1
U ndang-Undang No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek telah disahkan (11/7/2017). Dalam Ketentuan Umum, UU ini secara terinci mendefinisikan Arsitektur sebagai ...wujud hasil penerapan ilmu pengetahuan teknologi, dan seni secara utuh dalam mengubah ruang dan lingkungan binaan sebagai bagian dari kebu- dayaan dan peradaban manusia yang memenuhi kaidah fungsi, kaidah konstruksi dan kaidah estetika serta mencakup faktor keselamatan, keamanan, kesehatan, kenya- manan, dan kemudahan. Dari definisi tersebut di atas, jelas sekali bahwa Arsitek memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan profesinya. Setiap arsitek harus melalui serangkaian uji kom- petensi sebelum ter-regristrasi dan mendapat- kan STRA (Surat Tanda Registrasi Arsitek ) di Dewan Arsitek Indonesia serta memegang lisensi dari pemerintah dae- rah. Hal lain yang mendasar adalah, bahwa arsitek harus mampu menguasai ilmu dan teknologi melalui pendidikan for- mal dan nonformal yang dimilikinya, lebih dari itu ia juga dituntut mampu mengimple- mentasikan ilmunya secara utuh melalui penerapan-penerapan di lapangan. Penguasaan dan penerapan ilmu, teknologi, serta estetika dalam profesi arsitek diharapkan mampu mewujudkan karya-karya arsitek- tur yang menarik, indah, sekaligus kuat. Lebih lanjut, persyaratan-persyaratan keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan mutlak harus dipenuhi dalam praktek merancang dan merencana bangunan. Persyaratan kelayakan dan kelaikan bangunan harus selalu diperhatikan dan diaplikasikan oleh setiap arsitek profesional. Hal-hal tersebut adalah amanat yang sangat pen- ting dari UU arsitek, yang menjadi prasyarat untuk para arsitek profesional dalam berpraktek, serta jaminan kepada masyara- kat pengguna dan penikmat karya arsitekur. Beberapa kejadian berkait dengan kecelakaan - kecelakaan konstruksi mestinya bisa menjadi pelajaran berharga, termasuk untuk arsitek yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pro- ses perencanaannya. Dari kejadian-kejadian tersebut, kapasi- tas, kompetensi, dan profesionalitas arsitek perlu terus-menerus ditingkatkan. Untuk mencapai hal tersebut maka harus ada upaya - upaya yang nyata mulai dari dunia peningkatan kualitas pendidikan arsitektur, sistem pembelajaran, perumusan kebijakan - kebijakan teknis pendukung, dll. Disinilah asosi- asi profesi harus mengambil peran dan tanggungjawabnya sebagai pendorong utama peningkatan kapasitas, kompe- tensi, dan profesionalitas anggotanya. Asosiasi profesi arsitektur harus mampu menjadi semacam ”kawah can- dradimuka” yang menghasilkan ksatria-ksatria di bidang arsitektur. (63) ---- Sugiarto, IAI | Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Jawa Tengah M engusung konsep yang terinspirasi dari Gunung Tidar, Candi Borobudur dan Joglo (rumah tradisional jawa), desain gedung 10 lantai ini akan dibangun di Desa Kedungsari, Sidotopo, Magelang Utara, Kota Magelang pada tahun 2020 mendatang. ”Desain arsitektur ini diharapkan dapat menggambar- kan UNTIDAR sebagai pakuning ilmu (landmark atau penanda keilmuan) selakyaknya Gunung Tidar sebagai ”paku” atau titik tengah Pulau Jawa,” jelas Rahardian. Dosen arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, Bandung ini memaparkan desain rektorat dirancang sebagai refleksi dari Gunung Tidar sebagai simbol UNTI- DAR (Kota Magelang) dan titik tengah pulau jawa, seper- ti halnya tonggak menara yang menjulang laksana pakuning tanah jawa. Bangunan disusun seperti 4 kolom dengan atap yg