24
Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012 Melalui Analisis FramingRanella Pasang Arungla’bi’ Supervisor : Dr. Ari Kamayanti, SE., MM., Ak. Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang Today the company is required to no longer just for a profit-oriented, but also on the social and environmental aspects. Crash various cases of negative externalities harm people and the environment and encourage people to bring condemnation demanding the company business expectations changed to also ignore the social and environmental aspects. People's interest in a company that cares about social and environmental slowly increasing. This was disclosed by the findings PPM Institute of Management Indonesia in 2006 in Maulida (2013) that in addition to the quality and brand, a major concern of consumers in selecting products to purchase, corporate social responsibility is also an important consideration for consumers on shooping. So it was inevitable that CSR activities can boost the company's positive reputation in the eyes of stakeholders. One of the media's performance disclosure of CSR activities of the company is through the presentation of CSR report. CSR report is important because through the presence, the stakeholders knowingly reporting on all efforts made by the company in realizing sustainable development, then stakehloder also may use this information in making decisions. CSR reports can also use to evaluating and improving the companies performance on social and environmental aspects. CSR report is one of the realities of products constructions. The content of CSR reports is almost entirely contained story of the company in the form of narrative. CSR report also contains positive or negative rhetoric. Rhetoric formed will produce framing. The purpose of this research is to understand the rhetoric of CSR reports of PT KPC using framing analysis and constructivism research approaches. Keywords: CSR Report, Sustainable Development, Rhetoric, Framing Analysis

Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

“Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012 Melalui

Analisis Framing”

Ranella Pasang Arungla’bi’

Supervisor :

Dr. Ari Kamayanti, SE., MM., Ak.

Universitas Brawijaya Malang

Jl. Veteran, Malang

Today the company is required to no longer just for a profit-oriented, but also

on the social and environmental aspects. Crash various cases of negative

externalities harm people and the environment and encourage people to bring

condemnation demanding the company business expectations changed to also ignore

the social and environmental aspects. People's interest in a company that cares about

social and environmental slowly increasing. This was disclosed by the findings PPM

Institute of Management Indonesia in 2006 in Maulida (2013) that in addition to the

quality and brand, a major concern of consumers in selecting products to purchase,

corporate social responsibility is also an important consideration for consumers on

shooping. So it was inevitable that CSR activities can boost the company's positive

reputation in the eyes of stakeholders.

One of the media's performance disclosure of CSR activities of the company is

through the presentation of CSR report. CSR report is important because through the

presence, the stakeholders knowingly reporting on all efforts made by the company in

realizing sustainable development, then stakehloder also may use this information in

making decisions. CSR reports can also use to evaluating and improving the

companies performance on social and environmental aspects. CSR report is one of

the realities of products constructions. The content of CSR reports is almost entirely

contained story of the company in the form of narrative. CSR report also contains

positive or negative rhetoric. Rhetoric formed will produce framing. The purpose of

this research is to understand the rhetoric of CSR reports of PT KPC using framing

analysis and constructivism research approaches.

Keywords: CSR Report, Sustainable Development, Rhetoric, Framing Analysis

Page 2: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

1. Memahami Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial berkembang

menjadi kajian yang marak dibahas belakangan ini. Munculnya CSR menjadi

jawaban atas kegelisahan masyarakat akan keadaan alam yang patologis akibat ulah

manusia khususnya korporasi. Serad (2012:14) menyatakan bahwa laju kerusakan

lingkungan tambang masih jauh lebih cepat daripada laju restorasi atau

pelestariannya. Hal yang sama juga terjadi pada aktivitas corporate social

responsibility dalam eco-system, biotik, dalam bentuk penghutanan kembali,

penghijauan, pelestarian lingkungan, masih kalah cepat dengan usaha-usaha illegal

logging, peggundulan, dan kebakaran hutan (Serad 2012:14). Kerusakan-kerusakan

lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas korporasi menyadarkan masyarakat

bahwa perlu pengubahan pola pikir hingga perilaku sedini mungkin. Jika alam tak

lagi sehat, kehidupan makhluk yang mendiaminya pun ikut terancam.

Perusahaan akan selalu menghasilkan eksternalitas bagi lingkungan dan

masyarakat sekitar. Perwujudan eksternalitas dapat positif ataupun negatif. Namun di

sisi lain ternyata keberadaan perusahaan dalam negeri maupun luar negeri ini juga

menghasilkan eksternalitas negatif bagi masyarakat sekitar. Hal ini terbukti oleh

laporan Kementrian Lingkungan yang mengutarakan bahwa selama tahun 2013 telah

dilakukan penanganan sebanyak 109 kasus lingkungan hidup termasuk di dalamnya

kasus pembakaran lahan dan kasus impor limbah B3.

Bisnis.com (5/6/2013) juga mengungkapkan kerusakan lingkungan yang terjadi

di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya bahkan mencapai 40%-50% dari luas

wilayah Indonesia sekitar 190 juta hektar. Bahkan Kualitas Lingkungan Hidup yang

seharusnya mencapai standar mutu 80%-90% hanya dapat dicapai 50%. Menurut

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang dikutip oleh bisnis.com, kontributor

terbesar penyumbang kerusakan hutan adalah dari sektor pertambangan dan

perkebunan akibat kemudahan pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH)

untuk kepentingan bisnis. Banyaknya kasus kerusakan lingkungan akibat ulah

korporasi mewajibkan perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan revitalisasi.

Dalam melaporkan aktivitas tanggung jawab sosialnya perusahaan menyajikan

Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) sebagai bentuk komunikasi dengan

stakeholder atas upaya-upaya yang telah dilakukan perusahaan dalam pelestarian

lingkungan dan kerjasama dengan masyarakat. Laporan CSR adalah praktek

pengukuran, pengungkapan dan pertanggungjawaban kinerja organisasi terkait

sustainability development terhadap stakeholder internal dan eksternal (GRI

Sustainability Reporting Guidelines, 2006).

Sayangnya, laporan CSR tidak semuanya mencerminkan realitas sesungguhnya.

Padahal laporan CSR seharusnya mengungkapkan tindakan perusahaan secara nyata

yang tidak ditutup-tutupi. Bahkan ironsinya menurut Khalid (2009) yang dikutip oleh

Jalal (2009) CSR hanyalah gula-gula atau pemanis dan taktik perusahaan untuk

menutupi berbagai kerusakan lingkungan hidup dan pelanggaran terhadap hak asasi

lainnya yang dilakukan oleh perusahaan.

Menurut Gardner dan Martinko (1988) dalam Chairi dan Nugroho (2009) salah

satu startegi perusahaan dalam membentuk citra positifnya adalah melalui teks narasi.

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-

Page 3: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

jelasnya kepada pembaca peristiwa yang telah terjadi (Keraf 2007:136). Dalam

lingkup perusahaan salah satu bentuk perwujudan narasi ini adalah melalui laporan

keberlanjutan yang disajikan. Salah satu kelebihan dengan menggunakan narasi

adalah perusahaan dapat melakukan eufemisme (penghalusan bahasa), metafora

(perumpamaan atau pengandaian) dan pasivisasi.

Dalam tiap bahasa yang disampaikan secara tertulis ataupun lisan selalu akan

melibatkan retorika (Luks 1998). Menurut Hopper dan Prat (1995) dalam Chairi dan

Nugroho (2009), retorika didefinisikan sebagai bentuk bahasa atau tulisan persuasif

yang bertujuan untuk mengendalikan realita guna memengaruhi audiens. Berbeda

dengan retorika yang dirumuskan Aristoteles bahwa retorika bersifat netral. Dengan

arti bahwa si pemberi pesan dapat menyampaikan sesuatu yang benar atau

sebaliknya.

Cerita retorik pada laporan keberlanjutan menjadi salah satu aspek yang menarik

untuk diteliti guna memahami retorika laporan CSR perusahaan. Membaca saja tidak

cukup namun perlu adanya proses memahami teks laporan hingga akhirnya dapat

menafsirkan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penelitian ini membahas

tentang, “ Memahami Retorika Laporan CSR Perusahaan PT Kaltim Prima Coal 2012

Melalui Analisis Framing.”

2. Memahami Retorika melalui Analisis Framing

2.1.Memahami Konstruksi Realitas

Ibnu Hamad (2004) dalam bukunya yang berjudul Konstruksi Realitas Politik

dalam Media Massa mendefinisikan konstruksi secara konseptual sebagai upaya

penyusunan beberapa peristiwa, keadaan, atau benda secara sistematis menjadi

sesuatu yang bermakna. Sedangkan realitas merupakan keadaan, peristiwa dan benda.

Oleh karena itu definisi konstruksi realitas adalah pengaturan kata-kata membentuk

frase, klausa atau, kalimat yang bermakna untuk menjelaskan atau menggambarkan

suatu kualitas atau keadaan aktual dan nyata (Pratiwi 2009).

