing gelang) à Dosis tunggal (bayi: 2,5 ml,

1 – 2 tahun : 5 ml, 3 – 5 tahun : 10 ml, diatas 6 tahun dan dewasa : 15 ml,

minum selama 2 hari berturut-turut).

Oksiurasis à Diminum setelah makan, selama 4 hari berturut-turut. (Bayi : 1

kali sehari, 2,5 ml, 1 – 2 tahun : 2 kali sehari, 2 – 5 ml, 3 – 5 tahun : 2 kali

sehari, 5 ml, Diatas 6 tahun dan dewasa : 3 kali sehari, 5 ml

- pada anak yang mengalami anemia diberi obat penambah darah

Pencegahan

- Mencuci tangan sebelum makan.

- Gunakan selalu alas kaki.

- Anjurkan pengasuh anak mencuci tangan sebelum memegang anak atau menyuapi

anak.

- Cuci sayur-mayur & buah-buahan mentah dengan air mengalir.

- Menutup makanan agar terhindar dari lalat.

- Hindari jajan makanan sembarangan

- Anjurkan anggota keluarga minum obat cacing setiap 3 atau 4 bulan sekali.

- Minumlah obat cacing secara rutin minimal 4 bulan sekali untuk seluruh keluarga

- Pilihlah obat cacing yang dapat membunuh semua jenis cacing, terutama yang

perlu diperhatikan adalah kemampuannya membasmi cacing cambuk

10. Bagaimana pencegahannya

Page 41: Malnutri Energi Protein Geriatri

Tindakan pencegahan penyakit KEP bertujuan untuk mengurangi insidensi KEP

dan menurunkan angka kematian sebagai akibatnya. Usaha disebut tadi mungkin dapat

ditanggulangi oleh petugas kesehatan tanpa menunggu perbaikan status social dan

ekonomi golongan yang berkepentingan. Akan tetapi tujuan yang lebih luas dalam

pencegahan KEP ialah memperbaiki pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak-

anak Indonesia sehingga dapat menghasilkan manusia Indonesia yang dapat bekerja baik

dan memiliki kecerdasan yang cukup.

Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau lebih

dari satu factor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu :

1. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi

lebih banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.

2. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi untuk

anak-anak yang disiplin. Makanan demikian pada umumnya tidak terdapat dalam diet

tradisi, tetapi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pada anak-

anak berumur 6 bulan keatas. Formula tersebut dapat diberikan dalam program

pemberian makanan suplementer maupun dipasarkan dengan harga yang terjangkau oleh

masyarakat. Pembuatan makanan demikian juga dapat diajarkan pada masyarakat sendiri

sehingga juga merupakan pendidikan gizi.

3. memperbaiki infrastruktur pemasaran. Infrastruktur pemasaran yang tidak baik akan

berpengaruh negative terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.

4. subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk membantu mereka

yang sangat terbatas penghasilannya.

5. pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan diberikan secara cuma-cuma

atau dijual dengan harga minim. Makanan semacam ini terutama ditujukan pada anak-

anak yang termasuk golongan umur rawan akan penyakit KEP.

6. Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan gizi ialah untuk mengajar rakyat mengubah

kebiasaan mereka dalam menanam bahan makanan dan cara menghidangkan makanan

supaya mereka dan anak-anaknya mendapat makanan yang lebih baik mutunya. Menurut

Hofvandel (1983), pendidikan gizi akan berhasil jika:

a. Penduduk diikutsertakan dalam pembuatan rencana, menjalankan rencana tersebut,

serta ikut menilai hasilnya;

Page 42: Malnutri Energi Protein Geriatri

b. Rencana tersebut tidak banyak mengubah kebiasaan yang sudah turun temurun.

c. Anjuran cara pemberian makanan yang diulang pada setiap kesempatan dan situasi

d. Semua pendidik atau mereka yang diberi tugas untuk memberi penerangan pada rakyat

memberi anjuran yang sama

e. Mendiskusikan anjuran dengan kelompok yang terdiri dari para ibu serta anggota

masyarakat lainnya, sebab keputusan yang diambil oleh satu kelompok lebih mudah

dijalankan daripada oleh seorang ibu saja.

f. Pejabat kesehatan, teman-teman dan anggota keluarga memberi bantuan aktif dalam

mempraktekkan anjuran tersebut.

g. Orang tua nmaupun anggota masyarakat lainnya dapat melihat hasil yang

menguntungkan atas praktek anjuran tersebut.

7. Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan:

a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu, misalnya di BKIA, Puskesmas,

Posyandu.

b. Melakukan imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi yang prevalensinya tinggi.

c. Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air minum, tempat membuang

air besar (WC);

d. Mendidik rakyat untuk membuang air besar di tempat-tempat tertentu atau di tempat

yang sudah disediakan, membersihkan badan pada waktu-waktu tertentu, memasak air

minum, memakai sepatu atau sandal untuk menghindarkan investasi cacing dan parasit

lain, membersihkan rumah serta isinya dan memasang jendela-jendela untuk

mendapatkan hawa segar.

e. Menganjurkan rakyat untuk mengunjungi puskesmas secepatnya jika kesehatannya

terganggu.

f. Menganjurkan kelarga Berencana. Petros-Barnazian (1970) berpendapat bahwa child

spacing merupakan factor yang sangat penting untuk status gizi ibu maupun anaknya.

Dampak kumulatif kehamilan yang berturut-turut dan dimulai pada umur muda dalam

kehidupan seorang ibu dapat mengkibatkan deplesi zat-zat gizi orang tersebut.

Intervensi gizi yang berhasil dapat mengurangi jumlah penderita mlnutrisi sehingga

merupakan seumbangan yang positif dalam proses perkembangan Negara.

Page 43: Malnutri Energi Protein Geriatri

Tujuan intervensi gizi meliputi:

a. peningkatan kapasitas kerja manusia

b. peningkatan kesejahteraan rakyat

c. pemerataan pendapatan yang lebih baik.

Ada beberapa cara untuk menghindari cacingan :

Biasakan untuk membersihkan tangan dengan sabun, sebelum makan, seusai makan, atau

setelah bermain, khususnya di luar rumah.

Potong kuku secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.

Jaga kebersihan sanitasi lingkungan, misalnya dengan rajin membersihkan kakus atau

septictank.

Jangan lupa juga selalu menjaga kebersihan makanan yang kita makan. Usahakan selalu

membuat makanan sendiri.

Page 44: Malnutri Energi Protein Geriatri

BAB III

INFORMASI TAMBAHAN

PERSPEKTIF ISLAM

Kehadiran anak dalam keluarga merupakan sebuah pelengkap kebahagiaan dalam bahtera rumah

tangga kita. Namun begitu banyak kita dengar dan saksikan, anak yang disia-siakan oleh orang

tuanya sendiri. Mulai dari masih dalam kandungan ibunya, hingga anak itu sudah lahir ke dunia.

Sudah tak terhitung ibu yang melakukan aborsi karena hamil di luar nikah, atau bayi yang

dibuang begitu saja di tempat sampah dan dilempar ke sungai juga anak yang ditelantarkan

begitu saja oleh orang tuanya tanpa diberi kecukupan. Padahal sudah cukup jelas bahwa anak

adalah amanah dari Allah untuk orang tua, karea itu jelas mereka mempunyai hak-hak yang

seharsunya mereka dapatkan.

Abul Hasan meriwayatkan bahwa suatu hari seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad saw:

"Ya Rasulullah, apakah hak anakkku dariku?" Nabi menjawab:"Engkau baguskan nama dan

pendidikannya, kemudian engkau tempatkan ia di tampat yang baik."

Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Anugerah yang membuat

sepasang hati semakin bertambah bahagia. Kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan harta-

benda.

Anak adalah rezki dari Allah. Sudah sepantasnya pasangan suami istri bersyukur atas rezki itu.

Allah subhanahu wa tala berfirman:

Page 45: Malnutri Energi Protein Geriatri

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia

kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan

memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan

kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Dan Dia menjadikan

mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha

Kuasa.” (QS Asy-Syura : 49-50)

Karena itu, tidak sepantasnya kita menelantarkan anak. Beberapa hal yang dapat kita lakukan

untuk menyantuni mereka :

1. Mendoakan agar anak yang dilahirkan menjadi anak yang baik dan berbakti

Dalam persoalan ini, kita harus meneladani sikap Nabi Zakaria AS dan Nabi Ibrahim AS.

Kedua Nabi ini senantiasa berdoa kepada Allah Maha Pencipta.

“Ya Rabbana, anugerahkanlah kepada kami, pasangan dan keturunan sebagai penyejuk

hati kami. Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74).

2. Memberinya nutrisi yang baik dikala pertumbuhan mereka

Sepasang suami-istri harus memperhatikan keadaan anaknya ketika berada di rahim, baik

yang berhubungan dengan kesehatan bayi yang dikandungnya maupun sifat-sifat yang

akan diturunkan dari ibunya ke anaknya. Seorang ibu harus sadar terhadap apa yang

dikerjakan di kesehariannya. Jangan sampai dia memiliki kebiasaan-kebiasaan jelek yang

Page 46: Malnutri Energi Protein Geriatri

secara tidak dia sadari akan berpengaruh terhadap perilaku bayinya nanti. Sehingga orang

tua sudah harus memperhatikan kebutuhan anaknya mulai sejakdalam kandungan hingga

lahir nanti.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Artinya : “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut

kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)

mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka

berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka

menyusukan (anak-anak) mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan

musyawarahkanlah diantara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu

menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS

Ath-Thalaq : 6)

Juga memberinya nutrisi yang baik sejak ia lahir, Penelitian medis dan psikologis

menyatakan bahwa masa dua tahun pertama sangat penting bagi pertumbuhan anak agar

tumbuh sehat secara fisik dan psikis.

Page 47: Malnutri Energi Protein Geriatri

Selama masa penyusuan anak mendapatkan dua hal yang sangat berarti bagi

pertumbuhan fisik dan nalurinya. Yang pertama: anak mendapatkan makanan berkualitas

prima yang tiada bandingannya. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak

untuk pertumbuhannya, sekaligus mengandung antibodi yang membuat anak tahan

terhadap serangan penyakit.

