33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan merupakan makhluk hidup sama seperti manusia, manusia memerlukan energi untuk melangsungkan kegiatan atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan tersebut. Tumbuhan memiliki akar, batang, daun, bunga dan biji atau buah. Semua organ-organ yang dimiliki oleh tumbuhan itu mempunyai peranan atau fungsi sendiri-sendiri yang tidak kalah pentingnya seperti kita memiliki mata, kaki, tangan, jantung, ginjal, paru-paru dan lain-lain. Di dalam tubuh tumbuhan juga melakukan suatu proses respirasi yang terjadi di dalam tubuh. Batang memiliki fungsi selain sebagi penyokong tegaknya tubuh tumbuhan, batang juga berperan sebagai tempat melekatnya daun-daun tumbuhan. Bentuk antara penampang melintang batang dikotil dan monokotil berbeda. Kebanyakan batang dari tumbuhan dikotil itu berkayu seperti pohon mangga, pohon rambutan dan lain-lain. Pohon tersebut memiliki batang yang berkayu, sedangkan pada batang monokotil kebanyakan batangnya tidak berkayu karena tidak memiliki kambium.

Laporan Praktikum Morfologi Tumbuhan Tentang Batang

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan merupakan makhluk hidup sama seperti

manusia, manusia memerlukan energi untuk

melangsungkan kegiatan atau reaksi kimia yang

terjadi di dalam tubuh tumbuhan tersebut. Tumbuhan

memiliki akar, batang, daun, bunga dan biji atau

buah. Semua organ-organ yang dimiliki oleh tumbuhan

itu mempunyai peranan atau fungsi sendiri-sendiri

yang tidak kalah pentingnya seperti kita memiliki

mata, kaki, tangan, jantung, ginjal, paru-paru dan

lain-lain.

Di dalam tubuh tumbuhan juga melakukan suatu

proses respirasi yang terjadi di dalam tubuh. Batang

memiliki fungsi selain sebagi penyokong tegaknya

tubuh tumbuhan, batang juga berperan sebagai tempat

melekatnya daun-daun tumbuhan. Bentuk antara

penampang melintang batang dikotil dan monokotil

berbeda. Kebanyakan batang dari tumbuhan dikotil itu

berkayu seperti pohon mangga, pohon rambutan dan

lain-lain. Pohon tersebut memiliki batang yang

berkayu, sedangkan pada batang monokotil kebanyakan

batangnya tidak berkayu karena tidak memiliki

kambium.

Pembagian tubuh tumbuhan menjadi sejumlah organ

yang dibagi-bagi lagi menurut sel dan jaringan

penyusunnya merupakan cara yang mudah untuk

mempelajarinya. Oleh sebab itu setiap organ tumbuhan

masih terdapat bagian-bagian lagi, seperti daun yang

masih terdapat xilem, floem, epidermis, stomata dan

masih banyak lagi jaringan dan sel penyusun daun.

Begitupun dengan batang, batang memiliki banyak sel

dan jaringan penyusunnya, seperti stele, xilem, dan

floem.

Banyak kandungan-kandungan pada batang dikotil

yang berkayu, tumbuhan berkayu banyak mengandung

amilum, yaitu bagian dari karbohidrat yang bisa

dimanfaatkan untuk pembuatan kertas, tissu atau

jenis kertas lainnya, dari batang yang mengandung

amilum itulah dapat dihasilkan kertas. Oleh sebab

itu maka dilakukan praktikum ini untuk mengetahui

beberapa sifat dari batang (caulis) tanaman.

B. Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktikum morfologi

tumbuhan yang membahas tentang pengamatan beberapa

sifat umum batang adalah sebagai berikut:

1.Mengenal karakteristik dari batang (caulis) tebu

(Saccarum officinarum L.) dan jati (Tectona grandis L.).

2. Memahami beberapa sifat umum batang (caulis).

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Batang

Menurut Hidayat (1995), batang merupakan sumbu

dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu

titik tumbuhnya, batang dikelilingi oleh daun muda

dan menjadi terminal. Di bagian batang yang lebih

tua, yang daunnya saling berjauhan, nodus tempat

daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas,

yakni bagian batang di antara dua buku yang

berturutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas

ketiak. Bergantung pada pertumbuhan ruas dapat

dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang

bisa memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku

dan ruas yang jelas. Sebaliknya, batang dapat juga

amat pendek dan letak daunnya merapat membentuk

roset. Taraf percabangan yanng terjadi jika tunas

ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman

bentuk. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan

batang yang tumbuh dibawah tanah, di dalam air atau

di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat atau

merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang,

ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh

menjadi cabang, serta taraf percabangan bila ada.