2.2.Memahami Retorika

Kata retorika berasal dari bahasa latin, rhetorica yang berarti ilmu bicara.

Menurut Hopper dan Pratt (1995) yang dikutip oleh Chariri dan Nugroho (2009:3-4)

bahwa retorika sebagai bentuk bahasa atau tulisan persuasif atau efektif yang

bertujuan mengendalikan realitas guna memengaruhi audien tertentu. Namun menurut

Luks (1998) dalam Rahmawati (2013) bahwa setiap orang yang berpendapat baik

secara lisan atau tulisan telah mencipta retorika. Pendapat serupa juga dilontarkan

oleh Burke (1969) dalam Higgins dan Walker (2012) bahwa retorika hadir di mana

saja baik melalui tulisan atau berbicara. Luks (1998) dalam Rahmawati (2013) dan

Burke (1969) memandang retorika sebagai alat yang netral, dapat mencipta kalimat

yang positif ataupun negatif. Mangunwijaya dalam Rakhamat (2009) pada kata

pengantar buku Retorika Modern, juga menyatakan bahwa retorika dianggap sebagai

hal yang negatif dan hanya berupa seni propoganda saja, dengan kata-kata yang

bunyinya bagus namun kebenarannya diragukan. Padahal menurut Mangunwijaya

yang dikutip oleh Rakhmat (2009), arti asli retorika lebih mendalam, yakni

pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yaitu rasio dan cita rasa lewat bahasa

selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.

Page 4: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

Retorika berkembang menjadi ilmu populer dari dulu hingga sekarang. Fase

metamorfosis yang dilaluinya cukup panjang hingga berkembang menjadi kajian

yang beragam prespektifnya. Rakhmat (2009) menjabarkan sejarah retorika dengan

membaginya dalam tiga zaman, yaitu pada zaman romawi, abad pertengahan, dan

moderen.

2.3. Paradigma Konstruktivisme

Laporan CSR adalah sebuah produk konstruksi realitas maka dalam melakukan

penelusuran terhadap laporan CSR perusahaan, peneliti memilih untuk menggunakan

paradigma konstruktivisme sebagai pendekatan penelitian.Paradigma konsturktivisme

tepat menjadi payung penelitian ini karena meyakini bahwa segala hal yang

mengandung unsur bahasa tidak dapat lepas dari proses konstruksi.

2.4.Konsep Framing

Menurut William A. Gamson (1989) dalam Eriyanto (2002), framing adalah cara

bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan

konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.

Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan semacam

skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi

makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsiran makna pesan-pesan

yang ia terima (Eriyanto, 2002).

Eriyanto (2002) menjelasakan bahwa ada dua esensi utama dari framing, yaitu

bagaimana peristiwa dimaknai melalui pemilihan kejadian mana yang akan

ditampilkan melalui teks atau tidak ditampilkan dan bagaimana fakta tersebut ditulis

terkait penggunaan kata, kalimat dan gambar untuk mendukung gagasan.

2.5. Model Analisis Framing William A. Gamson dan Andre Modigliani

Menurut Gamson dan Modigliani (1989) dalam Eriyanto (2002), framing adalah

pendekatan untuk mengetahui cara pandang yang digunakan oleh pembuat teks dalam

mengkonstruksi realitas. Frame dipandang sebagai cara menyajikan cerita atau ide

yang tersusun sedemikian rupa yang kemudian dinamakan sebagai kemasan

(package). Dalam Eriyanto (2002:224) kemasan didefinisikan sebagai rangkaian ide-

ide yang menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan.

Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu

untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk

menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima (Eriyanto, 2002). Perangkat framing

untuk model Gamson dan Modigliani (1989) dalam Eriyanto (2002) adalah:

Perangkat Framing Model Gamson dan Modigliani Frame

Central organizing idea for making sense of relevant events, suggesting what is

at issues

Framing Devices

(Perangkat Framing)

Reasoning Devices

(Perangkat Penalaran)

Methapors

Perumpamaan atau pengandaian. Roots

Analisis kausal atau sebab akibat.

Catchphrases

Frase yang menarik, kontras, menonjol Appeals to principle

Premis dasar, klaim-klaim moral.

Page 5: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

dalam suatu wacana. Ini umumnya

berupa jargon atau slogan.

Exemplaar

Mengaitkan bingkai dengan contoh,

uraian (bisa teori, perbandingan) yang

memperjelas bingkai.

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat dari

bingkai.

Depiction

Penggambaran atau pelukisan suatu isu

yang bersifat konotatif. Depiction ini

umumnya berupa kosakata, leksikon

untuk melabeli sesuatu.

Visual Image

Gambar, grafik, citra yang mendukung

bingkai secara keseluruhan. Bisa

berupa foto, kartun, ataupun grafik

untuk menekankan dan mendukung

pesan yang ingin disampaikan

Sumber: Eriyanto (2002)

2.6.Memahami Retorika Laporan CSR dengan menggunakan Analisis Framing

Laporan CSR adalah salah satu produk konstruksi. Laporan CSR tersebut

menurut Chariri dan Nugroho (2009:4) merupakan retorika. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa retorika ini dilakukan oleh manajemen (perusahaan) dengan menunjukkan

argumen dan data tertentu untuk meyakinkan stakeholders bahwa dalam menjalankan

kegiatan bisnisnya, perusahaan juga peduli terhadap sosial dan lingkungan (Chariri

dan Nugroho, 2009). Oleh karena peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme,

maka dalam data retorikal tersebut diyakini bahwa ada framing yang dibangun oleh

manajemen (perusahaan) untuk meyakinkan pembaca (stakeholder) bahwa yang

diungkapkan oleh perusahaan adalah benar adanya.

Analisis framing telah dilakukan Elok Rahmawati (2013) dalam skripsinya yang

berjudul The Rhetoric in Corporate Social Responsibility (CSR) Reporting: A Frame

Analysis on Sustainability of PT Indosat Tbk. Rahmawati (2013) ingin memahami

motivasi pengungkapan laporan keberlanjutan PT Indosat dengan melakukan analisis

framing pada laporan keberlanjutan PT Indosat periode 2009, 2010 dan 2011. Selain

itu, peneliti juga merujuk pada jurnal Chariri dan Nugroho (2009) Retorika dalam

Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik atas Sustainability

Reporting PT Aneka Tambang Tbk. Chariri dan Nugroho (2009) melakukan analisis

semiotik pada laporan keberlanjutan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). PT Antam

dipilih oleh peneliti bersangkutan karena perusahaan mendapatkan penghargaan

ISRA. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Chariri dan Nugroho, disimpulkan

bahwa Antam menyajikan informasi CSR dalam bentuk cerita retorik dengan tujuan

membentuk image positif bahwa Antam melaksanakan kegiatannya dengan tetap

memperhatikan isu lingkungan dan sosial.

Page 6: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

2.7.Menemukan Kebenaran Retorika Laporan CSR PT KPC Melalui

Pemberitaan Media Massa

Setelah memahami retorika laporan CSR PT KPC, peneliti akan menemukan

kebenaran retorika tersebut melalui penelusuran pemberitaan media massa terkait

aktivitas operasi perusahaan. Hal ini dilakukan guna mendukung terciptanya laporan

CSR yang kredibel. Laporan CSR yang kredibel akan bermanfaat bagi stakeholder

dan perusahaan bersangkutan. Melalui laporan yang kredibel stakeholder akan

mengetahui sejauh mana pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan dan dampaknya bagi

lingkungan maupun sosial sehingga hal ini dapat membantu stakeholder dalam

mengambil keputusan serta turut mengevaluasi kinerja operasi perusahaan.

Sedangkan bagi perusahaan akan menjadi sarana untuk melakukan evaluasi atas

aktivitas CSR-nya.

2.8.Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Di mana

data ini diperoleh peneliti melalui studi literatur, kajian pustaka, artikel, dan jurnal

penelitian. Untuk mendapatkan laporan CSR PT Kaltim Prima Coal periode 2012,

maka penulis mengunduh dari laman perusahaan. Sedangkan informasi atau data-data

tentang permasalahan yang terjadi selama periode tersebut akan diperoleh dari

berbagai media yang diakses melalui internet.

2.9. Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data terkait objek yang akan diteliti, maka beberapa

teknik yang digunakan sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data melalui penelusuran literatur

baik media cetak maupun elektronik. Kemudian akan dipilih mana yang

sesuai dan yang akan digunakan.

2. Paparan Kasus

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai

permasalahan objek penelitian.

2.10. Objek Penelitian

Peneliti memlih Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal periode 2012 menjadi

objek penelitian. Perusahaan ini dipilih karena Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal

berhasil meraih best overall ISRA 2013. Melalui penghargaan tersebut dapat

diketahui bahwa dari segi pengungkapan dan tampilan laporan CSR PT Kaltim

Prima Coal periode 2012 terbaik.

