26
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 %; konsisten dengan angka tersebut, penelitian Epidemological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institue of Mental Helath (NIHM) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3% 1 . ----Prevalensinya Skizofrenia antara laki-laki dan wanita sama, tetapi berbeda dalam onset dan perjalanan penyakit, laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang 1 . Di indonesia penderita dengangangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia, mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga atau latar belakang atau pola asuh anak yang tidak baik sampai bencana alam yang melanda negara kita. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan masalah-masalah psikososial maupun ekonomi, maka ada kecenderungan seseorang untuk mengalami skizofrenia 2 . Orang yang mengalami skizofrenia berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu unsur kehidupan yang terpenting 3 . 1

REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat jiwa

Citation preview

Page 1: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%

penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Di Amerika Serikat

prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai

1,5 %; konsisten dengan angka tersebut, penelitian Epidemological Catchment Area (ECA)

yang disponsori oleh National Institue of Mental Helath (NIHM) melaporkan prevalensi

seumur hidup sebesar 1,3% 1.

----Prevalensinya Skizofrenia antara laki-laki dan wanita sama, tetapi berbeda dalam onset

dan perjalanan penyakit, laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita. Usia

puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah

25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah

sangat jarang 1.

Di indonesia penderita dengangangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan

terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia, mulai

dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga atau latar belakang atau pola

asuh anak yang tidak baik sampai bencana alam yang melanda negara kita. Kondisi seperti

ini dapat menimbulkan masalah-masalah psikososial maupun ekonomi, maka ada

kecenderungan seseorang untuk mengalami skizofrenia 2. Orang yang mengalami

skizofrenia berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu

unsur kehidupan yang terpenting 3.

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda.

Skizofrenia adalah gangguan yang paling lazim dan paling penting. Gangguan skizotipal

memiliki banyak ciri khas dari gangguan skizofrenik dan mungkin berkaitan secara genetik

dengan skizofrenia, namun demikian, halusinasi, waham dan gangguan perilaku yang

besar dari skizofrenia. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan

persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul 4.

Penanganan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi, terapi biologik

atau obat anti psikotik, terapi psikososial, dan perawatan rumah sakit (Hospitalize).

Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, penelitian telah

menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Modalitas

psikososial harus diintegrasikan secara cermat ke dalam regimen terapi obat dan harus

1

Page 2: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

mendukung regimen tersebut. Sebagian besar pasien skizofrenia mendapatkan manfaat

dari pemakaian kombinasi pengobatan antipsikotik dan psikososial1.

I.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang penatalaksanaan Skizofrenia baik secara terapi

biologik maupun terapi psikososial.

I.3 Tujuan

1. Sebagai referensi untuk menambah sumber bacaan mengenai penatalaksanaan

Skizofrenia

2. Sebagai pembelajaran untuk penatalaksanaan Skizofrenia.

2

Page 3: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang memiliki karakteristik khusus.

Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, definisi skizofrenia

dijelaskan sebagai gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental

dalam pikiran dan persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau tidak

wajar4.

2.1.2 Diagnosis

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)4:

Thought echo (isi fikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya, dan isi fikiran ulangan walaupun isinya sama namun kualitasnya

berbeda); atau

Thought insertion or withdrawal: Isi fikiran yang asing dari luar masuk kedalam

fikirannya atau isi fikirnya di aambil oleh sesuatu dari luar; dan

Thought broadcasting: isi fikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umumnya mengetahuinya.

Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

Delusion of influence: waham tentang dirinya di pengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

Delusional perception: Pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat

Halusinasi

Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:

Halusinasi yang menetap dari panca indera

Arus fikir yang terputus

Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah

3

Page 4: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

Gejala-gejala negative seperti sikaap sangat apatis, bicaara yang jarang dan respons

emosionaal yang menumpul dan tidak wajar biasanya penarikan diri dari pergaulan

social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas tidak di sebabkaan karena

depresi

Adanya gejala khas tersebut diatas telah berlangsung dalam kurun waktu satu bulan

atau lebih.Tabel 2.1 Gejala skizofrenia1

Gejala Negatif Gejala Positif

Pendataran afektif

Eskpresi wajah yg tidak berubah

Penurunan spontanitas gerak

Alogia

Kemiskinan bicara

Kemiskinan isi bicara

Tidak ada kemauan

Anhedonia

Tidak memiliki atensi sosial

Halusinasi

Dengar

Suara yg mengomentari

Suara yg bercakap-cakap

Somatik-taktil

Cium

Lihat

Waham

Kejar

Cemburu

Bersalah, dosa

Kebesaran

Keagamaan

Dikendalikan

Insertion

Perilaku aneh

Berpakaian, penampilan

Perilaku agresif

Gangguan pikiran formal positif

Tangensial

Inkoherensia

Sirkumtansia

4

Page 5: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

2.2 Penatalaksanaan Skizofrenia

Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian saat

mempertimbangkan pengobatan gangguan. Pertama, terlepas dari penyebabnya,

skizofrenia terjadi pada seseorang yang mempunyai sifat individual, keluarga dan sosial

psikologis yang unik. Pendekatan pengobatan harus disusun sesuai bagaimana pasien

tertentu telah terpengaruhi oleh gangguan dan bagaimana pasien tertentu akan tertolong

oleh pengobatan. Kedua, kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada

kembar monozigot adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk

menyarankan bahwa faktor lingkungan spesifik telah berperan dalam perkembangan

gangguan. Jadi, seperti agen farmakologis digunakan untuk menjawab ketidakseimbangan

kimiawi yang diperkirakan, strategi nonfarmakologis harus menjawab masalah non

biologis. Ketiga, skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan

teraupetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan yang

memiliki berbagai segi1.

2.2.1 Perawatan di Rumah Sakit

Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh dan

perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian dan tempat berlindung. Tujuan utama

perawatan di rumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan

sistem pendukung masyarakat1.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pada pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah skit tergantung pada

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Penelitian

telah menunjukkan bahwa perawatan singkat di rumah sakit (empat sampai enam minggu)

adalah sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang di rumah sakit dan bahwa rumah

sakit dengan pendekatan perilaku yang aktif adalah lebih efektif dari pada institusi yang

biasanya dan komunitas terapeutik berorientasi tilikan1.

Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah

masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.

Perawatan dir rumah sakit hatus diarahkan unttuk mengikat pasien dengan fasilitas

pascarawat, termasuk keluarganya1.

5

Page 6: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

2.2.2 Terapi Biologi

Pemakaian terapi biologi yang menggunakan antipsikotik pada skizofrenia harus

mengikuti lima prinsip utama yaitu1:

1. Klinisi harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati.

2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus

digunakan lagi. Jika tidak ada informasi tersebut, pemilihan antipsikotik biasanya

didasarkan pada sifat efek samping. Data yang sekarang tersedia menyatakan bahwa

risperidon, remoxipride, dan obat-obat yang mirip dengannya yang akan

diperkenalkan di tahun-tahun mendatang mungkin menawarkan suatu sifat efek

samping yang unggul dan kemungkinan kemanjuran yang unggul.

3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis

yang adekuat. Jika percobaan tidak berhasil, suatu antipsikotik, yang biasanya dari

kelas lain, dapat dicoba. Tetapi, pengalaman yang tidak menyenangkan yang

dirasakan pasien pada dosis pertama obat antipsikotik adalah berhubungan erat dengan

respons buruk dan ketidakpatuhan di masa depan. Pengalaman negatif dapat termasuk

perasaan negatif subjektif yang aneh, sedasi berlebihan, atau suatu reaksi distonik

akut. Jika reaksi awal yang parah dan negatif ditemukan, klinisi dapat

mempertimbangkan untuk mengganti obat menjadi obat antipsikotik yang berbeda

dalam waktu kurang dari empat minggu.

4. Pada umumnya, penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu

adalah jarang diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik menggunakan

thioridazine untuk mengobati insomnia pada pasien yang mendapatkan antipsikotik

lain untuk pengobatan gejala skizofrenia. Pada pasien yang diikat pengobatan secara

khusus, kombinasi antipsikotik dan obat lain sebagai contoh carbamazepine mungkin

diindikasikan.

5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang

diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik.

2.2.2.1 Obat Antipsikosis

Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua

kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonis (DRA)

atau antipsikotika generasi 1 (APG-1) dan serotonin-dopamine antagonis (SDA) atau

antipsikotika generasi II (APG-II)5.

6

Page 7: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

Obat antipsikotik generasi I dan II bermanfaat pada fase akut pengobatan

skizofrenia (gejala dalam beberapa minggu atau bulan) yang didiagnosis episode psikotik

akut, mencegah beratnya gejala psikosis (agitasi, agresif, gejala negatif, dan gejala afek) 6.

a. Antipsikosis Psikosis Generasi – I (APG-I)

Obat APG-I disebut juga antipsikotika konvensional atau tipikal. berguna terutama

untuk mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk gejala negatif hampir tidak

bermanfaat. Obat-obat Tipikal yang sering di gunakan adalah Klorpromazine dan

Haloperidol.

1. Klorpromazine

Farmakodinamik. Efek farmakologik klorpromazin dan antipsikosis lainnya

meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem endokrin. Efek ini

terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai reseptor diantaranya dopamin, reseptor α-

adrenergik, muskarinik, histamin H1 dan reseptor serotonin 5HT2 dengan afinitas yang

berbeda. Klorpromazin misalnya selain memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin, juga

memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor α-adrenergik, sedangkan risperidon

memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin 5HT2 7.

Susunan Saraf Pusat. CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak

acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi

terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emosional pasien

sebelum minum obat 7.

Neurologik. Pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat menyebabkan

gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6 gejala

sindrom neurologik yang karakteristik dari obat ini. Empat diantaranya biasa terjadi

sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut, akatisia, parkinsonisme dan sindrom

neuroleptic malignant, yang terakhir jarang terjadi. Dua sindrom yang lain terjadi setelah

pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, berupa tremor perioral (jarang) dan

diskinesia tardif 7.

Efek Endrokrin. CPZ dan beberapa antipsikosis lama lainnya mempunyai efek

samping terhadap sistem reproduksi. Pada wanita dapat terjadi amenorea, galaktorea, dan

peningkatan libido, sedangkan pada pria dilaporkan adanya penurunan libido dan

ginekomastia. Efek ini terjadi karena efek sekunder dari hambatan reseptor dopamin yang

menyebabkan hiperprolaktinemia, serta kemungkinan adanya peningkatan perubahan

androgen menjadi estrogen di perifer. Pada antipsikosis yang batu misalnya olanzapin,

7

Page 8: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

quetiapin dan aripriprazol, efek samping ini minimal karena afinitasnya yang rendah

terhadap reseptor dopamin 7.

Kardiovaskular. Hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat istirahat

biasanya sering terjadi dengan derifat fenotiazin. Tekanan arteri rata-rata, resistensi perifer,

curah jantung menurun dan frekuensi denyut jantung meningkat. Efek ini diperkirakan

karena efek otonom dari obat antipsikosis. Abnormalitas EKG dilaporkan terjadi pada

pemakaian tioridazin berupa perpanjangan interval QT, abnormalitas segmen ST dan

gelombang T. Perubahan ini biasanya bersifat reversibel 7.

Farmakokinetik. Kebanyakan antipsikosis diabsorpsi sempurna, sebagian

diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama. Bioavabilitas klorpromazin dan

tioridazin berkisar antara 25-35%, sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan

antipsikosis bersifat larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma (92-99%) 7.

Sediaan. CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg. Selain itu juga

tersedia dalam bentuk larutan suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi

merah jambu oleh pengaruh cahaya 7.

2. Haloperidol

Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang

karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%

pasien yang diobati haloperidol 7.

Farmakodinamik. Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin. Pada orang

normal, efek haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase

mania penyakit manik depresif dan skizofrenia. Efek haloperidol selain menghambat efek

dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya 7.

Susunan saraf pusat. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada

orang yang mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding dengan

CPZ. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsi.

Haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga menghambat muntah

yang ditimbulkan oleh apomorfin 7.

Sistem kardiovaskular. Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering

dan sehebat akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardia meskipun kelainan EKG

belum pernah dilaporkan 7.

Farmakokinetik. Haloperidol cepat diserap di saluran cerna. Kadar puncaknya

dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam

8

Page 9: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun

dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi

haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 4 hari sesudah

pemberian dosis tunggal 7.

Efek samping. Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens

yang tinggi, terutama pada pasien usia muda. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan

mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan

pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek

teratogenik 6.

Sediaan. Haloperidol tersedia dalam benttuk tablet 0,5 mg dan 1,5 mg 7.

b. Antipsikosis Generasi -II (APG-II)

APG-II disebut juga antipsikotika baru atau atipikal. Sebaiknya skizofrenia diobati

dengan APG-II. Pemeliharaan dengan dosis rendah antipsikotika diperlukan, setelah

kekambuhan pertama. Dosis pemeliharaan sebaiknya diteruskan untuk beberapa tahun.

Obat APG-II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif . Beberapa Obat APG-II

yang sering di gunakan adalah Clozapine dan Resperidone yang mempunyai efek klinis

yang besar dengan efek samping yang minimal 5.

1. Clozapine

Clozapine merupakan antipsikotika pertama yang efek samping ekstrapiramidalnya

dapat diabaikan. Dibandingkan dengan obat-obat generasi pertama, semua APG-II

mempunyai rasio blokade serotonin (5 hidroksitriptamin) (5-HT) tipe 2 (5-HT2) terhadap

reseptor dopamin tipe 2 (D2) lebih tinggi. Ia lebih banyak bekerja pada sistem dopamin

mesolimbik daripada striatum. Semua obat-obat baru, kecuali clozapine karena efek

samping dan butuh pemeriksaan darah tiap minggu, adalah obat pilihan pertama (first-line

drug). Sebaliknya, clozapine, efektivitasnya sudah tercapai meskipun hanya 40%-60% D2

yang dihambat. Ada dugaan bahwa efektivitas clozapine sebagai antipsikotika di dapat

karena ia juga bekerja pada reseptor lain terutama 5-HT2A 7.

Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik

yang positif (iritabilitas) maupun yang negatif (social disinterest dan incompetence,

personal neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti

perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat ini berguna untuk

pengobatan pasien refrakter terhadap obat standar. Selain itu, karena efek samping

9

Page 10: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

ekstrapiramidal yang sangat rendah, oobat ini cocok untuk pasien yang menunjukkan

gejala ekstrapiramidal berat pada pemberian antipsikosis tipikal. Namun karena klozapin

memiliki risiko timbulnya agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan antipsikosis

yang lain, maka penggunaannya dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat

mentoleransi antipsikosis yang lain. Pasien yang diberi klozapin perlu dipantau jumlah sel

darah putihnya setiap minggu 7.

Farmakokinetik. Clozapine diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada pemberian

per oral, kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat.

Klozapin secara ekstensif diikat protein plasma (> 95%), obat ini dimetabolisme hampir

sempurna sebelum diekskresi lewat urin dan tinja, dengan waktu paruh rata-rata 11,8 jam.

Sediaan. Klozapin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg 7.

2. Risperidon

Farmakodinamik. Risperidon yang merupakan derivat dari benzisoksazol

mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas

menengah terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor

histamin. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor serotonin

dan dopamin 7.

Farmakokinetik. Bioavabilitas oral sekitar 70%, volume distribusi 1-2 L/kg. Di

plasma risperidon terkait dengan albumin dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan protein plasma

sekitar 90%. Risperidon secara ekstensif di metabolisme di hati oleh enzim CYP 2D6

menjadi metabolitnya 9-hidroksirieperidon. Risperidon dan metabolitnya dieliminasi lewat

urin dan sebagian kecil lewat feses 7.

Indikasi. Indikasi risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala

negatif maupun positif. Di samping itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar, depresi

dengan ciri psikosis 7.

Efek samping. Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. Efek

samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah,

peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekstrapiramidal umumnya lebih

ringan dibanding antipsikosis tipikal 7.

10

Page 11: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

Tabel 2.1 Sediaan obat Antipsikosis generasi I dan II 5.

Golongan ObatPotensi

Klinik

Toksisitas

ekstrapiramidal

Efek

Sedatif

Efek

hipotensi

Fenotiazin

- Alifatik

- Piperazin

Tioxanten

Butirofenon

Dibenzodiazepin

Benzisoksazol

Tienobenzodiazepin

Dibenzotiazepin

Dihidroindolon

Dihidrokarbostiril

Klorpromazin

Flufenazin

Thiotixene

Haloperidol

Klozapin

Risperidon

Olanzapin

Quetiapin

Ziprasidon

Aripriprazol

+ +

+ + + +

+ + + +

+ + + +

+ + +

+ + + +

+ + + +

+ +

+ + +

+ + + +

+ + +

+ + + +

+ + +

+ + + + +

+

+ +

+

+

+

+

+ + + +

+ +

+ + +

+ +

+ +

+ +

+ + +

+ + +

+ +

+

+ + +

+

+ + +

+

+ + +

+ +

+ +

+ +

+

+ +

Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang multi episode, terapi

pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit 5 tahun. Pemberian yang cukup lama

ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali. Efek obat antipsikosis secara relatif

berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek

klinis. Sehingga tidak langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan.

Biasanya satu bulan kemudian baru gejala Sindrom Psikosis kambuh kembali. Hal ini

disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat, metabolit-metabolit masih

mempunyai keaktifan antipsikosis 8.

c. Antipsikosis Long Acting Injection

Obat anti-psiksosis “long acting” (Fluphenazine Decanoat 24 mg/cc atau

Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2-4 minggu, sangat berguna untuk pasien yang

tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.

Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama, kemudian baru

ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan 7. Dari hasil penelitian penatalaksanaan jangka

panjang pada pasien skizofrenia di Canada menunjukkan bahwa pasien yang diberikan

antipsikosis long acting injeksi menunjukkan perbaikan klinis signifikan, perbaikan fungsi

sosial dan menurunkan hospitalisasi pasien 9.

11

Page 12: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

2.2.3 Efek samping dan obat yang di gunakan untuk mengatasi efek samping dari

Antipsikotik

Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat antipsikotik adalah sebagai

berikut8:

1. Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja

psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)

2. Gangguan otonomik hipotensi, antikolinergik/parasimpatololitik, mulut kering,

kesulitan defekasi, mata kabur, gangguan irama jantung

3. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson: tremor,

bradikinesia, rigiditas)

4. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynecomastia), metabolik (jaundice), hematologik

(agranulositosis) biasanya pada pemakaian jangka panjang.

Bia terjadi efek samping sindrom ekstra piramida seperti distonia akut, akhitasia

atau parkinsonism, biasanya terlebih dhuu di lakukan penurunan dosis dan bila tidak dapat

di tanggulangi di berikan obat-obat antikolinergik seperti triheksifinidil, benztropin, sulfas

atropine atau definhidramin, yang paing sering di gunakan adalah triheksilfenidin dengan

dosis 3 kali 2 mg per hari. Jika tetap tidak berhasil mengatasi efek samping tersebut maka

di saranan untuk mengganti jenis anti psikotik lainnya 8.

2.2.4 Interaksi Obat

1. Antipsikosis + atipsikosis = potensiasi efek samping dan tidak ada bukti lebih

efektif.

2. Antipsikosis + antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat

3. Antipsikosis + antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus

dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat

4. Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan

kejang meningkat. Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah

haloperidol

5. Antipsikosis + antasida = efektifitas antipsikosis menurun karena gangguan

absorbsi

12

Page 13: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

2.2.5 Terapi Psikososial

Terapi psikosoial terdiri dari terapi perilaku dan terapi berorientasi keluarga.

1. Terapi Perilaku.

Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan

kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latuhan praktis dan

komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah di dorong dengan pujian atau hadiah

yang dapaat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan seperti hak istimewa dan pas jalan di

rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladapatif atau menyimpang seperti

berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh yang aneh dapat

diturunkan 1.

Latihan keterampilan perilaku (behavioral skills training) sering kali dinamakan

terapi keterampilan sosial (social skills therapy), terlepas dari namanya, terapi dapat secara

langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami bagi terapi

farmakologis. Di samping gejala personal dari skizofrenia, beberapa gejala skizofrenia

yang paling terlihat adalah menyangkut hubungan pasien dengan orang lain, termasuk

kontak mata yang buruk, keterlambatan respons yang tidak lazim, ekspresi wajah yang

aneh, tidak adanya spontanitas dalam situasi sosial, dan persepsi yang tidak akurat atau

tidak adanya persepsi emosi terhadap orang lain. Perilaku tersebut secara spesifik

dipusatkan di dalam latuhan keterampilan perilaku. Latihan keterampilan perilaku

melihatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi (role

playing) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan 1.

2. Terapi berorientasi keluarga.

Berbagai terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia.

Karena pasien skizofrenia sering kali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluarga

di mana pasien skizofrenia kembali sering kali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga

yang singkat tetapi intensif (setiap hari). Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan

harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan

kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus

pada pemecahan masalah secara cepat.

13

Page 14: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

Tabel 2.2 Tujuan dan Perilaku Sasaran untuk Terapi Keterampilan sosial 1.

Fase Tujuan Perilaku Sasaran

Stabilitasi dan penilaian

Kinerja sosial dalam

keluarga

Persepsi soaial dalam

keluarga

Hubungan di luar keluarga

Pemeliharaan

Menegakkan ikatan terapeutik

Menilai kinerja sosial dan

keterampilan persepsi

Menilai perilaku yang

memprovokasi emosi yang

diekspresikan

Mengekspresikan perasaan

positif dalam keluarga

Mengajarkan strategi efektif

untuk menghadapi konflik

Mengidentifikasi isi, konteks,

dan arti pesan secara benar

Meningkatkan keterampilan

sosial

Meningkatkan keterampilan

perakejuruan dan kejuruan

Generalisasi keterampilan ke

dalam situasi baru

Empati dan rapport

Komunikasi verbal dan

nonverbal

Kepatuhan, penghargaan, minat

pada yang lain

Respons menghindar terhadap

kritik, menyatakan kesukaan

dan penolakan

Membaca pesan

Melabel suatu gagasan

Meningkatkan maksud orang

lain

Keterampilan bercakap-cakap

Bersahabat

Aktivitas rekresional

Wawancara kerja, kebiasaan

kerja

2.2.6 Perawatan Skizofrenia di Rumah

Lingkungan dan keluarga mempunyai andil yang besar dalam mencegah terjadinya

kekembuhan pada penderita dengan gangguan, oleh karena itu pemahaman keluarga

mengenai kondisi penderita serta kesediaan keluarga dan lingkungan menerima penderita

apa adanya dan memperlakukannya secara manusiawi dan wajar merupakan hal yang

mendasar dalam mencegah kekambuhan penderita..

Beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat

penderita gangguan jiwa di rumah:

1. Memberikan kegiatan/kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari-hari.

2. Berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan penderita dan secara bertahap tingkatkan

sesuai perkembangan

3. Menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri saat melakukan kegiatan, mis:

makan bersama, reksreasi bersama, bekerja bersama.

14

Page 15: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

4. Minta keluarga dan teman menyapa saat bertemu penderita dan jangan mendiamkan

penderita berbicara sendiri

5. Mengajak dan mengikut sertakan penderita dalam kegiatan bermasyarakat misal; kerja

bakti

6. Berikan pujian yang realitas terhadap keberhasilan penderita atau dukungan untuk

keberhasilan sosial penderita

7. Mengontrrol dan mengingatkan dengan cara yang baik dan empati untuk selalu minum

obat untuk prinsip benar, benar nama obat, benar dosis, benar cara pemberian.

8. Mengenali adanya tanda-tanda kekambuhan seperti: suit tidur, bicara sendiri, marah-

marah, senyum sendiri, menyendiri, murung , bicara kacau.

9. Kontrol suasana lingkungan yang dapat memancing terjadinya marah.

15

Page 16: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

1. Penatalaksanan skizofrenia tidak hanya berfokus pada terapi somatik atau terapi

obat-obatan tetapi juga berfokus pada terapi psikososial.

2. Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Antipsikotika generasi 1 (APG-1)

dan antipsikotika generasi II (APG-II). Obat APG-I disebut juga antipsikotika

konvensional atau tipikal sedangkan APG-II disebut juga antipsikotika baru atau

atipikal.

3. Sebagian besar pasien skizofrenia mendapatkan manfaat dari pemakaian kombinasi

pengobatan antipsikotik dan psikososial.

4. Beberapa terapi psikososial yang dapat dilakukan adalah terapi perilaku, terapi

berorientasi keluarga, terapi kelompok.

5. Terapi psikososial mempengaruhi proses perbaikan dan peningkatan kualitas hidup

pasien skizofrenia.

3.2 Saran

Perlu adanya integrasi antara terapi biologis atau terapi obat-obatan antipsikotika

dengan terapi psikososial secara cermat demi perbaikan dan peningkatan kualitas hidup

pasien skizofrenia.

16

Page 17: REFERAT PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri klinis. Jakarta: EGC

2. Jarut Y M, Fatimawali, Weny I. 2013. Tinjauan penggunaan antipsikotik pada

pengobatan skizofrenia di rumah sakit Prof. Dr. V.L Ratumbulysang Manado Periode

Januari 2013 – Maret. 2013. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat. 2(3);2302-

2493.

3. Maramis WF. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga

4. Depkes RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia

III, Cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jendral

Pelayanan Medik.

5. Utama H. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

6. Syarif A, Zunilda D S. 2009. Obat malaria. Dalam: Gunawan S, Setiabudy R,

Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,

pp: 556-570.

7. Thibaut F. 2014. Acute treatment of schizophrenia: introduction to the word

federation of societies of biological psychiatry guidelines. Psychiatric Danubina.

26(1): 2-11.

8. Maslim R. 2007. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi Ketiga.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya.

9. Williams R, dkk. 2014. Risperidone long-acting injection in the treatment of

schizophrenia: 24-month results from electronic schizophrenia treatment adherence

registry in Canada. Neurophyschiatric Disease and Treatment. 10; 417-425.

17