36
REFERAT KEDARURATAN PSIKIATRI PEMBIMBING : dr. Batara Sirait, Sp.OG PENYUSUN : Setia Hermawan ( 030.05.206 ) Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi

REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

REFERAT

KEDARURATAN PSIKIATRI

PEMBIMBING :

dr. Batara Sirait, Sp.OG

PENYUSUN :

Setia Hermawan ( 030.05.206 )

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Periode 1 April 2013 – 5 Mei 2013

Jakarta

Page 2: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya lah sehingga akhirnya

saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul KONTRASEPSI SUNTIK dan juga saya ingin

mengucapkan terima kasih kepada dr.Batara Sirait Sp.OG atas bimbingan dan dukungannya

sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini.

Dengan dibuatnya referat ini mungkin dapat sedikit membantu memberikan penjelasan tentang

masalah kontrasepsi yang mana mungkin dapat berguna bagi kita semuanya.

Dalam pembuatan referat ini saya menyadari bahwasanya mungkin masih jauh dari sempurna

dan sesuai harapan karena terdapat banyak kesalahan-kesalahan, oleh karenanya saya meminta

saran dan kritiknya atas referat yang saya tulis ini.

Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Bekasi, 2 April 2013

Penulis,

Page 3: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

Page 4: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

ABSTRAK

Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi

darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatrik seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan

obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan

kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu

perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik

dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan.

Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional

yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi

mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas

kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja.

Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi

krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya

kronis ataupun akut.

Page 5: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawatdaruratan psikiatri adalah gangguan akut perilaku, pikiran atau suasana hati

pasien yang jika tidak diobati dengan segera dapat merugikan, baik untuk dirinya atau orang

lain dalam lingkungan sekitarnya. Sebagai ujung tombak di lapangan, peran dokter sangat

penting dalam hal ini adalah sebagai bagian dari pelayanan kedaruratan medik yang

terintegrasi.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui kegawatdaruratan psikiatri.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang termasuk dalam kedaruratan psikiatri.

3. Dapat mengetahui cara penanganan kedaruratan pasien psikiatri, pengobatan dan

perawatannya

1.3 Manfaat

Dapat menegakan diagnosis pasien psikiatri yang mengalami keadaan gawat darurat sehingga

bisa menanganinya dengan segera.

Page 6: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI

Kedaruratan psikiatri adalah gangguan akut perilaku, pikiran atau suasana hati pasien

yang jika tidak diobati dengan segera dapat merugikan, baik untuk dirinya atau orang lain dalam

lingkungan sekitarnya.

1.1 Bunuh Diri (Suicide)

Bunuh diri adalah masalah yang kompleks dimana tidak ada satu sebab, satu alasan. Itu

dihasilkan dari interaksi yang kompleks secara biologi, genetik, psikologi, sosial, budaya dan

faktor lingkungan.Sangat sulit untuk menerangkan mengapa beberapa orang memutuskan untuk

bunuh diri padahal orang lain yang juga dalam situasi yang mirip atau mungkin lebih parah tidak

berusaha bunuh diri. Bagaimanapun juga, kebanyakan bunuh diri dapat dicegah. Bunuh diri

merupakan kematian yang ditimbulkan oleh diri sendiri dan disengaja dimana bukan tindakan

yang acak dan tidak bertujuan. Sebaliknya, bunuh diri merupakan jalan keluar dari masalah atau

krisis yang hampir selalu menyebabkan penderitaan yang kuat. Bunuh diri merujuk kepada

perbuatan memusnahkan diri karena enggan berhadapan dengan suatu perkara yang dianggap

tidak dapat ditangani. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena individu berada dalam

keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Lebih lanjut menurut

Keliat, bunuh diri merupakan tindakan merusak integritas diri atau mengakhiri kehidupan,

dimana keadaan ini didahului oleh respon maladaptif dan kemungkinan keputusan terakhir

individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Para klinikus menemukan adanya perbedaan antara bunuh diri yang asli (genuine suicide)

dengan bunuh diri yang dimanipulasi (manipulative suicide). Bunuh diri asli adalah bunuh diri

yang dilakukan oleh orang yang benar-benar ingin mati dan tindakan yang dilakukan untuk

merealisasikan bunuh dirinya tersebut, dilakukan tanpa perhitungan yang salah (miscalculation).

Page 7: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Sementara orang yang melakukan bunuh diri yang dimanipulasi tidak sungguh-sungguh ingin

membunuh dirinya, tindakan mereka (bunuh diri) adalah percobaan yang terkontrol, yang

dilakukan untuk memanipulasi orang lain (Landis & Meyer, Shneidman, dalam Barlow &

Durand, 2002). Lyttle (1986) juga membedakan antara bunuh diri (suicide) dengan usaha bunuh

diri (parasuicide). Wilkinson menyebutkan jika bunuh diri (suicide) sebagai tindakan fatal untuk

mencederai diri sendiri yang dilakukan dalam kesadaran untuk merusak diri yang kuat atau

secara sungguh-sungguh (conscious self-destructive intent). Sementara usaha bunuh diri

(parasuicide) merujuk pada tindakan menyakiti diri sendiri yang dilakukan dengan pertimbangan

yang mendalam yang biasanya tidak berakibat fatal. Usaha bunuh diri (parasuicide), biasanya

juga digambarkan sebagai percobaan bunuh diri (attempted suicide).

