25
A. Makna Bahasa Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Esa, yang dengannnya manusia dapat mengenal dan memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6 – 2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atu tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut : a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti : “bapak makan.” b. Usia 2.6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti : “Bapak tidak makan.” c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat : 1) Kritikan : “Ini tidak boleh, ini tidak baik.” Psikologi Perkembangan Bahasa | 1

Psikologi Perkembangan Bahasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikologi Perkembangan Bahasa.docx

Citation preview

Page 1: Psikologi Perkembangan Bahasa

A. Makna Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam

pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan

dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian,

seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.

Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa

merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Esa, yang dengannnya manusia dapat mengenal

dan memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan

dirinya sebagai mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.

Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan

pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk

pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.

Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6 – 2,0 tahun, yaitu pada saat anak

dapat menyusun kalimat dua atu tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut :

a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti : “bapak makan.”

b. Usia 2.6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti :

“Bapak tidak makan.”

c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat :

1) Kritikan : “Ini tidak boleh, ini tidak baik.”

2) Keragu – raguan : “ barangkali, mungkin, bisa jadi. Ini terjadi apabila anak

sudah menyadari akan kemungkinan kekhilafannya.

3) Menarik kesimpulan analogi, seperti : anak melihat ayahya tidur karena sakit,

pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibu tidur

karena sakit.

B. Pengertian Perkembangan Bahasa

Seorang psikologi perkembangan dari Illinois State University bernama Laura E. Berk

(1989) setelah mempelajari dan meneliti berbagai aspek perkembangan individu, sampailah

dia pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas

manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun

pada umumnya berkembangan pada individu dengan kecepatan luar biasa pada pada awal

masa kanak-kanak. 

Anak datang dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuaian dengan fonem

yang berbeda dalam semua bahasa. Apa yang berbeda selama tahun pertama kehidupan

adalah bayi mempelajari fonem mana yang relevan dengan bahasanya, dan kehilangan

Psikologi Perkembangan Bahasa | 1

Page 2: Psikologi Perkembangan Bahasa

kemampuan untuk membedakan bunyi-buyi yang bersesuaian dengan fonem yang sama

dalam bahasanya. Fakta luar biasa tersebut ditentukan oleh eksperimen dimana bayi

dipresentasikan pasangan bunyi secara berututan sementara mereka mengisap dot. 

Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum

perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya, meskipun kadang-

kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat perkembangan motoriknya daripada

perkembangan bahasanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka para ahli psikologi

perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam

menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu

tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbandingan antara umur

kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa

individu yang bersangkutan. 

C. Tahapan Perkembangan Bahasa

Ada aspek lingustik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang

memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut kaum empiris yang

dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan berbahasa

merupakan hasil belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Penguasaan bahasa

merupakan hasil dari perkembangannya. Menurut para penganut aliran behavioristik,

penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses pengkondisian klasik

(classical conditioning), pengondisian operan (operan conditioning), dan belajar sosial (sosial

learning).

Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk

(1989) dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:

1. Fonologi (phonology)

2. Semantik (semantic)

3. Tata bahasa (grammar), dan

4. Pragmatic (pragmatics)

Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi

bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita

mengerti boleh jadi kita akan kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana

terdengar begitu cepat dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang

lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin

mengalami hambatan karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya.

Psikologi Perkembangan Bahasa | 2

Page 3: Psikologi Perkembangan Bahasa

Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi

merupakan sejarah perkembangan fonologi.

Semantik berkenaan dengan cara yang mendasari suatu konsep untuk diekspresikan

dalam kata-kata atau kombinasi kata. Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak

memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang

perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana

kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang

dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian

menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.

Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata dan memodifikasikan cara-cara

yang bermakna. Pengetahuan grammar meliputi dua aspek utama.

1. sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun

ke dalam kalimat yang dipahami.

2. morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang mliputi jumlah, tenses,

kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain

dalam bahasa.

Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan

bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di

dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan

topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan

bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang

disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di

dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam

suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, seseorang

harus memahami dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima

oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan selamat tinggal serta cara

mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi

berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu

masyarakat tertentu. 

Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan

kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama

Psikologi Perkembangan Bahasa | 3

Page 4: Psikologi Perkembangan Bahasa

Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi

menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap

jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan

segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian

bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut

mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-

konsonan yang amat rumit. 

Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih

kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi

fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi

ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau

mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin

dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya

jangan digolongkan sebagai performansi linguistic. 

2. Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua

Tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap

maraban kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan.

Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat

seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan

yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang dari output para bayi,

dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata

yang sering diulang berkali-kali.

Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun pertama kehidupan)

muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata

orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini,

tetapi akan dianggap sebagai kata pertama itu. Misalnya seorang bayi (bayi keluarga Cairns)

mengatakan [X] dan menunjuk kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil,

bahkan kepada tombol (lampu) di dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan

karena berbunyi lebih menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena

jelas bunyi tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya; lampu), dan itulah

sebenarnya apa yang disebut ujaran dan bahasa itu.

3. Tahap Holofrastik (Tahap Linguistic Pertama)

Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang

diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek

Psikologi Perkembangan Bahasa | 4

Page 5: Psikologi Perkembangan Bahasa

intelektual maupun emosional sebagai sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap

sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut

naik mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”. 

Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-

anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya

itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga

berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-

anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan

itu.

4. Ucapan - Ucapan Dua Kata

Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase

dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan holofrase-holofrase

“kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar,

lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu

telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah

itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang

nenek’, ‘saya mandi’, dan sebagainya.

Selama periode dua kata ini anak-anak tidak menggunakan infleksi. Verba-verba yang

mereka pakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka

tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat berbeda-beda,

namun pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan

konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa dan mama

pergi), ‘nenek Bandung’ (nenek ke Bandung). 

Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan

kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut

dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat.

5. Pengembangan Tata Bahasa

Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai

bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata

jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur

meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak. 

Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-

kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis

oleh orang dewasa.

Psikologi Perkembangan Bahasa | 5

Page 6: Psikologi Perkembangan Bahasa

6. Tata Bahasa Menjelang Dewasa (Tahap Pengembangan Tata Bahasa Lengkap)

Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih

kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan

komplementasi, relativasi, dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada

periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan

fonologis dalam bahasa terkait. 

Liber (1973) melaporkan perkembangan kalimat-kalimat kompleks pada tiga orang

anak yang berusia dua dan tiga tahun. Konstruksi-konstruksi komplek pertama yang

melibatkan komplemen-komplemen yang berfungsi sebagai NP obyek, seperti ‘saya melihat

kamu duduk’, tetapi tidak ada suatu contoh tunggal suatu komplemen yang bertindak sebagai

NP subyek sebelum usia tiga tahun. Kedua, tetapi tidak begitu sering, Limber mengamati

anak kalimat yang mengubah nomina-nomina obyek, seperti ‘saya memperlihatkan (kepada)

kamu bola yang saya peroleh’. Akan tetapi, beliau tidak pernah mengamati suatu anak

kalimat yag mengikuti NP subyek. Maka adalah wajar untuk berspekulasi bahwa tiada

komplementasi juga tidak ada relativasi mengikuti NP subyek itu pada kalimat-kalimat

kompleks permulaan anak-anak sebab untuk menghasilkannya akan merombak

kesinambungan kalimat utama, meletakkan kalimat utama, meletakkan beban yang lebih

berat pada IJP (ingatan jangka pendek) serta membuat perencanaan ucapan yang lebih

lengkap. 

7. Kompetensi Lengkap

Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa

mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan

dan performansi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa

secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi. 

D. Tipe Perkembangan Bahasa

Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:

1. Egocentrik Speech, yaitu anak berbicara kapada dirinya sendiri (monolog).

2. Socialized Speech, yaitu anak berbicara dengan temannya atau dengan

lingkungannya. Perkembangan ini dibagi menjadi 5 bentuk:

a. Adapted information

b. Critism

c. Command (perintah)

d. Request (permintaan) dan threat (ancaman)

e. Questions (pertanyaan)

Psikologi Perkembangan Bahasa | 6

Page 7: Psikologi Perkembangan Bahasa

f. Answer (jawaban)

Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

berpikir anak berusia 2-3 tahun. Sementara yang “socialized speech” mengembangkan

kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment).

E. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir

Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang

menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran. Hubungan bahasa

dengan pikiran, yaitu dalam  penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi

kode dan mengubah  kode menjadi  pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses

pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.

Pada umumnya suatu pemikiran yang kompleks dinyatakan dalam kalimat yang kompleks

pula. Hal ini, dapat diartikan pula apabila dalam mengungkapkan sebuah kalimat, dibutuhkan

pemikiran yang kompleks. Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks muncul,

karena dalam kalimat tersebut terdapat proposisi yang jumlahnya sangat banyak.

