8
Asam salislilat memiliki rumus kimia C 7 H 6 O 3 . termasuk turunan senyawa aromatik yang mempunyai 2 gugus fungsi, yaitu: gugus hidroksi dan gugus karboksilat dengan struktur yang dapat dilihat sebagai berikut : Asam salisilat Dilihat dari strukturnya asam salislilat memiliki gugus kromofor dan ausokrom sehingga dapat dianalisis menggunakan metode spektofotometri UV-VIS. Bersifat asam kuat dengan Pka 3.0. Sehingga dapat dianalisis dengan metode titrasi asam basa alkalimetri, prinsipnya adalah penetapan kadar senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Selain itu asam salisilat merupakan oksidator kuat dilihat dari strukturnya yaitu mempunyai gugus karbonil yang berfungsi sebagai oksidator sehingga dapat dianalisis menggunakan iodometri.

Pembahasan asam salisilat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

as

Citation preview

Page 1: Pembahasan asam salisilat

Asam salislilat memiliki rumus kimia C7H6O3 . termasuk turunan senyawa

aromatik yang mempunyai 2 gugus fungsi, yaitu: gugus hidroksi dan gugus

karboksilat dengan struktur yang dapat dilihat sebagai berikut :

Asam salisilat

Dilihat dari strukturnya asam salislilat memiliki gugus kromofor dan

ausokrom sehingga dapat dianalisis menggunakan metode spektofotometri UV-

VIS. Bersifat asam kuat dengan Pka 3.0. Sehingga dapat dianalisis dengan metode

titrasi asam basa alkalimetri, prinsipnya adalah penetapan kadar senyawa yang

bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Selain itu asam salisilat

merupakan oksidator kuat dilihat dari strukturnya yaitu mempunyai gugus

karbonil yang berfungsi sebagai oksidator sehingga dapat dianalisis menggunakan

iodometri.

Asam salisilat ini sukar larut dalam air yaitu 1: 550, mudah larut dalam

etanol 1:4 dan dalam eter 1:3, agak sukar larut dalam kloroform yaitu 1:45

(Clarke's Analysis of Drugs and Poisons).

Sampel campuran yang berisi asam salisilat dan kampora berbentuk dalam

sediaan salep, maka dilakukan ekstrak cair – cair. Pertama – tama salep dilarutkan

dalam pelarut yang cocok yaitu kloroform. Yang dimana basis salep mudah larut

Page 2: Pembahasan asam salisilat

dalam kloroform dan kampora juga dapat larut. Pemisahan dilakukan dalam

corong pisah. Karena asam salisilat tidak larut dalam air maka dari itu untuk

manarik asam salisilat pada fase kloroform maka ditambahkan NaOH untuk

merubah asam salisilat kedalam bentuk garamnya yaitu natrium salisilat dan

ditambahkan air agar natrium salsilat tertarik dalam fase air. ECC dilakukan

sampai semua natrium salisilat ditarik semua pada fase air. Fase air hasil dari ECC

diidentifikasi dengan FeCl3 apabila berwarna ungu maka menunjukan masih

terdapat analit dalam sampel tersebut. Dan ECC di hentikan ketika saat

penambahan FeCl3 tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu karena FeCl3

dapat mereduksi asam salisilat yang ditandai dengan adanya warna ungu.

Analisis penentuan kadar asam salisilat dalam sampel pada praktikum kali

ini menggunakan teknik spektrofotometri UV-Vis. Prinsip dasar spektrofotometri

yaitu metode analisa kimia berdasarkan serapan molekul terhadap gelombang

elektromagnetik (cahaya). Sehingga berhubungan dengan absorbansi dan

transmitansi. Absorbansi adalah cahaya yang dapat diserap oleh sampel dan

transmitasi adalah cahaya yang diteruskan panjang gelombang maksimum,

menentukan standard dan menentukan konsentrasi sampel.

Asam salisilat dapat menyerap radiasi UV karena memiliki gugus

kromofor atau ikatan rangkap terkonjugasi dan auksokorm dalam strukturnya.

