Upload
independent
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan makhluk hidup sama seperti
manusia, manusia memerlukan energi untuk
melangsungkan kegiatan atau reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh tumbuhan tersebut. Tumbuhan
memiliki akar, batang, daun, bunga dan biji atau
buah. Semua organ-organ yang dimiliki oleh tumbuhan
itu mempunyai peranan atau fungsi sendiri-sendiri
yang tidak kalah pentingnya seperti kita memiliki
mata, kaki, tangan, jantung, ginjal, paru-paru dan
lain-lain.
Di dalam tubuh tumbuhan juga melakukan suatu
proses respirasi yang terjadi di dalam tubuh. Batang
memiliki fungsi selain sebagi penyokong tegaknya
tubuh tumbuhan, batang juga berperan sebagai tempat
melekatnya daun-daun tumbuhan. Bentuk antara
penampang melintang batang dikotil dan monokotil
berbeda. Kebanyakan batang dari tumbuhan dikotil itu
berkayu seperti pohon mangga, pohon rambutan dan
lain-lain. Pohon tersebut memiliki batang yang
berkayu, sedangkan pada batang monokotil kebanyakan
batangnya tidak berkayu karena tidak memiliki
kambium.
Pembagian tubuh tumbuhan menjadi sejumlah organ
yang dibagi-bagi lagi menurut sel dan jaringan
penyusunnya merupakan cara yang mudah untuk
mempelajarinya. Oleh sebab itu setiap organ tumbuhan
masih terdapat bagian-bagian lagi, seperti daun yang
masih terdapat xilem, floem, epidermis, stomata dan
masih banyak lagi jaringan dan sel penyusun daun.
Begitupun dengan batang, batang memiliki banyak sel
dan jaringan penyusunnya, seperti stele, xilem, dan
floem.
Banyak kandungan-kandungan pada batang dikotil
yang berkayu, tumbuhan berkayu banyak mengandung
amilum, yaitu bagian dari karbohidrat yang bisa
dimanfaatkan untuk pembuatan kertas, tissu atau
jenis kertas lainnya, dari batang yang mengandung
amilum itulah dapat dihasilkan kertas. Oleh sebab
itu maka dilakukan praktikum ini untuk mengetahui
beberapa sifat dari batang (caulis) tanaman.
B. Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum morfologi
tumbuhan yang membahas tentang pengamatan beberapa
sifat umum batang adalah sebagai berikut:
1.Mengenal karakteristik dari batang (caulis) tebu
(Saccarum officinarum L.) dan jati (Tectona grandis L.).
2. Memahami beberapa sifat umum batang (caulis).
Menurut Hidayat (1995), batang merupakan sumbu
dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu
titik tumbuhnya, batang dikelilingi oleh daun muda
dan menjadi terminal. Di bagian batang yang lebih
tua, yang daunnya saling berjauhan, nodus tempat
daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas,
yakni bagian batang di antara dua buku yang
berturutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas
ketiak. Bergantung pada pertumbuhan ruas dapat
dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang
bisa memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku
dan ruas yang jelas. Sebaliknya, batang dapat juga
amat pendek dan letak daunnya merapat membentuk
roset. Taraf percabangan yanng terjadi jika tunas
ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman
bentuk. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan
batang yang tumbuh dibawah tanah, di dalam air atau
di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat atau
merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang,
ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh
menjadi cabang, serta taraf percabangan bila ada.
Menurut Suradinata (1998), batang itu bermacam-
macam dari yang lunak seperti spons, atau bertangkai
getas pada tumbuhan air, sampai kepada batang pohon
yang menjulang tinggi mencapai 90 meter. Di bagian
dalam, jaringan batang juga sangat bervariasi, baik
macamnya maupun penataan sel-sel yang menyusunnya,
tetapi juga memiliki banyak ciri yang sama. Batang-
batang konifer, dan khususnya batang-batang
dikotiledon yang berkayu serta herba, sangat serupa
susunan jaringannya. Mekanisme terjadinya penambahan
tinggi, dan macam-macam jaringan yang bertalian
dengan penyimpanan, penunjangan, maupun pengankutan
hampir sama saja dalam semua kelompok tumbuhan
pembuluh.