Dalam penerapan proposisi-proposisi tersebut dapat bertindak sebagai anak kalimat

yang menjadi pelengkap untuk kalimat induk, selain itu, kalimat itu dapat diperpanjang

selama setiap akhir dari kalimat tersebut adalah nomina. Manusia yang berpikir itu

merupakan kesatuan dan keseluruhan, maka bahasanya pun merupakan kesatuan dan

keseluruhan. Bahasa merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis. Seringkali perkembangan

bahasa tidak selaras dengan perkembangan masyarakat yang mempunyainya, sehingga

kerapkali ada kepincangan antara manusia dengan bahasanya.

Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual.

Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam

diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan

seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis

maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya

memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind Mapping yang dibuat oleh

siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan

perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh

siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan

peta pikiran.

F. Karakteriktis Perkembangan Bahasa Remaja

Karakteristik perkembangan bahasa remaja didukung oleh perkembangan kognitif

yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan

Psikologi Perkembangan Bahasa | 7

Page 8: Psikologi Perkembangan Bahasa

perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mrngaplikasikan prinsip-prinsip berpikir

formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan

kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komperhensif, membandingkan secara

kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan

terminologi konkret dalam mengomunikasikannya.

Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati diri, ada

tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari tahap-tahap sebelum atau

sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum seperti munculnya istilah-

istilah khusus di kalangan remaja. Karakteristik psikologis khas remaja seringkali mendorong

remaja membangun dan memiliki bahasa relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan

remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang orang di luar kalangan remaja kesulitan

memahaminya. Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar

bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul.

Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan

diuluat remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan

menerbitkankan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”.

Dalam kamus itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang jika

kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Kalangan remaja justru sangat

akrab dan sangat memahami bahasa gaul serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan

sesama remaja menggunakan bahasa gaul. 

G. Tugas – Tugas Perkembangan Bahasa

Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas

pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas

yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas – tugas yang lainnya. Keempat tugas

itu adalah :

1. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi

memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata – kata yang diucapkannnya,

tetapi dengan memahami kegiatan/ gerakan atau gesture nya (bahasa tubuhnya).

2. Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata – kata anak berkembang

dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo

yang cepat pada usia pra sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

3. Penyusunan Kata – kata Menjadi Kalimat. Kemampuan menyusun kata – kata

menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk

Psikologi Perkembangan Bahasa | 8

Page 9: Psikologi Perkembangan Bahasa

kaliamat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai :

“gesture” untuk melengkapi cara berpikirnta. Contohnya, anak menyebut “bola”

sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti”tolong

ambilkan bola untuk saya”. Seiring denagn meningkatnya usia anak dan keluasaan

pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.

Menurut Davis, garrison & McCarthy (E. Hurlock, 1956) anak yang cerdas, anak

wanita dan anaka yang bersal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang

diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang

kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.

4. Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata – kata merupakan hasil belajar melalui

imitasi (peniruan) terhadap suara – suara yang didengar anak dari orang lain

(terutama orang tuanya). Pada usia bayi antara 11 – 18 bulan, pada umumnya

mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata – kata secara jelas, sehingga

sering tidak mengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia

sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan

bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf – huruf tertentu.

Huruf yang mudah diucapakan yaitu huruf hidup (vokal) : i, a, e, dan u dan huruf

mati (konsonan) : t, , b, m, dan n. Sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati

tunggal : z, w, s, dan g, dan huruf mati rangkap (diftong) : st, str, sk, dan dr.

H. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa

seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang

tuanya. Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan

cepat, perkembangan bahasa anak pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika

kemampuan bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik, perkembangan bahasa anak pun

ikut lambat dan kurang baik.

Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya,

yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan

sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi,

menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan

bahasa seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang

baikdan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif

dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat, kemampuan perkembangan bahasa anak

menjadi baik dan cepat.

Psikologi Perkembangan Bahasa | 9

Page 10: Psikologi Perkembangan Bahasa

Adapun aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi

mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh

lingkungan. Menurut aliran ini perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan

konvergensi atau perpaduan dari kedua faktor tersebut. Faktor bawaan yang kuat

pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan

berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif seseorang.