Heeringan (2001) menyebutkan jika perilaku bunuh diri merupakan istilah yang

digunakan untuk mewakili istilah bunuh diri itu sendiri dan usaha bunuh diri sebagai suatu

perbuatan yang menghasilkan kejadian fatal maupun tidak fatal.

1.2 Epidemiologi

Insiden bunuh diri di Amerika Serikat terjadi pada usia 15-24 tahun sedangkan dalam

survey nasional baru-baru ini terhadap siswa senior sekolah lanjutan 27% dari mereka pernah

memikirkan secara serius untuk bunuh diri dan salah satunya pernah mencobanya. Secara

internasional, angka bunuh diri yang lebih dari 25 per 100.000 orang terjadi di Skandinavia,

Swiss, Jerman, Austria, Negara-negara Eropa Timur, dan Jepang. Sedangkan yang kurang dari

10 per 100.000 orang terjadi di Spanyol, Italia, Irlandia, Mesir, dan Belanda. Tempat bunuh diri

nomor satu di dunia adalah Jembatan Golden Gate di San Francisco, dengan lebih dari 800

bunuh diri sejak di buka tahun 1937.

Tiap tahun kira-kira 30.000 kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh bunuh diri.

Angka tersebut adalah untuk bunuh diri yang berhasil; jumlah usaha bunuh diri diperkirakan 8

sampai 10 kali lebih besar dari angka tersebut.

1.3 Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab bunuh diri, diantaranya adalah:

Faktor Sosial

Page 8: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Teori Durkheim. Sumbangan pertama yang besar untuk penelitian pengaruh sosial dan

kultural terhadap bunuh diri dilakukan pada akhir abad yang lalu oleh ahli sosiologi Perancis

Emile Durkheim. Dalam upaya menjelaskan pola statistikal, Durkheim membagi bunuh diri

menjadi tiga kategori sosial : egoistik, altruistik, dan anomik.

Bunuh Diri Egoistik diterapkan pada mereka yang tidak terintegrasi secara kuat ke dalam

kelompok sosial. Tidak adanya integrasi keluarga dapat digunakan untuk menjelaskan

mengapa orang yang tidak menikah adalah lebih rentan terhadap bunuh diri dibandingkan

dengan mereka yang menikah dan mengapa pasangan dengan anak-anak adalah

kelompok yang paling terlindung dari semua kelompok. Masyarakat perkotaan memiliki

lebih banyak integrasi sosial dibandingkan dengan daerah pedesaan, jadi lebih sedikit

bunuh diri.

Bunuh Diri Altruistik terjadi dalam masyarakat yang mempunyai ikatan sosial yang kuat.

Bunuh diri ini dimaksudkan demi kelompok, hampir seperti bunuh diri ritual Jepang

“Seppuku” yang dilakukan ketika kekacauan melada masyarakat.

Bunuh Diri Anomik terkait dengan apa yang disebut “Anomie” atau keadaan dimana

anda tidak tahu tempat yang tepat bagi seseorang seperti menjadi tunawisma atau yatim

piatu. Orang tersebut merasa tidak punya apa-apa dan ini berarti berada dalam keadaan

tanpa norma dan peraturan yang membimbing dalam kehidupan sosial sehari-hari. Hal ini

dapat menjelaskan mengapa mereka dengan situasi ekonomi yang berubah secara drastik

lebih rentan dibandingkan mereka sebelum perubahan keberuntungan mereka. Anomik

juga dimaksudkan pada ketidakstabilan sosial, dengan kehancuran standar dan nilai-nilai

masyarakat.

Faktor Psikologis

Teori Freud

Tilikan psikologis pertama yang paling penting ke dalam bunuh diri berasal dari Sigmund

Freud. Ia menggambarkan hanya satu pasien yang mencoba bunuh diri, tetapi ia melihat

banyak pasien depresi. Dalam tulisannya “Mourning and Melancholia”, Freud menyatakan

keyakinannya bahwa bunuh diri mencerminkan agresi yang dibelokkan ke dalam objek cinta

yang terintroyeksi, dan ditangkap secara ambivalen.

Page 9: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Teori Menninger

Berdasarkan konsep Freud, Karl Menninger menyimpulkan bahwa bunuh diri adalah

pembunuhan yang di retrofleksikan, pembunuhan yang dibalikkan sebagai akibat kemarahan

pasien kepada orang lain, yang dibalikkan pada diri sendiri atau digunakan sebagai

pengampunan akan hukuman.

Ia juga menggambarkan insting kematian yang diarahkan kepada diri sendiri (konsep

Thanatos dari Freud). Ia menggambarkan tiga komponen permusuhan dalam bunuh diri :

keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh dan keinginan untuk mati.

