24
BAB 6 GENDER Oleh: Pretty Sefrinta A. (121664017) Fatimah (121664029) Eunike Ally S. (121664203) Kelas 2012-A Prodi Psikologi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Membahas tentang :Pengaruh Biologis, Sosial, dan Kognitif Terhadap Gender.Stereotipe, Persamaan, dan Perbedaan Gender.Klasifikasi Peran-Gender.Perubahan dan Titik Waktu Perkembangan.

Citation preview

Page 1: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

BAB 6GENDER

Oleh:Pretty Sefrinta A. (121664017)

Fatimah (121664029)Eunike Ally S. (121664203)

Kelas 2012-AProdi Psikologi

Jurusan Psikologi Pendidikan dan BimbinganFakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Surabaya

Page 2: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Membahas tentang :

1. Pengaruh Biologis, Sosial, dan Kognitif Terhadap Gender.

2. Stereotipe, Persamaan, dan Perbedaan Gender.

3. Klasifikasi Peran-Gender.

4. Perubahan dan Titik Waktu Perkembangan.

Page 3: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

1. Pengaruh Biologis, Sosial, dan Kognitif Terhadap Gender.

a. Pengaruh BiologisKetika tubuh dialiri oleh hormon

(androgen&estrogen), anak perempuan mulai berperilaku feminin, sementara laki-laki berperilaku maskulin, karena beranggapan bahwa perilaku semacam itu dapat meningkatkan seksualitas.

Sigmund Freud dan Erickson berpendapat bahwa genital individu mempengaruhi perilaku gendernya sehingga anatomi adalah takdir. Gender dan perilaku seksual tidak dipelajari dan bersifat insting. Menurut struktur genital, laki-laki memiliki sifat lebih suka mencampuri dan lebih agresif, sementara perempuan memiliki sifat lebih inklusif dan pasif.

Psikologi evolusioner menekan bahwa adaptasi yang berlangsung selama evolusi telah menghasilkan perbedaan-perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan.

Page 4: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

b. Pengaruh SosialTeori peran sosial (social role theory) menyatakan

bahwa perbedaan gender terutama diakibatkan oleh perbedaan yang ekstrem antara perempuan dan laki-laki.

Disebagian besar budaya di dunia, perempuan dianggap memiliki kekuasaan dan status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan perempuan juga memiliki kontrol yang lebih kecil terhadap sumber daya.

Dengan demikian, hierarki sosial dan pembagian tenaga kerja merupakan penyebab penting dari perbedaan gender dalam hal kekuasaan, asertivitas, dan pengasuh.

Pengaruh sosial terhadap gender dapat dipengaruhi oleh pengaruh orang tua, saudara kandung, kawan sebaya, sekolah dan guru, serta pengaruh media masa. Berikut akan dijelaskan:

Page 5: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Pengaruh Orang TuaMelalui tindakannya, orang tua dapat mempengaruhi

perkembangan gender anak-anak dan remaja.Teori kognisi sosial mengenai gender (social

cognitive theory of gender) menekankan bahwa perkembangan gender anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh pengamtan dan imitasi mereka terhadap perilaku gender orang lain, maupun hadiah dan hukuman yang dialami apabila mereka menampilkan perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gendernya.

Ketika mengamati orang tua dan orang dewasa lain maupun kawan-kawan sebaya, di rumah, sekolah, dan media, remaja dihadapkan pada berbagai model yang memperlihatkan perilaku maskulin dan feminim. Serta orang tua sering menggunakan imbalan dan hukuman untuk mengajarkan anak-anak perempuannya agar feminim dan anak laki-laki agar maskulin.

Page 6: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Pengaruh Saudara Kandung Sebuah studi mengungkapkan bahwa dalam jangka

waktu dua tahun di masa remaja awal, saudara kandung menjadi lebih menyerupai saudara kandung yang lebih tua dalam hal peran-gender dan aktivitas waktu luang.