Menurut Suradinata (1998), batang itu bermacam-

macam dari yang lunak seperti spons, atau bertangkai

getas pada tumbuhan air, sampai kepada batang pohon

yang menjulang tinggi mencapai 90 meter. Di bagian

dalam, jaringan batang juga sangat bervariasi, baik

macamnya maupun penataan sel-sel yang menyusunnya,

tetapi juga memiliki banyak ciri yang sama. Batang-

batang konifer, dan khususnya batang-batang

dikotiledon yang berkayu serta herba, sangat serupa

susunan jaringannya. Mekanisme terjadinya penambahan

tinggi, dan macam-macam jaringan yang bertalian

dengan penyimpanan, penunjangan, maupun pengankutan

hampir sama saja dalam semua kelompok tumbuhan

pembuluh.

Menurut Tjitrosoepomo (2011), batang bagian

tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat

tempat serta kedudukan batang bagi tumbuhan. Batang

dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada

umumnya batang mempunyai sifat-sifat seperti berikut

(Tjitrosoepomo, 2011) :

1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder

atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi

selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan

sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang

setangkup.

2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi

oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat

daun.

3. Tumbuhnya biasanya keatas, menuju cahaya atau

matahari.

4. Selal bertambah panjang diujungnya oleh sebab itu

sering dikatakan bahwa batang mempunyai

pertumbuhan yang tidak terbatas.

5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya

tumbuhan tidak digugurkan kecuali kadang-kadang

cabang atau ranting yang kecil.

6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan

yang umurnya pendek misalnya rumput dan waktu

batang masing muda.

Sebagian dari bagian tumbuh-tumbuhan batang

mempunyai tugas untuk (Tjitrosoepomo, 2011) :

1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas

tanah yaitu: daun, bunga, dan buah.

2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi

dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam

ruang sedemikian rupa, sehingga dari segi

kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat

dalam posisi yang posisi yang paling

menguntungkan.

3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari

bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil

asimilasi ke atas ke bawah.

4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan

makanan.

Menurut Tjitrosoepomo (2011), jika kita

membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di

antaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada

pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu

kita membedakan:

1.Tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis). Tumbuh-

tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya

tidak ada hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu

disebabkan karena batang amat pendek, sehingga

semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas

akarnya dan tersusun rapat satu sama lain

merupakan suatu rosert, misalnya lobak (Raphanus

sativus L.), sawi (Brassica juncea L.). Tumbuhan semacam

ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada

waktu berbunga. Dari tengah-tengah roset daun akan

muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun

yang jarang-jarang, bercabang-cabang, dan

mendukung bunga-bunganya.

2.Tumbuhan yang jelas berbatang, batang tumbuhan

dapat dibedakan seperti berikut (Tjitrosoepomo,

2011) :

a. Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak

dan berair misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus

L), krokot (Portulaca oleracea L).

b. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa

keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri

atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon dan

semak-semak pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan

yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang

jauh dari permukaan tanah, sedang semak adalah

tumbuhan yang tak seberapa besar, batang

berkayu, bercabang-cabang dekat permukaan tanah

atau malahan dalam tanah. Contoh mangga

(Mangifera indica L), sidaguri (Sida rhombifolia L).

c. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak

keras mempunyai ruas-ruas yang nyata dan

seringkali berongga misalnya pada padi (Oryza

sativa L) dan rumput (Gramineae) pada umumnya.

d. Batang mendong (calamus), seperti batng rumput

tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang,

misalnya pada mendong (Fimbristylis globulosa Kunth.),

wlingi (Scirpus grassu L.) dan tumbuhan sebangsa

teki (Cyperaceae), lainnya.

Menurut Rosanti (2012), bentuk batang pada

umumnya bulat. Meskipun demikian, beberapa tumbuhan

memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk

batang menjadi kunci dalam determinasi dan

mengklasifikasi tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan yang

tergolong pada kelas monokotil biasanya mempunyai

batang yang dasarnya dianggap tidak berubah dari

pangkal sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuh-

tumbuhan yang tergolong kelas dikotil bentuk batang

pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang

dianggap sebagai suatu kerucut sesuai dengan

pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya.

Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari

penampang melintangnya. Berdasarkan hal ini, bentuk

batang tumbuhan dibedakan yaitu bulat, bersegi, dan

pipih. Batang bulat jika penampang melintangnya

menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat

ditemukan pada kebanyakan tumbuhan seperti pada

batang bambu. Pada batang bersegi, penampang

melintang batang menunjukkan bangun segitiga dan

segi empat. Batang segitiga dapat ditemukan pada

jenis-jenis teki (Cyperus sp). Tumbuhan berbatang

segi empat dapat ditemukan pada tumbuhan markisa

(Passiflora quadrangularis), anggur (Vitis sp), dan

sebagainya. Untuk batang pipih, penampang melintang

batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau

setengah lingkaran. Batang pipih biasanya selalu

melebar menyerupai daun, sehingga mengambil alih

tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian

dinamakan filokladia (Phyllocladium) dan kladodia

(Cladodium). Batang bersifat filokladia jika bentuk

batang sangat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang

terbatas, misalnya pada jakang. Sedangkan batang

bersifat kladodia, jika batang masih tumbuh terus

dan mengadakan percabangan, misalnya dari jenis-

jenis kaktus.

Gambar 1. Buah naga jenis kaktus (Sumber : Warnita, 2013).

Gambar 2. Rumput teki Cyperus sp). (Sumber: Warnita, 2013)

B. Arah Tumbuh Batang

Menurut Rosanti (2011), walaupun batang umumnya

tumbuh ke arah cahaya, menjauhi tanah dan air,

tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa

variasi, sehingga arah tumbuh batang dibedakan

menjadi:

1.Tegak lurus (erectus)

Yaitu jika arahnya lurus ke atas. Batang tegak

lurus biasanya tidak bercabang, misalnya pepaya

(Carica papaya L.), kelapa (Cocos nosifera) dan beberapa

jenis cemara.

2. Menggantung (dependens, pendulus)

Batang seperti ini hanya dimiliki oleh tumbuh-

tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi

jurang, misalnya Zebrina pendula atau tumbuh-tumbuhan

yang hidup di atas pohon sebagai epifit misalnya

jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu.

3.Berbaring (humifusus).

Batang ini terletak pada permukaan tanah,

hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke

atas misalnya pada semangka (Citrillus vulgaris). Kadang-

kadang batang berbaring diberikan penunjang dari

kayu, kawat, atau besi agar bisa tumbuh ke atas.

4.Menjalar atau merayap (repens).

Batang menjalar hampir sama dengan batang

berbaring, yang membedakan terletak dari buku-

bukunya yang mengeluarkan akar, sehingga dapat

tumbuh menjadi tunas. Batang menjalar dapat

ditemukan pada kangkung (Ipomoea crassicaulis), ubi

jalar (Ipomoea batatas) dan sebagainya.

5.Serong ke atas atau condong (ascendens),.

Pangkal batang seperti hendak berbaring,

tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas,

misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea).

6.Mengangguk (nutans).

Batang ini tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi

ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah seperti

mengangguk. Contoh batang mengangguk dapat

dilihat pada bunga matahari (Helianthus annuus).

7.Memanjat (scandens).

Yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan

menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa

benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu

naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus

untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya

dengan akar pelekat, contohnya pada sirih (Piper

bettle) dan arisema (Arisaema sp.).

8.Membelit (volubilis).

Berbeda dengan batang memanjat yang

menggunakan alat bantu untuk naik ke atas, batang

membelit tidak menggunakan alat bantu, tetapi

batang tumbuhan itulah yang membelit. Dengan kata

lain batangnya sendiri naik dengan melilit

penunjangnya. Arah melilit terbagi dua, yaitu ke

kiri dan ke kanan. Membelit ke kiri, jika dilihat

dari atas arah belitan berlawanan dengan arah

putaran jarum jam. Dengan kata lain jika kita

mengikuti jalanya batang yang membelit itu,

penunjang akan selalu di sebelah kiri yang

melihat.

C. Arah Tumbuh Batang

Menurut Tjitrosoepomo (2011), batang suatu

tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang

tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan

yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya

jagung (Zea mays). Umumnya batang memperlihatkan

percabangan entah banyak entah sedikit. Cara

percabangan ada bermacam-macam biasanya dibedakan

tiga macam cara percabangan, yaitu:

1.Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang

pokok selalu tampak jelas. Karena lebih besar dan

lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya daripada

cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina

equisetifolia L.).