Yang kedua : anak mendapatkan dekapan kehangatan, kasih sayang dan ketentraman

yang kelak akan mempengaruhi suasana kejiwaannya di masa mendatang. Perasaan

mesra, hangat, dan penuh cinta kasih yang dialami anak ketika menyusu pada ibunya

akan menumbuhkan rasa kasih sayang yang tinggi kepada ibunya.Islam pun telah

menetapkkan bahwa orang yang lebih berhak terhadap pengasuhan ini adalah orang yang

paling dekat kekerabatannya dan paling terampil (ahli) dalam pengasuhan.

Allah berfirman :

“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang

ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rezki (makanan) dan

pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan

menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena

Page 48: Malnutri Energi Protein Geriatri

anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang mendapatkan warisan pun

berkewajiban demikian…” (QS Al-Baqarah: 233).

Rasulullah juga mengajarkan betapa besarnya tanggung jawab orang tua dalam

pendidikan anak. Sabdanya saw:"Tidaklah seorang anak yang lahir itu kecuali dalam

keadaan fitrah. Kedua orangtuanya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau

Majusi."(HR Muslim).

Karena itu, orang tua hendaknya memperhatikan anaknya sebaik mungkin dan

semampunya, baik dari kebutuhan sandang, papan dan pangan. Karena anak juga

merupakan investasi bagi orang tua, baik di dunia maupun di akhirat. Jika pendidikannya

baik maka baiklah investasinya, jika pendidikannya buruk maka buruk pula investasinya.

Sebuah hadits Nabi berbunyi,” Seorang lelaki itu pemimpin bagi keluarganya, dan akan

dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang istri itu pemimpin di

rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya

itu.” (HR Bukhari-Muslim)

Juga sabda Rasulullah :

"Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah

jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo'akannya." (HR. Muslim, dari

Abu Hurairah)

Pandangan Islam dari segi kebersihan

Page 49: Malnutri Energi Protein Geriatri

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh

sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah

kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci Apabila mereka telah suci, maka

campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya

Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang

mensucikan diri.” (Al-Baqarah : 222)

Hadits Rasulullah :

“Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai

kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan..

(HR. Tirmidzi)

Dari ayat dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala amat

menyukai orang yang bersih dan menyucikan diri. Karena itu, sudah menjadi kewajiban

kita untuk mengikuti tuntunan tersebut, yaitu dengan cara menjadi muslim yang bersih

baik dari segi jiwa maupun raganya.

Empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan (yang utama),

perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara pada

manusia. Faktor lingkungan (fisik, sosek, biologi) yang mempunyai pengaruh paling

besar terhadap status kesehatan tetap saja ditentukan oleh manusia. Manusialah yang

paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup.

Page 50: Malnutri Energi Protein Geriatri

Secara individual dengan landasan nilai tauhid tadi Islam mengajarkan agar setiap

muslim bergaya hidup sehat. Ini merupakan cara efektif untuk menghindari sakit.

Kebersihan misalnya, sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari

Iman seseorang. Kewajiban membersihkan hadats kecil, mandi janabah, sunnah untuk

bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik. Dengan

berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya

menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci

kemaluan dengan air (bukan dengan tissue) setelah buang air kecil atau buang air besar.

Dalam hadits Rasulullah :

“Ada dua nikmat yang banyak dilupakan manusia, yaitu nikmat sehat dan peluang

kesempatan” (HR Imam Bukhari)

Karena itu, wajiblah bagi kita untuk menjaga kesehatan kita dengan cara memperhatikan

kebersihan kita. Baik dari segi aktivitas maupun kegiatan lainnya selagi masih ada

kesempatan.

Wallahu a’lam…

Page 51: Malnutri Energi Protein Geriatri

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekurangan gizi  pada masa pertumbuhan dapat mempengaruhi kondisi fisik 

maupun mental pada anak. Di antaranya adalah anemia, rendahnya daya tahan

tubuh mudah lelah atau kurang tenanga, sakit kepala maupun pertumbuhan secara

fisik yang terhambat.

Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi kemampuan anak  untuk belajar,

berkomunikasi, bersosialisasi serta beradaptasi dengan lingkungan. Padahal, anak-

anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki hak untuk mendapatkan gizi yang

cukup menuju masa depan yang lebih baik.

Page 52: Malnutri Energi Protein Geriatri

B. Saran

Masa anak-anak perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua.

Orang tau sebaiknya segera memeriksakan anaknya ke dokter jika terjadi

kekurangan gizi

Pemerintah sebaiknya memberi perhatian yang lebih terhadap masalah

kekurangan gizi, berdasarkan  catatan Direktorat Bina  Kesehatan Masyarakat,

Departemen Kesehatan, kurang lebih 28,04 persen anak Indonesia mengalami

kekurangan gizi

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih,dr.SpAK.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC.

2. http://blogdokter.blogdetik.com/2011/10/09/cacingan-cara-penularan-dan-pengobatan/

3. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011_10_01_archive.html

Page 53: Malnutri Energi Protein Geriatri

4. . http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-

ascariasis.html

5. http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/10/marasmus.html