Upload
truonghanh
View
261
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENENTUAN KRITERIA MISKIN SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI
BAZNASKABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
Ikhwan Rifa’i
Nim. 132.111.004
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SURAKARTA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
ةى كىآتيوا الزكىاةى كىاركىعيوا مىعى الراكعيى كىأىقيميوا الصلى
Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk. (QS. Al-Baqarah:43)
قىاتي للفيقىرىاء كىالمىسىاكي كىالعىامليى عىلىيػهىا كىالميؤىلفىة قػيليوبػيهيم كىف الرقىاب كى ىارميى إنىا الصدى البيل اللو كىابن السبيل كىاللوي عىليمه حىكيمه فىريضىةن منى اللو كىف سى
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. At-Taubah:60)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, membekali ilmu melalui para dosen IAIN Surakarta. Atas
karunia dan kemudahan yang Engkau berikan, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW. Saya persembahkan karya ini kepada mereka yang telah
setia berada di ruang dan waktu kehidupan saya, khususnya teruntuk:
1. Kedua orang tua saya yang tercinta; Bapak Suharman dan Ibu Sutari
yang menjadi inspirasi dalam hidup saya, sekaligus yang telah
memberikan kasih sayang, bimbingan disetiap langkah saya.
2. Kakak dan adik saya (Nur Mujahid, Lilis Isnaini F dan Muhamad
Fadly) yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi kepada
saya.
3. Dosen-dosen yang telah mendidik dan membimbing saya dari semester
pertama hingga sekarang.
4. Semua rekan-rekan seperjuangan angkatan 2013, program studi Hukum
Ekonomi Syariah (Muamalah) yang bersama-sama berjuang untuk
mendapatkan gelar Sarjana Hukum.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi di Fakultas
Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta didasarkan pada
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman
transliterasi tersebut adalah :
1. Konsonan
Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian
dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf
serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin
adalah sebagai berkut:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
ba b Be ب
ta t Te ت
Ṡa ṡ Es (dengan titik di atas) ث
jim j Je ج
Ḥa ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
kha kh Ka dan ha خ
dal d De د
ix
Żal ż Zet (dengan titik di atas) ذ
ra r Er ر
zai z Zet ز
sin s Es س
syin sy Es dan ye ش
Ṣad ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Ḍad ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ṭa ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Ẓa ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
ain …‟… Koma terbalik di atas„ ع
gain g Ge غ
fa f Ef ؼ
qaf q Ki ؽ
kaf k Ka ؾ
lam l El ؿ
mim m Em ـ
x
nun n En ف
wau w We ك
ha h Ha ق
hamzah ...ꞌ… Apostrop ء
ya y Ye م
2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah a a
Kasrah i i
Dammah u u
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transiterasi
Kataba كتب .1
Zukira ذكر .2
xi
Yazhabu يذىب .3
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu :
Tanda dan
Huruf
Nama Gabungan Huruf Nama
Fathah dan ya Ai a dan i أ...ل
Fathah dan wau Au a dan u أ...ك
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
Kaifa كيف .1
Haula حرؿ .2
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :
Harakat dan
Huruf
Nama Huruf dan
Tanda
Nama
Fathah dan alif أ...م
atau ya ā a dan garis di atas
Kasrah dan ya ī i dan garis di atas أ...م
xii
Dammah dan أ...ك
wau ū u dan garis di atas
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
Q ā la قاؿ .1
Q ī la قيل .2
Yaq ū lu يقوؿ .3
Ram ā رمي .4
4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu :
a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau
dammah transliterasinya adalah /t/.
b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.
c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
Rau ḍ aah al-atf ā l / rau ḍ atul atf ā l ركضة األطفاؿ .1
Ṭa alhah طلحة .2
xiii
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
Rabbana ربنا .1
Nazzala نزؿ .2
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu اؿ. Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang
yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh
huruf Qamariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang
yang diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang
digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf
Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti
dan dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
Ar-rajulu الرجل .1
Al-Jal ā lu اجللؿ .2
xiv
7. Hamzah
Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di
akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena
dalam tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh berikut ini :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
Akala أكل .1
Taꞌkhuduna تأخذكف .2
An-Nauꞌu النؤ .3
8. Huruf Kapital
Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital,
tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku
dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan
permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka
yang ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal
atau kata sandangnya.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut
disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
Wa m ā Muhaamdun ill ā ras ū l ك ما ممحد إالرسوؿ
Al-hamdu lillahi rabbil ꞌ ā lam ī na احلمدهلل رب العاملي
xv
9. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata baik fi‟il, isim, maupun huruf ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan
maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa dilakukan dengan dua
cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa dirangkai.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
كإف اهلل هلو خريالرازقي Wa innall ā ha lahuwa khair ar-r ā
ziqin / Wa innall ā ha lahuwa khairur-
r ā ziq ī n
Fa auf ū al-Kaila wa al-m ī z ā na / Fa فأكفوا الكيل كامليزاف
auful-kaila wal m ī z ā na
xvi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul, “Penentuan Kriteria Miskin sebagai Mustahik Zakatdan
Implementasinya dalam Pendistribusian Zakat di Baznas Kabupaten
Sukoharjo".Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Jenjang Sarjana 1
(S1) Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah), Fakultas Syariah IAIN
Surakarta.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penyusun telah banyak mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran,
waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Surakarta.
2. Bapak Dr. M. Usman, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.
3. Bapak Masjupri, S.Ag., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah (Muamalah).
4. Bapak H. Aminuddin Ihsan, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan pengarahan dan nasehatnya kepada penulis selama
menempuh studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.
5. Bapak Drs. H. Yusuf Hidayat, M.H selaku Dosen Pembimbing Skripsiyang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan
skripsi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.
xvii
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmu-ilmunya,
semoga segala ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat di kehidupan yang
akan datang.
7. Seluruh Staff karyawan Fakultas Syariah dan seluruh Staff karyawan
perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta yang telah
membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
8. Kepala BAZNAS Sukoharjo dan para anggota serta staf yang telah memberi
izin dan kesempatan bagi penyusun untuk melakukan penelitian di lokasi
tersebut.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penyusun satu persatu yang telah
berjasa dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharap kritik
dan saran yang membangun untuk tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhir
kata, penyususn berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 8 Agustus 2017
Ikhwan Rifa‟i
132111004
xviii
ABSTRAK
Kata Kunci : Zakat, Miskin, Implementasi, Badan Amil Zakat.
Badan Amil Zakat Nasional merupakan badan resmi dan satu-satunya yang
dibentuk oleh pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq dan sedekah pada tingkat nasional. Selain di tingkat
pusat, juga hadir di tingkat daerah baik di provinsi maupun kebupaten/kota.
Penentuan seseorang bisa dikategorikan miskin sangat penting agar tidak terjadi
kesalahan alokasi dan penyalurannya yang pada akhirnya berdampak pada
gagalnya pemberdayaan masyarakat miskin.
Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana penentuan
kriteria miskin sebagai mustahik zakat dan implementasinya dalam
pendistribusian zakat di BAZNAS Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang menjelaskan
tentang penentuan kriteria miskin sebagai mustahik zakat dan implementasi
pendistribusian zakat di BAZNAS Sukoharjo kemudian menjelaskannya dalam
bentuk laporan analisa.
Dari penelitian ini kita ketahui bahwa kriteria miskin di BAZNAS
Sukoharjo ditentukan berdasarkan income per kapita, rumah tinggal, kesehatan,
pendidikan, budaya, ekonomi, jumlah keluarga, dan asset. Sedangkan
implementasi Zakat di BAZNAS Sukoharjo sesuai dengan Peraturan Bupati
Sukoharjo, akan tetapi dalam penerapannya melakukan inovasi-inovasi.
xix
ABSTRACT
Keyword : Zakat, Poor, Implementation, National Zakat Agency
The national zakat agency is the institution one formed by the government
that has the duty and function of collecting and distributing zakat, infaq, and alms
at the national level. Besides at the central level, the national zakat agency also
presents at the regional level in all provinces and cities. The criteria of a person
that can be categorized as being poor is very important in order to avoid
misallocation and wrong distribution that ultimately affect the failure of
empowerment of the poor.
The main topic of this research is how the determination of poor criterion
as mustahik zakat and implementation of zakat distribution at national zakat
agency of Sukoharjo.
This research uses descriptive qualitative method, which explains about
the determination of poor criterion as mustahik zakat and implementation of zakat
distribution at national zakat agency of Sukoharjo. It will be explained later in the
form of analysis report.
Based on this research,it is known that the criteria of poor in national
zakat agency of Sukoharjo is determined based on gross domestic product , home
stay, health, education, culture, economy, the number of families, and assets.
While the implementation of zakat in the national zakat agency of Sukoharjo is in
the regulation of regional Sukoharjo, but in its application make innovations.
xx
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii
HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ..................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSAH ............................................. v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... xvi
ABSTRACT ................................................................................................... xviii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xx
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xxiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
E. Kerangka Teori ....................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka .................................................................... 11
G. Metode Penelitian ................................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ............................................................. 17
xxi
BAB II. KONSEP ZAKAT DALAM ISLAM
A. Gambaran Umum Zakat
1. Definisi Zakat .................................................................... 18
2. Anjuran Menunaikan Zakat ............................................... 18
3. Macam Zakat ..................................................................... 20
4. Syarat Wajib Zakat ............................................................ 26
5. Hikmah dan Manfaat Zakat ............................................... 27
B. Implementasi Mustahik Zakat
1. Mustahik Zakat .................................................................. 28
2. Cara Pembagian Zakat ....................................................... 30
3. Menentukan Penerima Zakat ............................................. 31
4. Syarat Mustahik Zakat ....................................................... 33
C. Konsep Kemiskinan
1. Konsep Kemiskinan menurut BKKBN ............................. 35
2. Pendekatan Kemiskinan menurut BPS .............................. 36
3. Data Kemiskinan Mikro .................................................... 38
4. Pendekatan Kemiskinan menurut World Bank .................. 40
BAB III. GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN
SUKOHARJO
A. Profil BAZNAS Kabupaten Sukoharjo .................................. 42
B. Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Sukoharjo...................... 43
C. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ............ 43
D. Pengurus BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ............................ 44
E. Program Kerja BAZNAS Kabupaten Sukoharjo .................... 47
F. Mekanisme Alur Kerja Pengelolaan Data Mustahik
BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ............................................ 49
G. Rekening BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ............................ 50
H. Penghimpunan Zakat BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ......... 53
I. Pendistribusian Zakat BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ......... 54
xxii
BAB IV. ANALISIS PENENTUAN KRITERIA MISKIN SEBAGAI
MUSTAHIK ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZNAS
SUKOHARJO
A. Penentuan Kriteria Miskin sebagai Mustahik Zakat di
BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ............................................ 60
B. Implementasi Pendistribusian Zakat di BAZNAS Kabupaten
Sukoharjo ................................................................................ 64
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran-Saran............................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xxiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Nisab Kambing ....................................................................... 22
Tabel 2 : Nisab Sapi ............................................................................... 23
Table 3 : Nisab Unta .............................................................................. 23
Tabel 4 : Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera menurut BKKBN ...... 36
Tabel 5 : Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ............ 43
Table 6 :Mekanisme Alur Kerja Pengelolaan Data Mustahik
BAZNAS Kabupaten Sukoharjo ............................................ 49
Table 7 : Daftar Wilayah Kerja BAZNAS Sukoharjo ........................... 50
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2011tentang Indikator Penduduk
Miskin di Kabupaten Sukoharjo
Lampiran 2 : Hasil Wawancara
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 : Rumah Tangga Sasaran Kab. Sukoharjo Tahun 2012 (Sumber
Badan Pusat Statistik)
Lampiran 4 : Surat Permohonan Bantuan untuk Mengirimkan Data Keluarga
Miskin/Duafa kepada Camat
Lampiran 5 : Penyaluran Zakat dan Infak BAZNAS Kabupaten Sukoharjo Tahun
2016
Lampiran 6 : Laporan Pengeluaran Pentasarufan Duafa BAZNAS Sukoharjo 1
Juni 2017
Lampiran 7 : Rekapituasi Penerimaan BAZNAS (Zakat) Kabupaten Sukoharjo
per 20 Juli 2017
Lampiran 8 : Lampiran foto-foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT mensyariatkan bagi hamba-hambaNya dengan bermacam-
macam ibadah, salah satunya terkait dengan menyumbangkan harta yang
dicintai oleh jiwa seperti zakat.1 Zakat sangat penting dalam kehidupan umat
Islam dan merupakan rukun islam yang ketiga.2
Zakat merupakan kewajiban yang sudah ditentukan, yang oleh agama
sudah ditetapkan nishab, besar, batas-batas, syarat-syarat, waktu, dan cara
pembayaran sejelas-jelasnya.3 Hukum dari zakat adalah fardhu ain(kewajiban
individual) bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat wajibnya.4 Maka dari
itu berdosa jika seseorang yang telah memenuhi kriteria untuk berzakat tetapi
tidak melaksanaknya.
Pensyari‟atan zakat dalam Islam menunjukkan bahwa Islam sangat
memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan terutama nasib mereka yang
lemah.5 Zakat, baik pemungutan maupun penggunaannya bertujuan
merealisasikan fungsi-fungsi sosial, ekonomi, dan permodalan dalam
1 Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan Izzudin
Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 696 2Fakhrruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press,
2008), hlm. 21 3Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN-Malang Press, 2007),
hlm. 49 4Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, terj. Besus Hidayat Amin,
cet. ke-5, (Jilid 2; Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), hlm. 5 5 Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al – Ikhlas, 1995), hlm.
26
2
masyarakat Islam, selain tujuan Ibadah. Karena yang diharapkan oleh orang
yang melakukan dan menunaikan zakat adalah pahala dari sisi Allah SWT,
baik di dunia maupun di akhirat.6
Perintah zakat dapat dipahami sebagai salah satu kesatuan sistem yang tak
terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan sosial-ekonomi dan
kemasyarakatan. Zakat diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan
perekonomian, baik pada level individu maupun pada level sosial masyarakat.7
Menjalankan kewajiban pembayaran zakat, juga diyakini dapat digunakan
sebagai alternatif untuk mengentaskan kemiskinan di tengah-tengah
masyarakat.8Dengan adanya zakat yang diberikan kepada para mustahik,
diharapkan dapat meningkatkan taraf hidupnya sehingga menjadi seorang
muzaki. Karena zakat bukanlah sekedar bantuan makanan sewaktu-waktu
untuk sedikit meringankan penderitaan hidup orang-orang miskin yang
selanjutnya tidak dipedulikan lagi bagaimana nasib mereka, tetapi zakat
betujuan menanggulangi kemiskinan.9
Permasalahan masyarakat miskin ini bukan hanya terjadi pada negara yang
tergolong miskin maupun berkembang, akan tetapi di negara maju juga tak
lepas dari masalah kemiskinan. Sebagai contohpada zaman lampau, Mesir
6Syauqi Ismail Sahhatih, Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern, terj. Bahrun Abu Bakar
dan Anshori Umar Sitanggal, ( Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 77
7Nuruddin Ali, Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 2 8 Didin Hafidhuddin dkk, The Power of Zakat : Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat di
Asia Tenggara, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 4 9 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN-Malang Press, 2007),
hlm. 51
3
merupakan wilayah yang terkenal kesuburannya di atas bumi. Hal ini tidak
lepas dari letak geografis yang dilintasi sungai Nil. Banyak tumbuhan dan
pepohonan yang berkembang dan dapat memberikan hasil melimpah. Namun
sayangnya, golongan miskin disana jumlahnya masih banyak dan kondisinya
cukup memprihatinkan. Golongan kaya mengambil hampir semua sumber-
sumber kehidupan beserta hasilnya. Kemudian ketika kelaparan melanda pada
masa dinasti XII, orang-orang miskin menjual diri mereka kepada orang-orang
kaya yang kemudian dianiaya dan diperas keringatnya demi mempertahankan
hidup.10
Di Indonesia sendiriyang merupakan negara dengan penduduk terbesar ke-
empat di dunia11
, roda perekonomian harus digerakkan secara merata sampai
ke penjuru negeri. Meledaknya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
terjadinya kesenjangan sosial diantara orang kaya dengan orang yang miskin.12
Pengelolaan zakat di Indonesia diatur dalam Undang-Undang RI Nomor
23 Tahun 2011 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa zakat adalah harta wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai syariat Islam.13
10
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN-Malang Press, 2007),
hlm. 23 11
http://www.globalfirepower.com/total-population-by-country.asp, diakses pada 23 Juli
2017 pukul 15:30 12
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesenjangan_ekonomi, diakses pada 23 Juli 2017 pukul
15:35 13
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
4
Namun aturan ataupun undang-undang tersebut tidak secara tegas
memberikan sanksi kepada orang Islam yang sudah memenuhi syarat menjadi
muzaki tetapi tidak mau mengeluarkan zakat. Hal ini bertolak belakang dengan
zaman khalifah Abu Bakar ash Shidiq yang secara tegas memerangi para
pembangkang zakat.14
Dalam perekonomian pembagian harta antara orang yang kaya dan kaum
fakir. Dimana diambil dari harta antara orang yang kaya dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dan diberikan kepada kaum fakir sehingga didalamnya
ada pembagian harta. Sehingga tidak ada penumpukan harta di satu sisi dan
kekurangan serta kefakiran dari sisi lain.15
Sehingga dengan zakat itu dapat
menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam
suatu masyarakat.16
Dalam pemberdayaan masyarakat miskin, penentuan seseorang bisa
dikategorikan miskin sangat penting. Penentuan kriteria miskin harus
digambarkan dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan alokasi dan
penyalurannya yang pada akhirnya berdampak pada gagalnya pemberdayaan
masyarakat miskin tersebut. Karena pada dasarnya orang kaya tidak boleh
diberi bagian dari zakat. Hal ini adalah kesepakatan para ulama sesuai sabda
14
Nuruddin Ali, Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 27 15
Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin, Fatwa-Fatwa Penting dalam Sehari-hari, terj.
Abu Abdurrahman Abdullah Amin dkk, cet. ke-2, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah), hlm. 592 16
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al – Ikhlas, 1995), hlm.
27
5
Rasulullah SAW, “Tidak ada bagian darinya (harta zakat) bagi orang kaya”.
(Shahih. HR. Abu Daud (1633) dan An-Nasa‟i (2598).17
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-
satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI
No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.18
Selain di
tingkat pusat, BAZNAS juga hadir di tingkat daerah baik di provinsi maupun
kabupaten/kota. Salah satu BAZNAS di tingkat daerah adalah BAZNAS
Sukoharjo yang bertempat di Jl. Rajawali Kelurahan Joho Sukoharjo dengan
website www.baznas.sukoharjo.kab.go.id. BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
merupakan badan resmi yang dibentuk dan didirikan oleh Pemerintah
Kabupaten Sukoharjo melalui surat Keputusan Bupati, Kepengurusan yang
terbaru dengan SK No. 451.12/327/2013 Tahun 2013.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo sendiri melihat bahwa kategori
miskin di Kabupaten Sukoharjo masih memiliki tingkat kemiskinan yang
cukup besar. Setidaknya ada tiga Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang
memiliki penduduk dengan kategori miskin terbesar yakni Kecamatan Grogol,
Kecamatan Polokarto, dan Kecamatan Weru.19
BAZNAS Sukoharjo
merupakan UPZ di Kabupaten Sukoharjo yang sejatinya dapat menggali
potensi yang sangat besar atas zakat para PNS se Kabupaten Sukoharjo dan
17
Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, terj. Besus Hidayat Amin, cet.
ke-5, (Jilid 2; Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), hlm. 104 18
http://pusat.baznas.go.id/profil/, diakses tanggal 25 september 2016 pukul 13:54 19
Dokumen Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012.
6
tentunya pengelolaan zakat akan lebih bermakna dan akan lebih banyak
membantu para mustahik zakat.
Definisi delapan golongan penerima zakat perlu adanya kontekstualisasi
dan reinterprestasi. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan definisi ashnaf
dengan keadaan saat ini. Sekaligus mengantisipasi mereka yang sejatinya
berhak menerima zakat namun karena kurangnya pemahaman atau mungkin
terlalu ketatnya definisi yang dibuat oleh ulama didalam kitab fikih klasik,
menjadikan mereka tidak tersentuh oleh lembaga zakat, tidak menerima bagian
yang seharusnya mereka terima. Akibatnya kehidupan mereka tetap susah,
seperti para pengungsi, para buruh yang gajinya kecil dan masih banyak lagi.20
Dari uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai
penentuan kriteria miskin sebagai mustahik zakatdan implementasi dalam
pendistribusian zakat di BAZNAS Sukoharjo.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penentuan kriteria miskin sebagai mustahik zakat di BAZNAS
Sukoharjo?
b. Bagaimana implementasi dalam pendistribusian zakat di BAZNAS
Sukoharjo?
20
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2009), hlm.
178
7
C. Tujuan Penelitian
Dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka penelitian
mengenai penentuan kriteria miskin sebagai mustahiq zakat bertujuan:
a. Memaparkan penentuan kriteria miskin sebagai mustahik zakat di
BAZNAS Sukoharjo.
b. Menjelaskan bagaimana implementasi dalam pendistribusian zakat di
BAZNAS Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat (kegunaan) yang diperoleh dari hasil penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
a. Penelitian ini bagi dunia akademik diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmiah sekaligus dapat melengkapi atau memperbarui temuan-
temuan sebelumnya tentang penentuan kriteria miskin sebagai mustahik
zakat dan implementasi dalam pendistribusian zakat di BAZNAS
Sukoharjo.
b. Penelitian ini dalam kaitannya dengan kepentingan praktis selain untuk
dijadikan acuan bagi penulis, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna
bagi semua lembaga masyarakat, khususnya perbaikan manajemen di
BAZNAS Sukoharjo.
8
E. Kerangka Teori
Dalam QS. At-Taubah ayat 60 disebutkan golongan yang berhak
mendapatkan zakat yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, ghorim, sabilillah,
ibnu sabil. Fakir dan miskin adalah golongan pertama yang menerima zakat
untuk menutupi kebutuhan mereka sebagai jaminan sosial, memenuhi
kebutuhan yang layak, bukan sekedar zakat dan amal kebaikan saja.21
Hal ini
bisa dianggap bahwa tujuan zakat adalah untuk mengentaskan kemiskinan dan
memperbaiki kondisi perekonomian seseorang.22
1. Kemiskinan menurut Para Ahli23
Makna kemiskinan menurut Suparlan adalah sebagai suatu standar
tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan
yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat
keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang
tergolong sebagai orang miskin.
Menurut Ritonga mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah kondisi
kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seorang atau rumah tangga
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau yang layak bagi
kehidupannya. Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud adalah yang
berkaitan dengan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan
21
Gazi inazah. Teori Komprehensif tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003), hlm. 243 22
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist,terj. Salman, didin hafidhudin dan hasanuddin, cet. Ke-10,
(Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007), hlm. 510 23
http://www.materibelajar.id/2016/04/teori-kemiskinan-pengertian-definisi.html, diakses
pada Rabu 30 Agustus 2017 pukul 16:00
9
sosial yang diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak.
2. Kemiskinan di Kalangan Ulama
Ulama salaf dalam memandang kemiskinan dibagi kedalam dua
status, yaitu fakir dan miskin. Abu Yusuf, pengikut Abu Hanifah, dan Ibnu
Qasim pengikut Malik berpendapat bahwa kedua golongan itu sama saja.
Pemuka ahli tafsir, Tabari menegaskan bahwa yang dimaksud dengan fakir
yaitu orang yang dalam kebutuhan, tetapi dapat menjaga diri tidak meminta-
minta. Sedang yang dimaksud dengan miskin yaitu orang yang dalam
kebutuhan, tapi suka merengek-rengek dan minta-minta.24
Menurut mazhab Hanafi, fakir adalah orang yang tidak memiliki
apa-apa di bawah nilai nisab menurut hukum zakat yang sah atau nilai
sesuatu yang dimiliki mencapai nisab atau lebih, yang terdiri dari perabot
rumah tangga, barang-barang, pakaian, buku-buku sebagai keperluan pokok
sehari-hari. Sedang pengertian miskin ialah mereka yang tidak memiliki
apa-apa.25
Menurut Imam mazhab Hambali, Syafi‟i, dan Maliki. Fakir adalah
mereka yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, dan
segala keperluan pokok lainnya baik untuk diri sendiri ataupun bagi mereka
24
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist,terj. Salman, didin hafidhudin dan hasanuddin, cet. Ke-10,
(Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007), hlm. 511 25
Ibid.
10
yang menjadi tanggungan. Misalnya orang memerlukan sepuluh dirham
tetapi yang ada hanya empat, tiga atau satu dirham.26
Yang dimaksud miskin ialah yang mempunyai harta atau
penghasilan layak dalam memenuhi keperluannya dan orang yang menjadi
tanggungannya, tapi tidak sepenuhnya tercukupi, seperti misalnya yang
diperlukan sepuluh dirham tami yang ada hanya tujuh atau delapan,
walaupun sudah masuk satu nisab atau beberapa nisab. Sebagian mereka
memberi batasan, bahwa orang miskin itu ialah mereka yang dapat
memenuhi separuh kebutuhan atau lebih. Adapun orang fakir ialah mereka
yang memiliki kurang dari separuh kebutuhannya.27
Tidak ada perbedaan yang berarti antara fakir dan miskin dari segi
kebutuhan, kekurangan,dan hak mendapat zakat28
. Apabila kata “fuqara”
disebutkan secara mutlak, maka kalangan “masakin” pun termasuk di
dalamnya, demikian pula sebaliknya. Namun apabila keduanya digabung
maka keduanya memiliki arti yang berbeda29
.
3. Implementasi menurut Para Ahli30
Pendapat Cleaves yang secara tegas menyebutkan bahwa
implementasi itu mencakup proses bergerak menuju tujuan kebijakan
dengan cara langkah administratif dan politik. Keberhasilan atau kegagalan
26
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist,terj. Salman, didin hafidhudin dan hasanuddin, cet. Ke-10,
(Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007), hlm. 513 27
Ibid. 28
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad Khoyrurrijal, cet ke-
1, (Jawa Barat: Keira Publishing, 2015), hlm. 62 29
Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, terj. Besus Hidayat Amin, cet.
ke-5, (Jilid 2; Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), hlm. 102 30
http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html, diakses pada
Rabu 30 Agustus 2017 pukul 16:15
11
implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya
secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program
yang telah dirancang sebelumya.
Menurut Mazmanian dan Sebastiar, implementasi adalah
pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-
undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.
Sedangkan menurut Van Meter dan Van Horn, yang dimaksud
dengan implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijakan.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelusuran pustaka yang penyusun lakukan, peneliti juga
menggunakan buku penunjang demi terbentuknya karya ilmiah yang baik,
diantara buku-buku tersebut yang diambil peneliti adalah :
Buku Nuruddin Ali yang berjudul “Zakat sebagai Instrumen dalam
Kebijakan Fiskal”.31
Dalam buku ini menjelaskan tentang sejarah, instrumen
dan pengaruh zakat sebagai kebijakan fiskal. Buku ini sangat membantu
penulis terkait bagaimana zakat bisa dijadikan instrumen penting dalam
31
Nuruddin Ali. Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 27
12
kebijakan suatu pemerintahan sehingga peran zakat sangat terlihat dalam
pengentasan kemiskinan.
Buku Dr. Syauqi Islamil Shhatih yang berjudul “Penerapan Zakat
dalam Bisnis Modern”.32
Dalam buku ini fungsi zakat dipaparkan baik zakat
dalam fungsi sosial, ekonomi, dan fungsi zakat dalam peredaran uang. Dalam
buku ini dijelaskan bagaimana zakat tersebut diterapkan dalam bisnis-bisnis
modern. Buku ini memberikan materi untuk penulis dalam pembuatan skripsi.
Buku Sudirman, M.A.yang berjudul “Zakat dalam Pusaran Arus
Modernitas”.33
Dalam buku ini dipaparkan bagaimana membantu penulis
terkhusus dalam hal fakir-miskin dalam lintasan sejarah baik sebelum Islam,
maupun pada masa Islam seperti periode zakat di Makkah dan Madinah serta
bagaimana peranan zakat di era modern ini.
Buku Didin Hafidhuddin, dan kawan-kawan yang berjudul “The Power
of Zakat : Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara”.34
Buku ini
membahas mengenai zakat dan pengentasan kemiskinan, strategi
pengembangan zakat, dan tak luput juga membahas mengenai wakaf. Dalam
pembahasan mengenai zakat dan pengentasan kemiskinan juga menyinggung
fenomena lembaga amil zakat yang banyak muncul dan didirikan oleh
32
Syauqi Ismail Sahhatih, Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern, terj. Bahrun Abu Bakar
dan Anshori Umar Sitanggal, ( Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 36 33
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN-Malang Press, 2007)
hlm. 25 34
Didin Hafidhuddin dkk, The Power of Zakat : Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat di
Asia Tenggara, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 38
13
organisasi masyarakat. Buku ini tentu membantu penulis terkait kriteria miskin
yang ada di suatu lembaga amil zakat.
Skripsi Ika Yuli Astuti yang berjudul Pendayagunaan Zakat Produktif
dalam Perspektif Hukum Islam. Dalam skripsi ini dipapakan mengenai
pelaksanaan pendayagunaan zakat produktif di BAZNAS Boyolali,
pelaksanaan pendayagunaan zakat produktif serta perkembangan
perekonomian para mustahik yang diberi dana produktif.35
Hal ini berbeda
dengan yang penulis teliti yaitu tidak hanya terfokus pada zakat produktif
namun semua implementasi pendistribusian dana zakat di BAZNAS
Sukoharjo.
Skripsi Pinarti yang berjudul Pengelolaan Zakat pada Solo Peduli Pasca
Ditebitkannya UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Dalam
skipsi ini dipaparkan mengenai pengelolaan zakat di solo peduli dalam
perspektif hukumIslam dan berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011.36
Sementara
penulis berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 ini terfokus pada miskin dan
implementasi pendistribusian dana zakat di BAZNAS Sukoharjo.
Meskipun dari buku-buku dan juga skirpsi-skripsi tersebut memaparkan
secara rinci mengenai bagaimana zakat sebagai instrumen yang penting dalam
pendayagunaan dan menjelaskan bagaimana pengelolaan zakat menurut
35
Ika Yuli Astuti, “Pelaksanaan Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam (Studi
Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Boyolali)”, skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Syariah
Muamalah. 2016, hlm. 11 36
Pinarti, “Pengelolaan Zakat pada Solo Peduli Pasca Ditebitkannya UU No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat”, skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Syari‟ah Muamalah, Surakarta
2015, hlm. 15
14
undang-undang zakat, namun sama sekali tidak ditemukan pembahasan tentang
penentuan kriteria miskin sebagai mustahik zakat dan implememntasinya
dalam pendistribusian zakat dari unit pengumpul zakat seperti BAZNAS.
G. Metode Penelitian
Metode merupakan hal yang cukup penting dalam mencapai untuk
mencapai tujuan dari penelitian sehingga dalam melakukan penelitian ini dapat
mencapai hasil yang valid dengan rumusan sistematis agar sesuai dengan apa
yang diharapkan, secara tepat dan berkesinambungan untuk menjawab
persoalan yang diteliti. Adapun metode yang digunakan dalam sub bab ini
adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field
research) yaitu mengkaji dari sumber-sumber yang didapat dari lapangan
yang berkatian dengan penentuan kriteria miskin sebagai mustahik
zakatdan implementasi dalam pendistribusian zakat di BAZNAS Kab.
Sukoharjo.
2. Sifat Penelitian
Penelitian sini bersifat deskriptif kualitatif, adapun pengertian
deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan
15
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
pelaku yang dapat diamati.37
Penelitian ini juga bersifat Deskriptif Analitik dengan cara
memaparkan atau mendeskripsikan, dimulai dari bagaimana penentuan
kriteria miskin dan implementasinya sebagai mustahik zakat di BAZNAS
Sukoharjo kemudian memaparkan dalam laporan yang bersifat analitis.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kantor BAZNAS Sukoharjo yang
bertempat di Jl. Rajawali Kelurahan Joho Sukoharjo.
4. Sumber Data
a. Primer
Dalam penelitian ini sumber data primer yakni menggunakan
jawaban langsung dari hasil wawancara kepada ketua divisi
pendayagunaan, full timer BAZNAS Sukoharjo dan juga salah satu
mustahik zakat tentang pertanyaan yang peneliti tanyakan kepada
pihak terkait.
b. Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yakni meliputi media
penunjang berupa buku, majalah, jurnal, internet, dan media lain yang
membantu terselesainya penelitian ini.
37
Ika Yuli Astuti, “Pendayagunaan Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam (Studi
Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Boyolali)”, skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Syari‟ah
Muamalah, Surakarta, 2010, hlm. 11.
16
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yakni mengamati secara langsung ke lokasi penelitian di kantor
BAZNAS Sukkoharjo berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk
dianalisa. Hal ini untuk mengamati bagaimana penentuan kriteria
miskin sebagai mustahik zakat dan implementasinya dalam
pendistribusian zakat yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten
Sukoharjo.
b. Wawancara
Yaitu mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Wawancara yang akan
digunakan adalah wawancara terbuka dan terstruktur baik dalam
mengemukakan pertanyaan maupun dalam menganalisa untuk
mengambil kesimpulan. Wawancara diajukan kepada ketua divisi
pendayagunaan, full timer BAZNAS Sukoharjo dan juga salah satu
mustahik zakat.
c. Dokumentasi
Peneliti menghimpun data yang menggunakan dokumentasi
sebagai sumber data yang memperkuat informasi yang didapat yakni
Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor 5 Tahun 2011 tentang indikator
Penduduk Miskin di Kabupaten Sukoharjo, surat permohonan bantuan
untuk mengirimkan data dhuafa kepada Camat se-Kabupaten
17
Sukoharjo, rekapitulasi penerimaan, laporan pengeluaran dan
penyaluran dana zakat BAZNAS Kabupaten Sukoharjo.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran komprehensif berkenaan dengan
penelitian ini, maka sistematika penulisannya disusun sebagai berikut:
Bab pertama, berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berupa gambaran umum zakat, gambaran umum mustahik
zakat, dan konsep-konsep kemiskinan.
Bab ketiga, menjelaskan tentang BAZNAS Kabupaten Sukoharjo yang
meliputi profil, visi & misi, struktur organisasi, kepengurusan, program kerja,
mekanisme alur kerja, penghimpunan dan pendistribusian zakat di BAZNAS
Sukoharjo.
Bab keempat, berupa analisis data terkait penentuan kriteria miskin
sebagai mustahik zakat dan implementasinya dalam pendistribusian zakat di
BAZNAS Sukoharjo.
Bab kelima, berupa bab akhir yang berisi kesimpulan dan saran terkait
penelitian yang dilakukan.
18
BAB II
KONSEP ZAKAT DALAM ISLAM
A. Gambaran Umum Zakat
1. Definisi Zakat
Kata zakat secara etimologi adalah mashdar (padanan kata) dari
kata "zakaasy-syai' " apabila ia tumbuh dan bertambah.Karena itu
zakat juga berarti keberkahan, pertumbuhan, kesucian dan kebaikan.
Adapun zakat menurut terminologi syariat adalah bagian (harta) yang
telah ditentukan, dari harta tertentu, pada waktu tertentu, dan
dibagikan kepada golongan orang-orang tertentu.38
2. Anjuran Menunaikan Zakat
a. Al-Qur'an
1) Allah SWT berfirman,
يهمبهىاكىصىلعىلىيهم قىةنتيطىهريهيوىتػيزىك نػهلىهيم خيذمنأىموىاهلمصىدى تىكىسىكى إنصىلى
كىاللهيسىميعهعىليم
Artinya : "Ambillah zakat dari harta mereka, guna
membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doamuitu (menumbuhkan) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. " (QS. at-Taubah [9]: 103)39
38
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, terj. Besus Hidayat Amin,
cet. ke-5, (Jilid 2; Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), hlm. 4 39
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid IV (Jakarta:
Lentera Abadi, 2010), hlm. 198
19
2) Surat al- Baqarah [2] : 43
ةى كىآتيوا الزكىاةى كىاركىعيوا مىعى الراكعيى كىأىقيميوا الصلى
Artinya: “Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan
rukuklah beserta orang yang rukuk.”40
b. Hadits
1) Abu Kabayahal-Anmarir.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda,
قىةو كىالى ظيلمى ثى ديػثنا فىاحفىظيوهي، مىانػىقىصى مىاؿه من صىدى لىثىةي أيقسمي عىلىي كىأيحىدثىكيم حى عىبده مىظلىمىةه فىصىبػىرن عىلىيػهىا إال زىادىهي اهليس بىا عزنا كىالى فػىتىحى عىبده بىابى مىسأىلىةو إال فػىتىحى
اهليح عىلىيو بىابى فػىقرو
"Aku bersumpah mengenai tiga hal dan aku menceritkan ketiga
hal tersebut kepada kalian, maka simpanlah ketiga hal tersebut.
(1) Tidak ada harta yang berkurang karena disedekahkan; (2)
tidak ada (balasan) bagi seorang hamba yang terzalimi lalu ia
bersabar atas hal tersebut, kecuali Allah akan menambah
kmuliaan kepadanya; dan (3) tidak ada seorang hamba yang
membuka pintu meminta-minta, kecuali Allah akan membuka
pintu kefakiran terhadapnya."41
2) Abu Hurairahr.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda,
ا يػيرىب ابيىمينو فػىيػيرىبيها أل حىدكيم كىمى قىات كىيىذيىى إف اللو عىز كىجىل يػىقبىلي الصدىلىوي حىت إف اللقمىةى لىتىصيػري مثلى أى حيدو أىحىديكيم ميهرىهي أىك فػىليوهي أىك فىصيػ
40
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid I, (Jakarta:
Lentera Abadi, 2010), hlm. 91 41
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad Khoyrurrijal, cet
ke-1, (Jawa Barat: Keira Publishing, 2015), hlm. 4
20
"Sesungguhnya Allah menerima zakat dan mengambilanya
dengan tangan kanan-Nya lalu menambahkannya untuk salah
seorang diantara kalian, sebagaimana salah seorang diantara
kalian menumbuhkembangkan anak kudanya atau anak
untanya. Bahkan, satu suapan akan menjadi sebesar Gunung
Uhud."42
3) Anas r.a berkata, “seseorang dari bani Tamim mendatangi
Rasulullah Saw, sesungguhnya aku memiliki harta yang
banyak, keluarga, dan tamu-tamu. Katakanlah padaku, apa
yang harus aku lakukan dan bagaimana aku menginfakkan
hartaku,”
Rasulullah Saw. bersabda,
تيرجي الزكىاةى من مىا لكو فىإنػهىا طيهرىةه تيطىهريؾى كىتىصلي أىقربىاءىؾى كىتػىعرؼي حىق المسكي كىاجلىار كىالسائل
”Engkau mengeluarkan zakat hartamu karena zakat itu
menyucikanmu, engkau mempererat tali kerabatmu, dan
engkau mengetahui hak orang miskin, tetangga dan orang
yang meminta-minta”43
3. Macam Zakat
a. Zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib atas setiap muslim
laki-laki atau perempuan, merdeka atau hamba sahaya dan kecil
atau besar yang memiliki satu sha' makanan diluar kebutuhannya
dan kebutuhan orang yang wajib dia nafkahi. Zakat fitrah wajib
dengan terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan atas
42
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad Khoyrurrijal, cet
ke-1, (Jawa Barat: Keira Publishing, 2015), hlm. 4 43
Ibid.
21
setiap orang dengan sendirinya. Jika seorang bapak membayarkan
untuk keluarganya maka itu dibolehkan dan dia berpahala.44
Waktunya dimulai dari terbenamnya matahari pada malam
Idul fitri, hingga sebelum sholatIed. Boleh membayar pada satu
atau dua dari sebelum hari raya. Barangsiapa membayarkannya
setelah shalatIed hal itu dianggap salah satu sedekah dan ia
berdosa, kecuali jika dia mempunyai alasan yang dimaklumi
sehingga harus mengqadhanya.45
Boleh membayar zakat fitrah dengan makanan pokok suatu
kota, seperti gandum, kurma, kismis, susu kering, beras, jagung
dan lain-lain. Yang paling utama adalah yang paling bermanfaat
bagi si miskin. Masing-masing individu mengelaurkan satu sha'
setara dengan timbangan 2,4 kg yang diberikan kepada orang
miskin di daerah di mana dia wajib zakat fitrah. Tidak boleh
membayar dengan harganya (uang) sebagai ganti bahan makanan.46
b. Zakat Maal
1) Zakat Emas dan Perak
Wajib zakat pada emas jika mencapai 20 dinar atau
lebih. Zakatnya adalah 2,5%. Dinar emas adalah seberat mistqal.
44
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 707 45
Ibid. 46
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 707
22
Mistqal dengan timbangan saat ini adalah sebesar 4,25 gram. 20
dinar emas sama dengan 85 gram emas (20 x 4,25 = 85 gram
emas).Wajib zakat pada perak jika telah mencapai jumlah 200
dirham ke atas atau dengan timbangan 5 uqiyah ke atas.
Zakatnya 2,5%.47
2) Zakat Ternak
a) Nisab Kambing
Tabel 1
Nisab kambing
Dari Sampai Zakatnya
40 120 1 ekor
121 200 2 ekor
201 399 3 ekor
Sumber: Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam
Kaffah.
Selanjutnya untuk setiap seratus ekor zakatnya adalah
satu ekor. 399 ekor zakatnya adalah 3 ekor. 400 ekor
zakatnya adalah 4 ekor. Demikian seterusnya.48
47
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 699 48
Ibid, hlm. 701
23
b) Nisab Sapi
Tabel 2
Nisab Sapi
Dari Sampai Zakatnya
30 39 1 ekor jantan atau betina usia 1 Tahun
40 59 1 ekor betina usia 2 Tahun
60 69 2 ekor jantan atau betina, masing-
masing usia 1 Tahun
Sumber: Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam
Kaffah.
Selanjutnya untuk setiap 30 ekor, zakatnya adalah
satu ekor jantan atau betina umur satu tahun. Setiap 40 ekor
zakatnya adalah satu ekor betina umur dua tahun. Jika 70
ekor zakatnya adalah satu ekor jantan umur satu tahun dan
satu ekor betina umur dua tahun. Bila 100 ekor, zakatnya
adalah dua ekor jantan masing-masing umur satu tahun dan
satu ekor betina umur dua tahun. Untuk 120 ekor, zakatnya
adalah empat ekor umur satu tahun atau tiga ekor umur dua
tahun. Demikian seterusnya.
c) Nisab Unta
Tabel 3
Nisab Unta
Dari Sampai Zakatnya
5 9 1 ekor kambing
24
10 14 2 ekor kambing
15 19 3 ekor kambing
20 24 4 ekor kambing
25 35 1 ekor unta betina umur 1
tahun
36 45 1 ekor unta betina umur 2
tahun
46 60 1 ekor unta betina umur 3
tahun
61 75 1 ekor unta betina umur 4
tahun
76 90 2 ekor unta betina masing-
masing umur 2 tahun
91 120 2 ekor unta betina masing-
masing umur 3 tahun
Sumber: Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam
Kaffah.
3) Zakat tanaman hasil bumi dan buah-buahan
Kadar (ukuran) wajib zakat biji-bijian dan buah-buahan49
:
a) Sepersepuluh (10%), untuk yang diairi tanpa biaya, seperti dari
air hujan, mata air dan sejenisnya.
b) Seperduapuluh (5%), untuk yang diairi dengan biaya, seperti air
sumur yang dikeluarkan dengan alat dan sejenisnya.
49
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 704
25
4) Zakat madu
Jika dia memanen madu dari usahanya atau dari pohon-
pohon dan gunung-gunung liar maka zakatnya adalah 10% dan
nisabnya adalah 160 ritl Irak sama dengan 62 kg. Jika madu
diperdagangkan maka zakat perniagaan sebesar 2,5%.50
5) Barang Laut
Apa yang keluar dari laut seperti mutiara, intan, ikan dan
lain-lain, tidak wajib dizakati. Jika untuk diperdagangkan maka
diambil zakat perniagaan sebesar 2,5% jika mencapai nisab dan
melewati haul.51
6) Barang Tambang
Hasil bumi selain tanaman, yaitu barang tambang dan lain-
lain maka zakatnya adalah mencapai nisab salah satu dari emas dan
perak sebesar 2,5% dari harganya.52
7) Zakat Rikaz
Harta terpendam peninggalan purbakala maka zakatnya
adalah seperlima (20%), banyak atau sedikit, tanpa disyaratkan
nisab dan haul.53
50
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 704 51
Ibid. 52
Ibid.
26
4. Syarat Wajib Zakat
Bagi mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh Islam, maka tidak mempunyai kewajiban
mengeluarkan zakat. Syarat-syarat itu diantaranya adalah54
:
a. Islam
b. Merdeka
c. Harta yang dimiliki telah mencapai nisab dan mempunyai nilai
lebih dari nisab tersebut jika dihitung, kecuali pada zakat binatang
ternak.
d. Kepemilikan penuh. Tidak termasuk harta piutang, jika harta yang
diutangkan digabung dengan harta di rumah mencapai nisab.
Begitu juga binatang ternak yang diwakafkan dan harta dari
pembagian untung pada mudharabah, jika belum dibagikan.
e. Telah melewati haul (satu tahun), kecuali zakat pada tanaman.
Haul tergantung pada sirkulasi harta yang wajib dikeluarkan untuk
zakat. Haul hanya untuk mempermudah perhitungan. Ketika harta
berkurang dari nisab atau ditukar menjadi jenis yang lain (kecuali
emas dan perak) atau dijual sebagiannya, maka perhitungan haul
terputus. Kecuali hal itu dilakukan untuk menghindari kewajiban
zakat, maka kewajiban yang telah ditentukan tidak gugur, karena
dia bermaksud untuk merusak kewajiban zakat.
53
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 704 54
Abdul Al-Hamid Mahmud, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan
Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 8
27
5. Hikmah dan Manfaat Zakat
a. Mengeluarkan zakat adalah salah satu sifat penghuni surga, Allah
ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada ditaman-
taman (surga) dan di mata air - mata air, sambil mengambil
apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan Mereka.
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-
orang yang berbuat baik; mereka sedikit sekali tidur diwaktu
malam; dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun
(kepada) Allah. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian." (QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 15-19)
b. Mengelurkan zakat juga salah satu sifat orang mukmin yang berhak
mendapat rahmat Allah SWT, Dia berfirman,
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah
[9]: 71)
c. Allah SWT memelihara dan mengembangkan zakat untuk
pemiliknya, Allah ta'ala berfirman,
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan
Allah tidak menyukai orang yang tetap dalam kekafiran, dan
selalu berbuat dosa." (QS. Al-Baqarah [2]: 276)
d. Allah SWT akan menaungi pemilik harta sedekah/zakat dari
kondisi panas pada hari kiamat kelak.
e. Zakat/sedekah dapat mensucikan harta dan mengembangkannya,
serta membuka pintu-pintu rejeki kepada pelakunya.
28
f. Zakat dapat mendatangkan kebaikan-kebaikan, dan menolak
mengelurkan zakat akan mencegah kebaikan-kebaikan tersebut.
g. Zakat/sedekah dapat menghapus kesalahan dan dosa.
h. Zakat menjadi tanda keimanan orang yang mengeluarkannya.
i. Zakat meluruskan akhlak orang yang mengeluarkannya dan
membuka hatinya.
j. Zakat menjaga harta dari niat buruk orang miskin dan mereka yang
ingin mencapainya dengan cara yang tidak benar.
k. Zakat sebagai bentuk bantuan kepada fakir miskin dan orang-orang
yang membutuhkan.
l. Zakat sebagai andil seorang Muslim dalam melakukan kewajiban
terhadap bangsanya untuk memajukan negaranya dengan
memberikan sesuatu pada saat dibutuhkan.
m. Zakat sebagai realisasi syukur terhadap nikmat harta yang didapat.
B. Gambaran Umum Mustahik Zakat
1. Mustahik Zakat
Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat yakni55
:
a. Orang-orang fakir adalah orang-orang yang tidak memiliki apapun
atau hanya memiliki sebagian dari kadar kebutuhannya
b. Orang-orang miskin adalah orang-orang yang memiliki setengah
atau lebih dari kadar kebutuhannya.
55
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 712
29
c. Amil adalah orang-orang yang mengambil, menjaga dan membagi
zakat
d. Muallaf adalah orang-orang muslim atau orang-orang kafir, atau
tokoh kaumnya, yang diharapkan keislamannya atau untuk
mengantisipasi keburukannya. Atau dengan pemberian itu
diharapkan iman dan Islamnya menjadi kuat, atau menegaskan
keislaman orang yang seagama. Mereka diberi zakat secukupnya
yang dapat mewujudkan tujuan tersebut.
e. Riqab adalah para hamba sahaya dan mukatab. Yaitu, hamba sahaya
yang menebus dirinya dari majikannya untuk bisa merdeka, yang
juga dibantu dengan harta zakat.
f. Gharim (orang yang terlilit hutang), ada dua macam:
1) Gharim(yang berhutang) untuk mendamaikan perselisihan
diantara kaum muslimin maka dia diberi sesuai dengan
tanggungannya.
2) Gharim untuk dirinya. Dia memikul hutang dan tidak mampu
untuk melunasi.
g. Fisabilillah adalah orang-orang yang berperang di jalan Allah untuk
meninggikan kalimatullah. Termasuk para dai yang berdakwah ke
jalan Allah disamakan seperti mereka.
h. Ibnu sabil, yaitu musafir yang dalam perjalanan sementara dia
kehabisan bekal untuk pulang ke negerinya. Dia diberi sesuatu untuk
30
mencukupi kebutuhannya dalam perjalanan walaupun dia orang
kaya.
2. Cara Pembagian Zakat
Cara dalam pembagian zakat adalah sebagai berikut56
:
a. Zakat satu orang diberikan kepada salah beberapa orang dan
sebaliknya.
b. Yang lebih utama adalah membagikan zakatnya sendiri secara
rahasia ataupun terbuka menurut kebaikan. Dan secara rahasia itu
lebih utama, kecuali jika ada kemaslahatan.
c. Jika pemimpin adalah seorang yang adil dan terpercaya terhadap
kemaslahatan kaum muslimin dia boleh mengambil zakat dari orang-
orang kaya dan membagikannya kepada yang berhak secara syar'i.
d. Dia harus mengutus para amil untuk mengambil zakat harta yang
nampak, seperti ternak, tanaman, buah-buahan dan lain-lain, karena
ada sebagian orang yang tidak mengetahui kewajiban zakat dan ada
pula yang bermalas-malasan atau lupa.
e. Jika pemimpin mengambil zakat dari orang-orang kaya maka mereka
wajib membayarkan zakat kepadanya. Mereka terbebas dari
tanggungan, mendapat pahal dan dosanya dipikul oleh orang yang
menggantinya.
56
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 709
31
f. Zakat setelah tiba waktu wajib menjadi amanah di tangan muzaki.
Jika ia hilang dan dia melanggar atau melalaikan maka dia wajib
menanggung jawab.
g. Yang lebih utama adalah mengeluarkan zakat dari setiap harta untuk
fakir miskin di daerahnya. Boleh dipindah kedaerah lain jika ada
kemaslahatan atau karena hubungan kerabat atau ada kebutuhan
yang mendesak.
h. Yang lebih utama, dia mengeluarkannya sendiri. Jika diwakilkan
juga tidak mengapa.
i. Harta diluar kekuasaan tidak ada zakatnya sehingga pemiliknya
meerimanya. Barang siapa memiliki harta yang belum mungkin
untuk diterima karena sesuatu alasan yang tidak kembali kepada
dirinya, seperti bagiannya dari tanah atau warisan maka tidak ada
zakat sampai dia menerimanya.
3. Menentukan Penerima Zakat
Dalam menentukan penerima zakat, harus diperhatikan hal-hal
berikut57
:
a. Tidak boleh memberikan zakat kepada selain delapan golongan
tersebut. Yang didahulukan adalah mereka yang paling
membutuhkan.
57
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, (Surabaya: Pustaka Yassir, 2012), hlm. 713
32
b. Boleh memberikan zakat kepada salah satu golongan dari delapan
golongan tersebut.
c. Boleh memberikan zakat kepada satu orang dari golongan yang
berhak menerima dalam batas-batas kebutuhannya meskipun
banyak.
d. Tapi, dianjurkan untuk membagi diantara golongan-golongan
tersebut.
e. Orang dengan gaji bulanan sebesar dua ribu real, tetapi dia
memerlukan tiga ribu real sebulan untuk menutupi kebutuhan dan
kebutuhan keluarganya maka dia diberi zakat sesuai dengan
kebutuhannya.
f. Jika seseorang memberikan zakat kepada orang yang dikira berhak,
dia telah berusaha untuk mengetahuinya dengan sungguh-sungguh
dan ternyata dia berhakmaka zakatnya sah.
g. Harta zakat harus segera diberikan kepada yang berhak menerima.
Tidak boleh ditunda dengan alasan pengembangan maupun
perdagangan untuk kepentingan pribadi maupun organisasi dan
sebagainya. Jika hartanya bukan dari zakat maka tidak ada
penghalang untuk diperdagangkan dan dibagikan dalam bidang
kebaikan.
h. Boleh membagikan zakat kepada orang yang ingin menunaikan
ibadah haji tetapi tidak memiliki bekal yang mencukupi.
i. Boleh diberikan untuk membebaskan tawanan muslim.
33
j. Kepada muslim miskin yang ingin menikah untuk menjaga dirinya
dari perbuatan haram.
k. Boleh juga untuk membayar hutang orang yang telah meninggal
dunia.
l. Pemilik hutang kepada orang miskin boleh memberikan zakat
kepadanya, jika tanpa kesepakatan diantara keduanya, bahwa dia
memberikan zakat agar hutangnya terbayar.
m. Tidak boleh menggugurkan hutang dan menganggap itu sebagai
zakat.
n. Jika orang yang mampu bekerja memilih berkonsentrasi untuk
mencari ilmu dia diberi zakat karena mencari ilmu termasuk jihad
di jalan Allah dan manfaat menyebarkannya.
o. Disunahkan memberikan zakat kepada kerabat-kerabat miskin yang
tidak wajib dinafkahi, seperti:
1) saudara laki-laki dan perempuan
2) paman dan bibi dari pihak ayah dan pihak ibu
3) dan yang seperti mereka
4. Syarat Mustahik Zakat
a. Fakir
Fakir, kecuali panitia zakat karena tetap diberi bagian zakat
meskipun dia orang kaya. Dia mempunyai hak untuk menerima
bagian itu sebagai upah atas pekerjaan yang dilakukannya karena
34
telah meluangkan waktunya untuk pekerjaan ini dan memerlukan
biaya untuk itu.
b. Penerima zakat harus muslim
Orang yang menerima zakat dipersyaratkan harus orang
Muslim, kecuali orang yang baru masuk Islam.
c. Penerima zakat itu bukan berasal dari keturunan bani hasyim
Sebagaimana sabda nabi: "sesungguhnya zakat-zakat itu
adalah kotoran manusia. Dia tidak dihalalkan untuk Muhammad
dan juga tidak dihalalkan bagi keluarga Muhammad."
d. Penerima zakat itu bukan orang yang lazim diberi nafkah
Zakat tidak boleh dibayarkan kepada ibu-bapak sampai
kepada kakek-nenek; kepada anak-anak dan juga keturunan
mereka; kepada istri, meskipun dia berada dalam kefakiran dan
kemiskinan karena sesungguhnya mereka telah mendapatkan
nafkah yang rutin dari suami mereka.
e. Penerima zakat harus balig, akil, dan merdeka
Menurut kesepakatan para ulama, zakat tidak boleh diterima
oleh hamba sahaya. Zakat juga tidak boleh diberikan kepada anak
kecil, orang gila, orang yang kurang waras pikirannya kecuali ada
yang mengasuhnya.
35
C. Konsep-konsep Kemiskinan
Definisi miskin dari berbagai sumber58
:
1. Konsep Kemiskinan menurut BKKBN
BKKBN mendefinisikan miskin berdasarkan konsep/pendekatan
kesejahteraan keluarga, yaitu dengan membagi kriteria keluarga ke
dalam lima tahapan, yaitu keluarga prasejahtera (KPS), keluarga
sejahtera I (KS‐I), keluarga sejahtera II (KS‐II), keluarga sejahtera III
(KS‐III), dan keluarga sejahtera III plus (KS‐III Plus). Dalam hal ini,
kelompok yang dikategorikan penduduk miskin oleh BKKBN adalah
KPS dan KS‐I.
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan
pokok (pangan), sandang, papan, kesehatan, dan pengajaran agama.
Mereka yang dikategorikan sebagai KPS adalah keluarga yang tidak
memenuhi salah satu dari 6 (enam) kriteria KS‐I. Selanjutnya, KS‐I
adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi,
yaitu satu atau lebih indikator pada tahapan KS‐II.
58
http://www.bappenas.go.id/files/2913/5022/6062/laporan-akhir-evaluasi-28-jan-
2__20110512125342__3040__1.pdf, diakses pada 23 Desember 2016 pukul 16:08
36
Tabel 4
Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera Menurut BKKBN
No. Indikator Thapan Keluarga
Sejahtera
Klasifikasi Kriteria Keluarga Sejahtera
1 Makan dua kali sehari atau lebih Kebutuhan
Dasar
(Basic
Needs)
Keluarga Sejahtera I
Jika tidak dapat
memenuhi satu atau lebih
dari indikator KS-I
makatermasuk ke dalam
Keluarga Prasejahtera
2 Memiliki pakaian yang berbeda
3 Rumah yang ditempati
mempunyai atap, lantai dan
dinding yang baik
4 Bila ada anggota keluarga yang
sakit dibawa ke sarana
kesehatan
5 PUS ingin ber‐KB ke sarana
pelayanan kontrasepsi
6 Semua anak umur 7‐15 th dalam
keluarga bersekolah.
Sumber: http://www.bappenas.go.id/
2. Pendekatan Kemiskinan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan
pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) untuk mengukur
kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non
makanan yang bersifat mendasar.
37
Metode yang digunakan oleh BPS dalam melakukan
penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin adalah dengan
menghitung garis kemiskinan (GK). Penduduk dikatakan miskin
apabila penduduk tersebut memiliki rata‐rata pengeluaran perkapita per
bulan di bawah garis kemiskinan (BPS, 2008). Penghitungan garis
kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan
perdesaan. Garis Kemiskinan terdiri dari dua komponen, Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non‐Makanan
(GKNM), sebagai berikut:
GK = GKM + GKNM
Garis kemiskinan makanan (GKM) merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan
2.100 kilokalori perkapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil
Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Paket komoditi kebutuhan dasar
makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi‐padian, umbi‐umbian,
ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang‐kacangan, buah‐buahan,
minyak dan lemak, dll). Ke‐52 jenis komoditi ini merupakan
komoditi‐komoditi yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk
miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditi ini sekitar 70 persen
dari total pengeluaran orang miskin.
Sementara, Garis Kemiskinan Non‐makanan (GKNM) adalah
kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan
38
kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non‐ makanan diwakili oleh
51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Nilai
kebutuhan minimum per komoditi/sub‐kelompok non‐makanan dihitung
dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi /sub‐kelompok
tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub‐kelompok yang
tercatat dalan data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung
dari hasil SPKKD 2004, yang dilakukan untuk mengumpulkan data
pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non‐makanan yang
lebih rinci dibandingkan data Susenas modul konsumsi.
3. Data Kemiskinan Mikro
Data kemiskinan yang diperoleh dari Susenas merupakan data
makro berupa perkiraan penduduk miskin di Indonesia, yang hanya
dapat disajikan sampai tingkat provinsi/kabupaten. Sementara itu,
untuk intervensi program‐program penanggulangan kemiskinan seperti
Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Jamkesmas, dan Program
Keluarga Harapan (PKH) diperlukan data yang bersifat mikro. Oleh
sebab itu, BPS melakukan survei Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk
2005/2006 (PSE05) untuk mendapatkan data kemiskinan mikro,
berupa direktori rumah tangga yang layak menerima BLT. Data ini
berisi nama kepala rumah tangga dan alamat tempat tinggal mereka.
Berbeda dengan data kemiskinan makro, penentuan rumah tangga
penerima BLT pada PSE05 didasarkan pada pendekatan karakteristik
rumah tangga, bukan dengan pendekatan nilai konsumsi pengeluaran
39
untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum (non‐monetary approach).
Ada 14 indikator yang digunakan untuk menentukan rumah tangga
miskin. Data PSE05 tersebut dimutakhirkan melalui Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 yang dimulai pada bulan
September dalam rangka penyiapan database RTS untuk memenuhi
kebutuhan data berbagai program perlindungan sosial yang
dilaksanakan mulai tahun 2009. Survei PPLS 2008 menambahkan 2
indikator di luar 14 indikator dalam survei PSE05.Pendekatan
karakteristik rumah tangga dalam Pendataan Sosial Ekonomi (PSE)
2005 dan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 adalah
sebagai berikut:
a) Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2.
b) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
c) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
d) tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama‐sama dengan
rumah tangga lain.
e) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
f) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan.
g) Bahan bakar untuk memasak sehari‐hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
h) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali.
40
i) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
j) Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari.
k) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan dan
puskesmas/poliklinik.
l) Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas
lahan -500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di
bawah Rp. 600.000,00 perbulan.
m) Pendidikan tertinggi Kepala Keluarga : tidak bersekolah/tidak
tamat SD/ hanya SD.
n) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai
minimal Rp 500.000,00 seperti sepeda motor kredit/non kredit.
o) Jenis atap bangunan tempat tinggal terluas adalah sirap,
genteng/seng/asbes kondisi jelek/kualitas rendah atau ijuk, rumbia.
p) Sering berhutang untuk memenuhi kebutuhan sehari‐hari
4. Pendekatan Kemiskinan Menurut World Bank
World Bank membuat garis kemiskinan absolut sebesar US$ 1
dan US$ 2 PPP(purchasing power parity/paritas daya beli) per hari
(bukan nilai tukar US$ resmi) dengan tujuan untuk membandingkan
angka kemiskinan antarnegara/wilayah dan perkembangannya menurut
waktu untuk menilai kemajuan yang dicapai dalam memerangi
kemiskinan di tingkat global/internasional. Angka konversi PPP adalah
banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah
41
kebutuhan barang dan jasa di mana jumlah yang sama tersebut dapat
dibeli sebesar US$ 1 di Amerika Serikat. Angka konversi ini dihitung
berdasarkan harga dan kuantitas di masing‐masing negara yang
dikumpulkan dalam suatu survei yang biasanya dilakukan setiap lima
tahun.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN SUKOHARJO
A. Profil BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
BAZNAS adalah badan pengelola ZIS yang dibentuk berdasarkan
undang-undang sehingga memiliki kekuatan formal sebagai lembaga non
struktural. BAZNAS Kab. Sukoharjo merupakan badan resmi yang
dibentuk dan didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui
surat Keputusan Bupati, Kepengurusan yang terbaru dengan SK No.
451.12/327/2013 Tahun 2013. Memiliki tugas mengelola ZIS yang
meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat infaq dan shodaqoh.
BAZNAS yang dulu disebut BAZIS dan juga BAZDA Kabupaten
Sukoharjo, yaitu badan yang berada dibawah naungan pemerintah
khususnya Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Pertama berdiri sekitar tahun
1994/1995 dengan pengelolaan yang sederhana dan pemasukannya ZIS
juga masih relatif sedikit. Mulai menampakkan peningkatan sejak tahun
2009, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor :
451.12/347/2009-2011. Tanggal 21 Agustus 2009, tentang Pembentukan
Pengurus BAZ Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2011.
43
B. Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
1. Visi : Mewujudkan Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
yang amanah sesuai dengan Syariah
2. Misi :
a. Menggalang potensi dana ZIS dari umat muslim Kabupaten
Sukoharjo.
b. Mengelola dan menyalurkan ZIS untuk meningkatkan
kesejahteraan umat.
c. Meningkatkan kesadaran berzakat bagi umat Islam di wilayah
Kabupaten Sukoharjo.
d. Meningkatkan status mustahik menjadi muzaki melalui
pemberdayaan.
e. Mengembangkan manajemen zakat yang sesuai standar, amanah,
professional dan transparan.
C. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
Tabel 5: Struktur Organisasi BAZNAS Kab. Sukoharjo
Sumber: Dokumentasi BAZNAS Kab. Sukoharjo
44
D. Pengurus BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
1. Dewan Pertimbangan
Ketua : H. Wardoyo Wijaya, SH., MH.
Wk.Ketua : Dwi Jatmoko, S.Sos. S.H., M.Hum.
Sekretaris : Drs. Agus Santosa
Anggota : Drs. Sardiyono, MM.
Anggota : Drs. Joko Nurhadiyanto EN., M.Hum.
Anggota : H. Sholahuddin Sirizal. LC.
Anggota : H. Yazid Anwari, SAg.
Anggota : DR. H. Muinuddinillah Basri, LC.
Anggota : Drs. KH. Adib Zein
2. Komisi Pengawas
Ketua : Drs. Suhardi, MM.
Wakil Ketua : Eko Adji Aryanto, SH., MM.
Sekretaris : Drs. Nurwahyudi, MM.
Anggota : Sarno, SH.
Anggota : Drs. Munawar, MHum.
Anggota : Drs. Sugeng BW.
Anggota : H. Jazuli, MAg.
Anggota : Drs. H. Dalono Abdul Rosyid
45
3. Badan Pelaksana
Ketua : Drs. H. HARYANTO, MM.
Wakil Ketua : H. Masdiro, SPd, MM.
Wakil ketua : dr. H. Harun Rasyid, SpB. MARS.
Sekretaris : H. Bagus Imam Purnawanto, SE., MM.
Wakil Sekretaris : Budi Santosa, MSi.
Wakil Sekretaris : H. Ihsan Muhadi, SAg.
Bendahara : Djoko Sunitho
Wakil Bendahara : Dra. Hj. Susilowati
Wakil Bendahara : Amrina Rosyada
4. Devisi Pengumpulan
Ketua : Drs. H. Suparno ZD., MAg.
Wakil Ketua : Suhardono
Sekretaris : Dwi Handayani, SE.
Anggota : Ir. Bambang Sutrisno, MM.
Anggota : Ir. Priyono
Anggota : H. Bambang Sifnanto
5. Devisi Pendistribusian
Ketua : H. Imam Waladi, MAg.
Wakil Ketua : H. Abdul Rochman, SAg.
Sekretaris : Maryanto, SE.
46
Anggota : H. Syafi‟i, MAg.
Anggota : Suyoto, MSi.
Anggota : Wiwoho Aji Santoso, SPd.
Anggota : Moh. Omar Rosyidi, SAg.
6. Devisi Pendayagunaan
Ketua : H. Wisnu Dewantoro, S.Sos., M.E.Sya.
Wakil Ketua : Rustanto, SPdI.
Sekretaris : Joko Purwanto, S.Sos
Anggota : Sudiman, SAg.
Anggota : HM. Roeri
Anggota : M. Bahauddin, Amd.
Anggota : Tri Minarno, SH.
7. Devisi Pengembangan
Ketua : dr. Guntur Subyantoro, MSi.
Wakil Ketua : Drs. Budi Rahardjo, SH., MSi.
Sekretaris : Sutardi, S.Sos
Anggota : Suyamto, M.Kom.
Anggota : KH. Agung Suhada, SAg.
Anggota : H. Ihsan Saifuddin, SAg.
47
E. Program Kerja BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
Program Kerja BAZNAS Kabupaten Sukoharjo dirumuskan sbb :
1. Membangun kepercayaan masyarakat kepada BAZNAS.
2. Mengoptimalkan tugas dan fungsi Amil sesuai dengan ketentuan
Surat Keputusan Bupati.
3. Meningkatkan jumlah pemasukan ZIS Tahun 2015.
4. Mentashorufkan/mendayagunakan hasil pengumpulan ZIS sesuai
dengan ketentuan Syar‟i.
5. Membangun Sekretariat BAZNAS Kabupaten Sukoharjo.
Langkah-langkah kegiatannya dijabarkan sebagai berikut :
a. Program Pendistribusian
1) Memberikan bantuan fakir miskin dan duafa yang bersifat
konsumtif (3 kali dalam setahun)
2) Menyantuni anak yatim.
3) Memberi insentif pada guru TPQ
4) Bantuan operasioal bagi lembaga TPQ
5) Bantuan Sarpras Ibadah untuk Masjid
6) Bantuan rehab rumah RTLH
7) Bantuan pengobatan untuk duafa.
8) Bantuan korban bencana alam
b. Program Pendayagunaan
1) Bantuan Operasional Madrasah Diniyah Takmiliyah
48
2) Bantuan kegiatan ekonomi produktif :
a) pelatihan,
b) pemberian modal, dan
c) monitoring
3) Menyelenggarakan kegiatan Sosial berupa Khitanan Massal
bagi keluarga dhuafa
c. Program Pengembangan
1) Menyelenggarakan koordinasi dan Kerja sama dengan
Lembaga Pengelola Zakat dan Lembaga Keuangan Syari'ah
di Kab. Sukoharjo.
2) Menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan :
a) Pelatihan Pengelolaan ZIS bagi UPZ
b) Pelatihan Perawatan Jenazah bagi wanita
c) Pelatihan Khotib
3) Publikasi BAZNAS Kab. Sukoharjo melalui media
cetak/elektronik
4) Menyelenggarakan Layanan Konsultasi ZIS
d. Program Sekretariat
1) Melaksanakan tertib administrasi umum dan administrasi
keuangan BAZNAS.
2) Mengelola kantor/sekretariat BAZNAS.
49
3) Menyelenggarakan rapat rutin.
4) Menghadiri undangan-undangan.
5) Inventarisasi LAZ dan UPZ
6) Menyusun Pedoman Kerja BAZNAS
7) Membuat profil BAZNAS
8) Mengelola Web Site BAZNAS
9) Sosialisasi sadar zakat bagi PNS/TNI/Polri
10) Study banding
F. Mekanisme Alur Kerja Pengolahan Data Mustahik BAZNAS
KaupatenSukoharjo
Tabel 6
Mekanisme Alur Kerja Pengolahan Data Mustahik BAZNAS
KaupatenSukoharjo
Sumber: Dokumentasi BAZNAS Kab. Sukoharjo
50
G. Rekening BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
Muzaki yang ingin menyalurkan ZIS melalui Bank Jateng Syariah Capem
Sukoharjo:
1. Zakat No.Rek:6-053-00224-1
2. Infaq/shodaqoh No.Rek6-053-00223-7
(Dapat dilayani di Bank Jateng Cab. Sukoharjo)
Table 7
Daftar Wilayah Kerja BAZNAS Sukoharjo
MUSPIDA Bupati, Wakil Bupati, DPRD Kab.
Sukoharjo, Kejaksaan Negeri,
Pengadilan Negeri, Polres Skh,
Kodim 0726 Sukoharjo.
SEKRETARIAT DAERAH Bagian Umum dan Asisten, Bagian
Pemerintahan, Bagian Pemerintah
Desa, Bagian Bina Sosial, Bagian
Perekonomian, Bagian Hukum,
Bagian Humas, Bagian Organisasi.
SEKRETARIAT DPRD Sekretariat DPRD (sekwan)
BADAN BAPPEDA, Badan Lingkungan
Hidup (BLH), Badan Kepegawaian.
DINAS DPPKAD, Dinas Pertanian, Dispeduk
dan Capil, Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Koperasi & UMKM,
Disperindag, Dishubinfokom, Dinas
POPK, Disnaker & Transmigrasi,
51
Dinas Pendidikan, Dinas Sosial,
Kantor Perpustakaan, Kantor
Penanaman Modal, Kantor
Pendayagunaan Perempuan, Kantor
Kesbangpol, KPPT
INSTANSI RSUD, Inpektorat, Kantor
Pertahanan, Kementrian Agama,
Pengadilan Agama, BPS, Kantor KPU
BUMN/BUMD/SWASTA Bank Jateng, BPR Bank Pasar, PD
BPR BKK, PD BPR BKK Grogol, PD
BPR BKK Sekabupaten Sukoharjo,
PDAM Sukoharjo, PERCADA, PLN
Ranting Sukoharjo, Rumah Sakit
“Nirmala Suri”, Poltekes “Bakti
Muliya”.
SEKOLAH SMPN 1-7 Sukoharjo, SMAN 1-3
Sukoharjo, SMKN 1-6 Sukoharjo,
SMPN 1-3 Bendosari, SMPN 1-3
Grogol, SMPN 1-3 Mojolaban,
SMAN 1 Mojolaban, SMPN 1-4
Polokarto, SMAN 1 Polokarto, SKB
Sukoharjo, SMPN 1-4 Nguter, SMAN
1 Nguter, SMPN 1-3 Baki, SMPN
1&2 Gatak, SMPN 1-3 Kartasura,
SMPN 1-3 Weru, SMAN 1 Weru,
52
SMAN 1 Weru, SMPN 1-3 Bulu,
SMAN 1 Bulu, SMPN 1-4
Tawangsari, SMAN 1 Tawangsari.
UPTD PENDIDIKAN UPTD Pendidikan Kecamatan
Sukoharjo, Kecamatan Bendosari,
Kecamatan Grogol, Kecamatan
Mojolaban, Kecamatan Polokarto,
Kecamatan Nguter, Kecamatan Baki,
Kecamatan Gatak, Kecamatan
Kartasura, Kecamatan Weru,
Kecamatan Bulu, Kecamatan
Tawangsari.
KECAMATAN Sukoharjo, Bendosari, Grogol,
Mojolaban, Polokarto, Nguter, Baki,
Gatak, Kartasura, Weru, Bulu,
Tawangsari.
KELURAHAN Sukoharjo, Joho, Mandan, Banmati,
gayam, Kenep, Begajah, Jetis,
Combongan, Jombor, Sonorejo,
Ngadirejo, Kartosuro, Bulakrejo,
Dukuh, Bulakan, Kriwen.
Sumber: Dokumentasi BAZNAS Kab. Sukoharjo
53
H. Penghimpunan Zakat pada BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
1. Muzaki
Muzaki pada BAZNAS Kabupaten Sukoharjo 99% adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 1% dari masyarakat umum. BAZNAS
Sukoharjo memang terfokus pada para PNS atau “plat merah” dan
terus melakukan himbauan dan sosialisasi agar mereka yang telah
memenuhi syarat sebagai muzakki untuk dapat membayar zakatnya.59
2. Teknik Pengumpulan
BAZNAS Sukoharjo memiliki 2 teknik dalam penghimpunan
dana zakat, yakni yang dikumpulkan lewat bendahara (instansi terkait)
kemudian di transfer lewat nomor rekening BAZNAS Kab. Sukoharjo.
Teknik yang satunya berupa insidentil, maksudnya dalam proses
pembayaran zakat seseorang melakukan sendiri baik dengan cara
menstransfer uang tersebut atau datang langsung dan dibayarkan
kepada pihak kantor BAZNAS Kabupaten Sukoharjo.
Teknik penghimpunan ini sudah seuai dengan aturan dan
prosedur yang sudah di tetapkan. Bahwa pengumpulan dana ini baru
ditujukan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diluar jalur
insidentil. Dengan teknik pengumpulan dana melalui edaran Bupati
Sukoharjo yang dilampiri surat pernyataan bermaterai 6000 yang berisi
kesanggupan PNS tersebut untuk membayar zakat sebesar 2,5%.
Sedangkan untuk infaq dan shadaqah dengan nominal yang dipilih di
59
Rita Putri Hardini, Full Timer BAZNAS Kabupaten Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 2
Agustus 2017, pukul 10:30 WIB.
54
dalam daftar edaran tersebut. Jadi di dalam BAZNAS ini tidak ada
paksaan atau tekanan untuk membayar ZIS, melainkan semua itu
kesanggupan dari masing-masing PNS.60
I. Pendistribusian Zakat di BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
Zakat di BAZNAS Kabupaten Sukoharjo didistribusikan dalam 2
bentuk yakni dalam bentuk konsumtif dan dalam bentuk produktif. Dalam
Undang-undang No. 23 Tahun 2011 bab 3 Pasal 25 disebutkan bahwa
zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.
Dalam al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 60 disebutkan bahwa penerima
zakat adalah fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, fisabilillah, ibnu
sabil.
Akan tetapi dalam pendistribusian dana zakat di BAZNAS
Sukoharjo hanya dilakukan pada golongan fakir, miskin, amil, dan fi
sabilillah.61
Terlebih pendistribuian ini terfokus pada fakir/miskin/dhuafa.
Disini yang dimaksud dhuafa yakni para janda dan duda miskin, serta anak
yatim miskin.
Amil yakni ditujukan kepada orang yang ikut dalam proses
penghimpunan serta pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Sukoharjo
yang telah menjadi karyawan BAZNAS. Fii sabilillah sendiri juga
mendapat zakat diantaranya pemberian santunan ustadz dan ustadzah,
operasional TPQ dan operasional MADIN. Dalam hal pendistribusian
60
Dokumentasi BAZNAS Kabupaten Sukoharjo 61
Wisnu Dewantoro, Ketua Divisi Pendayagunaan, Wawancara Pribadi, 2 Agustus 2017,
pukul 11:00 WIB.
55
dana zakat, BAZNAS Sukoharjo menggunakan metode yang tertuang
dalam program-program kerjanya, yakni:
1. Bantuan konsumtif keluarga dhuafa
Bantuan konsumtif ini dimaksudkan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan dasar bagi para mustahik. Proses dari bantuan konsumtif ini
di awali dari pihak BAZNAS Sukoharjo memberikan surat
permohonan bantuan kepada camat untuk mengirimkan data
keluarga/dhuafa yang layak mendapatkan bantuan sejumlah 5 (lima)
Kepala Keluarga (KK) setiap desa/kelurahan. Kemudian dari
kecamatan membagikan surat tersebut ke desa/kelurahan agar
mengirimkan data keluarga miskin/dhuafa.
Kriteria dalam surat permohonan untuk mengirimkan data
keluarg miskin/dhuafa sebagai berikut:
a. Beragama Islam
b. Belum pernah mendapatkan bantuan apapun dari BAZNAS
Kabupaten Sukohajo
c. Diutamakan yang rajin sholat berjamaah di masjid
d. Diutamakan bagi keluarga miskin yang sangat membutuhkan.
Setelah mendapatkan data keluarga miskin/dhuafa maka data
dari desa/kelurahan tersebut dikembalikan ke kecamatan yang
kemudin diteruskan ke kantor BAZNAS Sukoharjo.
Dari bantuan konsumtif keluarga dhuafa ini diperoleh 5 orang
x 167 kelurahan = 835 orang dengan per orang mendapatkan bantuan
56
Rp. 250.000,- per orang. Jadi total pentasarufan bantuan konsumtif ini
sebesar Rp. 208. 750. 000,- .62
Menurut Ibu Siti Nursuciati, bantuan ini sangat berguna dan
langsung dapat dibelanjakan untuk kebutuhan pokok sehari-hari.
Misalnya untuk membeli beras dan juga bumbu-bumbu dapur.63
2. Bantuan santri yatim piatu dhuafa
Program pemberdayaan dalam bidang pendidikan ini terus
digulirkan oleh BAZNAS Sukoharjo. Dalam pentasarufan santri yatim
piatu dan dhuafa, pihak BAZNAS Sukoharjo berkoordinasi dengan
Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama Kabupaten Sukoharjo yang
mana mempunyai data-data terkait. Santri yatim piatu ini memperoleh
zakat berupa perlengkapan belajar maupun dalam bentuk beasiswa.
Bantuan santri yatim piatu dhuafa ini sangat meringankan bagi
para santri mapaun walinya, disamping karena sudah mendapat uang
sekolah berupa beasiswa. Para santri bisa lebih fokus dalam belajar
tanpa terbebani pembayaran uang sekolahnya.
3. Bantuan ustadz dan ustadzah, Operasional TPQ dan Operasional
MADIN
Pentasarufan zakat untuk ustadz dan ustadzah, Operasional
TPQ dan Operasional MADIN memperoleh dana zakat dari perluasan
golongan fisabilillah. Peberian dana zakat ini di prioritaskan kepada
62
Rita Putri Hardini, Full Timer BAZNAS Kabupaten Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 2
Agustus 2017, pukul 10:30 WIB. 63
Siti Nursuciati. Penerima Bantuan Konsumtif BAZNAS Kabupaten Sukoharjo,
Wawancara Pribadi, 3 Agustus 2017, pukul 16:00 WIB.
57
Ustadz, Ustadzah dan TPQ “pinggiran” yang sangat membutuhkan
dana zakat tersebut.64
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemberian zakat kepada para
Ustadz maupun Ustadzah dapat memberikan semangat lebih kepada
mereka untuk mengajar para murid dan juga mempunyai tanggung
jawab yang lebih karena zakat tersebut. Zakat terhadap Operasional
TPQ atau Madin juga dapat meningkatkan kualitas dari TPQ atau
Madin tersebut dengan di tambahnya fasilitas yang ada sehingga
belajar dan mengajar dapat lebih efektif.
4. Khitanan Massal
Kegiatan khitanan masal ini diadakan dalam rangka
mengaktualisasi program kerja BAZNAS dan Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo yaitu meningkatkan kualitas sumber daya insani agar
melakukan pembinaan baik dari segi jasmani maupun rohani agar
terwujud insan yang sehat dan kuat. BAZNAS Sukoharjo aktif
menggelar khitanan masal yang diseleggarakan dengan berkoordinasi
dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan. Khitanan masal ini
menyasar para laki-laki dari keluarga yang tidak mampu.
Khitan adalah wajib bagi seorang laki-laki, maka dari itu
seorang yang tidak mampu khitan di rumah sakit karena alasan biaya,
BAZNAS Sukoharjo mengadakan khitanan masal sehinggal laki-laki
yang belum di khitan dapat menunaikan kewajibannya.
64
Wisnu Dewantoro, Ketua Divisi Pendayagunaan, Wawancara Pribadi, 2 Agustus
2017, pukul 11:00 WIB.
58
5. Pemberian bantuan bersifat produktif untuk modal usaha/kerja
Pemberian bantuan ini diberikan kepada seeorang yang
membutuhkan modal usaha dengan menyerahkan proposal bantuan
kepada BAZNAS Sukoharjo. Bantuan modal dari BAZNAS
Sukoharjo ini bukan berupa uang tunai melainkan bantuan terkait
bahan atau alat-alat yang diperlukan untuk usaha.
Bantuan diharapkan dapat memberdayakan masyarakat dan
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang mempunyai skil
usaha tetapi tidak mempunyai alat sehingga diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan mereka dan harapan lebih bisa menjadikan
mereka yang awalnya seorang mustahik zakat dapat berubah menjadi
seorang muzaki.
6. Hak Amil
Hak amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat
dimanfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan zakat. Pada
tahun 2016, BAZNAS Sukoharjo mengambil dana zakat untuk hak
amil sebesar 6% dari penerimaan dana zakat.65
Hal tersebut jelas tidak
bertentangan dengan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 1
Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa penerimaan Hak Amil dari
65
Rita Putri Hardini, Full Timer BAZNAS Kabupaten Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 2
Agustus 2017, pukul 10:30 WIB.
59
dana Zakat paling banyak 12,5% (dua belas koma lima pesen) dari
penerimaan dana Zakat.66
Dengan diberinya zakat, seorang amil dapat fokus untuk
menghimpun, mengelola, dan juga mendistribusikan zakat tanpa
khawatir tidak bisa memberikan nafkah kepada keluarganya.
66
Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil
Zakat Nasional Provinsi, dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota.
60
BAB IV
ANALISIS PENENTUAN KRITERIA MISKIN SEBAGAI MUSTAHIK
ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDISTRIBUSIAN
ZAKAT DI BAZNAS SUKOHARJO
A. Penentuan Kriteria Miskin sebagai Mustahik Zakat di BAZNAS
Sukoharjo
Banyak pendapat para ahli fikih yang menjelaskan konsep
kemiskinan. Mereka membagi kemiskinan menjadi 2 status yakni fakir dan
miskin. Akan tetapi tidak ada perbedaan yang berarti antara fakir dan
miskin dari segi kebutuhan, kekurangan,dan hak mendapat zakat. Konsep
kemiskinan dari para kalangan ulama fikih klasik ini masih sangat umum
dan perlu adanya reinterprestasi dan juga konstekstualisasi agar penentuan
seorang dikatakan miskin lebih jelas dan dapat mengikuti perkembangan
zaman.
Dalam mencermati konsep kemiskinan yang ada di Indonesia,
setidaknya ada 2 badan yang berkompeten dalam masalah ini yakni Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Kedua badan tersebut sama-sama menentukan criteria
seseorang dikatakan miskin.
Konsep kemiskinan dari BPS diperoleh dari pendekatan social dan
program-program pengentasan kemiskinan. Menurut BPS, kemiskinan
diukur menggunakan 16 indikator terpilih. Berdasarkan indikator tersebut
BPS melakukan survey dan menghitung jumlah rumah tangga, jumlah
61
keluarga, dan jumlah penduduk. BPS tidak mengukur kebutuhan yang
sifatnya tidak nyata seperti pengetahuan agama dan ketaatan dalam
beribadah.
Konsep kemiskinan dari BKKBN melakukan penentuan kriteria
miskin dari hasil survey pendataan keluarga dengan tujuan untuk
operasionalisasi program KB. Pengukuran kemiskinan menurut BKKBN
ini dengan menggunakan 1-14 indikator diklasifikasikan berdasarkan
aspek pemenuhan kebutuhan dasar dan pemenuhan kebutuhan psikologis.
BKKBN mengklasifikasikan keluarga miskin menjadi 2, yaitu Keluarga
Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS-I). Suatu keluarga akan
dikelompokkan menjadi KPS apabila salah satu indikator dari aspek
kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi. Selanjutnya suatau keluarga akan
dikelompokkan kedalam KS-I apabila salah satu dari indikator kebutuhan
psikologinya tidak terpenuhi. KS dan KS-I inilah yang kemudian akan
menjadi sasaran BKKBN dengan pelayanan KB secara gratis. BKKBN
tidak mengukur indikator yang sebenarnya termasuk dari kebutuhan dasar
seperti kebutuhan air munum, penerangan, kebutuhan akan bahan bakar.
Padahal indikator tersebut juga sangat merefleksikan kondisi social dan
ekonomi suatu masyarakat.
Dalam menentukan kriteria miskin sebagai mustahik zakat ini
dibutuhkan kearifan lokal karena tingkat kemiskinan bersifat heterogen
dan tidak sama di setiap daerah, tergantung pada kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya daerah setempat. Melihat hal tersebut, Pemerintah Kabupaten
62
Sukoharjo lewat Peraturan Bupati menetapkan indikator penduduk miskin
di Kabupaten Sukoharjo yang kemudian dijadikan rujukan bagi BAZNAS
Kabupaten Sukoharjo dalam menentukan kriteria miskin bagi calon
musthaik zakat.
Penetapan BAZNAS Kabupaten Sukoharjo untuk mengacu pada
Peraturan Bupati dan bukan dari BPS yang notabene lebih diakui secara
nasional bukanlah suatu hal yang salah, sebagaimana dalam ilmu hokum
dikenal asas lex specialis deroga legi generalis yang berarti bahwa hukum
yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum. Maka
sesuai asas tersebut BAZNAS Kabupaten Sukoharjo menggunakan konsep
kemiskinan yang ada di Peraturan Bupati dan mengesampingkan konsep
kemiskinan yang ada diatasnya.
Kriteria seseorang dapat dikatakan miskin sehingga masuk dalam
golongan mustahik zakat yaitu dengan mengacu pada Peraturan Bupati
Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 4 dan Pasal 5 yakni67
:
Pasal 4
Indikator Kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah :
a. Income per kapita;
b. Rumah tinggal;
c. Kesehatan (tepenuhi minimal 50%;
d. Pendidikan;
e. Budaya;
67
Rita Putri Hardini, Full Timer BAZNAS Kabupaten Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 2
Agustus 2017, pukul 10:30 WIB.
63
f. Ekonomi;
g. Jumlah keluarga; dan
h. Asset.
Pasal 5
Indicator Kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan
dengan beberapa parameter sebagai berikut:
a. Pendapatan Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan
per jiwa;
b. Lantai masih tanah;
c. Dinding tidak permanen;
d. Tidak memiliki MCK sendiri;
e. Daya tapung 8 m2 per jiwa;
f. Belum punya rumah sendiri;
g. Tidak menggunakan fasilitas listrik;
h. Kesulitan air bersih;
i. Menderita penyakit kronis;
j. Tidak mampu membiayai pelayanan keshtan di Puskesmas;
k. Penyandang cacat;
l. Gizi buruk;
m. Tidak tamat sekolah dasar
n. Tidak mampu membiayai anggota keluarga pendidikan dasar 9
(Sembilan) tahun;
o. Sikap mental dan pelaku = bukan perokok;
64
p. Tidak punya penghasilan tetap;
q. Tanggungan keluarga ≥ 3 (tiga) orang;
r. Asset tidak produktif (tidak digunakan unuk usaha); dan
s. Punya asset maksimal senilai Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).
B. Implementasi dalam Pendistribusian Zakat di BAZNAS Sukoharjo
Setelah mengetahui kriteria miskin sebagai mustahik zakat,
langkah selanjutnya adalah bagaimana implementasi zakat tersebut
sehingga dana zakat dapat disalurkan dengan tepat dan bermanfaat bagi
mustahik zakat.
BAZNAS Kabupaten Sukoharjo dalam penerapan pendistribusian
dana zakat tidak sepenuhnya sesuai dengan kriteria miskin menurut
Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2011 akan tetapi pihak BAZNAS
Kabupaten Sukoharjo juga mempunyai pertimbangan tersendiri dalam
pendistribusian dana zakat. Pertimbangan lain yang tidak sesuai dengan
Peraturan Bupati tersebut misalnya dana zakat di salurkan kepada korban
bencana alam. Pihak BAZNAS Kabupaten Sukoharjo berpendapat bahwa
orang yang terkena bencana alam seperti banjir, tanah longsor atau yang
lainnya bisa mendapat dana zakat karena walaupun dahulunya orang
tersebut adalah orang yang mampu, akan tetapi saat terkena bencana,
orang tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhannya sehingga dapat
dikatakan orang tersebut miskin.
65
Pertimbangan lain yang tidak sesuai dengan Peraturan Bupati
mengenai kriteria miskin adalah bagaimana BAZNAS Kabupaten
Sukoharjo mempunyai fokus yang lebih terhadap janda miskin, duda
miskin, dan juga yatim miskin. Walaupun banyak masyarakat yang
miskin, akan tetapi menurut BAZNAS Kabupaten Sukoharjo menganggap
golongan janda miskin, duda miskin, dan yatim miskin adalah kaum yang
lebih lemah dan harus lebih diperhatikan.
Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pihak BAZNAS Kabupaten
Sukoharjo dalam mengimplementasikan pendistribusian zakat walaupun
semuanya tidak sama persis dengan kriteria miskin yang ada dalam
Peraturan Bupati, namun hal tersebut tetap sah dilakukan sepanjang tidak
bertentangan dengan aturan syar‟i.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kriteria Miskin sebagai Mustahik Zakat di BAZNAS Sukoharjo
Dalam menentukan kriteria miskin dibutuhkan kearifan lokal
karena tingkat kemiskinan bersifat heterogen dan tidak sama di setiap
daerah, maka dari itu Pemerintah Kabupaten Sukoharjo hadir dengan
Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor 5 Tahun 2011 tentang Indikator
Penduduk Miskin di Kabupaten Sukoharjo yang pada Pasal 5 berisi :
(a) Pendapatan Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per
bulan per jiwa; (b) Lantai masih tanah; (c) Dinding tidak permanen; (d)
Tidak memiliki MCK sendiri; (e) Daya tapung 8 m2 per jiwa; (f)
Belum punya rumah sendiri; (g) Tidak menggunakan fasilitas listrik;
(h) Kesulitan air bersih; (i) Menderita penyakit kronis; (j) Tidak
mampu membiayai pelayanan keshtan di Puskesmas; (k) Penyandang
cacat; (l) Gizi buruk; (m) Tidak tamat sekolah dasar; (n) Tidak mampu
membiayai anggota keluarga pendidikan dasar 9 (Sembilan) tahun; (o)
Sikap mental dan pelaku = bukan perokok; (p) Tidak punya
penghasilan tetap; (q) Tanggungan keluarga ≥ 3 (tiga) orang; (r) Asset
67
tidak produktif (tidak digunakan unuk usaha); (s) Punya asset
maksimal senilai Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).
2. Implementasi Pendistribusian Zakat di BAZNAS Sukoharjo
Implementasi pendistribusian zakat di BAZNAS Sukoharjo
sesuai dengan Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor 5 Tahun 2011
tentang Indikator Penduduk Miskin di Kabupaten Sukoharjo, akan
tetapi dalam penerapannya pihak BAZNAS melakukan inovasi-inovasi
sehingga mempermudah masyarakat miskin yang tidak termasuk
dalam Peraturan Bupati dapat menerima dana zakat.
Inovasi yang dilakukan misalnya dana zakat di salurkan kepada
korban bencana alam yang walaupun dahulunya orang tersebut adalah
orang yang mampu, akan tetapi saat terkena bencana, orang tersebut
tidak bisa memenuhi kebutuhannya. Penerapan lain misalnya
penyalurannya lebih terfokus kepada janda miskin, duda miskin, dan
yatim miskin yang dianggap kaum yang lebih lemah dan harus lebih
diperhatikan.
B. SARAN
1. Diharapkan BAZNAS Kabupaten Sukoharjo terus melakukan
sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat, khususnya pada PNS
untuk membayar Zakat.
68
2. Selalu memaksimalkan program-program kerja yang dijalankan agar
bermanfaat besar bagi para mustahik maupun muzakki.
3. Dapat memberikan layanan ke publik tentang transparansi dana zakat,
infaq, dan shadaqah yang ada di BAZNAS Kabupaten Sukoharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aflah, Noor, Arsitektur Zakat Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia Press,
2009.
Ali, Nuruddin, Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid IV,
Jakarta: Lentera Abadi, 2010.
Fakhrruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN-Malang
Press, 2008.
Hafidhuddin, Didin, dkk, The Power of Zakat : Studi Perbandingan Pengelolaan
Zakat di Asia Tenggara, Malang: UIN-Malang Press, 2008.
Al-Hamid, Abdul Mahmud, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Hasan, Sofyan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Surabaya: Al – Ikhlas, 1995.
Inazah, Gazi. Teori Komprehensif tentang Zakat dan Pajak, Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2003.
Ismail, Syauqi Sahhatih, Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern, terj. Bahrun Abu
Bakar dan Anshori Umar Sitanggal, Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Kamal, Abu Malik bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, terj. Besus Hidayat
Amin, cet. ke-5, Jilid 2; Jakarta: Pustaka Azzam, 2013.
Muhammad, Syaikh bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Kaffah, terj. Najib Junidi dan
Izzudin Karimi, cet. ke-5, Surabaya: Pustaka Yassir, 2012.
Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat
Nasional, Badan Amil Zakat Nasional Provinsi, dan Badan Amil Zakat
Nasional Kabupaten/Kota.
Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status Dan Filsafat
Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadist, terj. Salman, didin hafidhudin
dan hasanuddin, cet. Ke-10, Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007.
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad
Khoyrurrijal, cet ke-1, Jawa Barat: Keira Publishing, 2015.
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN-Malang Press,
2007.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Wawancara Pribadi
Rita Putri Hardini, Full Timer BAZNAS Kabupaten Sukoharjo, Wawancara
Pribadi, 2 Agustus 2017, pukul 10:30 WIB.
Siti Nursuciati, Penerima Zakat Konsumtif, Wawancara Pribadi, 3 Agustus 2017,
pukul 16:00 WIB.
Wisnu Dewantoro, Ketua Divisi Pendayagunaan, Wawancara Pribadi, 2 Agustus
2017, pukul 11:00 WIB.
Skripsi
Ika Yuli Astuti, “Pelaksanaan Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Boyolali)”, skripsi tidak
diterbitkan, Jurusan Syariah Muamalah. 2016.
Pinarti, “Pengelolaan Zakat pada Solo Peduli Pasca Ditebitkannya UU No. 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat”, skripsi tidak diterbitkan,
Jurusan Syari‟ah Muamalah, 2015.
Internet
http://www.bappenas.go.id/files/2913/5022/6062/laporan-akhir-evaluasi-28-jan-
2__20110512125342__3040__1.pdf, diakses pada 23 Desember 2016
pukul 16:08
http://pusat.baznas.go.id/profil/, diakses tanggal 25 september 2016 pukul 13:54
http://www.globalfirepower.com/total-population-by-country.asp, diakses pada 23
Juli 2017 pukul 15:30
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesenjangan_ekonomi, diakses pada 23 Juli 2017
pukul 15:35
http://www.materibelajar.id/2016/04/teori-kemiskinan-pengertian-definisi.html,
diakses pada Rabu 30 Agustus 2017 pukul 16:00
Hasil Wawancara
A. Narasumber Pertama
Nama : Bapak H. WisnuDewantoro, S.Sos, M.E. Sya
Tanggal : 2 Agustus 2017
Puku : 11:00 WIB
Lokasi : Kantor BAZNAS Sukoharjo
Peneliti : IkhwanRifa‟i
Pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya BAZNAS Sukoharjo?
2. Sebagaimana penggolongan mustahik zakat dalam QS. At-Taubah ayat
60 bahwasanya salah satu golongan penerima zakat adalah orang
miskin. Apa yang dimaksud miskin menurut anda?
3. Dalam menentukan seseorang tersebut termasuk orang miskin ataut
idak, apakah BAZNAS Sukoharjo mempunyai criteria tersendiri?
4. Bagaimana metode yang digunakan dalam menentukan criteria miskin
tersebut?
5. Dengan melihat bahwa kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12
Kecamatan, bagaimana model penyaluran dana zakat tersebut?
B. NarasumberKedua
Nama : Rita Putri Hardini, A.md
Tanggal : 2 Agustus 2017
Pukul : 10:30 WIB
Lokasi : BAZNAS Sukoharjo
Peneliti : Ikhwan Rifa‟i
Pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya BAZNAS Sukoharjo?
2. Sebagaimana penggolongan mustahik zakat dalam QS. At-Taubah ayat
60 bahwasanya salah satu golongan penerima zakat adalah orang
miskin. Apa yang dimaksud miskin menurut anda?
3. Dalam menentukan seseorang tersebut termasuk orang miskin ataut
idak, apakah BAZNAS Sukoharjo mempunyai criteria tersendiri?
4. Bagaimana metode yang digunakan dalam menentukan criteria miskin
tersebut?
5. Dengan melihat bahwa kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12
Kecamatan, bagaimana model penyaluran dana zakat tersebut?
C. Narasumber Ketiga
Nama : Siti Nursuciah
Tanggal : 3 Agustus 2017
Pukul : 16:00 WIB
Lokasi : Dk. Sayangan Polokarto Sukoharjo
Peneliti : Ikhwan Rifa‟i
Pertanyaan:
1. Apakah ibu Siti Nursuciah benar mendapatkan dana bantuan konsumtif
dari kelurahan setempat?
2. Apa pekerjaan ibu Siti Nursuciah sekarang?
3. Apakah dari pekerjaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan ibu sehari-
hari?
4. Digunakan untuk apa dana konsumtif dari kelurahan tersebut?
5. Apakah dana tersebut sangat membantu mencukupi kebutuhan sehari-
hari ibu Siti?