terinspirasi dari Joglo, rumah tradisional Jawa. Siluet denah dan bangunan tampak mencer- minkan siluet candi. Kaki bangunan dirancang berundak seperti halnya gunung tidar dan puncaknya berupa tower yang disusun seperti 4 pilar menyerupai soko guru dalam bangunan Joglo. Konsep bangunan rektorat merujuk pada kompo- sisi Mandala yaitu tatanan ruang dan massa yang dite- mukan pada desain Candi Borobudur. Bersama 4 anggota timnya yaitu Lucki Prasetyo, Dennis Cahya Indra, Achmad Zabel Fachreza dan Rionaldi Gunari, Rahadhian optimis desainnya mampu menjadi icon baru Kota Magelang. ”Direncanakan dibangun di kawasan gerbang kota, rektorat ”Pakuning Ilmu Tanah Jawi” berpotensi menjadi salah satu icon atau landmark Kota Magelang,” tambah- nya. Penilaian juri berdasarkan 2 unsur yaitu teknis (60%) dan non teknis (40%). Penilaian teknis terdiri dari konsep dapat diterapkan (constructability), layak secara teknis (technical feasibility) dan berwawasan lingkungan (green design). Sedangkan penilaian non teknis adalah meme- nuhi muatan/kearifan lokal (local wisdom). Ir. Agung Dwiyanto, MSA salah satu juri Sayembara menuturkan bahwa desain arsitektur pemenang meme- nuhi tuntutan yang diminta pada Term of Reference (TOR) yang diberikan pada saat pendaftaran dan kon- sep rancangan yang dikembangkan berakar pada muatan lokal dan dipadukan dengan menyertakan per- kembangan teknologi dan bahan bangunan. ”Desain arsitektur ini dalam skala kota dan kawasan dipandang mampu menjadi icon. Dalam skala lingkung- an sangat memperhatikan kondisi topografi dan memecahkannya secara efektif. Dalam skala bangunan, masa bangunan men- gadopsi bentuk arsitektur lokal, rancangan denah kom- pak dan penyelesaian facade memenuhi pertimbangan bangunan hijau (green building) yang menekankan pada efisiensi energi dalam penghawaan dan penerangan,” jelas Dosen Arsitektur Universitas Diponegoro ini. ”Pakuning Ilmu Tanah Jawi” dipandang memiliki kepantasan sebagai desain bangunan rektorat UNTI- DAR serta kemudahan penerapan desain pada pelak- sanaan pembangunannya juga menjadi nilai tambah ter- sendiri di mata juri. ”Tidak ada disain yang sempur- na, kesempurnaan hanya milik Alloh Yang Esa. Penyempurnaan masih sangat diperlukan dalam melanjutkan sebagai dokumen DED (Detail Enginering Design),” ujarnya. Sayembara Desain Arsitektur Gedung Rektorat (Sidotopo) UNTIDAR ini terwujud berkat ker- jasama dengan beberapa pihak yaitu Ikatan Konsultan Nasional Indonesia (INKINDO), Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Kejaksaan Negeri Kota Magelang. Juri Sayembara terdiri dari kalangan akademisi dan praktisi yang telah berpengalaman di bidang arsitektur, mereka adalah Sugiarto, S.T., M.T., IAI (Ketua IAI Jawa Tengah); Ir. Agung Dwiyanto, MSA (Universitas Diponegoro); Dr. Eng. Ir. Ahmad Sarwadi, M. Eng. (Universitas Gadjah Mada); Ir. RM Bambang Setyohadi K, M.T., IAI (Universitas Negeri Semarang); dan M. Syafrudin Kurniawan, S.T., M.T. (Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang). Selain juri, pelaksanaan Sayembara Desain Arsitektur Rektorat UNTIDAR juga melibatkan tim pengarah yang terdiri dari Ir. Nugroho Puji Rahardjo, M.T. (INKINDO), Dr. Wahyono, M.M. (UNNES) dan Chrisatya Yonas Nusantrawan B, S.T. (DPU Kota Magelang). ”Seremonial penyerahan sertifikat dan hadiah Sayembara akan dilaksanakan pada acara Dies Natalis ke-4 UNTIDAR. Masing-masing juara akan mendapat- kan sertifikat dan uang pembinaan. Juara 1 mendapat- kan uang pembinaan Rp 150 juta, juara 2 sejumlah Rp 40 juta, juara 