78
Laporan PKP PAUD LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PAUD 4501) Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012 Disusun oleh : Nama : DWI GINARSIH NIM : 821158079 Program : S1 PG PAUD Pokjar : Sambungmacan FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ SURAKARTA 2011.2 LAPORAN PENGESAHAN LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PAUD 4501) Nama Mahasiswa : DWI GINARSIH NIM : 821158079 Program Studi : S1 PG PAUD Tempat Mengajar : TK Pertiwi 1 Banyurip Tanggal Pelaksanaan : Siklus I = 17 Oktober – 22 Oktober 2011 Siklus II = 24 Oktober – 29 Oktober 2011 : Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012 Mengetahui Tutor Pembimbing Drs. ANWARUL HADI, M.Pd. Sragen, Oktober 2011 Mahasiswa

Laporan PKP PAUD

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan PKP PAUD LAPORANPEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL(PAUD 4501)Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten SragenTahun Pelajaran 2011/2012

Disusun oleh :Nama : DWI GINARSIHNIM : 821158079Program : S1 PG PAUDPokjar : Sambungmacan FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ SURAKARTA2011.2LAPORAN PENGESAHANLAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL(PAUD 4501)Nama Mahasiswa : DWI GINARSIH NIM : 821158079 Program Studi : S1 PG PAUD Tempat Mengajar : TK Pertiwi 1 Banyurip Tanggal Pelaksanaan : Siklus I = 17 Oktober – 22 Oktober 2011 Siklus II = 24 Oktober – 29 Oktober 2011 : Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012 Mengetahui Tutor Pembimbing Drs. ANWARUL HADI, M.Pd.Sragen, Oktober 2011 Mahasiswa

DWI GINARSIHNIM. 821 158 079of 44

79358293 Contoh Lap Pkpby putrisantiana

on Dec 13, 2014

Report

Category:

Documents

Download: 43

Comment: 0

593

views

3

Comments

Description

laporan PKP PAUDDownload 79358293 Contoh Lap Pkp

Transcript

Agus Ansori Sidebar • • • • • • • Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide Nov 8 Laporan PKP PAUD LAPO RAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PAUD 4501) Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada

Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012

Disusun oleh : Nama NIM Program Pokjar : DWI GINARSIH : 821158079 : S1 PG PAUD : Sambungmacan FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ SURAKARTA 2011.2 LAPORAN PENGESAHAN LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PAUD 4501) Nama Mahasiswa NIM Program Studi Tempat Mengajar Tanggal Pelaksanaan : DWI GINARSIH : 821158079 : S1 PG PAUD : TK Pertiwi 1 Banyurip : Siklus I = 17 Oktober – 22 Oktober 2011 Siklus II = 24 Oktober – 29 Oktober 2011

: Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012 Sragen, Oktober 2011 Mengetahui Tutor Pembimbing Mahasiswa Drs. ANWARUL HADI, M.Pd. DWI GINARSIH NIM. 821 158 079

MOTTO Hidup adalah sebuah perjuangan. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Jadikan hidupmu suatu pelajaran, janganlah kau anggap sebagai beban. Pendidikan adalah perhiasan diwaktu senang dan tempat berlindung di waktu susah. Tiada kekal kehidupan di dunia ini, perbanyaklah untuk beribadah.

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berupa Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) pada anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Laporan ini dibuat untuk dapat memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PAUD 4501). Program S1 PG PAUD ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ir. Muhammad Kholis, M.Si. selaku UPBJJ UT Surakarta. Drs. Anwarul Hadi, M.Pd. selaku Tutor Pembimbing. Drs. Mulyono, M.Pd. selaku Koordinator Bantuan Belajar dan Layanan BAHAN Ajar UPBJJ UT Surakarta. Sri Indarti, S.Pd. selaku Supervisor 2. Tri Wahyuni, S.Pd. selaku Kepala TK Pertiwi 1 Banyurip. Bapak, Ibu serta kakak-kakakku tercinta. Semua pihak kami tidak menyebutkan satu-persatu. Kami berharap semoga semua ibadahnya diterima Allah SWT dan selalu mendapatkan Ridho_Nya. Kami menyadari sepenuh hati bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat dan diterima. Sragen, Oktober 2011 Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... MOTTO ................................................................................................................... KATA PENGANTAR............................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................... B. Rumusan Masalah.............................................................................. C. Tujuan Perbaikan .............................................................................. D. Manfaat Perbaikan............................................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kognitif........................................................................ B. Implikasi Perkembangan Kognitif dengan Kecerdasan Logika Berhitung C. Bermain............................................................................................. D. Puzzle................................................................................................ E. Kerangka Berpikir............................................................................. BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Subyek Penelitian.............................................................................. B. Prosedur Penelitian............................................................................ C. Deskripsi Per Siklus........................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus........................................................................... B. Pembahasan dari setiap Siklus........................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................ B. Saran.................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penyesuaian diri secara timbal balik (memberi dan menerima pengetahuan). Sasaran tugas dan fungsi pendidikan adalah manusia yang senantiasa tumbuh dan berkembang mulai dari periode kandungan ibu sampai meninggal dunia. Oleh karena itu, fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan lancar dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di kelak kemudian hari dan sebagai sumber peraturan yang akan digunakan sebagai pegangan hidup dan pegangan langkah pelaksanaan oleh tenaga pendidik. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)) merupakan proses interaksi antara pendidik (orang tua, pengasuh, guru) dengan anak usia dini secara terencana untuk mencapai suatu tujuan. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No.27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra sekolah, tugas utama TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar. Tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Depdikbud, 1998 : 2). Untuk mencapai tujuan semua itu, perlu perhatian khusus terutama pendidikan sejak dini yaitu sebuah pendidikan di taman kanak-kanak yang dapat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku agar anak dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya sesuai dengan tahap perkembangannya. Masa kanak-kanak merupakan masa golden age (usia emas). Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan anak akan berkembang secara pesat dan optimal. Oleh karena itu peran orang tua dan guru sangat penting dalam membantu mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak.

