Click here to load reader
Upload
int3n
View
237
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
agama hindu
Citation preview
Rupa yauvana sampanna visala kula sambhavah
Vidyahina na sobhante nirgandha iva kimsukah
Dharma Sastra 37 dan Canakya Niti Sastra 3.8
"Orang-orang yang berwajah ayu/tampan dan usia remaja (muda), lahir dalam keluarga besar dan terhormat, andaikan ia tiada berilmu dan keinsafan diri, orang demikian tidak berarti apa-apa bagaikan bunga pohon kumbang (kimsuka) walaupun indah, kemerahan/menarik, namun baunya tiada harum.
Makna yang begitu dalam dari sloka ini mengajarkan kita bahwa pengetahuan mampu mengantarkan seseorang menuju kejayaan. Tidak peduli penampilan dan masa lalunya, yang penting usaha hari ini dan seterusnya adalah hal yang terpenting. Seperti pepatah menyebutkan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil.
(Tak peduli semenarik apa penampilan anda, yang terpenting isi kepala anda. Kecantikan dan ketampanan hanya sementara, sedangkan kecerdasan berlaku selamanya dan itulah hal yang sangat menarik)
Selamat Malam
Buah, secara arti kata disebut sebagai, bagian tumbuhan yang berasal dari bunga
atau putik, biasanya berbiji. (Poerwadarminta. 1999:152). Pada proses terjadinya buah
secara fotosintesis, pada awalnya tanaman mendapatkan makanan dari dalam tanah (unsur
bhutakala/Danawa), udara serta sinar matahari dari alam (unsurDewa/Madawa), serta
mendapat pemeliharaan dan perawatan dari manusia (unsur Manawa). Buah, juga
bermakna hasil, sehingga dalam konteks karma, buah dikatakan sebagai phala yang wajib
dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Hal ini membuat manusia tidak terikat
akan hasil kerja dan menjadikan kerja sebagai persembahan, brahma karma samadhinah.
Pada intinya, buah diartikan secara leksikal berdasarkan jenis buah yang dijadikan pondasi
atau dasar persembahan, misalnya pisang atau biyu kayu dalam banten pejati diartikan biu
kayu nga; hyuning citta maring hayu; biu ngaran hayu, kayu ngaran kayun, yang
maksudnya sebagai lambang pikiran yang suci dan jernih. (Sri Arwati. 2002; 18).
Contoh lain, buah kelapa dalam daksina mempunyai makna sebagai lambang alam
semesta yang sering dikenal sebagaibhuwana agung. Secara simbolis alam semesta beserta
susunannya dapat dipahami melalui analogi buah kelapa. Pustaka lontar Aji Sangkya (dalam
(Sri Arwati. 2002: 14). disebutkan bahwa buah kelapa dalam setiap persembahan
atau bebanten mempunyai makna atau perlambang alam semesta dengan empat belas
lapisan yang terbagi atas tujuh lapisan alam atas (sapta loka) dan tujuh lapisan alam bawah
(sapta patala). Lambang sapta patala dalam buah kelapa terdiri dari; 1) air kelapa sebagai
lambang alam/wilayahmahatala, 2) bagian isi kelapa yang lembut lambang
alam/wilayahtala-tala, 3) isi kelapa yang putih sebagai lambang alam/wilayahtala, 4) lapisan
pada isi kelapa sebagai simbol alam antala, 5) lapisan isi bagian dalam yang keras
merupakan perlambang wilayahsutala, 6) lapisan tipis paling dalam yang berwarna coklat
merupakan lambang wilayah nitala, dan 7) batok kelapa merupakan lambang
wilayah patala. Sementara lambang sapta loka pada buah kelapa disebutkan. 1) Bulu batok
kelapa sebagai perlambang bhur loka, 2) serat saluran kelapa merupakan lambang bhwah
loka, 3) serat serabut basah sebagai lambang swah loka, 4) serabut basah
perlambang maha loka, 5) serabut kering merupakan simbolik jnana loka, 6) kulit serat
kering perlambang tapa loka, dan 7) kulit serat kering bagian luar merupakan wilayah satya
loka.
Secara harfiah makna dan fungsi buah dalam upacara yajña mengikuti jenis dan
bentuk buah yang dipersembahkan. Buah mangga, dapat diartikan sebagai persembahan
diri, karena arti kata ma-angga dalam bahasa Kawi maupun Sansekerta berarti diri sendiri.
Penggunaan buah dalam upacara yajña juga bermakna simbolik badan manusia yang
mengandung benih kehidupan. Hal ini disimbolisasi bahwa pada umumnya buah
mengandung biji dan biji buah merupakan benih kehidupan atau bakal tumbuhan. (Agung
Mas. 1994 :17). Atas dasar ini buah juga diartikan sebagai bija atau benih kehidupan yang
mempunyai pengertian sebagai brahmananda (telurnya Brahma). Karena benih kehidupan
berasal dari Ida Sang Hyang Widhi maka persembahan buah sebagai benih kehidupan
bermakna pengembalian benih tersebut kepada pemilik-Nya dalam upaya menjaga
keseimbangan alam.
Pada intinya, buah sebagai persembahan mempunyai makna penyerahan diri yang
tulus ikhlas kehadapan Sang Pencipta sebagai perwujudan rasa bhakti atas karunia-Nya.
Buah mempunyai makna dan fungsi yang sakral karena berarti segala sesuatu akan kembali
ke asalnya. Hal ini dapat diartikan dari suku kata pha dan lam. Pha berarti asal
dan lam berarti kembali. Jadi persembahan buah atau phalam mempunyai makna bahwa
sesungguhnya seluruh umat manusia pasti akan kembali kepada Sang Pencipta sebagai
tempat asal dari mana seluruh makhluk bermula. Konsep ini merupakan implementasitasi
dari falsafah mosartham jagadhita ya ca iti dharma yang berarti, bahwa kewajiban utama
umat manusia adalah menjaga keseimbangan alam semesta secara duniawi maupun
spiritual. Persembahan buah merupakan realita dari tujuan mulia dimaksud.
http://myblograsta.blogspot.co.id/2009/08/makna-dan-fungsi-buah-dalam-upacara.html