Pengaruh Kawan SebayaRemaja meluangkan sejumlah waktu bersama

kawan-kawan sebaya. Di masa remaja, persetujuan atau penolakan dari kawan-kawan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan perilaku gender. Anak laki-laki saling mengajarkan perilaku-perilaku maskulin terhadap satu sama lain dan memperkuatknya, demikian pula anak-anak perempuan juga saling mengajarkan perilaku feminim.

Page 7: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Pengaruh Sekolah dan Guru

Terdapat kekuatiran bahwa sekolah dan guru-guru memiliki bias terhadap laki-laki dan perempuan. Berikut beberpa faktor-faktor yang memperlihatkan bias kelas terhadap murid laki-laki, antara lain:

Kepatuhan mengikuti aturan, bersikap manis dan tertib. Mayoritas guru di sekolah dasar adalah perempuan. Dibanding perempuan, laki-laki lebih banyak memilki

masalah dalam belajar. Dibanding perempuan, laki-laki lebih banyak

memperoleh kritik. Para pegawai sekolah cenderung mengabaikan

kenyataan bahwa banyak laki-laki memiliki masalah akademis, khususnya dalam bidang seni bahasa.

Para pegawai sekolah cenderung memiliki stereotip bahwa perilaku laki-laki itu bermasalah.

Page 8: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Menurut Myra dan David Sadker terdapat fakta-fakta yang memperlihatkan bias kelas terhadap murid-murid perempuan, antara lain:

Di dalam ruang kelas tipikal, murid perempuan cenderung lebih patuh, murid laki-laki cenderung lebih sulit dikendalikan. Murid laki-laki lebih banyak menuntut perhatian, perempuan lebih tenang menunggu gilirannya.

Di banyak ruang kelas, para guru meluangkan waktu lebih banyak untuk memperhatikan dan berinteraksi denngan murid laki-laki sementara murid perempuan lebih banyak dibiarkan bekerja dan bermain dengan tenang sendirian.

Dibandingkan murid perempuan, murid laki-laki lebih banyak memperoleh instruksi dan bantuan apabila mengalami kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Dibandingkan murid perempuan, murid laki-laki cenderung lebih sering memperoleh ranking rendah dan tinggal di kelas.

Murid perempuan dan murid laki-laki memasuki kelas satu dengan tingkat harga-diri yang kurang lebih sama. Meskipun demikian, di sekolah menengah, harga-diri murid perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan harga-diri murid laki-laki.

Ketika anak-anak sekolah dasar diminta untuk membuat daftar mengenai apa yang diinginkan setelah besar nanti, murid laki-laki cenderung lebih banyak menyebutkan pilihan karier dibandingkan murid perempuan.

Demikian terdapat bukti yang memperlihatkan adanya bias gender terhadap laki-laki dan perempuan di sekolah. Sikap-sikap ini bersumber dan memperolah dukungan dari budaya. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk mengurangi bias gender ini adalah menyadari adanya bias ini.

Page 9: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Penggaruh Media MassaMasa remaja awal dapat menjadi sebuah masa yang

sensitif terhadap pesan-pesan televisi mengenai peran gender. Tayangan televisi mengenai remaja sangat diwarnai oleh stereotip mengenai jenis kelamin, khususnya pada remaja perempuan.

Sebuah studi menemukan bahwa remaja perempuan digambarkan sebagai sosok yang mementingkan pacaran, belanja, dan penampilan. Mereka jarang diperlihatkan sebagai sosok yang tertarik dalam kegiatan sekolah atau perencanaan karier. Perempuan yang menarik sering kali dikategorikan sebagai “kepala kosong” dan perempuan yang inteligen sebagai tidak menarik. Dalam video musik karakter perempuan banyak digambarkan pasif, sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang agresif, dominan, kompeten, otonom, dan aktif. Laki-laki digambarkan sebagai sosok yang lebih kuat dibandingkan perempuan di berbagai tayangan televisi.

