10
BAB 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul adalah: 1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada Rasulullah Saw ?, dan 2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ? 1. 3 Tujuan Dari rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini adalah: 1. Menjelaskan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada Rasulullah Saw. 2. Menjelaskan bagaimana cara berakhlak kepada rasulullah.

Akhlak Kepada Rasulullah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Akhlak Kepada Rasulullah

BAB 1

Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang

Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul adalah:

1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada Rasulullah Saw ?, dan

2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?

1. 3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada Rasulullah Saw.

2. Menjelaskan bagaimana cara berakhlak kepada rasulullah.

Page 2: Akhlak Kepada Rasulullah

BAB 2 Pembahasan

Allah berfirman :

م عليه عزيز أنفسكم من رسول كم جاء لقد عليكم حريص ماعنت حيم وف رء لمؤمنين با ر“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)

Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.1

Rasul itu ialah seorng laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh allah tentang agama dan mendapat perintah supaya menyiarkannya(tabligh)kepada semua makhluk(terutama manusia dan jin).kalau tidak mendapat perintah bertabligh,maka dia disebut nabi saja. Jelasnya,seorang Rasul itu diwajibkan bertabligh untuk menyampaikan syariat agama kepada masyarakat, sedangkan seorang Nabi tidak ditugaskan demikian. Seorang nabi hanya diwajibkan memberitahukan kepada masyarakat bahwa dirinya itu nabi dan memberi penerangan tentang syariat seorang Rasul, terutama mengenai perkara gaib. Para nabi dan rasul itu adalah hamba-hamba Allah yang paling utama. Firman Allah SWT

Dan semua mereka itu kami lebihkan atas sekalian alam (Al-An,am, 6;86)

Adapun banyaknya nabi dan rasul itu tidak ada yang tahu selain Allah SWT. Kita kaum muslimin wajib percaya bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul dan mengangkat para nabi dan rasul mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Tujuan pokok dari kebangkitannya para Rasul itu ialah untuk mengajak ummatnya agar beribadah kepada Allah serta menegakkan agama-nya. Firman Allah SAW;

Tidaklah kami mengutus seorang rasul yang sebelum kamu (Muhammad),melainkan kami memberi wahyu kepadanya, yaitu tiada Tuhan melainkan aku sendiri, sembahlah olehmu akan Aku. (Al-Ambiya, 21;25)

Kehadiran para Rasul adalah untuk membimbing umat manusia supaya berada dalam jalan yang benar yang dikehendaki Allah dan Rasulnya, memiliki akhlak mulia dan sopan santun yang mempertinggi jiwa. Rasul juga berupaya menetapkan hukum-hukum dan segala peraturan yang harus diikuti oleh manusia selama hidupnya. Dengan demikian arti beriman kepada nabi dan rasul adalah tidak cukup hanya dengan pengakuan hati dan lisan saja, tetapi harus disertai dengan kesediaan melaksanakan seruannya dalam kenyataan hidup sehari-hari, sehingga manfaatnya lebih terasa lagi.2

DASAR PEMIKIRAN AKHLAK TERHADAP RASULULLAH

1 http://hapidzcs.blogspot.co.id/2011/12/akhlak-kepada-rasulullah.html2 https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/18/makalah-akhlak-akhlak-kepada-rasulullah/

Page 3: Akhlak Kepada Rasulullah

Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar. Berakhlak kepada Rasulullah perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut:

1. Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari kehancuran.

Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah mengalami penderetin lahir batin, namun semua itu diterima dengan ridha.

2. Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia.Pembinaan ini dilakukan dengan memberikan contoh tauladan yang baik. Allah berfirman:ه رسول في لكم كان لقد ٢١﴿الاحزاب حسنة أسوة الل ﴾ Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik. (al-Ahzab 21)

3. Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Qur’an kepada manusia, sehingga menjadi jelas dan mudah dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat dalam haditsnya, Firman Allah SWT:ذي هو ين في بعث ال األمي يهم آياته عليهم يتلو منهم رسوال مهم ويزك وإن والحكمة الكتاب ويعل

نوا أالجمعة مبين ضالل لفي قبل من ك ا ﴿ ٢﴾ Artinya: Dialah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS al-Jumu’ah, 62; 2)

4. Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan.

5. Rasulullah SAW telah memberikan contoh model masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama, yaitu masyarakat yang beliau bangun di Madinah.

AKHLAK MAHMUDAH

Tawadhu

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku supaya kalian tawadhu, sehingga satu sama lain tidak sombong dan tidak zhalim”. (HR. Muslim)

Rasulullah SAW mempunyai derajat yang tertinggi di sisi Allah dan dimuliakan diantara semua manusia. Namun beliau tetap merendahkan diri sebagaimana hamba Allah. Sifat tawadhu beliau menambahkan kewibawaannya di mata umatnya. Sifat tawadhu menimbulkan rasa persamaan, menghormati orang lain dan toleransi.

Keberanian

Apabila menelaah keberanian Rasulullah SAW., akan jelas bahwa keberanian beliau lebih tinggi nilainya dibandingkan rasa takut mati, karena keberanian Rasulullah SAW menghadapi mati tidak hanya untuk membela diri tetapi juga membela agama, membela yang berhak, membela sahabat, membela nilai-nilai yang tinggi yaitu Risalah yang beliau bawa.

Adil

Page 4: Akhlak Kepada Rasulullah

Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan ihsan!”(QS. An-Nahl 16:90)

Rasulullah memperoleh sifat adil langsung dari pendidikan Tuhan dan akhlak yang bersumber dari Al Qur’an. Beliau dan para sahabat berjanji untuk memberantas kezhaliman dan memberikan keadilan kepada orang-orang yang teraniaya3

CARA BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH SAW

3 Dr. Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad SAW. (Keluhuran dan Kemuliaannya), Jakarta, Bulan Bintang, 2002, 135

Page 5: Akhlak Kepada Rasulullah

Sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.

1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul

Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw:

Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).

2. Mencintai dan Memuliakan Rasul

Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya:

Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).

Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:

Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i).

3. Mengikuti dan Mentaati Rasul

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).

Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman yang artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)

Page 6: Akhlak Kepada Rasulullah

Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64).

Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).

4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul

Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS 33:56).

Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa keberuntungan bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw:

Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR. Ahmad).

Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda:

Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi).

Adapun orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasul dianggap sebagai orang yang kikir atau bakhil, hal ini dinyatakan oleh Rasul Saw:

Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

5. Menghidupkan Sunnah Rasul

Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:

Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).

Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:

Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru,

Page 7: Akhlak Kepada Rasulullah

karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

6. Menghormati Pewaris Rasul

Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).

Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:

Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.

7. Melanjutkan Misi Rasul

Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:

Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.4

4 http://www.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.htm#.VxVfzNXyHIU Muhammad Nuh – Kamis, 27 Safar 1431 H / 11 Februari 2010