3. Tinjauan Pustaka

3.1. Wujud Etika Bisnis dalam Corporate Social Responsibility

Masyarakat menuntut perusahaan perlu menjalankan operasi secara sehat dan

etika menjadi pedoman perusahaan dalam berlaku. Menurut Hartman dan DesJardins

(2008, 162) etika akan menuntun perusahaan untuk tidak menimbulkan kerugian

yang dapat dihindari. Salah satu bentuk implementasi etika bagi perusahaan adalah

melalui penerapan CSR. CSR dipandang sebagai kegiatan sehat perusahaan dengan

menaruh perhatian tidak hanya pada single bottom line yaitu keuntungan, namun juga

Page 7: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

pada lingkungan dan masyarakat. Ketiga aspek ini (keuntungan, lingkungan dan

manusia) menjadi pilar pembangunan berkelanjutan.

3.1.Benang Merah Good Corporate Goverment dan Corporate Social

Responsibility

GCG dibentuk dari agency theory dan stewardship theory. Menurut Brigham dan

Houston (2006:26-31) dalam Retno dan Priantinah (2012:86) agency theory adalah

pemberian kekuasaan kepada manajer oleh pemilik perusahaan untuk membuat

keputusan. Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut

sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen,

untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat

keputusan kepada agen tersebut (Retno dan Priantinah 2012:86). Sementara itu

stewardship theory menurut Tim Studi Pengkajian Penerapan Prinsip-Prinsip OECD

2004, teori ini dibangun dalam asumsi filosofis bahwa manusia hakekatnya

mempunyai intergritas dan berlaku jujur pada orang lain sehingga manajemen dapat

berlaku dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan berbagai pihak baik shareholder

maupun publik.

CSR merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip GCG khusunya prinsip

responsibilitas. Melalui prinsip ini perusahaan berkewajiban berperilaku yang positif

dalam menjalankan kegiatan operasinya sehingga masyarakat dan lingkungan pun

menuai imbas yang positif. Eksternalitas negatif yang timbul dari kegiatan operasi

perusahaan menjadi salah satu alasan kuat perusahaan perlu melakukan internalisasi

untuk meminimalkan dampak negatifnya dan mencegah terjadi ulang.

3.2. Memahami Corporate Social Responsibility

Wibisono (2007:8) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan

kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak

negatif dan menguatkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang

berkelanjutan. Selain itu Putri (2007) yang dikutip oleh Untung (2009:1) ikut

menambahkan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk

berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan

memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada

keseimbangan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Menurut Lako (2011:5-6) ada lima teori yang menekankan bahwa pentingnya

perusahaan untuk peduli dan melaksanakan CSR secara tepat, antara lain Teori

Stakeholder, Teori Legitimasi, Teori Sustanibilitas Korporasi, Teori Political

Economy dan Teori Keadilan. Pelaksanaan CSR juga diiringi oleh pelaporan

kegiatan. Laporan CSR adalah salah satu bentuk komunikasi dari perusahaan bagi

stakeholder atas berbagai kinerja CSR perusahaan. Lebih lanjut menurut Global

Reporting (GRI) dalam Reporting Guidelines 2006, Sustanibility Reporting adalah

suatu pengungkapan terkonsolidasi tunggal yang memberikan suatu penyajian wajar

dan seimbang mengenai kinerja selama satu periode yang ditetapkan. Melalui laporan

CSR, asimetri informasi antar perusahaan dengan stakeholder dapat dijembatani.

Selain itu sebagai salah satu media evaluasi atas kinerja CSR yang telah dilaksanakan

perusahaan.

Page 8: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Situs Informan

Kalimantan adalah salah satu pulau yang dikenal memiliki kekayaan alam yang

berlimpah. Salah satu propinsinya Kalimantan Timur menjadi salah satu pusat

eksplorasi kegiatan tambang khususnya batubara. Bertengger di sana perusahaan

Kaltim Prima Coal atau yang akrab disebut KPC yang merupakan anak perusahaan

dari PT Bumi Resources (Tbk). PT KPC menjelma menjadi salah satu perusahaan

batubara terbesar di Indonesia. Berdiri pada tahun 1982 dengan surat keputusan No

Y.A.5/208/25 yang diterbitkan pada tanggal 16 Maret 1982 oleh Mentri Kehakiman

RI.

PT KPC melakukan aktivitas pertambangannya pada dua tempat, di kecamatan

Sanggata dan kecamatan Bengalon propinsi Kalimantan Timur. Luas lokasi

pertambangan PT KPC secara keseluruhan adalah 90,938 hektar. Bengalon

merupakan lokasi kedua yang dipilih PT KPC untuk melakukan aktivitas

pertambangannya setelah dulunya wilayah Sanggata. Aktivitas pertambangan di

Bengalon merupakan kerja sama PT KPC dengan PT Darma Henwa. Lokasi

pertambangan di Sanggata dekat dengan fasilitas pelabuhan di Tanjung Bara.

Sedangkan Lokasi tambang Bengalon dekat dengan pantai.

4.1.Pembangunan Berkelanjutan PT KPC

Bencana ekologis kerap terjadi di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia.

Bencana yang terjadi tidak lepas dari ulah manusia yang sewenang-wenang. Alhasil

manusia pun dituntut untuk mampu berlaku etis dalam bertindak. Mampu bertindak

secara sadar dengan mempertimbangkan berbagai aspek lainnya, seperti sosial dan

lingkungan. Tidak egois, berlaku demi kepentingan dan keuntungan pribadi semata

karena menyadari bahwa segala isi yang ada di bumi akan hidup secara

berdampingan dan beriringan. Ketika manusia membalak hutan dengan sembarangan

dan membuang limbah hingga mencemari air laut maka makhluk yang

menggantungkan diri pada hutan dan laut akan terancam punah. Manusia khususnya

akan sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tentu kejadian ini sangat berdekatan

dengan aktivitas operasi perusahaan khususnya pertambangan. Aktivitas

pertambangan membutuhkan wilayah yang luas untuk melakukan aktivitasnya dan

membutuhkan tempat untuk membuang limbah. Jika proses pertambangan tidak

dilakukan secara benar dan tepat maka berbagai pihak akan terkena imbas negatifnya.

Munculnya konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development)

menegaskan bahwa korporasi harus memiliki keprihatinan pada aspek sosial dan

lingkungan seperti halnya pada profit. Pembangunan berkelanjutan menjadi hal yang

perlu diterapkan secara sadar mengingat dampaknya untuk masa kini dan masa

depan. Hal ini tidak dapat dicapai jika saat ini korporasi menggunakan sumber daya

alam dengan serampangan. Inti konsep pembangunan berkelanjutan adalah

kepedulian generasi sekarang pada kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi

kebutuhan mereka.

Dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2012 PT Kaltim

Prima Coal melaksanakan proyek yang bernamakan Proyek Membara. Melalui

proyek ini PT KPC ingin menunjukkan bahwa perusahaan memiliki semangat yang

tinggi dalam penguatan berbagai aspek dari kegiatan operasional perusahaan, dari

Page 9: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

aspek operasional pertambangan, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan

termasuk sumber daya manusia serta teknik inovatif. Tujuan jangka panjang Proyek

Membara adalah meningkatkan ketangkasan dan ketahanan KPC dalam menghadapi

tantangan di masa sekarang dan masa depan. Dalam mewujudkan pembangunan

berkelanjutan PT KPC memusatkan perhatiannya pada aspirasi stakeholder-nya:

“Dalam falsafah keberlanjutan kami, para pemangku kepentingan merupakan

pusat perhatian dari berbagai aktivitas KPC. Sebab kami percaya bahwa

keberlanjutan dapat dicapai dan dinikmati oleh mereka yang memiliki

komitment terhadapnya dan berusaha untuk mewujudkannya.” (Laporan

Keberlanjutan Tahun 2012 hal.24).

4.2.Analisis Framing Laporan CSR PT KPC

Dalam menjalankan aktivitas operasinya kegiatan pertambangan identik dengan

konflik-konflik sosial akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan. Hal ini

dikarenakan aktivitas pertambangan tidak lepas dari tiga karakternya yaitu berjangka

panjang, memakan lahan sangat luas dan ada banyak masyarakat tinggal (Majalah

Bisnis dan CSR, 2007:186). Menyadari hal tersebut perusahaan dituntut untuk berlaku

etis, tidak hanya mengejar keuntungan saja namun juga memperhatikan berbagai

aspek lainnya dalam melakukan operasi pertambangan seperti lingkungan dan

pemberdayaan masyarakat sekitar. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang pertambangan khususnya penghasil batubara, KPC menyadari akan konflik-

konflik tersebut dan percaya bahwa keselarasan antara profit, people dan planet

menjadi hal dasar yang harus diperhatikan dalam bertindak karena hal ini dapat

mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara umum dan khusunya bagi umur

perusahaan yang akan terus bertumbuh. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut pada

tahun 2012 KPC menerapkan program berkelanjutan yang bernama Proyek Membara.

