1. Analisis SWOT
1.1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan
kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, metode ini paling sering digunakan
dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan.
Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai
pemecah masalah. Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan sebagai
instrumen dalam pemilihan strategi dasar adalah melalui analisis SWOT
menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT banyak
dipakai di dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan strategi
perusahaan (strategic planning) sehingga literatur mengenai metode ini banyak
berkaitan dengan aspek penerapan di dunia bisnis meskipun pada beberapa
analisa ditemukan pula penggunaan SWOT untuk kepentingan public policy.
Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan
penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa
perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun demikian, jika
ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai
bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di Harvard Business
School. Namun pada saat pertama kali digunakan terdapat beberapa kelemahan
utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskripstif dan
belum/tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa
dikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.
Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama
yang ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu
perusahaan membutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke
depan yang mempengaruhi proses pencapaian tujuan perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).Analisis SWOT
digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari
kekuatan dan kelemahan
Dengan adanya analisis SWOT seorang wirausaha akan cepat mengetahui peta
kongkret tentang keberadaan dan peluangnya, begitu pula ancamannya. Jadi,
dengan analisis SWOT, perusahaan yang dikelola seorang wirausaha akan
menyiapkan jalan keluarnya secara rasional, tegas, dan lugas di dalam
menghadapinya.
Tahap awal yang dilakukan seorang wirausaha dalam proses penetapan strategi
adalah menaksir kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki
perusahaan. Analisa SWOT memungkinkan perusahaan memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan tujuan
perusahaan, dalam analisa SWOT informasi dikumpulkan dan dianalisa. Hasil
analisa dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan,
atau strategi yang sedang berjalan.
Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya dan dana
yang dimiliki pada saat akan memulai usaha, mengetahui segala unsur kekuatan
yang dimiliki, maupun segala kelemahan yang ada. Data yang terkumpul mengenai
faktor-faktor internal tersebut merupakan potensi di dalam melaksanakan usaha
yang direncanakan. Dilain pihak perlu diperhatikan faktor-faktor eksternal yang
akan dihadapi yaitu peluang-peluang atau kesempatan yang ada atau yang
diperhatikan akan timbul dan ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan
muncul dan mempengaruhi usaha yang dilakaukan.
Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan hubungan atau
interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan terhadap unsur-
unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.
1.2. Strategi – Strategi Dalam Analisis SWOT dan Teknik Analisis
SWOT
Didalam penelitian analisis SWOT kita ingin memproleh hasil berupa
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang sebelumnya telah
dianalisa:
a. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)
Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah
memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya
bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan teknologinya, maka
keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang
membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang lebih maju, yang
keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada analisis
kesempatan.
b. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)
Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin
dimanfaatkan karena kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan
distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan. Salah satu
strategi yang dapat ditempuh adalah bekerjasama dengan perusahaan
yang mempunyai kemampuan menggarap pasar tersebut. Pilihan strategi
lain adalah mengatasi kelemahan agar dapat memanfaatkan kesempatan.
c. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)
Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk
mengatasinya. Strategi ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki
perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman tersebut.
Misalnya ancaman perang harga.
d. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)
Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan
intern, strategi yang umumnya dilakukan adalah “keluar” dari situasi
yang terjepit tersebut. Keputusan yang diambil adalah “mencairkan”
sumber daya yang terikat pada situasi yang mengancam tersebut, dan
mengalihkannya pada usaha lain yang lebih cerah. Siasat lainnya adalah
mengadakan kerjasama dengan satu perusahaan yang lebih kuat, dengan
harapan ancaman di suatu saat akan hilang. Dengan mengetahui situasi
yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat mengambil langkah-langkah
yang perlu dan bertindak dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang
terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat menerapkan
strategi yang tepat.
Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Analisis Internal
Analisis Kekuatan (Strenght)
Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya
dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada
faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan
kemanufakturan, kekuatan pemasaran, dan basis pelaggan yang
dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang
dimiliki oleh perusahaan pesaing.
Analisis Kelemahan (Weaknesses)
Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai
keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber
daya serta keahlian. Jika orang berbicara tentang kelemahan yang
terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah
keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja
organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan
kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana
yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar,
produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon
pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.
Opportunities (peluang)
Opportunities (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di
masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari
luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya
kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
b. Analisis Eksternal
Analisis Peluang (Opportunity)
Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari
perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu
dan beberapa peluang membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat
dimanfaatkan. Dipihak lain, perusahaan-perusahaan baru bemunculan.
Peluang pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana
perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.
Analisis Ancaman (Threats)
Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu
kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan
dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan
perusahaan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian
peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-
faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.
2. Teori Motivasi Maslow
Di tahun 1943, seorang psikologis dari Amerika; Abraham Maslow (1908-
1970), menulis sebuah mahakaryanya yang sangat berpengaruh di bidang psikologi
motivasi. Teori Motivasi Manusia adalah tulisan Maslow yang menjadi inspirasi
bagi banyak kebijakan di beragam perusahaan modern untuk memotivasi para
karyawannya.