Page 10: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

c. Pengaruh Kognitif

Terdapat dua teori kognitif yang menekankan bahwa individu secara aktif menyusun dunia gendernya, antara lain: Teori Perkembangan Kognitif Mengenai Gender (cognitive developmental

theory of gender)

Menyatakan bahwa tipe-gender terjadi setelah anak-anak memikirkan dirinya sendiri dan secara konsisten memandang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Anak-anak memilih aktivitas, benda-benda, dan sikap yang konsisten dengan label ini. Teori Skema Gender (gender schema thoery)

Menyatakan bahwa jenis-gender muncul ketika individu secara bertahap mengembangkan skema gender mengenai gender yang sesuai dan tidak sesuai dengan budayanya. Skema (schema) adalah struktur kognitif, sebuah jaringan kerja asosiasi yang membimbing persepsi individu. Skema gender (gender schema) mengorganisasikan dunia menurut perempuan dan laki-laki. Individu secara internal dimotivasi untuk menangkap dunianya dan bertindak sesuai dengan perkembangan skemanya.

Teori perkembangan kognitif mengenai gender, yang awalnya dikembangan oleh Lawrence Kohlberg, menyatakan bahwa perkembangan gender tergantung pada kognisi.

Tidak seperti teori perkembangan kognitif, teori skema gender tidak menuntut anak-anak untuk menangkap konstansi gender sebelum mereka mulai menerapkan tipe-gender. Tipe gender muncul ketika anak-anak telah siap untuk mengenali dan mengorganisasikan informasi mengenai hal-hal yang dianggap sesuai untuk perempuan dan laki-laki di masyarakat.

Jadi, faktor-faktor kognitif berkontribusi terhadap cara remaja berpikir dan bertindak sebagai laki-laki dan perempuan. Melalui proses-proses bilologis, sosial, dan kognitif, anak-anak mengembangkan sikap dan perilaku gendernya.

Page 11: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

2. Stereotipe, Persamaan, dan Perbedaan Gender.

a. Stereotip Gender

Stereotip gender (gender stereotype) adalah kategori luas yang mencerminkan berbagai kesan dan keyakinan kita mengenai perempuan dan laki-laki. Setiap stereotip melibatkan berbagai perilaku, seperti mencetak gol atau tumbuhnya rambut di wajah untuk maskulin, dan bermain boneka dan menggunakan lipstik untuk feminim. Stereotip juga dapat mengalami modifikasi ketika menghadapi perubahan budaya.

Dalam penyelidikan lain ditemukan bahwa perempuan dan laki-laki yang tinggal di negara yang lebih maju menilai diri mereka sebagai lebih saling menyerupai satu sama lain dibandingkan para perempuan dan laki-laki yang tinggal di negara yang kurang berkembang. Hal ini dikarenakan para perempuan yang berasal dari negara-negara maju umumnya mencapai tingkat pendidikan tinggi dan memperolah keuntungan ketika bekerja.

Stereotip sering kali bersifat negatif, maka stereotip sering kali menghasilkan prasangka dan diskriminasi. Sexism adalah prasangka dan diskriminasi terhadap individu sehubungan dengan jenis kelaminnya. Sexism dibedakan menjadi dua, yaitu:

Old-fashioned sexism

Sikap yang membenarkan peran gender tradisional, perbedaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan, serta stereotip yang menyatakan bahwa perempuan kurang kompeten dibandingkan laki-laki.

Modern sexism

Penyangkalan terhadap diskriminasi yang masih berlangsung, sikap antagonis terhadap tuntutan perempuan, kurangnya dukungan terhadap berbagai kebijakan yang dirancang untuk memudahkan perempuan (sebagai contoh, dalam pendidikan dan pekerjaan).

Page 12: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

b. Persamaan dan Perbedaan Gender Beberapa perbedaan di antara kedua jenis kelamin, sebagai berikut: Perbedaan itu bersifat kebanyakan dan dapat diterapkan terhadap

semua perempuan atau laki-laki. Bahkan apabila terdapat perbedaan gender, perbedaan itu sering kali

bersifat tumpang-tindih. Perbedaan tersebut mungkin terutama berkaitan dengan faktor-faktor

biologis, sosio-budaya, atau keduanya.

Persamaan dan Perbedaan Fisik

Beberapa perbedaan yang ditemukan adalah sebagai berikut: Suatu bagian dari hipotalamus yang terlibat dalam perilaku seksual

pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada perempuan. Daerah corpus callosum (jaringan yang memungkinkan komunikasi

antara kedua hemisfer otak) cenderung lebih besar pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Sebuah area di lobus parietal yang berfungsi dalam keterampilan visuospasial cenderung lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.

Area di otak yang terlibat dalam ekspresi emosi, cenderung memperlihatkan aktivitas metabolisme yang lebih besar pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Persamaan dan perbedaan dalam otak laki-laki dan perempuan dapat berkaitan dengan evolusi dan herediter, maupuan pengalaman sosial.

Page 13: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Persamaan dan Perbedaan Kognitif

Bertahun-tahun yang lalu, Eleanor Maccoby dn Carol Jacklin, menyimpulkan bahwa laki-laki memiliki keterampilan visuospasial (jenis keterampilan yang diperlukan oleh arsitek untuk merancang sudut dan dimensi bungunan) yang lebih baik dibandingkan perempuan, sementara perempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Kini sejumlah ahli dibidang gender, seperti Janet Shibley Hyde, berpendapat bahwa perbedaan kognitif antara perempuan dan laki-laki terlalu dibesar-besarkan.

Persamaan dan Perbedaan Sosio-emosional

Dalam hal ini, kami meninjau tiga perbedaan (agresi, komunikasi dalam relasi, regulasi-diri dari emosi dan Perilaku), yaitu:

1) Agresi

Salah satu perbedaan gender yang konsisten adalah laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan perempuan. Disamping itu, perempuan memiliki kecenderungan lebih besar untuk terlibat dalam agresi relasional (relational aggression), yang melibatkan perilaku seperti mencoba membuat orang lain tidak menyukai seorang anak tertentu dengan menyebarkan isu-isu jahat mengenai anak tersebut atau mengabaikan anak tersebut ketika sedang marah kepadanya. Meskipun demikian, tidak jelas apakah keterlibatan perempuan dalam agresi relasional lebih besar dibandingkan laki-laki.

Page 14: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

2) Komunikasi Dalam Relasi

Menurut ahli sosiolinguistik Deborah Tannen, komunikasi dalam relasi dibedakan menjadi dua yaitu:

- Rapport talk adalah bahasa percakapan dan merupakan cara menjalin relasi dan bernegosiasi. Perempuan menikmati rapport talk dan percakapan yang lebih berorientasi pada relasi dibandingkan laki-laki.

- Repport talk adalah percakapan yang disusun untuk memberikan informasi. Public speaking termasuk di antaranya. Laki-laki berusaha mempertahankan perhatian yang diberikan kepadanya melalui report talk, seperti menyampaikan cerita, lelucon, dan mengajar.

Page 15: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Perbedaan gender dalam komunikasi sering kali tergantung pada konteks sebagai berikut:- Ukuran kelompokPerbedaan gender dalam hal kecenderungan berbicara (perempuan lebih kompeten dalam komunikasi) lebih banyak muncul dalam kelompok besar dibandingkan dalam percakapan antara dua orang.- Percakapan dengan kawan-kawan sebaya atau orang dewasaTidak terdapat perbedaan rata-rata percakapan dengan kawan sebaya, namun perempuan lebih banyak melakukan percakapan dengan orang dewasa dibandingkan laki-laki.- KeterbiasaanPerbedaan gender dalam hal percakapan yang asertif (laki-laki lebih besar) cenderung lebih tampil apabila berbicara dengan orang asing dibandingkan dengan individu yang sudah dikenal.- UsiaPerbedaan gender dalam percakapan afiliatif paling banyak dijumpai pada remaja. Hal ini mungkin berkaitan dengan meningkatnya minat remaja perempuan terhadap perilaku sosio-emosional yang secara tradisional diperuntukkan bagi perempuan.

Dalam perilaku prososial, perempuan memandang dirinya sebagai sosok yang lebih prososial dan memiliki empati, serta lebih banyak terlibat dalam perilaku prososial dibandingkan laki-laki. Perbedaan gender terbesar terjadi untuk perilaku baik-hati dan kepedulian, sementara perbedaan gender terkecil terjadi untuk perilaku berbagi.

Page 16: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

3) Regulasi-diri dari Emosi dan Perilaku

Di awal masa sekolah dasar, laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk menyembunyikan emosi-emosi negatifnya, seperti kesedihan. Sementara perempuan memiliki kecenderungan lebih kecil untuk mengekspresikan emosi-emosi seperti kekecewaan yang mungkin melukai perasaan orang lain. Salah satu keterampilan yang penting dimiliki adalah kemampuan meregulasi dan mengontrol emosi dan perilaku. Laki-laki biasanya memperlihatkan regulasi-diri yang lebih rendah dibandingkan perempuan. Kontrol-diri yang rendah ini dapat berubah menjadi masalah-masalah perilaku.

Kontoversi Gender

Menurut para psikolog evolusioner seperti David Buss, menyatakan bahwa perbedaan gender itu bersifat luas dan disebabkan oleh masalah-masalah adaptif yang dialami sepanjang sejarah evolusi. Alice Eagly menekankan bahwa perbedaan gender bersifat substansial dan berkaitan dengan kondisi sosial yang mengakibatkan perempuan memiliki kekuatan dan kontrol yang lebih kecil dibandingkan laki-laki.Sebaliknya, Janet Shibley Hyde berkesimpulan bahwa perbedaan gender tersebut terlalu dibesar-besarkan, khususnya sangat dipengaruhi oleh buku-buku populer, seperti buku John Gray, men are from Mars, women are from Venus, dll.

Sebagian besar bidang, perbedaan gender itu hampir tidak ada, bahkan tidak ada sama sekali, termasuk dalam hal kemampuan matematika, komunikas dan agresi. Perbedaan terbesar terjadi dalam hal keterampilan motorik, seksualitas, dan agresi fisik yang cenderung lebih dimiliki oleh laki-laki.

Page 17: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

c. Gender dalam KonteksDalam mempertimbangkan gender, perlu mempertimbangkan konteks perilaku, sebagaimana perilaku gender sering kali bervariasi di berbagai konteks. Sebagai contoh dalam perilaku sukarela, dibandingkan perempuan, laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk menolong seseorang yang terdampar dengan ban kempes, sebab kerusakan mobil merupakan bidang di mana sebagian besar laki-laki merasa kompeten. Sebaliknya, perempuan memiliki kecenderungan menolong lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena bahayanya tidak besar dan perempuan merasa lebih kompeten dalam mengasuh. Meskipun demikian perempuan dan laki-laki cenderung memperlihatkan tedensi mengasuh yang kuarang lebih serupa. Namun sebenarnya di banyak budaya di berbagai belahan dunia, peran gender tradisonal yang mengarahkan perilaku laki-laki dan perempuan.

Page 18: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

3. Klasifikasi Peran-Gender.

a. Maskulinitas, Femininitas, dan AndroginiDaripada menganggap maskulinitas dan femininitas sebagai

sebuah kontinum, di mana yang satu dapat lebih dominan dibandingkan yang lain, para ahli berpendapat bahwa individu dapat memperlihatkan sifat-sifat ekspresif dan instrumental. Pemikiran ini menggiring pada pengembangan konsep mengenai androgini (androgyny), yaitu tampilnya karakteristik maskulin dan feminim dalam kadar yang tinggi pada seorang individu. Individu androgini dapat saja seorang laki-laki yang aserftif (maskulin) dan sensitif terhadap perasaan orang lain (feminim), atau seorang perempuan yang dominan (maskulin) dan peduli (feminim). Salah satu pengukuran gender yang paling banyak digunakan secara luas, Bem Sex-Role Inventory, disusun oleh seorang tokoh androgini yang terkemuka, Sandra Bem. Contoh item-item maskulin dan feminim dari Bem Sex-Role Inventory antara lain:- Contoh item-item maskulin:Mempertahankan keyakinan-kayakinan secara terbuka, kuat, bersedia mengambil resiko, dominan, agresif, dll.- Contoh item-item feminin:Tidak menggunakan bahsa yang kasar, penuh perasaan, mencintai anak-anak, memahami,dan lembut.

Page 19: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

Berdasarkan respons yang diberikan terhadap item-item dalam inventori tersebut, individu dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu dari keempat orientasi peran-gender (maskulin, feminin, androgin, dan tidak terdiferensiasi).

◦ Individu Androgin Seorang perempuan atau seorang laki-laki yang memiliki taraf sifat feminim (ekspresif) dan sifat maskulin (instrumental) yang tinggi. Kini terdapat karakteristik-karakteristik baru yang digunakan untuk mendeskripsikan individu androgin.

◦ Individu Feminim Memiliki taraf yang tinggi untuk sifat-sifat feminim (ekspresif) dan taraf yang rendah untuk sifat-sifat maskulin (instrumental).

◦ Individu Maskulin memiliki taraf yang tinggi untuk sifat-sifat instrumental dan rendah untuk sifat-sifat ekspresif.

◦ Individu yang tidak terdiferensiasi Memiliki taraf yang rendah untuk sifat-sifat feminim maupun maskulin.

Menurut Bem, para perempuan dan laki-laki androgini lebih fleksibel dan lebih sehat secara mental dibandingkan individu-individu yang maskulin atau feminim, sementara individu yang terdiferensiasi adalah yang paling kurang kompeten.

Page 20: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

b. Konteks, Budaya, dan Pesan GenderDalam relasi yang dekat, peran gender feminin atau androgini mungkin lebig diinginkan karena memiliki sifat ekspresif. Namun peran gender maskulin atau androgini mungkin mungkin lebih diinginkan dalam lingkungan akademik atau lingkungan kerja karena menuntut adanya tindakan dan asertivitas.Terlepas dari kesenjangan gender ini, terdapat bukti yang memperlihatkan meningkatnya kesetaraan gender. Diberbagai penjuru dunia, jumlah karyawan dan peluang kerja bagi para perempuan lambat laun mulai bertambah besar.

c. Androgini dan PendidikanSecara umum, mengajarkan androgini kepada perempuan lebih mudah dibandingkan kepada laki-laki dan lebih mudah apabila dilakukan sebelum anak memasuki sekolah lanjutan. Para penganjur program androgini berpendapat bahawa traditional sex-typing dapat melukai semua siswa dan telah mencegah banyak perempuan untuk memperoleh peluang yang setara. Para pengkritik menyatakan bahwa program pendidikan androgini itu terlampaui ssarat dengan nilai-nilai dan mengabaikan variasi peran gender di dlam masyarakat.

Page 21: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

d. Maskulinitas Tradisional dan Perilaku Bermasalah Pada Remaja Laki-laki

Menurut Pollack, dalam pertumbuhan anak laki-laki terlalu sering kali dididik untuk tidak memperlihatkan perasaan-perasaannya dan bertindak tangguh. Laki-laki dapat memperoleh keuntungan apabila mereka diajrkan untuk mngekspresikan kecemasan-kecemasan dan kekuatiran-kekuatiran yang dirasakan maupun untuk meregulasikan agresinya, dibandingkan mereka memendamnya. Selain itu, terdapat kekhawatiran khusus mengenai remaja laki-laki yang mengadopsi peran maskulin secara kuat, karena hal ini berkaitan dengan perilaku bermasalah.

e. Transendensi Peran-GenderMenurut beberapa kritikus androgini, androgini kurang

manjur dari yang semula diperkirakan. Alternatifnya adalah transendensi peran-gender (gender-role transcendence), yaitu suatu pandangan yang menyatakan bahwa apabila kompetensi individu dipersoalkan, maka hal itu seharusnya dirumuskan dalam basis pribadi dibandingkan dalam basis maskulinitas, feminitas, atau androgini. Orang tua seharusnya mendidik anak-anaknya agar menjadi anak laki-laki dan perempuan yang kompeten, bukan maskulin, feminim, atau androgini. Serta mengklasifikasikan peran gender dapat menggiring pada stereotip yang terlalu besar.

Page 22: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

4. Perubahan dan Titik Waktu Perkembangan.

a. Masa Remaja Awal dan Intensifikasi Gender

Hipotesis intensifikasi gender (gender intensification hypothesis) menyatakan perbedaan psikologis dan perilaku antara laki-laki dan perempuan menjadi semakin besar selma masa remaja awal karena meningkatnya tekanan sosialisasi untuk menyesuaikan diri pada peran gender maskulin dan feminim tradisional. Dalam sebuah studi, perbedaan seks dalam sikap peran gender meningkat selama masa remaja awal. Tidak semua perempuan dan laki-laki memperlihatkan intensifikasi gender selama masa pubertas, dan konteks keluarga mempengaruhi seberapa kuat intensifikasi gender itu terjadi. Ketika usia remaja laki-laki dan perempuan bertambah, mereka cenderung kurang memperlihatkan stereotip perilaku gender lagi.

Page 23: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

b. Apakah Masa Remaja Awal Menjadi Titik Waktu yang Kritis Bagi Perempuan?

Menurut Gilingan, bahwa masa remaja merupakan titik kritis dalam perkembangan perempuan. Di masa remaja awal (11-12 tahun), perempuan menyadari bahwa suatu budaya yang didominasi oleh laki-laki tidak menghargai minat mereka yang kuat terhadap intimasi, meskipun masyarakat menghargai kepedulian dan latruisme perempuan. Dilema tersebut menurut Gilingan, bahwa perempuan dihadapkan pada sebuah pilihan yang membuat mereka terlihat mementingkan diri sendiri (apabila mereka menjadi mendiri dan cukup-diri) atau tidak mengabaikan diri sendriri (apabila mereka bersikap responsif kepada orang lain).

Beberapa kritikus menyatakan bahwa Gilingan dan rekan-rekannya terlalu menekankan perbedaan gender. Selain itu, kritikus khawatir bahwa temuan Gilingan akan memperkuat stereotip-perempuan sebagai seorang yang menggasuh dan rela berkorban. Menurut para kritikus, kita seharusnya menekankan pentingnya memberi peluang yang lebih besar bagi perempuan untuk meraih prestasi dan memiliki determinasi diri dalam tingkat yang lebih tinggi. Sebagai tanggapan terhadap para kritikus, para revisionis menyatakan bahwa karya mereka merupakan suatu cara untuk membebaskan perempuan dan mengubah masyarakat yang selama ini telah melakukan diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu, kepekaan perempuan dalam relasi merupakan suatu karunia yang khusus dalam budaya.

Kini semakin banyak bukti yang memperlihatkan bahwa masa remaja menjadi titik waktu yang kritis dalam perkembangan psikologis perempuan. Selain itu kemunduran harga-diri dari laki-laki dan perempuan selama masa remaja umumnya terjadi pada remaja perempuan dibandingkan pada remaja laki-laki.

Page 24: Psikologi Perkembangan-Gender.pptx

SELESAI....