Judul laporan keberlanjutan periode 2012 adalah Semangat Membara untuk

Keberlanjutan.

Dalam mewujudkan proyek keberlanjutannya, KPC tidak hanya menuangkannya

dalam aksi namun juga didukung oleh penyampaian informasi secara tertulis.

Penyampaian informasi ini dikemas dalam bentuk teks yang berwujud laporan

keberlanjutan. Laporan keberlanjutan menjadi sangat penting adanya guna sebagai

media komunikasi antar perusahaan dan stakeholder. Melalui laporan keberlanjutan,

stakeholder dapat mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan

dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Laporan keberlanjutan

hampir sepenuhnya diisi oleh narasi, grafik dan gambar lainnya yang akan

membentuk framing. Eriyanto (2003) mengungkapkan bahwa framing adalah isi teks

yang ditonjolkan oleh si pembuat teks agar mudah diingat oleh pembaca. Tak dapat

dipungkiri bahwa laporan keberlanjutan yang disajikan oleh KPC juga membentuk

framing. Oleh karena itu, analisis framing menjadi alat yang dapat digunakan untuk

menemukan framing yang disampaikan atau dibangun oleh KPC guna memahami

retorika laporan CSR PT KPC. Melalui model framing Gamson dan Modigliani

terdapat dua perangkat yang akan digunakan untuk melakukan penulusuran teks,

yaitu perangkat framing dan perangkat penalaran.

Page 10: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

4.3. Perangkat Framing dan Perangkat Penalaran

Menurut Gamson dan Modigliani (1989) dalam Eriyanto (2002) uraian teks

hingga membentuk sebuah laporan mengandung sudut pandang yang disebut dengan

kemasan (package). Sudut pandang ini adalah cara bercerita penulis tentang suatu hal

yang telah disusun sedemikian rupa melalui proses konstruksi. Dalam menganalisis

kemasan sebuah teks dengan menggunakan model Gamson dan Modigliani (1989)

terdapat dua perangkat analisis yang digunakan, yaitu perangkat framing dan

perangkat penalaran.

Menurut Eriyanto (2003:226) perangkat framing berkaitan langsung dengan ide

sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita, yang ditandai dengan

pemakaian metafora, kata, kalimat, grafik/gambar. Sedangkan perangkat penalaran

menjadi dasar pembenar framing yang telah dibangun. Melalui perangkat ini

khalayak akan menerima pesan itu sehingga tampak benar, absah, dan demikian

adanya (Eriyanto, 2003: 227). Perangkat penalaran dibagi atas tiga unsure, yaitu

analisis kausal, premis dan efek.

4.4.Analisis Perangkat Framing

Untuk meyakinkan para stakeholder bahwa KPC telah berpartisipasi dalam

upaya pembangunan berkelanjutan maka KPC menggunakan beberapa unsur

metafora, frase yang menarik seperti slogan dan jargon, labeling, teori atau

perbandingan serta gambar dan grafik pada laporan keberlanjutannya. Pada laporan

keberlanjutan tahun 2012, KPC menggunakan unsur catchphrases atau frase yang

menarik dan menonjol pada judul laporan keberlanjutannya, yaitu Semangat

Membara untuk Keberlanjutan. Salah satu hal yang membuat catchphrases ini

mencolok adalah penggunaan metafora membara yang disandingkan dengan kata

semangat. Melalui kata Semangat Membara perusahaan ingin memberitahukan

sekaligus menegaskan bahwa KPC memiliki kemauan yang tinggi dan bersungguh-

sungguh dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang diejawantahkan dalam

8 program unggulannya. Kata semangat diartikan sebagai keinginan atau gairah

dalam melakukan sesuatu, sehingga melalui catchphrases ini KPC ingin meyakinkan

pembaca bahwa perusahaan memiliki motivasi untuk berpartisipasi dalam

pembangunan berkelanjutan. Hal ini juga dikuatkan oleh sambutan Chief Executive

Officer KPC, Endang Ruchijat, bahwa:

“Kami akan selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam perjalanan

kami untuk mencapai keberlanjutan. Kami percaya bahwa bisnis yang sukses

dan pertumbuhan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jikai nilai ekonomi,

sosial dan lingkungan dijalankan dengan berimbang (hal.15).”

Kata terdepan pada bait pertama dan berimbang pada bait kedua menjadi menarik

untuk ditelisik lebih lanjut. Kata terdepan menjelaskan bahwa perusahaan ingin

menjadi nomor satu dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam artian

lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lain, hal ini senada dengan ungkapan

perusahaan yang ingin menginspirasi perusahaan lain di seluruh industri untuk turut

ambil bagian dan berpartisipasi dalam upaya menuju keberlanjutan (hal.20). Selain

itu kata berimbang pada bait kedua, menunjukkan bahwa perusahaan meyakini sudah

sepatutnya dalam mewujudkan pembangunan keberlanjutan perhatian perusahaan

tidak hanya pada profit saja, namun juga pada aspek lingkungan dan sosial.

Page 11: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

Perusahaan menyakini bahwa ketiga aspek ini seharusnya tidak memiliki porsi berat

sebelah, namun harus diperhatikan dan dijalankan selaras. KPC juga menggunakan

huruf kapital pada judul laporan, yaitu SEMANGAT MEMBARA UNTUK

KEBERLANJUTAN yang terletak di sampul laporan keberlanjutan agar pembaca

lebih mudah mengingat dan perhatiannya fokus pada tulisan tersebut.

Catchpharse lainnya yaitu pada judul sub bab laporan untuk program CSR

lingkungan dan masyarakat. Pada program CSR lingkungan, perusahaan memilih

judul Semangat Membara Melestarikan Lingkungan dan dalam memberdayakan

masyarakat perusahaan memilih judul Semangat Membara Maju Bersama

Masyarakat. Pada judul Semangat Membara Melestarikan Lingkungan, perusahaan

ingin menyampaikan bahwa KPC juga turut berupaya dalam mempertahankan

kelangsungan hidup lingkungan. Kata lestari tepat digunakan oleh perusahaan, karena

kata lestari tidak mengacu pada komitmen jangka pendek namun juga jangka

panjang. Dengan menggunakan kata melestarikan terlihat komitmen perusahaan yang

tidak hanya berkontribusi terhadap lingkungan untuk waktu yang pendek, namun juga

dalam rentang waktu yang panjang. Hal ini didukung oleh beberapa program

pelestaraian lingkungan KPC, antara lain pencegahan pencemaran, pengembalian

semua area bekas tambang ke dalam kondisi yang produktif, stabil dan aman,

pemeliharaan keanekaragaman hayati, serta pelaksanaan konservasi air dan efisisensi

sumber energi.

Sementara itu, untuk pilihan judul Semangat Membara Maju Bersama

Masyarakat, perusahaan memilih kata Maju Bersama Masyarakat menampilkan

framing bahwa KPC menganggap masyarakat sebagai unsur penting yang tidak boleh

luput dari perhatian perusahaan. Sehingga untuk mencapai kemajuan, perusahaan

tidak ingin hanya melibatkan diri sendiri, namun juga mengajak masyarakat untuk

terlibat aktif melalui program pemberdayaan yang dibuat oleh perusahaan. Pelibatan

masyarakat ini menunjukkan indikator kemajuan perusahaan tidak tercapai hanya

dengan melalui peningkatan profit semata, namun juga saat perusahaan telah berhasil

memberdayakan masyarakat setempat. Hal ini selaras dengan pernyataan KPC bahwa

masyarakat yang memiliki lahan ataupun masyarakat setempat mempunyai hak untuk

memperoleh nilai lebih dari apa yang telah dikerjakan oleh KPC yang akan mampu

meningkatkan taraf hidup mereka.

Perangkat framing depiction juga digunakan oleh KPC pada sambutan Chief

Executive Officer yang menyatakan bahwa perusahaan sebagai organisasi dan warga

korporasi yang baik. Penggunaan air dan energi dengan bijak menjadi salah satu

pembuktian depiction tersebut,

“Keterbatasan sumber air dan energi yang sama-sama penting dan banyak

digunakan oleh masyarakat dan kegiatan pertambangan, mendorong kami untuk

membuktikan bahwa kami telah memanfaatkan energi tersebut dengan

bijaksana tanpa mengurangi ketersediannya bagi kehidupan masyarakat sekitar,

baik saat ini maupun di masa yang akan datang (hal.112).”