Gugus kromofor adalah ikatan atau gugus fungsi spesifik dalam molekul yang

bertanggung jawab atas penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Gugus kromofor pada asam salisilat adalah gugus benzyl (memiliki ikatan

rangkap terkonjugasi). Panjang gelombang serapan maksimum (λmaks) dan

koefisien ekstingsi molar (ε) akan bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan

2

Page 3: Pembahasan asam salisilat

rangkap terkonjugasi. Sedangkan gugus auksokorm adalah gugus fungsi dalam

suatu molekul yang dapat mempengaruhi absorpsi radiasi gugus kromofor. Jika

gugus auksokorm terdelokalisasi ke gugus kromofor , maka intensitas absorbansi

akan meningkat dan terjadi pergeseran batokromik atau hipsokromik. Gugus

kromofor yang terdapat pada asam mefenamat antara lain gugus -OH (Hidroksi).

Pada percobaan ini, panjang gelombang asam salisilat dalam NaOH adalah

230,5 nm. Yang dimana larutan standar yang dianalisis Spektrofotometri dalam

bentuk garamnya karena sampel yang diperoleh di ubah kedalam natrium salisilat.

Panjang gelombang untuk menganalisi natrium salisilat karena pada panjang

gelombang ini absorbansi sinar mempunyai nilai maksimal. Panjang gelombang

ini juga termasuk dalam rentang panjang gelombang daerah ultraviolet. Pada

penentuan kurva kalibrasi asam salisilat pro analisis, pemilihan tingkat

konsentrasi haruslah mendapatkan absorbanasi diantara rentang 0,2 – 0,8 untuk

mendapatkan suatu garis linier hubungan antara konsentrasi dan absorbansi

dengan nilai koefisien korelasi yang sedekat mungkin dengan 1 atau ± ~ 0,999.

Sehingga apabila konsentrasi (ppm) dari BPFI menghasilkan absorbansi yang

terlalu besar atau terlalu kecil dari rentang, maka harus disesuaikan.

Larutan stok pertama kali dibuat dengan konsentrasi 500 ppm atau 50 mg

penimbangan asam salisilat pro analisis, karena batas penimbangan suatu zat

yaitu 50 mg. Larutan stok dengan konsentrasi 500 ppm menghasilkan Abs

melebihi 0,2 – 0,8 dari rentang yang ditetapkan. Kemudian larutan stok awal

dipipet dengan volume yang berbeda (1.9, 2, 2.2, 2.4, 2.6, 2.8) ke dalam lima labu

ukur 10 ml hingga diperoleh larutan baku dengan lima variasi konsentrasi ( 90

ppm, 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm, 130 ppm dan 140 ppm). Ke dalam masing –

3

Page 4: Pembahasan asam salisilat

masing labu ukur tersebut ditambahkan NaOH hingga volume 10 ml. larutan baku

tersebut di ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis.

Pada panjang gelombang 230.5 nm (λ maks ), sebelumnya dilakukan terhadap

blanko yang berisi pelarut (NaOH). Dalam penempatan larutan baku pada kuvet

(wadah sampel) yang pelru diperhatikan agar tidak terjadi galat spektrofotometri

yang dimana kuvet harus bersih, bekas jari tidak boleh menempel pada kuvet

karena dapat menyerap radiasi dan penempatan kuvet harus sama supaya hasilnya

reprodusibel. Nilai absorbansi dicatat dan dicari korelasi antara absorbansi dengan

konsentrasi melalui pembuatan kurva kalibrasi serta ditentukan persamaan regresi

linier.

Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil

kadar dari sediaan campuran bahwa kadar asam salisilat dari sampel campuran

dengan no sampel No 14A yang dilakukan dengan spektrofotometri uv yaitu

sebesar

4

Page 5: Pembahasan asam salisilat

I. Daftar pustaka

Khopkar, S.M 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia:

Jakarta

Vogel. 1966. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif. Jakarta: PT Kalman

Media Pustaka.

Rohman, abdul. Ibnu Gholib Ganjar. 2012. Kimia Farmasi Analisis.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

The Minister Of Health, Labour and Welfare. Japanese Pharmacopeia

Fifteenth Edition. 2006. Jirokawasaki

Clarke. E.G.C. Prof. Clarke’s Analysis of Drugs and poisons. 2005.

Pharmaceutical Press

Day, R.A. JR dan A.L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke

Enam. 2001. Jakarta: penerbit Erlangga

5