Menurut J. Piaget dalam Yuliani Nurani Sujiono (2004 : 3.4) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak usia dini berada pada tahapan praoperasional yaitu anak menggunakan simbol dan penyusunan tanggapan internal. Pada masa ini anak masih berada pada tahap belajar sambil bermain (learning by doing). Sesuai dengan prinsip belajar di TK yaitu belajar seraya bermain. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengembangan kognitif di TK Kelompok B ditemukan masalah yang berkaitan dengan kemampuan anak dalam menghitung angka 1-10 dengan benda-benda/puzzle yang tersedia di sekolah dan di alam sekitar kehidupan anak. Hal ini ditandai adanya beberapa kondisi yaitu : a). anak cenderung dapat menyebutkan bilangan namun tidak tahu jumlah bendanya, dari 20 anak hanya ada 5 anak (25%) saja yang mampu menyebutkan nama bilangan sesuai dengan bendanya, b). anak belum terbiasa menggunakan benda di sekolah yang tersedia seperti puzzle untuk sarana atau media berhitung, c). anak kurang berkonsentrasi, lebih cenderung bersendau gurau sendiri dengan temannya, jika guru sedang menjelaskan, d). anak masih sering keliru atau terbalik dalam menuliskan angka, e). dari 20 anak hanya 50% saja yang dapat menyebutkan angka dan menuliskannya dengan benar. Pada umumnya anak kesulitan dalam memecahkan soal berhitung. Hal ini disebabkan siswa terlebih dahulu merasa ketakutan terhadap kegiatan berhitung. Selain itu anak kurang berminat terhadap berhitung karena kemampuan intelegensinya tidak mampu untuk memecahkan soal-soal berhitung. Oleh karena itu mereka sering mencari kesibukan sendiri dan suka ramai dengan temannya, jika guru menjelaskan di depan kelas. Mengingat masalah di atas, apabila tidak segera diatasi dan diselesaikan akan berakibat munculnya masalah-masalah baru seperti anak akan semakin kesulitan menerima materi berikutnya dan anak kurang menyenangi pelajaran berhitung. Sehubungan dengan itu penulis ingin memecahkan permasalahan yang terjadi dengan metode belajar sambil bermain puzzle. Dengan bermain puzzle diharapkan tingkat kemampuan anak akan meningkat dan akhirnya anak akan menyukai pelajaran berhitung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah dengan bermain puzzle dapat meningkatkan kognitif anak dalam berhitung 1-10 pada anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012?” C. Tujuan Perbaikan Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan kognitif anak TK Kelompok B dalam berhitung 1-10 melalui metode bermain puzzle di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012. D. Manfaat Perbaikan Perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Anak TK Kelompok B dapat berhitung 1-10 melalui media bermain puzzle yang menyenangkan dan bermakna, sehingga dapat menumbuhkan minat anak dalam berhitung sambil bermain sesuai dengan kebutuhan anak. 2. 3. 4. 5. Anak dapat termotivasi dalam belajar di bidang pengembangan kognitif. Kemampuan anak dalam berhitung dengan bermain puzzle dapat meningkat. Bagi guru dapat menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam merangsang perkembangan kognitif anak dan berhitung 1-10 melalui metode bermain puzzle yang bervariatif. Bagi orang tua agar dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam berhitung dari 1-10 melalui media bermain puzzle yang bervariatif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kognitif Kemampuan kognitif merupakan salah satu kemampuan dasar yang dimiliki anak usia 3-4 tahun. Apabila kita bicara kemampuan dasar, maka kita akan menghubungkannya dengan istilah “potensi”. Dalam banyak buku psikologi potensi sering diartikan sebagai pembawaan sejak lahir atau kesanggupan untuk berkembang yang dimiliki seorang manusia sejak lahir (Lubis, 1986 : 1.29). Ketika seorang manusia sejak lahir ia membawa segudang potensi, namun potensi tersebut harus didukung oleh orang dewasa yang ada di sekitarnya agar dapat berkembang secara optimal dan maksimal. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk bernalar, berpikir dan memahami sesuatu. Setiap hari pemikiran anak berkembang ketika mereka belajar tentang orang yang ada di sekitarnya. Belajar, berkomunikasi dan membaca mendapatkan lebih banyak pengalaman lainnya, kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan verbal, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari (Santrock, 2001 : 2.24). Kemampuan kognitif senantiasa berkembang dan sering kali kita menyebutkan dengan istilah lebih intelek dan cerdas. Kemampuan kognitif dapat berkembang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor gen (pembawaan) dan lingkungan. B. Implikasi Perkembangan Kognitif dengan Kecerdasan Logika Berhitung Perkembangan kognitif menurut J. Piaget dalam Yuliani Nurani Sujiono (2004 : 6.12) mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk merasakan dan mengingat serta membuat alasan dan berimajinasi. Agar perkembangan berjalan optimal maka stimulasi perlu diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan. Beberapa kegiatan yang dapat mengasah logika matematika kepada anak : 1. Mengenai bentuk geometri Pada anak usia 4 tahun pengenalan bentuk bisa dilakukan dengan mengelompokkan berdasar bentuk yang sama dengan ukuran dan warna, mengurutkan dari yang kecil ke besar dan sebagainya.

2. Mengenal bilangan melalui bermain Bermain tebak-tebakan dengan menghitung jumlah mainan, menebak penjumlahan dan pengurangan sederhana serta menyajikan lagu-lagu yang berkaitan dengan bilangan dan membantu anak mengenal bilangan. 3. Menyelesaikan puzzle Menyusun puzzle adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengasah kemampuan menggunakan logika. Puzzle tidak harus selalu yang sudah tersedia, kita dapat membuat sendiri bersama anak-anak. 4. Pengenalan pola Kemampuan melihat pola dapat dikembangkan dengan mengajak anak melakukan pengamatan, misalnya ; mengamati bahwa air mengalir ke tempat yang paling rendah, air selalu berubah bentuk mengikuti wadah yang ditempatinya dan lain-lain. 5. Eksperimen di alam Dapat dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dengan anak di alam terbuka, misalnya mengamati jumlah kendaraan yang berlalu lalang di dekat sekolah dan lain-lain. C. Bermain 1. Pengertian Bermain Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermain diartikan sebagai melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Jadi seorang anak yang bermain berarti anak itu sedang melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulangulang demi kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. 2. Karakteristik Bermain Ada 5 karakteristik bermain yaitu sebagai berikut : a) Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak. b) Bermain berasal dari motivasi yang muncul dari dalam diri anak. c) Bermain sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. d) e) Bermain senantiasa melibatkan peran aktif anak. Anak benar-benar aktif dalam kegiatan tersebut, baik secara fisik maupun mental. Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain. Seperti kemampuan kreativitas, memecahkan masalah kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi dengan teman sebaya.

3. Arti Bermain bagi Anak Berdasarkan pengamatan dan pengalaman dan hasil penelitian para ahli dalam Montolalu (2005 : 1/3) dikatakan bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut : a) b) c) d) e) 4. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya. Anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya serta juga minat dan kebutuhannya. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya bagi fisik, intelektual, bahasa dan perilaku. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca inderanya sehingga terlatih dengan baik. Secara ilmiah memotivasi anak mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi. Implementasi Arti Bermain Sudah kita ketahui bersama bahwa prinsip belajar di TK adalah “belajar seraya bermain”. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Montolalu (2005 : 1.3) bahwa pembelajaran menjadi bermakna karena hal berikut ini : a) Bermain itu belajar, melalui bermain anak memperoleh kesempatan pengalaman, bereksperimen, dan menumbuhkan ras aingin menyelidiki sesuatu yang akan memperkaya pengetahuannya. b) Bermain itu bergerak, kegiatan bermain merangsang anak menggunakan motorik kasar dan halus, serta mengembangkan kesadaran anak akan kemampuan tubuhnya ketika ia menggunakannya. c) Bermain membentuk perilaku, saat bermain tampak jelas perilaku anak baik moral, nilai agama, emosi/perasaan, kemampuan bersosialisasi dan disiplin dengan tujuan anak tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri. D. Puzzle Seperti yang disadur dari www.jigsaw.org/jigsaw-puzzle-histoy.html (2007). Puzzle adalah permain menyelesaikan masalah dengan mengandung tantangan. Seringkali puzzle merupakan suatu bentuk hiburan, tetapi juga dapat menyelesaikan masalah matematika dan logika. Penyelesaian masalah puzzle dapat membutuhkan pola dan membuat susunan tertentu. Terdapat bermacam-macam puzzle, di antaranya adalah : jigsaw, crossword, tower of hanoi, dan lain-lain. Puzzle jigsaw pada awalnya digunakan pada tahun 1970-an. Pada saat orang Eropa membuat peta dengan menempelkan peta pada kayu dan memotongnya menjadi kepingan yang

kecil. Puzzle tersebut mulai digunakan sebagai alat pembelajaran geografi. Perkembangan selanjutnya pembuatan puzzle jigsaw menggunakan karton atau styrofoam dan berbentuk tiga dimensi. Akhir-akhir ini dapat dimainkan pada komputer (Tunner, 2001 : 159) dalam http:enwikipedia.org/wiki/whodunit. Kebanyakan jigsaw puzzle persegi, persegi panjang atau bulat dengan potongan tepi yang memiliki satu sisi yang baik lurus atau melengkung dengan lancar untuk menciptakan bentuk, ditambah dengan empat potong sudut jika teka-teki adalah persegi atau persegi panjang. Beberapa teka-teki jigsaw memiliki potongan-potongan yang dipotong seperti semua sisa potongan interlocking, tanpa tepi yang halus, untuk membuat mereka lebih menantang, teka-teki lainnya dirancang sehingga bentuk-bentuk keseluruhan teka-teki angka, seperti binatang. Potongan-potongan tepi dapat bervariasi lebih dalam kasus ini. http://enwikipedia.org/wiki/file:jigsaw puzzling at OCP.jpg. Pada anak usia dini permainan puzzle biasanya berbentuk leg puzzle atau teka-teki. Permainan ini dari triplek yang terdiri dari satu bagian dengan ukuran yang sama. Satu bagian dibuat lukisan sederhana misalnya seekor ayam sedang makan atau gambar lainnya. Triplek yang dilukis dipotong menjadi 10-12 keping. Tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal bentuk, melatih daya pengamatan dan daya konsentrasi anak serta melatih keterampilan jari-jari anak. Cara kerjanya adalah keping-keping diambil kemudian dikembalikan menurut bentuk semula. E. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran pada dasarnya adalah merupakan uraian penalaran untuk bisa sampai pada pemberi jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berpikir yang peneliti rencanakan adalah sebagai berikut :