Melalui kalimat tersebut KPC ingin menyampaikan bahwa perusahaan telah

melakukan tindakan yang bijak dan tepat dalam hal penggunaan air dan energi

meskipun persediaan air dan energi terbatas. Perusahaan juga ingin menyampaikan

bahwa persediaan air dan energi yang terbatas bukanlah sebuah masalah namun yang

Page 12: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

menjadi hal utama adalah tindakan kita dalam menyikapi keterbatasan itu. KPC

menyampaikan bahwa melalui berbagai macam program efisiensi air dan energi yang

diimplemetasikan, KPC berhasil membuktikan sebagai perusahaan yang mampu

untuk menggunakan air dan energi secara bijak.

Dengan menyatakan bahwa KPC sebagai organisasi dan warga korporasi yang

baik juga menunjukkan kepada stakeholder bahwa KPC adalah perusahaan yang

sehat dan tidak mempunyai konflik. Rentetan kalimat tersebut diletakkan pada

paragraf pertama sambutan Chief Executive Officer sehingga saat stakeholder

membaca langsung mengenali citra positif perusahaan. Depiction lain yang

digunakan oleh perusahaan tertera pada hal. 18 sambutan Chief Executive Officer, di

mana KPC mengatakan bahwa mereka telah berhasil mencapai upaya pembangunan

berkelanjutan dengan melakukan pengurangan emisi CO2, terlaksananya proyek KPC

“MEMBARA” sebagai upaya KPC untuk meningkatkan motivasi dan semangat

karyawan serta meningkatkan dialog dengan masyarakat setempat. Melalui partisipasi

aktif pada masyarakat, lingkungan dan aspek tata kelola perusahaan yang baik, KPC

yakin dapat menjadi motor penggerak untuk industri dan perusahaan lain di sektor

pertambangan. Pada sub bagian laporan CSR lingkungan, PT KPC juga memaparkan

keberhasilan mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu contohnya

adalah KPC telah mematuhi seluruh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

dalam pengelolaan limbah cair.

Untuk lebih meyakinkan stakeholder bahwa KPC adalah perusahaan yang peduli

pada lingkungan dan sosial, maka perusahaan menggunakan beberapa bantuan

aksentusasi foto dan grafik pada laporan. Untuk setiap keberhasilan perusahaan dalam

mengurangi eksternalitas negatifnya bagi lingkungan, KPC selain melaporkannya

dalam bentuk tulisan juga menggunakan grafik dan gambar. Hal ini dimaksudkan

untuk memberi penjelasan yang lebih komprehensif dan memberi kesan mencolok

saat stakeholder membaca laporan keberlanjutan KPC.

Perangkat framing metafora juga digunakan oleh KPC untuk menegaskan bahwa

perusahaan memiliki perhatian dalam melestarikan lingkungan dan memberdayakan

masyarakat. Membara adalah salah satu metafora yang digunakan oleh KPC. Secara

harfiah menurut KBBI membara adalah barang sesuatu (arang) yang terbakar dan

masih berapi-api. Namun penggunaan kata membara bukan dipilih dan ingin

disampaikan perusahaan dalam arti harfiahnya, namun metafora ini digunakan

perusahaan untuk menyampaikan kepada pembaca bahwa perusahaan berkeinginan

kuat untuk berkontribusi positif bagi planet, people, dan profit. Perusahaan tepat

menggunakan kata membara sebagai nama proyek program keberlanjutan

perusahaan, karena pada tahun 2012 pasar batubara tengah lesu akibat krisis uni

eropa.

“Meskipun krisis pada industri batubara yang tengah berlangsung, KPC akan

tetap berusaha untuk selalu meningkatkan standar kami menjadi lebih tinggi,

agar tetap kompetitif dengan perusahaan lainnya (hal.19).”

Pada tahun 2012 krisis batubara tengah terjadi, namun kalimat metafora tersebut

bertujuan untuk meyakinkan stakeholder bahwa krisis tersebut tidak berdampak

signifikan dalam hal peningkatan kinerja KPC. Melalui penggunaan kata membara

yang disandingkan dengan kata semangat, perusahaan ingin menunjukkan bahwa

Page 13: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

meskipun tengah terjadi krisis pada industri batubara namun KPC tidak patah asa.

Perusahaan tetap berkomitmen dan berusaha untuk meningkatkan kontribusi baik

bagi internal maupun pihak eksternal.

Selain kata membara, metafora lain yang digunakan oleh KPC adalah kosakata

jantung. Pada sambutan Chief Executive Officer perusahaan menyatakan bahwa,

“Pembangunan keberlanjutan dan perilaku bisnis yang etis menjadi jantung dari

perjuangan perusahaan (hal. 15).” Jantung dimaknai sebagai organ penting dalam

menjalani kehidupan. Jika ditilik arti sebenaranya menurut KBBI jantung adalah

bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah. Namun penggunaan kata jantung

pada laporan keberlanjutan KPC tidak merujuk secara harfiah. Perusahaan memilih

menggunakan kata jantung karena fungsinya yang penting bagi kehiduapan, jika

jantung tidak lagi berfungsi maka kehidupan akan terhenti. Melalui penggunaan

kosakata jantung perusahaan ingin menyampaikan bahwa pembangunan

keberlanjutan dan perilaku bisnis yang etis menjadi bekal hidup perusahaan.

Pada sub bab laporan aktivitas lingkungan, KPC juga menggunakan kosakata

fondasi, “Pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup merupakan salah satu

fondasi bagi manajemen dan operasional KPC (hal. 56).” Arti fondasi adalah dasar

bangunan yang kuat, biasanya (terdapat) di bawah permukaan tanah tempat bangunan

itu didirikan. Fondasi adalah salah satu metafora yang digunakan perusahaan untuk

menegaskan bahwa perusahaan menjadikan pengelolaan dan perlindungan

lingkungan hidup sebagai tonggak dan dasar dalam melakukan kegiatan operasional.

Unsur metafora lainnya yaitu penggunaan pepatah, “Bersama Kita Teguh,

Bercerai Kita Runtuh”. Pepatah ini digunakan oleh KPC untuk mendukung

pemahaman stakeholder bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat Kutai Timur

pada sektor agribisnis adalah hal yang baik adanya. Apalagi program ini selaras

dengan program pemerintah Kutai Timur. Melalui penyatuan kedua kegiatan ini akan

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di daerah Kutai Timur. Selain itu KPC juga

menggunakan pepatah, “ Di Dalam Tubuh yang Sehat, Terdapat Jiwa yang sehat.”

Pepatah ini digunakan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan peningkatan

sanitasi dan kesehatan masyarakat yang diselenggarkan oleh KPC.

Exemplaar yang digunakan oleh KPC terlihat pada kepedulian perusahaan

kepada masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan. KPC meyakini bahwa

untuk menghantarkan manfaat bagi masyarakat sekitar, program-program tersebut

harus dirumuskan dengan mengkokohkan dan memadukannya dalam tiga pilar

pembangunan, yaitu kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini sesuai

dengan teori pembangunan berkelanjutan yang dicetuskan oleh ahli-ahli. Exemplaar

lainnya yang digunakan oleh KPC adalah dalam setiap laporan aktivitas lingkungan

dan sosial, KPC selalu menyertakan uraian penjelasan program-program yang telah

dilakukan, salah satunya adalah Program Segading Resettlement.

“Program Resettlement Segading menitikberatkan pada dua hal, yaitu:

percepatan pembangunan infrastruktur di lokasi pemukiman kembali dan

persetujuan serta kesepakatan keterlibatan masyarakat Segading dalam program

ini. Sampai dengan tahun 2012, kami berhasil merampungkan pembangunan 53

unit rumah dari total 60 unit rumah yang direncanakan. Infrastruktur-

infrastruktur pemukiman yang juga berhasil dirampungkan selama tahun 2012

Page 14: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

adalah infrastrukur jalan, pengadaan mesin generator berkapasitas 2x30 Kwh,

instlasi listrik, instlasi pengelolaan air bersih, dan jaringan air bersih.

(hal.119).”

4.5. Analisis Perangkat Penalaran

Untuk membenarakan framing yang telah dibangun oleh KPC maka pada laporan

keberlanjutannya KPC juga menggunakan beberapa unsur perangkat penalaran.

Unsur roots atau analisis kausal digunakan oleh KPC untuk membenarkan aktivitas

CSR yang telah perusahaan lakukan. Hal ini ditemukan pada sambutan Endang

Ruchijat selaku Chief Executive Officer KPC, yaitu:

“Kami percaya bahwa bisnis yang sukses dan pertumbuhan yang berkelanjutan

hanya dapat dicapai jika nilai ekonomi, sosial dan lingkungan dijalankan

dengan berimbang. Oleh karena itu, kami memanfaatkan beragam sumber daya

dan fokus pada standar tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja, kelestarian

lingkungan, hak asasi manusia, praktik ketenagakerjaan dan keterlibatan

masyarakat.Semua ini kami terapkan di setiap bagian dari kegiatan operasi

(hal.15).”

Dewasa ini perusahaan akan mendapatkan perhatian dan tempat di hati masyarakat

jika perusahaan menaruh kontribusi positif bagi lingkungan dan sosial.

Berkembangnya kesadaran masyarakat akan perlunya perusahaan memperhatikan

lingkungan dan sosial, mendorong perusahaan untuk tidak lagi memikirkan profit

atau keuntungan semata. Perkembangan kesadaran ini juga dipicu oleh berbagai

konferensi tingkat lokal maupun dunia. Hingga muncullah sebuah konsep

pembangunan berkelanjutan, yang menjadikan profit, people dan planet sebagai

ketiga pilarnya. Pada konsep pembangunan berkelanjutan, kebutuhan generasi

mendatang juga perlu diperhatikan. Jangan sampai aktivitas yang telah dilakukan hari

ini akan mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi

kebutuhannya. Jika perusahaan nakal dan tidak mematuhi hal tersebut maka umur

perusahaan tidak akan bertahan lama karena citra negatifnya yang berkembang dalam

masyarakat. Perusahaan menyadari berbagai hal tersebut sehingga timbul kesadaran

bagi perusahaan untuk mengimplemetasikan berbagai aktivitas CSR yang bermanfaat

bagi seluruh stakholeder.

Roots atau analisis kausal lainnya, KPC mengungkapkan bahwa para pemangku

kepentingan atau stakeholder adalah fokusan atau pusat perhatian KPC dalam

melakukan berbagai aktivitasnya. KPC percaya bahwa stakeholder ingin

mendapatkan manfaat dan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Oleh karena itu

KPC senantiasa menjalin hubungan dengan para pemangku kepentingan melalui

komunikasi dua arah serta melalui berbagai macam jalur di berbagai tingkatan,

bahkan dalam kegiatan sehari-hari. Stakeholder KPC adalah pelanggan, mitra usaha,

masyarakat lokal, aparat dan pemerintah daerah, pemegang saham dan pegawai.

Beberapa upaya telah ditempuh oleh KPC sebagai perwujudan kepeduliannya pada

stakeholder. Kepedulian kepada pelanggan diwujudkan melalui produk yang

berkualitas serta pelayanan yang unggul. Kepedulian kepada karyawan melalui

program-program pelatihan dan pengembangan, evaluasi kinerja, forum-forum

sosialisasi dan KPC senantiasa mengakomodir aspirasi karyawan melalui konsultasi

dengan serikat kerja. Kepedulian terhadap mitra usaha diwujudkan KPC dengan terus

Page 15: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

membina dan menjaga kerjasama dengan para kontraktor dan skema kemitraan.

Hubungan baik dengan pemegang saham dilakukan oleh KPC melalui Rapat Umum

Pemegang Saham, di mana laporan dan kinerja perusahaan dapat dilihat dan dinilai

oleh para pemegang saham. Wujud kepedulian KPC kepada komunitas lokal melalui

pelaksaaanan aktivitas CSR di bidang sosial, lingkungan dan ekonomi.

Unsur appeals to princples atau klaim-klaim moral yang digunakan oleh KPC

adalah konsep 3P. Konsep 3P yang melandasi KPC dalam melakukan aktivitas CSR-

nya. Juga berdasarkan standar United Nation Global Compact (UNGC) yang

mengandung 10 prinsip dari 4 aspek (HAM, Pekerja, Lingkungan dan Anti Korupsi)

dan Corporate Social Responsibility ISO 26000 (organizational governance, human

rights, labor practice, environment, fair operating practices, consumer issues, dan

community development & involment). Selain itu, untuk menambah kepercayaan

stakeholder bahwa KPC telah berkontribusi positif bagi lingkungan dan social, pada

laporan keberlanjutan KPC di halaman 6 ditampilkan berbagai penghargaan yang

diraih oleh perusahaan untuk berbagai bidang. Pada bidang lingkungan KPC

menerima 6 penghargaan diantaranya Proper Hijau, Proper Emas diraih dua kali,

perusahaan tambang terbaik untuk penerapan “good mining practice” dalam ajang 3rd

TAMBANG award, manajer teknik pertambangan terbaik dalam ajang 3rd

TAMBANG award dan aditama untuk pengelolaan lingkungan. Di bidang

keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja, KPC meraih 4 penghargaan, yaitu

Sistem Manajemen Pengamanan-emas, Peringkat ke-2 penyelamatan air, Peringkat

ke-3 penyelamatan pada ketinggian dan program penanggulangan HIV &AIDS di

lingkungan perusahaan. Sementara di bidang sosial, KPC mendapatkan 10

penghargaan, yaitu 2 predikat platinum, 3 predikat emas, dan 1 predikat perak dalam

ajang Gelar Karya Pembangunan Masyarakat (GKPM), gelar inovatif terbaik dalam

Kutai Timur Expo 2012, meraih kinerja RKAB dengan kriteria baik dan aspek

community development dengan kriteria baik, serta pemecahan rekor menyumpit

dengan peserta terbanyak. Perusahaan juga mencantumkan pernyataan verifikasi

pihak ketiga dari PT Mazars dan National Center for Sustainability Reporting untuk

pernyataan pengecekan tingkat aplikasi GRI.

Gambar Hasil analisis framing Laporan Keberlanjutan PT KPC 2012:

Frame: PT KPC peduli pada lingkungan dan sosial

Framing Devices

(Perangkat Framing)

Reasoning Devices

(Perangkat Penalaran)

Methapors:

1. Penggunaan kosakata Membara, Jantung

Fondasi

2. Penggunaan dua pepatah, “Bersama Kita

Teguh, Bercerai Kita Runtuh,” dan “Di

Dalam Tubuh yang Sehat Terdapat Jiwa

yang Sehat”.

Roots

1. KPC meyakini tiga pilar

pembangunan berkelanjutan perlu

dijalankan secara berimbang.

2. Stakeholder adalah pusat perhatian

KPC dalam menjalankan

aktivitasnya.

Page 16: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

Catchphrases

1. Penggunaan judul Semangat Membara

untuk Keberlanjutan, Semangat Membara

Melestarikan Lingkungan dan Semangat

Membara Maju Bersama Masyarakat.

Appeals to principle

1. Konsep Pembangunan

Berkelanjutan (3P), standar United

Nation Global Compact, Corporate

Social Responsibility ISO 26000.

2. Ditampilkan berbagai penghargaan

yang telah diraih oleh KPC dalam

hal pelestarian lingkungan dan

pemberdayaan masyarakat

Exemplaar

Selain menjelaskan kegiatan pemberdayaaan

masyarakat dan pelestarian lingkungan,

perusahaan juga menyertakan uraian atau contoh

pelaksanaan.

Consequences

KPC telah berkontribusi positif bagi

lingkungan dan masyarakat.

Depiction

1. KPC melabeli diri sebagai organisasi dan

warga korporasi yang baik.

2. KPC juga menyatakan sebagai perusahaan

yang berhasil mengurangi emisi CO2

serta menjalankan proyek Membara.

3. KPC telah mematuhi peraturan

perundang-undangan untuk mengelola

limbah cair.

Visual Image

KPC menyajikan grafik dan gambar capaian

kegiatan pelestarian lingkungan. Serta foto

tentang upaya yang dilakukan oleh KPC untuk

menjaga kelangsungan lingkungan.

4.7. Kesimpulan

Setelah melakukan rangkaian analisis dengan menggunakan model analisis

framing Gamson dan Modigliani (perangkat framing dan perangkat penalaran)

peneliti menyimpulkan bahwa KPC menggunakan semua unsur dalam perangkat

framing (catchphrases, depcition, metafora, visual image, exemplaar) dan perangkat

penalaran (roots, apeals to principle serta consequences). Cerita retorik yang

dibentuk oleh KPC dengan menggunakan perangkat framing dan perangkat penalaran

membantu perusahaan untuk membentuk citra positif di mata stakeholder bahwa

perusahaan juga turut terlibat aktif dalam upaya pembangunan berkelanjutan (peduli

pada lingkungan dan sosial).

Selain penggunaan kedua perangkat tersebut KPC juga membentuk framing

bahwa KPC adalah perusahaan yang memiliki kinerja baik. Di mana pada awal

laporan KPC menyajikan berbagai penghargaan dan pencapaian pada aspek

lingkungan, keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja dan aspek sosial. Pada

bagian isi KPC menjelaskan secara terperinci kegiatan-kegiatan yang telah

diimplementasikan beserta capaiannya. Pada bagian akhir laporan CSR, KPC

menyajikan nilai ekonomi yang dihasilkan beserta pernyataan verifikasi pihak ketiga

terhadap performa perusahaan yang dinilai baik.

Page 17: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

5. “Kebenaran” Framing Laporan CSR PT KPC

Melalui penelusuran di berbagai media massa secara online, peneliti menemukan

berbagai kasus yang dibeberkan oleh media terkait konflik antar KPC dengan

masyarakat sekitar.