Menurut Tjitrosoepomo (2011), batang bagian
tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat
tempat serta kedudukan batang bagi tumbuhan. Batang
dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada
umumnya batang mempunyai sifat-sifat seperti berikut
(Tjitrosoepomo, 2011) :
1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder
atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi
selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan
sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang
setangkup.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi
oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat
daun.
3. Tumbuhnya biasanya keatas, menuju cahaya atau
matahari.
4. Selal bertambah panjang diujungnya oleh sebab itu
sering dikatakan bahwa batang mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya
tumbuhan tidak digugurkan kecuali kadang-kadang
cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan
yang umurnya pendek misalnya rumput dan waktu
batang masing muda.
Sebagian dari bagian tumbuh-tumbuhan batang
mempunyai tugas untuk (Tjitrosoepomo, 2011) :
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas
tanah yaitu: daun, bunga, dan buah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi
dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam
ruang sedemikian rupa, sehingga dari segi
kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat
dalam posisi yang posisi yang paling
menguntungkan.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari
bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil
asimilasi ke atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan
makanan.
Menurut Tjitrosoepomo (2011), jika kita
membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di
antaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada
pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu
kita membedakan:
1.Tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis). Tumbuh-
tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya
tidak ada hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu
disebabkan karena batang amat pendek, sehingga
semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas
akarnya dan tersusun rapat satu sama lain
merupakan suatu rosert, misalnya lobak (Raphanus
sativus L.), sawi (Brassica juncea L.). Tumbuhan semacam
ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada
waktu berbunga. Dari tengah-tengah roset daun akan
muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun
yang jarang-jarang, bercabang-cabang, dan
mendukung bunga-bunganya.
2.Tumbuhan yang jelas berbatang, batang tumbuhan
dapat dibedakan seperti berikut (Tjitrosoepomo,
2011) :
a. Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak
dan berair misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus
L), krokot (Portulaca oleracea L).
b. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa
keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri
atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon dan
semak-semak pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan
yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang
jauh dari permukaan tanah, sedang semak adalah
tumbuhan yang tak seberapa besar, batang
berkayu, bercabang-cabang dekat permukaan tanah
atau malahan dalam tanah. Contoh mangga
(Mangifera indica L), sidaguri (Sida rhombifolia L).
c. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak
keras mempunyai ruas-ruas yang nyata dan
seringkali berongga misalnya pada padi (Oryza
sativa L) dan rumput (Gramineae) pada umumnya.
d. Batang mendong (calamus), seperti batng rumput
tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang,
misalnya pada mendong (Fimbristylis globulosa Kunth.),
wlingi (Scirpus grassu L.) dan tumbuhan sebangsa
teki (Cyperaceae), lainnya.
Menurut Rosanti (2012), bentuk batang pada
umumnya bulat. Meskipun demikian, beberapa tumbuhan
memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk
batang menjadi kunci dalam determinasi dan
mengklasifikasi tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan yang
tergolong pada kelas monokotil biasanya mempunyai
batang yang dasarnya dianggap tidak berubah dari
pangkal sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuh-
tumbuhan yang tergolong kelas dikotil bentuk batang
pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang
dianggap sebagai suatu kerucut sesuai dengan
pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya.
Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari
penampang melintangnya. Berdasarkan hal ini, bentuk
batang tumbuhan dibedakan yaitu bulat, bersegi, dan
pipih. Batang bulat jika penampang melintangnya
menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat
ditemukan pada kebanyakan tumbuhan seperti pada
batang bambu. Pada batang bersegi, penampang
melintang batang menunjukkan bangun segitiga dan
segi empat. Batang segitiga dapat ditemukan pada
jenis-jenis teki (Cyperus sp). Tumbuhan berbatang
segi empat dapat ditemukan pada tumbuhan markisa
(Passiflora quadrangularis), anggur (Vitis sp), dan
sebagainya. Untuk batang pipih, penampang melintang
batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau
setengah lingkaran. Batang pipih biasanya selalu
melebar menyerupai daun, sehingga mengambil alih
tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian
dinamakan filokladia (Phyllocladium) dan kladodia
(Cladodium). Batang bersifat filokladia jika bentuk
batang sangat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang
terbatas, misalnya pada jakang. Sedangkan batang
bersifat kladodia, jika batang masih tumbuh terus
dan mengadakan percabangan, misalnya dari jenis-
jenis kaktus.
