Upload
suci-nurannisa-yusuf
View
174
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skizofrenia paranoid
Citation preview
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. TR
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD kelas 2
Pekerjaan : Tidak bekerja
Bangsa/suku : Indonesia/Jawa
Alamat : Gadungan Kepuh RT 03, Canden, Jetis, Bantul
No. RM : 400978
Tanggal pertama masuk rumah sakit : 27 Ferbruari 2010
Tanggal terakhir masuk rumah sakit : 20 September 2012
2. ALLOANAMNESIS
Diperoleh dari 1
Nama Ny. H
Umur 45 tahun
Jenis kelamin Perempuan
AlamatGadungan Kepuh RT 03, Canden, Jetis,
Bantul
Pekerjaan Swasta (penjahit)
Pendidikan SMK
Hubungan Adik Kandung
Lama Kenal Dari lahir sampai sekarang
Sifat Perkenalan Dekat
Tempat Wawancara Rumah pasien
1
a. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
Pasien tidak datang ke rumah sakit (diwakilkan adiknya) karena obat
habis dan ingin meminta obat. Pasien dikeluhkan oleh adiknya rawat diri
kurang (susah disuruh mandi).
b. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
Autoanamnesis
Menurut pasien, sakitnya dimulai setelah gempa tahun 2006, pasien
mengatakan semenjak kejadian itu sering mendengaar seseorang
membisikinya, terus-menerus, dan bisikan itu biasanya datang ketika
pasien sedang sendirian dan seringnya pada waktu malam hari. pasien
menyangkal bisikan yang mengancam, meneror, mengejek atau menakut-
nakuti. Pasien sangat takut mendengar suara gemuruh, apapun
penyebabnya atau suara hujan pasien menjadi sangat ketakutan terlebih
jika suara gemuruh/ hujan itu datang dalam keadaan pasien sedang sendiri.
Pasien bisa menjadi hilang kendali, menangis, menjerit-menjerit, dan
mendobrak pintu. Pasien mengakui pernah kabur dari rumah selama satu
tahun setelah gempa terjadi, pasien meninggalkan rumah berjalan kaki dari
Jetis ke Magelang, pasien pada saat itu merasa bingung tidak tahu apa yang
dilakukan. Bisikan yang menyuruh pasien untuk meninggalkan rumah,
mencari sesuatu, mengikuti sesuatu disangkal oleh pasien. Kemudian
seseorang mengantarkannya pulang kembali ke rumah. Setelah itu pasien
dibawa ke RS Grasia tahun 2009 sampai 2010. Selama mondok pasien
merasa mengalami perbaikan, bisikan-bisikannya mulai berkurangbahkan
jarang, ketakutan terhadap suara-suara gemuruh dan hujan pun sudah mulai
berkurang, tetapi pasien takut sendirian pada saat hujan dan harus
ditemani.
Ketika berobat jalan di RSPS pasien pernah mengalami nyeri saat
berkemih dan dikonsulkan ke poli penyakit dalam dan diberi obat,
sekarang pasien mengakui sudah tidak ada keluhan nyeri berkemih.
Pasien menikah dengan suaminya (almarhum), pasien lupa tanggal dan
tahun menikah. Suami pasien bekerja sebagai tentara, pada tahun 2001
2
suaminya didiagnosis stroke dan meninggal di RSPS. Hasil pernikahannya
dikaruniai dua orang anak laki-laki. Pasien menyangkal pemicu sakitnya
diakibatkan oleh kematian suaminya. Pasien merasa sedih ditinggal
suaminya namun pasien menyangkal sedih berkepanjangan, pasien
menyangkal adanya perasaan ingin mati menyusul suaminya. Setelah
ditinggal suaminya pasien menghidupi anak-anaknya dari gaji suaminya
dan dari hasil sawah.
Alloanamnesis
Menurut penuturan adik kandungnya, sebelum gempa dan sebelum
menikah, pada waktu pasien masih kecil sudah berperilaku kurang “genap”
tetapi masih dalam batas wajar seperti daya ingat kurang, tidak ada minat
belajar, ketika ditanyakan langsung ke pasien, pasien mengakui tidak dapat
mengikuti pelajaran sehingga pasien hanya mengikuti sampai kelas 2 SD.
Setelah itu adik pasien tidak mengikuti perkembangan pasien dikarenakan
bekerja di Jakarta tahun 1997 dan kembali ke Bantul tahun 2006 setelah
mendengar kabar bahwa pasien mengalami gangguan jiwa dan
memutuskan untuk merawat pasien.
Setelah gempa, pasien sering mengamuk, bicara sendiri, tertawa
sendiri, takut suara gemuruh dan suara hujan. Apabila datang hujan dan
pasien posisi sendirian pasien hilang kendali, mendobrak pintu, dan
menjerit-jerit. Pasien sering berlari-lari sampai ke sawah-sawah
mengatakan ketakutan ditangkap polisi, namun setelah ditanyakan
langsung ke pasien, pasien tidak mengingat kejadian itu, dan ketika
ditanyakan ketakutan itu akibat pengaruh bisikan atau suara yang menakut-
nakuti pasien menyangkalnya.
Setelah gempa sekitar tahun 2008 pasien meninggalkan rumah.
Keluarga tidak mengetahui pasien pergi ke mana, pasien meninggalkan
rumah selama kurang lebih 1 tahun. Keluarga berusaha mencari namun
tidak kunjung ketemu. Sekitar tahun 2009 pasien pulang ke rumah diantar
oleh dinas sosial kota Magelang. Setelah itu pasien dibawa ke RS Grasia
dan mondok disana. Tahun 2010 pasien berobat jalan di RSPS dan semakin
3
hari seadaan pasien semakin membaik. Sudah tidak berbicara sendiri,
tersenyum sendiri, mengamuk, menjerit-jerit, sudah bisa bersosialisasi
dengan tetangga, membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan
memasak, namun rawat diri masih kurang seperti mandi jarang dan harus
disuruh. Selama pasien sakit anak pasien dirawat oleh adik pasien.
c. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial
dan Kemandirian)
Sistem Saraf : nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)
Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-)
Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)
Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit
makan (-), Sakit perut (-)
Sistem Urogenital : BAK normal
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-), biru-
biru (-)
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri
otot (-), kelemahan otot (-).
Secara organik, tidak terdapat kelainan apapun. Nyeri saat berkemih
sudah tidak dikeluhkan kembali oleh pasien. Pada pasien juga tidak terdapat
hambatan yang mengganggu dalam fungsi sosial dan kemandirian yang
disebabkan oleh gangguan dari aspek kejiwaan.
Secara sosial ibu TR dapat bergaul secara normal, Ibu TR juga bisa
melakukan aktifias rumah tangga sehari-hari walaupun walaupun kadang
susah untuk mandi.
4
d. Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala Klinis
Mental Health Line/Time
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Fungsi Peran
e. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.e.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan di
sangkal oleh narasumber (autoanamnesis dan alloanamnesis).
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Tidak ada stresor psikososial
Faktor Predisposisi
Tidak ditemukan faktor yang melatarbelakangi terjadinya
gangguan kejiwaan
Faktor Presipitasi
Dari penuturan narasumber alloanamnesis, pasien sudah memiliki
tingkah aneh dari sejak sebelum gempa tetapi tidak mengetahui apa yang
menyebabkannya dan setelah gempa tahun 2006 pasien mengalami
gangguan jiwa. Autoanamnesis : Pasien mengaku gangguan jiwa terjadi
setelah gempa tahun 2006, sebelum gempa pasien mengatakan bahwa
dirinya masih waras.
2.e.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Pasien menderita gangguan jiwa sejak tahun 2006, sebelumnya
pasien belum pernah mengalami hal yang serupa dengan
5
penyakitnya sekarang.
Riwayat Sakit Berat/Opname
- Autoanamnesis
1 kali di RS Grasia tahun 2009.
- Alloanamnesis
1 kali di RS Grasia masuk tanggal 2 Desember 2009 sampai 23
Januari 2010
f. Riwayat Keluarga
2.f.1. Pola Asuh Keluarga
o Autoanamnesis
Pasien mengatakan anak pertama dari 3 bersaudara. Pasien sekolah
SD sampai kelas 2 dikarenakan pasien tidak bisa mengikuti
pelajaran. Pasien masih mengingat tempat dimana dia sekolah.
Menurut penuturan pasien keluarganya saling mendukung dan
membantu, dan tidak pernah ada masalah dalam keluarga.
o Alloanamnesis 1
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penuturan
narasumber sama dengan penuturan pasien.
2.f.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dengan adik kandung pasien, beliau
mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki kelainan serupa dengan pasien.
6
2.f.3. Silsilah Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dengan pasien dan adik kandung pasien, kami
hanya dapat informasi silsilah keluarga mulai dari orang tua mereka.
Keterangan :
- : pasien
g. Riwayat Pribadi
2.g.1. Riwayat Kelahiran
Dari alloanamnesis, pasien lahir di dukun beranak, tak ada kelainan
tetapi sewaktu kecil tetapi tidak ingat diimunisasi lengkap dan tidaknya.
2.g.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut adik kandungnya, perkembangan mental pasien sejak kecil
sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal
mereka. Pasien tidak dapat mengikuti pelajaran.
2.g.3. Perkembangan Awal
Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.
7
48
15
45
24
2.g.4. Riwayat Pendidikan
SD : hanya sampai kelas 2 SD
2.g.5. Riwayat Pekerjaan :
Setelah menikah, pasien tidak bekerja. Sehari-hari menjadi ibu
rumah tangga biasa.
2.g.6. Riwayat Perkembangan Seksual
Tidak ditanyakan.
2.g.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
Solat apabila diingatkan
Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal
2.g.8. Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah dengan suami (almarhum) dan dikaruniai 2 orang
anak laki-laki, anak pertama sudah menikah sedangkan anak yang ke-2 kelas
2 SMP, tetapi tidak ada masalah dalam perkawinan.
2.g.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian
Premorbid)
Ramah
2.g.10. Hubungan Sosial
Menurut penjelasan dari narasumber dan adik kandung pasien,
pasien bisa bersosialisasi dengan tetangga.
2.g.11. Kebiasaan
Adik kandung pasien mengatakan semenjak gempa sampai
sekarang pasien tidak bisa mendengar suara gemuruh dan hujan. Apabila
hujan pasien harus ditemani karena merasa takut.
2.g.12. Status Sosial Ekonomi :
Keluarga ibu TG merupakan keluarga yang pas-pas an, melihat dari
ibu TG tinggal 1 rumah dengan adik kandung, adik ipar, 1 keponakan dan 1
anaknya yang masih sekolah SMP. Bangunan rumahnya dari semen.
Penghidupan bergantung dari adik kandungnya dan sawah yang dimilikinya.
2.7.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
8
Urusan dengan polisi (-)
h. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis 1 : dapat dipercaya
i. Kesimpulan Alloanamnesis
Sejak tahun 2006 pasien mengalami gangguan jiwa, dan pernah
mondok di RSJ. Grasia.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Praesens
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 21 September 2012
Keadaan Umum : Compos Mentis (tidak tampak sakit jiwa).
Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.
Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
- Nadi : 82 x/menit.
- Respirasi : 16 x/menit.
- Suhu : afebris
Kepala :
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
Leher :
- Inspeksi : leher tampak bersih.
- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)
Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)
- Sistem Urogenital : tidak dilakukan
pemeriksaan
Ekstremitas
9
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan
Kelainan Khusus: (-)
Kesan Status Internus : dalam batas normal, meskipun ada
beberapa pemeriksaan yang tidak
dilakukan karena tidak tersedianya
tempat.
3.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Tanda Meningeal : (-)
Nervi Kranialis : tidak dilakukan.
Kekuatan Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.
Refleks Fisiologis : tidak dilakukan
Refleks Patologis : tidak dilakukan
Gerakan Abnormal : (-)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan Status Neurologis : kesan umum tidak ditemukan kelainan
neurologis
b. Status Psikiatri
Tanggal Pemeriksaan: 21 September 2012
3.2.1. Kesan Umum
Tak tampak gangguan jiwa.
No Status Psikiatri Hasil Keterangan
1 Kesadaran Kuantitatif : GCS =
E4V5M6
Kualitatif : Compos mentis
OS sadar penuh tanpa rangsang apapun
dapat diajak berkomunikasi
2 Orientasi Orang : Baik OS dapat mengenal orang dengan baik
Waktu : Baik OS dapat membedakan waktu pagi, siang,
10
sore dan malam.
Tempat : Baik OS mengetahui dimana sekarang ia berada.
Situasi : Baik OS dapat membedakan suasana di rumah
sakit dan tempat lain.
3
4
Sikap/Tingkah laku
Penampilan/rawat
diri
Kooperatif
Cukup
Kooperatif : Dapat diajak bicara
Pasien mandi 1x sehari.
5 Roman muka Eutimik OS memperlihatkan mimik yang cukup
6 Afek Appropriate Os menunjukkan ekspresi sesuai
7
Pikiran
a. Bentuk pikiran :
nonrealistik
Apa yang diucapkan pasien tidak sesuai
dengan kenyataan (ada waham)
b. Progresi pikir
Kuantitatif: cukup
bicara
OS menjawab jika ditanya
Kualitatif :
relevan dan
koheren
OS dapat dipahami bicaranya
8 Hubungan Jiwa Baik Mudah dibina hubunganya dengan
pemeriksa
9 Perhatian Mudah ditarik mudah
dicantum
OS mau menjawab bila ditanyadan jawaban
OS dapat dimengerti
10
Persepsi
Halusinasi :
- Halusinasi auditorik (+)
.OS dulu sering mendengar bisikan-bisikan
dari telinganya, namun sejak tahun 2011 dan
2012 sudah sangat jarang ada bisikan.
11 Insight Derajat 6 Os sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan
3.2.2. Mood dan Interest
Dalam batas normal
Depresi
11
o Tidak ada
Kecemasan
o Merasa cemas ketika terdengar suara gemuruh dan hujan
Iritabilitas/Sensitivitas
o Tidak mudah tersinggung
3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan
Tidak dilakukan pemeriksaan
3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan
- Tidak ada.
c. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
introvert
3.3.2. IQ
Tidak dapat dilakukan tes.
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada.
d. Hasil Pemeriksaan Sosiologis
Tidak ada.
4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Sikap baik, pakaian biasa, pasien tidak seperti orang sakit.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa.
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Kualitas : koheren, relevan
Kuantitas : bicara cukup
4.2. Gejala (Simtom)
a. Pasien berhalusinasi auditorik (yang dirasakan pasien ada seseorang
yang sering membisik-bisikinya, hanya mengajak bicara, bisikan tidak
mengancam dan menterornya)
12
b. Perilaku aneh
c. Bentuk pikir tidak realistik
d. Sering bicara sendiri
e. Tersenyum sendiri
f. Sering mengamuk dan bingung
g. Perawatan diri kurang
4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Pada saat anamnesis, pasien terlihat tenang dan dapat bercerita tentang dirinya,
berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dengan pasien:
a. Halusinasi yang menetap yang terjadi selama bertahun – tahun dan terus
menerus.
b. Sering berbicara, mengamuk dan tersenyum sendiri
c. Perilaku aneh
5. DIAGNOSIS BANDING
- Skizofrenia tipe paranoid
6. PEMBAHASAN
Pedoman menurut DSM – IV
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric
Association untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis DSM-IV sebagian besar tidak
berubah dari DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), walaupun DSM-IV
menawarkan lebih banyak pilihan bagi klinisi dan lebih deskriptif terhadap situasi
klinis yang aktual.
a) Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
jika diobati dengan berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
13
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham
adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus
mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara
yang saling bercakap satu sama lainnya.
b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau
pekerjaan yang diharapkan).
c) Durasi: tanda gangguan menetap terus-menerus menetap selama
sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1
bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi
kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala
prodormal atau residual. Selama periode prodormal atau residual, tanda
gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau
lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
d) Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena:
1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah
terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau
2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
adalah relatif singkat dibanhdingkan durasi periode aktif dan residual.
e) Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan,
suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat
adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,
14
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi
yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika
diobati secara berhasil).
Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal (dapat diterapkan hanya setelah
sekurangnya 1 tahun lewat sejak onset awal gejala fase aktif):
- Episodik dengan gejala residual interepisode (episode didefinisikan oleh
timbulnya kembali gejala psikotik yang menonjol); juga disebutkan jika
dengan gejala negatif yang menonjol
- Episodik tanpa gejala residual interepisodik
- Kontinu (gejala psikotik yang menonjol ditemukan di seluruh periode
obsernasi); juga disebutkan jika dengan gejala negatif yang menonjol
- Episode tunggal dalam remisi parsial; juga disebutkan jika dengan gejala
negatif yang menonjol
- Episode tunggal dalam remisi penuh
- Pola lain atau tidak ditemukan
Pedoman menurut PPDGJ – III
Dalam PPDGJ III Dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala=gejala itu kurang tajam atau jelas).
1. Salah satu dari:
- “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
2. Salah satu dari:
15
- “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; atau
(tentang “dirinya” : secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus;
- “delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat;
3. Halusinasi auditorik:
1. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
2. Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
3. Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian
tubuh
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
16
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pada pasien ini diagnosis nya adalah
F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )
Pedoman diagnostik :
1. Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia
2. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.’
3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skiszofrenia
Diagnosis Banding
Skizofrenia paranoid (F 20.0)
- Gejala utama : waham primer + sekunder & halusinasi
- Sering mulai sesudah 30 tahun, permulaan subakut
- Kepribadian sebelum sakit : skizoid suka menyendiri; pendiam; cenderung
menghindar terhadap aktivitas-aktivitas sosial yang melibatkan kontak atau
17
interaksi dengan orang-orang; tidak memiliki ketertarikan untuk menjalin
hubungan dekat dengan orang sekitar, bahkan dengan keluarganya sendiri;
tidak menunjukkan ekspresi emosi yang biasanya seperti orang nornal pada
umumnya (cenderung bersikap dingin). (Medline, mayoclinic)
Gejala utamanya adalah adanya delusi persecusion dan grandeur, dimana
individu merasa dikejar-kejar. Hal tersebut terjadi karena segala sesuatu
ditanggapi secara sensitif dan egosentris seolah-olah orang lain akan berbuat
buruk kepadanya. Oleh karena itu, sikapnya terhadap orang lain agresif. Delusi
tersebut diperkuat oleh halusinasi penglihatan dan pendengaran, misalnya terlihat
wajah-wajah yang menakutkan, terdengar suara mengancam, dan sebagainya
sehingga timbul reaksi menyerang atau agresi karena terganggu. Hal-hal tersebut
juga bisa mendorong penderita untuk membunuh orang lain atau sebaliknya
bunuh diri, sebagai usahanya untuk menghindari delusi persecusion Terdapat
kecenderungan homoseksualitas, dimana penderita laki-laki akan mengancam
laki-laki dan penderita perempuan akan mengancam perempuan. Adanya delusion
of grendeur dapat menimbulkan delusion of persecusion, dimana individu
menganggap orang lain cemburu kepada kepintarannya, kekayaannya,
kepopulerannya, kecantikannya, kedudukan sosialnya, dan sebagainya. Pada
penderita timbul "Ideas of Reference", yaitu terjadi percampuran antara waham
dan halusinasi dengan kecenderungan untuk memberikan impresi/nuansa pribadi
terhadap segala kejadian yang dialaminya. Misalnya, suara klakson mobil di jalan
depan rumah, dianggapnya sebagai terompet tanda penyerbuan terhadap dirinya
segera akan dimulai.
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol;
• Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit, mendengung atau tawa
• Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual
18
• Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang dikejar-
kejar
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1. Pemeriksaan Psikologi
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
Manajemen kasus
Assertive Community Treatment (ACT)
7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)
Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak mnunjukkan gejala-gejala patologik
pada organ.
8. DIAGNOSIS
Aksis I : Skizofrenia Yang Tak Terinci dalam remisi (F20.3)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ditemukan kelainan organik
Aksis IV : masalah berkaitan dengan diri sendiri
Aksis V : GAF 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
19
Farmakoterapi
Risperidon 2x1 mg
Triheksiphenidil 2x1 mg
Psikoterapi
o Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.
o Konselling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien
mengenai penyakitnya dan cara menghadapinya agar pasien mengetahui
kondisi dirinya.
o Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien
dan orang sekitar agar memberi dukungan kepada pasien. Dukungan moral
dan suasana kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.
10. PROGNOSIS
FA
KT
OR
PR
EM
OR
BID
Indikator Pada Pasien Prognosis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
-
Tidak ada
Perhatian cukup
tidak ada
Ada
Ekonomi baik
Ada
Janda
biasa
-
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
-
-
20
FA
KT
OR
MO
RB
ID
10.
11.
12.
13.
14.
obat
15.
16.
gejala
17.
Dewasa
Kronik
psikotik
Baik
Baik
Baik
Tidak
Meningkat
Baik
baik
baik
Baik
baik
Baik
Baik
Baik
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
11. RENCANA FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas
obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
Pastikan pasien mendapat psikoterapi.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. “Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III”. Cetakan Pertama. Jakarta :
Depkes RI.
2. Kaplan &Sadock, 2010. Buku Ajar psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC
3. Buku ajar psikiatri. Fakultas Kedokteran Indonesia.
4. Soewandi, 2002, Simtomatologi Dalam Psikiatri, Yogyakarta: FKUGM
22
PRESENTASI KASUS
SKIZOFRENIA UNDIFFERENTIATED
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti P., M.Kes., Sp.KJ
Disusun oleh :
Suci Nurannisa Yusuf, S.Ked
20070310026
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
23
2012
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
SKIZOFRENIA UNDIFFERENTIATED
Disusun oleh :
Suci Nurannisa yusuf, S.Ked
20070310026
Telah dipresentasikan dan disetujui
pada tanggal : September 2012
Pembimbing :
dr. Vista Nurasti P., M.Kes., Sp.KJ
24