5.1. Overview Kasus

Antara News (18 Maret 2013)

Suparjan selaku Kepala Bidang Produksi Perusda PDAM Kutai Timur

menyampaikan bahwa dugaan pencemaran Sungai Sangatta disebabkan oleh buangan

limbah bercampur lumut dari aktivitas tambang PT KPC. Tingkat kekeruhan di atas

200 NTU yang idealnya di bawah 200 NTU sehingga aktivitas PDAM harus

dihentikan sebab jika dipaksakan akan menelan biaya produksi yang tinggi. Dugaan

ini diperkuat oleh pemberitaan Tribunnews (18 Maret 2013) yang menemukan bukti

bahwa sumber kekeruhan Sungai Sangatta berasal dari Sungai Bendili yang kawasan

hulu sungai tersebut adalah areal KPC. Suparjan mengungkapkan bahwa 13

Septembar 2012 kondisi air di Sungai Sangatta sudah sangat keruh.

Warta Kutim (19 Maret 2014)

Kasus pencemaran lingkungan yang merusak lahan warga di sekitar Pedaya,

Desa Spaso Timur, Kecamatan Bengalon terbukti adalah perbuatan PT KPC. Kasus

ini telah berlangsung dua tahun lamanya. Mursan selaku mantan Camat Bengalon

mengungkapkan bahwa BLH sangat lambat menangani kasus pencemaran lingkungan

yang telah merusak lahan warga di wilayah Pedaya, Desa Spaso Timur, Kecamatan

Bengalon. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa pencemaran lingkungan di kecamatan

Bengalon sudah hampir 2 tahun lamanya.

Tambang News (28 Mei 2012)

Tambangnews.com mengungkapkan bahwa PT KPC melakukan perampokan

energi. Dari 135 desa yang ada di kabupaten Kutai Timur hanya 37 desa yang

mendapatkan layanan listrik. Padahal PT KPC menghabiskan 18,9 MW setara 42

persen kebutuhan listrik warga kutai timur.

5.2. “Kebenaran” Retorika yang dibangun oleh KPC Media menjadi salah satu corong utama dalam penyedia informasi bagi

masyarakat. Berbagai macam kejadian di berbagai daerah tidak dapat diketahui oleh

masyarakat tanpa bantuan dari media karena terkendala oleh jarak. Adanya penyajian

informasi dari media membuat masyarakat dari yang tidak tahu akan menjadi tahu

terhadap peristiwa. Berbagai informasi dari media massa terkait pelanggaran aktivitas

operasi oleh KPC mengindikasikan ketidakselarasan frame yang dibangun pada

laporan keberlanjutan KPC dengan kenyataannya.

Perampokan energi oleh PT KPC yang dibeberkan oleh tambangnews.com tidak

sesuai dengan ungkapan KPC:

“Keterbatasan sumber air dan energi yang sama-sama penting dan banyak

digunakan oleh masyarakat dan kegiatan pertambangan, mendorong kami untuk

membuktikan bahwa kami telah memanfaatkan energi tersebut dengan bijaksana

tanpa mengurangi ketersediannya bagi kehidupan masyarakat sekitar, baik saat

ini maupun di masa yang akan datang (hal.112).”

Seperti yang disampaikan oleh tambangnews.com dari 135 desa yang ada di

kabupaten Kutai Timur hanya 37 desa yang mendapatkan layanan listrik. Padahal

Page 18: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

PT KPC menghabiskan 18,9 MW setara 42 persen kebutuhan listrik warga Kutai

Timur.

Hal ini juga tidak sesuai dengan tujuan utama KPC:

“Kami akan selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam perjalanan kami

untuk mencapai keberlanjutan. Kami percaya bahwa bisnis yang sukses dan

pertumbuhan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jikai nilai ekonomi, sosial

dan lingkungan dijalankan dengan berimbang (hal.15).”

Kasus pencemaran Sungai Sangatta juga tidak selaras dengan cita-cita KPC yang

ingin melestarikan lingkungan. Sesuai dengan analisis framing pada bab 4, kata

lestari merujuk pada jangka panjang tidak hanya sampai pada jangka pendek saja.

Adanya pencemaran lingkungan ini berimbas pada kesehatan lingkungan sungai

Sanggata. Terlebih dengan pencemaran sungai, masyarakat tidak lagi dapat

mengonsumsi air di sungai tersebut. Hal ini juga bertentangan dengan sambutan

Chief Executive Officer KPC yang menyatakan pembangunan keberlanjutan dan

perilaku bisnis yang etis menjadi jantung dari perjuangan perusahaan. Selain itu

perusahaan juga melabeli diri sebagai organisasi dan warga korporasi yang baik.

Melalui pelabelan tersebut perusahaan ingin menunjukkan kepada stakeholder bahwa

KPC adalah perusahaan sehat yang tidak mempunyai konflik. Tak hanya sungai

Sanggata yang tercemar namun lahan warga di kecamatan Bengalon juga rusak.

Kecamatan Bengalon merupakan salah satu wilayah operasi pertambangan KPC. Dari

hasil penyidikan ditemukan ada pelanggaran pengelolaan limbah oleh KPC yang

membuat lahan warga Pedaya rusak.

5.3. Kesimpulan

Berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh KPC mengindikasikan tidak

sesuainya frame yang dibangun oleh KPC pada laporan keberlanjutannya periode

2012 dengan realisasinya. Padahal laporan keberlanjutan haruslah menjadi ajang

pengungkapan secara jujur oleh perusahaan terhadap stakeholder atas kinerja

ekonomi, lingkungan dan sosialnya tanpa harus memarginalkan kejadian lainnya. Hal

ini dikarenakan stakeholder mempunyai hak dan wewenang untuk mengetahui secara

penuh informasi menyangkut kesehatan perusahaan. Dengan demikian stakeholder

mampu mengambil keputusan dengan baik dan tepat. Selain itu, melalui

pengungkapan jujur maka perusahaan akan dinilai baik oleh masyarakat.

6. Penutup

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menarik beberapa

kesimpulan antara lain:

1. CSR adalah salah satu bentuk penerapan etika bisnis perusahaan.

2. Menerapkan CSR dengan baik maka perusahaan akan dipandang positif oleh

stakeholder dan akan berpengaruh pada keberlanjutan umur perusahaan.

3. Seharusnya CSR tidak lagi dipandang sebelah mata, namun memperoleh

tempat yang penting dalam aktivitas manusia khususnya perusahaan. Sebab

orientasi pada CSR akan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Page 19: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

4. Pembangunan berkelanjutan merujuk pada keberhasilan generasi sekarang

untuk tidak mengurangi kemampuan generasi selanjutnya dalam mencukupi

kebutuhannya kelak.

5. Hasil analisis GRI versi 3.1 terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan

KPC adalah perusahaan telah mewujudkan prinsip transparansi terkait kinerja

perusahaan dalam aspek ekonomi, lingkungan dan sosial.

6. Berdasarkan analisis framing laporan CSR PT KPC, perusahaan

mengedepankan frame bahwa KPC adalah perusahaan yang peduli pada sosial

dan lingkungan. KPC membentuk citra positifnya dengan menggunakan cerita

retorik yang mengandung unsur perangkat framing dan perangkat penalaran.

7. Berdasarkan paparan kasus dari media massa terdapat hasil kontradiktif antara

analisis laporan keberlanjutan KPC yang menggunakan analisis framing

dengan kasus yang dipaparkan oleh media massa. Hal ini mengindikasikan

tidak sesuainya frame yang dibangun oleh KPC pada laporan

keberlanjutannya periode 2012 dengan realisasinya.

8. Laporan keberlanjutan yang baik adalah laporan yang menyajikan fakta secara

kesluruhan

6.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan tentu tidak terlepas dari berbagai macam

kekurangan. Beberapa kekurangan tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang

peneliti alami selama mengerjakan laporan ini utamanya dalam pengambilan data.

Data yang disajikan oleh media massa tentu perlu dicocokan dengan keadaan di

lapangan guna mendapatkan keakuratan informasi. Selain itu evaluasi atas aktivitas

CSR yang telah dilakukan KPC perlu dilakukan survei lapangan dan wawancara

mendalam terhadap pihak bersangkutan sehingga data yang diperoleh lebih lengkap

dan akurat. Penulis menyadari bahwa pengambilan data dari berbagai sumber akan

menambah kredibelnya informasi dan kesimpulan pada penelitian ini.

Dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif tentu

subjektivitas peneliti tidak terhindarkan. Hal ini turut diperkuat oleh pandangan kaum

konstruktivis bahwa subjektivitas tidak dapat dihilangkan dari penelitian yang

dilakukan. Maka akan selalu ada konstruksi makna baik yang disadari maupun tidak.

Oleh karena itu hasil tafsir dari peneliti yang menggunakan analisis framing dapat

berbeda dengan tafsir peneliti lainnya.

Pada tahap pengkodingan isi laporan CSR ke dalam perangkat framing terdapat

beberapa data yang bisa dikoding pada dua atau lebih unsur perangkat framing yang

berbeda.

6.3. Saran

1. Kepada PT KPC

Pengungkapan laporan keberlanjutan dari standar pelaporan versi GRI telah

diaplikasikan dengan baik oleh perusahaan. Namun, ternyata ada beberapa

kejadian yang tidak diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan

keberlanjutannya yaitu kasus-kasus yang diungkapkan oleh media massa.

Sebagai contoh pelaporan keberlanjutan yang baik hendaknya perusahaan

mengungkapkan segala kejadian yang berhubungan dengan aspek ekonomi,

lingkungan dan sosial.

Page 20: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Guna menambah keakuratan data hendaknya peneliti selanjutnya melakukan

wawancara mendalam dan survei langsung di lokasi bersangkutan.

Wawancara dapat dilakukan dengan pihak perusahaan, NGO seperti aktivis

lingkungan di Kutai Timur dan LSM, serta masyarakat sekitar.

Daftar Pustaka

Ahmar, Nurmala dan Kamayanti, Ari. 2011. Unmasking the Corporate Social

Responsibility Reporting. Asian CSR and Sustainability Review. Volume 1; (1),

65.

Sagaria, Adi. 2013. DPRD: KPC Tanggung jawab atas Pencemaran Sungai Sangatta.

Antara News. http://www.antaranews.com/berita/363941/dprd-kpc-tanggung-

jawab-atas-pencemaran-sungai-sangatta, diakses 22 Mei 2014.

Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. 2013. Laporan Realisasi

Penanaman Modal. Jakarta

Berger, Peter, L., dan Luckmann, T. 1966. The Social Construction of Reality.

England: Penguin Books

Bertens, Kees. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.

Bisnis.com.2013. Menuju Indonesia Hijau (Lagi).

http://inforial.bisnis.com/read/20130605/362/142988/menuju-indonesia-hijau-

lagi), diakses 19 Mei 2013.

Chariri, A., dan Nugroho, F., A. 2009. Retorika dalam Pelaporan Corporate Social

Responsibility: Analisis Semiotik atas Sustainability Reporting PT Aneka

Tambang TBK. Simposiun Nasional Akuntansi XII Palembang 4-6 November

2009.

Creswel, J., W. 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. California: SAGE.

Creswel, J., W. 1994. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. California: SAGE.

Emzir. 2010. Meteodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:

Rajawali Pers.

Eriyanto. 2002. Analisis Framing: konstruksi, ideologi dan politik Media.

Yogyakarta: LKiS.

Ernawati, Lies. 2012. Eksplorasi Pemaknaan Murabahah oleh Nasabah melalui

Hermeneutik Itensionalis. Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas

Brawijaya.

Page 21: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

Farhan, Djuni. 2009. Etika dan Akuntabilitas Profesi Akuntan Publik. Malang:

INTRANS.

Fuad, A., dan Nugroho, K., S. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Global Reporting Initiative (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines Version

3.0.

Guba, G., E., dan Lincoln, S. 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sage Publications

Bavery

Hamad, Ibnu. 2004a. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit

Hamad, Ibnu. 2004b. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Studi Pesan

Politik dalam Media Cetak Pada Masa Pemilu 1999. Jurnal Sosial Humaniora.

Volume 8; (1), 22.

Hardiman, Francisco Budi. 2007. Melampaui Positivisme dan Modernitas.

Yogyakarta: Kanisius.

Hartman, L., dan DesJardins. 2008. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk

Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Terjemahan: Danti Pujiati.

Jakarta: Erlangga.

Herrick, A., J. 2005. The History and Theory of Rhetoric: An Introduction 3rd ed.

Boston.

Higgins, C., dan Walker, R. 2012. Ethos, logos, pathos: Strategies of persuasion in

social/environmental reports. Elsevier Journal: Accounting Forum. 36, 194-

208.

http://www.menlh.go.id/

http://www.kpc.co.id/

ISO.2010. ISO 26000 Guidance on Social Responsibility.

Jalal. 2009. Kesalapahaman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

http://csrlingkunganindonesia.wordpress.com/artikel-csr-lingkungan/jalal/,

diakses 23Mei 2014.

Jalal dan Manap, N. 2013. Perlukah CSR Diatur dalam Sebuah Undang-Undang.

http://www.csrindonesia.com/publikasi/pub/artikel/item/74-perlukah-csr-diatur-

dalam-sebuah-undang-undang, diakses 23 Mei 2014.

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 22: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia. Komite

Nasional Kebijakan Governance. Jakarta: Penulis.

Laili, Ravi Manzilavi. 2011. Analisis Etika Bisnis Pelaporan CSR Perusahaan

Tambang, Studi Kasus Pada PT Kaltim Prima Coal. Skripsi. Malang: Program

Sarjana Universitas Brawijaya.

Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan

Akuntansi. Jakarta: Erlangga.

Luks, Fred. 1998. Methods : The Rhetorics of Ecological Economics. Elsevier

Journal: Ecological Economics. Volume 26, issue 2, 139-149.

Majalah Bisnis dan CSR. 2007. KPC: Bukan “Habis Manis Sepah Dibuang”.

Laporan Majalah Bisnis dan CSR edisi Oktober halaman 184.

Maulida, Ken Auva. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sustainability

Performance.Skripsi. Malang: Program Sarjana Universitas Brawijaya.

Moleong, Lexy. 2000. Meteodology Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Morgan, Gareth. 1998. Accounting as Reality Construction: Towards a New

Epistemology for Accounting Practice. Journal Accounting Organizations and

society. Volume 13, (5), 477.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 25, 2007 Tentang

Penanaman Modal.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40, 2007 Tentang

Perseroan Terbatas.

Pratiwi, Luvita Eska. 2009. Konstruksi Realitas Salam Berita Politik di Media Cetak

Lokal. Skripsi. Surakarta: Program Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Rahmawati, Elok. 2013. The Rhetoric In Corporate Social Responsibility (CSR)

Reporting: A Frame Analysis on Sustainability of PT Indosat Tbk. Skripsi.

Malang: Program Sarjana Universitas Brawijaya.

Rajiyem. 2005. Sejarah dan Perkembangan Retorika. Jurnal Humaniora. Volume 17,

(2), 142-153.

Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja

Rosda Karya

Retno, R., D., dan Priantinah, D. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan

Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan.

Jurnal Nominal. Volume 1, (1), 86-87.

Page 23: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012

Rindjin, Ketut. 2004. Etika Bisnis dan Implementasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Rodhiyah. 2011. Etika Bisnis dan Keadilan Konsumen. Majalah Pengembangan Ilmu

Sosial. Volume 39, (2), 69.

Saidi, Z., dan Hamid, A. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek

Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia.

Serad, S., M. 2012. CSR Indonesia Sinergi Pemerintah, Perusahaan, dan Publik.

Yogyakarta: Fisipol UGM.

Strauss, A., dan Corbin, J. 2003 Dasar-dasar Penelitian Kualitatif –Tatalangkah dan

Teknik-teknik Teoritisasi Data. Diterjemahkan: Muttaqien dan Shodiq.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Supeli, K., L. 2000. 1000 Tahun Nusantara Kompas. Jakarta: Harian Kompas.

Tambang News. 2012. JATAM: Bakrie - KPC Merampok Warga Kaltim.

http://www.tambangnews.com/berita/utama/2344-jatam-bakrie-kpc-merampok-

warga-kaltim.html, diakses 22 Mei 2014.

Tim Studi Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004. Studi Penerapan Prinsip-Prinsip

OECD 2004 Dalam Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance.

Jakarta: Penulis

Tribun News. 2013. Limbah Tambang Diduga Cemari Sungai Sanggata.

http://kaltim.tribunnews.com/2013/03/18/limbah-tambang-diduga-cemari-

sungai-sangatta, diakses 22 Mei 2014.

Untung, H., B. 2009. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.

Walhi. 2013. Banjir Morowali akibat Lingkungan Rusak.

http://www.walhi.or.id/banjir-morowali-akibat-lingkungan-rusak.html, diakses

19 Mei 2014.

Walhi. 2013. Tambang Bunuh Bagan Teri di Teluk Buli.

http://www.walhi.or.id/tambang-membunuh-bagan-ikan-teri-di-teluk-buli.html,

diakses 19 Mei 2014.

Warta Ekonomi.2006. Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian

Tinggi. Warta Ekonomi, Desember 2006, halaman 36-37.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho

Publishing.

Wibowo, Arif. 2009. Deep Ecology. http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2009/08/12/,

diakses 2 Juni 2014.

Page 24: Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012