Maslow mengungkapkan berbagai tingkatan kebutuhan manusia, mulai dari
kebutuhan fisik hingga psikologis. Dan bermacam kebutuhan ini, disusun dalam
suatu piramida yang hirarkis, berdasarkan sifat kebutuhannya.
KEBUTUHAN
AKTUALISASI
DIRI
KEBUTUHAN
AKAN
PENGHARGAAN
KEBUTUHAN
SOSIAL
KEBUTUHAN
AKAN
RASA
AMAN
KEBUTUHAN
FISIOLOGIS
Biasanya piramida Maslow ini berfokus pada lima tingkat kebutuhan, mulai dari
yang mendasar untuk bertahan hidup hingga kepada kebutuhan sosial dan
kebutuhan untuk mengembangkan diri di dalam kehidupan. Maslow menggunakan
piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki
kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling
tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar,
haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani
lainnya.
b. Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan
perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
c. Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki,
kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
d. Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal
seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti
status, pengakuan, dan perhatian.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi
diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya.
2.1. Identifikasi Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan
makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.
Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,
pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang
berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain
kecuali makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini
umumnya telah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan,
dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya)
akan muncul dan mendominasi perilaku manusia.
Tak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan
yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia
yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya,
besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah
kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain,
seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan
selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Segera setelah kebutuhan dasar terpuaskan, muncullah apa yang
digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan ini
menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan
sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya
seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat
diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai
batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan
menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman
memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha
keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.
c. Kebutuhan Sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial
yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya,
cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku.
Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah sebelumnya, orang akan
sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-
anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang
lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di
tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk
mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini
bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan
akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak
nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan
perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya
keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali beberapa
kasus yang patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginkan
penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat,
dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri atau harga diri.
Karenanya, Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan
akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal)
mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi,
penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan
(kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari
orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat,
perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki
cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih
berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa
serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal
yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar
dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan
akan hal-hal itu telah terpuaskan.
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Identifikasi Kebutuhan Aktualisasi Diri Menurut Maslow, setiap orang
harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk
bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut
Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri
sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri,
menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan
aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan
akan penghargaan terpuaskan secara memadai.
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam
teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan
kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia
berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya
jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan
kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang
handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida
kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis
hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku
organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan terus-
menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih
suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Dalam makalah ini, gagasan aktualisasi diri akan mendapat sorotan lebih
luas dan dalam sebelum masuk dalam pembahasan penerapan teori.
Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak menunjukkan perwujudan
diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan
dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan
oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan
yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang memenuhi
kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus selaku
subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
3. Teori Kepemimpinan
3.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) merupakan salah satu aspek penting yang
harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Kepemiminan bagi seorang
wirausahawan tidak hanya digunakan untuk memimpin pihak-pihak yang
terlibat dalam merealisasikan usahanya, namun ia juga harus dapat memimpin
dirinya sendiri sehingga mampu mecapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain agar dapat mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Kemampuan
untuk mempengaruhi tersebut dibentuk melalui sikap-sikap dan perilaku
kepemimpinan.
Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak
dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil
merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya dengan baik.
Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang
berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang
berkesinambungan dari perusahaan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka ada 3 variabel utama yang
tercakup dalam kepemimpinan:
a. Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para
pengikut.Seorang wirausaha akan berhasil apabila dia berhasil
memimpin karyawannya yang mau bekerjasama dengan dia untuk
memajukan perusahaan.
b. Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha
mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada
karyawan atau seorang karyawan diangkat menjadi pemimpin pada
bagian-bagian tertentu. Dalam hal ini seorang wirausaha telah
membagikan kekuasaannya kepada karyawan lain untuk bertindak
atas nama dia. Selanjutnya segala macam informasi sebagai hasil
dari pengawasan dan pelaksanaan pekerjaan dapat dimonitor oleh
pimpinan.
c. Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka
mengarahkan para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya
mengatakan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan tetapi juga
harus mampu karyawan untuk berperilaku dan bertindak untuk
memajukan perusahaan.
3.2 Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan
dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan
beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan
Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan
kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya
pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain:
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang
menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta
didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat
kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan
pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan
dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.
Teori-teori dalam Kepemimpinan
a. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa
untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh
kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di
dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian
(1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi
yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas
integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik,
menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting,
keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu
bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap
unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori
yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan
akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat,
ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
b. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai
deskripsi perilaku:
- Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan
memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.
Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang
lebih mementingkan tugas organisasi.
- Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku
pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership
continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada
pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua
dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada
hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan
oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan
dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang
dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor
situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
3.3 Tipe-Tipe Kepemimpinan
Beberapa tipe kepemimpinan menurut Kartini Kartono (1983) adalah sebagai
berikut:
a. Tipe kharismatik
Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energy, daya tarik luar biasa
yang diikuti oleh para pengikutnya.
b. Tipe Paternalistis dan Maternalistis
Tipe paternalistis bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau
sebagai ibu yang penuh kasih sayang. Pemimpin tipe ini kurang memberikan
pada karyawan untuk berinisiatif dan mengambil keputusan.
c. Tipe Militeristis
Tipe militeristis banyak menggunakan system pemerintah, system komando
dari atasan kebawahan sifatnya keras, sangat otoriter, menghendaki bawahan
agar selalu patuh, penuh acara formalitas.
d. Tipe Otokratis
Tipe otokratis berdasrkan kepada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus
dipatuhi. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, dia menjadi
raja. Setiap perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat absolut
e. Tipe Laissez Faire
Tipe laissez faire ini membiarkan karyawan berbuat semaunya sendiri
semua pekerjaan dan tanggung jawab dilakukan oleh oleh bawahan. Pimpinan
hanya merupakan symbol yang tidak memiliki keterampilan.
f. Tipe Populistis
Tipe populistis ini mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada
nilai-nilai masyarakat tradisional.
g. Tipe Administratif
Pemimpin tipe administrative ialah pemimpin yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga diharapkan
muncul perkembangan teknis, manajemen modern dan perkembangan sosial.
h. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan pada pengikutnya. Tipe ini menekankan pada rasa tanggung jawab
dan kerjasama yang baik antar karyawan
3.4 Kepemimpinan Dalam Wirausaha
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah
pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan
orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu.
Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para
karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada
pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan
yang berkesinambungan dari perusahaan.
Para wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka
mengembangakan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter
pribadi merka dalam memajukan perusahaannya.
3.5 Perilaku Kepemimpinan
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
a. Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran. Merencanakan dan
mencapai sasaran.
b. Berorientasi pada orang yang memotivasi dan membina hubungan
manusiawi
Orientasi Tugas Pemimpin
Seorang pemimpin cenderung menunjukkan pola-pola perilaku berikut :
a. Merumuskan secara jelas peranan sendiri maupun stafnya.
b. Menetapkan tujuan yang sukar tapi dapat dicapai, dan memberitahukan orang-
orang apa yang diharapkan dari mereka.
c. Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan
untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakin tujuan yang dirumusakan secara
jelas dan khas.
d. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
Pemimpin dan Manajer
Memimpin tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun beberapa
wiraswastawan adalah seorang pemimpin dan beberapa pemimpin adalah
wiraswastawan, memimpin dan mengelola bukanlah merupakan aktivitas yang
identik. Kepemimpian adalah bagian dari manajemen. Pengelolaan ( manage)
adalah bidang yang lebih luas dibandingkan memimpin dan dipusatkan pada
masalah perilaku maupun non perilaku. Kepemimpinan terutama ditekabkan pada
isu perilaku.
Pemimpin yang berhasil cenderung memiliki karakteristik berikut :
a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal.
b. Prestasi dimasa lalu dalam bidang pendidikan dan olah raga.
c. Kematangan dan stabilitas emosional
d. Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapai prestasi yang
berkesinambungan.
e. Ketrampilan untuk berprestasi secara sosial dan beradaptasi dengan berbagai
kelompok
f. Keinginan untuk menggapai status posisi sosial ekonomi,
Penentuan Dalam Membuat Keputusan
Tiga faktor utama yang mempengaruhi penentuan wiraswastawan tentang
perilaku kepemimpinan mana yang akan digunakan untuk membuat keputusan
adalah :
a. Kekuatan dalam diri wirausahawan
b. Kekuatan pada bawahan.
c. Kekuatan dalam situasi kepemimpinan.
Keseluruhan butir kepemimpinan wirausaha adalah bahwa dia mem-
bangkitkan yang terbaik dari setiap individu, tim dan organisasi. Ingat bahwa
Kepemimpinan Wirausaha adalah: menanamkan keyakinan untuk berpikir,
berperilaku dan bertindak dengan cara wirausaha dengan pemikiran menyadari
sepenuhnya tujuan yang sesungguhnya dan organisasi demi pertumbuhan yang
menguntungkan bagi semua stakeholders yang terlibat.
Daftar Pustaka
http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html
http://makalahnuy.blogspot.com/
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-analisis-swot.html
Akdon. 2007. Strategic Management For Educational Management
( Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan ). Bandung : Alfabeta.
http://100motivasi.wordpress.com/2012/05/23/teori-motivasi-hirarki-kebutuhan-abraham-maslow/
http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id/2013/01/29/teori-motivasi-hirarki-kebutuhan-maslow/
Alma, B. (2005). Kewirausahaan untuk mahasiswa dan umum. Bandung: CV Alfabeta.
http://khaerunisaekaoktari.blogspot.com/2012/05/definisi-kepemimpinan-tipe-kepemimpinan.html
PAPER KEWIRAUSAHAAN
ANALISIS SWOT, TEORI MOTIVASI MASLOW, DAN TEORI
KEPEMIMPINAN
KELOMPOK 2
Anak Agung Ngurah Bagus Semara 1006105034
Frans AP D L 0906305161
Wayan Budiarma 0906205091
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS UDAYANA
2013