Teori-teori Baru

Peneliti bunuh diri kontemporer tidak yakin bahwa struktur psikodinamika atau kepribadian

spesifik berhubungan dengan bunuh diri. Tetapi mereka telah menulis bahwa banyak yang

dipelajari tentang psikodinamika pasien bunuh diri dari khayalan mereka seperti apa yang

akan terjadi dan apa akibatnya jika mereka melakukan bunuh diri. Khayalan tersebut sering

kali termasuk keinginan untuk balas dendam, kekuatan, pengendalian atau hukuman; untuk

pertobatan, pengorbanan, atau pemulihan; untuk meloloskan diri atau untuk tidur; atau untuk

pembebasan, kelahiran kembali, berkumpul kembali dengan orang yang telah meninggal atau

untuk hidup baru. Pasien bunuh diri yang paling mungkin melakukan khayalan bunuh diri

adalah mereka yang telah menderita kehilangan objek cinta atau menderita cedera narsisistik,

yang mengalami efek berat seperti kemarahan dan rasa bersalah, atau yang teridentifikasi

dengan seorang korban bunuh diri. Dinamika kelompok mendasari bunuh diri massal seperti

yang terjadi di Masada dan Jonestown.

Faktor Fisiologis

Genetika

Teori faktor genetik dalam bunuh diri telah diajukan. Penelitian menunjukan bahwa

bunuh diri cenderung berjalan di dalam keluarga. Sebagai contohnya,

pada orang yang mencoba bunuh diri ditemukan adanya riwayat bunuh diri dalam keluarga

lebih banyak secara bermakna daripada orang yang tidak pernah melakukan bunuh diri.

Satu penelitian terbesar menemukan bahwa resiko bunuh diri untuk sanak saudara dari

pasien psikiatri hampir delapan kali lebih tinggi dibanding sanak saudara dari kontrol. Selain

itu, resiko bunuh diri pada sanak saudara pasien psikiatri yang melakukan bunuh diri adalah

Page 10: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

empat kali lebih tinggi dibandingkan pada sanak saudara pasien psikiatri yang tidak

melakukan bunuh diri.

Neurokimia

Defisiensi serotonin, diukur sebagai penurunan metabolisme 5-hydroxyindo-leacetic acid

(5-HIAA), telah ditemukan dalam kelompok pasien depresi yang mencoba bunuh diri. Pasien

depresi yang mencoba bunuh diri dengan cara keras (contoh, senjata api atau meloncat)

memiliki kadar 5-HIAA yang lebih rendah di dalam cairan serebrospinalisnya dibandingkan

pasien depresi yang tidak melakukan bunuh diri atau yang mencoba bunuh diri dengan cara

yang kurang keras (overdosis zat).

Beberapa penelitian terhadap binatang dan manusia telah menyatakan suatu hubungan

antara defisiensi sistem serotonin sentral dan pengendalian impuls yang buruk. Beberapa

peneliti telah memandang bunuh diri sebagai salah satu tipe perilaku impulsif. Kelompok

pasien lain yang diperkirakan memiliki masalah dengan pengendalian impuls adalah pelaku

kekerasan, pembakar rumah dan mereka dengan ketergantungan alkohol.

Beberapa peneliti telah menemukan pembesaran ventrikular dan elektroensefalogram

(EEG) yang abnormal pada beberapa pasien bunuh diri. Sampel darah dari kelompok

sukarelawan normal yang dianalisis untuk monoamin oksidase trombosit menemukan bahwa

orang dengan kadar enzim yang terendah didalam trombositnya memiliki prevalensi bunuh

diri delapan kali lebih besar didalam keluarganya, dibandingkan dengan orang yang memiliki

kadar enzim yang tinggi.

3.4 Faktor yang terkait

Adapun faktor-faktor yang terkait dengan tindakan bunuh diri adalah:

1. Jenis Kelamin

Laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri dibandingkan wanita. Akan tetapi wanita

adalah empat kali lebih mungkin berusaha bunuh diri dibandingkan laki-laki.

2. Metode

Lebih tingginya angka bunuh diri yang berhasil pada laki-laki adalah berhubungan dengan

metode yang digunakan dimana laki-laki menggunakan pistol, menggantung diri, atau lompat

dari tempat yang tinggi. Sedangkan wanita lebih mungkin menggunakan zat psikoaktif secara

Page 11: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

overdosis atau memotong pergelangan tangannya, tetapi mereka mulai lebih sering

menggunakan pistol dibandingkan sebelumnya.

3. Usia

Angka bunuh diri meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki, puncak bunuh

diri adalah usia 45 tahun; pada wanita, jumlah terbesar bunuh diri yang berhasil adalah diatas

55 tahun. Orang lanjut usia kurang sering melakukan usaha bunuh diri dibandingkan orang

muda tetapi lebih sering berhasil. Angka untuk mereka yang berusia 75 tahun atau lebih

adalah lebih dari tiga kali dibandingkan angka untuk orang muda.

4. Ras

Angka bunuh diri diantara orang kulit putih adalah hampir dua kali lebih besar dari angka

bulan kulit putih, tetapi angka tersebut masih diragukan, karena angka bunuh diri pada kulit

hitam adalah meninggi.

5. Status perkawinan

Perkawinan yang diperkuat oleh anak tampaknya secara bermakna menurunkan risiko bunuh

diri. Orang yang hidup sendirian dan tidak pernah menikah memiliki angka hampir dua kali

lipat angka untuk orang yang menikah. Tetapi, orang yang sebelumnya pernah menikah

menunjukan angka yang jelas lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak pernah menikah.