2.Percabangan simpodial, batang pokok sukar

ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya

mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau

kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya atau

kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya

dibandingkan dengan cabangnya misalnya pada sawo

manila (Achras zapota L.).

3.Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara

percabangan yang batang setiap kali menjadi dua

cabang yang sama besarnya, misalnya paku andam

(Gleichenia linearis Clarke).

Menurut Kusdianti (2012), Bila batang utama

pertumbuhannya ritmik, ketika periode reda tumbuh

tercapai, daun-daun dan tunas aksilar yang terbentuk

tersusun dalam karangan. Pada saat ini pula, tunas

aksilar beberapa daun dekat di bawah meristem apeks

tumbuh menghasilkan cabang-cabang yang tumbuh

horizontal. Cabang-cabang tersebut dapat berstruktur

monopodial atau berstruktur simpodial. Kelompok

model struktur percabangan ini meliputi :

1. Model Kwan-Koriba. Batang dengan struktur

simpodial. Setiap caulomer pembentuk batang

menghasilkan lebih dari satu cabang ke arah

lateral pada bagian distalnya. Salah satu cabang

terdiferensiasi secara sekunder sehingga posisi

tumbuhnya menjadi kearah vertikal, meneruskan

pertumbuhan batang ke arah atas. Misalnya Alstonia

macrophylla dan Cerbera manghas.

2. Model Pevost. Batang berstruktur simpodial.

Setiap caulomer pembentuk batang menghasilkan

lebih dari satu cabang (caulomer baru) pada bagian

distalnya. Salah satu dari cabang-cabang yang lain

pada awalnya tumbuh ortotrop, kemudia menjadi

plagiotrop (mendatar) karena oposisi atau

substitusi. Misalnya Euphorbia pulcherima dan

beberapa species Piper.

3. Model Fagerlind. Batang berstruktur monopodial

dan pertumbuhannya ritmik. Cabang tersusun seperti

dalam karangan sebagai akibat pertumbuhan ritmik

dari batang. Cabang tersebut berstruktur sympodial

dan tumbuh plagiotrop. Misalnya Rhotmania longiflora

dan Miconia sp.

4. Model Petit. Batang berstruktur monopodial

dengan pertumbuhan kontinu. Cabang tumbuh

plagiotrop dan berstruktur simpodial. Misalnya

Gossypium arboreum, Gossypium hirsutum, dan Morinda lucida.

5. Model Aubreville. Batang berstruktur monopodial

dengan tumbuhan ritmik. Cabang tersusun seperti

dalam karangan dan tumbuh plagiotrop. Setiap

cabang berstruktur simpodial yang dibentuk oleh

calomer-calomer yang tumbuhnya tak terbatas.

Misalnya Terminalia catapa, Elaeocarpus pedunculatus, dan

Manilkara hidentata.

6. Model Scarrone. Batang berstruktur monopodial

dengan pertumbuhan ritmik. Cabang tersusun seperti

dalam karangan, berstruktur simpodial, dan tumbuh

ortrotop. Perbungaan letaknya terminal pada

cabang. Misalnya Mangifera indica, Casia siamea, dan

Pandanus candelabrum.

7. Model Rauh. Batang berstuktur monopodial dengan

pertumbuhan ritmik. Cabang tersusun seperti dalam

karangan, berstruktur monopodial, pertumbuhannya

ritmik dan ortotrop. Cabang dengan batang secara

morfologi identik. Misalnya Hevea braziliensis, Araucaria

araucana, Pinus mercusii, Pinus silvestris, Podocarpus salicifolius,

Dillenia indica, dan Canarium schweinfurthii.

8. Model Attim. Batang berstruktur monopodial.

Cabang dengan batang secara morfologi identik.

Misalnya Casuarina equisetifolia, Eucalyptus globulus, dan

Rhizophora recemosa.

9. Model Nozeran. Batang berstruktur simpodial

dengan pertumbuhan ritmik. Setiap caulomer

penyusun batang .

10. Model Massart. Batang tumbuh ortotrop dengan

pertumbuhan ritmik dan berstruktur monopodial.

