Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN DI
JAWA TENGAH TAHUN 2004-2013
Oleh :
Nama : Oktavia Onny Sulistyawati
NIM : 222011011
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
N a m a : Oktavia Onny Sulistyawati
N I M : 222011011
Program Studi : ILMU EKONOMI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja:
Judul : Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Ketimpangan Pendapatan Di Jawa
Tengah Tahun 2004-2013
Pembimbing : Yulius Pratomo, SE, MIDEC
Tanggal di uji : 19 Juni 2015
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 8 Juni 2015
Yang memberi pernyataan
Oktavia Onny Sulistyawati
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52 -60
Telp. (0298) 321212, 311881
Fax. (0298) 321433, 311881
Email : [email protected]
iii
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN DI
JAWA TENGAH TAHUN 2004-2013
Oleh :
Nama : Oktavia Onny Sulistyawati
NIM : 222011011
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
Disetujui oleh:
Yulius Pratomo, SE, MIDEC
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Orang yang hebat bukanlah orang yang mempunyai
segala hal, tetapi orang hebat adalah dia yang
mampu bersyukur didalam kesederhanaanya..
Karya ini kupersembahkan untuk yang tercinca
Papa, Mama, Damara dan Gavriel Serta keluarga besar penulis
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT untuk segala rahmat, berkat dan nikmat yang
selalu dilimpahkan kepada penulis serta keluarga penulis sehingga kertas kerja ini
dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis program studi Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana.
Kertas kerja dengan judul “Pengaruh IPM Terhadap Ketimpangan Pendapatan Di
Jawa Tengah Tahun 2004-2013” ini memaparkan hubungan peningkatan IPM
dengan ketimpangan pendapatan. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Panel Least Square (PLS) dengan fixed effect, dengan data yang diperoleh
dari BPS Provinsi.
Kertas kerja ini terdiri dari, pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang
penelitian. Tinjauan pustaka yang berupa teori-teori dasar yang digunakan sebagai
acuan dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian.
Pembahasan dari hasil regresi data-data hasil penelitian. Dan yang terkahir
merupakan simpulan dan saran kebijakan yang didasarkan dari hasil peneletian.
Kertas kerja ini juga terbuka untuk kritik dan saran yang akan diberikan.
Semoga kertas kerja ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
khususnya bagi pemerintah Indonesia.
Salatiga, 8 Juni 2015
Penulis
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah. Syukur yang tidak akan pernah
terhenti untuk terucap kepada kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah
dan rahmat-Nya. Terimakasih Ya Rabb, Kau telah memberi berkah yang luar
biasa dengan mengijikanku merasakan indahnya menuntut ilmu di bangku
perkuliahan. Dalam tugas akhir ini penulis juga ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam
menyelesaikannya. Terimakasih kepada:
1. Papa dan Mama yang tak pernah berhenti berdoa untuk kedua anaknya,
serta untuk Bapak dan juga Ibu yang telah memberi dukungan kepadaku.
2. Bapak Yulius Pratomo, SE, MIDEC selaku dosen pembimbing dan wali
studi, “terimakasih pembimbing, atas segala kerja keras yang Pak Yus
lakukan untuk membimbing saya, juga untuk semangat, dan arahan selama
menjadi anak walian Pak Yus.
3. Terima kasih kepada penguji Bapak Dr. Gatot Sasongko, SE, MS dan Ibu
Istiarsih Saptuti, SE, MSP yang telah memberikan saran dan masukan
pada tugas akhir ini.
4. Damara Ariansyah yang tidak pernah lupa mengingatkan dan membantu
untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Gatot Sasongko, SE, MS selaku kaprogdi Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
vii
6. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
7. Seluruh teman-teman yang sangat tidak biasa dari Ilmu Ekonomi angkatan
2011, “bagaimanapun kamu, kamu teman seangkatanku yang paling
kucinta” serta keluarga besar Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
8. Semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya tugas akhir ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................................... i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi………………………………………………………ii
Lembar Pengesahan ........................................................................................................... iii
Motto Dan Persembahan .................................................................................................... iv
Kata Pengantar .................................................................................................................... v
Ucapan Terimakasih .......................................................................................................... vi
Daftar Isi .......................................................................................................................... viii
Daftar Tabel ....................................................................................................................... ix
Daftar Lampiran .................................................................................................................. x
Pendahuluan ........................................................................................................................ 1
Latar Belakang ................................................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 5
Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka ................................................................................................................. 6
Pengertian Ipm ................................................................................................................ 6
Pengertian Ketimpangan Pendapatan .............................................................................. 8
Penelitian Sebelumnya .................................................................................................... 9
Hubungan Antara Ipm Dengan Ketimpangan Pendapatan ........................................... 11
Hipotesis ....................................................................................................................... 12
Metode Penelitian ............................................................................................................. 13
Data ............................................................................................................................... 13
Definisi Variabel ........................................................................................................... 13
Spesifikasi Model.......................................................................................................... 14
Hasil Dan Analisis ............................................................................................................ 15
Hasil .............................................................................................................................. 15
Analisis ......................................................................................................................... 15
Penutup ............................................................................................................................. 18
Simpulan ....................................................................................................................... 18
Saran Penelitian Selanjutnya ......................................................................................... 19
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 20
Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................................... 23
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketimpangan Pendapatan di Jawa Tengah dari Tahun 2004-2013 2
Tabel 1.2 IPM di Indonesia Tahun 2004-2013 4
Tabel 1.3 IPM di Jawa Tengah dari Tahun 2004-2013 4
Tabel 4.1 Hasil Uji Akar-Akar Unit 13
Tabel 4.2 Hasil Regresi Data 14
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Akar-Akar Unit 41
Lampiran 2 Regresi Data 42
Lampiran 3 Data Yang Digunakan Dalam Penelitian 43
xi
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Persamaan Matematika Indeks Gini 12
Rumus 3.2 Persamaan Ekonometrika Indeks Gini 12
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN DI JAWA
TENGAH TAHUN 2004-2013
Abstraction
Income inequality continue to receive attention in order to improve the welfare of society .
This study aimed to analyze the influence of the human development index ( HDI ) of the
income inequality between regions in Central Java . Panel data from 35 districts / cities in
Central Java from year 2004 to 2013 was processed using Pooled Least Squares with fixed
effects . Based on estimates made , IPM influence on income inequality is positive and
significant . This is shown by the probability value of 0.0000 . HDI variable coefficients in
the model is equal to 0.018631 . These findings suggest that the IPM influential in increasing
income inequality . Therefore the policy advice from the results of this research is that the
government must continue to improve IPM in Central Java as a whole .