Sedangkan faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa

seseorang yaitu besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungannya. Individu yang

sehari-harinya banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan bahasanya

cenderung memliki kesempatan lebih banyak dalam dan lebih bagus untuk mengembangkan

bahasanya. Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin

kemampuan bahasanya cenderung memberikan kesempatan yang terbatas terhadap

perkembangan bahasa individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan

bahasa, yaitu:

1. .Kognisi

Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya

perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat

korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang. 

2. Pola komunikasi dalam keluarga

Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif

demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya dibanding yang

menerapkan komunikasi dan interaksi sebaliknya.

3. Jumlah anak atau jumlah keluarga

Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga,

perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi

dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain

keluarga inti.

4. Posisi urutan kelahiran

Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat

ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah

komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.

5. Kedwibahasaan (Bilingualisme)

Psikologi Perkembangan Bahasa | 10

Page 11: Psikologi Perkembangan Bahasa

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau

lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan

satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.  Misalnya, di

dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa

Indonesia. 

Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf

mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan,

intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga. Penjabarannya

yaitu :

1. Faktor Kesehatan, untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orang

tua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah

dengan cara memberikan ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh

anak atau secara reguler memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas.

2. Intelegensi. Intelegensi normal atau diatas normal, jika perkembangan bahasanya cepat.

Hurlock mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami kelambatan

mental, yaitu bahwa sepertiga di antara mereka yang dapat berbicara secara normal dan

anak yang berada pada tingkat intelektual yang paling rendah, mereka sangat miskin

dalam berbahasanya.

3. Status Sosial Ekonomi Keluarga. Menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga

miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan

anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin

disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin

diduga kurang memperhatikan perkembangan anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer dan

Reindorf dalam E. Hurlock, 1956).

4. Jenis Kelamin (Sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam

vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita

menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.

5. Hubungan Keluarga. Hubungan ini dimaknai sebagai prose pengalaman berinteraksi

dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orangtua yang

mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kapada anak. Hubungan yang

sehat yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari

orang tuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang

tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesuliatan atau kelambatan dalam

perkembangan bahasanya.contoh hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap

Psikologi Perkembangan Bahasa | 11

Page 12: Psikologi Perkembangan Bahasa

orangtua yang keras/kasar, kurang kasih sayang, atau kurang perhatian untuk

memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik kepada anak, maka

perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan, seperti:

gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk

mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.

I. Perbedaan individual Dalam Perkembangan Bahasa

Dalam perjalanan sejarah penelitian perkembangan penguasaan bahasa oleh individu

ada yang menganut pandangan universal atau kesamaan (universal of similarity) dan ada

yang menganut pandangan perbedaan individual (individual differences), teori universalitas

dari Noam Chomsky.

Pada umumnya para ahli psikologi menganut pandangan universal atau kesamaan,

pandangan ini berkeyakinan bahwa individu dalam perkembangan penguasaan bahasa secara

kuat terutama dipengaruhi oleh kematangan genetikal. Artinya, mereka berkeyakinan bahwa

kematangan secara genetikal akan sangat menentukan kompetensi berbahasa seseorang

(Golfield dan Snow, 1985; Wells, 1986). Dengan teori Language Acquisition Device, Noam

Chomsky berkeyakinan bahwa faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa memungkinkan

anak mampu mengkombinasikan kata-kata ke dalam ucapan-ucapan yang memiliki

konsistensi gramatikal serta mampu memahami pembicaraan orang lain pada usia dini (Berk,

1989).

Parpenult mengemukakan pandangan barunya sebagai kritik terhadap paham

universal, bahwa paham universal akan cenderung dapat diatributkan kepada pengalaman

pengalaman secara umum pada semua anak sebagaimana mereka mengatributkannya kepada

faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa yang kemudian dikenal dengan Innate

Language Acquisition Device (ILAD). Paham genetik atau universal menyebabkan kesulitan

atau bahkan tidak mungkin mengidentifikasi kejadian-kejadian penting dalam berbahasa.

Oleh karena itu, dalam perkembangan selanjutnya para peneliti tidak hanya ingin

mendeskripsikan perkembangan bahasa saja melainkan berusaha memahami faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap bagaimana bahasa tersebut diperoleh (Hardy-Brown, 1983).

Pentingnya perbedaan individual dalam perkembangan bahasa tidak hanya pada banyaknya

penguasaan kosakata melainkan juga dalam arah, bentuk, atau pola perkembangan bahasa.

Nelson adalah orang pertama yang mengidentifikasi pentingnya perbedaan individu

dalam bentuk perkembangan bahasa sehingga hasil penelitiannya didokumentasikan dan

disebarluaskan pada penelitian-penelitian selanjutnya (Bretherton et al., 1982). Menurut hasil

penelitian Nelson, misalnya saja anak umur 1-2,5 tahun umumnya menguasai sekitar 50 kata,

Psikologi Perkembangan Bahasa | 12

Page 13: Psikologi Perkembangan Bahasa

namun sesungguhnya pada anak-anak itu terjadi perbedaan kata-kata dan frasa yang mereka

hasilkan. Sebagian besar dari mereka belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan

istilah “gaya referensial” (referential style) (Berk, 1989). Kosakata awal yang mereka kuasai

sebagian besar adalah kata benda serta sebagian kecil kata kerja dan kata sifat. Sementara itu,

ada sebagian kecil dari mereka yang belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan istilah

“gaya ekspresif ” (expressive style) (Berk, 1989). Anak-anak ini lebih banyak menggunakan

kata ganti kata benda (pronouns) dan kondisi-kondisi sosial (seperti: “hentikan itu”, “saya

mau itu”, “apa yang kamu inginkan”, dan sejenisnya). Hanya sebagian kecil kata benda, kata

kerja, dan kata sifat yang mereka gunakan.

Lebih lanjut Nelson (Bretherton et al., 1982) mengatakan bahwa ada dua tipe

perkembangan anak dalam penguasaan bahasa.

1. Anak yang bertipe referensial cenderung berpandangan bahwa sebagian besar

bahasa digunakan untuk membicarakan benda-benda.

2. Anak yang bertipe ekspresif cenderung berpandangan bahwa sebagian besar bahasa

digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain sekaligus untuk

mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan kondisi sosial lainnya.

Gaya anak dalam mempelajari bahasa, baik tipe referensial atau ekspresif, berkaitan

dengan aspek-aspek lain dari perkembangan bahasanya dan dapat dijelaskan berikut ini.

1. Anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung menggunakan kata ganti kata benda

(pronouns) dalam membuat kalimat, sedangkan anak-anak yang bertipe referensial

cenderung menunjukkan kemampuan mengartikulasikan kalimat dengan jelas dan

penguasaan kosakatanya cenderung lebih cepat.

2. Anak-anak yang bertipe referensial cenderung mengatakan benda-benda dalam bentuk

kalimat dengan menggunakan label-label. Anak-anak yang bertipe ekspresif

cenderung mampu mengatakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan frasa-

frasa sosial.

J. Upaya Pengembangan Bahasa dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui

berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill)

dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan

penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi

dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga

orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat

terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga

Psikologi Perkembangan Bahasa | 13

Page 14: Psikologi Perkembangan Bahasa

tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang

anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.

Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan

merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan

komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta

kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan

seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan

lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat

mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang

sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

Implementasi Pengembangan Bahasa

Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang

dikemukakan para ahli. Berbagai pendapat tersebut tentu saja tidak semuanya sama, namun

perlu dipelajari agar pendidik dapat memahami apa saja yang mendasari dalam penerapan

pengembangan bahasa pada anak usia dini. Pemahaman akan berbagai teori dalam

pengembangan bahasa dapat mempengaruhi dalam menerapkan metoda yang tepat bagi

implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu sendiri sehingga diharapkan pendidik

mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak.

Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran

bahasa adalah:

1) Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi

oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan

merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus

yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi

pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif jika diperkuat

cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan secara berkala dan

disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku anak.

Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan

jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang

sederhana sampai pada yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak

akan memberikan respon pada setiap pembelajaran dan dapat segera memberikan

balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang

baik dengan pujian atau hadiah.

Psikologi Perkembangan Bahasa | 14

Page 15: Psikologi Perkembangan Bahasa

2) Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri

anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkan kemampuan

berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun

pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak

akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia

dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena

anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language

Acquisition Devise/LAD). Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana

anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar

bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua

(second language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari

bahasa.

3) Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa

perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga

pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan

kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan

mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran

bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan

sementara anak melakukan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi.

Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi

pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan

kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa

yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang

interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan

bahasa yang berkualitas.

Psikologi Perkembangan Bahasa | 15