Upload
dika-mariyuana
View
410
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Infeksi adalah masuknya kuman patogen atau toksinnya kedalam tubuh
manusia serta menimbulkan gejala penyakit, sedangkan inflamasi adalah reaksi
lokal dari tubuh terhadap adanya infeksi/iritasi dalam berbagai bentuk. Penyakit
itu sendiri timbul setelah mengalami beberapa proses fisiologi yang telah dirubah
oleh kuman yang masuk. Sehingga tubuh mengadakan reaksi atau perlawanan
yang disebut peradangan/inflamasi.
(http://adi-along.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses/)
Mekanisme imunologi biasanya dihubungkan dengan adanya respons
pertahanan tubuh terhadap invasi dari substansi asing seperti bakteri atau virus.
Reaksi imun tersebut dapat juga berakibat terjadinya perusakan jaringan karena
reaksi imun itu sendiri atau disebut juga reaksi hipersensitivitas. Perubahan
imunopatologis atau rusaknya jaringan dapat terjadi pada penderita yang sensitif
yang terekspos oleh substansi asing( http://www.blogger.com/nextblog?
navBar=true&blogID=5981801313174822715)
Peradangan / inflamasi merupakan reaksi vaskular yang hasilnya
merupakan pengiriman cairan, zat-zat terlarut dan sel-sel darah dari darah yang
bersirkulasi kedalam jaringan interstitial pada daerah yang cederaatau yang
mengalami nekrotik. Peradangan akut adalah reaksi segera dari tubuh terhadap
1
cedera atau kematian sel. Tanda tanda pokok peradangan adalah dolor (rasa sakit),
rubor (merah), kalor (panas), tumor (pembengkakan) dan fungsio laesa
(perubahan fungsi) (http://adi-along.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses/)
2. Kasus
Pada tanggal 4 oktober 2010 seorang pasien dengan inisial bapak MB,
datang berobat di poli gigi Puskesmas Poasia. Pasien tersebut berumur 69 tahun
dan merupakan purnawirawan TNI AU. Pasien tersebut mengeluhkan adanya
pembengkakan pada gusi bagian atas kanan belakang sejak 3 hari yang lalu.
Selama itu pasien merasakan sakit dan demam. Pasien telah minum obat penurun
demam dan penghilang rasa sakit.
Saat dilakukan pemeriksaan ekstra oral terdapat pembengkakan pada
bagian wajah sebelah kanan secara nyata. Dengan pemeriksaan intra oral terlihat
bahwa pada daerah yang ia keluhkan terdapat kalkulus sub gingival, telah terjadi
resesi gingival dan gigi tersebut telah goyang. Secara fisik gigi tersebut terlihat
baik karena tidak terdapat karies, sehingga tes vitalitas tidak dilakukan. Saat
dilakukan perkusi pasien merasakan sakit dan ketika palpasi diketahui terdapat
abses di daerah palatum yang tampak mengkilat dan sedikit keras.
Dari pemeriksaan keadaan kebersihan rongga mulut terlihat bahwa
keadaan oral hygiene pasien tergolong buruk karena banyaknya kalkulus sub
gingival dan debris.
2
Penanganan yang dilakukan oleh dokter pada saat itu adalah pemberian
obat per oral yaitu golongan analgesik, antibiotik dan anti inflamasi.
Gambar dari keadaan dalam mulut pasien :
Gambar 1.1. anak panah menunjukan adanya pembengkakan pada gingival daerah
palatum
Gambar 1.2. pada daerah leher gigi terlihat adanya kalkulus sub gingival dan
resesi gingival
3
Contoh gambar dari sumber lain :
Gambar 1.3. pasien dengan pembengkakan yang parah sehingga pasien tidak
dapat membuka mulutnya ( sumber : http://dewisuminar.blogspot.com/ )
Gambar 1.4. gambaran radiologi abses periodontal, tampak radio lucent yang
merupakan gambar dari lokasi abses ( sumber : http://adi-
along.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses/ )
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Abses Periodontal
Abses periodontal merupakan inflamasi pada jaringan periodontal yang
terlokalisasi dan mempunyai daerah yang purulen. Abses periodontal dapat akut
maupun kronis, abses yang akut sering menjadi kronis. Penyakit ini diakibatkan
oleh infeksi bakteri yang mengenai jaringan periodonsium ( jaringan penyangga
gigi ). Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang terakumulasi di dalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat
pada leher gigi. Kelainan yang paling banyak didapat adalah kelainan dari
gingivakarena gingiva terletak pada bagian permukaan sedangkan penyebab yang
paling menonjol adalah plak dan kalkulus(karang gigi).
Di dalam mulut penuh dengan bakteri yang dengan mudah akan
membentuk plak. Bentuk plak tipis dan tidak berwarna, dan kadang tidak disadari
bahwa plak telah terbentuk. Plak harus dibersihkan dengan menyikat gigi teratur,
karena plak lama kelamaan akan mengeras membentuk kalkulus (karang gigi),
pada kondisi ini hanya bisa dibersihkan oleh dokter gigiatau tenaga kesehatan gigi
(http://puskesmaskedaungwetan.blogspot.com/2010/03/galery-puskesmas-
kedaung-wetan.html )
5
Pulpa dari gigi yang mengalami abses periodontal biasanya vital, jika
proses radang tidak meluas ke dalam pulpa melalui apeks ( Miller S.Craig Dan
Langlais P. Robert.1998.Kelaianan Rongga Mulut Yang Lazim.Jakarta :
Hipokrates )
2. Etiologi Abses Periodontal
Abses periodontal dapat dihubungkan dengan poket periodontal meskipun
abses dapat terjadi tanpa didahului oleh periodontitis. Perkembangan suatu abses
periodontal terjadi ketika poket menjadi bagian dari sumber infeksi.Penyebab
terjadinya abses periodontal adalah adanya plak, kalkulus, debris, benda asing dan
pembuatan drainase yang salah. Bakteri plak pada poket periodontal
menyebabkan iritasi dan inflamasi, sehingga terjadi produk pus di dalam poket
yang menyebabkan abses periodontal.
Selain itu, pola penjalaran karies juga merupakan salah satu pencetus
terjadinya abses periodontal. Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri
yang akan menginfeksi bagian tengah (pulpa) gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke
akar gigi dan tulang yang menyokong gigi.
Bakteri yang terlibat pada pembentukan abses periodontal adalah
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam
proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulasi yang fungsinya untuk
mendeposisi fibrin. Sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama
yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase,
6
dan hyaluronidase. Hyaluronidase adalah enzim yang bersifat merusak jembatan
antar sel, yang pada fase aktifnya nanti, enzim ini berperan layaknya parang yang
digunakan petani untuk merambah hutan (http://gilangrasuna.wordpress.com/ )
Selain itu, abses ini kemungkinan dibentuk dari oklusi atau trauma pada
rongga poket periodontal menyebabkan perluasan infeksi dari poket ke dalam
jaringan sekitar. Hal ini disebabkan masuknya makanan di sela-sela gigi seperti
tulang ikan, lepasnya bulu sikat gigi, atau penekanan dinding poket akibat
tindakan terapi orthodontik atau kekuatan mengunyah yang tidak wajar.
3. Gejala Abses Periodontal
Gejala abses periodontal dibedakan menjadi dua karakteristik, yaitu
karakteristik akut dan karakteristik kronis.
3.1. Karakteristik Akut
a. Sekitar gingiva membesar, berwarna merah, oedem dan ada rasa sakit dengan
sentuhan yang lembut, permukaan gingiva mengkilat.
b. Biasanya terjadi kegoyahan gigi
c. Gigi sensitif terhadap perkusi
d. Ada eksudat purulen
e. Secara sistemis memperlihatkan adanya malaise, demam dan pembengkakan
limponoid. Kadang-kadang wajah dan bibir juga terlihat membengkak
f. Adanya rasa sakit pada daerah yang membengkak
g. Pasien merasakan demam, biasanya sampai beberapa hari
7
h. Gigi terasa sensitif kepada air sejuk atau panas
i. Nafas berbau busuk
j. Bila otot-otot pengunyahan terkena maka akan terjadi trismus
3.1. Karakteristik Kronis
Biasanya asimtomatik meskipun kadang-kadang merupakan lanjutan dari fase
akut.
4. Patogenesis Abses Periodontal
Patogenesis penyakit periodontal dibagi menjadi 4 tahap:
4.1. Lesi Awal
Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada
tahap ini hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi
superfisial. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat menyerang
jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang
reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus
khususnya diregio interdental yang terlindung mengakibat inflamasi yang
cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan menyebar dari daerah ini ke
sekitar leher gigi.
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang
kecil, disebelah apikal dari epitelium junction. Pembuluh ini mulai bocor dan
kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel
8
inflamasi, sel plasma dan limfosit, cairan jaringan dan protein serum. Disini
terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui epitelium fungsional dan eksudat
dari cairan jaringan leher gingiva. Selain meningkatnya aliran eksudat cairan,
tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap
penyakit ini.
4.2. Gingivitis Dini
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan
berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi jaringan
yang terinfeksi. Perubahan yang terjadi baik pada epithelium junction maupun
pada epithelium cravikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa
proleferasi dari sel basal. Fibroblas mulai berdegenerasi dan bundel kolagen dari
kelompok serabut dentogingiva pecah sehingga seal dari cuff marginal gingiva
menjadi lemah. Pada keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel inflamasi, 75
% diantaranya terdiri dari limfosit. Juga terlihat beberapa sel plasma dan
magrofag. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat.
Papila interdental menjadi lebih merah dan bangkak serta mudah berdarah pada
saat penyondean.
4.3. Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasma
terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat.
9
Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama ditemukan di
daerah epithelium dan jaringan ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak
dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan
pembengkakan inflamasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari
permukaan gigi, memperbesar kemungkinan terbentuknya poket gingiva atau
poket palsu ('false pocket'). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva
cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah
terjadi degenerasi sel-sel epitelium junction dan beberapa berproliferasi dari
lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini belum terlihat
adanya migrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.
Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan
terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel
terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda
penting dari penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium
maupun pada jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada daerah inflamasi
aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa
dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ini
merupakan karakteristik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan
iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi
komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan
berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi
warna dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah,
lunak dan mudah berdarah, sedangkan bila produksi jaringan fibrosa yang
10
dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna merah muda walaupun
bengkak perdarahan kurang , bahkan tidak ada.
4.4. Periodontitis:
Bila iritasi plak dan inflamasi terus berlanjut, integritas dari epithelium
junction akan semakin rusak. Sel-sel epitheliumakan berdegenarasi dan terpisah,
perlekatannya pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Pada saat
bersamaan, epithelium jungtion akan berproliferasi ke jaringan ikat dan ke bawah
pada permukaan akar bila serabut dentogingiva dan serabut puncak tulang
alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium junction akan terus berlangsung
dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket
periodontal atau poket asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan
Irreversibel.
Bila poket periodontal sudah terbentuk, plak berkontak dengan sementum.
Jaringan ikat akan menjadi oedem. Pembuluh darah terdilatasi dan trombosis
dinding pembuluh pecah disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan
sekitarnya. Disini terlihat infiltrat inflamasi yang besar dari sel-sel plasma,
limfosit dan magrofag. Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau
terulserasi. Disini tidak terlihat adanya perbedaan karena produk-produk plak
berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan dan imigrasi dari jaringan
terinfeksi akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut membantu
meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva.
11
Penyebaran inflamasi ke puncak tulang alveolar ditandai dengan adanya
infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang trabekula, daerah-daerah resorbsi tulang dan
bertambah besarnya ruang trabekula. Ada kecenderungan resorbsi tulang
diimbangi oleh deposisi yang semakin menjauhi daerah inflamasi. Sehingga
tulang akan diremodelling, namun tetap mengalami kerusakan. Resorbsi tulang
dimulai dari daerah interproksimal menjadi lebar misalnya antara gigi-gigi molar,
suatu krater interdental akan terbentuk dan kemudian bila proses resorbsi makin
berlanjut, resorbsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang
alveolar akan teresorbsi. Bila infeksi berlanjut akan menyebabkan terbentuknya
abses periodontal (http://dewisuminar.blogspot.com/ )
Proses perjalanan abses periodontal terbagi atas beberapa stadium sebagai
berikut :
4.4.1. Stadium subperiostal dan periostal
a. Pembengkakan belum terlihat jelas
b. Warna mukosa masih normal
c. Perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat
d. Palpasi sakit dengan konsistensi keras
4.4.2. Stadium serosa
Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika serosa dari tulang
dan pembengkakan sudah ada .
a. Mukosa mengalami hiperemi dan merah
b. Rasa sakit yang mendalam
12
c. Palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi
4.4.3. Stadium sub muccus
a. Pembengkakan jelas tampak
b. Rasa sakit mulai berkurang
c. Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat
d. Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit
e. Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi
4.4.3. Stadium sub kutan
a. Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit
b. Warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat
c. Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah
d. Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata
Cepat-lambatnya patogenesa dari abses periodontal tergantung pada :
a. Virulensi, tipe dan jumlah organisme penyebab
b. Kesehatan jaringan periodontal pasien
c. Efisiensi dari mekanisme pertahanan tubuh host yang spesifik dan non spesifik
(http://www.doktergigiku.info/service.html )
5. Penegakan Diagnosa
Selain memperhatikan gejala-gejala yang ada, serta hasil pemeriksaan intra
oral dan ekstra oral, untuk penegakan diagnosa abses periodontal perlu dilakukan
foto ron’tgen. Gambaran radiografi pada periodontal abses pada umumnya tampak
13
radio luncent pada samping permukaan gigi, secara khas nampak di apex dari
akar. Walau bagaimanapun karena lokasi anatomi, kadang-kadang tidak ada
perubahan gambaran radiography, kerusakan tulang yang luas dapat terlihat.
Gambaran radiography tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya pembantu
diagnose abses periodontal karena variasi lokasi dan langkah-langkah
perkembangan dari abses. Prognosis gigi pada periodontal abses tergantung pada
jumlah dan jenis kerusakan tulang, posisi gigi dan abses dan mobilitas dari gigi.
Prognosis untuk regenerasi tulang yang mengalami infeksi akut adalah lebih baik
dari pada regenerasi tulang yang mengalami lesi kronis
(http://gilangrasuna.wordpress.com/ )
6. Pencegahan Abses Periodontal
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
abses periodontal :
a. Pasien diabetes mellitus dengan periodontitis perlu mendapat perawatan medis
pasti yang cepat dan terapi periodontal, sebab mereka khusus yang peka
terhadap perkembangan periodontal abses.
b. Pengendalian plak, dengan cara yang paling sederhana adalah dengan
menyikat gigi secara baik dan benar
c. Pembersihan kalkulus
d. Pencabutan gangren radiks dan perawatan pada gigi dengan gangren pulpa
e. Kontrol minimal setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi
14
(http://drgdondy.blogspot.com/2008/12/untuk-nrl-tentang-karang-gigi.html )
7. Pengobatan Abses Periodontal
Ada beberapa yang dapat dilakukan untuk membatasi nyeri dan tekanan
pada abses gigi sampai anda dapat mengunjungi dokter gigi, meliputi:
a. Hindari makanan dan minuman yang terlalu dingin atau terlalu panas,
b. Makan makanan lunak,
c. Makan dengan menggunakan sisi yang berlawanan dari abses, dan
d. Penggunaan sikat gigi yang lembut dan serat halus di sekitar gigi yang sakit
( http://ruangkesehatan.blog.com/2008/02/15/abses-pada-rongga-mulut-makalah/ )
Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gigi adalah mengikuti
perawatan gigi. Dokter gigi akan mengobati abses dengan menggunakan prosedur
perawatan abses gigi. Aplikasi antibiotik dan anti inflamasi mutlak dilakukan
sebelum insisi. Prinsip terapi pada periodontal abses yaitu menstabilkan drainase
inflamasi. Drainase pada periodontal abses lebih mudah dikeluarkan, dapat
menggunakan sonde tumpul. Sonde tumpul dimasukkan perlahan pada ruang
periodontal gigi sampai ke tempat abses. Pada saat memasukkan sonde tumpul
dibutuhkan anastesi untuk menghilangkan rasa sakit selama menjalani prosedur
tersebut.
Tindakan bedah dapat dilakukan dengan menginsisi gusi untuk
mempermudah drainase. Tindakan bedah ini harus dilakukan hati-hati dan
15
menghindari kerusakandari jaringan periodontal yang lain. Hal ini harus
diperhatikan karena jaringan periodontal berfungsi sebagai penahan agar gigi tetap
tertanam pada tulang rahang. Jadi diusahakan insisi pada daerah periodontal tidak
dilakukan secara sembarangan.Secara singkat tahap perawatan abses periodontal
adalah sebagai berikut:
a. Tahap 1:
Mereduksi abses dan inflamasi akut dengan antibiotik, analgesik dan
antiinflamasi, membuat drainase dengan cara melakukan kuretase ke dalam poket
periodontal atau membuat garis insisi pada abses dan dapat juga dengan cara
mencabut gigi jika diperlukan untuk mengeluarkan eksudat purulen.
b. Tahap 2 :
Mereduksi poket dan mengambil jaringan granulasi yang menyebabkan
abses, biasanya dengan cara bedah flap periodontal.
c. Tahap 3 :
Terapi dengan antibiotik bila abses menyebabkan demam atau
limfadenopati (http://dewisuminar.blogspot.com/ )
16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Abses periodontal merupakan inflamasi pada jaringan periodontal yang
terlokalisasi dan mempunyai daerah yang purulen berisi pus
b. Abses periodontal disebabkan oleh buruknya oral hygiene, selain itu karies
yang menyebabkan gangren juga dapat menyebabkan abses periodontal.
c. Gejala abses periodontal dibedakan menjadi dua yaitu akut dan kronis
d. Penegakan diagnosa membutuhkan bantuan foto ron’tgen
e. Pencegahan abses periodontal yang terutama adalah pemeliharaan oral
hygiene
f. Pengobatan abses periodontal dapat dilakukan dengan menginsisi jaringan
gingiva untuk menyediakan saluran keluarnya pus, dibantu dengan
pengaplikasian antibiotik, anti inflamasi, dan analgesik.
2. Saran
a. Jagalah kebersihan gigi dan mulut anda untuk mencegah terjadinya penyakit-
penyakit gigi dan mulut termasuk penyakit abses periodontal.
b. Kontrol rutin minimal 6 bulan sekali sangat penting dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kesehatan gigi dan mulut anda.
c. Dalam pengaplikasian obat-obatan, perlu diperhatikan pemberian dosis dan
ada tidaknya riwayat alergi terhadap obat tertentu.
17
REFERENSI
http://www.blogger.com/next-blog?navBar=true&blogID=5981801313174822715
http://adi-along.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses/
http://gilangrasuna.wordpress.com/
http://www.doktergigiku.info/service.html
http://dewisuminar.blogspot.com/
http://puskesmaskedaungwetan.blogspot.com/2010/03/galery-puskesmas-
kedaung-wetan.html
http://ruangkesehatan.blog.com/2008/02/15/abses-pada-rongga-mulut-makalah/
http://drgdondy.blogspot.com/2008/12/untuk-nrl-tentang-karang-gigi.html
Miller S.Craig Dan Langlais P. Robert.1998.Kelaianan Rongga Mulut Yang
Lazim.Jakarta : Hipokrates
18