Anemia Aplastik 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anemia Aplastik 2

Citation preview

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    1/19

    ANEMIA APLASTIK

    Oleh :

    Ayu Dwi Ratna Sari

    0910015057

    Pembimbing :

    dr. William S. Tjeng, Sp.A

    Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

    SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak

    Program Studi Profesi Dokter

    Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

    2014

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Mulawarman

    Refferat

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    2/19

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Anemia aplastik merupakan suatu kegagalan hematopoeisis yang jarang, namun

    berpotensi untuk mengancam jiwa. Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia dan aplasia sumsum

    tulang. Anemia aplastik dapat diwariskan atau didapat. Perbedaan antara keduanya didasarkan

    pada pemeriksaan klinis dan laboratorium. Anemia aplastik heraditer berkaitan dengan mutasi

    genetik yang diwariskan dari orang tua sedangkan anemia aplastik didapat mungkin berkaitan

    dengan infeksi, pajanan bahan kimia, obat atau akibat penyakit tertentu. Meskipun

    patomekanismenya belum sepenuhnya dimengerti. Tidak jarang anemia aplastik menyebabkan

    kematian dengan sebab utama infeksi jamur atau sepsis bakterial oleh karena itu mengetahui

    penanganan dan managemen anemia aplastik secara benar diharapkan dapat mengurangi

    morbiditas maupun mortalitas. Anemia aplastik tidak berat janrang menyebabkan kematian dan

    sebagian besar tidak memerlukan terapi.

    Tujuan

    Penulisan referat berjudul Anemia Aplastik ini bertujuan untuk menjelaskan definisi,

    patogenesis, gejala klinis, penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan

    prognosis mengenai Anemia Aplastik. Diharapkan dalam penulisan referat ini dapat memberikan

    informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan tentunya penulis sendiri.

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    3/19

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anemia aplastik

    Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi

    dan penurunan selularitas sumsum tulang (Permono, Ugrasena, & A., 2006). Sel-sel ini dibuat

    oleh sel darah induk di sumsum tulang . Pada anemia aplastik ,sel-sel induk rusak dan jumlahnya

    sangat sedikit. Akibatnya , hanya sedikit sel-sel darah yang mampu diproduksi. Dalam

    kebanyakan kasus anemia aplastik , ketiga jenis sel darah tersebut diproduksi dalam jumlah

    sedikit (yang disebut pansitopenia). Sangat jarang ditemui kekurangan hanya di salah satu jenis

    sel darah , seperti sel darah merah , sel darah putih , atau trombosit. Anemia aplastik bukanlah

    kanker tetapi mungkin berkaitan dengan beberapa kanker ( terutama yang mempengaruhi

    sumsum tulang , seperti leukemia ). Sejumlah kecil pasien dengan anemia aplastik dapat

    berkembang menjadi leukemia. Anemia aplastik dapat diwariskan atau diperoleh. Anemia

    aplastik yang diperoleh jauh lebih umum ditemui dari pada jenis yang diwariskan. Perbedaan

    antara keduanya bukan pada usia pasien, melainkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan

    laboratorium (American Cancer Society, 2013).

    Epidemiologi

    Insidensnya bervariasi di seluruh negara dunia dan berkisar antara 2 sampai 6 kasus per 1

    juta penduduk per tahun dengan variasi geografis. Anemia aplastik lebih banyak ditemui di dunia

    belahan timur dari pada di belahan barat, terutama di negara-negara berkembang, mungkin

    karena ada lebih banyak paparan terhadap bahan kimia. Ditemukan lebih dari 70% anak anak

    menderita anemia aplastik derajat berat pada saat didiagnosis. Tidak ada perbedaan secara

    bermakna antara anak laki laki dan perempuan,namun dalam beberapa penelitian tampak

    insidens pada anak laki

    laki lebih banyak dibandingkan anak perempuan (Widjono, 2001).

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    4/19

    4

    Klasifikasi

    Klasifikasi Kriteria

    Anemia Aplastik Berat :

    Selularutas sumsum tulang

    Sitopenia sedikitnya dua dari tiga seri sel darah

    < 25%

    Hitung neutrofil < 500/ul

    Hitung trombosit < 20.000/ul

    Hitung retikulosit absolut < 60.000/ul

    Anemia Aplastik Sangat Berat Sama seperti diatas kecuali hitung

    neutrofil

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    5/19

    5

    Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat

    berlebihan. Praktis semua obat dapat menyebabkan anemia aplastik pada

    seseorang dengan predisposisi genetik. Yang sering menyebabkan anemia aplastik

    adalah kloramfenikol. Obat-obatan lain yang juga sering dilaporkan adalah

    fenilbutazon,senyawa sulfur, emas, dan antikonvulsan, obat-obatan sitotoksik.

    c. Radiasi : sinar rontgen, radioaktif

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    6/19

    6

    Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari radiasi dimana

    stem sel dan progenitor sel rusak. Radiasi dapat merusak DNA jaringan-jaringan

    dengan mitosis yang aktif seperti jaringan hematopoiesis. Bila stem sel

    hematopoiesis yang terkena maka terjadi anemia aplastik. Radiasi dapat

    berpengaruh pula pada stroma sumsum tulang dan menyebabkan fibrosis. Efek

    radiasi terhadap sumsum tulang tergantung dari jenis radiasi, dosis dan luasnya

    paparan sumsum tulang terhadap radiasi. Radiasi berenergi tinggi dapat

    digunakan sebagai terapi tanpa tanda-tanda kerusakan sumsum tulang asalkan

    lapangan penyinaran tidak mengenai sebagian besar sumsum tulang. Pada pasien

    yang menerima radiasi seluruh tubuh efek radiasi tergantung dari dosis yang

    diterima. Efek pada sumsum tulang akan sedikit pada dosis kurang dari 1 Sv

    (ekuivalen dengan 1 Gy atau 100 rads untuk sinar X). Jumlah sel darah dapat

    berkurang secara reversibel pada dosis radiasi antara 1 dan 2,5 Sv (100 dan 250

    rads). Kehilangan stem sel yang ireversibel terjadi pada dosis radiasi yang lebih

    tinggi. Bahkan pasien dapat meninggal disebabkan kerusakan sumsum tulang

    pada dosis radiasi 5 sampai 10 Sv kecuali pasien menerima transplantasi sumsum

    tulang. Paparan jangka panjang dosis rendah radiasi eksterna juga dapat

    menyebabkan anemia aplastik.

    d.

    Infeksi, keganasan, gangguan endokrin.Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus hepatitis,

    virus Epstein-Barr, HIV dan rubella. Virus hepatitis merupakan penyebab yang

    paling sering. Pansitopenia berat dapat timbul satu sampai dua bulan setelah

    terinfeksi hepatitis. Walaupun anemia aplastik jarang diakibatkan hepatitis akan

    tetapi terdapat hubungan antara hepatitis seronegatif fulminan dengan anemia

    aplastik.. Parvovirus B19 dapat menyebabkan krisis aplasia sementara pada

    penderita anemia hemolitik kongenital (sickle cell anemia, sferositosis herediter,

    dan lain-lain). Pada pasien yang imunokompromise dimana gagal memproduksi

    neutralizing antibodi terhadap Parvovirus suatu bentuk kronis red cell aplasia

    dapat terjadi. Infeksi virus biasanya berhubungan dengan supresi minimal pada

    sumsum tulang, biasanya terlihat neutropenia dan sedikit jarang trombositopenia.

    Virus dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang secara langsung yaitu

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    7/19

    7

    dengan infeksi dan sitolisis sel hematopoiesis atau secara tidak langsung melalui

    induksi imun sekunder,inisiasi proses autoimun yang menyebabkan pengurangan

    stem sel dan progenitor sel atau destruksi jaringan stroma penunjang.

    e. Lainlain : penyakit ginjal.

    f. Idiopatik : merupakan penyebab yang paling sering, akhirakhir ini.

    Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)

    Radiasi

    Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

    Efek regular meliputi bahan-bahan sitotoksik, benzene

    Reaksi Idiosinkratik meliputi kloramfenikol, NSAID, anti epileptik, emas.

    Virus

    Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa)

    Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)

    Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)

    Human immunodeficiency virus (sindroma immunodefisiensi yang didapat)

    Penyakit-penyakit Imun

    Eosinofilik fasciitis

    Hipoimunoglobulinemia

    Timoma dan carcinoma timus

    Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi

    Paroksismal nokturnal hemoglobinuria

    Kehamilan

    Idiopathic aplastic anemia

    Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)

    Anemia Fanconi

    Diskeratosis kongenital

    Sindrom Shwachman-Diamond

    Disgenesis reticular

    Amegakariositik trombositopenia

    Anemia aplastik familial

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    8/19

    8

    Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain)

    Sindroma nonhematologi (Down, Dubowitz, Seckel)

    Anemia aplastik herediter

    Anemia aplastik herediter disebabkan oleh mutasi gen (abnormalitas transkripsi gen)

    yang telah diwariskan dari orang tua untuk anak mereka. Anemia aplastik herediter lebih sering

    terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Anemia aplastik herediter disebut anemia Fanconi

    (FA). Ada banyak gen yang berbeda yang dapat menyebabkan anemia Fanconi. Seorang anak

    harus mewarisi 2 salinan gen abnormal. Seseorang dengan hanya satu salinan gen abnormal tidak

    akan menderita penyakit dan disebut pembawa (carrier) (American Cancer Society, 2013).

    Diskeratosis kongenital adalah sindrom kegagalan sumsum tulang diwariskan secara

    klasik yang muncul dengan triad pigmentasi kulit abnormal, distrofi kuku, danleukoplakia

    mukosa. Kelainan ini memiliki heterogenitas dan manifestasi klinik yang beragam. Terdapat

    bentuk bentuk autosomal dominan yang terpaut kromosom X, dan autosomal resesif. Bentuk

    X- linked resesif diakibatkan oleh mutasi pada gen DKC 1, sedangkan Diskeratosis congenital

    autosomal dominan disebabkan oleh mutasi gen TERC (yang menyandi komponen RNA

    telomerase) yang pada akhirnya mengganggu aktivitas telomerase dan pemendekan telomere,

    sehingga pada akhirnya menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan penuaan dini (premature

    aging) (Foerster J., 1993).

    Trombositopenia megakaryositik diwariskan merupakan kelainan yang ditandai

    trombositopenia berat dan tidak adanya megakaryosit pada saat lahir. Sebagian besar pasien

    mengalami missense atau nonsense mutations pada gen C-MPL. Banyak diantara penderita

    trombositopenia amegakaryositik diwariskan mengalami kegagalan sumsum tulang (Foerster J.,

    1993).

    Sindrom Shwachman-Diamond adalah kelainan autosomal resesif yang ditandai dengan

    disfungsi eksokrin pankreas, disostosis metafiseal, dan kegagalan sumsum tulang. Seperti pada

    anemia Fanconi (sindroma Fanconi), penderita sindrom Shwachman-Diamond juga mengalami

    peningkatan resiko terjadinya myelodisplasia, atau leukemia pada usia dini. (Foerster J., 1993).

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    9/19

    9

    Patofisiologi

    Apabila pajanan terhadap agen penyebab berlangsung lama maka akan terjadi supresi

    pada sumsum tulang. Apabila pajanan ini dilanjutkan setelah tanda hipoplasia muncul, maka

    depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan

    ireversibel. Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada pasien yang

    mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan

    anemia aplastik. Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi sumsum

    tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk

    menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan pergantian oleh lemak.

    Abnormalitas mungkin terjadi pada :

    1.

    Defek sel induk hematopoetik (sel stem, prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit)

    2. Defek lingkungan mikro sumsum tulang

    Microenvironment:

    Kelainan microenvironmet memegang peranan terjadinya anemia aplastik. Akibat

    radiasi, pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi, dapat menyebabkan

    microarchitecturemengalami sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel. Faktor humoral

    misalnya eritropoitin, ternyata tidak mengalami penurunan.

    3. Proses imunologi

    Cell I nhibitors:

    Pada beberapa penderita anemia aplastik, dapat dibuktikan adanya T-limfosit yang

    menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulang pada biakan. limfosit T pasien

    anemia aplastik menghasilkan interferon , TNF, IL 2 secara berlebihan. factor-faktor

    inilah yang kemudian berperan dalam destruksi sel CD34 dan sel induk progenitor.

    Kurang lebih 70% penderita anemia aplastik mempunyai penyebab yang tidak jelas,

    dinamakan idiopatik. Defek sel induk yang didapat (acquired) diduga disebabkan oleh obat-obat:

    busulfan, kloramfenikol, asetaminofen, klorpromazina, benzenebenzol, metildopa, penisilin,

    streptomisin, sulfonamid dan lain-lain.

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    10/19

    10

    GEJALA KLINIS

    Gejala-gejala timbul sebagai akibat dari :

    Anemia : pucat, lemah, mudah lelah, dan berdebar-debar.

    Leukopenia ataupun granulositopenia : infeksi bakteri, virus, jamur, dan kuman

    patogen lain.

    Trombositopenia : perdarahan seperti petekia, ekimosa, epistaksis, perdarahan gusi

    dan lain-lain.

    Hepatosplenomegali dan limfadenopati tidak lazim ditemukan pada anemia aplastik.

    Anamnesis

    Gejala yang banyak ditemukn dari anamnesis :

    Pemeriksaan Fisik

    Tanda yang banyak ditemukn dari pemeriksaan fisik :

    Jenis pemeriksaan fisik Persentase (%)

    Pucat

    Pendarahan

    Kulit

    Gusi

    Retina

    100

    63

    34

    26

    20

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    11/19

    11

    Hidung

    Saluran cerna

    Vagina

    Demam

    Hepatomegali

    Splenomegali

    7

    6

    3

    16

    7

    0

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Uji Laboratorium dan Diagnostik

    1. Hapusan darah tepi

    Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Jenis anemianya

    adalah normokrom normositer. Terkadang ditemukan makrositosis,anisositosis, danpoikilositosis. Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah tepi

    menandakan bukan anemia aplastik. Granulosit dan trombosit ditemukan rendah.

    Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari 75% kasus. Presentase retikulosit

    umumnya normal atau rendah. Pada sebagian kecil kasus, persentase retikulosit

    ditemukan lebih dari 2%. Akan tetapi, bila nilai ini dikoreksi terhadap beratnya

    anemia (corrected reticulocyte count) maka diperoleh persentase retikulosit normal

    atau rendah juga. Adanya retikulositosis setelah dikoreksi menandakan bukan anemia

    aplastik. Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel darah

    putih menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit. Jumlah trombosit

    berkurang secara kuantitias sedang secara kualitas normal. Perubahan kualitatif

    morfologi yang signifikan dari eritrosit, leukosit atau trombosit bukan merupakan

    gambaran klasik anemia aplastik yang didapat ( acquired aplasticanemia ). Pada

    beberapa keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang berkurang

    sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau amegakariositik trombositopenia.

    Pada pasien seperti ini, lini produksi sel darah lain juga akan berkurang dalam

    beberapa hari sampai beberapa minggu sehingga diagnosis anemiaaplastik dapat

    ditegakkan. (Widjono, 2001).

    2. Laju endap darah

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    12/19

    12

    Hasil pemeriksaan laju endap darah pada pasien anemia aplastik selalu meningkat.

    Pada penelitian yang dilakukan di laboratorium RSUPN Cipto Mangunkusumo

    ditemukan 62 dari 70 kasus anemia aplastik (89%) mempunyai nilai laju endap darah

    lebih dari 100 mm dalam satu jam pertama (Widjono, 2001).

    3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang hiposeluler.

    Aspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula dengan daerah yang

    kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel hematopoiesis. Limfosit,sel plasma,

    makrofag dan sel mast mungkin menyolok dan hal ini lebih menunjukkan kekurangan

    sel-sel yang lain daripada menunjukkan peningkatan elemen-elemen ini. Biopsi

    sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik secarakualitatif maupun

    kuantitatif. Semua spesimen anemia aplastik ditemukan gambaran hiposelular.

    Aspirasi dapat memberikan kesan hiposelular akibat kesalahan teknis (misalnya

    terdilusi dengan darah perifer), atau dapat terlihat hiperseluler karena area fokal

    residual hematopoiesis sehingga aspirasi sumsum tulang ulangan dan biopsy

    dianjurkan untuk mengklarifikasi diagnosis. Suatu spesimen biopsi dianggap

    hiposeluler jika ditemukan kurang dari 30% sel pada individu berumur kurang dari 60

    tahun atau jika kurang dari 20% pada individu yang berumur lebih dari 60 tahun.

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    13/19

    13

    Sediaan sumsum tulang yang minim sel darah, dibedakan dengan sediaan sumsum tulang

    dari pasien yang sama setelah pengobatan

    4.

    Elektroforesis hemoglobin-kadar hemoglobin F meningkat.

    Hemoglobin F meningkat pada anemia aplastik anak dan mungkin ditemukan pada

    anemia aplastik konstitusional. Plasma darah biasanya mengandung growth factor

    hematopoiesis, termasuk erittropoietin, trombopoietin, dan faktor yang menstimulasi

    koloni myeloid (Widjono, 2001).

    5. Faal Hemostasis

    Waktu pendarahan biasanya memanjang (bleeding time) dan faal hemostasis lain

    normal.

    6. Kadar folat dan B12 serum normal atau meningkat. Kadar Fe serum biasanya

    meningkat dan klirens Fe memanjang dengan penurunan inkorporasi Fe ke eritrosit

    yang bersirkulasi.

    7. Virus marker

    Evaluasi diagnosis anemia aplastik meliputi pemeriksaan virus hepatitis, HIV,

    parvovirus, dansitomegalovirus.

    8.

    Uji kerusakan kromosom positif untuk anemia fanconi.

    Pada pasien anemia aplastik tidak ditemukan kelainan kromosom. Pemeriksaan

    sitogenetik dengan fluorescence in situ hybridization (FISH) dan imunofenotipik

    dengan flow cytometry diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding, seperti

    myelodisplasia hiposeluler.

    9. Pemeriksaan Defisiensi Imun

    Adanya defisiensi imun dalam tubuh pasien anemia aplastik dapat diketahuimelalui

    penentuan titer immunoglobulin dan pemeriksaan imunitas sel T.2

    10. Pemeriksaan Radiologik

    Nuclear Magnetic Resonance Imaging: Jenis pemeriksaan penunjang ini merupakan

    cara terbaik untuk mengetahuiluasnya perlemakan karena dapat membuat pemisahan

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    14/19

    14

    tegas antara daerah sumsum tulang berlemak akibat anemia aplastik dan sumsum

    tulang selular normal.

    DIAGNOSIS

    Penegakan diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis berupa panas, pucat,perdarahan, tanpa adanya organomegali (hepatosplenomegali). Gambaran darah tepi

    menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. Diagnosis pasti ditentukan dengan

    pemeriksaan biopsy sumsum tulang yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan

    penyokong dan jaringan lemak; aplasia sistem eritropoitik, granulopoitik dan

    trombopoitik.

    DIAGNOSIS BANDING

    Beberapa keadaan yang menyebabkan pansitopenia :

    PENATALAKSANAAN

    Hindari infeksi eksogen maupun endogen, seperti :

    o Pemeriksaan rektal

    o Pengukuran suhu rektal

    o

    Tindakan dokter gigi

    o Pada tindakan-tindakan di atas, resiko infeksi bakteri meningkat

    Simtomatik

    Anemia : transfusi sel darah merah padat (PRC)

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    15/19

    15

    Perdarahan profus atau trombosit < 10.000/mm3

    : transfusi trombosit (tiap

    unit/10 kgBB dapat meningkatkan jumlah trombosit : 50.000/mm3)

    Transfusi trombosit untuk profilaksis tidak dianjurkan.

    Transfusi leukosit (PMN) masih kontroversi oleh karena masa hidup

    leukosit pendek.

    Efek samping : panas badan, takipnea, hipoksia, sembab paru (karena

    timbul anti PMN leukoaglutinin)

    Imunosupresif

    Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte globulin (ATG)

    atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A (CSA). ATG atau ALG

    diindikasikan pada :

    1) Anemia aplastik bukan berat

    2) Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok

    3) Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada

    saat pengobatan tidak terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan

    granulosit lebihdari 200/mm.

    Mekanisme kerja ATG atau ALG belum diketahui dengan pasti dan mungkin melalui

    koreksi terhadap destruksi T-cell immunomediatedpada sel asal dan stimulasi langsung

    atau tidak langsung terhadap hemopoiesis. Karena merupakan produk biologis, pada

    terapi ATG dapat terjadi reaksialergi ringan sampai berat sehingga selalu diberikan

    bersama-sama dengankortikosteroid. Siklosporin juga diberikan dan proses bekerjanya

    dengan menghambat aktivasi dan proliferasi prekursor limfosit sitotoksik. Pemberian

    dosis tinggi siklofosfamid sering disarankan untuk imunosupresif yang mencegah relaps.

    Namun, hal ini belum dikonfirmasi. Sampai kini, studi-studi dengan siklofosfamid

    memberikan lama respon lebih dari 1 tahun. Sebaliknya, 75% respon terhadap ATG

    dalam 3 bulan pertama dan relaps dapat terjadi dalam 1 tahun setelah terapi ATG.

    (Widjono, 2001).

    Dosis test ATG :

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    16/19

    16

    ATG 1:1000 diencerkan dengan saline 0,1 cc disuntikan intradermal pada lengan dengan

    saline kontrol 0,1 cc disuntikkan intradermal pada lengan sebelahnya.Bila tidak ada

    reaksi anafilaksis, ATG dapat diberikan.

    Premedikasi untuk ATG (diberikan 30 menit sebelum ATG) :

    Asetaminofen 650 mg peroral Difenhidrahim 50 mg per oral atau intravena perbolus.

    Hidrokortison 50 mg intravena perbolus.

    Terapi ATG :

    ATG 40 g/kg dalam 1000 cc NS selama 8-12 jam perhari untuk 4 hari .

    Obat-obat yang diberikan serentak dengan ATG :

    a. Prednison 100 mg/mm2 peroral 4 kali sehari dimulai bersamaan dengan ATG

    dandilanjutkan selama 10-14 hari; kemudian bila tidak terjadi serum sickness,tapering

    dosis setiap 2 minggu.

    b. Siklosporin 5mg/kg/hari peroral diberikan 2 kali sehari sampai respon

    maksimalkemudian di turunkan 1 mg/kg atau lebih lambat. Pasien usia 50 tahun

    ataulebih mendapatkan dosis siklosporin 4mg/kg. Dosis juga harus diturunkan bila

    terdapat kerusakan fungsi ginjal atau peningkatan enzim hati.

    Kortikosteroid

    Prednison 2 mg/kgBB/24 jam, untuk mengurangi fragilitas pembuluh kapiler,

    diberikan selama 4-6 minggu.

    Steroid anabolik

    Nandrolon dekanoat : 1-2 mg/kg/minggu IM(diberikan selama 8 -12

    minggu)

    Oksimetolon : 3-5 mg/kg/hari per oral

    Testosteron enantat : 4-7 mg/kg/minggu IM

    Testosteron propionat : -2 mg/kg/hari sublingual

    o

    Efek samping :

    Virilisme, hirsutisme, akne hebat, perubahan suara (revesibel sebagian bila

    obat dihentikan).

    Pemberian jangka panjang dapat menimbulkan adenoma karsinoma hati,

    kolestasis.

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    17/19

    17

    Hepatotoksik pada pemberian sublingual

    Terapi penyelamatan (Salvage theraphies)

    Terapi ini antara lain meliputi siklus imunosupresi berulang, pemberian faktor-faktor

    pertumbuhan hematopoietik dan pemberian steroid anabolik. Pasien yang refrakterdengan pengobatan ATG pertama dapat berespon terhadap siklus imunosupresi ATG

    ulangan. Pada sebuah penelitian, pasien yang refrakter ATG kuda tercapai dengan siklus

    kedua ATG kelinci.

    Pemberian faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik seperti Granulocyte-Colony

    Stimulating Factor (G-CSF) bermanfaat untuk meningkatkan neutrofil akan tetapi

    neutropenia berat akibat anemia aplastik biasanya refrakter. Peningkatan neutrofil oleh

    stimulating faktor ini juga tidak bertahan lama. Faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik

    tidak boleh dipakai sebagai satu-satunya modalitas terapi anemia aplastik. Kombinasi G-

    CSF dengan terapi imunosupresif telah digunakan untuk terapi penyelamatan pada kasus-

    kasus yang refrakter dan pemberiannya yang lama telah dikaitkan dengan pemulihan

    hitung darah pada beberapa pasien. Steroid anabolik seperti androgen dapat merangsang

    produksi eritropoietin dan sel-sel induk sumsum tulang. Androgen terbukti bermanfaat

    untuk anemia aplastk ringan dan pada anemia aplastik berat biasanya tidak bermanfaat.

    Androgen digunakan sebagai terapi penyelamatan untuk pasien yang refrakter terapi

    imunosupresif.

    Transplantasi sumsum tulang :

    Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan utama bagi anak-anak dan dewasa muda dengan anemia aplastik berat. Hindari

    transfusi darah yang berasal dari donor keluarga sendiri pada calon transplantasi sumsum tulang. Hal ini diperlukan untuk mencegah

    reaksi penolakan cangkokan ( graft rejection) karena antibodi yang terbentuk akibat tansfusi. Kriteria respon terapi menurut kelompok

    European Marrow Transplantation (EBMT) adalah sebagai berikut:

    a.

    Remisi komplit j ika bebas transfusi, granulosit sekurang-kurangnya 2000/mm3 dantrombosit sekurang-kurangnya 100.000/mm3.

    b.

    Remisi sebagian jika tidak tergantung pada transfusi, granulosit dibawah 2000/mm3 dan trombosit dibawah 100.000/mm3.

    c.Refrakter jika tidak ada perbaikan.

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    18/19

    18

    KOMPLIKASI

    Anemia dan akibat-akibatnya (karena pembentukannya berkurang)

    Infeksi

    Perdarahan

    PROGNOSIS

    Riwayat alamiah penderita anemia aplastik dapat berupa:

    1. Berakhir dengan remisi sempurna. Hal ini jarang terjadi kecuali jika dikarenakan faktor

    iatrogenik akibat kemoterapi atau radiasi. Remisi sempurna biasanya terjadi segera.

    2. Meninggal dalam 1 tahun. Hal ini terjadi pada sebagian besar kasus.

    3.

    Dapat bertahan hidup selama 20 tahun atau lebih. Kondisi penderita anemia aplastik

    dapat membaik dan bertahan hidup lama, namun masih ditemukan pada kebanyakan

    kasus mengalami remisi tidak sempurna.

    Anemia aplastik 80% meninggal (karena perdarahan atas infeksi). Separuhnya meninggal

    dalam waktu 3-4 bulan setelah diagnosis. Anemia aplastik ringan 50% sembuh sempurna

    atau parsial. Kematian terjadi dalam waktu yang lama.

  • 5/21/2018 Anemia Aplastik 2

    19/19

    19

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi

    dan penurunan selularitas sumsum tulang . anemia aplastik dapat terjadi karena faktor bawaan

    (herediter) atau didapat (aquired).

    Gejala gejala klinik yang tampak pada seorang pasien anemia aplastik merupakan

    tanda-tanda anemia seperi pucat, lemas, berdebar-debar. tanda trombositopenia seperti

    manifestas perdarahan dan tanda-tanda neutropenia demam, nyeri kepala, infeksi.

    Penegakan diagnosis anemia aplastik dibuat berdasarkan gejala klinis berupa panas, pucat,

    perdarahan, tanpa adanya organomegali (hepato splenomegali), adanya gambaran darah tepi

    yang menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. Diagnosis pasti ditentukan dengan

    pemeriksaan biopsi sumsum tulang yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan

    penyokong dan jaringan lemak; aplasia sistem eritropoitik,granulopoitik dan trombopoitik.

    Pemberian terapi secara suportif pada pasien anemia aplastik berupa pengobatan infeksi,

    pemberian transfusi darah, tindakan imunosupresit dan terakhir ransplantasi sumsum tulang

    dengan HLA yang cocok. Prognosis pasien anemia aplastik berat adalah dubia ad malam,

    sedangkan anemia aplastik ringan- sedang prognosisnya lebih baik.

    Saran

    Mengingat masi banyaknya kekurangan dalam penulisan referat ini maka penulis sangat

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca.