21
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF “ABSES” 1. Konsep Penyakit 1.1.Pengertian Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003) Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 1

Askep Abses

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Abses

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF “ABSES”

1. Konsep Penyakit1.1. Pengertian

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)

yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya

oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka

peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan

untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah

infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi

yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan

nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim

autolitik. (Morison, 2003)

Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah;

rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut

yang kecil. (Underwood, 2000)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu infeksi kulit

yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka

peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari

jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh

enzim autolitik.

1.2. Jenis – jenis Abses

a) Abses Ginjal

Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan

pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang

disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.

b) Abses Perimandibular

Bila abses menyebar sampai di bawah otot-otot pengunyahan, maka akan

timbul bengkak-bengkak yang keras, di mana nanah akan sukar menembus otot untuk

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 1

Page 2: Askep Abses

keluar, sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut harus dibantu dengan operasi

pembukaan abses.

c) Abses Rahang gigi

Radang kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya nanah pada ujung akar

gigi atau geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-periostal) atau di bawah

selaput lendir mulut (submucosal) atau ke bawah kulit (sub-cutaneus). Nanah bisa

keluar dari saluran pada permukaan gusi atau kulit mulut (fistel). Perawatannya bisa

dilakukan dengan mencabut gigi yang menjadi sumber penyakitnya atau perawatan

akar dari gigi tersebut.

d) Abses Sumsum Rahang

Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sumsum tulang akan

terkena radang (osteomyelitis). Bagian-bagian dari tulang tersebut dapat mati dan

kontradiksi dengan tubuh. Dalam hal ini nanah akan keluar dari beberapa tempat

(multiple fitsel).

e) Abses dingin (cold abcess)

Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan abses

menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada penderita

tuberkulosis tulang, persendian atau kelenjar limfa akibat perkijuan yang luas.

f) Abses hati

Abses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba histolytica),

yang sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak berisi nanah, melainkan

jaringan nekrotik yang disebabkan oleh amuba. Jenis abses ini dapat dikenali dengan

ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis dari

jaringan.

g) Abses (Lat. abscessus)

Rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidaknormalan di bagian

tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses

radang yang kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas

sel yang telah cedera, tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri

atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair. Abses biasanya

disebabkan oleh kuman patogen misalnya: bisul.

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 2

Page 3: Askep Abses

1.3 Etiologi

Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui

beberapa cara:

a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum

yang tidak steril

b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak

menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

b) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

c) Terdapat gangguan sistem kekebalan

Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

1.4 Patofisiologi

Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi suatu

infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan

sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam

melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel

darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang

mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong.

Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas.

Abses dalam hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih

lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam tubuh, maka infeksi bisa menyebar kedalam

tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (Utama,

2001)

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 3

Page 4: Askep Abses

1.5 Manifestasi Klinis

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut,

rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit

terutama jika timbul diwajah.

Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi

dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:

a) Nyeri

b) Nyeri tekan

c) Teraba hangat

d) Pembengakakan

e) Kemerahan

f) Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyer tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses , dan lembut.

Abses yang progresif, akan timbul "titik" pada kepala abses sehingga Anda dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan terbuka (pecah).

Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi dapat menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah.

Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

1.6 Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau

jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada

sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga

tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses.

Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila

abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat

menekan trakea. (Siregar, 2004)

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 4

Page 5: Askep Abses

1.7 Penatalaksanaan Medis

Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan

menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan

intervensi bedah dan debridement.

Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,

terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus

diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan

diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.

Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses

telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih

lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa

diproduksi bakteri.

Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,

tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang

perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak

dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.

Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,

antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan.

Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang

didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk

menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain:

clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.

Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan

menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang

efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam

abses, selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang

rendah.

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 5

Page 6: Askep Abses

MK 1 : Nyeri

(Pre Operasi) MK 1 : Nyeri

(Post Operasi)

1.8 Pathway

Bakteri Gram Positif(Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis

Media bakteri yang baik

Jaringan terinfeksi

PeradanganSel darah putih mati

DemamJaringan menjadi abses

& berisi PUS

Pecah

Reaksi Peradangan

(Rubor, Kalor,Tumor,Dolor,Fungsiolaesea)

Sumber : (Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001)

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 6

Pembedahan

Luka InsisiResiko Penyebaran Infeksi

(MK 2: Pre dan Post Operasi)

MK 3: Gangguan

Thermoregulator

(Pre Operasi)

Page 7: Askep Abses

2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001, hal.17).

Menurut Smeltzer & Bare (2001), Pada pengkajian keperawatan, khususnya

sistem integumen, kulit bisa memberikan sejumlah informasi mengenai status

kesehatan seseorang dan merupakan subjek untuk menderita lesi atau terlepas. Pada

pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki, kulit merupakan hal yang

menjelaskan pada seluruh pemeriksaan bila bagian tubuh yang spesisifik diperiksa.

Pemeriksaan spesifik mencakup warna, turgor, suhu, kelembaban, dan lesi atau parut.

Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a) Riwayat Kesehatan

Hal – hal yang perlu dikaji di antaranya adalah :

1) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses

dalam seringkali sulit ditemukan.

2) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena

peluru.

3) Riwayat infeksi ( suhu tinggi ) sebelumnya yang secara cepat

menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa

dikeluarkan.

b) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

1) Luka terbuka atau tertutup

2) Organ / jaringan terinfeksi

3) Massa eksudat dengan bermata

4) Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan

5) Abses superficial dengan ukuran bervariasi

6) Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 7

Page 8: Askep Abses

c) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

1) Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah

putih.

2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan

rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah memperoleh data melalui

pengkajian adalah merumuskan diagnosa. Pengertian dari diagnosa keperawatan itu

sendiri adalah sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat

menggambarkan respon klien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam,

2001. Hal : 35 ).

Menurut Herdman (2007), diagnosa keperawatan untuk abses adalah :

a) Pre operasi

1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi

2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

b) Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

2) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka

3) Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.

2.3 Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan dengan menetapkan tujuan, kriteria

hasil, dan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan :

a) Pre operasi

1) Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri

berkurang, klien dapat rileks, klien mampu

mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas

sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal;

TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan : 20 x

/ menit.

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 8

Page 9: Askep Abses

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV

2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi nyeri.

3) Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan.

4) Dorong menggunakan teknik manajemen

relaksasi.

5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai

indikasi.

1) Sebagai data awal untuk melihat keadaan

umum klien

2) Sebagai data dasar mengetahui seberapa

hebat nyeri yang dirasakan klien sehingga

mempermudah intervensi selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang

dirasakan klien hebat

4) Untuk mengurangi ras nyeri yang

dirasakan klien dengan non farmakologis

5) Mempercepat penyembuhan terhadap

nyeri

2) Gangguan thermoregulator berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

Hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0 C – 37 0C).

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV, terutama suhu tubuh

klien.

2) Anjurkan klien untuk banyak minum,

minimal 8 gelas / hari.

3) Lakukan kompres hangat.

4)    Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

1) Untuk data awal dan memudahkan

intervensi

2) Untuk mencegah dehidrasi akibat

penguapan tubuh dari demam

3) Membantu vasodilatasi pembuluh darah

sehingga mempercepat hilangnya demam

4) Mempercepat penurunan demam

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 9

Page 10: Askep Abses

b) Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri

berkurang, klien dapat rileks, klien mampu

mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas

sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal;

TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan : 20 x

/ menit.

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV

2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi nyeri.

3) Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan.

4) Dorong menggunakan teknik manajemen

relaksasi.

5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai

indikasi.

1) Sebagai data awal untuk melihat keadaan

umum klien

2) Sebagai data dasar mengetahui seberapa

hebat nyeri yang dirasakan klien sehingga

mempermudah intervensi selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang

dirasakan klien hebat

4) Untuk mengurangi ras nyeri yang

dirasakan klien dengan non farmakologis

5) Mempercepat penyembuhan terhadap

nyeri

2.4 Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan yaitu

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. ( Nursalam, 2001. Hal.

63).

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 10

Page 11: Askep Abses

Pelaksanaan Keperawatan untuk abses adalah Drainase abses dengan

menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari

peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak, Karena sering

kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik

antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan, kompres

hangat bisa membantu mempercepat penyembuhan serta mengurangi peradangan

dan pembengkakan.

2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaan sudah berhasil ( Nursalam, 2001). Evaluasi Keperawatan pada klien

dengan abses adalah :

a) Klien melaporkan rasa nyeri berkurang

b)   Rasa nyaman klien terpenuhi

c) Daerah abses tidak terdapat pus

d) Tidak ditemukan adanya tanda – tanda infeksi ( pembengkakan,

demam,kemerahan )

e) Tidak terjadi komplikasi.

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 11

Page 12: Askep Abses

BAB II

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF “ABSES REGIO WRIST SINISTRA”

PADA Tn. “M” DI RUANG POLI BEDAH (OK MINOR) RSU PROVINSI NTB

1.1 Pengkajiana) Identitas

1) Indentitas klienNama : Tn. “M”Umur : 60 ThAgama : IslamPendidikan : SMPPekerjaan : BuruhSuku/Bangsa : Sasak/IndonesiaNo. RM : 03 66 49

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. “M”Umur : 35 ThAgama : IslamPendidikan : SMAPekerjaan : WiraswastaSuku/Bangsa : Sasak/IndonesiaHub. Dg. Klien : Anak

b) Keluhan UtamaKlien mengeluh ada benjolan di pergelangan tangan kirinya dan terasa nyeri,(P: nyeri terasa akibat benjolan dan peradangan, Q: nyeri terasa tajam dan berdenyut, R: nyeri terasa pada pergelangan tangan kirinya, S: Klien mengatakan nyeri terasa pada angka 6 di skala 0-10, T: Nyeri terasa ketika di tekan dan mendapatkan gesekan)

c) Riwayat Kesehatan saat iniKlien mengatakan ada benjolan kemerahan sejak 2 minggu yang lalu pada pergelangan tangan kirinya, benjolan semakin membesar dan semakin terasa nyeri, klien mengatakan semakin disentuh rasanya semakin sakit.

d) Pre OperasiS: Klien mengeluh Nyeri (P: nyeri terasa akibat benjolan dan peradangan, Q: nyeri terasa tajam dan berdenyut, R: nyeri terasa pada pergelangan tangan kirinya, S: Klien mengatakan nyeri terasa pada angka 6 di skala 0-10, T: Nyeri terasa ketika di tekan dan mendapatkan gesekan)

O: terdapat benjolan berwarna kemerahan di sekitarnya pada pergelangan tangan kiri klien, berukuran ± 1 cm x 1 cm dengan ada titik di puncaknya, nyeri tekan , klien tampak meringis dan terasa hangat disekitar benjolan.

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 12

Page 13: Askep Abses

A: MK: Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan ditandai dengan terdapat benjolan kemerahan di pergelangan tangan klien, ukuran benjolan ± 1 cm x 1 cm dengan ada titik di puncaknya, nyeri tekan , klien tampak meringis dan terasa hangat disekitar benjolan.

P: - Observasi TTV

R/ Sebagai data awal untuk melihat keadaan umum klien

- Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi nyeri.

R/ Sebagai data dasar mengetahui seberapa hebat nyeri yang dirasakan

klien sehingga mempermudah intervensi selanjutnya

- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.

R/ Reaksi non verbal menandakan nyeri yang dirasakan klien hebat

- Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasi.

R/ Untuk mengurangi ras nyeri yang dirasakan klien dengan non

farmakologis

- Kolaborasikan obat analgetik sesuai indikasi. R/ mempercepat meringankan nyeri

I:

- Mengobservasi TTV

TD: 110/80 mmHg, N : 86x/menit, RR: 20x/Menit, Suhu: 37,20 C

- Mengkaji Intensitas Nyeri

Klien mengatakan terasa nyeri,(P: nyeri terasa akibat benjolan dan peradangan, Q: nyeri terasa tajam dan berdenyut, R: nyeri terasa pada pergelangan tangan kirinya, S: Klien mengatakan nyeri terasa pada angka 6 di skala 0-10, T: Nyeri terasa ketika di tekan dan mendapatkan gesekan)

- Mendorong menggunakan Tehnik relaksasi dan destraksi dengan tehnik nafas

dalam dan membaca.

Klien mengikuti apa yang Ners Muda anjurkan dan juga membaca

koran.

- Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi

Klien mendapatkan Asam Mefenamat 3 x 1 Cefadroxil 2 x 1

E:

- S: klien mengatakan masih terasa nyeri

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 13

Page 14: Askep Abses

- O: klien tampak meringis, masih ada benjolan kemerahan,

- A: masalah keperawatan Nyeri belum teratasi

- P: Intervensi dilanjutkan

e) Post OperasiS: Klien mengeluh ada Luka pada pergelangan tangan kiri klien,

O: terdapat luka berwarna kemerahan di sekitarnya pada pergelangan tangan kiri klien, berukuran ± 2 cm x 2 cm dengan terbungkus oleh kasa dan perban

A: MK: Resiko penyebaran Infeksi berhubungan dengan luka insisi pada pergelangan tangan klien ditandai dengan luka masih kemerahan disekitarnya.

P: - Observasi TTV

R/ Sebagai data awal untuk melihat keadaan umum klien

- Kaji kebersihan luka.

R/ Sebagai data dasar mengetahui seberapa hebat nyeri yang dirasakan

klien sehingga mempermudah intervensi selanjutnya.

- Dorong menggunakan teknik aseptik dalam merawat Luka.

R/ Untuk mengurangi Resiko infeksi

- Anjurkan kepada klien untuk menjaga luka agar tidak terkena air R/ Menjaga agar tidak terjadi infeksi sekunder

- Kolaborasikan obat antibiotik sesuai indikasi. R/ mencegah infeksi sistemik

I:

- Mengobservasi TTV

TD: 110/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR: 22 x/Menit, Suhu: 37,20 C

- Mengkaji kebersihan luka

Luka bersih terbungkus perban dengan rapi

- Mendorong menggunakan Tehnik Aseptik dalam perawatan luka dan kontrol

setiap 2 hari sekali

Klien mengikuti apa yang Ners Muda dan mengatakan akan rajin

kontrol

- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi

Klien mendapatkan Cefadroxil 2 x 1

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 14

Page 15: Askep Abses

E:

- S: klien mengatakan masih terasa nyeri

- O: klien tampak meringis, masih ada luka terbungkus rapi dengan perban

namun masih kemerahan disekitarnya,

- A: masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi belum teratasi

- P: Intervensi dilanjutkan dirumah

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram 2012-2013 15