Bunuh diri lebih sering pada orang yang memiliki riwayat bunuh diri dalam keluarganya dan

yang terisolasi secara sosial. Yang disebut bunuh diri ulang tahun (anniversary suicide)

adalah bunuh diri yang dilakukan oleh orang yang mencabut hidupnya pada hari yang sama

seperti yang dilakukan oleh anggota keluarganya.

6. Pekerjaan

Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin besar resiko bunuh diri, tetapi penurunan

status sosial juga meningkatkan risiko. Pada umumnya, pekerjaan menghalangi bunuh diri.

Bunuh diri lebih tinggi pada orang yang pengangguran dibandingkan orang yang bekerja.

Selama resesi ekonomi dan depresi, angka bunuh diri menjadi meningkat. Selama waktu

tingginya pekerjaan dan selama perang, angka bunuh diri menurun. Dokter secara tradisional

dianggap memiliki risiko terbesar untuk bunuh diri. Dokter psikiatri dianggap memiliki risiko

yang paling tinggi. Populasi yang berada dalam risiko khusus adalah musisi, dokter gigi,

petugas hukum, pengacara dan agen asuransi.

Page 12: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

7. Kesehatan Fisik

Hubungan antara kesehatan fisik dan bunuh diri sangat bermakna. Penelitian postmortem

menunjukan bahwa suatu penyakit fisik ditemukan pada 25 sampai 75 persen dari semua

korban bunuh diri. 50% orang dengan kanker yang melakukan bunuh diri melakukannya

dalam satu tahun setelah mendapatkan diagnosis. Tujuh penyakit sistem saraf pusat yang

meningkatkan risiko bunuh diri : epilepsi, sklerosis multipel, cedera kepala, penyakit

kardiovaskular, penyakit Huntington, demensia, dan AIDS. Semua adalah penyakit dimana

diketahui terjadi gangguan mood yang menyertai.

Faktor yang berhubungan dengan penyakit dan terlibat didalam bunuh diri dan usaha

bunuh diri adalah hilangnya mobilitas pada orang yang aktivitas fisiknya memiliki

kepentingan pekerjaan atau rekreasional; kecacatan, terutama pada wanita; dan rasa sakit

kronis yang tidak dapat diobati.

Obat tertentu dapat menyebabkan depresi, yang dapat menyebabkan bunuh diri pada

beberapa kasus. Diantara obat-obat tersebut adalah reserpine (Serpasil), kortikosteroid,

antihipertensi (propanolol/Inderal), dan beberapa obat antikanker.

8. Kesehatan Mental

Faktor psikiatrik yang sangat penting dalam bunuh diri adalah penyalahgunaan zat, gangguan

depresif, skizofrenia, dan gangguan mental lainnya. Hampir 95 persen dari semua pasien yang

melakukan bunuh diri atau berusaha bunuh diri memiliki gangguan mental yang terdiagnosis.

Pasien yang menderita depresi delusional berada pada resiko tertinggi untuk bunuh diri

sebesar 80%. 25 persen dari semua pasien yang memiliki riwayat perilaki impulsif atau

tindakan kekerasan juga berada dalam resiko untuk bunuh diri. Perawatan psikiatrik

sebelumnya untuk alasan apapun meningkatkan resiko bunuh diri.

9. Pasien Psikiatrik

Resiko pasien psikiatrik untuk melakukan bunuh diri adalah 3 sampai 12 kali lebih besar

dibandingkan bukan pasien psikiatrik. Derajat resikonya adalah bervariasi tergantung usia,

jenis kelamin, diagnosis, dan status rawat inap atau rawat jalan. Diagnosis psikiatrik yang

memiliki resiko tertinggi untuk bunuh diri pada kedua jenis kelamin adalah gangguan mood.

Relatif mudanya korban bunuh diri sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa dua

gangguan mental kronis yang memiliki onset awal, skizofrenia dan gangguan depresif yang

berat rekuren berjumlah lebih dari setengah dari semua bunuh diri tersebut.

Page 13: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

3.5 Gangguan-gangguan yang beresiko terjadinya bunuh diri :

1. Gangguan mood

Gangguan mood adalah diagnosis yang paling sering berhubungan dengan bunuh

diri. Pasien laki-laki lebih banyak yang melakukan bunuh diri dibanding pasien wanita.

Kemungkinan orang terdepresi yang melakukan bunuh meningkat jika tidak menikah,

dipisahkan, diceraikan, janda atau baru saja mengalami kehilangan.

2. Skizofrenia

Resiko bunuh diri tinggi diantara pasien skizofrenik; sampai 10 persen meninggal

akibat bunuh diri. Usia onset skizofrenia biasanya pada masa remaja atau dewasa awal

dan sebagian besar pasien skizofrenik yang melakukan bunuh diri melakukannnya selama

tahun-tahun pertama penyakitnya; dengan demikian pasien skizofrenia yang melakukan

bunuh diri cenderung relatif muda.

Gejala depresif berhubungan erat dengan bunuh diri mereka. Hanya sejumlah

kecil yang melakukan bunuh diri karena instruksi halusinasi atau untuk melepaskan

waham penyiksaan. Jadi, faktor resiko untuk bunuh diri diantara pasien skizofrenik

adalah usia yang muda, jenis kelamin laki-laki, status tidak menikah, usaha bunuh diri

sebelumnya, kerentanan terhadap gejala depresif, dan baru dipulangkan dari rumah sakit.

3. Ketergantungan Alkohol

15 persen orang yang ketergantungan alkohol melakukan bunuh diri. Kira-kira 80

persen dari semua korban bunuh diri yang tergantung alkohol adalah laki-laki. Kelompok

terbesar pasien laki-laki yang ketergantungan alkohol adalah mereka dengan gangguan

kepribadian antisosial. Korban bunuh diri yang tergantung alkohol cenderung merupakan

golongan kulit putih, usia pertengahan, tidak menikah, tidak memiliki teman, terisolasi

secara sosial dan baru saja mulai minum.

4. Ketergantungan Zat Lain .

Page 14: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Penelitian di berbagai negara telah menemukan peningkatan resiko bunuh diri

diantara penyalahgunaan zat. Angka bunuh diri untuk orang yang tergantung heroin kira-

kira 20 kali lebih besar dibandingkan angka untuk populasi umum.

5. Gangguan Kepribadian

Sejumlah besar korban bunuh diri memiliki berbagai macam gangguan

kepribadian yang menyertai. Menderita suatu gangguan kepribadian mungkin merupakan

suatu determinan perilaku bunuh diri dalam beberapa cara : dengan mempredisposisikan

pada gangguan mental berat seperti gangguan depresif atau ketergantungan alkohol,

dengan menyebabkan kesulitan dalam hubungan dan penyesuaian sosial, dengan

mencetuskan peristiwa kehidupan yang tidak diinginkan, dengan mengganggu

kemampuan untuk mengatasi gangguan mental atau fisik dan dengan menarik orang ke

dalam konflik dengan orang disekitar mereka, termasuk anggota keluarga, dokter dan

anggota staf rumah sakit.

Depresi adalah berhubungan tidak hanya dengan bunuh diri yang dilakukan tetapi

juga dengan usaha bunuh diri yang serius. Jika orang yang melakukan usaha bunuh diri

dinyatakan sebagai memiliki maksud bunuh diri yang tinggi dibandingkan dengan

mereka yang memiliki maksud bunuh diri yang rendah, mereka secara bermakna lebih

banyak adalah laki-laki, berusia lebih tua, tidak menikah atau bercerai dan hidup

sendirian. Kesimpulan dari korelasi tersebut adalah bahwa pasien depresi yang

melakukan usaha bunuh diri yang serius lebih menyerupai korban bunuh diri

dibandingkan dengan mereka yang berusaha bunuh diri.

3.6 Terapi

Tidak semua pasien memerlukan perawatan di rumah sakit, beberapa dapat diobati

dengan rawat jalan. Untuk menentukan apakah dimungkinkan terapi rawat jalan, klinisi harus

menggunakan pendekatan klinis yang langsung meminta pasien yang diduga bermaksud bunuh

diri untuk setuju menelepon segera jika mencapai titik dimana mereka tidak yakin akan

kemampuan mereka untuk mengendalikan impuls bunuh dirinya. Pasien yang dapat membuat

persetujuan tersebut memperkuat keyakinan bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk

Page 15: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

mengendalikan impuls tersebut dan berusaha mencari bantuan. Jika pasien tidak dapat memenuhi

komitmen ini, maka perawatan di rumah sakit menjadi indikasi yang harus diambil.

Menurut Schnedman, klinisi memiliki beberapa tindakan preventif praktis untuk menghadapi

orang yang ingin bunuh diri seperti :

1. Menurunkan penderitaan psikologi dengan memodifikasi lingkungan pasien yang penuh

dengan stress, menuliskan bantuan dari pasangan, perusahaan atau teman.

2. Membangun dukungan yang realistik dengan menyadari bahwa pasien mungkin memiliki

keluhan yang masuk akal.

3. Menawarkan alternatif terhadap bunuh diri.

Keputusan untuk merawat pasien di rumah sakit tergantung pada diagnosis, keparahan depresi

dan gagasan bunuh diri, kemampuan pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah, situasi hidup

pasien, tersedianya dukungan sosial dan ada atau tidaknya faktor resiko untuk bunuh diri.

Dalam rumah sakit pasien mungkin menerima medikasi antidepresan atau antipsikotik

sesuai dengan indikasi, terapi individual, terapi kelompok dan pasien mendapatkan dukungan

sosial rumah sakit dan rasa aman. Tindakan terapeutik lain tergantung pada diagnosis dasar

pasien. Sebagai contohnya, jika ketergantungan alkohol adalah masalah yang berhubungan,

terapi harus diarahkan untuk menghilangkan kondisi tersebut.