3 sejumlah Rp 30 juta sedangkan Harapan 1 dan 2 masing-masing mendapatkan uang pembinaan sejumlah Rp 20 juta dan Rp 10 juta,” ujar Ketua Panitia/Pokja (Kelompok Kerja) Sayembara, Danar Sandi Kusuma, S.Pd. Berikut daftar juara Sayembara Desain Rektorat UNTIDAR : (Juara 1) ”Pakuning Ilmu Tanah Jawi” karya Rahadhian P Herwindho; (Juara 2) ”Bhumi Adiwiyata” karya Resza Riskiyanto; (Juara 3) ”Milestone of Future City”s Pride” karya MA Wiwik Purwati; (Harapan 1) ”Pancering Dharma” karya Mario Andreti, S.T., IAI; (Harapan 2) ”Reintrepretasi Kisah Lembah dan Paku Bumi Tidar” karya Laode Muhammad Soebahardi Rahim _(BSH-IAI-63) MINGGU, 28 JANUARI 2018 D isahkannya Undang-Undang No. 6 tahun 2017 tentang Arsitek (11/7/2017) merupakan lembaran baru bagi perkembangan Arsitektur Indonesia. Tidak hanya untuk kepetingan arsitek saja, tetapi Undang-Undang ini dibu- at untuk menciptakan perlindungan dan kepastian hukum bagi pengguna jasa arsitek, karya arsitektur, dan masyarakat secara umum. Lahirnya Undang-Undang baru ini diharapkan mampu memperkuat eksistensi profesi arsitek, selain mendorong peran dan fungsi arsitek yang semakin nyata di tengah masyarakat. Untuk lebih meningkatkan peran dan kon- tribusi arsitek kepada masyarakat, maka IAI Daerah Jawa Tengah merasa perlu untuk memperluas dan memperkuat jejaring ker- jasama dengan berbagai pihak. Salah satu- nya adalah kerjasama dengan Suara Merdeka Network. Bertempat di Kantor Menara Suara Merdeka (17/01/2017), telah ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Kerjasama antara IAI Daerah Jawa Tengah dengan Suara Merdeka Network. Salah satu bentuk kerjasama tersebut berupa penerbitan berkala halaman bertema arsitektur pada media Suara Merdeka. Lewat penerbitan berkala terse- but diharapkan berbagai informasi, karya, kegiatan, dan pengetahuan mengenai arsitektur dapat dipublikasikan secara lebih luas, melalui rubrik-rubrik opini, esai, artikel arsitektur, dll. Secara khusus, rubrik Klinik Arsitektur (tips dan trik terkait bangunan), diharapkan bisa menjadi ruang interaksi dan kontribusi arsitek secara langsung untuk membantu memecahkan permasalahan arsitektur yang dihadapi masyarakat. Selain itu, dalam MoU Kerjasama terse- but, IAI Daerah Jawa Tengah dan Suara Merdeka Network juga menyepakati bebera- pa kegiatan pengabdian masyarakat bersa- ma, seperti bedah mushola, shelter bus, dan pos polisi. Kedepanya, diharapkan kerjasama terse- but dapat berkembang dalam bentuk-bentuk yang semakin kreatif dan meluas cakupan pengaruhnya. Jika selama ini masih ada anggapan bahwa peran dan fungsi arsitek hanya bisa dirasakan dan dijangkau oleh golongan ter- tentu dalam masyarakat, lewat kerjasama ini, IAI Daerah Jawa Tengah ingin menum- buhkan pemahaman yang benar kepada masyarakat bahwa arsitek adalah milik semua lapisan masyarakat._(BAW-IAI-63) Kerjasama IAI Daerah Jawa Tengah dan Suara Merdeka Network Meningkatkan Peran dan Kontribusi Arsitek SM/dok FOTO BARENG: Usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama, CEO Suara Merdeka Kukrit Suryo Wicaksono dan jajaran foto bareng pengurus IAI Daerah Jawa Tengah. (63) Panitia Sayembara Desain Arsitektur Gedung Rektorat (Sidotopo) Universitas Tidar menetapkan desain dengan judul ”Pakuning Ilmu Tanah Jawi”, karya Tim Rahadhian Prajudi Herwindo, sebagai juara pertama (19/01/2018). Oleh Sugiarto, IAI* Memahami Tanggung Jawab Profesi Arsitek Setelah Undang-Undang Arsitek Disahkan Pakuning Ilmu Tanah Jawi Pemenang Sayembara Desain Arsitektur Rektorat UNTIDAR