Cabang tersusun seperti dalam karangan, tumbuh

plagiotrop, dan berstruktur monopodial atau

simpodial. Misalnya Abies alba, taxus baecata, Ceiba

pentandra, Diospyros sp, dan Myristica fragrans.

11.Model Raux. Batang berstruktur monopodial dengan

pertumbuhan kontinu. Cabang berstruktur monopodial

dan tumbuh plagiotrop. Misalnya Cananga odorata, Durio

zibethinus, Phyllanthus discoideus, Coffea arabica, dan Celtis

integrifolia.

12. Model Cook. Batang berstruktur monopidial dengan

pertumbuhan kontinu. Cabang dibentuk secara terus-

menerus, tetapi keberadaannya sementara

(sebentar). Misalnya Homalium sp, dan Conthium

glabriflorum.

Menurut Mulyani (2006), batang primer berkembang

dari protoderm, prokambium, dan meristem dasar.

1.Kolateral

Tipe kolateral dibedakan menjadi kolateral

tertutup dan kolateral terbuka. Disebut kolateral

tertutup apabila di antara xilem dan floem tidak

terdapat kambium, tetapi terdapat parenkim

penghubung. Tipe ini biasa terdapat dalam batang

monokotil. Pada kolateral terbuka di antara xilem

dan floem terdapat kambium yang bersifat

dipleuris. Tipe ini biasanya terdapat pada batang

dikotiledon.

2.Bikolateral

Berkas pengangkut tipe bikolateral terdiri atas

satu bagian xilem di tengah serta satu bagian

floem di sebelah luar dan satu bagian di sebelah

dalam. Antara xilem dan floem luar terdapat

kambium, dan antara xilem dan floem terdapat

parenkim penghubung. Tipe bikolateral terdapat

pada beberapa dikotiledon, misalnya pada Solanaceae.

3.Konsentris

Berkas pengangkut tipe konsentris terdiri atas

xilem yang dikelilingi oleh floem atau sebaliknya.

Apabila floem dikelilingi oleh floem disebut

konsentris amfikribral, yang biasa terdapat pada

Pteridophyta. Apabila floem dikelilingi oleh xilem

disebut konsentris amfivasal, yang biasa terdapat

pada monokotiledon misalnya pada Aloe arborescens.

4.Radial

Berkas pengangkut tipe menjari terdiri atas

xilem dan floem yang tersusun berselang-selang

menurut arah jari-jari. Susunan seperti ini

terdapat pada akar sewaktu xilem dan floem dalam

keadaan primer.

D. Batang Dikotil

Menurut Mulyani (2006), pada kebanyakan dikotil

yang berbentuk pohon, daerah antar pembuluhnya

sempit, misalnya pada Salix, Prunus, dan Quercus, dan

sangat sempit pada Tilia. Pada spesies-spesies

tersebut, jaringan sekunder membentuk silinder yang

membentang terus, tidak di putus oleh jari-jari

empulur. Di bawah epidermis terdapat selapis sel

parenkim yang kemudian menjadi beberapa lapisan

kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri atas sel

parenkim yang kemudian menjadi beberapa lapisan

kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri atas sel

parenkim yang berisi klorofil. Endodermis yang

berisi tepung disebut floeoterma atau selubung

tepung. Empulur terdiri atas sel parenkim yang

berisi getah yang juga terdapat pada bagian korteks.

Pada batang yang sudah tua, empulur terdiri atas sel

berdinding tebal dan berwarna lebih tua karena

banyak mengandung tanin. Selnya terdiri atas sel

hidup yang mengandung tepung. Pada floem sekunder

banyak dibentuk serabut yang terdiri atas pembuluh

pengangkut dan sel parenkim. Pada batang muda

terdapat epidermis dan masih terdapat pada awal

pertumbuhan sekunder. Pada batang tua akan terbentuk

periderm dengan lentisel. Satu atau dua lapisan

korteks di bawah epidermis berisi kloroplas. Lapisan

ini diikuti oleh dua atau tiga lapisan kolenkim, dan

parenkim dengan sel getah. Floem primer berisi

serabut dekat dengan korteks. Di dalam floem

sekunder juga terdapat serabut, tetapi tidak pada

metafloem. Kambium pembuluh memisahkan floem dengan

xilem sekunder dengan membentuk silinder yang padat.

Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi sel

getah. Tepung dan kristal sering terdapat dalam

empulur maupun korteks.

E. Batang Monokotil

Menurut Hidayat (1995), sistem pembuluh pada

monokotil biasanya terdiri dari berkas yang tersebar

seolah tak beraturan dan hal itu jelas terlihat pada

penampang melintang. Pada beberapa dikotil, sistem

berkas pembuluh tersebar itu juga ditemukan seperti

pada Nymphaeaceae, banyak anggota Ranunculaceae, dan

tumbuhan Berberidaceae. Konsep stele menerangkan

filogeni struktur sistem pembuluh primer dalam sumbu

tumbuhan. Konsep ini dimaksudkan untuk menganalisis

homologi struktur sumbu di berbagai takson. Kata

stele berarti tiang atau pilar dan di sini

dimaksudkan inti sumbu tumbuhan yang terdiri dari

sistem pembuluh dengan parenkim di daerah

interfasikuler, celah daun, empulur, dan perisikel.

Stele juga disebut silinder pusat atau silinder

pembuluh, meskipun termasuk ke dalamnya parenkim

tersebut di atas. Sumbu tumbuhan digambarkan sebagai

stele berbentuk pilar di tengah yang dikelilingi

korteks yang pada gilirannya di tutup oleh

epidermis. Oleh karena batas antara korteks dan

stele pada batang kurang jelas, maka penggunaan

konsep stele tidaklah mudah.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum morfologi tumbuhan yang membehas

tentang sifat umum batang dilaksanakan pada hari

senin tanggal 10 November 2014 pukul 10.30 WIB di

Laboratorium Biologi IAIN Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan Paktikum

1.Alat Praktikum

a. Lup

b. Mikroskop binokuler

c. Pensil warna

d. Mistar

e. Buku gambar

2.Bahan Praktikum

a. Batang jati muda (Tectona grandis L.)

b. Batang jati tua (Tectona grandis L.)

c. Batang tebu muda (Saccharum officinarum L.)

d. Batang tebu tua (Saccharum officinarum L.)

C. Cara Kerja

a. Diambil batang jati yang masih muda dengan

beberapa daun yang masih melekat amati sifat-

sifatnya, kemudian gambarkan.

b. Diberi keterangan pada gambar yang anda buat

dengan menunjukkan apeks, pucuk, buku, ruas,

daun dan tunas aksilar.

c. Dibuat potongan melintang pada batang jati

tadi, kira-kira 10-20 cm di bawah apeks pucuk.

d. Digambar bagian melintang dari potongan tadi

dan tunjukkan sifat aktinomorf batang pada

bagan melintang yang telah anda buat.

e. Dibuat penampang membujur (memanjang) daerah

apeks pucuk, amati kemudian gambarlah bagannya

dan beri keterangannya dengan menunjukkan bakal

daun, tunas aksilar, dan meristem apeks.

Gunakan lup, mikroskop binokuler untuk

mempermudah pengamatan anda.

f. Dilakukan hal yang sama (1-5) untuk batang

jagung.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Dari praktikum morfologi yang membahas tentang

sifat umum pada batang yaitu dapat dihasilkan

sebagai tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil praktikum

Gambar Keterangan

Batang Jati Muda

(Tectona grandis L.)

1. Buku (nodus)

2. Ruas (internodus)

Batang Jati Muda

(Tectona grandis L.)

1.Tunas aksilar

2. Buku (nodus)

Batang Tebu Tua

(Saccharum Officinarum L.)

1. Ruas (internodus)

2. Buku ruas (nodus)

Batang Tebu Muda

(Saccharum officinarum L.)

1. Ruas (internodus)

2. Buku ruas (nodus)

Batang Jati Tua (Tectona

grandis L.)

Batang Jati Muda (Tectona

grandis L.) Berwarna coklat. Berwarna hijauBentuk batang bulat Bentuk batang persegiPermukaan batang

memperlihatkan bekas

daun dan melepaskan

kerak.

Permukaan batang licin

Tidak terdapat bulu-bulu

halus

Terdapat bulu-bulu halus

Kulit batang kering Kulit batang basahRuas batangnya lebih

panjang

Ruas batangnya lebih

pendekTerdapat tempat melekat

tangkai daun

Terdapat bekas tempat

melekatnya tangkai daun

pada bukuArah tumbuh batang

keatas

Arah tumbuh keatas

Percabangan aksilar Percabangan aksilarBerkambium Berkambium Ada bintik-bintik

lentisel

Ada bintik-bintik

lentiselTabel 2. Perbedaan batang jati tua (Tectona grandis

L.) dan batang jati muda (Tectona grandis L.

Tabel 2. Perbedaan batang jati (Tectona grandis L.)

tua dan muda.

Tabel 3. Perbedaan batang tebu tua (Saccharun

officinarum L.) dan batang tebu muda (Saccharun

officinarum L.)

Batang Tebu Tua

(Saccharun officinarum L.)

Batang Tebu Muda

(Saccharun officinarum L.)Berwarna keunguan Berwarna hijau keputihanTidak berkambium Tidak berkambiumPermukaan batang

memperlihatkan bekas

dan melepaskan kerak

Permukaan batang licin

Tidak mempunyai bulu-

bulu halus

Mempunyai bulu-bulu halus

Bentuk batang bulat Bentuk batang bulatTerdapat retakan-

retakan gabus

Tidak terdapat retakan-

retakan gabusMacam batang calamus Macam batang calamus

Memiliki cincin tumbuh Tidak mempunyai cincin

tumbuhMemiliki mata akar Tidak memiliki mata akarMempunyai retakan

tumbuh

Tidak mempunyai retakan

tumbuhTeksturnya keras Teksturnya agak lembutKulit batang cenderung

lebih kering

Kulit batang cenderung

basah

Tabel 3. Perbedaan batang tebu(Saccharun officinarum

L.) dan batang jati (Tectona grandis L.)

Batang Tebu (Saccharun Batang Jati (Tectona grandis

officinarum L.) L.) Lebih dominan berwarna

keunguan

Lebih dominan berwarna

coklattipe batang monopodial Tipe batang gabunganTidak memiliki

percabangan

Memiliki percabangan

Pertunasan terminal Pertunasan aksilarisBatang tidak berkambium Batang berkambiumBatang tebu muda

berbentuk silindris

Batang jati muda

berbentuk persegiBatang tebu tua

berbentuk silindris

Bentuk jati tua silindris

Tebu muda tidak

mempunyai bulu-bulu

halus

Jati muda mempunyai bulu-

bulu halus

B. Pembahasan

Di dalam praktikum ini membahas tentang bagian-

bagian dan sifat umum dari batang jati (Tectona grandis

L.) muda, batang jati (Tectona grandis L.) tua, batang

tebu (Saccharun officinarum L.) muda dan batang tebu

(Saccharun officinarum L.) tua. Dari keempat jenis

batang ini mempunyai ciri-ciri atau perbedaan

masing-masing dari setiap batang.

Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa terdapat

banyak perbedaan antara batang jati (Tectona grandis

L.) tua dan batang jati (Tectona grandis L.) muda,

selain perbedaan ada juga kesamaan antara batang

jati (Tectona grandis L.) tua dan batang jati (Tectona

grandis L.) muda. Batang jati (Tectona grandis L.)

termasuk dalam jenis batang yang berkambium, itu

sebabnya batangnya sering disebut batang sejati

karena dapat bertahan hidup lama karena ia memiliki

kambium pada batang. Batang jati (Tectona grandis L.)

tua berwarna coklat yang teksturnya kering dan

terlihat menampakkan kerak, sedangkan pada batang

jati (Tectona grandis L.) muda ia berwarna hijau yang

bertekstur basah karena masih muda ia tidak

menunjukkan adanya kerak seperti pada batang jati

(Tectona grandis L.) tua. Arah tumbuh jati (Tectona

grandis L.) ini tegak lurus, termasuk ke dalam

tumbuhan jenis dikotil karena ia memiliki

percabangan, dan pada jati (Tectona grandis L.) tua

tidak lagi memiliki bulu-bulu halus, karena bulu-

bulu halus hanya dimiliki pada saat ia masih muda.

Batang jati (Tectona grandis L.) juga memiliki bintik-

bintik lentisel, bisa kita lihat secara langsung

bentuk dari lentisel secara kasat mata, seperti

berbentuk tonjolan-tonjolan kecil pada batang jati

(Tectona grandis L.) .

Menurut Sumarna (2004), tanaman jati (Tectona

grandis L.) yang tumbuh di Indonesia berasal dari

India. Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona

grandis L. secara historis, nama Tectona berasal dari

bahasa portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang

memiliki kualitas tinggi. Di negara asalnya, tanaman

jati ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti

ching-jagu (di wilayah Asam), saigun (Bengali),

tekku (Bombay), dan kyun (Burma).

Morfologi dari batang tebu (Saccharun officinarum

L.) hampir sama dengan morfologi dari bentuk batang

jagung (Zea mays). Bentuknya sama, dan pada batang

tebu (Saccharun officinarum L.) memiliki ruas-ruas sama

pada batang jagung (Zea mays) juga memiliki ruas-ruas

pada batang. Tebu (Saccharun officinarum L.) banyak

manfaat selain digunakan sebagai bahan mentah

pembuatan gula, tebu (Saccharun officinarum L.) juga

bisa dijadikan minuman yang nikmat. Batang tebu

(Saccharun officinarum L.) tua berwarna keunguan

sedangkan batang tebu (Saccharun officinarum L.) muda

berwarna hijau keputihan. Permukaan pada batang tebu

(Saccharun officinarum L.) ini licin, namun pada batang

tebu (Saccharun officinarum L.) muda terasa sedikit

kasar, ini disebabkan karena batang tebu (Saccharun

officinarum L.) muda memiliki bulu-bulu halus. Batang

tebu (Saccharun officinarum L.) tua teksturnya keras

sedangkan tebu (Saccharun officinarum L.) muda lembut

sehingga mudah dipatahkan tanpa bantuan pisau atau

alat bantu lainnya. Pada batang tebu (Saccharun

officinarum L.) tua ia memiliki mata akar sedangkan

pada batang tebu (Saccharun officinarum L.) muda ia

belum memiliki mata akar.

Dari beberapa tabel diatas terdapat beberapa

perbedaan antara batang jati (Tectona grandis L.) muda

dan batang jati (Tectona grandis L.) tua, batang tebu

(Saccharun officinarum L.) muda dan batang tebu

(Saccharun officinarum L.) tua, dan yang terakhir adalah

tabel perbedaan antara batang jati dan batang tebu

(Saccharun officinarum L.). Banyak terdapat perbedaan

antara batang tebu (Saccharun officinarum L.) dan

batang jati (Tectona grandis L.). Batang tebu (Saccharun

officinarum L.) termasuk jenis tanaman monokotil

karena batangnya tidak memiliki percabangan pada

batang. Sedangkan jati (Tectona grandis L.), jati

(Tectona grandis L.), termasuk ke dalam jenis tanaman

dikotil karena, memiliki percabangan pada batang

jati (Tectona grandis L.) itu sendiri. Selain itu

perbedaan selanjutnya yaitu batang jati (Tectona

grandis L.) adalah batang yang berkambium sedangkan

batang tebu (Saccharun officinarum L.) tidak memiliki

kambium itulah sebabnya mengapa pohon jati (Tectona

grandis L.) bisa lebih lama bertahan hidup atau

disebut sebagai batang sejati karena batangnya

berkambium, sedangkan pada batang tebu (Saccharun

officinarum L.) tidak memiliki kambium sehingga bukan

tumbuhan sejati. Pada batang tebu (Saccharun officinarum

L.) pertunasanya terminal sedangkan pada jati

(Tectona grandis L.) pertunasanya aksilar. Morfologi

dari batang tebu (Saccharun officinarum L.) hampir sama

dengan morfologi batang jagung (Zea mays). Selain

perbedaan, ada kesamaan antara batang jati (Tectona

grandis L.) dan batang tebu (Saccharun officinarum L.)

yaitu pada saat muda batang-batang tersebut memiliki

bulu-bulu halus pada batangnya, sedangkan ketika

batang-batang tersebut tua tidak memiliki bulu-bulu

halus pada batangnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum pengamatan bagian-bagian daun dapat

disimpulkan yaitu sebagai berikut :

1. Batang jati (Tectona grandis L.) berbeda dengan

batang tebu (Saccharun officinarum L.), batang jati

(Tectona grandis L.) ketika muda benrbentuk persegi

dan ketika tua berbentuk bulat, sedangkan batang

tebu muda (Saccharun officinarum L.) dan batang tebu

tua (Saccharun officinarum L.) sama saja berbentuk

bulat.

2. Batang jati (Tectona grandis L.) termasuk ke dalam

jenis batang dikotil yang mana ia memiliki

kambium dan mempunyai percabangan.

3. Batang tebu (Saccharun officinarum L.) termasuk

monokotil karena ia tidak mempunyai kambium dan

tidak mempunyai kambium.