Gambar 1. Buah naga jenis kaktus (Sumber : Warnita, 2013).
Gambar 2. Rumput teki Cyperus sp). (Sumber: Warnita, 2013)
B. Arah Tumbuh Batang
Menurut Rosanti (2011), walaupun batang umumnya
tumbuh ke arah cahaya, menjauhi tanah dan air,
tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa
variasi, sehingga arah tumbuh batang dibedakan
menjadi:
1.Tegak lurus (erectus)
Yaitu jika arahnya lurus ke atas. Batang tegak
lurus biasanya tidak bercabang, misalnya pepaya
(Carica papaya L.), kelapa (Cocos nosifera) dan beberapa
jenis cemara.
2. Menggantung (dependens, pendulus)
Batang seperti ini hanya dimiliki oleh tumbuh-
tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi
jurang, misalnya Zebrina pendula atau tumbuh-tumbuhan
yang hidup di atas pohon sebagai epifit misalnya
jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu.
3.Berbaring (humifusus).
Batang ini terletak pada permukaan tanah,
hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke
atas misalnya pada semangka (Citrillus vulgaris). Kadang-
kadang batang berbaring diberikan penunjang dari
kayu, kawat, atau besi agar bisa tumbuh ke atas.
4.Menjalar atau merayap (repens).
Batang menjalar hampir sama dengan batang
berbaring, yang membedakan terletak dari buku-
bukunya yang mengeluarkan akar, sehingga dapat
tumbuh menjadi tunas. Batang menjalar dapat
ditemukan pada kangkung (Ipomoea crassicaulis), ubi
jalar (Ipomoea batatas) dan sebagainya.
5.Serong ke atas atau condong (ascendens),.
Pangkal batang seperti hendak berbaring,
tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas,
misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea).
6.Mengangguk (nutans).
Batang ini tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi
ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah seperti
mengangguk. Contoh batang mengangguk dapat
dilihat pada bunga matahari (Helianthus annuus).
7.Memanjat (scandens).
Yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan
menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa
benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu
naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus
untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya
dengan akar pelekat, contohnya pada sirih (Piper
bettle) dan arisema (Arisaema sp.).
8.Membelit (volubilis).
Berbeda dengan batang memanjat yang
menggunakan alat bantu untuk naik ke atas, batang
membelit tidak menggunakan alat bantu, tetapi
batang tumbuhan itulah yang membelit. Dengan kata
lain batangnya sendiri naik dengan melilit
penunjangnya. Arah melilit terbagi dua, yaitu ke
kiri dan ke kanan. Membelit ke kiri, jika dilihat
dari atas arah belitan berlawanan dengan arah
putaran jarum jam. Dengan kata lain jika kita
mengikuti jalanya batang yang membelit itu,
penunjang akan selalu di sebelah kiri yang
melihat.
C. Arah Tumbuh Batang
Menurut Tjitrosoepomo (2011), batang suatu
tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang
tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan
yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya
jagung (Zea mays). Umumnya batang memperlihatkan
percabangan entah banyak entah sedikit. Cara
percabangan ada bermacam-macam biasanya dibedakan
tiga macam cara percabangan, yaitu:
1.Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang
pokok selalu tampak jelas. Karena lebih besar dan
lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya daripada
cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina
equisetifolia L.).
2.Percabangan simpodial, batang pokok sukar
ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya
mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau
kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya atau
kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya
dibandingkan dengan cabangnya misalnya pada sawo
manila (Achras zapota L.).
3.Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara
percabangan yang batang setiap kali menjadi dua
cabang yang sama besarnya, misalnya paku andam
(Gleichenia linearis Clarke).
Menurut Kusdianti (2012), Bila batang utama
pertumbuhannya ritmik, ketika periode reda tumbuh
tercapai, daun-daun dan tunas aksilar yang terbentuk
tersusun dalam karangan. Pada saat ini pula, tunas
aksilar beberapa daun dekat di bawah meristem apeks
tumbuh menghasilkan cabang-cabang yang tumbuh
horizontal. Cabang-cabang tersebut dapat berstruktur
monopodial atau berstruktur simpodial. Kelompok
model struktur percabangan ini meliputi :
1. Model Kwan-Koriba. Batang dengan struktur
simpodial. Setiap caulomer pembentuk batang
menghasilkan lebih dari satu cabang ke arah
lateral pada bagian distalnya. Salah satu cabang
terdiferensiasi secara sekunder sehingga posisi
tumbuhnya menjadi kearah vertikal, meneruskan
pertumbuhan batang ke arah atas. Misalnya Alstonia
macrophylla dan Cerbera manghas.
2. Model Pevost. Batang berstruktur simpodial.
Setiap caulomer pembentuk batang menghasilkan
lebih dari satu cabang (caulomer baru) pada bagian
distalnya. Salah satu dari cabang-cabang yang lain
pada awalnya tumbuh ortotrop, kemudia menjadi
plagiotrop (mendatar) karena oposisi atau
substitusi. Misalnya Euphorbia pulcherima dan
beberapa species Piper.
3. Model Fagerlind. Batang berstruktur monopodial
dan pertumbuhannya ritmik. Cabang tersusun seperti
dalam karangan sebagai akibat pertumbuhan ritmik
dari batang. Cabang tersebut berstruktur sympodial
dan tumbuh plagiotrop. Misalnya Rhotmania longiflora
dan Miconia sp.
4. Model Petit. Batang berstruktur monopodial
dengan pertumbuhan kontinu. Cabang tumbuh
plagiotrop dan berstruktur simpodial. Misalnya
Gossypium arboreum, Gossypium hirsutum, dan Morinda lucida.
5. Model Aubreville. Batang berstruktur monopodial
dengan tumbuhan ritmik. Cabang tersusun seperti
dalam karangan dan tumbuh plagiotrop. Setiap
cabang berstruktur simpodial yang dibentuk oleh
calomer-calomer yang tumbuhnya tak terbatas.
Misalnya Terminalia catapa, Elaeocarpus pedunculatus, dan
Manilkara hidentata.
6. Model Scarrone. Batang berstruktur monopodial
dengan pertumbuhan ritmik. Cabang tersusun seperti
dalam karangan, berstruktur simpodial, dan tumbuh
ortrotop. Perbungaan letaknya terminal pada
cabang. Misalnya Mangifera indica, Casia siamea, dan
Pandanus candelabrum.
7. Model Rauh. Batang berstuktur monopodial dengan
pertumbuhan ritmik. Cabang tersusun seperti dalam
karangan, berstruktur monopodial, pertumbuhannya
ritmik dan ortotrop. Cabang dengan batang secara
morfologi identik. Misalnya Hevea braziliensis, Araucaria
araucana, Pinus mercusii, Pinus silvestris, Podocarpus salicifolius,
Dillenia indica, dan Canarium schweinfurthii.
8. Model Attim. Batang berstruktur monopodial.
Cabang dengan batang secara morfologi identik.
Misalnya Casuarina equisetifolia, Eucalyptus globulus, dan
Rhizophora recemosa.
9. Model Nozeran. Batang berstruktur simpodial
dengan pertumbuhan ritmik. Setiap caulomer
penyusun batang .
10. Model Massart. Batang tumbuh ortotrop dengan
pertumbuhan ritmik dan berstruktur monopodial.
Cabang tersusun seperti dalam karangan, tumbuh
plagiotrop, dan berstruktur monopodial atau
simpodial. Misalnya Abies alba, taxus baecata, Ceiba
pentandra, Diospyros sp, dan Myristica fragrans.
11.Model Raux. Batang berstruktur monopodial dengan
pertumbuhan kontinu. Cabang berstruktur monopodial
dan tumbuh plagiotrop. Misalnya Cananga odorata, Durio
zibethinus, Phyllanthus discoideus, Coffea arabica, dan Celtis
integrifolia.
12. Model Cook. Batang berstruktur monopidial dengan
pertumbuhan kontinu. Cabang dibentuk secara terus-
menerus, tetapi keberadaannya sementara
(sebentar). Misalnya Homalium sp, dan Conthium
glabriflorum.
Menurut Mulyani (2006), batang primer berkembang
dari protoderm, prokambium, dan meristem dasar.
1.Kolateral
Tipe kolateral dibedakan menjadi kolateral
tertutup dan kolateral terbuka. Disebut kolateral
tertutup apabila di antara xilem dan floem tidak
terdapat kambium, tetapi terdapat parenkim
penghubung. Tipe ini biasa terdapat dalam batang
monokotil. Pada kolateral terbuka di antara xilem
dan floem terdapat kambium yang bersifat
dipleuris. Tipe ini biasanya terdapat pada batang
dikotiledon.
2.Bikolateral
Berkas pengangkut tipe bikolateral terdiri atas
satu bagian xilem di tengah serta satu bagian
floem di sebelah luar dan satu bagian di sebelah
dalam. Antara xilem dan floem luar terdapat
kambium, dan antara xilem dan floem terdapat
parenkim penghubung. Tipe bikolateral terdapat
pada beberapa dikotiledon, misalnya pada Solanaceae.
3.Konsentris
Berkas pengangkut tipe konsentris terdiri atas
xilem yang dikelilingi oleh floem atau sebaliknya.
Apabila floem dikelilingi oleh floem disebut
konsentris amfikribral, yang biasa terdapat pada
Pteridophyta. Apabila floem dikelilingi oleh xilem
disebut konsentris amfivasal, yang biasa terdapat
pada monokotiledon misalnya pada Aloe arborescens.
4.Radial
Berkas pengangkut tipe menjari terdiri atas
xilem dan floem yang tersusun berselang-selang
menurut arah jari-jari. Susunan seperti ini
terdapat pada akar sewaktu xilem dan floem dalam
keadaan primer.
D. Batang Dikotil
Menurut Mulyani (2006), pada kebanyakan dikotil
yang berbentuk pohon, daerah antar pembuluhnya
sempit, misalnya pada Salix, Prunus, dan Quercus, dan
sangat sempit pada Tilia. Pada spesies-spesies
tersebut, jaringan sekunder membentuk silinder yang
membentang terus, tidak di putus oleh jari-jari
empulur. Di bawah epidermis terdapat selapis sel
parenkim yang kemudian menjadi beberapa lapisan
kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri atas sel
parenkim yang kemudian menjadi beberapa lapisan
kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri atas sel
parenkim yang berisi klorofil. Endodermis yang
berisi tepung disebut floeoterma atau selubung
tepung. Empulur terdiri atas sel parenkim yang
berisi getah yang juga terdapat pada bagian korteks.
Pada batang yang sudah tua, empulur terdiri atas sel
berdinding tebal dan berwarna lebih tua karena
banyak mengandung tanin. Selnya terdiri atas sel
hidup yang mengandung tepung. Pada floem sekunder
banyak dibentuk serabut yang terdiri atas pembuluh
pengangkut dan sel parenkim. Pada batang muda
terdapat epidermis dan masih terdapat pada awal
pertumbuhan sekunder. Pada batang tua akan terbentuk
periderm dengan lentisel. Satu atau dua lapisan
korteks di bawah epidermis berisi kloroplas. Lapisan
ini diikuti oleh dua atau tiga lapisan kolenkim, dan
parenkim dengan sel getah. Floem primer berisi
serabut dekat dengan korteks. Di dalam floem
sekunder juga terdapat serabut, tetapi tidak pada
metafloem. Kambium pembuluh memisahkan floem dengan
xilem sekunder dengan membentuk silinder yang padat.
Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi sel
getah. Tepung dan kristal sering terdapat dalam
empulur maupun korteks.
E. Batang Monokotil
Menurut Hidayat (1995), sistem pembuluh pada
monokotil biasanya terdiri dari berkas yang tersebar
seolah tak beraturan dan hal itu jelas terlihat pada
penampang melintang. Pada beberapa dikotil, sistem
berkas pembuluh tersebar itu juga ditemukan seperti
pada Nymphaeaceae, banyak anggota Ranunculaceae, dan
tumbuhan Berberidaceae. Konsep stele menerangkan
filogeni struktur sistem pembuluh primer dalam sumbu
tumbuhan. Konsep ini dimaksudkan untuk menganalisis
homologi struktur sumbu di berbagai takson. Kata
stele berarti tiang atau pilar dan di sini
dimaksudkan inti sumbu tumbuhan yang terdiri dari
sistem pembuluh dengan parenkim di daerah
interfasikuler, celah daun, empulur, dan perisikel.
Stele juga disebut silinder pusat atau silinder
pembuluh, meskipun termasuk ke dalamnya parenkim
tersebut di atas. Sumbu tumbuhan digambarkan sebagai
stele berbentuk pilar di tengah yang dikelilingi
korteks yang pada gilirannya di tutup oleh
epidermis. Oleh karena batas antara korteks dan
stele pada batang kurang jelas, maka penggunaan
konsep stele tidaklah mudah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum morfologi tumbuhan yang membehas
tentang sifat umum batang dilaksanakan pada hari
senin tanggal 10 November 2014 pukul 10.30 WIB di
Laboratorium Biologi IAIN Raden Fatah Palembang.
B. Alat dan Bahan Paktikum
1.Alat Praktikum
a. Lup
b. Mikroskop binokuler
c. Pensil warna
d. Mistar
e. Buku gambar
2.Bahan Praktikum
a. Batang jati muda (Tectona grandis L.)
b. Batang jati tua (Tectona grandis L.)
c. Batang tebu muda (Saccharum officinarum L.)
d. Batang tebu tua (Saccharum officinarum L.)
C. Cara Kerja
a. Diambil batang jati yang masih muda dengan
beberapa daun yang masih melekat amati sifat-
sifatnya, kemudian gambarkan.
b. Diberi keterangan pada gambar yang anda buat
dengan menunjukkan apeks, pucuk, buku, ruas,
daun dan tunas aksilar.
c. Dibuat potongan melintang pada batang jati
tadi, kira-kira 10-20 cm di bawah apeks pucuk.
d. Digambar bagian melintang dari potongan tadi
dan tunjukkan sifat aktinomorf batang pada
bagan melintang yang telah anda buat.
e. Dibuat penampang membujur (memanjang) daerah
apeks pucuk, amati kemudian gambarlah bagannya
dan beri keterangannya dengan menunjukkan bakal
daun, tunas aksilar, dan meristem apeks.
Gunakan lup, mikroskop binokuler untuk
mempermudah pengamatan anda.
f. Dilakukan hal yang sama (1-5) untuk batang
jagung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari praktikum morfologi yang membahas tentang
sifat umum pada batang yaitu dapat dihasilkan
sebagai tabel berikut ini:
Tabel 1. Hasil praktikum
Gambar Keterangan
Batang Jati Muda
(Tectona grandis L.)
1. Buku (nodus)
2. Ruas (internodus)
Batang Jati Muda
(Tectona grandis L.)
1.Tunas aksilar
2. Buku (nodus)
Batang Tebu Tua
(Saccharum Officinarum L.)
1. Ruas (internodus)
2. Buku ruas (nodus)
Batang Tebu Muda
(Saccharum officinarum L.)
1. Ruas (internodus)
2. Buku ruas (nodus)
Batang Jati Tua (Tectona
grandis L.)
Batang Jati Muda (Tectona
grandis L.) Berwarna coklat. Berwarna hijauBentuk batang bulat Bentuk batang persegiPermukaan batang
memperlihatkan bekas
daun dan melepaskan
kerak.
Permukaan batang licin
Tidak terdapat bulu-bulu
halus
Terdapat bulu-bulu halus
Kulit batang kering Kulit batang basahRuas batangnya lebih
panjang
Ruas batangnya lebih
pendekTerdapat tempat melekat
tangkai daun
Terdapat bekas tempat
melekatnya tangkai daun
pada bukuArah tumbuh batang
keatas
Arah tumbuh keatas
Percabangan aksilar Percabangan aksilarBerkambium Berkambium Ada bintik-bintik
lentisel
Ada bintik-bintik
lentiselTabel 2. Perbedaan batang jati tua (Tectona grandis
L.) dan batang jati muda (Tectona grandis L.
Tabel 2. Perbedaan batang jati (Tectona grandis L.)
tua dan muda.
Tabel 3. Perbedaan batang tebu tua (Saccharun
officinarum L.) dan batang tebu muda (Saccharun
officinarum L.)
Batang Tebu Tua
(Saccharun officinarum L.)
Batang Tebu Muda
(Saccharun officinarum L.)Berwarna keunguan Berwarna hijau keputihanTidak berkambium Tidak berkambiumPermukaan batang
memperlihatkan bekas
dan melepaskan kerak
Permukaan batang licin
Tidak mempunyai bulu-
bulu halus
Mempunyai bulu-bulu halus
Bentuk batang bulat Bentuk batang bulatTerdapat retakan-
retakan gabus
Tidak terdapat retakan-
retakan gabusMacam batang calamus Macam batang calamus
Memiliki cincin tumbuh Tidak mempunyai cincin
tumbuhMemiliki mata akar Tidak memiliki mata akarMempunyai retakan
tumbuh
Tidak mempunyai retakan
tumbuhTeksturnya keras Teksturnya agak lembutKulit batang cenderung
lebih kering
Kulit batang cenderung
basah
Tabel 3. Perbedaan batang tebu(Saccharun officinarum
L.) dan batang jati (Tectona grandis L.)
Batang Tebu (Saccharun Batang Jati (Tectona grandis
officinarum L.) L.) Lebih dominan berwarna
keunguan
Lebih dominan berwarna
coklattipe batang monopodial Tipe batang gabunganTidak memiliki
percabangan
Memiliki percabangan
Pertunasan terminal Pertunasan aksilarisBatang tidak berkambium Batang berkambiumBatang tebu muda
berbentuk silindris
Batang jati muda
berbentuk persegiBatang tebu tua
berbentuk silindris
Bentuk jati tua silindris
Tebu muda tidak
mempunyai bulu-bulu
halus
Jati muda mempunyai bulu-
bulu halus
B. Pembahasan
Di dalam praktikum ini membahas tentang bagian-
bagian dan sifat umum dari batang jati (Tectona grandis
L.) muda, batang jati (Tectona grandis L.) tua, batang
tebu (Saccharun officinarum L.) muda dan batang tebu
(Saccharun officinarum L.) tua. Dari keempat jenis
batang ini mempunyai ciri-ciri atau perbedaan
masing-masing dari setiap batang.
Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa terdapat
banyak perbedaan antara batang jati (Tectona grandis
L.) tua dan batang jati (Tectona grandis L.) muda,
selain perbedaan ada juga kesamaan antara batang
jati (Tectona grandis L.) tua dan batang jati (Tectona
grandis L.) muda. Batang jati (Tectona grandis L.)
termasuk dalam jenis batang yang berkambium, itu
sebabnya batangnya sering disebut batang sejati
karena dapat bertahan hidup lama karena ia memiliki
kambium pada batang. Batang jati (Tectona grandis L.)
tua berwarna coklat yang teksturnya kering dan
terlihat menampakkan kerak, sedangkan pada batang
jati (Tectona grandis L.) muda ia berwarna hijau yang
bertekstur basah karena masih muda ia tidak
menunjukkan adanya kerak seperti pada batang jati
(Tectona grandis L.) tua. Arah tumbuh jati (Tectona
grandis L.) ini tegak lurus, termasuk ke dalam
tumbuhan jenis dikotil karena ia memiliki
percabangan, dan pada jati (Tectona grandis L.) tua
tidak lagi memiliki bulu-bulu halus, karena bulu-
bulu halus hanya dimiliki pada saat ia masih muda.
Batang jati (Tectona grandis L.) juga memiliki bintik-
bintik lentisel, bisa kita lihat secara langsung
bentuk dari lentisel secara kasat mata, seperti
berbentuk tonjolan-tonjolan kecil pada batang jati
(Tectona grandis L.) .
Menurut Sumarna (2004), tanaman jati (Tectona
grandis L.) yang tumbuh di Indonesia berasal dari
India. Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona
grandis L. secara historis, nama Tectona berasal dari
bahasa portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang
memiliki kualitas tinggi. Di negara asalnya, tanaman
jati ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti
ching-jagu (di wilayah Asam), saigun (Bengali),
tekku (Bombay), dan kyun (Burma).
Morfologi dari batang tebu (Saccharun officinarum
L.) hampir sama dengan morfologi dari bentuk batang
jagung (Zea mays). Bentuknya sama, dan pada batang
tebu (Saccharun officinarum L.) memiliki ruas-ruas sama
pada batang jagung (Zea mays) juga memiliki ruas-ruas
pada batang. Tebu (Saccharun officinarum L.) banyak
manfaat selain digunakan sebagai bahan mentah
pembuatan gula, tebu (Saccharun officinarum L.) juga
bisa dijadikan minuman yang nikmat. Batang tebu
(Saccharun officinarum L.) tua berwarna keunguan
sedangkan batang tebu (Saccharun officinarum L.) muda
berwarna hijau keputihan. Permukaan pada batang tebu
(Saccharun officinarum L.) ini licin, namun pada batang
tebu (Saccharun officinarum L.) muda terasa sedikit
kasar, ini disebabkan karena batang tebu (Saccharun
officinarum L.) muda memiliki bulu-bulu halus. Batang
tebu (Saccharun officinarum L.) tua teksturnya keras
sedangkan tebu (Saccharun officinarum L.) muda lembut
sehingga mudah dipatahkan tanpa bantuan pisau atau
alat bantu lainnya. Pada batang tebu (Saccharun
officinarum L.) tua ia memiliki mata akar sedangkan
pada batang tebu (Saccharun officinarum L.) muda ia
belum memiliki mata akar.
Dari beberapa tabel diatas terdapat beberapa
perbedaan antara batang jati (Tectona grandis L.) muda
dan batang jati (Tectona grandis L.) tua, batang tebu
(Saccharun officinarum L.) muda dan batang tebu
(Saccharun officinarum L.) tua, dan yang terakhir adalah
tabel perbedaan antara batang jati dan batang tebu
(Saccharun officinarum L.). Banyak terdapat perbedaan
antara batang tebu (Saccharun officinarum L.) dan
batang jati (Tectona grandis L.). Batang tebu (Saccharun
officinarum L.) termasuk jenis tanaman monokotil
karena batangnya tidak memiliki percabangan pada
batang. Sedangkan jati (Tectona grandis L.), jati
(Tectona grandis L.), termasuk ke dalam jenis tanaman
dikotil karena, memiliki percabangan pada batang
jati (Tectona grandis L.) itu sendiri. Selain itu
perbedaan selanjutnya yaitu batang jati (Tectona
grandis L.) adalah batang yang berkambium sedangkan
batang tebu (Saccharun officinarum L.) tidak memiliki
kambium itulah sebabnya mengapa pohon jati (Tectona
grandis L.) bisa lebih lama bertahan hidup atau
disebut sebagai batang sejati karena batangnya
berkambium, sedangkan pada batang tebu (Saccharun
officinarum L.) tidak memiliki kambium sehingga bukan
tumbuhan sejati. Pada batang tebu (Saccharun officinarum
L.) pertunasanya terminal sedangkan pada jati
(Tectona grandis L.) pertunasanya aksilar. Morfologi
dari batang tebu (Saccharun officinarum L.) hampir sama
dengan morfologi batang jagung (Zea mays). Selain
perbedaan, ada kesamaan antara batang jati (Tectona
grandis L.) dan batang tebu (Saccharun officinarum L.)
yaitu pada saat muda batang-batang tersebut memiliki
bulu-bulu halus pada batangnya, sedangkan ketika
batang-batang tersebut tua tidak memiliki bulu-bulu
halus pada batangnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum pengamatan bagian-bagian daun dapat
disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1. Batang jati (Tectona grandis L.) berbeda dengan
batang tebu (Saccharun officinarum L.), batang jati
(Tectona grandis L.) ketika muda benrbentuk persegi
dan ketika tua berbentuk bulat, sedangkan batang
tebu muda (Saccharun officinarum L.) dan batang tebu
tua (Saccharun officinarum L.) sama saja berbentuk
bulat.
2. Batang jati (Tectona grandis L.) termasuk ke dalam
jenis batang dikotil yang mana ia memiliki
kambium dan mempunyai percabangan.
3. Batang tebu (Saccharun officinarum L.) termasuk
monokotil karena ia tidak mempunyai kambium dan
tidak mempunyai kambium.