Pakuning Ilmu Tanah Jawi...”paku” atau titik tengah Pulau Jawa,” jelas Rahardian. Dosen arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, Bandung ini memaparkan desain rektorat dirancang

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pakuning Ilmu Tanah Jawi...”paku” atau titik tengah Pulau Jawa,” jelas Rahardian. Dosen arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, Bandung ini memaparkan desain rektorat dirancang

Undang-Undang No. 6 Tahun 2017 tentangArsitek telah disahkan (11/7/2017). DalamKetentuan Umum, UU ini secara terinci

mendefinisikan Arsitektur sebagai ...wujud hasilpenerapan ilmu pengetahuan teknologi, danseni secara utuh dalam mengubah ruang danlingkungan binaan sebagai bagian dari kebu-dayaan dan peradaban manusia yangmemenuhi kaidah fungsi, kaidah konstruksidan kaidah estetika serta mencakup faktorkeselamatan, keamanan, kesehatan, kenya-manan, dan kemudahan.

Dari definisi tersebut di atas, jelas sekalibahwa Arsitek memiliki tanggung jawabyang besar dalam menjalankan profesinya.

Setiap arsitek harus melalui serangkaian uji kom-petensi sebelum ter-regristrasi dan mendapat-

kan STRA (Surat Tanda Registrasi Arsitek )di Dewan Arsitek Indonesia sertamemegang lisensi dari pemerintah dae-rah.

Hal lain yang mendasar adalah,bahwa arsitek harus mampu menguasaiilmu dan teknologi melalui pendidikan for-mal dan nonformal yang dimilikinya, lebih

dari itu ia juga dituntut mampu mengimple-mentasikan ilmunya secara utuh melalui

penerapan-penerapan di lapangan.Penguasaan dan penerapan ilmu,teknologi, serta estetika dalam profesi

arsitek diharapkan mampu mewujudkan karya-karya arsitek-tur yang menarik, indah, sekaligus kuat.

Lebih lanjut, persyaratan-persyaratan keselamatan,keamanan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan mutlakharus dipenuhi dalam praktek merancang dan merencanabangunan. Persyaratan kelayakan dan kelaikan bangunanharus selalu diperhatikan dan diaplikasikan oleh setiap arsitekprofesional. Hal-hal tersebut adalah amanat yang sangat pen-ting dari UU arsitek, yang menjadi prasyarat untuk para arsitekprofesional dalam berpraktek, serta jaminan kepada masyara-kat pengguna dan penikmat karya arsitekur.

Beberapa kejadian berkait dengan kecelakaan - kecelakaankonstruksi mestinya bisa menjadi pelajaran berharga, termasukuntuk arsitek yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pro-ses perencanaannya. Dari kejadian-kejadian tersebut, kapasi-

tas, kompetensi, dan profesionalitas arsitek perlu terus-menerusditingkatkan.

Untuk mencapai hal tersebut maka harus ada upaya -upaya yang nyata mulai dari dunia peningkatan kualitaspendidikan arsitektur, sistem pembelajaran, perumusankebijakan - kebijakan teknis pendukung, dll. Disinilah asosi-asi profesi harus mengambil peran dan tanggungjawabnyasebagai pendorong utama peningkatan kapasitas, kompe-tensi, dan profesionalitas anggotanya. Asosiasi profesiarsitektur harus mampu menjadi semacam ”kawah can-dradimuka” yang menghasilkan ksatria-ksatria di bidangarsitektur. (63)

---- Sugiarto, IAI | Ketua Ikatan Arsitek Indonesia DaerahJawa Tengah

Mengusung konsep yang terinspirasi dariGunung Tidar, Candi Borobudur dan Joglo(rumah tradisional jawa), desain gedung 10lantai ini akan dibangun di DesaKedungsari, Sidotopo, Magelang Utara,

Kota Magelang pada tahun 2020 mendatang.”Desain arsitektur ini diharapkan dapat menggambar-

kan UNTIDAR sebagai pakuning ilmu (landmark ataupenanda keilmuan) selakyaknya Gunung Tidar sebagai”paku” atau titik tengah Pulau Jawa,” jelas Rahardian.

Dosen arsitektur Universitas Katolik Parahyangan,Bandung ini memaparkan desain rektorat dirancangsebagai refleksi dari Gunung Tidar sebagai simbol UNTI-DAR (Kota Magelang) dan titik tengah pulau jawa, seper-ti halnya tonggak menara yang menjulang laksanapakuning tanah jawa. Bangunan disusun seperti 4 kolomdengan atap yg terinspirasi dari Joglo, rumah tradisionalJawa. Siluet denah dan bangunan tampak mencer-minkan siluet candi.

Kaki bangunan dirancang berundak seperti halnyagunung tidar dan puncaknya berupa tower yang disusunseperti 4 pilar menyerupai soko guru dalam bangunanJoglo. Konsep bangunan rektorat merujuk pada kompo-sisi Mandala yaitu tatanan ruang dan massa yang dite-mukan pada desain Candi Borobudur.

Bersama 4 anggota timnya yaitu Lucki Prasetyo,Dennis Cahya Indra, Achmad Zabel Fachreza danRionaldi Gunari, Rahadhian optimis desainnya mampumenjadi icon baru Kota Magelang.

”Direncanakan dibangun di kawasan gerbang kota,rektorat ”Pakuning Ilmu Tanah Jawi” berpotensi menjadi

salah satu icon atau landmark Kota Magelang,” tambah-nya.

Penilaian juri berdasarkan 2 unsur yaitu teknis (60%)dan non teknis (40%). Penilaian teknis terdiri dari konsepdapat diterapkan (constructability), layak secara teknis(technical feasibility) dan berwawasan lingkungan (greendesign). Sedangkan penilaian non teknis adalah meme-nuhi muatan/kearifan lokal (local wisdom).

Ir. Agung Dwiyanto, MSAsalah satu juri Sayembaramenuturkan bahwa desain arsitektur pemenang meme-nuhi tuntutan yang diminta pada Term of Reference(TOR) yang diberikan pada saat pendaftaran dan kon-sep rancangan yang dikembangkan berakar padamuatan lokal dan dipadukan dengan menyertakan per-kembangan teknologi dan bahan bangunan.

”Desain arsitektur ini dalam skala kota dan kawasandipandang mampu menjadiicon. Dalam skala lingkung-an sangat memperhatikan

kondisi topografi danmemecahkannya secaraefektif. Dalam skala bangunan, masa bangunan men-gadopsi bentuk arsitektur lokal, rancangan denah kom-pak dan penyelesaian facade memenuhi pertimbanganbangunan hijau (green building) yang menekankan padaefisiensi energi dalam penghawaan dan penerangan,”jelas Dosen Arsitektur Universitas Diponegoro ini.

”Pakuning Ilmu Tanah Jawi” dipandang memilikikepantasan sebagai desain bangunan rektorat UNTI-DAR serta kemudahan penerapan desain pada pelak-sanaan pembangunannya juga menjadi nilai tambah ter-

sendiri di mata juri. ”Tidak ada disain yang sempur-na, kesempurnaan hanya milik Alloh Yang Esa.Penyempurnaan masih sangat diperlukan dalammelanjutkan sebagai dokumen DED (DetailEnginering Design),” ujarnya.

Sayembara Desain Arsitektur Gedung Rektorat(Sidotopo) UNTIDAR ini terwujud berkat ker-jasama dengan beberapa pihak yaitu IkatanKonsultan Nasional Indonesia (INKINDO), IkatanArsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah, BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP) dan Kejaksaan Negeri Kota Magelang.

Juri Sayembara terdiri dari kalangan akademisidan praktisi yang telah berpengalaman di bidangarsitektur, mereka adalah Sugiarto, S.T., M.T., IAI(Ketua IAI Jawa Tengah); Ir. Agung Dwiyanto, MSA(Universitas Diponegoro); Dr. Eng. Ir. AhmadSarwadi, M. Eng. (Universitas Gadjah Mada); Ir.RM Bambang Setyohadi K, M.T., IAI (UniversitasNegeri Semarang); dan M. Syafrudin Kurniawan,S.T., M.T. (Kepala Dinas Pekerjaan Umum danPenataan Ruang Kota Magelang).

Selain juri, pelaksanaan Sayembara DesainArsitektur Rektorat UNTIDAR juga melibatkan timpengarah yang terdiri dari Ir. Nugroho PujiRahardjo, M.T. (INKINDO), Dr. Wahyono, M.M.(UNNES) dan Chrisatya Yonas Nusantrawan B,

S.T. (DPU Kota Magelang).”Seremonial penyerahan sertifikat dan hadiah

Sayembara akan dilaksanakan pada acara Dies Nataliske-4 UNTIDAR. Masing-masing juara akan mendapat-kan sertifikat dan uang pembinaan. Juara 1 mendapat-kan uang pembinaan Rp 150 juta, juara 2 sejumlah Rp40 juta, juara 3 sejumlah Rp 30 juta sedangkan Harapan1 dan 2 masing-masing mendapatkan uang pembinaansejumlah Rp 20 juta dan Rp 10 juta,” ujar KetuaPanitia/Pokja (Kelompok Kerja) Sayembara, Danar

Sandi Kusuma, S.Pd.Berikut daftar juara Sayembara Desain Rektorat

UNTIDAR : (Juara 1) ”Pakuning Ilmu Tanah Jawi” karyaRahadhian PHerwindho; (Juara 2) ”Bhumi Adiwiyata”karya Resza Riskiyanto; (Juara 3) ”Milestone of FutureCity”s Pride” karya MAWiwik Purwati; (Harapan 1)”Pancering Dharma” karya Mario Andreti, S.T., IAI;(Harapan 2) ”Reintrepretasi Kisah Lembah dan PakuBumi Tidar” karya Laode Muhammad SoebahardiRahim _(BSH-IAI-63)

MINGGU, 28 JANUARI 2018

Disahkannya Undang-Undang No. 6tahun 2017 tentang Arsitek(11/7/2017) merupakan lembaran

baru bagi perkembangan ArsitekturIndonesia. Tidak hanya untuk kepetinganarsitek saja, tetapi Undang-Undang ini dibu-at untuk menciptakan perlindungan dankepastian hukum bagi pengguna jasaarsitek, karya arsitektur, dan masyarakatsecara umum.

Lahirnya Undang-Undang baru inidiharapkan mampu memperkuat eksistensiprofesi arsitek, selain mendorong peran danfungsi arsitek yang semakin nyata di tengahmasyarakat.

Untuk lebih meningkatkan peran dan kon-tribusi arsitek kepada masyarakat, maka IAIDaerah Jawa Tengah merasa perlu untukmemperluas dan memperkuat jejaring ker-jasama dengan berbagai pihak. Salah satu-

nya adalah kerjasama dengan SuaraMerdeka Network. Bertempat di KantorMenara Suara Merdeka (17/01/2017), telahditandatangani Memorandum ofUnderstanding (MoU) Kerjasama antara IAIDaerah Jawa Tengah dengan SuaraMerdeka Network.

Salah satu bentuk kerjasama tersebutberupa penerbitan berkala halamanbertema arsitektur pada media SuaraMerdeka. Lewat penerbitan berkala terse-but diharapkan berbagai informasi, karya,kegiatan, dan pengetahuan mengenaiarsitektur dapat dipublikasikan secara lebihluas, melalui rubrik-rubrik opini, esai, artikelarsitektur, dll.

Secara khusus, rubrik Klinik Arsitektur(tips dan trik terkait bangunan), diharapkanbisa menjadi ruang interaksi dan kontribusiarsitek secara langsung untuk membantu

memecahkan permasalahan arsitektur yangdihadapi masyarakat.

Selain itu, dalam MoU Kerjasama terse-but, IAI Daerah Jawa Tengah dan SuaraMerdeka Network juga menyepakati bebera-pa kegiatan pengabdian masyarakat bersa-ma, seperti bedah mushola, shelter bus, danpos polisi.

Kedepanya, diharapkan kerjasama terse-but dapat berkembang dalam bentuk-bentukyang semakin kreatif dan meluas cakupanpengaruhnya.

Jika selama ini masih ada anggapanbahwa peran dan fungsi arsitek hanya bisadirasakan dan dijangkau oleh golongan ter-tentu dalam masyarakat, lewat kerjasamaini, IAI Daerah Jawa Tengah ingin menum-buhkan pemahaman yang benar kepadamasyarakat bahwa arsitek adalah miliksemua lapisan masyarakat._(BAW-IAI-63)

Kerjasama IAI Daerah Jawa Tengah dan Suara Merdeka Network

Meningkatkan Peran dan Kontribusi Arsitek

SM/dok

FOTO BARENG: Usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama, CEO Suara Merdeka Kukrit Suryo Wicaksono dan jajaran foto bareng pengurus IAI

Daerah Jawa Tengah. (63)

Panitia Sayembara DesainArsitektur Gedung Rektorat(Sidotopo) Universitas Tidar

menetapkan desain dengan judul”Pakuning Ilmu Tanah Jawi”, karyaTim Rahadhian Prajudi Herwindo,

sebagai juara pertama(19/01/2018).

Oleh Sugiarto, IAI*

Memahami Tanggung Jawab Profesi Arsitek Setelah Undang-Undang Arsitek Disahkan

Pakuning Ilmu Tanah Jawi

Pemenang Sayembara Desain Arsitektur Rektorat UNTIDAR