Keyword: Income Inequality, IPM, Pooled Least Squares
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN DI JAWA
TENGAH TAHUN 2004-2013
Saripati
Ketimpangan pendapatan senantiasa mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh indeks
pembangunan manusia (IPM) terhadap ketimpangan pendapatan antar daerah di Jawa
Tengah. Data panel dari 35 kabupaten/kota Jawa Tengah dari tahun 2004-2013 diolah
menggunakan Pooled Least Squares dengan fixed effects. Berdasarkan hasil estimasi yang
dilakukan, pengaruh IPM terhadap ketimpangan pendapatan adalah positif dan signifikan.
Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0.0000. Koefisian variabel IPM
dalam model tersebut adalah sebesar 0.018631. Temuan ini menjelaskan bahwa IPM
berpangaruh pada meningkatnya ketimpangan pendapatan. Oleh karena itu saran kebijakan
dari hasil riset ini adalah pemerintah harus terus meningkatkan IPM di Jawa Tengah secara
keseluruhan.
Kata kunci: Ketimpangan Pendapatan, IPM, Pooled Least Squares
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di dalam suatu Negera. Pembangunan ekonomi
dikatakan berkembang apabila dalam pertumbuhan perekonomian di suatu Negara
meningkat setiap periodenya dan dalam mendistribusikan pendapatan harus
merata di suatu daerah. Pembangunan ekonomi juga merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu
negara. Akan tetapi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih terdapat
masalah-masalah yang timbul di suatu Negara. Salah satu masalahnya yaitu
tentang pengaturan kebijakan pemerintah yang harus dijalankan dengan benar
supaya dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan
ekonomi merupakan tolok ukur dalam keberhasilan pembangunan ekonomi di
suatu daerah (Hidayat, 2014). Dengan berhasilnya pembangunan ekonomi ini
maka kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat.
Prioritas dalam pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pendapatan. Pemerataan pendapatan memang tidak dijamin dalam
tingginya perekonomian dalam suatu daerah, namun tingginya pertumbuhan
ekonomi dapat menjadikan strategi yang unggul dalam pembangunan ekonomi
(Damarjati, 2010).
2
Berikut tabel indeks gini di Jawa Tengah:
Dilihat dari tabel 1.1 ketimpangan yang ada di Jawa Tengah mengalami kenaikan.
Meskipun pada 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya-2006, yakni
dari 0.27 menjadi 0.25 namun pada tahun-tahun berikutnya ketimpangan
pendapatan terus mengalami kenaikan hingga tahun 2013 ketimpangan
pendapatan pun sebesar 0.39.
Secara keseluruhan, ketimpangan pendapatan di Jawa Tengah masih menunjukkan
angka yang tinggi, ini menunjukkan bahwa pendapatan antar kabupaten/kota di
Jawa Tengah masih terjadi ketimpangan. Ketimpangan ini disebabkan karena
kondisi di daerah Jawa Tengah yang relatif berbeda. Ada yang merupakan daerah
industri/perkotaan yang cukup maju, sedangkan yang lainnya hanya didominasi
oleh pertanian. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan
pendapatan (Damarjati, 2010).
Dengan adanya ketimpangan pendapatan antar daerah ini akan memberikan
dorongan kepada daerah-daerah yang masih mengalami kesulitan dan terbelakang.
Sehingga diperlukannya usaha dari daerah-daerah yang masih mengalami
Tahun Gini Tahun Gini
2004 0.25 2009 0.28
2005 0.28 2010 0.34
2006 0.27 2011 0.38
2007 0.25 2012 0.38
2008 0.30 2013 0.39
Sumber: BPS
Tabel 1.1 Indeks Gini di Jawa Tengah Tahun 2004-2013
3
kesulitan dan terbelakang untuk meningkatkan kualitas hidupnya supaya daerah
tersebut tidak jauh tertinggal dengan daerah yang lainnya (Hidayat, 2014).
Disisi lain untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berhasil suatu
wilayah/daerah perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan
taraf hidup masyarakat yang merata, dan hal ini lebih dikenal dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) (Hidayat, 2014). IPM sendiri mempunyai 3
indikator utama yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan dimana ketiga
indikator tersebut saling berkaitan (Mopangga, 2011). Ketiga indikator tersebut
juga harus berjalan bersama- sama, karena indikator tersebut merupakan tolok
ukur untuk menghasikan IPM. Dengan berhasilnya semua indikator akan
berpengaruh terhadap meningkatnya IPM. Pendidikan dan kesehatan mempunyai
peranan dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta dalam menentukan
pertumbuhan penduduk. Apabila setiap orang mempunyai produktivitas yang
tinggi maka pendapatan yang diperoleh juga akan tinggi, sehingga kesejahteraan
masyarakat pun turut meningkat (Hidayat, 2014).. Permasalahan dalam IPM
adalah dengan adanya nilai IPM yang berbeda setiap daerah yang dikarenakan
dengan kontribusi ketiga komponen tersebut. Maka dari itu IPM dijadikan salah
satu faktor yang berpengaruh pada ketimpangan pendapatan antar daerah/wilayah.
Di Indonesia sendiri IPM dari tahun 2004-2013 mengalami peningkatan, maka
dari itu pembangunan ekonomi Indonesia juga mengalami peningkatan. Ini
merupakan hal yang baik untuk perekonomian Indonesia. Dengan meningkatnya
pembangunan ekonomi akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat
yang akan menjadi lebih baik. Kesejahteraan masyarakat sendiri dapat menjadi
4
tolok ukur terhadap ketimpangan pendapatan masyarakat dan keduanya saling
berkaitan. Ketika ketimpangan pendapatan mengalami kenaikan, kesejahteraan
masyarakat akan menurun. Sebaliknya, apabila kesejahteraan masyarakat
meningkat maka ketimpangan pendapatan masyarakat akan semakin kecil.
Berikut tabel IPM di Indonesia dari tahun 2004-2013:
Tahun IPM Tahun IPM
2004 68.7 2009 71.76
2005 69.57 2010 72.27
2006 70.1 2011 72.77
2007 70.59 2012 73.29
2008 71.17 2013 73.81
Di Jawa Tengah, IPM juga terus mengalami kenaikan dari tahun 2004 sampai
tahun 2013 seperti yang terlihat dalam grafik 1.1. Hal ini menunjukkan bahwa
permasalahan IPM tiap daerah berbeda-beda, sehingga menjadikan IPM salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan antar daerah (Hidayat,
2014).
Dalam penelitian sebelumnya Efriza (2014) yang mempunyai hasil negative
pengaruh IPM terhadap ketimpangan pendapatan dan penelitian Mopangga (2011)
Tahun IPM Tahun IPM
2004 68,9 2009 72,1
2005 69,78 2010 72,49
2006 70,25 2011 72,94
2007 70,92 2012 73,36
2008 71,6 2013 74,05
Sumber: BPS.go.id
Tabel 1.3 IPM Jawa Tengah Tahun 2004-2013
Sumber: bps.go.id
Tabel 1.2 IPM di Indonesia Tahun 2004-2013
5
yang mempunyai hasil positif pengaruh IPM terhadap ketimpangan pendapatan.
Oleh sebab itu, menjadikan faktor mengapa harus diperlukannya penelitian untuk
melihat bagaimana pengaruh IPM terhadap ketimpangan pendapatan di Jawa
Tengah.
Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh IPM terhadap ketimpangan pendapatan antar daerah di
Jawa Tengah.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu untuk melihat pengaruh IPM
terhadap tingkat ketimpangan pendapatan di Jawa Tengah, sehingga dapat
memahami lebih jauh untuk mempertimbangkan pengambilan kebijakan
selanjutnya guna menyelesaikan permasalahan ketimpangan pendapatan antar
daerah.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian IPM
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diperkenalkan oleh UNDP pada tahun
1990 adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. Dalam
pengukuran IPM dapat dilihat dari hasil yang berkisaran antara 0 sampai 100.
Apabila hasil IPM mendekati angka 100, maka dapat diartikan bahwa IPM yang
semakin baik dan sebaliknya apabila angka mendekati angka 0 maka IPM
semakin buruk (Pratowo, 2012).
Dalam Todaro dan Smith 2004 (dalam Hidayat, 2013) mencoba untuk
memeringkat IPM pada semua negara atau daerah dari skala 0 (IPM terendah)
hingga 1 (IPM tertinggi) yang berdasarkan pada tiga tujuan atau produk akhir
IPM:
1. Masa hidup yang diukur dengan usia harapan hidup
2. Pengetahuan yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang dewasa
secara tertimbang (dua pertiga) dan rata-rata sekolah (satu pertiga)
3. Standar kehidupan yang diukur dengan pendapatan riil per kapita,
disesuaikan dengan disparitas daya beli dari mata uang setiap negara
untuk mencerminkan biaya hidup dan untuk memenuhi asumsi utilitas
yang semakin menurun dari pendapatan.
7
IPM merupakan suatu indikator komposit tunggal yang tidak dapat mengukur
semua dimensi dari pembangunan manusia, namun IPM dapat mengukur tiga
dimensi pokok dalam pembangunan manusia yang dapat mecerminkan
kemampuan (basic capabilities) penduduk. Adapun ketiga kemampuan dasar
tersebut yaitu umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan berketerampilan, serta
akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.
UNDP juga menjelaskan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan,
pendidikan, lingkungan fisik, dan sebagainya. Dalam pembangunan manusia
terdapat hal- hal pokok yang harus diperhatikan yaitu produktivitas, pemerataan,
kesinambungan, dan pemberdayaan (Setiawan, 2013).
Berdasarkan nilai IPM, UNDP membagi status pembangunan manusia suatu
negara atau wilayah ke dalam tiga golongan, yaitu:
1. PM < 50 (rendah)
2. 50 ≤ IPM < 80 (sedang/menengah)
3. IPM ≥ 80 (tinggi)
Teori pembentukan IPM diukur dengan 3 dimensi, yaitu ( UNDP-2004 ) : harapan
hidup ketika lahir menunjukkan berumur panjang dan sehat, yang telah
dirumuskan menjadi angka harapan hidup. Indeks Pendidikan yang diambil dari
ilmu pengetahuan dengan cara ukur menggunakan tingkat baca tulis dan rata-rata
lama bersekolah. Indeks standar hidup layak ditunjukan dalam pengeluaran riil
perkapita, atau yang disebut dengan Indeks Pendapatan (Pratowo, 2012).
8
Rumus umum UNDP 2004 yang dipakai adalah:
IPM = ⅓ (Y1+Y2+Y3)
IPM =Indeks Pembangunan Manusia
Y1 = Indeks Harapan Hidup
Y2 = Indeks Pendidikan
Y3 = Indeks Standard Hidup Layak
Pengertian ketimpangan pendapatan
Todaro (2000) menjelaskan bahwa ketimpangan pendapatan adalah belum
meratanya pendapatan di seluruh kalangan masyarakat baik itu dalam bentuk
kepemilikan individu maupun dalam bentuk kepemilikan faktor-faktor produksi.
Dalam pembangunan daerah ketimpangan merupakan hal yang tidak bisa lepas
dan dihilangkan. Ketimpangan dalam suatu daerah akan memberikan dorongan
kepada daerah-daerah yang masih mengalami kesulitan dan terbelakang untuk
dapat berusaha meningkatkan kualitas hidupnya supaya daerah tersebut tidak jauh
tertinggal dengan daerah yang lainnya. Selain itu daerah-daerah tersebut akan
bersaing yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga
ketimpangan daerah dalam hal ini memberikan dampak positif. Akan tetapi ada
pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan
antar wilayah, infisiensi ekonomi yang melemahkan stabilitas sosial dan
solidaritas, serta menimbulkan ketidakadilan (Hidayat, 2014).
Menurut Todaro dan Smith (2004) menganalisis ketimpangan dapat diukur
dengan menggunakan koefisien Gini, yang dijadikan tolak ukur ketimpangan
9
agregat dengan kisaran angka dari 0 sampai 1. Angka tersebut dapat dibaca
apabila ketimpangan mendekati 0 maka dapat dikatakan pemerataan sempurna
atau semakin meratanya distribusi pendapatan, dan apabila angka mendekati 1
dapat dikatakan ketimpangan sempurna atau semakin tidak meratanya distribusi
pendapatan (Hidayat, 2014).
Menurut Kuznets seorang ekonom Klasik menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi di dalam suatu negara miskin pada awalnya cenderung menyebabkan
akan tingginya tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan dalam distribusi
pendapatan. Sebaliknya apabila negara-negara maju, maka persoalan kemiskinan
dan ketimpangan distribusi pendapatan akan menurun (an inverse U shaped
patern). Beberapa ekonom pembangunan berpendapat bahwa tahapan peningkatan
dan kemudian penurunan ketimpangan pendapatan tidak dapat dihindari yang
dikemukakan oleh Kuznets (Hidayat, 2014).
Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian sebelumnya hasil dari pengaruh IPM terhadap ketimpangan
pendapatan memiliki hasil yang berbeda yaitu ada yang berpengaruh negatif dan
ada yang berpengaruh negatif, berikut hasil dari penetian sebelumnya:
Penelitian Ulfie Efriza (2014) yang berjudul “Kesenjangan Pendapatan
Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur di Era Desentralisasi
Fiskal”. Penelitian ini menggunakan 5 variabel independen yaitu tingkat
buta huruf, inflasi, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan IPM. Hasil
dari penelitian ini adalah semua variabel yang dipakai berpengaruh dan
signifikan terhadap kesenjangan pendapatan. IPM yang berpengaruh
10
negatif dan signifikan terhadap kesenjangan pendapatan dalam penelitian
ini menjelaskan bahwa meningkatnya kualitas sumber daya manusia, maka
dapat lebih mudah mendapatkan jalan hidup yang lebih baik dibandingkan
tanpa adanya sumber daya manusia yang memadai. Dengan tingginya nilai
IPM akan berpengaruh positif terhadap distribusi pendapatan, maka dari
itu dengan meningkatnya nilai IPM akan berpengaruh terhadap
ketimpangan pendapatn yang menurun.
Penelitian Herwin Mopangga, 2011 yang berjudul “Analisis Ketimpangan
Pembangunan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Gorontalo”. Dalam
penelitian ini menggunakan variabel PDRB per kapita, (IPM) dan Rasio
Belanja Infrastruktur (RBI). Hasil dari penelitian ini adalah PDRB perkapita,
IPM, dan RBI berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan di Gorontalo.
Dalam penelitian ini IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ketimpangan di Provinsi Gorontalo, artinya IPM yang meningkat akan
menyebabkan ketimpangan pembangunan akan bertambah. Hal ini
dikarenakan IPM yang meningkat adalah daerah-daerah yang justru sudah
memiliki IPM yang tinggi. Sehingga semakin memperlebar perbedaan
dalam masyarakat dan berakibat pada makin meningkatnya ketimpangan
pembangunan.
Penelitian Nurhuda, dkk (2013) yang berjudul “Analisis Ketimpangan
Pembangunan” yang meneliti tentang pengaruh PDRB, PAD, DAU, dan
IPM dengan ketimpangan pembangunan pada tahun 2005-2011. Dari
keempat variabel tersebut PAD dan IPM berpengaruh terhadap
11
ketimpangan pembangunan, sedangkan PDRB dan DAU tidak
berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan. Dalam penelitian ini IPM
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketipangan pembangunan.
Hal ini dijelaskan bahwa modal manusia merupakan faktor yang utama
dan terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatnya IPM
dapat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan
berdampak terhadap ketimpangan pembangunan yang berkurang. Hal ini
juga sesuai dengan teori pertumbuhan endogen yang memfokuskan
pembangunan manusia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Hubungan Antara IPM Dengan Ketimpangan Pendapatan
Ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan IPM.
Hal ini sesuai dengan teori human capital, yang menjelaskan bahwa pendidikan
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan. Dalam meningkatkan SDM yang berkualitas dibutuhkan
pembentukan modal manusia yang dapat dilihat dari pendidikannya. Dengan
pendidikan yang tinggi akan berpengaruh dalam peningkatan produktivitas tenaga
kerja, serta dalam menentukan pertumbuhan penduduk. Apabila setiap orang
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi maka pendapatannya juga akan lebih
tinggi, serta pertumbuhan ekonomi penduduk akan meningkat. Setelah
pertumbuhan ekonomi yang meningkat, maka akan menurunkan ketimpangan
pendapatan.
12
Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang
disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau
lebih (Damarjati, 2010).
Hipotesis dalam penelitian ini:
H0 : IPM tidak berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan.
H1 : IPM berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan.
13
METODE PENELITIAN
Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari BPS Jawa Tengah. Data sekunder dalam penelitian menggunakan
35 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004-2013
(10 tahun). Adapun variabel yang digunakan adalah IPM dan Indeks Gini
dikarenakan data dalam variabel tersebut tersedia secara lengkap dan selain itu
penelitian yang memakai variabel GIPM masih sedikit.
Jenis data yang digunakan terdiri dari:
a. Data IPM Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2004-2013.
b. Data indeks gini kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-
2013.
Definisi Variabel
1) IPM adalah Indeks Pembangunan Manusia di 35 Kabupaten/kota di Provinsi
Jawa Tengah.
2) Indeks gini untuk mengukur tingkat ketimpangan yang ada di 35
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.
14
Spesifikasi Model
Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah
)(IPMfGini ................................(3.1)
Kemudian ditransformasikan dalam bentuk ekonometrika menjadi sebagai
berikut:
ititit eIPMGini 10 ..................(3.2)
Dimana:
Gini : Indeks Gini yang mencerminkan Ketimpangan Pendapatan
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
i : Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
t : Tahun
e : Nilai residual pada model
0 : Unobserved Time-Invariant Individual Effect
1 : Koefisien GIPM
15
HASIL DAN ANALISIS
Hasil
Sebelum melakukan estimasi, perlu diketahui terlebih dahulu apakah data yang
akan dianalisis sudah stasioner atau belum. Hal tersebut dilakukan karena
penelitian ini menggunakan data panel. Untuk mengetahui bahwa data stasioner,
maka dilakukan uji akar unit (Unit Root Test). Uji akar unit dalam penelitian ini
menggunakan uji Levin, Lin & Chu. Hasil uji stasioner yang menunjukkan bahwa
probability variabel IPM dan gini kurang dari alpha 1% (tingkat kepercayaan
99%) maka variabel indeks gini dan GIPM telah stasioner pada derajat yang sama
yaitu di tingkat level, seperti yang terlihat di dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Uji Akar-Akar Unit (in Level)
Variabel Derajat Integrasi Levin, Lin &
ChuProb Keterangan
GINI Level 0.0094 Stasioner
IPM Level 0.0000 Stasioner
Analisis
Hasil estimasi yang diolah menggunakan metode Pooled Least Squares dengan
fixed effects menunjukkan bahwa GIPM berpengaruh signifikan terhadap indeks
gini.
Tabel 1.4. Hasil Estimasi PLS Fixed Effects
Sumber: Eviews7 (Lampiran 1)
16
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.059535 0.092808 -11.41646 0.0000
IPM? 0.018631 0.001294 14.39778 0.0000
Dari hasil pengolahan estimasi, variabel GIPM mempunyai nilai probabilitas
sebesar 0.0000 dan nilai koefisien sebesar 0.018631. Ini menunjukkan bahwa IPM
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Nilai
R-squared dari hasil estimasi yaitu 0.481507 yang berarti IPM mampu
menjelaskan gini sebesar 48%.
Hasil regresi dalam penelitian ini adalah IPM berpengaruh positif terhadap
ketimpangan pendapatan, yang artinya apabila peningkatan IPM yang semakin
tinggi maka ketimpangan pendapatan juga akan semakin tinggi. Dengan adanya
hasil yang positif, hal ini dapat di jelaskan dengan teori kuznet. Dalam teori
kuznet menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di dalam suatu negara miskin
pada awalnya cenderung menyebabkan akan tingginya tingkat kemiskinan dan
ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan. Sebaliknya apabila negara-negara
maju, maka persoalan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan akan
menurun (an inverse U shaped patern). Artinya dalam teori kuznet dapat
menjelaskan bahwa dengan tingginya ketimpangan pendapatan di Jawa Tengah,
dapat dikatakan bahwa di Jawa Tengah merupakan daerah yang berkembang dan
masih mengalami pembangunan di tahap awal. Dalam dalam table 1.1. dan tabel
1.3. juga dapat dilihat bahwa ketimpangan pendapatan dan IPM di Jawa Tengah
Sumber: Eviews7 (Lampiran 2)
R-squared 0.481507
17
sama-sama mengalami kenaikan. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian
ini, dengan IPM yang meningkat akan berpengaruh terhadap ketimpangan
pendapatan yang akan meningkat.
Seperti halnya dalam penelitian ini yang sesuai dengan penelitian Herwin
Mopangga (2011) yang meneliti di Gorontalo dengan hasil penelitian IPM
berpengaruh positif terhadap ketimpangan pembangunan. Dengan IPM yang
meningkat akan perpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan yang akan
bertambah. Hal ini dikarenakan IPM yang meningkat adalah daerah-daerah yang
justru sudah memiliki IPM yang tinggi. Sehingga semakin memperlebar
perbedaan dalam masyarakat dan berakibat pada makin meningkatnya
ketimpangan pembangunan.
Namun ini tidak sesuai dengan penelitian dalam penelitian Efriza (2014) dan
Nurhuda dkk (2013) yang menemukan bahwa IPM juga berpengaruh negatif
terhadap ketimpangan pendapatan. hal ini dijelaskan bahwa dengan adanya IPM
yang tinggi maka SDM juga akan semakin tinggi, Dengan tingginya nilai IPM
akan berpengaruh positif terhadap distribusi pendapatan, maka dari itu dengan
meningkatnya nilai IPM akan berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan
yang menurun.
18
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan, IPM berpengaruh terhadap
ketimpangan pendapatan di Jawa Tengah. Dengan nilai probalititas sebesar 0.0000
dan nilai koefisien sebesar 0.018631, hal ini menunjukkan bahwa GIPM
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Dengan
adanya nilai IPM di Jawa Tengah yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap
tingkat ketimpangan pendapatan yang akan semakin meningkat di masyarakat
Jawa Tengah. Hal ini dapat dijelaskan dalam teori kuznet bahwa dengan tingginya
ketimpangan pendapatan di Jawa Tengah, dapat dikatakan bahwa di Jawa Tengah
merupakan daerah yang berkembang dan masih mengalami pembangunan di tahap
awal. Dalam dalam table 1.1. dan tabel 1.3. juga dapat dilihat bahwa ketimpangan
pendapatan dan IPM di Jawa Tengah sama-sama mengalami kenaikan. Hal
tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian ini, dengan IPM yang meningkat akan
berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan yang akan meningkat.
Saran Kebijakan
Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan menurunnya nilai ketimpangan
pendapatan maka IPM harus terus ditingkatkan, dengan cara meningkatkan
pendidikan, kesehatan, dan pendapatan di daerah secara merata. Untuk
meningkatkan IPM dengan cara yang pertama meningkatkan indikator pendidikan
yaitu dengan memberikan kemudahan/ bantuan/ beasiswa pendidikan pada
jenjang perguruan tinggi seperti halnya bantuan dana BOS untuk SD, SMP dan
19
SMA. Peningkatan sumber daya manusia juga bisa dilakukan dengan adanya
program pelatihan khusus/ pendidikan non formal. Kedua indikator kesehatan
yaitu dengan memberikan kemudahan dalam an kesehatan yang baik secara
bersama-sama akan berpengaruh kepada pmendapatkan bantuan dalam
mendapatkan jamkesmas. Dengan berjalannya pendidikan dendapatannya yang
meningkat, karena seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan
kesehatan dapat bekerja dengan maksimal.
Saran Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan periode IPM dan
indeks gini yang digunakan, serta menambahkan variabel- variabel yang
merupakan faktor penyebab ketimpangan. Sehingga ketimpangan pendapatan
dapat dijelaskan lebih detail dan dapat melihat apakah faktor penyebab
ketimpangan pendapatan mempunyai pengaruh.
20
DAFTAR PUSTAKA
_____. 2011. Pemerintah Serius Perbaiki Indeks IPM. Dari:
http://lingkarlsm.com/pemerintah-serius-perbaiki-indeks-ipm/ Diakses pada
Senin 8 Juni 2015
______. 2011. Pertumbuhan Indonesia Lamban. Dari
http://keuanganlsm.com/pertumbuhan-indonesia-lamban/ Diakses pada
Senin 8 Juni 2015
Basri, Alwin. 2013. Meningkatkan Daya Saing. Dari:
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/06/15/227803/
Meningkatkan-Daya-Saing Diakses pada Senin 8 Juni 2015
BPS Jawa Tengah.http://jateng.bps.go.id/webbeta/frontend/. 20 April 2015
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2004. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2004
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2005. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2005
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2006. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2006
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2007. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2007
21
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2008. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2008
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2009. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2009
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2010. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2010
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2011. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2011
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2012. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2012
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2013. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah 2013
Damarjati, Ganis Anisa. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesenjangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang
Efriza, Ulfie. 2014. Analisis Kesenjangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur di Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Ilmiah. Universitas
Brawijaya. Malang
Hidayat, Muhammad Haris. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi, Dan IPM Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah Di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005- 2012. Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan
Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang
22
Mopangga, Herwin. 2011. Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Gorontalo. Volume 10, No. 1, Juni 2011. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo
Nurhuda, Rama; Khairul Muluk; Wima Yudo Prasetyo. 2013. Analisis
Ketimpangan Pembangunan. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1,
Nomor 4. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang
Pratowo, Nur Isa. 2012. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia. Vol 1, No . Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakulitas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Sugiyanto. 2013. Kebijakan Ekonomi Jateng: Momen Harus Berubah. Dari:
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/06/07/226996/
Momen-Harus-Berubah Diakses pada Senin 8 Juni 2015
Setiawan, Mohammad Bhakti; Abdul Hakim. 2013. Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia. Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 1, April 2013.
Universitas Islam Indonesia
23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Oktavia Onny Sulistyawati
NIM : 222011011
Alamat Asal : Krajan Bringin RT 07 RW 01 Kecamatan Bringin
Kab. Semarang
Judul Skripsi : Keterkaitan Antara Peningkatan IPM Dengan
Ketimpangan Pendapatan Di Jawa Tengah Tahun
2005-2013
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Tingkir Tengah 02 Kota Salatiga Lulus
Tahun 2005
SMP Negeri 4 Kota Salatiga Lulus Tahun 2008
SMA Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang Lulus Tahun
2011
Pengalaman Organisasi/Pelatihan :
1. Panitia Live In Agribisnis 2013
2. Panitia Seminar "Seminar Literasi Keuangan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Dan Lembaga Keuangan" 2014
3. Panitia "Perjanjian Kerjasama Pengembangan Jfx Center Dan Seminar
Kontrak Derifatif Komoditi Dan Peluang Bisnis Perdagangan
Berjangka" 2013
4. Panitia Economics Competition 2012 & Seminar " Kesiapan Indonesia
Dalam Era Acfta " 2012
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Akar-Akar Unit
Variabel IPM
Panel unit root test: Summary
Series: IPM
Date: 06/04/15 Time: 10:10
Sample: 2004 2013
Exogenous variables: Individual effects
User-specified lags: 0
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -10.6658 0.0000 26 234
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat 26 234
ADF - Fisher Chi-square 132.169 0.0000 26 234
PP - Fisher Chi-square 154.272 0.0000 26 234
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic
Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic
normality.
Variabel Gini
Panel unit root test: Summary
Series: GINI
Date: 06/04/15 Time: 11:09
Sample: 2004 2013
Exogenous variables: Individual effects
User-specified lags: 0
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -2.34806 0.0094 15 130
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat 15 130
ADF - Fisher Chi-square 27.5485 0.5943 15 130
PP - Fisher Chi-square 27.6402 0.5895 15 130
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic
Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic
normality.
Lampiran 2 Hasil Regresi Data Panel Dengan Fixed Effect
Dependent Variable: GINI?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/25/15 Time: 21:52
Sample: 2004 2013
Included observations: 10
Cross-sections included: 35
Total pool (unbalanced) observations: 348
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.059535 0.092808 -11.41646 0.0000
IPM? 0.018631 0.001294 14.39778 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_CILACAP--C 0.010733
_BANYUMAS--C 0.033824
_PURBALINGGA--C 0.011846
_BANJAR--C 0.043995
_KEBUMEN--C 0.020173
_PURWOREJO--C 0.016233
_WONOSOBO--C 0.033682
_MAGELANG--C 0.011610
_BOYOLALI--C 0.030248
_KLATEN--C -0.015463
_SUKOHARJO--C -0.019778
_WONOGIRI--C 0.029048
_KARANGANYAR--
C -0.005547
_SRAGEN--C 0.043037
_GROBOGAN--C 0.021428
_BLORA--C 0.046308
_REMBANG--C -0.008391
_PATI--C -0.039097
_KUDUS--C -0.034057
_JEPARA--C -0.023014
_DEMAK--C -0.002402
_SEMARANG--C -0.029315
_TEMANGGUNG--C -0.014763
_KENDAL--C 0.036225
_BATANG--C 0.023765
_PEKALONGAN--C -0.008985
_PEMALANG--C 0.010134
_TEGAL--C 0.022758
_BREBES--C 0.065321
_MAGELANGKOT--
C -0.048465
_SURAKARTAKOT-
-C -0.080905
_SALATIGAKOT--C -0.042252
_SEMARANGKOT--
C -0.054973
_PEKALONGANKO
T--C -0.043767
_TEGALKOT--C -0.039019
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.481507 Mean dependent var 0.276361
Adjusted R-squared 0.423343 S.D. dependent var 0.050545
S.E. of regression 0.038383 Akaike info criterion -3.584717
Sum squared resid 0.459651 Schwarz criterion -3.186214
Log likelihood 659.7408 Hannan-Quinn criter. -3.426065
F-statistic 8.278412 Durbin-Watson stat 1.584930
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 3 Data Yang Digunakan Dalam Penelitian
Kab/kota Tahun Gini IPM Kab/kota Tahun Gini IPM
Cilacap 2004 0.2308 68.80 Pati 2010 0.2438 72.96
Cilacap 2005 0.2864 69.50 Pati 2011 0.2889 73.49
Cilacap 2006 0.2629 69.78 Pati 2012 0.2930 73.81
Cilacap 2007 0.2737 70.25 Pati 2013 0.3000 74.58
Cilacap 2008 0.2403 70.91 Kudus 2004 0.1782 69.40
Cilacap 2009 0.2706 71.39 Kudus 2005 0.2026 70.00
Cilacap 2010 0.2509 71.73 Kudus 2006 0.1850 71.31
Cilacap 2011 0.3029 72.34 Kudus 2007 0.2386 71.66
Cilacap 2012 0.3190 72.77 Kudus 2008 0.2218 72.02
Cilacap 2013 0.3700 73.34 Kudus 2009 0.2492 72.57
Banyumas 2004 0.2834 70.30 Kudus 2010 0.2434 72.95
Banyumas 2005 0.2460 70.70 Kudus 2011 0.3482 73.24
Banyumas 2006 0.2929 70.81 Kudus 2012 0.3380 73.69
Banyumas 2007 0.2460 71.23 Kudus 2013 0.3400 74.09
Banyumas 2008 0.3450 71.77 Jepara 2004 0.2089 69.10
Banyumas 2009 0.3244 72.27 Jepara 2005 0.2081 69.60
Banyumas 2010 0.3409 72.60 Jepara 2006 0.2042 69.95
Banyumas 2011 0.3540 72.96 Jepara 2007 0.2279 71.45
Banyumas 2012 0.3420 73.33 Jepara 2008 0.2694 71.94
Banyumas 2013 0.3600 73.96 Jepara 2009 0.2161 72.45
Purbalingga 2004 0.2528 68.70 Jepara 2010 0.1988 72.64
Purbalingga 2005 0.2713 69.30 Jepara 2011 0.3215 73.12
Purbalingga 2006 0.2873 69.87 Jepara 2012 0.3540 73.54
Purbalingga 2007 0.2727 70.38 Jepara 2013 0.3300 74.13
Purbalingga 2008 0.2450 70.89 Demak 2004 0.2435 69.00
Purbalingga 2009 0.2697 71.51 Demak 2005 0.3019 69.40
Purbalingga 2010 0.2359 72.07 Demak 2006 0.2654 70.34
Purbalingga 2011 0.2846 72.50 Demak 2007 0.2363 71.05
Purbalingga 2012 0.3120 72.97 Demak 2008 0.2405 71.56
Purbalingga 2013 0.3200 73.49 Demak 2009 0.2224 72.10
Banjar 2004 0.2134 66.90 Demak 2010 0.2386 72.58
Banjar 2005 0.2617 67.30 Demak 2011 0.3143 73.09
Banjar 2006 0.2246 68.25 Demak 2012 0.3420 73.52
Banjar 2007 0.2652 68.54 Demak 2013 0.3300 73.85
Banjar 2008 0.2869 68.99 Semarang 2004 0.2371 71.40
Banjar 2009 0.2560 69.63 Semarang 2005 0.2362 71.90
Banjar 2010 0.2600 69.91 Semarang 2006 0.2758 72.17
Banjar 2011 0.3558 70.39 Semarang 2007 0.1924 72.93
Banjar 2012 0.3330 70.70 Semarang 2008 0.2678 73.34
Banjar 2013 0.3900 71.13 Semarang 2009 0.2568 73.66
Kebumen 2004 0.1926 68.00 Semarang 2010 0.2798 74.10
Kebumen 2005 0.2308 68.90 Semarang 2011 0.3297 74.45
Kebumen 2006 0.2433 69.50 Semarang 2012 0.3580 74.98
Kebumen 2007 0.2353 69.96 Semarang 2013 0.3100 75.48
Kebumen 2008 0.2686 70.19 Temanggung 2004 0.2634 71.40
Kebumen 2009 0.2351 70.73 Temanggung 2005 0.2787 71.80
Kebumen 2010 0.2265 71.12 Temanggung 2006 0.3288 72.74
Kebumen 2011 0.3370 71.62 Temanggung 2007 0.2434 73.08
Kebumen 2012 0.3450 71.86 Temanggung 2008 0.2527 73.43
Kebumen 2013 0.3100 72.25 Temanggung 2009 0.2719 73.85
Purworejo 2004 0.2416 68.70 Temanggung 2010 0.2759 74.11
Purworejo 2005 0.2825 69.10 Temanggung 2011 0.3807 74.47
Purworejo 2006 0.2699 70.22 Temanggung 2012 0.3470 74.74
Purworejo 2007 0.2288 70.68 Temanggung 2013 0.3400 75.00
Purworejo 2008 0.2694 71.29 Kendal 2004 0.2208 67.30
Purworejo 2009 0.2878 71.88 Kendal 2005 0.2652 67.50
Purworejo 2010 0.2946 72.55 Kendal 2006 0.2493 68.30
Purworejo 2011 0.3563 72.91 Kendal 2007 0.1924 68.91
Purworejo 2012 0.3120 73.53 Kendal 2008 0.2534 69.40
Purworejo 2013 0.3400 74.18 Kendal 2009 0.2795 70.07
Wonosobo 2004 0.2463 66.90 Kendal 2010 0.2700 70.41
Wonosobo 2005 0.2669 67.60 Kendal 2011 0.3683 70.85
Wonosobo 2006 0.2418 68.75 Kendal 2012 0.3550 71.48
Wonosobo 2007 0.2230 69.22 Kendal 2013 0.3200 72.03
Wonosobo 2008 0.2945 69.55 Batang 2004 0.2463 67.00
Wonosobo 2009 0.2402 70.08 Batang 2005 0.2569 67.60
Wonosobo 2010 0.2494 70.52 Batang 2006 0.2330 68.40
Wonosobo 2011 0.3461 71.06 Batang 2007 0.1625 68.64
Wonosobo 2012 0.3220 71.45 Batang 2008 0.2494 69.23
Wonosobo 2013 0.3400 71.90 Batang 2009 0.2688 69.84
Magelang 2004 0.2064 69.10 Batang 2010 0.2804 70.41
Magelang 2005 0.3020 69.90 Batang 2011 0.2802 71.06
Magelang 2006 0.2508 70.65 Batang 2012 0.3050 71.41
Magelang 2007 0.2731 71.03 Batang 2013 0.3000 72.03
Magelang 2008 0.2976 71.43 Pekalongan 2004 0,2097 67.60
Magelang 2009 0.2571 71.76 Pekalongan 2006 0.2304 68.20
Magelang 2010 0.2480 72.08 Pekalongan 2006 0.2358 69.36
Magelang 2011 0.3172 72.69 Pekalongan 2007 0.2227 69.69
Magelang 2012 0.3250 73.14 Pekalongan 2008 0.2464 70.31
Magelang 2013 0.3400 73.67 Pekalongan 2009 0.2008 70.83
Boyolali 2004 0.2223 68.50 Pekalongan 2010 0.2301 71.40
Boyolali 2005 0.2829 69.00 Pekalongan 2011 0.2824 71.86
Boyolali 2006 0.2552 69.37 Pekalongan 2012 0.2850 72.37
Boyolali 2007 0.1631 69.63 Pekalongan 2013 0.2700 73.14
Boyolali 2008 0.2799 69.99 Pemalang 2004 0.2323 65.60
Boyolali 2009 0.2644 70.44 Pemalang 2005 0.2331 66.30
Boyolali 2010 0.2716 70.72 Pemalang 2006 0.2397 67.36
Boyolali 2011 0.3611 71.25 Pemalang 2007 0.2240 67.89
Boyolali 2012 0.3840 71.50 Pemalang 2008 0.2075 68.38
Boyolali 2013 0.4000 71.88 Pemalang 2009 0.2219 69.02
Klaten 2004 0.2492 71.00 Pemalang 2010 0.2021 69.89
Klaten 2005 0.2868 71.40 Pemalang 2011 0.2572 70.22
Klaten 2006 0.2284 71.82 Pemalang 2012 0.2450 70.66
Klaten 2007 0.1960 72.48 Pemalang 2013 0.2400 71.26
Klaten 2008 0.3065 72.93 Tegal 2004 0.2687 66.80
Klaten 2009 0.2307 73.41 Tegal 2005 0.2641 67.50
Klaten 2010 0.2523 73.83 Tegal 2006 0.2109 67.83
Klaten 2011 0.3177 74.10 Tegal 2007 0.1851 68.83
Klaten 2012 0.3330 74.46 Tegal 2008 0.2498 69.54
Klaten 2013 0.3400 74.91 Tegal 2009 0.2652 70.08
Sukoharjo 2004 0.2322 70.70 Tegal 2010 0.3016 70.59
Sukoharjo 2005 0.2732 71.20 Tegal 2011 0.2824 71.09
Sukoharjo 2006 0.2079 71.72 Tegal 2012 0.3180 71.74
Sukoharjo 2007 0.2715 72.46 Tegal 2013 0.3200 72.22
Sukoharjo 2008 0.2351 73.01 Brebes 2004 0.2052 63.40
Sukoharjo 2009 0.2498 73.29 Brebes 2005 0.2700 64.30
Sukoharjo 2010 0.2985 73.57 Brebes 2006 0.2167 65.89
Sukoharjo 2011 0.3293 73.97 Brebes 2007 0.2150 66.57
Sukoharjo 2012 0.3520 74.21 Brebes 2008 0.2596 67.08
Sukoharjo 2013 0.3400 74.91 Brebes 2009 0.2287 67.69
Wonogiri 2004 0.2414 68.40 Brebes 2010 0.2297 68.20
Wonogiri 2005 0.2590 69.00 Brebes 2011 0.3346 68.61
Wonogiri 2006 0.2358 69.89 Brebes 2012 0.3230 69.37
Wonogiri 2007 0.2515 70.11 Brebes 2013 0.3100 69.85
Wonogiri 2008 0.2726 70.47 Magelangkot 2004 0.2886 74.50
Wonogiri 2009 0.2901 71.04 Magelangkot 2005 0.2784 74.70
Wonogiri 2010 0.2934 71.33 Magelangkot 2006 0.2466 75.49
Wonogiri 2011 0.3539 71.86 Magelangkot 2007 0.2675 75.69
Wonogiri 2012 0.3780 72.59 Magelangkot 2008 0.2571 76.09
Wonogiri 2013 0.3400 73.09 Magelangkot 2009 0.2816 76.37
Karanganyar 2004 0.2444 70.50 Magelangkot 2010 0.3138 76.60
Karanganyar 2005 0.2663 70.70 Magelangkot 2011 0.3418 76.83
Karanganyar 2006 0.2564 71.09 Magelangkot 2012 0.3710 77.26
Karanganyar 2007 0.1692 71.59 Magelangkot 2013 0.3300 77.91
Karanganyar 2008 0.2865 72.21 Surakartakot 2004 0.2903 75.80
Karanganyar 2009 0.2071 72.55 Surakartakot 2055 0.2770 76.00
Karanganyar 2010 0.2879 73.19 Surakartakot 2006 0.2936 76.36
Karanganyar 2011 0.3714 73.82 Surakartakot 2007 0.2067 76.58
Karanganyar 2012 0.3970 74.62 Surakartakot 2008 0.2670 77.16
Karanganyar 2013 0.3300 75.27 Surakartakot 2009 0.2715 77.49
Sragen 2004 0.2234 66.10 Surakartakot 2010 0.3381 77.86
Sragen 2005 0.2595 66.60 Surakartakot 2011 0.3323 78.18
Sragen 2006 0.2669 67.76 Surakartakot 2012 0.3710 78.60
Sragen 2007 0.2688 68.98 Surakartakot 2013 0.3500 79.10
Sragen 2008 0.2699 69.57 Salatigakot 2004 0.2800 74.40
Sragen 2009 0.2441 70.27 Salatigakot 2005 0.2933 74.80
Sragen 2010 0.2781 71.00 Salatigakot 2006 0.2867 75.06
Sragen 2011 0.3453 71.33 Salatigakot 2007 0.2986 75.37
Sragen 2012 0.3670 71.85 Salatigakot 2008 0.3220 75.81
Sragen 2013 0.3500 72.31 Salatigakot 2009 0.2935 76.11
Grobogan 2004 0.2325 67.30 Salatigakot 2010 0.3513 76.53
Grobogan 2005 0.2215 68.20 Salatigakot 2011 0.3428 76.83
Grobogan 2006 0.2153 69.22 Salatigakot 2012 0.3450 77.13
Grobogan 2007 0.2194 69.75 Salatigakot 2013 0.3700 77.54
Grobogan 2008 0.2631 70.22 Semarangkot 2004 0.2442 74.90
Grobogan 2009 0.2331 70.60 Semarangkot 2005 0.2497 75.30
Grobogan 2010 0.2808 70.83 Semarangkot 2006 0.2923 75.94
Grobogan 2011 0.3193 71.27 Semarangkot 2007 0.3014 76.11
Grobogan 2012 0.3530 71.77 Semarangkot 2008 0.2649 76.54
Grobogan 2013 0.3400 72.37 Semarangkot 2009 0.3710 76.90
Blora 2004 0.1957 66.50 Semarangkot 2010 0.3224 77.11
Blora 2005 0.2507 67.90 Semarangkot 2011 0.3545 77.42
Blora 2006 0.2565 68.42 Semarangkot 2012 0.3510 77.98
Blora 2007 0.2685 69.11 Semarangkot 2013 0.3500 78.54
Blora 2008 0.3237 69.63 Pekalongankot 2004 0.1879 71.40
Blora 2009 0.2513 70.14 Pekalongankot 2005 0.2654 71.90
Blora 2010 0.2609 70.61 Pekalongankot 2006 0.2398 72.54
Blora 2011 0.3341 71.25 Pekalongankot 2007 0.2842 73.10
Blora 2012 0.3800 71.49 Pekalongankot 2008 0.2464 73.49
Blora 2013 0.4100 72.10 Pekalongankot 2009 0.2531 74.01
Rembang 2004 0.1945 67.50 Pekalongankot 2010 0.2834 74.47
Rembang 2005 0.2029 69.00 Pekalongankot 2011 0.3111 74.90
Rembang 2006 0.2002 69.70 Pekalongankot 2012 0.3250 75.25
Rembang 2007 0.2031 70.54 Pekalongankot 2013 0.3200 75.75
Rembang 2008 0.3129 71.12 Tegalkot 2004 0.2317 71.20
Rembang 2009 0.2130 71.55 Tegalkot 2005 0.2316 71.40
Rembang 2010 0.1950 72.07 Tegalkot 2006 0.2431 72.39
Rembang 2011 0.2675 72.45 Tegalkot 2007 0.2296 72.72
Rembang 2012 0.3280 72.81 Tegalkot 2008 0.2795 73.20
Rembang 2013 0.3200 73.53 Tegalkot 2009 0.2431 73.63
Pati 2004 0.1911 70.60 Tegalkot 2010 0.2357 73.89
Pati 2005 0.2106 70.90 Tegalkot 2011 0.3240 74.20
Pati 2006 0.1870 71.78 Tegalkot 2012 0.3330 74.63
Pati 2007 0.2120 71.87 Tegalkot 2013 0.3200 75.02
Pati 2008 0.2907 72.26
Pati 2009 0.2639 72.72
Keterangan:
Gini : Indeks Gini
IPM : Indeks Pembangunan Manusia