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Subyek Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus : a) Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal. b) Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal. c) Tiap siklus ada 5 kali pertemuan. d) Subyek pertemuan waktunya pukul 07.30 – 10.00 Wib. 3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah anak-anak kelompok B TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen dengan jumlah siswa 21 anak, laki-laki 10, perempuan 11 anak. B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur yang akan dilalui adalah observasi awal sebelum diadakannya tindakan dan serta refleksi diri guru terhadap pembelajaran awal yang telah dilakukan. Hasil observasi awal dianalisis dan diolah bersama-sama antar guru (peneliti) dan rekan sejawat (pengamat) untuk dibuat tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul pada siswa, guru dan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dilaksanakan observasi baik terhadap guru, siswa, proses dan hasil pembelajaran. Tindakan dilakukan dengan 2 siklus (tahap), dan setiap siklus melalui

tahapan-tahapan : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan/observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Hasil observasi awal yang dianalisis dan diolah menjadi rencana tindakan Siklus I dianalisis serta direfleksi untuk acuan pelaksanaan pada Siklus II. Hasil observasi pada Siklus I dan II dianalisis dan diolah datanya dan dijadikan bahan laporan hasil penelitian. Sehingga pada tahap penelitian dihasilkan laporan penulisan dan pelaporan hasil penelitian. C. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus pertama Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu penulis menyampaikan keadaan awal tentang kegiatan yang dilaksanakan di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Pada siklus pertama, terlebih dahulu guru membuat suatu rencana kegiatan yaitu : 1) Membuat rancangan satu siklus. 2) Membuat Rancangan Kegiatan (RK) siklus ke-1. 3) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) selama 5 hari. 4) Membuat skenario perbaikan untuk 5 hari. 5) Menyiapkan alat peraga (puzzle) Dari lima rencana kegiatan tersebut, pelaksanaan per RKH ada rincian waktu sebagai berikut : 1) Kegiatan awal ± 30 menit Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan secara rutin yaitu berbaris, berdo’a, salam, absen, kemudian dengan kegiatan menyanyi, tanya jawab, atau bercakap-cakap dengan tema yang sedang berlangsung. 2) Kegiatan inti ± 60 menit Kegiatan ini merupakan pokok dari kegiatan yang bisa dilakukan secara observasi, penugasan, unjuk kerja, hasil karya dan sebagainya. 3) Kegiatan istirahat ± 30 menit Dalam kegiatan istirahat anak terbiasa makan bekal bersama lalu melakukan kegiatan bermain di luar kelas. 4) Kegiatan akhir ± 30 menit a). Perencanaan tindakan

Kegiatan akhir diisi dengan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan seharian yaitu dengan memberi penguatan kepada anak yang lebih berhasil dan memberi bimbingan bagi anak yang kurang berhasil. Selanjutnya anak-anak bisa diajak bernyanyi, bercakap-cakap, bercerita serta bertepuk tangan. Sebelum pulang guru berpesan tentang kegiatan hari esok. b). Pelaksanaan kegiatan Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan : 1) Guru mengatur tempat duduk 3 kelompok. 2) Guru menjelaskan kegiatan bermain puzzle secara klasikal. 3) Guru memberi contoh cara membongkar dan memasang puzzle. 4) Dalam kegiatan bermain puzzle guru membimbing anak yang belum mampu mengerjakan. c). Observasi kegiatan Cara yang digunakan untuk memperoleh data adalah melalui pengumpulan data sebagai dokumentasi berupa hasil karya anak yang akan dinilai oleh guru sebagai peneliti dan dibantu oleh 2 orang penilai (penilai 1 dan penilai 2). d). Refleksi Refleksi hasil observasi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai. Hasil observasi dilaksanakan dan dibahas kelebihan dan kekurangannya. Lalu melanjutkan siklus berikutnya. Karena tindakan penelitian dilaksanakan 2 siklus. HA RI KE I. HASIL JENIS KEGIATAN Membongkar dan memasang puzzle menjadi bentuk yang utuh. Menghitung potongan gambar puzzle. Menyusun kepingan puzzle berdasarkan konsep bilangan o √ • JUMLA H ANAK II. III.

1-8. IV. V. Mencari satu bagian puzzle yang hilang. Mencari dan memasang puzzle yang diacak. JUMLAH Hasil pengumpulan data yang didapat dari refleksi kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil evaluasi dari siklus ke-1 disajikan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan anak. Keterangan : O √ • = kurang = cukup = kurang Siklus Kedua Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus kedua ini merupakan perbaikan dari 2. a) Perencanaan kegiatan kegiatan pembelajaran di siklus pertama pada siklus kedua, terlebih dahulu guru membuat rencana kegiatan siklus kedua seperti pada siklus pertama yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) Membuat rancangan satu siklus. Membuat rancangan kegiatan (RK) siklus kedua. Membuat rencana kegiatan harian (RKH) selama 5 hari. Membuat skenario perbaikan selama lima hari. Menyiapkan alat peraga (puzzle). Dari kelima rencana kegiatan tersebut, pelaksanaan per-RKH ada rincian waktu sebagai berikut : 1) Kegiatan awal ± 30 menit Pada kegiatan awal, kegiatan yang dilakukan kegiatan secara rutin yaitu berbaris, berdo’a, salam, absen. Kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah menyanyi, tanya jawab, berbagi cerita, dan lain-lain. Kegiatan tetap mengarah pada tema yang sedang berlangsung. 2) Kegiatan inti ± 60 menit

Kegiatan ini merupakan pokok dari kegiatan yang bisa dilakukan secara observasi, penugasan, unjuk kerja, hasil karya dan sebagainya. 3) Kegiatan istirahat ± 30 menit Kegiatan akhir bisa diisi dengan kegiatan seperti sajak, menyanyi, percakapan atau bercerita. Kemudian guru membahas tentang kegiatan yang telah dilakukan dan kegiatan hari esok. b) Pelaksanaan kegiatan Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan : 1) 2) 3) 4) Guru mengatur tempat duduk 3 kelompok. Guru menjelaskan kegiatan bermain puzzle. Guru memberi contoh cara membongkar dan memasang puzzle. Dalam kegiatan bermain puzzle guru membimbing anak yang belum mampu mengerjakan. c) Observasi kegiatan Cara yang digunakan untuk memperoleh data adalah melalui pengumpulan data sebagai dokumentasi berupa hasil karya anak yang akan dinilai oleh guru sebagai peneliti dan dibantu oleh 2 orang penilai (penilai 1 dan penilai 2). Pengamatan juga bisa dilakukan dengan cara menilai keaktifan anak selama melakukan kegiatan pembelajaran tersebut. d) Refleksi Refleksi hasil observasi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai. Tetapi pelaksanaan siklus dihentikan karena pelaksanaan penelitian sudah dilakukan 2 siklus. Hasil pengumpulan data yang didapat dari refleksi kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil evaluasi dari siklus kesatu dan siklus kedua dibandingkan untuk diketahui seberapa besar peningkatan kemampuan kognitif yang sudah direncanakan yang dalam hal ini disajikan dalam tabel. HA RI KE I. HASIL JENIS KEGIATAN Membongkar dan memasang puzzle sesuai dengan pasangannya. o √ • JUMLA H ANAK

II. Memasangkan puzzle dengan mencari 2 bagian yang hilang. Lomba memasangkan puzzle dengan mencari lambang bilangan 1-8 di belakang gambar puzzle. Mencari dan memasang puzzle yang diacak hingga berbentuk puzzle yang utuh. Menjiplak bentuk puzzle pada lembar kegiatan dan mewarnainya. JUMLAH III. IV. V. Keterangan : O √ • = kurang = cukup = kurang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Siklus 1. Prasiklus Sebagai dasar pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah hasil analisis dan refleksi pada kondisi awal prasiklus pada hari Senin, tanggal 3 Oktober 2011. Sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah-langkah pokok : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus dengan mengambil lokasi TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Tujuan utama pembelajaran ini adalah upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui bermain puzzle. Kegiatan dalam prasiklus metode yang digunakan untuk mengajar berhitung masih kurang efektif, sehingga hasil yang didapat kurang memuaskan. Hasil kegiatan berhitung pada prasiklus disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Nilai Prasiklus Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Hasil Prasiklus No Nama Anak I II III IV V Ket. o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● Anisa Ahsana N. Awaludin Ridho U. Alvin Mustofa L. √ Andara Diva A. Bareta Kartika C. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Dinta Cantika F. √ Fuad Maskuni Friska Dwi A. Iktifa R. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Khoirul S. M.Candra J. Masruri A. Nadia A. Putri A. Ridwan N. Rahmat I. Rio F. Sindi S. Tegar G. Z. Della S. Niansa √ √ √ √ √

Jumlah 1 1 1 1 1 2 2 5 2 6 3 5 4 7 4 7 4 2 2 0 Keterangan : o √ • = kurang = cukup = kurang

Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Nilai Pembelajaran Prasiklus Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Har i ke 1. 2. 3. 4. 5. Hasil Anak Jenis Kegiatan Prasiklus o 17 14 12 12 10 √ 2 5 6 5 7 • 2 2 3 4 4 Jumla h Anak 21 21 21 21 21 Berhitung dengan jari tangan Berhitung dengan potongan lidi Berhitung dengan kerikil Berhitung dengan kapur tulis Berhitung dengan biji-bijian Dari tabel 4.2 dalam kegiatan prasiklus di atas maka dapat disimpulkan tentang ketercapaian indikator yang ditentukan dalam bentuk prosentase. Adapun rincian perbaikan kegiatan dalam lima hari tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan hari ke-1 dari 21 anak yang nilainya baik ada 2 anak (10%), yang cukup 2 anak (10%), dan yang kurang ada 17 anak (80%). Kegiatan hari ke-2 dari 21 anak yang nilainya baik 2 anak (10%), yang nilainya cukup 5 anak (25%) dan yang kurang 14 anak (65%). Kegiatan hari ke-3 dari 21 anak yang nilainya baik 3 anak (15%), yang nilainya cukup 6 anak (30%), dan yang nilainya baik 4 anak (20%). Kegiatan hari ke-4 dari 21 anak yang nilainya baik 4 anak (20%), yang nilainya cukup 5 (25%), dan yang nilainya kurang 12 anak (55%). Kegiatan hari ke-5 dari 21 anak yang nilainya baik 4 anak (20%), yang nilainya cukup 7 anak (35%), dan yang nilainya kurang 10 anak (45%).

Grafik 4.1 Grafik Hasil nilai Pembelajaran Prasiklus Kelompok B Ta man Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Keterangan : 1). Kegiatan hari ke-1 berhitung dengan jari tangan. 2). Kegiatan hari ke-2 berhitung dengan potongan lidi. 3). Kegiatan hari ke-3 berhitung dengan kerikil. 4). Kegiatan hari ke-4 berhitung dengan kapur tulis. 5). Kegiatan hari ke-5 berhitung dengan biji-bijian.

2. Siklus pertama Dari hasil pelaksanaan siklus pertama ditemukan masih rendahnya minat berhitung anak dengan bermain puzzle. Hal tersebut dikarenakan situasi ruangan yang kurang menyenangkan bagi anak. Media pembelajaran yang kurang memadai sehingga tidak mencukupi untuk semua anak, potongan gambar puzzle yang rumit membuat anak malas untuk mengerjakan, anak belum memanfaatkan puzzle secara maksimal, serta kurangnya motivasi dari guru terhadap minat anak tidak diperhatikan. Hal ini dapat terlihat pada tabel data hasil pembelajaran siklus I berikut :

Tabel 4.2 Tabel Data Hasil Nilai Pembelajaran Siklus I Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Hasil Anak Siklus I No Nama Anak I II III IV V Ket. o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● Anisa Ahsana N. Awaludin Ridho U. Alvin Mustofa L. √ Andara Diva A. Bareta Kartika C. Dinta Cantika F. √ Fuad Maskuni Friska Dwi A. Iktifa R. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Khoirul S. M.Candra J. Masruri A. Nadia A. Putri A. Ridwan N. Rahmat I. Rio F. Sindi S. Tegar G. Z. Della S. Niansa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Jumlah 1 1 1 5 2 9 8 4 8 9 4 6 5 4 6 4 0 1 Keterangan : o √ • = kurang = cukup = kurang

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Nilai Pembelajaran Siklus I Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Har i ke Hasil Anak Jenis Kegiatan Prasiklus Membongkar dan memasang puzzle menjadi bentuk yang utuh. Menghitung potonganpotongan gambar puzzle. Menyusun kepingan puzzle berdasarkan konsep bilangan 1-8. Mencari satu bagian puzzle yang hilang. Mencari dan memasang puzzle yang diacak. o 14 9 8 6 4 √ 5 8 9 10 11 • 2 4 4 5 6 Jumla h Anak 21 21 21 21 21 1. 2. 3. 4. 5. Dari tabel 4.4 dalam kegiatan siklus pertama di atas maka dapat disimpulkan tentang ketercapaian indikator yang ditentukan dalam bentuk prosentase. Adapun rincian perbaikan kegiatan dalam lima hari tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan hari ke-1 yang nilainya baik ada 2 anak (10%), yang nilainya cukup 2 anak (25%), dan yang kurang ada 14 anak (65%). Kegiatan hari ke-2 yang nilainya baik ada 4 anak (20%), yang nilainya cukup 8 anak (40%) dan yang nilainya kurang kurang ada 9 anak (40%). Kegiatan hari ke-3 yang nilainya baik ada 4 anak (20%), yang nilainya cukup ada 9 anak (40%), dan yang nilainya kurang ada 8 anak (40%). Kegiatan hari ke-4 yang nilainya baik ada 5 anak (25%), yang nilainya cukup ada 10 anak (50%), dan yang nilainya kurang ada 6 anak (25%). Kegiatan hari ke-5 yang nilainya baik ada 6 anak (30%), yang nilainya cukup ada 11 anak (55%), dan yang nilainya kurang ada 4 anak (15%).

Grafik 4.1 Grafik Hasil nilai Pembelajaran Siklus 1 Kelompok B Ta man Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Keterangan : 1). Kegiatan hari ke-1 membongkar dan memasang puzzle menjadi bentuk yang utuh. 2). Kegiatan hari ke-2 menghitung potongan-potongan gambar puzzle. 3). Kegiatan hari ke-3 menyusun kepingan puzzle berdasarkan konsep bilangan 1-8. 4). Kegiatan hari ke-4 mencari satu bagian puzzle yang hilang. 5). Kegiatan hari ke-5 mencari dan memasang puzzle yang diacak. 3. Siklus kedua

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung dengan bermain puzzle pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip sudah dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditentukan. Keberhasilan tersebut diupayakan guru dalam persiapannya memilih metode pembelajaran yang tepat, alat peraga yang memadai, situasi yang kondusif, serta motivasi yang sangat berperan dalam tujuan pembelajaran. Data keberhasilan dapat dilihat pada tabel data hasil pembelajaran Siklus II sebagai berikut :

Tabel 4.5 Tabel Data Hasil Nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Hasil Anak Siklus I No Nama Anak I II III IV V Ket. o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● Anisa Ahsana N. Awaludin Ridho U. Alvin Mustofa L. Andara Diva A. Bareta Kartika C. Dinta Cantika F. Fuad Maskuni Friska Dwi A. Iktifa R. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Khoirul S. M.Candra J. Masruri A. Nadia A. Putri A. Ridwan N. Rahmat I. Rio F. Sindi S. Tegar G. Z. Della S. Niansa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Jumlah 4 1 1 1 1 1 6 4 7 2 9 2 7 1 3 1 0 0 2 7 Keterangan : 1). Kegiatan hari ke-1 membongkar dan memasang puzzle sesuai dengan pasangannya. 2). Kegiatan hari ke-2 memasangkan puzzle dengan mencari 2 bagian yang hilang. 3). Kegiatan hari ke-3 lomba memasangkan puzzle dengan mencari lambang bilangan 1-8 di belakang gambar puzzle. 4). Kegiatan hari ke-4 mencari dan memasang puzzle yang diacak hingga berbentuk puzzle yang utuh. 5). Kegiatan hari ke-5 menjiplak bentuk puzzle pada lembar kegiatan dan mewarnainya. B. 1. a. Pembahasan dari Setiap Siklus Pra Siklus Berdasarkan pelaksanaan prasiklus terlihat bahwa : Suasana pembelajaran khususnya pembelajaran kognitif anak masih terlihat kurang aktif. Anakanak malas dan kurang senang mengerjakan kegiatan berhitung. Anak-anak malas dan kurang senang mengerjakan kegiatan berhitung. Anak kurang suka dengan metode dan media yang digunakan oleh guru. b. Pada kenyataannya anak belum bisa memahami harapan dari guru yaitu kreatif dan terampil dalam kegiatan berhitung. Anak masih menggantungkan menyelesaikan tugas berhitung kepada bimbingan guru satu persatu. c. Anak merasa bosan dengan kegiatan berhitung. Media dan sumber belajar yang digunakan kurang menarik minat anak. d. Dorongan serta motivasi yang dibutuhkan anak kurang. 2. a. Siklus pertama Suasana pembelajaran ada perubahan yang semula anak ramai sendiri sekarang sudah lebih aktif. Anak sudah bisa memusatkan perhatian keinginan guru. Meskipun media yang digunakan untuk kegiatan berhitung masih bersifat sederhana, anak sudah mampu memusatkan perhatian dalam proses pembelajaran. Hal itu disebabkan karena pembelajaran yang diberikan guru dianggap unik.

b. Dalam kegiatan berhitung semua anak aktif bersama-sama menyelesaikan tugas berhitung dengan semampunya. Tetapi hasil yang diharapkan belum dapat terpenuhi karena anak belum terbiasa dengan kegiatan berhitung. c. Kemampuan menyelesaikan tugas berhitung masih bervariasi, ada anak yang menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat, tetapi masih ada juga anak yang kurang tepat. 3. a. b. c. Siklus kedua Suasana pembelajaran pada siklus kedua sudah menyenangkan, karena ada keseimbangan antara media yang digunakan oleh guru dengan keaktifan anak dalam meningkatkan pembelajaran. Dalam kegiatan berhitung mengalami kemajuan, anak-anak dapat berkreasi sesuai keinginan guru. Kemampuan menyelesaikan tugas berhitung lebih lancar dan cepat dari waktu yang ditentukan. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Har i ke Hasil Anak Jenis Kegiatan Prasiklus Membongkar dan memasang puzzle sesuai dengan pasangannya. Memasangkan puzzle dengan mencari 2 bagian yang hilang. Lomba memasangkan puzzle dengan mencari lambang bilangan 1-8 di belakang gambar puzzle. Mencari dan memasang puzzle yang diacak hingga membentuk puzzle yang utuh. Menjiplak bentuk puzzle pada lembar kegiatan dan mewarnai. o 14 √ 5 • 2 Jumla h Anak 21 1. 2. 9 8 4 21 3. 8 9 4 21 4. 6 10 5 21 5. 4 11 6 21

Dari tabel 4.6 dalam kegiatan siklus kedua di atas maka dapat disimpulkan tentang ketercapaian indikator yang ditentukan dalam bentuk prosentase. Adapun rincian perbaikan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan hari ke-1 dari 21 anak yang nilainya baik ada 6 anak (30%), yang nilanya cukup ada 11 anak (55%), dan yang nilanya kurang ada 4 anak (15%). Kegiatan hari ke-2 dari 21 anak yang nilainya baik ada 7 anak (35%), yang nilainya cukup 10 anak (50%) dan yang nilainya kurang ada 4 anak (15%). Kegiatan hari ke-3 dari 21 anak yang nilainya baik ada 9 anak (45%), yang nilainya cukup ada 10 anak (50%), dan yang nilainya kurang ada 2 anak (5%). Kegiatan hari ke-4 dari 21 anak yang nilainya baik ada 12 anak (60%), yang nilainya cukup ada 7 anak (35%), dan yang nilainya kurang ada 2 anak (5%). Kegiatan hari ke-5 dari 21 anak yang nilainya baik ada 17 anak (80%), yang nilainya cukup ada 3 anak (15%), dan yang nilainya kurang ada 1 anak (5%). Grafik 4.3 Grafik Hasil nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok B Ta man Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada kegiatan pembelajaran berhitung dengan media puzzle pada anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Pembelajaran dengan media puzzle dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Penjelasan dan peragaan guru akan mudah dipahami anak bila anak diberi kesempatan langsung berhitung-hitung dengan bendanya dan diberi kesempatan untuk bertanya. Kemampuan kognitif anak dengan bermain puzzle dapat ditingkatkan dengan memberi motivasi dan media yang bervariasi dan langsung dapat disentuh oleh anak. Kegiatan pembelajaran anak akan tidak membosankan bila dilakukan dengan situasi yang menyenangkan atau tidak tertekan dengan keinginan guru untuk pencapaian indikator karena sesuai prinsip belajar di TK yaitu belajar seraya bermain. B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari pelaksanaan observasi kemampuan kognitif anak dengan media bermain puzzle pada anak kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. a. b. c. d. 2. a. c. Bagi Guru Guru dalam menjelaskan materi kepada anak hendaknya memberi kesempatan pada anak untuk bertanya. Guru hendaknya memberi motivasi belajar dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru hendaknya menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat anak. Guru jangan membiarkan anak melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bimbingan. Bagi Sekolah Proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rancangan kegiatan. Kualitas pembelajaran semakin meningkat. b. Tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal sesuai indikator.

DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Sujiono, Yuliana Nurani. 2004. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas Terbuka. Montolalu. 2005. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka. Wardhani, IGAK, Wihardit Kuswaya. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Gunarti, Winda. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. William, Anne D. 2007. Jigsawa Puzzles a Brief History from the 17605 to Modern Day Puzzle Markers. (http://jigsaw-puzzle.org/jigsaw-puzzle-historyy.html). Puzzle.2007. (http://en.wikipedia.org/wiki/whodunit). Puzzle.2011. (http://en.wikipedia..org/wiki/file:jigsawpuzzling.at.ocp.jpg)

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN BERPERAN SEBAGAI PENILAI DALAM PENYELENGGARAAN PKP Kepada Yth. Kepala UPBJJ UT 44 Surakarta Di Surakarta Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa : Nama NIP Tempat mengajar Alamat Sekolah : SRI INDARTI, S.P.d : 19630806 198303 2 006 : TK Pertiwi 1 Banaran : Banaran, Sambungmacan, Sragen Menyatakan bersedia berperan sebagai penilai dalam pelaksanaan PKP atas nama : Nama NIM Tempat mengajar Alamat Sekolah : DWI GINARSIH : 821 158 079 : TK Pertiwi 1 Banyurip : Gondangkalang, Banyurip, Sambungmacan, Sragen Demikian surat pernyataan ini kami buat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Sambungmacan, Oktober 2011 Mengetahui Kepala TK Pertiwi 1 Banyurip Penilai 1

TRI WAHYUNI, S.Pd. SRI INDARTI, S.Pd. NIP.19630806 198303 2 006 REFLEKSI HARI PERTAMA Dalam kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan inti di Rencana Kegiatan . Harian (RKH) Siklus II yaitu membongkar dan memasang puzzle. Dari hasil refleksi dalam memasang puzzle anak agak kesulitan dalam memasangkan puzzle sesuai pasangannya, sehingga hasil belum maksimal.

REFLEKSI HARI KEDUA Pada kegiatan berhitung dengan bermain puzzle berkat bimbingan, dan motivasi guru mulai ada peningkatan dibanding kegiatan pada Rencana Kegiatan Harian satu, upaya meningkatkan hasil yang lebih baik perlu adanya pengulangan perbaikan pada siklus ketiga.

REFLEKSI HARI KETIGA Pada kegiatan yang ada di Rencana Kegiatan Harian (RKH) ketiga Siklus II ini sudah menampakkan hasil, maka guru berusaha menambah kegiatan bermain puzzle yang bervariasi yang telah tersedia pada kegiatan pembelajaran hari ketiga ini. Guru hares selalu membimbing anak supaya mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan indikator yang ditentukan.

REFLEKSI HARI KEEMPAT Pada kegiatan yang ada di Rencana Kegiatan Harian (RKH) keempat Siklus II ini semakin ada peningkatan berkat usaha guru yang membimbing dan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan minat anak, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Pada rencana kegiatan hari kelima siklus II nanti dilanjutkan kegiatan menjiplak bentuk puzzle pada lembar kegiatan dan mewarnainya.