Tindakan yang berguna untuk terapi pasien rawat inap yang mencoba bunuh diri dan

mengalami depresi adalah memeriksa barang-barang pasien dan orang yang berkunjung ke

bangsal. Hal ini bertujuan untuk mencari benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri

dan secara berulang mencari eksaserbasi gagasan bunuh diri. Idealnya, pasien rawat inap yang

mencoba bunuh diri dan mengalami depresi harus diobati dalam bangsal yang terkunci dimana

jendela dipasang terali dan ruangan pasien harus berlokasi dekat dengan tempat perawat untuk

memaksimalkan pengamatan oleh staf perawat. Tim yang mengobati harus memeriksa secara

berulang atau terus menerus mengawasi secara langsung. Terapi yang efektif dengan medikasi

antidepresan harus dimulai. Terapi elektrokonvulsif (ECT) mungkin diperlukan untuk beberapa

pasien yang terdepresi parah yang mungkin memerlukan beberapa kali pengobatan.

Pasien yang sedang pulih dari depresi bunuh diri berada pada resiko khusus. Saat depresi

menghilang, pasien menjadi memiliki energi dan mampu untuk melakukan rencana bunuh

dirinya. kadang-kadang pasien depresi dengan atau tanpa terapi secara tiba-tiba tampak damai

dengan dirinya sendiri karena mereka telah mengambil keputusan rahasia untuk melakukan

Page 16: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

bunuh diri. Klinisi harus secara khusus mencurigai perubahan klinis yang dramatis tersebut, yang

mungkin meramalkan usaha bunuh diri.

Terapi Psikofarmaka

Seseorang yang sedang dalam krisi karena baru ditinggal mati atau baru mengalami suatu

kejadian yang jangka waktunya tak lama, biasanya akan berfungsi lebih baik setelah

mendapatkan tranquilizer ringan, terutama bila tidurnya terganggu. Obat pilihannya adalah

golongan benzodiazepine misalnya lorazepam 3 x 1 mg sehari, selama 2 minggu. Hati-hati

memberikan benzodiazepine pada pasien yang hostile, karena penggunaan benzodiazepine yang

teratur dapat meningkatkan iritabilitas pasien. Jangan memberikan obat dalam jumlah banyak

sekaligus kepada pasien (resepkan sedikit-sedikit saja) dan pasien harus kontrol dalam beberapa

hari.

Pemberian antidepresan biasanya tidak dimulai di ruang gawat darurat, meskipun

biasanya terapi definitif pasien-pasien yang mempunyai kecenderungan bunuh diri adalah

antidepresan. Antidepresan boleh diberikan di instalasi gawat darurat asal dibuat perjanjian

kontrol keesokan harinya secara pasti.

Gaduh Gelisah

A. Definisi

Definisi dari gaduh gelisah adalah suatu keadaan yang menimbulkan tanda gejala

Psikomotor meningkat,yaitu:

Banyak bicara

Mondar-mandir

Lari-lari

Loncat-loncat

Destruktif

Bingung

Afek/emosi excitement, yaitu :

Marah-marah

Mengancam

Agresif

Page 17: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Ketakutan

Euphoria

B. Penyebab Keadaan Gaduh Gelisah :

a. Gangguan mental organik (delirium)

b. Psikosis fungsional

Gangguan psikotik akut

Skizofrenia

Keadaan mania

c. Amok

d. Gangguan panic

e. Kebingungan post konvulsi

f. Reaksi disosiatif

g. Ledakan amarah (temper tantrum)

C. Strategi Umum Pemeriksaan Pasien

a. Ketahui sebanyak mungkin mengenai pasien sebelum menjumpai

b. Waspada mengenai ancaman kekerasan

c. Perhatikan posisi diri jika berada di ruang tertutup

d. Pastikan ada orang lain pada saat pemeriksaan

e. Usahakan untuk mengadakan relasi sebaik mungkin dengan pasien

f. Cegah pasien menciderai diri

g. Cegah pasien menciderai orang lain

h. Pendekatan pasien dengan sikap tidak mengancam

i. Beri keyakinan pada pasien

j. Tawarkan pengobatan

k. Informasikan pasien bahwa pengikatan atau pengurungan mungkin diperlukan

l. Serahkan prosedur pengikatan kepada mereka yang menguasai

m. Pastikan tim selalu siap menahan pasien

D. Pemeriksaan

a. Diagnosis awal

pemeriksaan fisik

wawancara psikiatrik

Page 18: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

pemeriksaan status mental

b. mengidentifikasi faktor pencetus

c. mengidentifikasi kebutuhan segera

untuk segera mendapat penanganan psikiatrik

untuk segera rujuk ke tempat yang paling berkompeten

d. pemeriksaan laboratorium yang relevan

E. Penatalaksanaan pengikatan Fisik

a. Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk menghentikan perilakunya.

b. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan

pengikatan.

c. Tawarkan untuk menggunakan medikasi dari pada dilakukan pengikatan

Jangan tawar-menawar dengan pasien.

d. Jangan membiarkan pasien berpikir tentang keraguan kita untuk melakukan

pengikatan.

e. Lakukan pengikatan

Tiap anggota gerak satu ikatan

Ikatan pada posisi sedemikian agar tidak mengganggu aliran cairan IV jika

diperlukan

Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi

Lakukakan pemeriksaan vital sign tiap setiap ½ jam

Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf

f. Lanjutkan dengan medikasi

g. Setelah pasien dapat dikendalikan dengan medikasi, mulai dengan melepaskan

satu ikatan

h. Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak menganjurkan mengikat

pasien dengan hanya satu ikatan pada anggota gerak

i. Buat catatan mengapa pasien harus diikat

F. Farmakoterapi

a. Golongan benzodiazepine

Diazepam

Lorazepam

Page 19: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Clonazepam

b. Golongan antipsikotik

Chlorpromazine

Haloperidol

Olanzapine

Fluphenazine

Untuk pasien non psikotik

Golongan benzodiazepine

Untuk pasien psikotik

Golongan benzodiazepine

Golongan antipsikotik

Diazepam ampul 10 mg/2cc

Pemberian inj. IM atau IV

Pemberian IV hati-hati dengan depresi sistim pernafasan, berikan secara

perlahan 1 ampul dalam 10 menit

Dapat diulang tiap ½ jam

Chlorpromazine ampul 25mg/cc

Pemberian 25-100 mg inj. IM

Hati-hati hipotensi ortostatik

Dapat diulang tiap ½ jam

Haloperidol ampul 5 mg/cc

Pemberian inj. IM atau IV

D of Ch untuk kecurigaan etiologi organic

Dapat diulang tiap ½ jam

Olanzapine vial 10 mg

Pemberian 5 – 10 mg inj. IM

Dapat diulang 2 jam kemudian

Maksimal dosis 20 mg/hr

Maksimal u 3 hari dilanjutkan dengan p.o.

G. Perhatian

Page 20: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

a. Medikasi hanya bertujuan untuk mengontrol target simptom

b. Pasien eksaserbasi akut sebaiknya diketahui obat yang sedang/terakhir

dipakai, kemudian berikan obat yang sama dengan meningkatkan dosisnya

c. Pemberian golongan benzodiazepin dengan antipsikotik akan menurunkan

kebutuhan dosis antipsikotik dan mengurangi efek EPS

d. Pemberian obat p.o. harus segera dimulai pada hari itu juga

Psikotik Organik

Delirium

Delirium merupakan suatu ganguan metabolisme di otak yang difus di kedua belahan

hemisferium yang menyebabkan terjadi perubahan kesadaran bisa secara perlahan-lahan

atau mendadak mendadak dan hilang timbul (up and down.Pada Delirium bisa ditemukan

gejala gangguan psikiatrik berupa gangguan kognitif secara global atau menyeluruh, antara lain,

gangguan mood, persepsi dan gangguan perilaku. Sedangkan gejala neurologis yang umum

berupa tremor, nistagmus, inkordinasi dan inkontinensia urin. Delirium onset mendadak

(beberapa jam atau hari) berfluktuasi, dan perlangsungan singkat bila penyebab teridentifikasi

dan dihilangkan.

Etiologi bermacam-macam. Kriteria diagnostik Delirium untuk kondisi medik umum

(PPDGJ III)

Gangguan Kesadaran dan perhatian

Mulai kesadaran berkabut sampai koma

Menurunnya kemampuan mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan

perhatian

Gangguan kognitif

Distorsi persepsi seperti iusi, halusinasi, paling sering visual. Hendaya daya pikir seperti

gangguan pikiran abstrak.

Gangguan psikomotor

Hipo atau hiperaktif.Impulsivnees (perilaku tidak terduga).Arus pembicaran berubah (bertambah

atau berkurang)

Page 21: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Gangguan tidur

insomnia, siklus tidur terbalik (mengantuk pada siang hari) gejala memburuk pada mlam hari

mimpi buruk.

Gangguan emosi

Depresi, cemas atau ketakutan, mudah marah, eforia, apatis atau kehilangan akal

Onset singkat, perjalanan penakit berfluktuasi sepanjang hari.

Berlangsung kurang dari 6 bulan.

Psikotik Fungsional

Pada keadaan gaduh gelsah bila kesadaran jernih (kesadaran tidak berkabut atau menurun) maka

hal ini merupakan manifestasi dari psikosis fungsional, yaitu psikosis yang tidak berhubunagn

dengan gangguan organic. Psikosis fungsional yang sering memperlihatkan gejala gaduh gelisah

antara lain::

1. Gangguan Psikotik Akut

2. Skizofrenia, yaitu Furor Kataton

3. Gangguan Afektif Mania

Psikotik Akut

Pasien dengan gejala psikosis sering ditemukan di bagian kegawatdaruratan psikiatrik.

Menentukan sumber psikosis dapat menjadi sulit. Kadang pasien masuk ke dalam status psikosis

setelah sebelumnya putus dari perawatan yang direncanakan. Pelayanan kegawatdaruratan

psikiatrik tidak akan mampu menyediakan penanganan jangka panjang untuk pasien jenis ini,

cukup dengan istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada orang yang menangani kasus

mereka dan/atau memberikan lagi pengobatan psikiatrik yang diperlukan.

Seseorang dapat juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi seperti itu dapat disiapkan untuk

diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi pasien, melakukan suatu pengujian status

mental, pelaksanaan pengujian psikologis, perolehan neuroimages, dan memperoleh pengujian

neurofisiologi lain. Berdasarkan ini, tenaga kesehatan dapat memperoleh suatu diagnosa

diferensial dan menyiapkan pasien untuk perawatan. Seperti pertimbangan penanganan pasien

Page 22: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

lainnya, asal psikosis akut dapat sukar ditentukan karena keadaan mental dari pasien.

Bagaimanapun, psikosis akut digolongkan sebagai keadaan yang memerlukan penanganan

darurat yang segera dan penuh perhatian. Tidak adanya perawatan dan identifikasi dapat

mengakibatkan bunuh diri, pembunuhan, atau kekerasan.Psikotik akut onsetnya mendadak tidak

lama setelah sesudah terjadi stress psikologik yang sangat hebat sehingga menyebabkan

terjadinya gangguan pada pertahanan psikologik seseorang. Kegagalan pertahanan psikologik

dapat menyebabkan frustrasi, konflik, tekanan atau krisis. Stres ini terjadi mendadak dan

jelas , misalnya kehilangan orang yang dicintai, kegagalan pekerjaan, kerugian atau

kebangkrutan dan bencana. Keadaan ini kadang sulit dibedakan dengan Reaksi stress akut. Pada

stress akut perhatain pasien dapat dialihkan sehingga dapat tenang kembali dalam waktu

beberapa jam, sedangkan pada psikosis akut meskipun usaha membujuk atau mengalihkan

perhatian dilakukan tetap memperlihatkan keadaan gaduh gelisah, bahkan mungkin kegaduhan

dan kegelisahannya semakin hebat. Hal ini disebabkan pada psikosis akut terdapat halusinasi dan

waham terutama waham persekutorik atau referensi (curiga).

Violence (Tindak Kekerasan)

Tindak kekerasan adalah suatu tindakan agresi fisik yang dilakukan seseorang terhadap orang

lain atau terhadap diri sendiri. Suatu tndak kekerasan bila dilakukan pada diri sendiri dengan

melukai atau menyakiti diri sendiri disebut mutilasi, sedangkan untuk mengakhiri hidup sendiri

disebut perilaku bunuh diri atau behavior suicide. Penyebab tindak kekerasan bisa karena

gangguan psikiatrik, terutama yang berhalusinasi untuk membunuh merupakan indikasi untuk

rawat inap di Rumah Sakit Jiwa dan mendapat pengobatan antipsikotik. Meskipun tindak

kekerasan pasien pskiatrik sulit diramalkan tapi dapat diprediksi bahwa pasien sebelumnya

mempunyai riwayat ;

a. Pengguna minuman beralkohol dan atau bahan narkotika.

b. Ada riwayat tindak kekerasan

c. Ada riwayat penyiksaan pada masa anak-anak

Pertimbangan lain kemungkinan terjadi tindak kekerasan adalah.

Page 23: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

a. Furor kataton

b. Depresi agitatif

c. Gangguan kepribadian ambang dan antisocial

d. Adanya pernyataan pasien bahwa berniat melakukan tindak kekerasan

e. Ada kesempatan atau ada cara untuk terjadi tindak kekerasan

f. Laki-laki, usia muda

g. Sosioekonomi sangat sederhana

h. Pengendalian impuls buruk

i. Ada stressor baru

Evaluasi

Lindungi diri sendiri

Tidak melakukan wawancara dengan pasien bersenjata

Tidak melakukan wawancara pasien yang beringas

Tidak melakukan wawancara di ruang tertutup atau seorang diri, harus terlihat oleh

petugas ruang gawat darurat psikiatri

Pengikatan tidak dilkukan seorang diri, tapi serahkan ke petugas yang memiliki

ketrampilan khusus yang sudah terlatih

Wawancara tidak dilakukan di ruangan yang terdapat barang yang dapat digunakan

sebagai senjata

Tidak berdekatan dengan pasien, atau yang diduga paranoid

Duduk dekat pintu untuk keluar lebih cepat

Tidak menentang pendapat atau menantang pasien

Tidak membelakangi pasien

Jangan memakai dasi

Jumlah petugas ruang gawat darurat cukup untuk bertindak secara serentak dan

terkoordinir.

Penatalaksanaan

Menenangkan dan membujuk pasien

Pengikatan

Menegakkan diagnosis

Page 24: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Bisa melibatkan aparat hukum atau polisi

Terapi psikofarmaka

-Haloperidol 5 mg/ im (bisa perhari atau tiap 12 jam atau tiap 8 jam)

-Olanzapin injeksi 10 mg im, dapat diulangi 1 jam kemudian bila pasien belum

Tenang.

-Lorazepam 2 – 4 mg atau diazepam 5 – 10 mg iv (perlahan-lahan, 2 menit atau

lebih)

Hindari pemberian antipsikotik pada pasien yang memiliki riwayat kejang

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,

ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik,

dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya

yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada

untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi

dan menangani kondisi ini sangatlah penting.

Page 25: REFERAT Jiwa Kampus Kedaruratan Psikiatri

Saran

Jika menemukan anggota keluarga  yang memiliki tanda prilaku percobaan bunuh diri atau

prilaku menyerang sebaiknya segera bawa orang tersebut ke psikiatri atau bawa ke rumah sakit

agar dapat ditangani lebih lanjut dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan