28
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.................................................1 BAB I......................................................2 PENDAHULUAN................................................2 A. Latar Belakang........................................2 BAB II.....................................................3 PEMBAHASAN.................................................3 A. AKHLAK................................................3 1. Pengertian..........................................3 2. Dasar Hukum Akhlak..................................3 3. Tujuan Akhlak.......................................4 4. Pembagian Akhlak....................................4 B. TASAWUF..............................................13 1. Pengertian.........................................14 2. Dasar Hukum Tasawuf................................14 3. Tujuan Tasawuf.....................................14 4. Tarekat............................................15 5. Tasawuf dalam Kehidupan Modern.....................15 BAB III...................................................18 PENUTUP...................................................18 Kesimpulan..............................................18 DAFTAR PUSTAKA............................................19 1

tugas agama bpak awad AKHLAK DAN TASAWUF.docx

Embed Size (px)

Citation preview

DAFTAR ISIDAFTAR ISI1BAB I2PENDAHULUAN2A.Latar Belakang2BAB II3PEMBAHASAN3A.AKHLAK31.Pengertian32.Dasar Hukum Akhlak33.Tujuan Akhlak44.Pembagian Akhlak4B.TASAWUF131.Pengertian142.Dasar Hukum Tasawuf143.Tujuan Tasawuf144.Tarekat155.Tasawuf dalam Kehidupan Modern15BAB III18PENUTUP18Kesimpulan18DAFTAR PUSTAKA19

BAB I PENDAHULUANLatar BelakangTingkah laku atau akhlak seseorang adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan ke dalam perbuatan. Sikap seseorang mungkin saja tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak dicerminkan dalam perilakunya sehari-hari dengan perkataan lain adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh katrena itu meskipun secara teoritis hal tersebut terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran Islam itu tidak boleh terjadi atau kalaupun terjadi menurut ajaran Islam itu termasuk iman yang rendah. Untuk memberikan dorongan bagi kita melatih akhlak.1[footnoteRef:2] [2: Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi cet. 10, Bulan Bintang, Jakarta,1996, hlm. 266.]

BAB IIPEMBAHASANA. AKHLAKPengertianKata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq, jamaknya khulukan, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Kata akhlak ini lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa dan indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.[footnoteRef:3] [3: Hamzah Jacub, Ethika Islam, Publicita, Jakarta, 1978, hlm. 10.]

Sedangkan menurut istilah adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa dipikir, dan direnungkan lagi. Kata akhlak mengandung segi-segi penyesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti pencipta, dan mahkluk berarti yang diciptakan.[footnoteRef:4] [4: A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 73.]

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Akhlak tidaklah semata-mata kelakuan manusia yang tampak atau lahiriah, tetapi banyak aspek yang yang berkaitan dengan sikap dan batin maupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, hingga pola perilaku kepada alam.[footnoteRef:5] [5: Zainuddin dan Jamhari, hlm. 74]

Dasar Hukum AkhlakDalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik buruknya suatu sifat seseorang itu adalah Al-Quran dan As-Sunnah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang terbaik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk buruk menurut Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.[footnoteRef:6] [6: M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm. 11.]

Al-Quran menggambarkan akidah orang-orang beriman, kelakun merekan yang mulia dan gambaran kehidupan manusia yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding terbalik dengan perwatakan orang-orang kafir dan munafik yang jelek dan merusak. Gambaran mengenai akhlak mulia dan dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia sepanjang sejarah. Al-Quran juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan , kekufuran, dan kemunafikan yang mencoba menggoyahkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.[footnoteRef:7] [7: A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm 74.]

Tujuan AkhlakPada dasarnya tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang sesuai dengan ajaran islam. Disamping itu, setiap muslim yang berakhlak yang baik dapat memperoleh hal-hal berikut :a. Ridha Allah SWT.b. Kepribadian muslim.c. Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela.[footnoteRef:8] [8: Zainuddin dan Jamhari, hlm. 76-77]

Pembagian AkhlakAkhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya. Berdasarkan sifatnya, akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, akhlak mahmudah(akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang mulia). Kedua, akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyiah (akhlak yang jelek).[footnoteRef:9] [9: Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm 212]

a. Akhlakul KarimahAkhlakul karimah berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak yang mulia. Pengertian akhlak kerap kali disamakan dengan etika Islam. Akhlakul karimah biasanya disamakan dengan perbuatan atau nilai-nilai luhur etika islam. Nilai-nilai luhur tersebut memiliki sifat terpuji (mahmudah). Sehingga akhlakul karimah disebut pula akhlakul mahmudah yang bersumber kepada Al-Quran sunah Rasulullah SAW. Oleh sebab itu akhlakul karimah memiliki dimensi penting yang jaban vertikal dan sangat mengikat. Nilai-nilai luhur yang bersifat terpuji.[footnoteRef:10] [10: Drs. A. Munir, Dasar-Dasar Agama Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 391-400.]

1. Akhlak yang berhubungan dengan Allaha. Menauhidkan AllahSalah satu bentuk akhlakul mahmudah adalah menauhidkan Allah. Di sini yang dimaksud dengan menauhidkan Allah adalah mempertegas keesaan Allah. atau mengakui bahwa tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dzat, Sifat , Af al, dan Asma Allah.[footnoteRef:11] [11: Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, Bulan Bintang, Jakarta, 1998, hlm 267-287.]

b. Takwa kepada AllahKalimat ittaqullah (bertakwalah kepada Allah) jika diterjemahkan secara harfiah akan menjadi jauhilah Allah dan hindarkanlah dirimu dari Allah. Hal ini tentunya mustahil dapat dilakukan manusia karena siapakah yang dapat menghindar dari-Nya? Nah, dari sini para ulama berpendapat bahwa sesungguhnya terdapat satu kata yang tersirat antra hindarilah dan Allah. Kata yang tersirat itu adalah siksa atau hukuman. Dengan demikian, yang dimaksud dengan menghindari Allah adalah menghindari siksa dan hukuman-Nya.[footnoteRef:12] [12: Drs. Sidi Gazalba, Asas Agama Islam, Cet. 1, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 189.]

c. Tawakal Tawakal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman manusia akan takdir, rida, ikhtiar, sabar, dan doa. Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT, untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah mencegah kemudharatan. Baik menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat.[footnoteRef:13] [13: A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 91.]

2. Akhlak diri sendiria. SabarDalam kehidupan manusia, susah senang, sehat-sakit, suka-duka datang silih berganti bagaikan silih bergantinya siang dan malam. Namun, kita harus ingat bahwa semua itu datang dari Allah SWT. Untuk menguji dan mengukur tingkat keimanan seorang hamba. Apakah hamba itu masih tabah dan sabar menghadapi semua ujian itu atau tidak? Itu semua bergantung kepada akhlak hamba tersebut.[footnoteRef:14] [14: Dr. Rosihon Anwar,M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 222.]

Sabar terbagi menjadi tiga macam, yaitu :1. Sabar karena taat kepada Allah, artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.2. Sabar karena maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama. Untuk itu sangat dibutuhkan kesabaran dan kekuatan dalam menahan hawa nafsu.3. Sabar karena musibah, artinya sabar pada saat kemalangan, ujian, serta cobaan dari Allah.[footnoteRef:15] [15: Anwar, hlm. 222-224.]

b. SyukurSyukur merupakan sikap dimna seseorang tidak menggunakan nikmat yang digunakan oleh Allah untuk melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur ini ditandai dengan menggunakan segala nikmat dan rezeki Allah tersebut untuk melakukan ketaatan kepada-Nya dan memanfaatkannya kearah kebajikan, bukan menyalurkannya ke jalan maksiat atau kejahatan.[footnoteRef:16] [16: Dr. Rosihon Anwar,M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 224.]

Dalam hidup ini banyak sekali nikmat yang kita peroleh dari Allah. Kita tentu dapat merasakan dan menyadari bahwa nikmat Allah itu sudah kita peroleh sejal masa kanak-kanak, bahkan sejak di rahim ibu. Begitu lahir kita telah mendapatkan kasih sayang ibu-bapak yang memenuhi segala keperluan kita. Tanpa limpahan kasih sayang ibu dan bapak, kita tidak akan dapat menikmati hidup ini.[footnoteRef:17] [17: Anwar, hlm. 224-226.]

Bentuk syukur kepada nikmat yang telah Allah berikan adalah dengan mempergunakan nikmat Allah itu dengan sebaik-baiknya. Karunia yang diberikan oleh Allah harus kita manfaatkan dan dipelihara, seperti panca indra, harta benda, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Apabila kita telah mensyukuri nikmat Allah, itu berarti kita telah bersyukur, bertambah banyak pula nikmat yang akan kita terima.[footnoteRef:18] [18: M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm. 73.]

c. Amanah Amanah merupakan sikap yang harus dimiliki umat Islam, yang merupakan salah satu bentuk akhlak karimah. Pengertian amanah menurut bahasa ialah ketulusan hati, kepercayaan (tsiqah), atau kejujuran. Yang dimaksud dengan amanah di sini adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan seseuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia maupuan tugas kewajiban.[footnoteRef:19] [19: Hamzah Jacub, Ethika Islam, Publica, Jakarta, 1978, hlm 88.]

d. Benar (Ash-Shidqu)Ash-shidqu merupakan salah satu akhlak mahmudah, yang berarti benar, jujur. Maksudnya adalah berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Ash-shidqu lebih mendasar, tidak hanya memberikan janji-janji.[footnoteRef:20] [20: Hamzah Jacub, Ethika Islam, Publica, Jakarta, 1978, hlm 91.]

e. Memelihara kesucian diri (Al-Ifafah)Yang dimaksud dengan memelihara kesucian diri adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri ini hendakanya dilakukan setiap hari agar diri tetap berada dalam status kesucian. Hal ini dapat dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak berbuat rencana dan angaangan yang buruk. Dengan keyakinan bahwa Allah akan mencatat dan merekam segala gerak tingkahnya, orang yang beriman selalu waspada agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan yang dimurkai Allah.[footnoteRef:21] [21: M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm. 51-52.]

3. Akhlak terhadap keluargaa. Berbakti kepada orang tuaAllah menghubungkan beribadah kepada-Nya dengan berbuat baik kepada orang tua. Hal ini menunjukkan betapa muliannya kedudukan orang tua dan birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua) disisi Allah. Orang tua adalah kerabat terdekat yang mempunyai jasa tidak terhingga dan kasih sayang yang besar sepanjang masa sehingga tidak aneh jika hak-haknya juga besar.[footnoteRef:22] [22: Dr. Rosihon Anwar,M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 231.]

Seorang anak wajib mencintai, menghormati, dan memelihara orang tua. Walaupun musyrik atau berlainan agama, keduanya berhak untuk diberikan kebaikan dan pemeliharaan, bukaan menaati dan mengikuti kemusyrikan dan agamanya. Disebutkan berulang kali wasiat untuk seorang anak agar berbuat baik kepada orang tuanya di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.[footnoteRef:23] [23: Dr. Rosihon Anwar,M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 231-234.]

b. Suka menolong orang lainDalam hidup ini, setiap orang pasti memerlukan pertolongan orang lain. Adakalanya karena kesengsaraan dalam hidup, penderitaan batin atau kegelisahan jiwa, dan adakalanya karena sedih setelah mendapat berbagai musibah. Orang mukmin akan tergerak hatinya apabila melihat orang lain tertimpa kerusakan untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuannya. Apaila tidak ada bantuan berupa benda, kita bisa membantu orang tersebut dengan nasehat atau kata-kata yang dapat menghibur hatinya. Bahkan sewaktu-waktubantua jasa pun lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan lainnya.[footnoteRef:24] [24: M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm. 28.]

4. Akhlak terhadap alama. Memelihara dan menyantuni binatangAllah SWT, menciptakan binatang untuk kepentingan manusia, dan juga menunjukkan kekuasaannya. Betapa banyak binatang yang dimanfaatkan oleh manusia. Adakalanya dimanfaatkan tenaganya, air susunya, madunya, dagingnya, dan sebagainya. Oleh karena itu, tepatlah apabila kita disuruh untuk memelihara dan menyayangi binatang tersebut. Sampai-sampai apabila hendak menyembelih binatang ternak, kita disuruh untuk menggunakan pisau yang tajam supaya binatang ternak tidak lama merasa kesakitan.[footnoteRef:25] [25: Anwar, hlm. 244.]

b. Memelihara dan menyangi TumbuhanAlam dan isinya diciptakan oleh Allah untuk dimanfaatkan manusia. Tumbuhan merupakan bagian dari alam yang merupakan anugerah dari Allah, bukan untuk kehidupan manusia saja, tapi juga untuk hewan. Sebagian besar makanan manusia dan tumbuhan tersebut berasal dari tumbuhan. Oleh karena itu, sepantasnya manusia menjaga, melestarikan, memanfaatkan sesuai dengan kebutukannya sebagai ungkapan s yukur atas pemberian-Nya.[footnoteRef:26] [26: Dr. Rosihon Anwar,M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 244-245.]

b. Akhlak MazmumahSegala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak mahmudah disebut akhlak madzmumah. Akhlak madzmumah merupakan tingkah laku tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak madzmumah ini bisa berkaitan dengan Allah, Rasulullah, dirinya, keluarganya, masyarakat, dan alam sekitarnya.[footnoteRef:27] [27: A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 100.]

1. SyirikSyirik ialah menjadikan sekutu bagi Allah dalam melakukan suatu perbuatan yang seharusnya perbuatan itu hanya ditunjukkan kepada Allah (hak Allah). Seperti menjadikan tuhan-tuhan lain bersama Allah, menyembahnya, menaatinya, meminta pertolongan kepadanya, mencintainya atau melakukan perbuatan-perbuatan lain seperti itu, yang tidak boleh dilakukan, kecuali kepada Allah SWT. Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Syirik termasuk akhlak madzmumah kepada Allah yang sangat berbahaya, karena semua amal kebaikan manusia tidak akan diterima.[footnoteRef:28] [28: Anwar, hlm. 247-249.]

2. KufurKufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat dari kafir. Jadi, kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Orang kafir merupakan kebalikan dari orang mukmin.[footnoteRef:29] [29: A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 102.]

3. Nifaq dan FasiqSecara bahasa nifaq berarti lubang tempat keluarnya yarbu dari sarangnya, yang jika ia dicari dari lubang yang satu, ia akan keluar dari lubang yang lain. Dikatakan pula, kata nifaq berasal dari kata yang berarti lubang bawah tanah tempat bersembunyi.[footnoteRef:30] [30: Ibrahim Anis, Al-MuJamul Wasith, Juz II, cet. III, At- Maktab Al-Islamiyah, Jakarta, 2000,hlm. 942.]

Adapun nifaq menurut syara artinya menampakkan islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dengan kata lain, nifaq adalah menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terkandung di dalam hati. Orang yang melakukan perbuatan nifaq disebut munafik.[footnoteRef:31] [31: Anis, hlm. 942.]

4. Ujub dan TakaburSecara etimologi, ujub berasal dari kata Ajiba, Yaibu, Ujuban. Artinya heran (takjub). Munculnya sifat ujub diawali dari rasa heran terhadap diri sendiri karena melihat dirinya lebih hebat da istimewa dari orang lain. Dari ujub, selanjutnya muncul sifat takabur (sombong), yakni mengecilkan dan meremehkan orang lain. Jadi, ujub dan takabur adalah dua sifat yang tercela yang berdampingan.[footnoteRef:32] [32: Drs. Sidi Gazalba, Asas Agama Islam, Cet. 1, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 189.]

5. Dengki Diantara sifat buruk manusia banyak merusak kehidupan adalah dengki. Dalam bahas Arab, dengki disebut hasad, yaitu perasaan yang timbul dalam diri seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya. Tetapi dimiliki oleh orang lain, kemudian dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang tersebut diperoleh dengan tidak sewajarnya.[footnoteRef:33] [33: A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 107.]

6. Mengumpat dan Mengadu DombaMengumpat (ghibah) dan mengadu domba (namimah) adalah seburuk-buruknya kejahatan dan yang paling banyak beredar di masyarakat. Oleh karena itu, hanya sedikit yang selamat dari keduanya. Yang dimaksud dengan mengumpat atau ghibah ialah membicarakan aib orang lain, sedangkan orang itu tidak suka aibnya dibicarakan. Baik yang dibicarakannya itu ada pada badannya, agamanya, dunianya, dirinya, keadaanya, akhlaknya, hartanya, anaknya, orang tuanya, istri atau suaminya.[footnoteRef:34] [34: M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm. 83.]

Adapun yang dimaksud dengan namimah (mengadu domba) ialah memindahkan ucapan dari seseorang atau orang lain kepada yang lainnya dengan maksud merusak hubungan mereka. Umpamanya: pembicaraan si A disampaikan kepada si B yang pernah diperkatakan kepada si A dan si B mengotori pergaulan atau menambah keruhnya pergaulan. Hukum keduanya haram menurut jima seluruh umat islam.[footnoteRef:35] [35: Dr. Rosihon Anwar,M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 265.]

7. RiyaRiya merupakan salah satu sifat tercela yang harus dibuang jauh-jauh dalam jiwa kaum muslimin karena dapat menggugurkan amal ibadah. Yang dimaksud dengan riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain. Maksudnya beramal bukan karena Allah, tetapi karena manusia. Riya ini erat hubungannya dengan sifat takabur. Orang riya ini beramal bukan ikhlas karena Allah, tetapi semata-mata mengharapkan pujian dari orang lain. Oleh sebab itu, orang riya ini hanya mau melakukan amal ibadah apabila ada orang lain yang melihatnya.[footnoteRef:36] [36: Dr. Rosihon Anwar,M.Ag., Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 268.]

Sifat riya ini dapat muncul dalam beberapa bentuk kegiatan.a. Riya dalam beribadatb. Riya dalam berbagai kegiatanc. Riya dalam berpakaian[footnoteRef:37] [37: Anwar, hlm. 268-269.]

TASAWUFDalam konsep etika dan akhlak, dikenal istilah tasawuf, yang mulai populer ketika umat islam dipimpin oleh Dinasti Muawiyah pada abad ke-8 Masehi. Konsep baru etika ini,tidak dikenal siapa pencetusnya, tidak pula diketahui secara pasti mengenai pengertian terminologisnya.[footnoteRef:38] [38: Prof. Dr. Azyumardi Azra, Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, Cet. 3, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen, Jakarta, 2002, hlm. 95.]

Beberapa literatur menyatakan bahwa tasawuf muncul dengan berlatar belakang gerakan moral yang dilakukan oleh suatu kelompok umat islamuntuk meningkatkan kualitas peribadatan kepada Allah SWT dengan cara melakukan uzlah (meninggalkan) kemewahan dunia. Mereka hidup dengan amat sederhana (ascetic) sebagai bentuk perlawananmoral terhadap suasana kehidupanumat ketika itu yang cenderung hidup bermewah-mewah. Tujuam mereka adalah mendekatkan diri dengan Allah SWT, sehingga dapat mrlihat zat Allah dengan mata hatinya, serta merasakan kehadiran-Nya secara rohaniah.[footnoteRef:39] [39: Azra, hlm 95-99.]

1. Pengertian Tasawuf merupakan salah satu dimensi dari ajaran islam. Kaum orientalis menyebutnya sufisme atau mistisme, suatu istilah yang sebenarnya tidak tepat, karena istilah tersebut tidak menggambarkan hakekat tasawuf yang sebenarnya.[footnoteRef:40] [40: Drs. Toto Suryana Af, M.Pd., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Tiga Mutiara, Bandung, 1996, hlm. 150.]

Tasawuf berasal dari kata suf artinya kain yang dibuat dari wol, karena para penganut tasawuf pada masa lalu hanya mau menggunakan pakaian dari bulu binatang, atau kain wol yang kasar, bukan kain wol yang halus seperti sekarang. Kain kasar itu menggambarkan kesederhanaan dan kemiskinan. Kaum sufi sebagai golongan yang hidup sederhana dan miskin, tetapi berhati suci dan mulia.[footnoteRef:41] [41: Drs. Toto Suryana Af, M.Pd., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Tiga Mutiara, Bandung, 1996, hlm. 150.]

2. Dasar Hukum TasawufDasar hukum tasawuf adalah bahwa Tuhan bersifat immaterial dan Mahasuci, maka unsur immaterial manusia, yaitu ruh yang suci, yang dapat mendekati Yang Maha Suci adalah yang suci. Intisari dari sufisme adalah kesadaran adanya komunakasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dari kontemplasi. Kesadaran itu dapat mengambil bentuk bersatu dengan Tuhan (ijtihad). Tasawuf merupakan ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.[footnoteRef:42] [42: Suryana, hlm. 150.]

3. Tujuan TasawufTujuan dari tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Tasawuf merupakan upaya mendekatkan diri kepada tuhan dan untuk menempuh jalan itu, menurut kaum sufi, seorang calon sufi harus melewati jalan (tariqah) yang panjang melalui stasion-stasion (maqamat-maqamat) tertentu. Maqamat yang biasanya dilalui oleh beberapa sufi berbeda-beda.[footnoteRef:43] [43: Suryana, hlm. 150-152..]

4. Tarekat Sebagaimana yang telah disebutkan, bahwa seorang sufi harus melewati jalan yang panjang untuk mencapai tujuannya mendekatkan diri kepada Allah. Jalan tersebut disebut thariqah atau tarekat. Perkembangan tasawuf melalui tarekat ini terjadi dalam tiga tahap yang sekaligus menunjukkan zamannya, yaitu:a. Tahap hanqah (pusat pertemuan para sufi). Ini terjadi pada abad X masehi yang merupakan zaman keemasan tasawuf. Pada tahap ini seorang syaikh (guru sufi yang disebut pula guru mursyid) mempunyai murid-murid yang hidup bersama dibawah pengawasan yang tidak ketat. Syaikh menjadi mursyid yang dipatuhi. Kontemplasi dan latihan spiritual dilakukan secara individual maupun kolektif. Pada saat muncul pusat-pusat latihan tasawuf yang belum terspesialisasi.b. Tahap Thariqah, pada saat ini tasawuf sudah membentuk ajaran-ajaran, peraturan dan metodenya. Pada tahap ini muncul pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilah masing-masing.c. Tahap Thaifah, pada tahap ini tasawuf sudah mengorganisasikan diri untuk melestarikan ajaran syaikh tertentu dan mulailah terdapat terdapat tarekat-tarekat tertentu.[footnoteRef:44] [44: Drs. Toto Suryana Af, M.Pd., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Tiga Mutiara, Bandung, 1996, hlm. 157-158.]

5. Tasawuf dalam Kehidupan ModernSebagaimana yang telah diungkapkan di atas, tasawuf pada dasarnya membahas dasar dari segala dasar, karena itu tasawuf pada dasarnya adalah filsafat juga. Hanya saja, kalau filsafat mencari Tuhan dengan menggunakan daya nalar (akal), sedangkan tasawuf menggunakan daya rasa (kalbu).[footnoteRef:45] [45: Suryana, hlm. 158.]

Dalam kehidupan modern, ajaran tasawuf dapat diterapkan dalam konteks situasi dan kondisi yang ada. Apalagi dalam kehidupan yang kompleks dan kompetitif dalam arus globalisasi seperti sekarang ini dapat menyebabkan manusia berada dalam kondisi yang labil dan kehilangan arah. Persaingan yang tajam , dan kesibukan yang menyita waktu melahirkan jiwa yang rapuh, resah, dan cemas. Pada situasi seperti ini manusia memerlukan jalan keluar yang dapat membawanya kepada situasi yang damai dan tentram.[footnoteRef:46] [46: Drs. Toto Suryana Af, M.Pd., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Tiga Mutiara, Bandung, 1996, hlm. 158.]

Dalam kehidupan modern dimana teknologi manusia mencapai puncaknya, maka cara-cara pemeliharaan kesehata tubuh telah dibuat dengan teknologi yang canggih, tapi pemeliharaan kesehatan jiwa tidak ditemukan teknologinya padahal kesehatan tubuh banyak yang disebabkan oleh kegoncangan jiwa.[footnoteRef:47] [47: Suryana, hlm 158.]

Penyakit-penyakit kejiwaan banyak yang berawal dari cara pengendalia nafsu yang ada dalam diri manusia, seperti sifat rakus , pemarah dan mau menang sendiri, suudzan dan sebagainya. Penyakit- penyakit hati itu dapat membawa kepada penyakit fisik. Rakus akan melahirkan jiwa yang resah, karena selalu merasa tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, karena itu orang yang demikian akan selalu dihantui oleh keinginan-keinginan yang lainnya, sehingga hari-harinya dipenuhi dengan pencarian kepuasan baik halal maupun haram yang tiada henti-hentinya. Sifat pemarah melahirkan perasaan tidak menyenangkan bagi dirinya maupun oranh lain, sebagai akibat merasa benar sendiri. Demikian pula suudzan, melahirkan jiwa yang gundah, karena didalam hatinya tersimpan ketidak senangan terhadap oarang lain dan egoisme yang berlebihan.[footnoteRef:48] [48: Suryana, hlm. 159.]

Mengobati penyakit jiwa yang berbahaya tersebut dalam pandangan ahli tasawuf adalah dengan cara menimbulkan watak-watak yang terpendam dalam diri, seperti syukur, iffah (pemaaf), dan ramah. Sifat syukur hanya akan dapat dimiliki kalau ada proses penghayatan dan perenungan yang mendalam, membersihkan hati dari sikap takabur. Syukur adalah menerima apa yang kita peroleh sebagai anugerah dari Allah swt kepada kita, yang patut kita terima dengan hati yang lapang dan diarahkan kepada jalan yang dikehendaki Allah. Apabila syukur telah terhayati, maka akan lahir perasaan hati yang lapang dan ketentraman jiwa jiwa dapat dirasakan.[footnoteRef:49] [49: Drs. Toto Suryana Af, M.Pd., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Tiga Mutiara, Bandung, 1996, hlm. 159.]

Iffah atau pemaaf adalah membuka lebar-lebar hati dan perasaan kita kepada orang lain dengan penuh keikhlasan. Pemaaf hanya akan tumbuhkalau terjadi proses penghayatan tehadap jati diri kita sebagai manusia yang tidak mungkin selama-lamanya berbuat benar dan tidak mungkin pula selama-lamanya berbuat berbuat baik. Benar dan salah adalah sifat manusiawi. Karena itu kesadaran terhadap jati diri kemanusiaan kita, kemahapemurahan Allah, akan melahirkan sifat pemaaf terhadap orang lain. Memaafkan orang lain akan membuang beban jiwa dan menentramkan batin.[footnoteRef:50] [50: Suryana, hlm. 159.]

Menanamkan sifat-sifat tersebut dilakukan melalui latihan jiwa yang dalam prakteknya dapat dilakukan melalui pendekatan yang diajarkan oleh tasawuf. Ajaran tasawuf dapat memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kejiwaan manusia dengan metode-metode yang diajarkannya, karena itu dalam masa modern ini ajaran tasawuf melalui tarekat-tarekat kembali dipelajari orang.[footnoteRef:51] [51: Suryana, hlm. 159.]

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanKesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah:1. Makna akhlak lebih luas daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia, sebab akhlak mencakup segi kewajiban dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.2. Dasar alat pengukur baik buruknya sifat seseorang itu adalah Al-Quran dan As-Sunnah.3. Tujuan akhlak untuk menjadikan setiap manusia berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang sesuai dengan ajaran Islam.4. Akhlak dapat dibagi menjadi akhlakul karimah (akhlak terpuji) dan akhlakul mazhmumah (akhlak tercela).5. Tasawuf berasal dari kata suf artinya kain yang dibuat dari wol.6. Landasan filsafat tasawuf adalah bahwa Tuhan bersifat immaterialisme dan Mahasuci, maka unsur manusia yang dapat bertemu dengan Tuhan adalah unsur immaterialisme manusia, yaitu ruh yang suci, yang dapat mendekati yang Maha Suci adalah yang suci.7. Tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.8. Ajaran tasawuf dapat memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kejiwaan manusia dengan metode-metode yang diajarkan, karena itu dalam masa modern ajaran tasawuf dipelajari kembali melalui tarekat-tarekatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anis, Ibrahim. 2000. Al-Mujamul Mawarist Juz II Cetakan. III. Al- Maktab Al-Islamiyah : Jakarta.

Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Pustaka Setia : Bandung.Azra, azyumardi. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum Cetakan. III. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen : Jakarta.

Daradjat, Zakiah. 1996. Dasar- Dasar Agama Islam Cetakan I. Bulan Bintang : Jakarta.

Daradjat, Zakiah. 1998. Dasar- Dasar Agama Islam Cetakan II. Bulan Bintang : Jakarta.

Gazaiba, Sidi. 1975. Asas Agama Islam Cetakan I. Bulan Bintang : Jakarta.

Hasan, M. Ali. 1978. Tuntunan Akhlak. Bulan Bintang : Jakarta.

Jacub, H. 1978. Ethika Islam. Publicita : Jakarta.

Munir, A. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Rineka Cipta: Jakarta.

Suryana, A. Totok. 1996. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Tiga Mutiara : Bandung.

Zainuddin, A. & M. Jamhuri. 1999. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak. CV. Pustaka Setia : Bandung.

19