Upload
lymien
View
251
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PERBEDAAN TIPE BASIS DAN KONSENTRASI FRAKSI
ETIL ASETAT DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
TERHADAP SIFAT FISIK DAN KESTABILAN SEDIAAN SALEP
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Oleh:
TIA PUSPITASARI
M 3508075
PROGRAM DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
PENGARUH PERBEDAAN TIPE BASIS DAN KONSENTRASI FRAKSI
ETIL ASETAT DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
TERHADAP SIFAT FISIK DAN KESTABILAN SEDIAAN SALEP
Oleh :
TIA PUSPITASARI
M3508075
Telah dipertahankan di depan Tim penguji
pada tanggal 17 Januari 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta, 17 Januari 2012
Pembimbing
Anif Nur Artanti, S.Farm., Apt
Penguji I
Nestri Handayani, M.Si., Apt
NIP. 19701211 200501 2 001
Penguji II
Heru Sasongko, S.Farm., Apt
Mengesahkan
Dekan FMIPA
Ir. Ari Handono R., M.Sc., P.hd.
NIP. 19610223 198601 1 001
Ketua Program D3 Farmasi
Ahmad Ainurrofiq, M.Si., Apt
NIP. 19780319 200501 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang
diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, 17 Januari 2012
Tia Puspitasari
NIM. M3508075
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGARUH PERBEDAAN TIPE BASIS DAN KONSENTRASI FRAKSI
ETIL ASETAT DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
TERHADAP SIFAT FISIK DAN KESTABILAN SEDIAAN SALEP
TIA PUSPITASARI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
INTISARI
Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman
obat yang secara topikal dapat digunakan sebagai obat luka. Penelitian
sebelumnya telah membuktikan bahwa daun binahong mengandung senyawa
flavonoid, alkaloid dan saponin. Daun binahong berkhasiat sebagai anti-
inflamansi dan bisa mengurangi rasa nyeri pada luka bakar.
Penggunaan fraksi etil asetat daun binahong secara topikal dinilai lebih
praktis dan stabil apabila diformulasikan dalam sediaan salep. Penelitian ini
termasuk jenis experiment control group post test only design dengan
membandingkan 2 macam basis salep, yaitu basis serap dan hidrokarbon.
Dilakukan pengujian sediaan salep fraksi etil asetat daun binahong meliputi uji
sifat fisik dan uji stabilitas sediaan salep yang meliputi uji organoleptis, uji
homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar, uji viskositas dan uji pH. Pengujian
dilakukan selama 8 minggu untuk mengetahui pengaruh tipe basis dan
konsentrasi fraksi etil asetat daun binahong dalam sediaan salep. Data pengamatan
dianalisis statistik dengan Uji Independent T – Test dan Oneway Anova.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tipe basis dan konsentrasi fraksi etil
asetat daun binahong berpengaruh terhadap sifat fisik dan kestabilan salep yang
meliputi daya lekat salep, daya sebar salep, viskositas serta pH, tetapi tidak
berpengaruh terhadap organoleptis dan homogenitas salep.
Kata kunci: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, basis salep, konsentrasi fraksi,
sifat fisik,stabilitas sediaan salep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
THE EFFECT OF DIFFERENCE TYPE BASES AND CONCENTRATION
OF ETHYL ACETATE FRACTION OF BINAHONG (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis) LEAFS WITH CHARACTERISTIC PHYSICAL AND
STABILITY OINTMENT PREPARATIONS
TIA PUSPITASARI
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) is the plants of medicine to be
used as an injure medicine. The previous researches have proved that binahong leafs
has flavonoid, alkaloid and saponin. Binahong leafs had effect as an anti-
inflamation and that can decreasing pain of injure fire.
This risets from ethyl acetate fraction of binahong leafs as external medicine
has more practical and stable if formulated on ointment preparation. This
experiment included experiment control group post test only design with compare
two ointments of bases, those were hydrocarbon base and absorptive base. The
research was conducted through the tests on the preparation of the ethyl acetate
fraction of binahong leafs. The test consisted of characteristic physical and stability
ointment preparations, which consisted of the organoleptic test, the homogeneity
test, the adhesiveness test, the dispersiveness test, the viscosity test and pH test.
The ointment preparations was tested for 8 weeks in order to investigated the
effect of difference type bases and concentration of ethyl acetate fraction of
binahong leafs on ointment preparations. The data which were resulted from the
tests were analyzed by using Independent T – Test and the Oneway Analysis of
Variance (ANOVA).
The results of the research indicate that contained difference effect from type
bases and concentration of ethyl acetate fraction of binahong leafs on the
characteristic physical and stability of the ointment which consisted of the
adhesiveness test, the dispersiveness test, the viscosity test, the pH test, but the
difference have not any effect on the homogeneity and the organoleptic tests.
Keywords: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, base of ointment, concentration
fraction, characteristic physical, stability of ointment preparations
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
......jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu....
(Al Baqarah: 153)
Sabar adalah sikap utama dalam menjalani kesulitan, agar menuju kemenangan
gemilang. Sabar bukan berarti pasrah terhadap keadaan, namun
sikap tenang dalam mencari penyelesaian.
(Syeh Abdul Kadir Al-Jaelani)
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi
indah, serta dengan agama kehidupan menjadi
bermakna dan terarah.
(H.A. Mukti Ali)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan ibu yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing dengan segenap kasih sayang dan doa
Adikku sinta dan waskito yang selalu berbagi kasih dalam suka
Joss yang selalu memotivasi dengan perhatian dan kasih sayang
serta sahabat2ku kartika, eyi, ega n’ ninnun yang selalu memberi semangat dalam suka dan duka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul ” Pengaruh
Perbedaan Tipe Basis dan Konsentrasi Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Sifat Fisik dan Kestabilan Sediaan
Salep” dengan lancar.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret.
Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., PhD., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
2. Ahmad Ainurrofiq, M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi Program D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret
3. Anif Nur Artanti, S.Farm., Apt., selaku pembimbing tugas akhir yang telah
memberi bimbingan, pengarahan dan kesabaranya sehingga penulisan
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
4. Para dosen dan staf pengajar yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
5. Ayah, ibu dan adik – adikku yang dengan sepenuh hati senantiasa
mendo’akan dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
6. Jos Efendi, Kartika, Nun, Eyi dan Ega yang telah memberi motivasi untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman-teman DIII Farmasi angkatan 2008 yang selalu kompak bekerja
sama dalam menggapai cita-cita.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam persiapan ujian tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
perbaikan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi perkembangan
ilmu kefarmasian khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Surakarta, 17 Januari 2012
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii
INTISARI .................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.3.Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4.Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Binahong ..................................................................................... 5
2.1.1. Sistematika Tanaman ....................................................... 5
2.1.2. Nama Lain Tanaman ........................................................ 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2.1.3. Morfologi Tanaman .......................................................... 5
2.1.4. Khasiat Tanaman .............................................................. 6
2.1.5. Kandungan Kimia ............................................................ 7
2.2. Kulit ............................................................................................. 8
2.3. Luka Bakar .................................................................................. 9
2.4. Ekstraksi .................................................................................... 10
2.5. Fraksinasi ................................................................................... 12
2.6. Salep ........................................................................................... 12
2.6.1. Pengertian dan Fungsi Salep ............................................ 12
2.6.2. Penggolongan Dasar Salep ............................................... 14
2.6.3. Faktor – Faktor Pelepasan Obat Dari Salep ..................... 15
2.6.4. Pembuatan Salep .............................................................. 16
2.5. Kerangka Pemikiran .................................................................... 17
2.6. Hipotesis ..................................................................................... 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan ........................................................................... 19
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 19
3.3. Identifikasi Variable Penelitian ................................................... 19
3.4. Cara Kerja Penelitian ................................................................. 20
3.4.1. Pengumpulan dan Preparasi Bahan ................................... 20
3.4.2. Fraksinasi Daun Binahong ................................................ 20
3.4.3. Pengujian Fraksi Etil Asetat Daun Binahong .................... 21
3.4.4. Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Kromatrografi Lapis Tipis ................................................ 21
3.4.5. Perhitungan Dosis Salep.................................................... 22
3.4.6. Formulasi Sediaan Salep ................................................... 22
3.4.7. Pengujian sediaan salep ..................................................... 23
3.5. Pengumpulan dan Analisis Data ................................................ 25
3.6. Diagram Alir Kerja ..................................................................... 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 28
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 44
5.2. Saran ........................................................................................... 44
BAB V. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Formulasi Salep Fraksi Etil Asetat Daun Binahong Basis
Hidrokarbon.. .............................................................................. 22
Tabel II. Formulasi Salep Fraksi Etil Asetat Daun Binahong Basis
Serap ............................................................................................ 23
Tabel III. Hasil Identifikasi Flavonoid secara KLT .................................... 31
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Fraksi Etil Asetat Daun
Binahong ..................................................................................... 32
Tabel V. Hasil Uji Organoleptis Salep Fraksi Etil Asetat Daun
Binahong Basis Serap.................................................................. 33
Tabel VI. Hasil Uji Homogenitas Salep ...................................................... 34
Tabel VII. Hasil Analisis Uji Daya Lekat Salep ........................................... 35
Tabel VIII. Hasil Analisis Uji Daya Sebar Salep ........................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Daun, Batang dan Akar Binahong...................................... 6
Gambar 2. Stuktur Kimia Flavonoid..................................................... 8
Gambar 3. Diagram Cara Kerja Penelitian............................................ 25
Gambar 4. Diagram Pembuatan Fraksi Etil Asetat Daun Binahong..... 26
Gambar 5. Diagram Formulasi Salep Binahong Basis Hidrokarbon.... 27
Gambar 6. Diagram Formulasi Salep Daun Binahong Basis Serap...... 27
Gambar 7. Hasil Penampakan Bercak................................................... 31
Gambar 8. Hasil Formulasi Salep.......................................................... 33
Gambar 9. Grafik Viskositas Salep selama Penyimpanan 8 Minggu... 39
Gambar 10. Grafik pH Salep selama Penyimpanan 8 Minggu............... 42
Gambar 11. Gambar Maserasi Binahong................................................. 58
Gambar 12. Hasil Maserat Binahong....................................................... 58
Gambar 13. Rotary Evaporator................................................................ 58
Gambar 14. Fraksi Etil Asetat Daun Binahong....................................... 58
Gambar 15. Alat Uji Daya Sebar Salep................................................... 59
Gambar 16. Alat Uji Daya Lekat Salep................................................... 59
Gambar 17. Alat Uji Viskositas Salep..................................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis)............................................................................... 49
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Dosis Salep Fraksi Etil Asetat Daun
Binahong ............................................................................ 50
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Rendemen.............................................. 51
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Nilai Rf.................................................. 52
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Susut Pengeringan dan Hasil Daya
Lekat Fraksi........................................................................ 53
Lampiran 6. Hasil Uji Daya Lekat Salep................................................. 54
Lampiran 7. Hasil Uji Daya Sebar Salep................................................. 55
Lampiran 8. Hasil Uji Viskositas selama 8 Minggu................................ 56
Lampiran 9. Hasil Uji pH Salep selama 8 Minggu.................................. 57
Lampiran 10. Gambar Hasil Proses Fraksinasi.......................................... 58
Lampiran 11. Gambar Alat Uji Salep........................................................ 59
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik Uji Daya Lekat Salep..................... 60
Lampiran 13. Hasil Analisis Statistik Uji Daya Sebar Salep..................... 64
Lampiran 14. Hasil Analisis Statistik Uji Viskositas Salep....................... 68
Lampiran 15. Hasil Analisis Statistik Uji pH Salep................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora, beberapa diantaranya
telah dibudidayakan untuk diambil sebagai bahan baku. Prospek pengembangan
tumbuhan obat cukup cerah dilihat dari aspek perkembangan industri obat
tradisional, kosmetik dan pengembangan obat modern (Syukur, 2003). Kini
masyarakat semakin gencar memanfaatkan bahan alami bagi kesehatan dan
terbukti efektif, efisien, aman, dan ekonomis (Wijayakusuma, 2000). Trend gaya
hidup yang mengarah kembali ke alam (back to nature) membuktikan bahwa hal –
hal yang alami bukanlah hal yang ketinggalan jaman. Tanaman obat tradisional
ditelaah dan dipelajari secara ilmiah. Hasilnya pun mendukung bahwa tanaman
obat memang memiliki kandungan zat – zat yang secara klinis terbukti bermanfaat
bagi kesehatan (Muslihah, 2004).
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisional yaitu binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Daun binahong berkhasiat sebagai
antiinflamansi dan bisa mengurangi rasa nyeri pada luka bakar (Tshikalange,
2007). Cara penggunaan masih sangat sederhana yaitu daun binahong ditumbuk
sampai halus kemudian dibalurkan pada tubuh yang terkena luka bakar.
Penggunaan tanaman binahong ini masih dalam batas berdasarkan pengalaman,
belum ada dasar bukti penelitian ilmiah (Manoi, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan Universitas Gadjah Mada,
dinyatakan bahwa pada kultur in vitro daun binahong terkandung senyawa aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Flavonoid merupakan golongan
terbesar dari senyawa fenol yang mempunyai sifat efektif menghambat
pertumbuhan virus, bakteri dan jamur (Harbone, 1987). Selain itu, flavonoid dapat
berperan langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari
mikroorganisme (Manoi, 2009).
Penyarian flavonoid dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut polar,
semi polar maupun nonpolar sesuai dengan kelarutan flavonoid yang diekstraksi.
Kelarutan flavonoid berbeda – beda sesuai golongan dan substitusinya (Robinson,
1995). Pelarut yang kurang polar digunakan untuk mengekstraksi aglikon
flavonoid, sedangkan pelarut yang lebih polar digunakan untuk glikosida
flavonoid maupun antosianin (Markham, 1988). Etil asetat merupakan pelarut
polar menengah yang dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel
seperti aglikon flavonoid (Harbone, 1987).
Sediaan yang cocok untuk sediaan topikal adalah salep (Ansel, 1989).
Sediaan salep juga lebih disukai karena lebih mudah, praktis, menimbulkan rasa
dingin, melindungi daerah yang terluka dari udara luar dan mempermudah
perbaikan kulit, menjadikan kulit lebih lembab atau untuk menghasilkan efek
emolient serta menghantarkan obat pada kulit untuk efek khusus topikal atau
sistemik (Tjay dan Rahardja, 2002).
Pelepasan obat dari bentuk sediaan salep sangat dipengaruhi oleh faktor
antara lain jenis basis salep, kelarutan, karakteristik dari obat, konsentrasi obat
dalam basis, waktu difusi kekentalan dan viskositas (Tjay dan Rahardja, 2002).
Basis salep hidrokarbon merupakan dasar salep berlemak yang hanya sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kecil komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya dan dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit. Basis salep serap merupakan
dasar salep yang bermanfaat sebagai emolien yang terdiri dari emulsi air dalam
minyak dan emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah
larutan air tambahan (Anonim, 1995).
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi
kandungan senyawa flavonoid pada fraksi etil asetat daun binahong dan dilakukan
formulasi sediaan salep menggunakan tipe basis serap dan hidrokarbon dengan
serangkaian uji sifat fisik dan uji kestabilan salep yang meliputi uji organoleptis,
uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar, uji viskositas dan uji pH.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini adalah:
a) Apakah senyawa flavonoid terkandung dalam fraksi etil asetat daun binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis)?
b) Apakah perbedaan tipe basis salep dan konsentrasi fraksi etil asetet daun
binahong dalam pembuatan sediaan salep berpengaruh terhadap sifat fisik dan
kestabilan sediaan salep?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a) Mengetahui kandungan senyawa flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil
asetat daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis).
b) Mengetahui pengaruh perbedaan tipe basis salep dan konsentrasi fraksi etil
asetet daun binahong terhadap sifat fisik dan kestabilan sediaan salep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu
pengobatan, khususnya di bidang farmasi dalam usaha untuk memanfaatkan
tanaman binahong sebagai tanaman obat tradisional dan memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai pemanfaatan salep fraksi etil asetat daun binahong
sebagai obat luka bakar sehingga dapat memudahkan dalam penggunaannya tanpa
mengurangi keamanan, khasiat dan mutu dari tanaman obat tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Binahong
2.1.1. Sistematika Tanaman
Kedudukan binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dalam
sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Species : Anredera cordifolia (Tenore) Steen
(Backer, 1968)
2.1.2. Nama Lain
Nama lain dari binahong adalah Boussingaultia gracilis Miers (Latin),
Boussingaultia cordifolia (Latin), Boussingaultia baselloides (Latin), Teng san ci
(Cina), Heartleaf madeiravine (Inggris), Madeira vine (Inggris) (Januar, 2009).
2.1.3. Morfologi Tanaman
Tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang
(perenial), bisa mencapai panjang ± 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging
lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di
ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal,
bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk
jantung (cordata), panjang 5 – 10 cm, lebar 3 – 7 cm, helaian daun tipis lemas,
ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa
dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak
daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak
berlekatan, panjang helai mahkota 0,5 – 1 cm, berbau harum. Perbanyakan
generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara
vegetatif melalui akar rimpangnya (Manoi, 2009).
Gambar 1. Daun, batang dan akar binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
2.1.4. Khasiat Tanaman
Secara empiris binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit.
Dalam pengobatan, bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar,
batang, daun, dan bunga maupun umbi yang menempel pada ketiak daun.
Tanaman ini dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus.
Tanaman ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas. Beberapa penyakit yang
dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah: kerusakan ginjal,
diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke, wasir, rhematik,
pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahirkan, menyembuhkan segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
luka – luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan menormalkan
peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas, sariawan berat, pusing-
pusing, sakit perut, menurunkan panas tinggi, menyuburkan kandungan, maag,
asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan
tubuh (Manoi, 2009).
2.1.5. Kandungan Kimia
Dari hasil penelitian pendahuluan Universitas Gadja Mada, dinyatakan
bahwa pada kultur in vitro daun binahong terkandung senyawa aktif flavonoid,
alkaloid, terpenoid dan saponin. Kemampuan binahong untuk menyembuhkan
berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif yang terkandung
di dalamnya seperti flavonoid (Manoi, 2009).
a) Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau, kecuali alga dan termasuk senyawa polar yang umumnya mudah
larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dan lain-lain.
Flavonoid merupakan senyawa C6-C3-C6 dimana C6 diganti dengan cincin
benzene dan C3 adalah rantai alifatik yang terdiri dari cincin piran (Markham,
1988).
Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan menggangu
fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus (Manoi, 2009). Aktivitas
farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi , analgesik, antioksidan.
Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan pada jalur
metabolisme asam arakhidona, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pada radang (De Padua et al, 1999). Struktur flavonoid dapat dilihat pada gambar
2.
Gambar 2. Struktur flavonoid ( Sumber: Markham, 1988)
2.2. Kulit
Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis – lapis yang berfungsi
sebagai pembatas terhadap serangan fisika dan kimia. Kulit juga berfungsi sebagai
termostatik dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan
mikroorganisme, sinar ultraviolet dan berperan dalam mengatur tekanan darah
(Lachman, 1986).
Secara umum kulit dibagi tiga lapisan jaringan yaitu epidermis, dermis dan
jaringan subkutan. Lapisan epidermis mempunyai sel basal yang terus membelah
untuk mempertahankan lapisan epitel berlapis. Lapisan ini adalah pelindung
primer antara lingkungan dan dalam tubuh yaitu mencegah masuknya bakteri atau
senyawa racun. Dermis merupakan anyaman serabut kolagen dan elastin yang
bertanggung jawab untuk sifat – sifat penting dari kulit. Dermis mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak, kelenjar
keringat, otot dan serabut saraf (Anief, 1997). Lapisan subkutan (hypodermis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
merupakan lanjutan dari dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel – sel
lemak (Ansel, 1989).
2.3. Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan olek kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003). Berat lamanya luka bakar tergantung dari
lamanya dan banyaknya kulit badan yang terbakar. Tindakan yang dapat diberikan
pada luka bakar adalah dengan memberikan terapi lokal dengan tujuan
mendapatkan kesembuhan secepat mungkin. Diusahakan pula mencegah
terjadinya peradangan yang merupakan hambatan paling besar terhadap kecepatan
penyembuhan (Megawati, 2008).
Proses penyembuhan luka dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi,
proliferasi, dan penyudahan.
a) Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh
akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan pembuluh
yang terputus dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang
keluar dari pembuluh darah saling melekat dan bersama dengan jala fibrin yang
terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
b) Fase proliferasi
Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir minggu
ketiga. Pada fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus
yang. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi
permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi
terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan
mulailah proses pematangan.
c) Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali
jaringan yang berlebih dan berakhir pada perupaan kembali jaringan yang baru
terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berakhir
kalau semua tanda radang sudah lenyap (Moenadjat, 2003).
2.4. Ekstraksi
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat,
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati
adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman
(Anonim, 1985). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi serbuk dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Anonim, 1995). Ekstraksi adalah proses penarikan zat pokok yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih
dimana zat yang diinginkan larut (Ansel, 1989).
Maserasi merupakan cara penyarian yang paling sederhana, yaitu dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan
penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain: murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereksi netral, tidak mudah menguap dan
tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang
dikehendaki serta tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986).
Etanol merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, mudah
terbakar mudah menguap pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78º C
(Anonim, 1995). Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral,
absorbsinya baik, dapat bercampur dengan baik dan panas yang diperlukan untuk
pemekatan lebih sedikit. Etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah
bahan aktif yang optimal, bahan pengatur hanya sedikit turut dalam cairan
pengekstraksi (Voight, 1984).
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil, tidak beracun, dan
tidak higroskokopis dengan rumus molekul CH3COOC2H5 mempunyai sifat larut
dalam kloroform, alkohol, larut dalam air dan mempunyai titik didih 77ºC (Sax,
1987). Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi, yaitu proses pembuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
ester dengan cara mereflux sebuah asam karboksilat bersama dengan sebuah
alkohol menggunakan katalis asam (Harbone, 1987).
Penguapan pada rotary evaporator vakum dilakukan pada tekanan rendah atau
dengan kenaikan temperatur dan kecepatan terbesar pada titik didih larutan.
Cairan organik yang memiliki titik didih rendah, tekanan permukaan akan rendah.
Labu evaporator dipanaskan pada temperatur tertentu di atas waterbath dan
diputar selama evaporasi, sehingga terjadi pencampuran yang sempurna,
mencegah bumping, dan juga akan memilki permukaan yang relatif lebih kuat.
Pelarut menguap dari campuran kemudian terkondensasi oleh erlenmeyer dan
jatuh pada labu penampung (Vogel, 1978).
2.5. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang
bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke
pelarut non polar (Harborne, 1987).
2.6. Salep
2.6.1. Pengertian dan Fungsi Salep
Salep merupakan sediaan semi padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam salep
yang cocok (Anief, 2000).
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan salep adalah seleksi
penggunaan basis salep yang cocok. Pemilihan basis salep yang tepat untuk suatu
salep sangat penting karena dasar salep mempengaruhi efek terapeutik dari suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
salep. Pemilihan basis salep yang dipakai dalam formulasi sediaan salep
tergantung pada faktor – faktor: Laju kelepasan yang diinginkan bahan obat dari
basis salep, keinginan peningkatan absorbsi obat dari basis salep, kelayakan
melindungi kelembaban kulit oleh basis, waktu obat stabil dalam basis salep dan
kekentalan atau viskositas dari basis salep. Bahwa harus dimengerti, tidak ada
dasar salep yang ideal dan yang memiliki semua sifat yang diinginkan
pemilihannya untuk mendapatkan dasar salep yang secara umum menyediakan
sifat yang diharapkan (Ansel, 1989).
Formulasi salep yang ideal harus bersifat antara lain tidak toksik, tidak
mengiritasi, tidak menyebabkan alergi, tidak meninggalkan bekas, dan tidak
melukai.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sediaan salep diantaranya:
1) Stabil secara fisik maupun kimiawi, lunak karena digunakan untuk kulit yang
teriritasi, inflamasi, dan eskariasi.
2) Mudah dipakai yang diharapkan tidak terlalu keras dan tidak terlalu encer,
sehingga mudah diambil dan enak dipakai.
3) Terdispersi merata karena homogenitas merupakan syarat pokok yang harus
dipenuhi oleh sediaan terutama untuk obat yang mempunyai dosis maksimal.
4) Bahan aktif yang harus terdistribusi merata dalam basis salep sehingga di
setiap bagian dari salep mengandung sejumlah zat aktif yang sama.
5) Basis yang dipakai kondisi fisika dan kimianya harus sesuai dengan bahan obat
dan tidak mempengaruhi kerja dari bahan obatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6) Basis salep tidak merusak atau menghambat efek terapi dari bahan obat serta
jangan menimbulkan kerja sampingan dan dipilih basis yang mampu
melepaskan obat pada daerah yang diinginkan (Ansel, 1989).
2.6.2. Penggolongan Dasar Salep
Pemilihan dasar salep tergantung beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dasar salep dibedakan menjadi dasar salep hidrokarbon,
dasar salep serap, dasar salep tercuci air dan dasar salep terlarut dalam air (Ansel,
1989).
Dasar salep hidrokarbon (minyak) merupakan dasar salep bebas air,
preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit.
Bila lebih akan sukar larut. Dasar salep minyak dapat dipakai terutama untuk efek
emolien. Dasar salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan
tidak memungkinkan hilangnya lembab ke udara serta sukar dicuci dengan air.
Dasar salep berminyak terdiri dari minyak hidrofob seperti: vaselin, paraffin cair,
minyak tumbuh-tumbuhan dan silicon (Ansel, 1989).
Dasar salep absorbsi (serap) berguna sebagai emolien walaupun tidak
menyediakan derajat penutup seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Dasar
salep absorbsi sukar dihilangkan dengan air. Dasar salep ini dalam farmasi untuk
pencampuran larutan berair ke dalam larutan berlemak. Contoh dasar salep
absorbsi yaitu lanolin dan petrolatum hidrofilik seperti alkohol stearat, kolesterol,
lilin putih dan petrolatum putih (Ansel, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dasar salep tercuci oleh air yaitu dasar salep yang mudah dibersihkan
dengan air, merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat tercuci dari kulit dan
pakaian dengan air. Dasar salep ini nampaknya seperti krim dapat diencerkan
dengan air atau larutan berair (Ansel, 1989). Contoh dasar salep tercuci air yaitu
vanishing cream, emulsifying ointment dan hydrophilic ointment (Anief, 2000).
Dasar salep yang larut dalam air biasanya disebut greaseless karena tidak
mengandung bahan berlemak. Dasar salep ini sangat mudah melunak dengan
penambahan air ,maka larutan air tidak efektif dicampurkan ke dalam dasar salep
ini. Nampaknya dasar salep ini lebih baik digunakan untuk dicampurkan dengan
bahan tidak berair atau bahan padat (Ansel, 1989). Contoh dasar salep yang larut
dalam air yaitu PEG, tragacanth dan P.G.A (Anief, 2000).
2.6.3. Faktor – Faktor Pelepasan Obat dari Salep
Faktor – faktor yang dapat memenuhi pelepasan obat dari salep pada
dasarnya sama dengan faktor-faktor absorbsi pada saluran cerna dengan laju difusi
yang sangat tergantung pada sifat fisika kimia obat (Ansel, 1989). Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelepasan obat tersebut diantaranya:
1) Kelarutan dari bahan obat (afinitas obat) terhadap bahan pembawa
Obat yang sangat larut dalam bahan pembawa pada umumnya mempunyai
afinitas kuat terhadap bahan pembawa dapat menunjukkan bahwa koefisien
aktifitasnya rendah, sehingga pelepasan obat dari bahan pembawanya menjadi
lambat demikianan sebaliknya (Voight, 1984).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Waktu difusi
Semakin cepat waktu difusi akan semakin besar obat yang dilepas,
sebaliknya obat dilepas akan semakin kecil bila waktu difusi semakin lambat
(Voight, 1984).
3) Jenis basis salep
Basis salep yang satu mempunyai sifat yang berbeda dengan jenis basis
salep lainnya misalnya pH, polaritas, viskositas dan sebagainya, sehingga
pemilihan basis sangat penting karena kesesuaian basis salep sangat berpengaruh
pada proses pelepasannya. Jenis basis salep dengan viskositas tinggi
menyebabkan koefisien difusi obat dalam basis rendah sehingga pelepasan obat
akan menjadi kecil (Voight, 1984).
2.6.4. Pembuatan Salep
Salep dibuat dengan dua metode umum yaitu pencampuran dan pelelehan
(peleburan). Metode untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat
bahannya. Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-
sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Sedangkan dalam
metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan
dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan
sampai mengental. Komponen – komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan
diaduk. Tentu saja bahan – bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila
temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau
penguapan dari komponen (Ansel, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2.7. KERANGKA PEMIKIRAN
Binahong merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat. Daun
binahong mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai anti-inflamansi dan bisa
mengurangi rasa nyeri pada luka bakar.
Penyarian flavonoid dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut polar,
semi polar maupun nonpolar dengan kelarutan flavonoid yang diekstraksi. Etil
asetat dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel seperti aglikon
flavonoid. Penyarian fraksi etil asetat daun binahong diharapkan agar memperoleh
kandungan senyawa flavonoid dengan rendemen yang tinggi sebagaimana telah
dilaporkan bahwa pada daun binahong terkandung senyawa flavonoid, alkaloid
dan saponin. Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan senyawa yang
terkandung pada daun binahong adalah flavonoid. Identifikasi secara
kromatrografi lapis tipis dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan
flavonoid pada daun binahong.
Untuk memudahkan penggunaan daun binahong secara topikal maka dibuat
dalam sediaan salep. Sediaan salep lebih disukai karena lebih mudah, praktis, dan
menghantarkan obat pada kulit untuk efek khusus topikal atau sistemik.
Pembuatan sediaan salep menggunakan basis hidrokarbon dan basis serap
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan sebagai
emolien. Perbedaan konsentrasi fraksi pada tiap basis salep dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terhadap sifat fisik dan kestabilan salep
dengan dilakukan uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar,
uji viskositas dan uji pH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2.8. HIPOTESIS
1) Senyawa flavonoid diduga terkandung dalam fraksi etil asetat daun binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
2) Perbedaan tipe basis salep dan konsentrasi fraksi etil asetat daun binahong
diduga dapat mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sediaan salep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven (Memert
model 500), neraca timbang (Denver TL 603 D dan Seout Proohaus ), chamber,
sinar UV (254 nm dan UV 366 nm), timbangan digital, rotary evaporator (Bibby
RE 200B), pH meter, viscotester (VT-04 E-RION CO), kompor listrik, water bath,
gelas objek, spatula logam, mortir dan stamper, pot salep serta peralatan gelas
yang biasa digunakan di laboratorium.
3.1.2. Bahan
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia
daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), etanol 70% (teknis), etil
asetat, campuran etil asetat : asam format : asam asetat : air (100:11:11:26), silika
GF254, penampak bercak FeCl3, vaselin album, cetaceum, adeps lanae, aquadest,
oleum sesami, cera flava, nipagin, nipasol dan oleum rossae.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Oktober 2011. Tempat penelitian
dilakukan di Sub – Laboratorium Biologi Pusat dan Laboratorium Farmasetika
Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.3. Identifikasi Variabel Penelitian
Basis salep hidrokarbon dan basis salep serap dengan konsentrasi 3%, 5%,
7% dan 9% dibuat sediaan salep dan diuji sifat fisik salep dan kestabilan salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar, uji
viskositas, dan uji pH.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan tipe basis salep dan
konsentrasi fraksi. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik salep
meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, serta uji
kestabilan salep meliputi uji viskositas dan uji pH.
Variabel tekendali dalam penelitian ini adalah kadar fraksi dalam salep,
proses pembuatan salep fraksi etil asetat daun binahong, serta metode pengujian
sifat fisik dan kestabilan salep.
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Pengumpulan dan Preparasi Bahan
Daun binahong diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, Karanganyar,
Jawa Tengah dan dideterminasi di Universitas Setia Budi Surakarta. Daun
binahong segar dicuci dengan air mengalir hingga bersih, ditiriskan di rak
pengering dan dikeringkan dengan oven pada suhu 40ºC. Simplisia daun binahong
kering kemudian diserbuk dan disimpan dalam wadah yang bersih dan kedap
udara.
3.4.2. Fraksinasi Daun Binahong
Sebanyak 1500 gram serbuk simplisia daun binahong diekstraksi dengan
metode maserasi (perendaman bahan) menggunakan pelarut etanol 70% selama 3
hari. Maserat etanol disaring dengan kain flanel dan dipekatkan menggunakan
rotary evaporator hingga dihasilkan ekstrak etanolik. Ekstrak etanolik kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
difraksinasi dengan pelarut etil asetat. Fraksi etil asetat dipisahkan dari residunya.
Hasil pemisahan dipekatkan kembali menggunakan rotary evaporator hingga
dihasilkan fraksi berupa ekstrak kental etil asetat daun binahong.
3.4.3. Pengujian Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Pengujian fraksi etil asetat daun binahong dilakukan dengan pemeriksaan
organoleptis, uji daya lekat dan susut pengeringan. Pemeriksaan organoleptis
dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, dan bau dari fraksi etil asetat daun
binahong. Uji daya lekat dilakukan dengan mengukur waktu pemisahan fraksi etil
asetat daun binahong menggunakan dua gelas objek. Uji susut pengeringan
dilakukan dengan mengukur sisa fraksi etil asetat daun binahong setelah
pengeringan pada suhu 105ºC selama 30 menit atau sampai berat konstan.
3.4.4. Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid secara Kromatografi Lapis
Tipis
Identifikasi ini menggunakan plat silika GF254 sebagai fase diam dan
campuran etil asetat : asam format : asam asetat : air (100:11:11:26) sebagai fase
gerak (Wagner, 1984). KLT dilakukan dengan cara fraksi etil asetat daun
binahong ditotolkan pada plat silika dan dimasukkan ke dalam chamber yang di
dalamnya berisi fase gerak hingga larutan pengembang mencapai tanda batas atas
yang telah ditentukan. Senyawa dalam fraksi akan terelusi ke atas hingga
menimbulkan bercak noda. Noda yang dihasilkan diamati, dilihat dibawah sinar
UV 254 nm dan 366 nm serta dideteksi dengan pereaksi semprot FeCl3. Setelah
dilakukan penyemprotan, plat dipanaskan selama 10 – 15 menit pada suhu 100°C
dan dilakukan penghitungan Rf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3.4.5. Perhitungan Dosis Salep
Mitha (2010) melaporkan bahwa daun binahong yang digunakan untuk
penyembuhan luka bakar sebesar 10 lembar daun basah setara dengan 56,25 gram
daun basah. Hasil orientasi 56,25 gram daun basah setara dengan 3,53 gram
serbuk kering dan setara dengan 0,72 gram ekstrak kental.
Sediaan salep dari fraksi etil asetat daun binahong dibuat 30 gram
menggunakan tipe basis hidrokarbon (Formula I) dan basis serap (Formula II)
dengan konsentrasi fraksi tiap basis yaitu 3%, 5%, 7% dan 9%. Masing – masing
formula salep dibuat 2 replikasi. Perhitungan dosis dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4.6. Formulasi Sediaan Salep
Formulasi salep fraksi etil asetat daun binahong secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel I dan Tabel II.
Tabel I. Formula salep fraksi etil asetat daun binahong basis hidrokarbon
Formula Kontrol F IA F IB F IC F ID
Fraksi etil asetat daun
binahong
- 0,9 g 1,5 g 2,1 g 2,7 g
Vaselin album 28,5 g 27,59 g 27,02 g 26,45 g 25,88 g
Cetaceum 1,5 g 1,45 g 1,42 g 1,39 g 1,36 g
Nipagin - 45 mg 45 mg 45 mg 45 mg
Nipasol - 15 mg 15 mg 15 mg 15 mg
Ol. Rosae - 3 gtt 3 gtt 3gtt 3 gtt
Berat salep 30 gram 30 gram 30 gram 30 gram 30 gram
Cara pembuatan :
Vaselin album dan cetaceum dilebur diatas waterbath. Hasil leburan
dimasukkan ke dalam mortir panas dan diaduk hingga terbentuk campuran basis.
Masukkan fraksi etil asetat daun binahong dan aduk hingga homogen. Tambahkan
nipagin, nipasol dan oleum rossae. Diaduk hingga homogen. Masukkan dalam pot
salep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel II. Formula salep fraksi etil asetat daun binahong basis serap
Formula Kontrol F IIA F IIB F IIC F IID
Fraksi etil asetat daun
binahong
- 0,9 g 1,5 g 2,1 g 2,7 g
Adeps lanae 20,25 g 19,61 g 19.20 g 18,79 g 18,38 g
Aquadest 6,75 g 6,53 g 6,40 g 6,26 g 6,13 g
Cera flava 0,9 g 0,87 g 0,85 g 0,84 g 0,82 g
Oleum Sesami 2,1 g 2,03 g 1,99 g 1,95 g 1,91 g
Nipagin - 45 mg 45 mg 45 mg 45 mg
Nipasol - 15 mg 15 mg 15 mg 15 mg
Oleum Rosae - 3 gtt 3 gtt 3 gtt 3 gtt
Berat salep 30 gram 30 gram 30 gram 30 gram 30 gram
Cara pembuatan :
Masukkan adeps lanae dan aquadest dalam mortir dan aduk (campuran 1).
Cera flava dan oleum sesami dilebur di atas waterbath. Hasil leburan diaduk
dalam mortir dan tambahkan campuran 1. Masukkan fraksi etil asetat daun
binahong dan aduk hingga homogen. Tambahkan nipagin, nipasol dan oleum
rossae. Aduk hingga homogen. Masukkan dalam pot salep.
3.4.7. Pengujian sediaan salep
Dilakukan pengujian fisik dan kestabilan salep meliputi:
a) Uji organoleptis
Sediaan salep diamati secara organoleptis untuk mengetahui warna, bau,
rasa dan bentuknya (Anonim, 2000).
b) Uji homogenitas
Sediaan salep diuji homogenitasnya secara fisik dengan mengoleskan pada
sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan salep
menunjukan susunan yang homogen (Anonim, 1974).
c) Uji daya lekat salep
Salep diletakkan secukupnya diatas gelas objek yang telah diketahui
luasnya. Diletakkan gelas objek yang lain diatas salep tersebut dan ditekan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
beban 1 kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat uji. Kemudian
dilepaskan beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek
ini terlepas. Dilakukan untuk tiap formula salep dengan masing-masing 3 kali
percobaan.
d) Uji daya sebar salep
Dilakukan dengan menimbang 0,5 gram salep dan diletakkan di tengah
alat (kaca bulat). Ditimbang dahulu kaca yang satunya. Kaca diletakkan di atas
massa salep dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian diukur diameter salep yang
menyebar (dengan mengambil panjang rata – rata diameter dari beberapa sisi).
Ditambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catat
diameter salep yang menyebar seperti sebelumnya. Diteruskan dengan menambah
tiap kali dengan beban tambahan 50 gram dan dicatat diameter salep yang
menyebar setelah 1 menit.
e) Uji Viskositas
Dilakukan dengan menggunakan alat viscotester. Viscotester dipasang
pada klemnya dengan arah horisontal atau tegak lurus dengan arah klem. Rotor
dipasang pada viscotester dengan menguncinya berlawanan arah jarum jam.
Mangkuk diisi sampel salep yang akan diuji, rotor ditempatkan tepat berada
ditengah – tengah yang berisi salep, kemudian alat dihidupkan dan ketika rotor
mulai berputar jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan bergerak menuju
kekanan kemudian setelah stabil, viskositas dibaca pada skala dari rotor yang
digunakan. Pengujian ini dilakukan setiap satu minggu sekali selama 8 minggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e) Uji pH
Sebanyak 0,5 gram sediaan salep dilarutkan dalam 30 ml aquadest. Diukur
nilai pH menggunakan pH meter sampai menujukkan nilai pH yang konstan.
Pemeriksaan pH dilakukan setiap minggu selama 8 minggu pada suhu kamar.
3.5. Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari uji sifat fisik dan kestabilan salep dianalisis secara
statistik menggunakan Uji Independent T – Test untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh perbedaan tipe basis salep dan Kolmogorov – Smirnov yang
dilanjutkan dengan Oneway Anova untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
perbedaan konsentrasi fraksi etil asetat daun binahong terhadap sifat fisik dan
kestabilan sediaan salep.
3.6. Diagram Alir Cara Kerja
Pembuatan fraksi etil
asetat daun binahong
Formulasi salep fraksi etil
asetat daun binahong
Pengujian salep
Uji
Sifat fisik
Uji
kestabilan
Uji
viskositas
Uji pH
Uji
homogenitas
Uji
organoleptis
Uji
daya lekat
Uji
daya sebar
Rendemen
Organoleptis
Susut
pengeringan
KLT
Gambar 3. Diagram Cara Kerja Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pembuatan Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
- e
Gambar 4. Diagram Pembuatan Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Simplisia daun binahong
Maserasi dengan etanol
1:10 selama 3 hari
Penyaringan dengan
kain flanel
Maserat
Penguapan dengan
rotary evaporator
Ekstrak etanolik
Fraksinasi dengan etil
asetat (1:10)
Pemisahan
Residu Fraksi etil asetat
Penguapan dengan
rotary evaporator
Fraksi etil asetat
daun binahong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Formulasi Salep dengan Basis Hidrokarbon
ditambahkan ditambahkan
Gambar 5. Diagram Formulasi Salep dengan Basis Hidrokarbon
Formulasi Salep dengan Basis Serap
ditambahkan ditambahkan
Gambar 6. Diagram Formulasi Salep dengan Basis Serap
Vaselin album dan
cetaceum dilebur
Oleum Sesami
dan cera flava
dilebur
Hasil leburan
Diaduk pada mortir
panas
Campuran basis Fraksi etil asetat
daun binahong
Nipagin, nipasol,
oleum rosae
Salep fraksi etil asetat daun
binahong basis hidrokarbon
Hasil leburan Campuran 1
Campuran adeps
lanae dan aquadest
Campuran basis Fraksi etil asetat
daun binahong
Salep fraksi etil asetat
daun binahong basis serap
Nipagin, nipasol,
oleum rosae
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan dan Preparasi Bahan
Pengambilan bahan berupa tanaman dimulai dengan pemilihan bibit unggul
tanaman hingga pemilihan waktu panen. Pemilihan tanaman didasarkan pada
bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, waktu panen dan tempat tumbuh.
Penelitian ini menggunakan daun binahong yang diperoleh dari Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T)
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Daun yang dipilih yaitu daun yang
sudah memasuki periode matang fisiologis pada saat tanaman telah tumbuh
maksimal. Cara pemanenan daun binahong dilakukan dengan cara dipetik
menggunakan tangan.
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah determinasi tanaman yaitu
dengan menetapkan kebenaran sampel tanaman binahong yang berkaitan dengan
ciri – ciri makroskopi binahong serta mencocokan ciri – ciri morfologis pada
binahong terhadap kepustakaan yang ada. Determinasi tanaman binahong
dilakukan di Universitas Setia Budi Surakarta, Jawa Tengah. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa daun yang diteliti merupakan Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis. Hasil determinasi tanaman binahong dapat dilihat pada lampiran 1.
Daun binahong yang diperoleh dicuci untuk menghilangkan kotoran yang
melekat pada daun seperti debu atau tanah. Dilakukan proses pengeringan
menggunakan oven pada suhu 40ºC agar kandungan senyawa aktif yang terdapat
pada daun binahong tidak mengalami kerusakan. Pengeringan dimaksudkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
mengurangi kadar air, mencegah tumbuhnya jamur sehingga dapat disimpan lebih
lama (pengawetan), serta untuk mencegah agar tidak mudah rusak sehingga
komposisi kimianya tidak mengalami perubahan. Lama pengeringan daun
binahong selama 5 hari. Hasil pengeringan berupa simplisia daun binahong kering
berwarna hijau kecoklatan. Daun binahong kering dihaluskan untuk dijadikan
serbuk dengan maksud untuk mempermudah proses ekstraksi. Semakin besar luas
permukaan serbuk maka interaksi zat pelarut ekstraksi akan semakin besar,
sehingga proses ekstraksi akan semakin efektif (Anonim, 2000).
4.2. Fraksinasi Daun Binahong
Fraksinasi daun binahong diawali dengan mengekstraksi daun binahong
menggunakan metode maserasi. Proses maserasi dilakukan menggunakan pelarut
etanol 70% dengan dilanjutkan proses fraksinasi menggunakan pelarut etil asetat.
Penggunaan pelarut etanol 70% dimaksudkan untuk mengambil semua komponen
aktif, baik yang bersifat polar maupun non polar. Sedangkan penggunaan pelarut
etil asetat dimaksudkan untuk mengambil senyawa semi polar yang berupa
flavonoid.
Serbuk daun binahong direndam dalam etanol 70% selama 3 hari hingga
warna maserat menjadi hijau kehitaman. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan sesekali dengan tujuan untuk mempercepat kontak antara sampel
dengan pelarut. Larutan selanjutnya disaring dengan kain flanel hingga diperoleh
filtrat berupa maserat dengan warna hijau tua kehitaman. Maserat diuapkan
menggunakan rotary evaporator dengan tujuan untuk memekatkan ekstrak dan
memisahkan antara pelarut dengan senyawa aktif dalam daun binahong. Hasil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pemekatan berupa ekstrak etanolik yang selanjutnya akan difraksinasi dengan
pelarut etil asetat. Penguapan pada rotary evaporator dilakukan pada tekanan
rendah atau dengan kenaikan temperatur dan kecepatan terbesar pada titik didih
larutan (Vogel,1978). Suhu penguapan masing – masing pelarut pada ekstrak
diatur berdasarkan suhu titik didihnya sehingga penguapan dilakukan pada suhu
70ºC. Hasil dari fraksinasi diperoleh fraksi etil asetat daun binahong berupa
ekstrak kental, berwarna hijau kehitaman, dan berbau seperti jamu. Hasil
fraksinasi dapat dilihat pada lampiran 10.
4.3. Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Rendemen merupakan perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal (Anonim, 1987). Berat daun binahong basah 30 kilogram setelah
dikeringkan menggunakan oven diperoleh daun binahong kering sebanyak 2
kilogram. Dari 1500 gram daun binahong kering, diperoleh fraksi etil asetat daun
binahong sebanyak 110,47 gram. Hasil rendemen fraksi eti asetat daun binahong
sebesar 7,36%. Perhitungan hasil rendemen dapat dilihat pada lampiran 3.
4.4. Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid secara Kromatografi Lapis
Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan senyawa
kimia dengan menggunakan fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan
dalam KLT berupa zat padat silika atau alumina yang mempunyai kemampuan
mengabsorbsi bahan – bahan yang akan dipisahkan (sebagai absorben) (Kristanti,
2008). Fase gerak yang dipakai adalah pelarut tunggal atau campuran pelarut
dengan perbandingan tertentu. Dari hasil penelitian pendahuluan Universitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gadja Mada, dinyatakan bahwa pada kultur in vitro daun binahong terkandung
senyawa aktif flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin (Manoi, 2009). Pada
penelitian ini menggunakan plat silika GF254 sebagai fase diam dan campuran etil
asetat : asam format : asam asetat : air (100:11:11:26) sebagai fase gerak. Deteksi
senyawa semprot yang digunakan yaitu FeCl3. Pembuatan FeCl3 dilakukan dengan
cara menambahkan 5% alumunium klorida ke dalam 0,5 N HCl. Nilai Rf yang
diperoleh sebesar 0,891. Hasil perhitungan nilai Rf dan hasil penampakan bercak
dapat dilihat pada lampiran 4 dan gambar 7, serta kesesuaian dengan teori dapat
dilihat pada tabel III.
A B C
Gambar 7. Hasil Penampakan Bercak
Keterangan : A = Pada sinar UV 254 nm
B = Pada sinar UV 366 nm
C = Setelah disemprot FeCl3
Tabel III. Hasil Identifikasi Flavonoid secara KLT
Penampakan Bercak
Sinar Tampak Sinar UV 254 nm Setelah disemprot FeCl3
Teori Hasil Teori Hasil Teori Hasil
Rf : 0,86
Warna:
Kuning
Rf : 0,891
Warna:
Kuning
Coklat
Coklat muda Hijau kuat
berlatar
belakang
kuning
Hijau berlatar
belakang
kuning Sinar UV 366 nm
Teori Hasil
Biru Biru sampai
hitam
Sumber teori : Wagner, 1984
Hasil identifikasi secara KLT menunjukkan bahwa dalam fraksi etil asetat
daun binahong terkandung senyawa flavonoid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4.5. Pengujian Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Dilakukan uji kontrol kualitas fraksi etil asetat daun binahong meliputi uji
organoleptis, daya lekat, dan susut pengeringan. Pemeriksaan organoleptis
dilakukan untuk mengetahui hasil fisik fraksi etil asetat daun binahong meliputi
bentuk, warna, dan bau (Anonim, 2000). Hasil pemeriksaan organoleptis fraksi
etil asetat daun binahong dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil pemeriksaan organoleptis fraksi etil asetat daun binahong
Pemeriksaan Hasil
Bentuk Berupa ekstrak kental
Warna Hijau pekat kehitaman
Bau Khas seperti jamu
Pengujian daya lekat dilakukan untuk mengetahui waktu pemisahan fraksi
menggunakan dua gelas objek. Waktu rata – rata pemisahan fraksi etil asetat
sebesar 6,2 detik. Uji susut pengeringan dilakukan untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan (Anonim, 2000). Dari hasil susut pengeringan fraksi etil asetat daun
binahong diperoleh hasil sebesar 72,86%. Hasil uji daya lekat dan perhitungan
susut pengeringan fraksi etil asetat daun binahong dapat dilihat pada lampiran 5.
4.6. Hasil Uji Sifat Fisik Salep
4.6.1. Uji Organoleptis Salep
Pengujian organoleptis dilakukan untuk mengetahui hasil fisik sediaan
salep fraksi etil asetat daun binahong meliputi bentuk, warna, dan bau. Hasil
formulasi dan uji organoleptis salep fraksi etil asetat daun binahong dapat dilihat
pada gambar 8 dan tabel V.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kontrol I A I B I C I D
Kontrol II A II B II C II D
Gambar 8. Hasil formulasi salep
Tabel V. Hasil uji organoleptis salep fraksi etil asetat daun binahong
Basis Formula Hasil Pengamatan
Bentuk Warna Bau
Hidrokarbon Kontrol Konsistensi lunak Putih Khas
I A Konsistensi lunak Hijau pekat Khas Ol. Rossae
I B Konsistensi lunak Hijau pekat Khas Ol. Rossae
I C Konsistensi lunak Hijau kehitaman Khas Ol. Rossae
I D Konsistensi lunak Hijau kehitaman Khas Ol. Rossae
Serap Kontrol Konsistensi lunak Kuning muda Khas
II A Konsistensi lunak Hijau muda pucat Khas Ol. Rossae
II B Konsistensi lunak Hijau muda pucat Khas Ol. Rossae
II C Konsistensi lunak Hijau pucat Khas Ol. Rossae
II D Konsistensi lunak Hijau pucat Khas Ol. Rossae
Keterangan :
Formula IA, IB, IC dan ID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis hidrokarbon dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Formula IIA, IIB, IIC dan IID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis serap dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada salep basis hidrokarbon
mempunyai konsistensi lunak dan memadat sedangkan pada basis serap
mempunyai konsistensi lunak. Semakin tinggi konsentrasi fraksi etil asetat daun
binahong, maka bentuk dan warna dari salep binahong semakin kental dan pekat.
Selama penyimpanan tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan bau. Dengan
demikian secara organoleptis, sediaan salep fraksi etil asetat daun binahong dapat
dikatakan stabil secara fisik.
4.6.2. Uji Homogenitas Salep
Pengujian homogenitas salep dilakukan secara visual untuk mengetahui
homogenitas dari formula salep yang diteliti. Persyaratan homogenitas dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Ekstra Farmakope Indonesia 1974, yaitu jika salep dioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen
yang dapat dilihat dengan tidak adanya partikel yang bergerombol dan menyebar
secara merata. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil uji homogenitas salep
Basis Formula Hasil Uji
Hidrokarbon Kontrol Homogen
I A Homogen
I B Homogen
I C Homogen
I D Homogen
Serap Kontrol Homogen
II A Homogen
II B Homogen
II C Homogen
II D Homogen
Keterangan :
Formula IA, IB, IC dan ID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis hidrokarbon dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Formula IIA, IIB, IIC dan IID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis serap dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Hasil pengamatan pada suhu kamar menunjukkan masing – masing
formula salep yang dioleskan pada sekeping kaca terlihat susunan yang homogen
yaitu menyebar merata dan tidak ada perbedaan warna antar komponen salep. Hal
ini sudah sesuai dengan persyaratan homogenitas dalam Ekstra Farmakope
Indonesia 1974. Selama dilakukan penyimpanan selama 8 minggu tidak terjadi
perubahan homogenitas dari kedua basis salep. Dengan demikian, sediaan salep
fraksi etil asetat daun binahong dapat dikatakan memiliki homogenitas yang baik.
4.6.3. Uji Daya Lekat Salep
Pengujian daya lekat salep dilakukan untuk mengetahui kemampuan salep
untuk melekat pada permukaan kulit. Daya lekat salep ditentukan dengan
mengukur lama waktu pemisahan menggunakan dua objek gelas. Semakin lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
waktu salep untuk melekat pada kulit berarti semakin baik ikatan antara salep
dengan kulit sehingga ikatan antara obat – obat dengan sel penyerap pada kulit
akan semakin baik dan dapat memperbaiki adsorpsi pada kulit (Voight, 1984).
Hasil daya lekat salep fraksi etil asetat daun binahong dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Hasil analisis uji daya lekat salep Formula x ± CV
I A 1,4500 ± 0,0286
I B 4,1833 ± 0,1161
I C 7,3033 ± 0,1758
I D 11,3200 ± 0,1927
II A 7,9767 ± 0,1096
II B 11,4633 ± 0,1798
II C 14,3933 ± 0,1796
II D 21,8767 ± 0,3434
Keterangan :
Formula IA, IB, IC dan ID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis hidrokarbon dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Formula IIA, IIB, IIC dan IID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis serap dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Hasil data pengamatan menunjukkan salep basis serap mempunyai daya
melekat lebih lama dibandingkan dengan salep basis hidrokarbon. Hal ini
dikarenakan basis hidrokarbon merupakan basis minyak sehingga waktu
pemisahan kedua gelas objek berlangsung lebih cepat dibanding dengan basis
serap. Daya lekat salep basis hidrokarbon yaitu F IA < F IB < F IC < F ID dan
basis serap yaitu F IIA < F IIB < F IIC < F IID. Formula ID dan formula IID
mempunyai daya lekat paling lama sehingga salep akan lebih lama kontak
terhadap permukaan kulit. Pada umumnya, semakin lama waktu pemakaian obat
menempel pada kulit, semakin banyak kemungkinan absorpsi (Ansel, 1989).
Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi konsentrasi
fraksi atau semakin kental massa salep maka kemampuan salep untuk melekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
atau kontak pada permukaan kulit akan semakin lama sehingga absorbsi obat akan
semakin baik dan efektifitas pengobatan bisa tercapai.
Hasil data pengamatan kemudian dianalisis menggunakan Uji Independent
T – Test dan Kolmogorov – Smirnov. Berdasarkan hasil analisis Uji Independent
T – Test diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,31. Nilai signifikasi yang diperoleh >
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe basis berpengaruh terhadap daya
lekat salep. Tipe basis salep serap mempunyai massa yang lebih kental dan
melekat lebih lama dibanding dengan basis hidrokarbon sehingga kemampuan
melekat atau kontak terhadap permukaan kulit juga akan semakin lama dan begitu
pula sebaliknya.
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas Kolmogorov – Smirnov untuk
formula I dan II diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,684 dan 0,793. Nilai
signifikasi yang diperoleh > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi
secara normal. Dilakukan uji Anova satu jalan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh perbedaan konsentrasi fraksi terhadap daya lekat salep. Hasil
analisis uji Anova pada formula I dan II diperoleh nilai F hitung sebesar 123,586
dan 107,478. Nilai F tabel (df. 4 – 10) pada tingkat signifikasi 0,05 adalah 3,48.
Nilai F hitung > F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi fraksi
berpengaruh terhadap daya lekat salep. Semakin tinggi konsentrasi fraksi akan
semakin kental massa salepnya sehingga kemampuan salep untuk melekat akan
semakin lama dan begitu pula sebaliknya. Dilakukan uji Post Hoc Test untuk
mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok variabel.
Berdasarkan uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
formula salep pada tiap basis. Daya lekat formula IB, IC, ID dan IIB, IIC, IID
berbeda signifikan dengan basis pembandingnya. Hasil uji dan analisis statistik
pengujian daya lekat salep dapat dilihat pada lampiran 6 dan 12.
4.6.4. Uji Daya Sebar Salep
Pengujian daya sebar salep dilakukan untuk mengetahui kemampuan salep
untuk menyebar pada permukaan kulit. Marchaban (1993) melaporkan bahwa
suatu sediaan salep diharapkan mampu menyebar dengan mudah pada permukaan
kulit tanpa menggunakan tekanan yang berarti. Hasil analisis daya sebar salep
dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Hasil analisis daya sebar salep
Formula x ± CV
I A 3,0333 ± 0,0117
I B 2,8667 ± 0,0117
I C 2,6667 ± 0,0117
I D 2,5667 ± 0,0117
II A 3,2333 ± 0,0117
II B 3,2000 ± 0,0000
II C 2,9333 ± 0,0117
II D 2,7333 ± 0,0117
Keterangan :
Formula IA, IB, IC dan ID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis hidrokarbon dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Formula IIA, IIB, IIC dan IID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis serap dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Hasil pengamatan menunjukkan salep basis serap menyebar lebih luas dari
pada basis hidrokarbon. Hal ini dikarenakan basis serap mempunyai konsistensi
lebih lunak sehingga akan lebih mudah menyebar pada permukaan kulit. Aishah
(2010) melaporkan bahwa luas penyebaran berhubungan dengan konsistensi,
kenaikan daya sebar salep disebabkan oleh turunnya suatu konsistensi salep
sehingga salep menjadi lebih lunak dan semakin mudah dioleskan. Daya sebar
salep basis hidrokarbon yaitu F IA > F IB > F IC > F ID dan basis serap yaitu F
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
IIA > F IIB > F IIC > F IID. Absorbsi obat nampaknya ditingkatkan dari
pembawa yang dapat dengan mudah menyebar di permukaan kulit (Ansel, 1989).
Semakin tinggi konsentrasi fraksi atau semakin kental massa salep, maka luas
penyebaran salep akan semakin kecil seiring dengan kenaikan beban. Berdasarkan
hal tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin luas penyebaran salep maka salep
akan mudah menyebar pada permukaan kulit sehingga absorbsi obat pada
permukaan kulit akan semakin meningkat.
Hasil data pengamatan kemudian dianalisis menggunakan Uji Independent
T – Test dan Kolmogorov – Smirnov. Berdasarkan hasil analisis Uji Independent
T – Test diperoleh nilai signifikasi sebesar 1,000. Nilai signifikasi yang diperoleh
> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe basis berpengaruh terhadap daya
sebar salep. Tipe basis serap mempunyai massa lebih lunak dan luas penyebaran
lebih besar dibanding basis hidrokarbon sehingga salep akan lebih mudah
menyebar pada permukaan kulit dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas Kolmogorov – Smirnov pada
formula I dan II diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,500 dan 0,980. Nilai
signifikan yang diperoleh > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi
secara normal. Analisis data dilanjutkan dengan uji Anova satu jalan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan konsentrasi fraksi terhadap
daya sebar salep. Berdasarkan hasil analisis Anova, pada formula I dan II
diperoleh nilai F hitung sebesar 47,125 dan 137,500. Nilai F tabel (df 4 – 10)
pada tingkat signifikasi 0,05 adalah 3,48. Nilai F hitung > F tabel sehingga hasil
analisis menunjukkan konsentrasi fraksi berpengaruh terhadap daya sebar salep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Semakin tinggi konsentrasi fraksi atau semakin kental massa salep maka luas
penyebaran salep pada permukaan kulit akan semakin kecil dan begitu pula
sebaliknya. Dilakukan uji Post Hoc Test untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan
yang terjadi antar kelompok variabel. Berdasarkan uji Tukey menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antar formula salep pada tiap basis. Daya sebar
formula IC, ID dan IIA, IIB, IIC, IID berbeda signifikan dengan basis
pembandingnya. Hasil uji dan analisis statistik pengujian daya sebar salep dapat
dilihat pada lampiran 7 dan 13.
4.6.5. Uji Viskositas
Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Hasil
pengamatan uji viskositas selama penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar dapat
dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Grafik uji viskositas salep selama penyimpanan 8 minggu
Keterangan :
Formula IA, IB, IC dan ID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis hidrokarbon dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7% dan 9%
Formula IIA, IIB, IIC dan IID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis serap dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Hasil pengujian menunjukkan salep basis serap mempunyai viskositas lebih
besar dibanding salep basis hidrokarbon. Hal ini dikarenakan basis hidrokarbon
merupakan basis minyak sehingga akan lebih mudah mengalir. Marchaban (1993)
melaporkan bahwa massa salep yang semakin padat atau kental maka viskositas
0
100
200
300
400
F IA F IB F IC F ID F IIA F IIB F IIC F IID
minggu 1
minggu 2
minggu 3
minggu 4
minggu 5
minggu 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
akan semakin besar. Viskositas salep basis hidrokarbon yaitu F IA < F IB < F IC
< F ID dan basis serap yaitu F IIA < F IIB < F IIC < F IID. Semakin tinggi
konsentrasi fraksi atau semakin kental massa salep maka viskositas akan semakin
besar sehingga salep akan lebih sulit mengalir. Viskositas berhubungan erat
dengan daya menyebar salep pada kulit dan kenyamanan pada waktu pemakaian.
Semakin besar viskositas salep maka daya menyebarnya menjadi semakin kecil.
Salep yang mempunyai viskositas yang rendah akan memudahkan saat
pengambilan dari wadah dan memudahkan pemakaian karena konsistensinya
lunak. Viskositas salep juga berhubungan erat dengan daya melekatnya, karena
semakin tinggi viskositas maka kemampuan salep untuk melekat juga semakin
lama. Pada grafik dapat dilihat tidak terdapat perubahan yang nyata terhadap
sediaan salep selama penyimpanan 8 minggu. Perubahan nilai viskositas bisa
terjadi karena adanya perubahan suhu pada waktu penyimpanan. Selama
penyimpanan 8 minggu, salep basis serap mempunyai viskositas lebih stabil
dibanding dengan basis hidrokarbon.
Hasil data pengamatan kemudian dianalisis menggunakan Uji Independent
T – Test dan Kolmogorov – Smirnov. Pada hasil analisis Uji Independent T – Test
diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,324. Nilai signifikasi yang diperoleh > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe basis salep berpengaruh terhadap
viskositas salep. Tipe basis salep serap mempunyai massa yang lebih kental
sehingga akan lebih sulit mengalir dan mempunyai viskositas yang lebih besar
dari pada basis hidrokarbon dan begitu pula sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas Kolmogorov – Smirnov untuk
formula I dan II diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,187 dan 0,4. Nilai signifikasi
yang diperoleh > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi secara
normal. Dilakukan uji Anova satu jalan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh perbedaan konsentrasi fraksi terhadap viskositas salep. Berdasarkan
hasil analisis Anova untuk formula I dan II diperoleh nilai F hitung sebesar
316,201 dan 579,703. Nilai F tabel (df 4 – 35) pada tingkat signifikasi 0,05 adalah
2,65. Nilai F hitung yang diperoleh > F tabel sehingga hasil analisis menunjukkan
bahwa konsentrasi fraksi berpengaruh terhadap viskositas salep. Semakin tinggi
konsentrasi fraksi atau semakin kental massa salep maka salep akan lebih sulit
mengalir sehingga viskositasnya akan semakin besar. Dilakukan uji Post Hoc Test
untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok variabel.
Berdasarkan uji Tukey menunjukkan perbedaan yang signifikan antar formula
salep. Viskositas formula IB, IC, ID dan IIA, IIB, IIC, IID berbeda nyata dengan
basis pembandingnya. Hasil uji dan analisis statistik pengujian viskositas dapat
dilihat pada lampiran 8 dan 14.
4.6.6. Uji pH
Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari pemeriksaan sifat kimia
dalam memprediksi kestabilan sediaan salep. pH sediaan salep harus sesuai
dengan pH kulit supaya tidak terjadi iritasi pada kulit. Kestabilan pH harus stabil
selama penyimpanan agar salep aman digunakan pada kulit. Nilai pH yang aman
untuk kulit yaitu pH 5 hingga 10 dan nilai pH basis salep yang baik, yaitu pH 5,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
hingga 7 (Troy et al, 2005). Hasil pengamatan uji viskositas selama penyimpanan
8 minggu pada suhu kamar dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Grafik uji pH salep selama penyimpanan 8 minggu
Keterangan :
Formula IA, IB, IC dan ID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis hidrokarbon dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7% dan 9%
Formula IIA, IIB, IIC dan IID : Salep fraksi etil asetat daun binahong basis serap dengan
konsentrasi fraksi 3%, 5%, 7%, dan 9%
Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa nilai pH salep berkisar antara
6,2 hingga 7,1. Rentang nilai pH telah memenuhi persyaratan nilai pH yang aman
untuk kulit dan yang baik untuk basis salep. Selama penyimpanan tidak terjadi
perubahan pH yang nyata dari tiap minggu. Perubahan pH bisa terjadi karena suhu
ruangan yang tidak stabil dan lamanya penyimpanan. Selama penyimpanan 8
minggu, salep basis serap mempunyai nilai pH yang lebih stabil dibanding basis
hidrokarbon.
Hasil data pengamatan kemudian diuji Uji Independent T – Test dan
Kolmogorov – Smirnov. Pada hasil analisis Uji Independent T – Test diperoleh
nilai signifikasi sebesar 0,110. Nilai signifikasi yang diperoleh > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tipe basis salep berpengaruh terhadap pH salep.
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas Kolmogorov – Smirnov untuk
formula I dan II diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,602 dan 0,712. Nilai
5,6
5,8
6
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
F IA F IB F IC F ID F IIA F IIB F IIC F IID
minggu 1
minggu 2
minggu 3
minggu 4
minggu 5
minggu 6
minggu 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
signifikasi yang diperoleh > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi
secara normal. Dilakukan uji Anova satu jalan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh perbedaan konsentrasi fraksi terhadap viskositas salep.
Berdasarkan hasil analisis Anova untuk formula I dan II diperoleh nilai F hitung
sebesar 398,586 dan 104,664. Nilai F tabel (df 4 – 35) pada tingkat signifikasi
0,05 adalah 2,65. Nilai F hitung yang diperoleh > F tabel sehingga hasil analisis
menunjukkan bahwa konsentrasi fraksi berpengaruh terhadap pH salep. Data
selanjutnya dianalisis dengan uji Post Hoc Test untuk mengetahui lebih lanjut
perbedaan yang terjadi antar kelompok variabel. Berdasarkan uji Tukey
menunjukkan perbedaan yang signifikan antar formula salep. Nilai pH formula
IA, IB, IC, ID dan IIB, IIC, IID berbeda nyata terhadap basis pembanding. Hasil
data pengamatan dan analisis statistik pengujian pH dapat dilihat pada lampiran 9
dan 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Berdasarkan identifikasi secara kromatrografi lapis tipis menunjukkan bahwa
dalam fraksi etil asetat daun binahong mengandung senyawa flavonoid.
2) Perbedaan tipe basis salep dan konsentrasi fraksi etil asetat daun binahong
berpengaruh terhadap sifat fisik dan kestabilan salep, yang meliputi daya lekat
salep, daya sebar salep, viskositas serta pH, tetapi tidak berpengaruh terhadap
organoleptis dan homogenitas salep.
3) Sedian salep fraksi etil asetat daun binahong dengan basis serap mempunyai
sifat fisik dan kestabilan salep yang lebih stabil dibandingkan dengan basis
hidrokarbon.
5.2. Saran
1) Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara praklinis sediaan salep fraksi etil
asetat daun binahong untuk mengetahui lebih luas tentang khasiat daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
2) Perlu dilakukan studi efektifitas antibakteri sediaan salep fraksi etil asetat daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
DAFTAR PUSTAKA
Aishah, N., 2010, Formulasi Salep Minyak Atsiri Rimpang Temu Glenyeh
(Curcuma soloensis) dengan Basis Larut Air dan Basis Lemak: Sifat Fisik
dan Aktivitas Antijamur Candida albicans secara In-Vitro, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Anief, M., 1997, Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Anonim, 1974, Farmakope Indonesia , Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia , Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi ke-4, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Backer, C.A., & Van den Brink, Jr.R.C.B., 1968, Flora of Java, Volume I,
Groningen-The Netherlans: Wolters-Noordhoff N.V.
De Padua, 1999. Senyawa Kimia.
Http://www.tempo.co.id/medica/arsip/122002/art.-3. htm diakses 15
desember 2011.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Kristanti, A. N., Aminah, N. S., Tanjung, M., & Kurniadi, B., 2008, Buku Ajar
Fitokimia, Airlangga University Press, Surabaya.
Kurniawan, Januar., 2009, Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Rimpang Binahong
(Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Jamur Candida Albicans
Serta Skrining Fitokimianya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Lachman, L., Lieberman, HA., & Kaning, JL., 1986, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ke-3, Universitas Indonesia, Jakarta.
Marchaban, 1993, Efisiensi Krim Hidrokortison secara In-Vitro, Majalah Farmasi
Indonesia, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Manoi, F., 2009, Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Obat,
Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15
Nomor 1: 3.
Megawati, 2008, Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Daun Tumbuhan Seduduk
(Melastoma malabatricum) serta Pengujian Efek Sediaan Krim terhadap
Penyembuh Luka Bakar, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Mitha, M., 2010, Uji Antibakteri Ekstrak n-Heksan, Etil Asetat dan Etanol 70%
Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Pseudonas
aeroginosa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta.
Moenadjat, Y., 2003, Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis, Edisi II, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Muhlisah, F., 2004, Tanamaan Obat Keluarga, Penebar Swadaya, Jakarta.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan oleh
Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung.
Sax, N.I. & Lewis, R.J., 1987, Hawley’s Condensed Chemical Dictionar, Van
Nostrand Reinhold Company, New York.
Syukur, Hermani, 2003, Budi Daya Tanaman Obat Komersial, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Tjay & Rahardja, 2002, Obat - Obat Penting, Edisi 5, PT Elex Media, Jakarta.
Troy, D.B., et al, 2005, Remington’s the science and practice of pharmacy, Ed 21,
lippincot William and Willkins, Philadelphia.
Tshikalange, T.E., 2007, In Vitro Anti-HIV-1 Properties Of Ethnobotanically
Selected South African Plants Used In The Treatment Of Sexually
Transmitted Diseases, University Of Pretoria, Journal Of
Ethnopharmacology, 96,515-519.
Vogel, 1978, Text Book Of Practical Organic Chemistry, 4th Edition, Longman
Group Limited, London.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Voight, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Penerjemah Soendari,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Wagner, H., 1984, Plant Drug Analysis, Springer – Verlag, Berlin.
Wijayakusuma, 2000, Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, Prestasi Press,
Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Lampiran 1. Hasil Determinasi Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Lampiran 2. Perhitungan Dosis Salep Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Salep dibuat 30 gram :
Konsentrasi ekstrak 3% : 3 × 30 gram = 0,9 gram
100
Konsentrasi ekstrak 5% : 5 × 30 gram = 1,5 gram
100
Konsentrasi ekstrak 7% : 7 × 30 gram = 2,1 gram
100
Konsentrasi ekstrak 9% : 9 × 30 gram = 2,7 gram
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Rendemen (%) = Bobot ekstrak yang diperoleh × 100%
Bobot simplisia awal
= 110,47 gram × 100%
1500 gram
= 7,36 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Lampiran 4. Perhitungan nilai Rf
6,5 cm
Rf = Jarak noda bercak
Jarak pengembang
= 4,9
5,5
= 0,891
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Lampiran 5. Perhitungan Susut Pengeringan dan Hasil Daya Lekat Fraksi
a. Perhitungan Susut Pengeringan Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Bobot gelas beker kosong = 36,0124 gram
Bobot ekstrak = 1 gram +
37,0124 gram
Menit Bobot susut pengeringan (gram)
0’ 37,0124
30’ 36,8749
60’ 36,8122
90’ 36,7766
120’ 36,7592
150’ 36,7492
180’ 36,7446
210’ 36,7414
240’ 36,7410
Susut pengeringan ekstrak (%) = Bobot ekstrak susut pengeringan × 100%
Bobot ekstrak
= 0,7286 gram × 100%
1 gram
= 72,86 %
b. Hasil Uji Daya Lekat Fraksi Etil Asetat Daun Binahong
Perlakuan Waktu (detik)
I 6,03
II 6,51
III 6,14
Rata – rata 6,22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Lampiran 6. Hasil Uji Daya Lekat Salep
Basis Formula Perlakuan (detik)
1 2 3
Hidrokarbon Kontrol 1,43 1,54 2,12
I A 1,37 1,54 1,44
I B 4,45 4,57 3,53
I C 6,59 8,26 7,06
I D 12,33 11,17 10,46
Serap Kontrol 6,26 6,41 7,48
II A 8,34 8,23 7,26
II B 10,56 12,32 11,51
II C 15,27 14,40 13,51
II D 22,11 20,09 23,43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Lampiran 7. Hasil Uji Daya Sebar Salep
Basis Formula Diameter rata-rata dengan penambahan beban 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram 250 gram
Hidrokarbon Kontrol 2,5 3 3,4 3,7 3,9 4,1
F IA 2,5 3 3,3 3,5 3,8 3,9
F IA1 2,6 3 3,4 3,6 3,8 4
F IA2 2,6 3,1 3,4 3,7 3,9 4,1
F IB 2,5 2,8 3,2 3,5 3,8 3,9
F IB1 2,5 2,9 3,3 3,5 3.8 4
F IB2 2,5 2.9 3,3 3,4 3,9 4
F IC 2,4 2,7 3,1 3,3 3.7 3,9
F IC1 2,4 2,7 3 3,3 3.6 3,9
F IC2 2,3 2,6 3 3,2 3,7 3,8
F ID 2,3 2,6 2,9 3,1 3,4 3,6
F ID1 2,3 2,6 3 3,2 3,4 3,6
F ID2 2,3 2,5 2,8 3,1 3,3 3,6
Serap Kontrol 2,7 3,5 3,9 4,3 4,6 4,7
F IIA 2,8 3,3 3,6 3,9 4,1 4,4
F IIA1 2,7 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3
F IIA2 2,7 3,2 3,5 3,8 4 4,3
F IIB 2,7 3,2 3,5 3,7 3,9 4,2
F IIB1 2,6 3,1 3,4 3,6 3,8 4,1
F IIB2 2,7 3,1 3,4 3,6 3,8 4,1
F IIC 2,5 2,9 3,2 3,5 3,6 3,8
F IIC1 2,5 2,9 3,2 3,5 3,7 3,8
F IIC2 2,6 3 3,3 3,5 3,7 3,8
F IID 2,4 2,7 2,9 3,2 3,4 3,6
F IID1 2,5 2,7 3 3,2 3,5 3.6
F IID2 2,5 2,7 2,9 3,2 3,4 3,7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Lampiran 8. Hasil Uji Viskositas selama 8 Minggu
Basis Formula Nilai Viskositas (dPas) minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Hidrokarbon Kontrol 200 190 200 200 190 190 200 200
F IA 200 200 190 190 180 200 180 190
F IA1 190 200 180 180 190 190 200 190
F IA2 190 190 200 200 190 190 190 200
F IB 210 210 210 210 220 230 220 210
F IB1 220 210 210 210 230 210 210 220
F IB2 220 220 210 210 220 210 210 210
F IC 230 230 230 230 240 230 230 230
F IC1 230 230 230 240 235 220 240 240
F IC2 240 230 230 240 230 230 240 230
F ID 250 240 260 250 260 260 260 250
F ID1 260 260 260 260 240 260 250 250
F ID2 260 260 260 260 250 250 250 250
Serap Kontrol 290 280 290 290 280 280 280 280
F IIA 280 280 270 280 260 280 270 270
F IIA1 280 270 280 270 270 280 270 270
F IIA2 270 270 280 280 280 280 270 280
F IIB 300 290 300 300 300 310 290 295
F IIB1 290 290 300 290 290 290 300 300
F IIB2 290 300 290 290 290 290 300 295
F IIC 320 330 330 320 320 320 330 330
F IIC1 310 320 320 320 330 320 320 320
F IIC2 320 320 320 330 320 320 320 330
F IID 340 350 340 350 360 350 360 360
F IID1 350 350 340 340 350 350 350 350
F IID2 350 360 350 350 350 350 350 350
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Lampiran 9. Hasil Uji pH Selama 8 Minggu
Basis Formula Nilai pH Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Hidrokarbon Kontrol 7,3 7,2 7,1 7,2 7,3 7,2 7,2 7,3
F IA 7,1 7,2 7,1 7 7 7,1 7,2 7,2
F IA1 7,1 7,1 7,1 7,2 7 7,1 7,1 7,1
F IA2 7 7,1 7,1 7 7 7,1 7,1 7,1
F IB 7 6,9 6,9 6,8 6,8 7 6,9 6,9
F IB1 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,8 6,9 6,9
F IB2 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,8 7 6,9
F IC 6,8 6,7 6,7 6,7 6,8 6,8 6,7 6,7
F IC1 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7
F IC2 6,7 6,8 6,7 6,6 6,7 6,7 6,7 6,7
F ID 6,5 6,4 6,4 6,4 6,5 6,4 6,4 6,4
F ID1 6,4 6,4 6,5 6,4 6,4 6,4 6,4 6,3
F ID2 6,5 6,4 6,3 6,4 6,4 6,4 6,4 6,2
Serap Kontrol 6,8 6,8 6,6 6,8 6,7 6,7 6,8 6,8
F IIA 6,6 6,7 6,6 6,7 6,6 6,6 6,6 6,6
F IIA1 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6
F IIA2 6,7 6,7 6,6 6,7 6,6 6,6 6,7 6,7
F IIB 6,5 6,6 6,6 6,4 6,6 6,6 6,6 6,5
F IIB1 6,5 6,6 6,5 6,5 6,5 6,5 6,4 6,5
F IIB2 6,6 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
F IIC 6,5 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,5
F IIC1 6,4 6,4 6,4 6,4 6,5 6,5 6,4 6,4
F IIC2 6,5 6,4 6,5 6,4 6,4 6,4 6,4 6,5
F IID 6,3 6,3 6,3 6,3 6,2 6,2 6,3 6,3
F IID1 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,2 6,3 6,1
F IID2 6,4 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Lampiran 10. Gambar Hasil Proses Fraksinasi
Gambar 11. Maserasi Binahong Gambar 12. Hasil Maserat
Gambar 13. Rotary Evaporator Gambar 14. Fraksi etil asetat daun binahong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Lampiran 11. Gambar Alat Uji Salep
Gambar 15. Alat uji daya sebar salep Gambar 16. Alat uji daya lekat salep
Gambar 17. Alat uji viskositas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik Uji Daya Lekat Salep
a. Analisa antar basis salep
Group Statistics
Basis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Daya lekat Hidrokarbon 3 1.4500 .08544 .04933
Serap 3 7.9433 .59433 .34314
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Daya
Lekat
Equal variances
assumed
10.708 .031 -18.731 4 .000 -6.49333 .34667 -7.45583 -5.53083
Equal variances
not assumed
-18.731 2.083 .002 -6.49333 .34667 -7.92962 -5.05705
b. Formula IA, IB, IC dan ID terhadap Kontrol Basis Hidrokarbon
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Daya lekat
N 15
Normal Parametersa,,b Mean 5.1907
Std. Deviation 3.89087
Most Extreme Differences Absolute .185
Positive .185
Negative -.163
Kolmogorov-Smirnov Z .717
Asymp. Sig. (2-tailed) .684
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway Anova
Descriptives
Daya lekat
N Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max.
Lower Bound Upper Bound
Kontrol 3 1.6967 .37072 .21404 .7757 2.6176 1.43 2.12
Formula IA 3 1.4500 .08544 .04933 1.2378 1.6622 1.37 1.54
Formula IB 3 4.1833 .56898 .32850 2.7699 5.5967 3.53 4.57
Formula IC 3 7.3033 .86118 .49720 5.1640 9.4426 6.59 8.26
Formula ID 3 11.3200 .94398 .54501 8.9750 13.6650 10.46 12.33
Total 15 5.1907 3.89087 1.00462 3.0360 7.3454 1.37 12.33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
ANOVA
Daya lekat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 207.742 4 51.936 123.586 .000
Within Groups 4.202 10 .420
Total 211.945 14
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Daya lekat
Tukey HSD
(I) formula (J) formula
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IA .24667 .52930 .989 -1.4953 1.9886
Formula IB -2.48667* .52930 .006 -4.2286 -.7447
Formula IC -5.60667* .52930 .000 -7.3486 -3.8647
Formula ID -9.62333* .52930 .000 -11.3653 -7.8814
Formula IA Kontrol -.24667 .52930 .989 -1.9886 1.4953
Formula IB -2.73333* .52930 .003 -4.4753 -.9914
Formula IC -5.85333* .52930 .000 -7.5953 -4.1114
Formula ID -9.87000* .52930 .000 -11.6120 -8.1280
Formula IB Kontrol 2.48667* .52930 .006 .7447 4.2286
Formula IA 2.73333* .52930 .003 .9914 4.4753
Formula IC -3.12000* .52930 .001 -4.8620 -1.3780
Formula ID -7.13667* .52930 .000 -8.8786 -5.3947
Formula IC Kontrol 5.60667* .52930 .000 3.8647 7.3486
Formula IA 5.85333* .52930 .000 4.1114 7.5953
Formula IB 3.12000* .52930 .001 1.3780 4.8620
Formula ID -4.01667* .52930 .000 -5.7586 -2.2747
Formula ID Kontrol 9.62333* .52930 .000 7.8814 11.3653
Formula IA 9.87000* .52930 .000 8.1280 11.6120
Formula IB 7.13667* .52930 .000 5.3947 8.8786
Formula IC 4.01667* .52930 .000 2.2747 5.7586
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistika Uji Daya Lekat Salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
c. Formula IIA, IIB, IIC dan IID terhadap Kontrol Basis Serap
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Daya lekat
N 15
Normal Parametersa,,b Mean 12.4853
Std. Deviation 5.66748
Most Extreme Differences Absolute .168
Positive .168
Negative -.136
Kolmogorov-Smirnov Z .650
Asymp. Sig. (2-tailed) .793
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway Anova
Descriptives
Daya lekat
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 3 6.7167 .66531 .38412 5.0640 8.3694 6.26 7.48
Formula IIA 3 7.9767 .53687 .30996 6.6430 9.3103 7.36 8.34
Formula IIB 3 11.4633 .88093 .50860 9.2750 13.6517 10.56 12.32
Formula IIC 3 14.3933 .88002 .50808 12.2072 16.5794 13.51 15.27
Formula IID 3 21.8767 1.68218 .97121 17.6979 26.0554 20.09 23.43
Total 15 12.4853 5.66748 1.46334 9.3468 15.6239 6.26 23.43
ANOVA
Daya lekat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 439.463 4 109.866 107.478 .000
Within Groups 10.222 10 1.022
Total 449.685 14
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Daya lekat
Tukey HSD
(I) formula (J) formula
Mean
Difference (I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IIA -1.26000 .82552 .570 -3.9768 1.4568
Formula IIB -4.74667* .82552 .001 -7.4635 -2.0298
Formula IIC -7.67667* .82552 .000 -10.3935 -4.9598
Formula IID -15.16000* .82552 .000 -17.8768 -12.4432
Formula IIA Kontrol 1.26000 .82552 .570 -1.4568 3.9768
Lanjutan Analisis Statistika Uji Daya Lekat Salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Formula IIB -3.48667* .82552 .012 -6.2035 -.7698
Formula IIC -6.41667* .82552 .000 -9.1335 -3.6998
Formula IID -13.90000* .82552 .000 -16.6168 -11.1832
Formula IIB Kontrol 4.74667* .82552 .001 2.0298 7.4635
Formula IIA 3.48667* .82552 .012 .7698 6.2035
Formula IIC -2.93000* .82552 .033 -5.6468 -.2132
Formula IID -10.41333* .82552 .000 -13.1302 -7.6965
Formula IIC Kontrol 7.67667* .82552 .000 4.9598 10.3935
Formula IIA 6.41667* .82552 .000 3.6998 9.1335
Formula IIB 2.93000* .82552 .033 .2132 5.6468
Formula IID -7.48333* .82552 .000 -10.2002 -4.7665
Formula IID Kontrol 15.16000* .82552 .000 12.4432 17.8768
Formula IIA 13.90000* .82552 .000 11.1832 16.6168
Formula IIB 10.41333* .82552 .000 7.6965 13.1302
Formula IIC 7.48333* .82552 .000 4.7665 10.2002
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistika Uji Daya Lekat Salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Lampiran 13. Hasil Analisis Statistik Uji Daya Sebar Salep
a. Analisa antar basis salep
Group Statistics
Basis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Daya sebar Hidrokarbon 3 3.0333 .05774 .03333
Serap 3 3.2333 .05774 .03333
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Daya
sebar
Equal variances
assumed
.000 1.000 -4.243 4 .013 -.20000 .04714 -.33088 -.06912
Equal variances
not assumed
-4.243 4.000 .013 -.20000 .04714 -.33088 -.06912
b. Formula IA, IB, IC dan ID terhadap Kontrol Basis Hidrokarbon
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Daya sebar
N 15
Normal Parametersa,,b Mean 2.827
Std. Deviation .1944
Most Extreme Differences Absolute .214
Positive .145
Negative -.214
Kolmogorov-Smirnov Z .827
Asymp. Sig. (2-tailed) .500
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway Anova
Descriptives
Daya sebar
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 3 3.000 .0000 .0000 3.000 3.000 3.0 3.0
Formula IA 3 3.033 .0577 .0333 2.890 3.177 3.0 3.1
Formula IB 3 2.867 .0577 .0333 2.723 3.010 2.8 2.9
Formula IC 3 2.667 .0577 .0333 2.523 2.810 2.6 2.7
Formula ID 3 2.567 .0577 .0333 2.423 2.710 2.5 2.6
Total 15 2.827 .1944 .0502 2.719 2.934 2.5 3.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
ANOVA
Daya sebar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .503 4 .126 47.125 .000
Within Groups .027 10 .003
Total .529 14
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Daya sebar
Tukey HSD
(I) Formula (J) Formula
Mean
Difference (I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IA -.0333 .0422 .928 -.172 .105
Formula IB .1333 .0422 .061 -.005 .272
Formula IC .3333* .0422 .000 .195 .472
Formula ID .4333* .0422 .000 .295 .572
Formula IA Kontrol .0333 .0422 .928 -.105 .172
Formula IB .1667* .0422 .018 .028 .305
Formula IC .3667* .0422 .000 .228 .505
Formula ID .4667* .0422 .000 .328 .605
Formula IB Kontrol -.1333 .0422 .061 -.272 .005
Formula IA -.1667* .0422 .018 -.305 -.028
Formula IC .2000* .0422 .005 .061 .339
Formula ID .3000* .0422 .000 .161 .439
Formula IC Kontrol -.3333* .0422 .000 -.472 -.195
Formula IA -.3667* .0422 .000 -.505 -.228
Formula IB -.2000* .0422 .005 -.339 -.061
Formula ID .1000 .0422 .200 -.039 .239
Formula ID Kontrol -.4333* .0422 .000 -.572 -.295
Formula IA -.4667* .0422 .000 -.605 -.328
Formula IB -.3000* .0422 .000 -.439 -.161
Formula IC -.1000 .0422 .200 -.239 .039
The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistika Uji Daya Sebar Salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c. Formula IIA, IIB, IIC dan IID terhadap Kontrol Basis Serap
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Daya.sebar
N 15
Normal Parametersa,,b Mean 3.100
Std. Deviation .2828
Most Extreme Differences Absolute .121
Positive .121
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z .470
Asymp. Sig. (2-tailed) .980
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway Anova Descriptives
Daya.sebar
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 3 3.500 .0000 .0000 3.500 3.500 3.5 3.5
Formula IIA 3 3.233 .0577 .0333 3.090 3.377 3.2 3.3
Formula IIB 3 3.133 .0577 .0333 2.990 3.277 3.1 3.2
Formula IIC 3 2.933 .0577 .0333 2.790 3.077 2.9 3.0
Formula IID 3 2.700 .0000 .0000 2.700 2.700 2.7 2.7
Total 15 3.100 .2828 .0730 2.943 3.257 2.7 3.5
ANOVA
Daya sebar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.100 4 .275 137.500 .000
Within Groups .020 10 .002
Total 1.120 14
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Daya.sebar
Tukey HSD
(I) Formula (J) Formula
Mean
Difference (I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IIA .2667* .0365 .000 .146 .387
Formula IIB .3667* .0365 .000 .246 .487
Formula IIC .5667* .0365 .000 .446 .687
Formula IID .8000* .0365 .000 .680 .920
Formula IIA Kontrol -.2667* .0365 .000 -.387 -.146
Formula IIB .1000 .0365 .117 -.020 .220
Lanjutan Analisis Statistika Uji Daya Sebar Salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Formula IIC .3000* .0365 .000 .180 .420
Formula IID .5333* .0365 .000 .413 .654
Formula IIB Kontrol -.3667* .0365 .000 -.487 -.246
Formula IIA -.1000 .0365 .117 -.220 .020
Formula IIC .2000* .0365 .002 .080 .320
Formula IID .4333* .0365 .000 .313 .554
Formula IIC Kontrol -.5667* .0365 .000 -.687 -.446
Formula IIA -.3000* .0365 .000 -.420 -.180
Formula IIB -.2000* .0365 .002 -.320 -.080
Formula IID .2333* .0365 .001 .113 .354
Formula IID Kontrol -.8000* .0365 .000 -.920 -.680
Formula IIA -.5333* .0365 .000 -.654 -.413
Formula IIB -.4333* .0365 .000 -.554 -.313
Formula IIC -.2333* .0365 .001 -.354 -.113
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistika Uji Daya Sebar Salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Lampiran 14. Uji Analisis Statistik Uji Viskositas
a. Analisa antar basis salep
Group Statistics
Basis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Viskositas Hidrokarbon 8 191.6375 3.07847 1.08840
Serap 8 274.1750 3.82128 1.35102
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Viskositas Equal variances
assumed
1.045 .324 -47.575 14 .000 -82.53750 1.73490 -86.25850 -78.81650
Equal variances
not assumed
-47.575 13.393 .000 -82.53750 1.73490 -86.27437 -78.80063
b. Formula IA, IB, IC dan ID terhadap Kontrol Basis Hidrokarbon
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Viskositas
N 40
Normal Parametersa,,b Mean 217.803
Std. Deviation 23.8650
Most Extreme Differences Absolute .172
Positive .172
Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z 1.089
Asymp. Sig. (2-tailed) .187
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway Anova
Descriptives
Viskositas
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 8 196.250 5.1755 1.8298 191.923 200.577 190.0 200.0
Formula IA 8 191.638 3.0785 1.0884 189.064 194.211 186.6 196.6
Formula IB 8 214.325 4.3578 1.5407 210.682 217.968 210.0 223.3
Formula IC 8 232.675 3.8769 1.3707 229.434 235.916 226.6 238.3
Formula ID 8 254.125 3.8935 1.3766 250.870 257.380 248.3 260.0
Total 40 217.802 23.8650 3.7734 210.170 225.435 186.6 260.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ANOVA
Viskositas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 21613.806 4 5403.451 316.201 .000
Within Groups 598.104 35 17.089
Total 22211.910 39
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Viskositas
Tukey HSD
(I) Formula (J) Formula
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IA 4.6125 2.0669 .192 -1.330 10.555
Formula IB -18.0750* 2.0669 .000 -24.018 -12.132
Formula IC -36.4250* 2.0669 .000 -42.368 -30.482
Formula IC -57.8750* 2.0669 .000 -63.818 -51.932
Formula IA Kontrol -4.6125 2.0669 .192 -10.555 1.330
Formula IB -22.6875* 2.0669 .000 -28.630 -16.745
Formula IC -41.0375* 2.0669 .000 -46.980 -35.095
Formula ID -62.4875* 2.0669 .000 -68.430 -56.545
Formula IB Kontrol 18.0750* 2.0669 .000 12.132 24.018
Formula IA 22.6875* 2.0669 .000 16.745 28.630
Formula IC -18.3500* 2.0669 .000 -24.293 -12.407
Formula ID -39.8000* 2.0669 .000 -45.743 -33.857
Formula IC Kontrol 36.4250* 2.0669 .000 30.482 42.368
Formula IA 41.0375* 2.0669 .000 35.095 46.980
Formula IB 18.3500* 2.0669 .000 12.407 24.293
Formula ID -21.4500* 2.0669 .000 -27.393 -15.507
Formula ID Kontrol 57.8750* 2.0669 .000 51.932 63.818
Formula IA 62.4875* 2.0669 .000 56.545 68.430
Formula IB 39.8000* 2.0669 .000 33.857 45.743
Formula IC 21.4500* 2.0669 .000 15.507 27.393
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistik Uji Viskositas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c. Formula IIA, IIB, IIC dan IID terhadap Kontrol Basis Serap
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Viskositas
N 40
Normal Parametersa,,b Mean 305.220
Std. Deviation 27.9434
Most Extreme Differences Absolute .221
Positive .221
Negative -.114
Kolmogorov-Smirnov Z 1.399
Asymp. Sig. (2-tailed) .040
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway Anova
Descriptives
Viskositas
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 8 283.750 5.1755 1.8298 279.423 288.077 280.0 290.0
Formula IIA 8 275.175 3.3852 1.1968 272.345 278.005 270.0 280.0
Formula IIB 8 295.162 1.6344 .5778 293.796 296.529 293.3 296.6
Formula IIC 8 322.050 2.6474 .9360 319.837 324.263 316.6 325.0
Formula IID 8 349.963 4.0942 1.4475 346.540 353.385 343.3 355.0
Total 40 305.220 27.9434 4.4182 296.283 314.157 270.0 355.0
ANOVA
Viskositas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 29999.652 4 7499.913 579.703 .000
Within Groups 452.812 35 12.937
Total 30452.464 39
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Viskositas
Tukey HSD
(I) Formula (J) Formula
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IIA 8.5750* 1.7984 .000 3.404 13.746
Formula IIB -11.4125* 1.7984 .000 -16.583 -6.242
Formula IIC -38.3000* 1.7984 .000 -43.471 -33.129
Formula IID -66.2125* 1.7984 .000 -71.383 -61.042
Lanjutan Analisis Statistika Uji Viskositas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Formula IIA Kontrol -8.5750* 1.7984 .000 -13.746 -3.404
Formula IIB -19.9875* 1.7984 .000 -25.158 -14.817
Formula IIC -46.8750* 1.7984 .000 -52.046 -41.704
Formula IID -74.7875* 1.7984 .000 -79.958 -69.617
Formula IIB Kontrol 11.4125* 1.7984 .000 6.242 16.583
Formula IIA 19.9875* 1.7984 .000 14.817 25.158
Formula IIC -26.8875* 1.7984 .000 -32.058 -21.717
Formula IID -54.8000* 1.7984 .000 -59.971 -49.629
Formula IIC Kontrol 38.3000* 1.7984 .000 33.129 43.471
Formula IIA 46.8750* 1.7984 .000 41.704 52.046
Formula IIB 26.8875* 1.7984 .000 21.717 32.058
Formula IID -27.9125* 1.7984 .000 -33.083 -22.742
Formula IID Kontrol 66.2125* 1.7984 .000 61.042 71.383
Formula IIA 74.7875* 1.7984 .000 69.617 79.958
Formula IIB 54.8000* 1.7984 .000 49.629 59.971
Formula IIC 27.9125* 1.7984 .000 22.742 33.083
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistik Uji Viskositas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Lampiran 15. Hasil Analisis Statistik Uji pH
a. Analisa antar basis salep
Group Statistics
Basis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pH Hidrokarbon 8 7.0888 .04612 .01630
Serap 8 6.6263 .02504 .00885
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
pH Equal variances
assumed
2.910 .110 24.929 14 .000 .46250 .01855 .42271 .50229
Equal variances
not assumed
24.929 10.796 .000 .46250 .01855 .42157 .50343
b. Formula IA, IB, IC dan ID terhadap kontrol hidrokarbon
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai pH
N 40
Normal Parametersa,,b Mean 6.8632
Std. Deviation .29723
Most Extreme Differences Absolute .121
Positive .113
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z .765
Asymp. Sig. (2-tailed) .602
a.Test distribution is Normal.
b.Calculated from data.
Oneway Anova Descriptives
Nilai pH
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 8 7.2250 .07071 .02500 7.1659 7.2841 7.10 7.30
Formula IA 8 7.0888 .04612 .01630 7.0502 7.1273 7.00 7.13
Formula IB 8 6.8925 .02964 .01048 6.8677 6.9173 6.86 6.93
Formula IC 8 6.7113 .02232 .00789 6.6926 6.7299 6.67 6.73
Formula ID 8 6.3987 .04549 .01608 6.3607 6.4368 6.30 6.46
Total 40 6.8633 .29723 .04700 6.7682 6.9583 6.30 7.30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
ANOVA
Nilai pH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.371 4 .843 398.586 .000
Within Groups .074 35 .002
Total 3.445 39
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
Nilai pH
Tukey HSD
(I) Formula (J) Formula
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IA .13625* .02299 .000 .0701 .2024
Formula IB .33250* .02299 .000 .2664 .3986
Formula IC .51375* .02299 .000 .4476 .5799
Formula ID .82625* .02299 .000 .7601 .8924
Formula IA Kontrol -.13625* .02299 .000 -.2024 -.0701
Formula IB .19625* .02299 .000 .1301 .2624
Formula IC .37750* .02299 .000 .3114 .4436
Formula ID .69000* .02299 .000 .6239 .7561
Formula IB Kontrol -.33250* .02299 .000 -.3986 -.2664
Formula IA -.19625* .02299 .000 -.2624 -.1301
Formula IC .18125* .02299 .000 .1151 .2474
Formula ID .49375* .02299 .000 .4276 .5599
Formula IC Kontrol -.51375* .02299 .000 -.5799 -.4476
Formula IA -.37750* .02299 .000 -.4436 -.3114
Formula IB -.18125* .02299 .000 -.2474 -.1151
Formula ID .31250* .02299 .000 .2464 .3786
Formula ID Kontrol -.82625* .02299 .000 -.8924 -.7601
Formula IA -.69000* .02299 .000 -.7561 -.6239
Formula IB -.49375* .02299 .000 -.5599 -.4276
Formula IC -.31250* .02299 .000 -.3786 -.2464
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistik Uji pH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
c. Formula IIA, IIB, IIC dan IID terhadap kontrol basis serap
Npar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai pH
N 40
Normal Parametersa,,b Mean 6.5080
Std. Deviation .18228
Most Extreme Differences Absolute .111
Positive .111
Negative -.073
Kolmogorov-Smirnov Z .699
Asymp. Sig. (2-tailed) .712
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway Anova
Descriptives
Nilai pH
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Min. Max. Lower Bound Upper Bound
Kontrol 8 6.7500 .07559 .02673 6.6868 6.8132 6.60 6.80
Formula IIA 8 6.6313 .05055 .01787 6.5890 6.6735 6.56 6.70
Formula IIB 8 6.5125 .03615 .01278 6.4823 6.5427 6.46 6.56
Formula IIC 8 6.3837 .05290 .01870 6.3395 6.4280 6.33 6.46
Formula IID 8 6.2625 .04367 .01544 6.2260 6.2990 6.23 6.33
Total 40 6.5080 .18228 .02882 6.4497 6.5663 6.23 6.80
ANOVA
Nilai pH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.196 4 .299 104.664 .000
Within Groups .100 35 .003
Total 1.296 39
Post Hoc Test Multiple Comparisons
Nilai pH
Tukey HSD
(I) Formula (J) Formula
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Formula IIA .11875* .02672 .001 .0419 .1956
Formula IIB .23750* .02672 .000 .1607 .3143
Formula IIC .36625* .02672 .000 .2894 .4431
Formula IID .48750* .02672 .000 .4107 .5643
Lanjutan Analisis Statistik Uji pH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Formula IIA Kontrol -.11875* .02672 .001 -.1956 -.0419
Formula IIB .11875* .02672 .001 .0419 .1956
Formula IIC .24750* .02672 .000 .1707 .3243
Formula IID .36875* .02672 .000 .2919 .4456
Formula IIB Kontrol -.23750* .02672 .000 -.3143 -.1607
Formula IIA -.11875* .02672 .001 -.1956 -.0419
Formula IIC .12875* .02672 .000 .0519 .2056
Formula IID .25000* .02672 .000 .1732 .3268
Formula IIC Kontrol -.36625* .02672 .000 -.4431 -.2894
Formula IIA -.24750* .02672 .000 -.3243 -.1707
Formula IIB -.12875* .02672 .000 -.2056 -.0519
Formula IID .12125* .02672 .001 .0444 .1981
Formula IID Kontrol -.48750* .02672 .000 -.5643 -.4107
Formula IIA -.36875* .02672 .000 -.4456 -.2919
Formula IIB -.25000* .02672 .000 -.3268 -.1732
Formula IIC -.12125* .02672 .001 -.1981 -.0444
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : Adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.
Lanjutan Analisis Statistik Uji pH