REFLEKSI HARI KELIMA Dari berbagai metode dan bimbingan serta usaha keras guru dalam perbaikan pembelajaran pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) hari pertama sampai kegiatan hari kelima dalam kegiatan berhitung dengan bermain puzzle memperoleh hasil yang maksimal sesuai indikator yang ditentukan. Dengan demikian perbaikan terhadap upaya peningkatan kognifif anak dalam berhitung dengan menggunakan media puzzle pada anak kelompok B TK Pertiwi 1 Sambungmacan dinyatakan berhasil. Keberhasilan dalam pembelajaran tersebut untuk dikembangkan pada kegiatan pembelajaran yang lainnya serta dapat dikembangkan pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Posted 8th November 2011 by Agus Ansori 0 Add a comment Loading Send feedback

Recommended

79358293 Contoh Lap Pkp

Agus Ansori Sidebar • • • • • • • Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide Nov 8 Laporan PKP PAUD LAPO RAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL…

79358293 Contoh Lap Pkp

Agus Ansori Sidebar • • • • • • • Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide Nov 8 Laporan PKP PAUD LAPO RAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL…

Contoh Laporan Pkp Paud

Contoh Laporan Pkp Paud Pengembangan Pengalaman Belajar Ranah Kognitif, Psikomotorik, dan Afektif Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang perlu dilakukan…

CONTOH MATERI PKP U-12

CONTOH BAGAIMANA CARANYA BILA KITA HENDAK MENYUSUN SEBUAH PERATURAN KHUSUS PERTANDINGAN (PKP) FESTIVAL SEPAKBOLA U-12.

Contoh Laporan PKP TK PAUD

Kami menyediakan Kumpulan Contoh PKP mulai dari tingkat TK, PAUD dan SD dalam format Ms. Word. Kunjungi http://pkptkpaudsd.wordpress.com/

Judul Contoh Ptk Pts Pkp

judul-judul PTK, PTS, PKP. Dapatkan file lengkapnya di:http://skripsi-tesis-karyailmiah.blogspot.com

CONTOH PKP TUGAS AKHIR UT.docx

CONTOH PKP TUGAS AKHIR UNIVERSITAS TERBUKA JUDUL UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI KEGIATAN

MENGHUBUNGKAN GAMBAR DENGAN KATA DENGAN MEDIA PAPAN FLANEL PADA…

CONTOH PKP SEPAKBOLA USIA DINI

CONTOH BAGAIMANA CARANYA BILA KITA HENDAK MENYUSUN SEBUAH PERATURAN KHUSUS PERTANDINGAN (PKP) SEPAKBOLA BAGI PEMAIN USIA DINI.

pkp

Tis Penulisan Laporan PKP Universitas Terbuka Ditulis oleh Ka. UPBJJ Rabu, 13 Januari 2010 10:22 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 19 Januari 2010 13:55 TIPS SINGKAT PENULISAN…

Pkp

1. (Conny, 1992) dalam Nyimas Aisyah, Pendekatan keterampilan Proses. Pengembangan Matematika SD mengemukakan bahwa Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah…

Pkp

1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi dan kondisi kelas yang saya jadikan subyek dalam pelaksanaan PTK adalah siswa kelas IV SD Negeri 7 Wakorut Kabupaten Buton…

Pkp

1. KATA PENGANTARAlhamdulilah rabil alamin atas berkat rahmat Allah SWT penulis panjatkan kehadirat Allah. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi…

PKP

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. INFORMASI SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian a. Nama Sekolah b. Kelas c. Tema d. Waktu : : : : TK Negeri Pembina Batang Kelompok B2 Binatang…

PKP

Laporan Penelitian

Pkp ôçô contoh iklan komparatif dan provokatif

1.PKP – contoh iklan Komparatif dan Provokatif Apriza Patryadhi Herling Parikesit Yodsa Rienaldo Arif Syahputra Hasibuan Frisca Amelia Sena Putra Pratama 2. Iklan Komparatif…

Contoh Lap Fisika Fluida

MAGIC EGG TRICK Tanggal percobaan Jumat , 30 Januari 2009 Tujuan Menentukan bahwa massa jenis zat cair menentukan gaya apung Dasar Teori Adanya gaya archimedes dalam zat…

Contoh Soal Lap Konsolidasi

1 MODUL KE-5 Materi Kuliah Referensi : Laporan Keuangan Konsolidasi (Consolidated Financial Statement) : 1. Beams et. all, Ch. 3 2. PSAK No. 4 : Laporan Keuangan Konsolidasi…

Contoh Lap Grafis

Nama : Kunthi Atinirmala NIM : M2A607056 Interpretasi Gambar Tes Grafis Nama subjek Umur Jenis Kelamin Tanggal Pembuatan : : 20 tahun : Laki-laki : 28 November 2010 Draw…

View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.

About Terms DMCA Contact STARTUP - Share & Download Unlimited Fly UP

http://xnxx-teens.com/en/niche/Mom/top%20viewed/page-1/?tin=317Pt4YBqUgY8&mov=346366

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL ANGKA

MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI RA.NURUL

HASANAH RANTAU PRAPAT

LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS I

Oleh :

Intan Suryani Hasibuan

NIM.

UNIVERSITAS TERBUKA  

2014

LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS I

Judul Penelitian          

:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

DALAM MENGENAL ANGKA MELALUI MEDIA KARTU

ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI RA.NURUL HASANAH

RANTAU PRAPAT

Waktu Pelaksanaan    

:

02 Oktober 2014

Tempat Penelitian      

:

RA. Nurul Hasanah Rantau Prapat

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan Rahmat dan

HidayahNya, makalah yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam

Mengenal Angka Melalui Media Kartu Angka Pada Anak Usia Dini Di Ra.Nurul Hasanah

Rantau Prapat” ini telah selesai kami susun dengan hasil yang semaksimal mungkin dan tepat

waktu.

Tiada kata paling indah melainkan shalawat bertangkaikan salam berbuahkan safa’at,

marilah kita hadiahkan keharibaan junjungan kita Nabi Allah Muhammad Rasulullah SAW.

Dalam tulisan ini, kami juga telah banyak mencantumkan perkataan, dan seluruh hal-hal

yang memiliki kaitan dengan tugas ini dari para cendikiawan dan tokoh-tokoh yang terdahulu.

Oleh karena itu, kepada para cendikiawan yang bukunya kami jadikan sumber bacaan, kami

mengucapkan beribu-ribu terima kasih dan penulis mendo`akan semoga beliau-beliau ini

termasuk mereka yang disebut dalam hadits "....’Ilmun yuntafa’u bihi", yaitu para orang yang

berilmu, yang ilmunya dimanfaatkan oleh orang lain.

Laporan analisi ini kami susun dengan maksud: “Li-ibtighaa-imardlaatillah” yakni

untuk memperoleh keridhaan Allah SWT semata- mata, dan untuk memenuhi tugas pada mata

kuliah “Analisis”.

Kepada para pembaca, kami mohon maaf, Apabila makalah kecil ini belum memenuhi

keinginan para pembaca sekalian, sebagaimana mestinya, oleh karena itu kami mintakan kritik

dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan pada laporan Analisis berikutnya. Dan kepada

Bapak “Prof. Sok Sibuk” kami mohon bimbingannya dalam penyempurnaan Lapiran Analisi

kami ini.

Kepada Allah kami mohon taufik dan hidayahNya, semoga usaha ini senantiasa dalam

keridhaanNya, dan semoga Laporan Analisis ini dapat menambah Khazanah Keilmuan kita.

Amiin.

Penulis,

Rantau Prapat,  Oktober 2014

 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................          i

Daftar Isi.......................................................................................................................          ii

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................         

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................         

B. Fokus Penelitian................................................................................................         

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................

D. Manfaat Penelitian............................................................................................

BAB II

LANDASAN TEORI..................................................................................................         

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini..........................................................         

B. Teori yang Melandasi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini......................         

C. Kartu Angka.....................................................................................................         

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................         

A. Subjek Penelitian..............................................................................................         

B. Metode Penelitian.............................................................................................         

C. Instrumen Penelitian.........................................................................................

BAB IV

ANALISIS DATA.......................................................................................................         

A. Tabulasi Data....................................................................................................         

B. Analisis Kritis...................................................................................................         

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................         

A. Kesimpulan.......................................................................................................         

B. Saran.................................................................................................................         

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................         

LAMPIRAN.................................................................................................................

SKH........................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan

dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang

usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai sedang

mengalami  masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran

sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang

dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang

dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada

anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman

yang meberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami  pengalaman belajar

yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang

berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik PAUD adalah mampu

mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang optimal sesuai dengan tuntutan yang

berkembang dalam masyarakat. Kemampuan dasar yang dikembangkan di PAUD meliputi

kemampuan bahasa, fisik/motorik, seni dan kemampuan kognitif. Pengembangan kemampuan

kognitif bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir anak. Pada kemampuan kognitif tersebut,

anak diharapkan dapat mengenal konsep sains dan matematika sederhana.

Kegiatan pembelajaran matematika pada anak diorganisir secara terpadu melalui tema-

tema pembelajaran yang paling dekat dengan konteks kehidupan anak dan pengalaman-

pengalaman riil. Guru dapat menggunakan media permainan dalam pembelajaran yang

memungkinkan anak bekerja dan belajar secara individual, kelompok dan juga klasikal.

Penggunaan media pada kegiatan pembelajaran matematika anak usia dini, khususnya dalam

pengenalan konsep bilangan bertujuan mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan

operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit sebagai pondasi yang kokoh pada anak untuk

mengembangkan kemampuan matematika pada tahap selanjutnya.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di lapangan ditemukan adanya

permasalahan dalam kegiatan pengembangan di kelas yaitu rendahnya kemampuan mengenal

konsep bilangan di PAUD Nurul Hasanah Rantau Prapat. Pada saat proses pembelajaran peneliti

melihat peran guru masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru dengan

spontan memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak.

Kondisi ini ditengarai penyebabnya adalah dalam proses pembelajaran guru kurang

memanfaatkan media pembelajaran dan permainan yang tepat yang dapat menumbuhkan

motivasi belajar anak.

Selain kurangnya media pembelajaran dan permainan yang tepat, hal ini lebih disebabkan

oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh PAUD Nurul Hasanah . Sehingga guru merasa

kesulitan mencari tempat jika menambahkan media dan sumber belajar terlalu banyak.

Permasalahan lain yang terjadi di PAUD Nurul Hasanah adalah metode yang digunakan

oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada

pengembangan kognitif khususnya pada pengenalan konsep bilangan, guru memberikan perintah

kepada anak agar mengambil majalah dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan

contoh kepada anak untuk menghitung jumlah benda yang terdapat pada majalah dan mengisinya

dengan angka yang sesuai dengan jumlah benda tersebut pada kolom yang telah disediakan.

Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk mengerjakannya sendiri. Hal ini merupakan

salah satu penyebab rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan di PAUD

Nurul Hasanah. Sebagai indikator rendahnya kemampuan anak di PAUD tersebut, dapat dilihat

bahwa dari 27 siswa kelompok B yang sudah mengenal bilangan hanya 8 siswa (30%), dan

sisanya sebanyak 19 siswa (70%) belum mengenal angka.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di PAUD Nurul Hasanah, penulis tertarik untuk

meneliti dan menganalisis secara langsung pemanfaatan media kartu angka sebagai salah satu

cara meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak PAUD dan dapat memperbaiki

kondisi pembelajaran yang terjadi di PAUD Nurul Hasanah. Media ini dianggap mampu

memecahkan masalah diatas karena dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak

hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk

merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.

Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk

terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang

kualitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan

untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan

belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan

terkendali. Selanjut untuk meneliti masalah di atas, Penulis melakukan penelitian dengan judul

“Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Mengenal Angka Melalui Media Kartu

Angka di PAUD Nurul Hasanah”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakan penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa yang menjadi

focus penelitian dalam laporan penelitian ini adalah mengenai upaya meningkatkan kemampuan

kognitif anak dalam mengenal angka melalui media kartu angka di PAUD Nurul Hasanah

Rantau Prapat.

C. Tujuan Penelitian

Adapun  tujuan dari penelitian ini yaitu:

1.      Mengembangkan potensi anak dalam mengenal angka dan merangsang kemampuan

mengidentifikasi jumlah dan simbol angka melalui media kartu angka.

2.      Untuk mengetahui apakah kemampuan mengenal angka siswa kelompok B dapat meningkatkan

Melalui Media Kartu Angka di PAUD Nurul Hasanah Rantau Prapat Tahun Pelajaran

2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi

anak ataupun guru, dalam meningkatkan serta memperbaiki proses pembelajaran berhitung,

selain itu juga diharapkan bagi peneliti lain dapat mengembangkan penggunaan media atau

pendekatan lain guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

1.      Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang

ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan potensi belajar anak usia dini.

2.      Manfaat praktis

a.       Bagi sekolah

Manfaaat penelitian bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan

dengan penggunaan metode dan media yang tepat dan optimal sehingga hasilnya bisa dijadikan

sebagai contoh untuk sekolah-sekolah yang lain.

b.      Bagi guru

Manfaat penelitian bagi guru yaitu menambah pengetahuan serta mengembangkan  kemampuan

guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga

tercipta suasana pembelajaran yang kreatif dan lebih baik.

c.       Bagi anak

Manfaat penelitian bagi anak yaitu dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka dan

merangsang kemampuan mengidentifikasi jumlah angka dan simbolnya dengan menggunakan

media yang menyenangkan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

            Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak

lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek

perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar

anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor

lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini memiliki

karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa ini masa yang paling

penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa yang paling baik pembentukan fondasi dan

dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Bentuk program

pendidikan anak usia dini meliputi: pendidikan keluarga, bina keluarga, taman pengasuhan,

kelompok bermain dan taman kanak-kanak.

Rita Kurnia (2010: 3) mengatakan:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan dasar kehidupan tahap berikutnya.

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Penyelenggaraan pembelajaran berbasis perkembangan mempunyai sejumlah prinsip

yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Semua aspek perkembangan pada anak saling terkait, artinya perkembangan dalam satu aspek

dapat membatasi atau memudahkan atau melancarkan perkembangan kemampuan lainnya.

2.      Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur. Dengan demikian, urutan pertumbuhan

dan perubahan yang terjadi pada anak dapat diprediksikan.

3.      Perkembangan anak adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dimana ia hidup. Oleh sebab itu, sering dikemukakan

bahwa kehidupan manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan yang saling

berhubungan.

4.      Atas dasar itu maka para pendidik disamping menyediakan lingkungan yang sehat, aman, dan

menyediakan makanan dengan gizi yang baik, juga harus memberikan layanan yang

komprehensif kepada anak, seperti layanan kesehatan fisik, gigi, mental dan sosial.

Pengertian Perkembangan Kognitif

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada

waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan

dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu

teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.

Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi

dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang

dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut

pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif

(constructivism).

Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang

inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh

perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang

menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di

sekitarnya.

Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun

teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya.

Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal

disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian

berkembang menjadi suatu generalisasi kesimpulan umum).

Aspek Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini

Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas,

maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD berada dalam fase

praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:

1.      Berpikir Simbolis. Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan

peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.

2.      Berpikir Egosentris. Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau

tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak

belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.

3.      Berpikir lntuitif. Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu,

seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan

untuk melakukannya.

lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif

1.      Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur

kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung

dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan

mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi

di lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain

yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan

pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis.

2.      Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan jawaban

yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar.

3.      Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat

mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan

secara nyata ke dalam bentuk lain, misalnya gambar.

4.      Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan

mengemukakan pikirannya.

B. Teori yang Melandasi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Menurut Piaget (1972: 49-91) “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat

kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.

Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan

selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam

empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi

formal”.

1.       Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun). Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi

dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa,

mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan

dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor. Fase

sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan.

Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya

tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat,

melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan

lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia

mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini mengandung arti,

bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan

dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas

sensorimotor yang dilakukannya. Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola

sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang

diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan

yang berbeda. Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya.

Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk

memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.

2.      Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun). Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa

pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan

sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan

simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura

menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar

bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara

operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu

aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya

sebelumnya. Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya

dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan

tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu

subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif.

Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki

kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini

membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan,

menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia

secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara

egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir

orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya

sendiri yang disebut dengan istilah egosentris. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 -

7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva

mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi

pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun

meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis

tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.

3.      Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun). Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk

berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir

logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan

mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan

urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir

secara deduktif.

4.      Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa). Fase operasi formal ditandai oleh

perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Keulampuan berpikir abstrak

dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi,

dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara

untuk membuktikan kebenaran hipotesis.

C. Kartu Angka

Kartu angka atau alat peraga kartu  adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan

oleh seorang guru dalam mengajar yang berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan

tema yang diajarkan. Alat peraga kartu adalah alat bantu bagi anak untuk mengingat pelajaran.

Alat peraga kartu huruf dapat menimbulkan kesan di hati sehingga anak-anak tidak mudah

melupakannya. Sejalan dengan ingatan anak akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan

pelajaran yang disampaikan guru. Semakin kecil anak, ia semakin perlu visualisasi/konkret

(perlu lebih banyak alat peraga) yang dapat disentuh, dilihat, dirasakan, dan

didengarnya (Nurani, 2012).

Alat peraga kartu adalah alat untuk menjelaskan yang sangat efektif, misalnya: Untuk

menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat dari seorang tokoh. Dengan alat peraga, gambar

lebih jelas daripada dijelaskan dengan kata-kata saja. Sehingga anak dapat menghayati karakter

tokoh yang diceritakan.  Untuk menjelaskan situasi sebuah tempat, misal keadaan sebuah kota,

bangunan, dan sebagainya, dengan gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan

saja (Nurani, 2012).

Langkah-Langkah Penerapan Kartu Angka Dalam Pembelajaran.

Menurut Tadkirotun (2012) kartu angka merupakan fasilitas penting dalam

pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak. Dengan alat

peraga kartu, anak diajak secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan guru. Satu hal yang

harus diingat, walaupun fasilitas alat peraga kartu yang dimiliki sekolah sangat minim, tetapi bila

penggunaan alat peraga diikuti dengan metode anak aktif, maka efektifitas pengajaran akan

semakin baik. Maka adapun langkah penerapan penggunaan kartu angka dalam pembelajaran

yaitu:

Contoh penerapan untuk anak kelompok A

1.      Permainan angka bisa dilakukan dengan kartu angka dan gambar. Satu sisi berisi sejumlah

gambar dan satu sisi bertulis angka.

2.      Anak menghitung jumlah gambar pada kartu

3.      Jika hitungannya benar, anak membalik kartu, sehingga terlihat angka.

4.      Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru bantu dia menghitungnya. Setelah itu anak

menghitung kembali tanpa di bantu.

Contoh penerapan untuk anak kelompok B

1.      Kartu huruf dikembangkan bentuknya ke keartu angka-huruf. Satu sisi bertulis angka, satu sisi

bertulis huruf

2.      Mula-mula anak membaca angka

3.      Apabila benar, anak boleh membaca hurufnya.

4.      Jika anak mau belajar membaca, permainan dibalik, anak membaca sisi hurufnya terlebih dahulu

baru membuka sisi yang bertulis angka.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Anak Usia Dini PAUD Nurul Hasanah Tahun Pelajaran

2014/2015, yang berjumlah 27, terdiri dari 13 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dan objek

penelitiannya adalah mengenal angka dengan media kartu angka.

B. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk

memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk

mewujudkan suatu kebenaran. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam Laporan penelitian

ini adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang di dalamnya meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, atau suatu peristiwa di masa sekarang. Selain itu,

jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan tentang yang terjadi saat ini, dimana

didalamnya terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-

kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini akan mendeskripsikan upaya

meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal angka melalui media kartu angka pada

anak usia dini di RA.Nurul Hasanah Rantau Prapat.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,

memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan

menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan

atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut

instrumen penelitian.

Adapun instrumen penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah :

1.      Tes

Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.

2.      Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.

3.      Wawancara (Interviw)

Interview digunakan oleh peneliti unyuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk  mencari

data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap

sesuatu.

4.      Observasi

Didalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, abservasi

dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi

berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.

5.       Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam

melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Tabulasi Data

Guna memudahkan analisis data, maka untuk hasil penelitian dalam laporan penelitian

ini, dibuat tabulasi data sebagai berikut :

ObservasiWawancara Dengan

Guru

Wawancara Dengan

PimpinanDokumentasi

Anak-anak  bermain

sesuai mainan yang

diminatinya disekolah

dengan bantuan pertolo

ngan dari pendidik 

-Dikelompok

belajar kami sudah

mengembangkan

kemampuan kognitif

anak sejak dini serta

belajar membaca dan

menulis.

- Tentu saja kami

Mengembangkan

kognitifnya

melalui bermain

karena bermain anak

dapat

mengembangkan beb

erapa aspek  bukan

saja

aspek kognitifnya

melainkan

aspek  bahasa

motorik halus.

- Dengan

pengembangan

kognitif anak,

-Saya berkeyakinan

dengan meletakkan dasar

yang kuat

untuk kemampuan

kognitif, anak akan

menguasai kemampuan

tersebut nantinya.

Dengandemikian,

anak akan lebih

cepat belajar yang lainnya.

Juga karena didukung

kemampuan kognitifnya

kedalam perasaannya

lewat sosial emosionalnya

dan semakin cepat

anak  belajar yang lain

dan berpikir kritis hanya

sekedar  bermain tetapi

terarah pada

suatu pencapaian perkemb

angan yang optimal

–Dalam rencana

kegiatan bermain

anak bermain-

main sesuai

dengan minat

anak di sekolah.

–Dalam

dokumen pendiria

n lembaga

tercantum bahwa

salah satu tujuan 

RA.Nurul

Hasanah adalah

untuk membantu

meletakkan

dasar  pengemban

gan

sikap pengetahua

n keterampilan

dan daya cipta

yang diperlukan

anak didik dalam

menyesuaikan

maka pengembangan

kemampyan lainnya

akan terlaksana juga.

Dasar kemampuan

tersebut inilah akan

menambah wawasan

anak untuk

selanjutnya.

- Memberikan

kesempatan kepada

anak

untuk mengembangk

an kreativitas anak

diri dengan

lingkungannya

agar siap

memasuki pendid

ikan dasar dan

untuk  pertumbuh

an

dan perkembanga

n selanjutnya

–Dalam rencana

kegiatan

tertulis bahwa

salah satu alat

peraga edukatif

yang digunakan

adalah kartu

angka.

B. Analisis Kritis

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa media kartu angka dapat

mengembangkan perkembangan kognitifnya dalam mengenal angka. Kartu angka merupakan

suatu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan aspek kognitif dalam mengenal

angka.

Salah satu pelaksanaan dari pengembangan kemampuan kognitif anak di RA. Nurul

Hasanah adalah menggunakan media kartu angka guna meningkatkan kemampuan

kognitif anak dalam mengenal bilangan. Menurut Jania J. Beaty

bahwaprogram pengembangan kognitif pada anak usia diri mencakup bentuk, warna,

ukuran, pengelompokan dan pengurutan ini sesuai mainan pada anak. Di dinding kelas RA.

Nurul Hasanah banyak terdapat gambar-gambar seperti gambar binatang yang berkaki empat,

binatang yang berkaki dua, konsep bilangan dengan lambing bilangan, semuanya ini untuk

pengembangan kognitif  anak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1.      Penggunaaan media kartu angka yang diterapkan di RA.Nurul Hasanah dapat meningkatkan

kemampuan mengenal angka serta memberikan hasil yang sangat baik bagi perkembangan

kemampuan anak.

2.      Metode serta prilaku guru dalam menyampaikan materi merupakan kunci efektifnya proses

belajar mengajar di RA.Nurul Hasanah.

B. Saran

Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal anak

dan konsep bilangan hendaknya:

1.      Guru dapat menggunakan media kartu angka yang bergambar unik dan sesuai dengan

kesenangan anak

2.      Guru dapat menggunakan pencampuran metode seperti metode pendekatan emosional dengan

anak agar penyampian materi dapat berjalan dengan baik

3.      Guru dapat meningkatkan latihan dan bimbingan bagi anak yang belum paham dan belum

mengenal angka

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Laksana

Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press

Kayvan, Umy.2009. Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta : Media Kita.

Nurani, Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks

Tim PKP PG PAUD.2008. Panduan Pemantapan  Kemampuan Profesion.Jakarta : Universitas Terbuka.

Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangeran : Universitas Terbuka

Wardani IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka