Asam Sitrat Pada Sabun

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    1/106

    SKRIPSI

    KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

    DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN

    TRANSPARAN

    Oleh

    DEBBI PURNAMAWATIF34101033

    2006

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    2/106

    DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa

    dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan. Di bawah bimbingan Erliza

    Hambali. 2006.

    RINGKASAN

    Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus

    kimia C12H22O11 (-D-fructofuranosyl--D-glucopyranoside). Secara komersial

    sukrosa umumnya diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum) yang merupakantanaman daerah tropis dan beet (beta vulgaris)yang merupakan tanaman sub-tropis. Sukrosa merupakan senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan mempunyai

    sifat pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency) danpelarutan (solubizing) yang sangat baik.

    Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2-hidroksi1,2,3propana

    trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil proses

    fermentasi. Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil

    (COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan melepaskan

    ion protonnya sehingga terbentuk ion sitrat. Sitrat membuat penyangga yangsangat baik untuk mengendalikan pH. Asam sitrat merupakan senyawa organik

    yang bermanfaat sebagai penyapu logam-logam berat karena dapat membentuk

    suatu kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya

    Sabun merupakan produk perawatan tubuh sehari-hari yang berfungsi

    sebagai pembersih tubuh dari kotoran yang melekat pada kulit. Sabun dengan air

    dapat membersihkan kotoran dari permukaan kulit seperti kotoran minyak,

    keringat, sel-sel kulit yang telah mati dan sisa kosmetik. Sabun transparan

    merupakan sabun mandi berbentuk batang dan memiliki tingkat transparansi

    paling tinggi (berkilau).

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi sukrosa dan asam

    sitrat terbaik serta mengetahui karakteristik dan penerimaan konsumen terhadapproduk sabun transparan yang dihasilkan. Tahapan yang dilakukan pada penelitian

    ini terdiri dari pembuatan sabun transparan, analisis produk, uji organoleptik

    berupa uji kesukaan (uji hedonik) dan analisis finansial. Uji kesukaan dilakukan

    oleh 30 orang panelis agak terlatih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

    rancangan acak lengkap faktorial (3 x 2) dengan dua kali ulangan. Faktor yang

    digunakan adalah konsentrasi sukrosa dan konsentrasi asam sitrat. Konsentrasi

    sukrosa yang digunakan terdiri dari tiga taraf yaitu : 8, 11 dan 13%, sedangkan

    konsentrasi asam sitrat yang digunakan terdiri atas tiga taraf yaitu : 1, 3 dan 5%.

    Hasil analisa keragaman sifat fisiko kimia sabun transparan pada tingkat

    kepercayaan 95% (=0,05) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa

    berpengaruh terhadap analisa kadar air dan zat menguap sabun, jumlah asam

    lemak, kadar alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH, nilai pH, kekerasan dandaya bersih, sedangkan faktor konsentrasi asam sitat berpengaruh terhadap kadar

    alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH, nilai pH, kekerasan dan daya bersih.

    Untuk analisa terhadap alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH, kekerasan dan

    daya bersih menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat

    berpengaruh nyata, sedangkan untuk analisa kadar fraksi tak tersabunkan, bagian

    tak larut dalam alkohol, stabilisasi emulsi dan stabilisasi busa tidak berpengaruh

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    3/106

    nyata. Interaksi antara faktor konsentasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh

    nyata pada kekerasan.

    Pada uji kesukaan (uji hedonik), hasil uji Friedman menunjukkan bahwa

    perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun

    transparan berpengaruh nyata terhadap parameter transparansi, tekstur dan kesan

    kesat pada kulit setelah pemakaian sabun transparan, sedangkan untuk parameterbanyak busa menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat

    pada formulasi sabun transparan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat

    kesukaan konsumen atau dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama

    untuk setiap perlakuan terhadap kedua parameter tersebut.

    Berdasarkan penilaian dengan menggunakan teknik pembobotan,

    konsesntrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5% merupakan konsentrasi terbaik

    untuk pembuatan sabun transparan dengan kadar air dan zat menguap sabun

    24,81%; jumlah asam lemak 33,81%; fraksi tak tersabunkan 5,00%; bagian tak

    larut dalam alkohol 2,90%; alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH 0,11%; nilai

    pH 9,51; stabilitas emulsi 97,95%; stabilitas busa 0,59%; kekerasan produk 3,12

    mm dan daya bersih 118 ftu turbidity.

    Hasil uji kesukaan pada formulasi sabun transparan terbaik menunjukkanbahwa mayoritas panelis menyukai transpansi dengan persentase panelis sebesar

    70%. Mayoritas panelis agak menyukai tekstur dengan persentase panelis sebesar

    36,67%, dan mayoritas panelis memberikan penilaian biasa terhadap banyak busa

    dan kesan kesat dengan persentase panelis masing-masing sebesar 26,67% dan

    33,33%.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    4/106

    DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. The Effect of Sucrose and Citric Acid

    on The Quality of Transparent Soap. Under Erliza Hambali supervision. 2006.

    SUMMARY

    Sucrose, or also is known sugar, is dissacharide with chemical formulaC12H22O11 (-D-fructofuranosyl--D-glucopyranoside). Commercially sucrose is

    produced in tropics and semitropics from the juice of sugar cane (Saccharumofficinarum) and sugar beet (beta vulgaris). Sucrose is an anionic compound infree form and have good function in emulsifying, foaming, detergency and

    solubilizing.

    Citric acid is tricarboxylic hydroxyl (2-hydroxy-1,2,3-propane

    tricarboxylic) that is produced from fruits extracts or fermentation process.

    Acidity of citric acid is caused by three carboxyl unit (COOH), where in a

    solution form, each unit will release proton ion to form citrate ion. Citrate is the

    best buffer to controlling pH. Citric acid is an organic compound that is good as

    chelating agent because can form an inactive complex with iron and other heavy

    metals.Soap is daily personal care product to clean body. Together with water, the

    soap can remove sweat, oil, damage skin cell, and cosmetic residue from the skin.

    Transparent soap is a bar soap with the highest transparency (shiny).

    The research is conducted to obtain the best concentration of sucrose and

    citric acid, according to the characteristics and the consumer preference of that

    soap. The steps of the research are producing the transparent soap, product

    analysis, organoleptic tests and financial analysis. The organoleptic tests are done

    by 30 panelist. The experiment design of the research is factorial random design

    (3 x 2) with two replications. The sucrose concentrations are three degrees, they

    are 8, 11 and 13%. The citric acid concentrations are also three degrees, 1, 3 and

    5%.

    The analysis variant for transparent soap at confidence level of 95%

    (=0,05) has shown that concentration of sucrose has significant effects to

    moisture content, total fatty acid, free alkali degree which counted as NaOH

    degree, pH, hardness and detergency while concentration of citric acid has

    significant effects to free alkali degree which counted as NaOH, pH, hardness and

    detergency. The analysis result of free alkali degree which counted as NaOH,

    hardness and detergency have shown that concentration of sucrose and citric acid

    have a significant effect, while unsaponifiables fraction degree, insoluble matter

    in alcohol, emulsion stability and foam stability have no significant effect.

    Interaction between concentration of sucrose and citric acid has significant effect

    to hardness analysis.

    At hedonic trial, the Friedman test has shown that sucrose and citric acidconcentration in the transparent soap formula has significant effects to the panelist

    acceptance for parameter of transparency, texture and roughness impression after

    using it, while no significant effect for foam quantity.

    The best transparent soap is made from the sucrose concentration of 13%

    and citric acid of 5%. This soap has moisture content obout 24,81%; total fatty

    acid 33,81%; degree of unsaponifiables fraction 5,00%; insoluble matters in

    alcohol 2,90%; the degree of free alkali as sodium hydroxide (NaOH) 0,11%; pH

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    5/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    6/106

    SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :

    KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA DAN ASAM SITRAT

    TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

    adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik,

    kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya.

    Bogor, 2006

    Yang membuat pernyataan,

    Nama : Debbi Purnamawati

    NRP : F34101033

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    7/106

    KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

    DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

    Fakultas Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor

    Oleh

    DEBBI PURNAMAWATI

    F34101033

    2006

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    8/106

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

    DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    DEBBI PURNAMAWATI

    F34101033

    Dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1984

    Tanggal lulus :

    Disetujui,

    Bogor,

    Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi

    Dosen Pembimbing

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    9/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    10/106

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi robbil aalamiin. Segala puji dan syukur penulis

    panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis

    dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

    baiknya. Dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan rasa syukur kepada

    Allah SWT dan ucapan terima kasih kepada :

    1. Papa, Mama dan Bang Dino atas perhatian, pengorbanan, dukungan dan doayang telah diberikan selama ini.

    2. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi selaku Dosen Pembimbing atas pertimbangan danpengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi.

    3. Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, MSi dan Dr. Ir. Endang Warsiki, MT selaku dosenpenguji atas koreksi dan masukannya.

    4. PT. ADEV Prima Mandiri sebagai konsultan agroindustri dan LPPM - IPBSBRC yang telah memberikan bantuannya.

    5. Semua laboran dan staff TIN atas bantuan dan informasi yang telah diberikan.6. All my beloved friends, thanks for all your kindness, dan kepada seluruh

    teman-teman TIN 38 atas bantuan, motivasi dan kebersamaannya.

    selama masa kuliah sampai penelitian dan penyusunan skripsi.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu dalam

    penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

    bermanfaat di kemudian hari. Amiin ya robbal aalamiin.

    Bogor, Desember 2006

    Penulis

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    11/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    12/106

    5.Kadar Alkali Babas yang Dihitung sebagai NaOH.. 286.pH Larutan Sabun. 307.Stabilitas Emulsi.. 318.Stabilitas Busa.. 329.Kekerasan Produk 3310.Daya Bersih 34

    B. Uji Organoleptik. 361.Transparansi.. 372.Tekstur.. 383.Banyak Busa. 404.Kesan Kesat.. 41

    C.

    Pembobotan Hasil Pengamatan 43D. Analisa Kelayakan Usaha Sabun Transparan Konsentrasi

    Sukrosa 13% dan Asam Sitrat 5%.............................................. 44

    1. Biaya Investasi 46

    2. Biaya Operasional 46

    3. Perhitungan Modal.. 47

    4. Harga Pokok Penjualan (HPP) 47

    5. Perhitungan Usaha 48

    6. Analisa Kelayakan 49

    V. KESIMPULAN DAN SARAN 53

    A. Kesimpulan.. 53

    B. Saran. 54

    DAFTAR PUSTAKA. 55

    LAMPIRAN. 58

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    13/106

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Formulasi dasar sabun transparan 7

    Tabel 2. Spesifikasi mutu sabun (SNI 06-3532-1994) 23

    Tabel 3. Penilaian kepentingan setiap parameter fisikokimia dan uji

    hedonik. 44

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    14/106

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Reaksi saponifikasi trigliserida 4

    Gambar 2. Reaksi netralisasi asam lemak.. 4

    Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air 5

    Gambar 4. Struktur kimia sukrosa.. 9

    Gambar 5. Struktur kimia asam sitrat........................................................ 11

    Gambar 6 Macam-masam skala hedonik dengan skala numeriknya 17

    Gambar 7 Diagram alir proses pembuatan sabun transparan... 19

    Gambar 8. Produk sabun transparan yang dihasilkan 22

    Gambar 9. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa danasam sitrat terhadap kadar air dan zat menguap sabun.......... 24

    Gambar 10. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan

    asam sitrat terhadap jumlah asam lemak................................. 26

    Gambar 11. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan

    asam sitrat terhadap kadar alkali bebas yang dihitung

    sebagai NaOH........................................................................ 30

    Gambar 12. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan

    Asam Sitrat terhadap pH ........................................................ 32

    Gambar 13. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan

    asam sitrat terhadap penetrasi jarum penetrometer................ 34

    Gambar 14.Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa

    dan asam sitrat terahadap kekeruhan...................................... 35

    Gambar 15. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

    skala penilaian terhadap transparansi. 38

    Gambar 16. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

    skala penilaian terhadap tekstur. 39

    Gambar 17. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

    skala Penilaian terhadap banyak busa. 41

    Gambar 18. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

    skala penilaian terhadap kesan kesat......... 42

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    15/106

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Formulasi Sabun Ttransparan.. 59

    Lampiran 2. Neraca Massa Pembuatan Sabun Transparan. 60

    Lampiran 3. Analisa Karakteristik Sifat Fisiko Kimia Sabun.. 61

    Lampiran 4. Lembar Uj Kesukaan. 65

    Lampiran 5a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air dan Zat

    Menguap Sabun Transparan (%)... 66

    Lampiran 5b. Hasil Analisis Keragaman Kadar Air dan Zat

    Menguap Sabun Transparan.. 66

    Lampiran 5c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kadar Air dan ZatMenguap Sabun Transparan.. 67

    Lampiran 6a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam

    Lemak Sabun Transparan (%).. 68

    Lampiran 6b. Hasil Analisis Keragaman Jumlah Asam Lemak Sabun

    Transparan 68

    Lampiran 6c. Hasil Uji Lanjut Duncan Jumlah Asam Lemak Sabun

    Transparan 68

    Lampiran 7a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak

    Tersabunkan Sabun Transparan (%).. 69

    Lampiran 7b. Hasil Analisis Keragaman Fraksi Tak

    Tersabunkan SabunTransparan.. 69

    Lampiran 8a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut

    dalam Alkohol Sabun Transparan (%) 70

    Lampiran 8b. Hasil Analisis Keragaman Bagian Tak Larut dalam

    Alkohol Sabun Transparan 70

    Lampiran 9a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Alkali Bebas

    yang Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan (%) 71

    Lampiran 9b. Hasil Analisis Keragaman Alkali Bebas yang

    Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan. 71

    Lampiran 9c. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    16/106

    Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan. 72

    Lampiran 9d. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang

    Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan 72

    Lampiran 10a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis pH Sabun

    Transparan.. 73

    Lampiran 10b.Hasil Analisis Keragaman pH Sabun Transparan.. 73

    Lampiran 10c.Hasil Uji Lanjut Duncan pH Sabun Transparan. 73

    Lampiran 11a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilisasi

    Emulsi Sabun Transparan (%).. 74

    Lampiran 11b. Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Emulsi

    Sabun Transparan. 74

    Lampiran 12a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis StabilisasiBusa Sabun Transparan (%).. 75

    Lampiran 12b.Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Busa Sabun

    Transparan.... 75

    Lampiran 13a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kekerasan

    Sabun Transparan (mm). .. 76

    Lampiran 13b. Hasil Analisis Keragaman Kekerasan Sabun

    Transparan.... 76

    Lampiran 13c.Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

    Transparan. .. 76

    Lampiran 13d.Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

    Transparan.... 77

    Lampiran 14a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis Daya Bersih

    Sabun Transparan (ftu turbidity). 78

    Lampiran 14b Hasil Analisis Keragaman Daya Bersih Sabun

    Transparan.. . 78

    Lampiran 14c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

    Transparan.. . 78

    Lampiran 14d. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

    Transparan.. 79

    Lampiran 15a. Hasil Analisa Fisiko Kimia pada Kontrol Sabun

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    17/106

    Transparan. 80

    Lampiran 15b. Hasil Perhitungan Uji T antara Kontrol dengan

    Perlakuan Sabun Transparan.. 80

    Lampiran 16a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Transparansi

    Sabun Transparan.. 81

    Lampiran 16b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala

    Penilaian terhadap Transparansi Sabun Transparan.. 82

    Lampiran 16c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

    terhadap Transparansi Sabun Transparan.. 82

    Lampiran 17a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Tekstur

    Sabun Transparan.. 84

    Lampiran 17b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan SkalaPenilaian terhadap Tekstur Sabun Transparan.. 85

    Lampiran 17c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

    terhadap Tekstur Sabun Transparan.. 85

    Lampiran 18a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Banyak

    Busa Sabun Transparan.. 87

    Lampiran 18b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala

    Penilaian terhadap Banyak Busa Sabun

    Transparan.. 88

    Lampiran 18c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

    terhadap Banyak Busa Sabun Transparan.. 88

    Lampiran 19a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Kesan

    Kesat Sabun Transparan. 90

    Lampiran 19b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala

    Penilaian terhadap Kesan Kesat Sabun

    Transparan...... 91

    Lampiran 19c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

    terhadap Kesan Kesat Sabun Transparan... 91

    Lampiran 20. Hasil Pembobotan Nilai Kepentingan Parameter

    Fisiko Kimia dan Uji Hedonik.. 93

    Lampiran 21a. Investasi Sabun Transparan. 94

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    18/106

    Lampiran 21b. Biaya Penyusutan Sabun Transparan... 95

    Lampiran 22a. Biaya Operasional Sabun Transparan. 97

    Lampiran 22b. Hitungan Operasional Sabun Transparan 100

    Lampiran 23. Perhitungan Modal Usaha Sabun Transparan. 102

    Lampiran 24. Perhitungan Penentuan Harga Sabun Transparan 103

    Lampiran 25a. Perhitungan Laba-Rugi.... 104

    Lampiran 25b. Perhitungan Aliran Kas.................................................... 106

    Lampiran 26a. Perhitungan BEP.. 108

    Lampiran 26b. Perhitungan Net B/C... 110

    Lampiran 26c. Perhitungan NPV dan Analisa Kelayakan... 111

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    19/106

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANGSeiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

    yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi akan

    berdampak pada peningkatan permintan bahan kebutuhan sehari-hari.

    Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan

    tubuh, seperti sabun mandi.

    Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun mandi

    berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi

    kesehatan kulit. Fungsi kulit sangat penting, sebagai pembungkus tubuhyang dipengaruhi lingkungan luar, misalnya debu, sinar matahari, suhu

    panas atau dingin dan zat kimia yang menempel pada kulit. Kotoran yang

    menempel pada kulit harus dibersihkan agar kulit tetap sehat dan mampu

    melakukan tugasnya dengan baik. Cara yang paling mudah untuk menjaga

    kebersihan kulit yaitu mandi secara teratur dengan menggunakan sabun

    mandi. Sabun dapat membersihkan kotoran minyak, keringat, sel-sel kulit

    mati dan sisa kosmetik.

    Sabun mandi terdiri dari cold-made, opaque dan sabun transparan.Sabun mandi cold-made kurang terkenal, tetapi sabun ini mempunyai

    kemampuan busa baik dalam air garam. Sabun mandi ini biasanya banyak

    digunakan oleh para pelaut. Sabun opaque adalah jenis sabun mandi yang

    biasa digunakan sehari-hari. Sabun transparan atau disebut juga sabun

    gliserin mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sabun

    lain, yaitu mempunyai tampilan yang lebih menarik (berkilau) jika

    dibandingkan dengan jenis sabun lain serta dapat menghasilkan busa lebih

    lembut di kulit (Jungermann, 1979). Sabun jenis ini mempunyai harga

    yang sangat mahal dan hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan menengah

    ke atas.

    Sifat dari sabun tergantung pada jumlah dan komposisi bahan baku

    yang digunakan. Asam lemak berpengaruh signifikan pada warna produk

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    20/106

    akhir. Komposisi asam lemak yang baik untuk pembuatan sabun adalah

    rantai panjang (C12 C18). Rantai C12 C14 memberikan fungsi yang baik

    untuk pembusaan, sedangkan C16 C18 baik untuk kekerasan dan

    deterjensi (Aine, 1996). Pada penelitian ini digunakan asam stearat (C18)

    dan minyak kelapa, karena minyak kelapa banyak mengandung asam

    laurat (C12). Kriteria minyak/lemak yang baik untuk bahan baku sabun

    mandi antara lain minyak/lemak tersebut tidak berbau tengik serta

    memiliki warna cerah yang jernih.

    Sifat sabun juga dipengaruhi oleh bahan baku pendukung, antara lain

    gliserin, yang berperan sebagai humektan. Etanol sebagai pelarut dapat

    membuat sabun menjadi lebih transparan. Dietanolamin (DEA) berfungsi

    untuk menstabilkan busa dan membuat sabun menjadi lebih lembut.Asam sitrat termasuk bahan baku sabun transparan yang penting

    karena dapat mengikat logam-logam yang dapat menimbulkan bau tengik

    pada sabun. Selain itu dapat berfungsi mengatur pH dan sebagai bahan

    pengawet. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, tidak adanya asam sitrat

    sebagai komposisi bahan baku sabun transparan menyebabkan sabun

    memiliki pH tinggi dan bersifat basa. Oleh karena itu, pada penelitian ini

    digunakan variasi konsentrasi asam sitrat yang diharapkan dapat

    menurunkan alkalinitas sabun transparan yang dihasilkan.

    Demikian halnya dengan sukrosa, sukrosa befungsi untuk menambah

    kekerasan dan transparasi sabun. Pada penelitian ini digunakan variasi

    konsentrasi sukrosa untuk mengetahui bagaimana kecenderungan

    kekerasan dan transparansi sabun transparan. Berdasarkan hal tersebut,

    penelitian ini berusaha menemukan komposisi terbaik di antara beberapa

    kombinasi komposisi asam sitrat dan sukrosa sebagai bahan baku

    pembuatan sabun transparan.

    B. TUJUAN PENELITIANTujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui kombinasi konsentrasi terbaik sukrosa dan asam sitratpada pembuatan sabun transparan.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    21/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    22/106

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. SABUN

    Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa

    Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak

    hewani (SNI, 1994). Ditambahkan pula oleh Kirket al. (1954), komponen

    utama pembuatan sabun terdiri dari asam lemak rantai C12 C18 dan garam

    sodium atau potassium. Asam lemak yang berikatan dengan garam sodium

    (NaOH) dikenal dengan nama hard soaps, sedangkan asam lemak yang

    berikatan dengan garam potassium (KOH) dikenal dengan nama soft

    soaps.

    Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan

    proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh

    produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan

    proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi

    karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi

    terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirket al, 1954).

    Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada

    Gambar 1.

    CH2 COOR CH2 OH

    CH COOR + 3NaOH 3 R - COONa + CH OH

    CH2 COOR CH2 OH

    Trigliserida Alkali Sabun Gliserol

    Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Trigliserida

    Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak dapat dilihat pada

    Gambar 2.

    R COOH + NaOH R COONa + H2O

    Asam lemak bebas Alkali Sabun Air

    Gambar 2. Reaksi Netralisasi Asam Lemak

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    23/106

    Menurut SNI (1994), sabun mandi merupakan sabun natrium yang

    umumnya ditambahkan zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan

    tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri

    atas berbagai bentuk seperti berbentuk padat (batang), cair dan gel.

    Menurut Jungermann et al. (1979), sabun mandi batang terdiri dari cold-

    made, opaque dan sabun transparan. Sabun mandi cold-mademempunyai

    kemampuan berbusa dengan baik di dalam air yang mengandung garam

    (air sadah). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi biasa yang berbentuk

    batang dan tidak transparan. Sabun transparan atau disebut juga sabun

    gliserin mempunyai tampilan yang lebih menarik karena transparansinya

    dan menghasilkan busa lebih lembut di kulit.

    Menurut Cavith (2001), molekul sabun terdiri dari rantai karbon,hidrogen dan oksigen yang disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian

    kepala merupakan gugus hidrofilik (rantai karboksil) yang berfungsi untuk

    mengikat air, sedangkan bagian ekor merupakan gugus hidrofobik (rantai

    hidrokarbon) yang berfungsi untuk mengikat kotoran dan minyak.

    O

    CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2

    C

    CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 O

    -

    Na+

    Gugus hidrofobik (lipofilik) gugus

    Hidrofilik

    (lipofobik)

    Gugus CH3 CH3 CH3 CH3hidrofobik

    (CH2)17 (CH2)17 (CH2)17 (CH2)17--------------------------------------------------------------------------------------

    Gugus C C C C

    hidrofilik

    O O- O O- O O- O O-

    air

    -----------------------------------------------------------------------

    Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    24/106

    Jika sabun dilarutkan di dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya

    ditarik ke dalam air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak

    oleh molekul air. Akibatnya, suatu lapisan tipis terbentuk di atas

    permukaan air, dan secara drastis menurunkan tegangan permukaan air

    (Gambar 2). Jika larutan sabun tersebut mengenai sesuatu yang berlemak

    atau berminyak, maka bagian molekul sabun langsung terorientasi. Bagian

    hidrofobik membalut kotoran yang bersifat minyak, sedang bagian

    hidrofilik tetap larut dalam fase air. Dengan gerakan mekanis membilas

    maka minyak dan lemak terdispersi menjadi tetesan-tetesan kecil dan

    molekul sabun tersusun sendiri mengelilingi permukaannya. Tetesan

    lemak atau minyak yang dikelilingi oleh molekul sabun tersebut disebut

    misela. Karena gugus karboksilat dari molekul sabun terproyeksi ke luar,permukaan misela menjadi bermuatan negatif. Seluruh misela menjadi

    larut dalam air dan terbuang bersama air pencuci. Proses pembersihan

    berlangsung dengan menurunkan tegangan permukaan air dan

    mengemulsikan kotoran (Tarigan, 1983).

    B. SABUN TRANSPARAN

    Sabun transparan merupakan sabun yang memilki tingkat

    transparansi paling tinggi. Ia memancarkan cahaya yang menyebar dalam

    bentuk partikel-partikel yang kecil, sehingga obyek yang berada di luar

    sabun akan kelihatan jelas. Obyek dapat terlihat hingga berjarak sampai

    panjang 6 cm (Cavith, 2001).

    Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara berbeda.

    Salah satu metode tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam

    alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang

    kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna dari sabun batangan akhir

    tergantung pada pilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang

    berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna

    sangat kuning (Williams dan Schmitt, 2002).

    Proses tradisional mencakup penghilangan sebagian alkohol dengan

    destilasi dan pencetakan dari sabun cair menjadi blok. Blok tersebut

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    25/106

    dibiarkan hingga tiga bulan sebelum dicetak dan dikemas ke dalam

    penampilan akhirnya. Proses ini dengan sifat alaminya merupakan proses

    yang mahal dan terbatas pada beberapa produk yang sudah dikenal dan ada

    di pasar selama beberapa tahun. Formula dasar untuk tipe sabun transparan

    ditunjukkan Tabel 1.

    Tabel 1. Formulasi Dasar Sabun Transparan

    Bahan Komposisi (% berat)

    Asam stearat 8

    Minyak kelapa 20

    Natrium hidroksida 30% 22

    Gliserin 13

    Ethanol 15

    Sukrosa 11

    DEA 3

    Natrium klorida 0,2

    Asam sitrat 3

    Air 4,5

    Sumber : Cognis (2003)

    Metode produksi sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak

    dan persiapan air utuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua

    fase ini bereaksi dengan larutan beralkohol dari kaustik soda dibawah

    pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini kemudian siap

    untuk diberi warna dan wewangian. Setelah pewarnaan dan pewangian,

    sabun akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan

    mengeras sebelum dikemas (Williams dan Schmitt, 2002).

    Berikut penjelasan mengenai bahan baku yang digunakan pada

    pembuatan sabun transparan :

    1. Asam stearatAsam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade

    dan Weller, 1994). Asam stearat memilki atom karbon C18 yang

    merupakan asam lemak jenuh dan berperan dalam memberikan

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    26/106

    konsistensi dan kekerasan pada produk (Mitsui, 1997). Asam stearat

    mempunyai titik cair pada suhu 69,40C (Ketaren, 1986).

    2. Minyak kelapaMenurut Cavith (2001), minyak kelapa diperoleh dari kopra yaitu

    daging buah kelapa yang sudah dikeringkan. Minyak kelapa

    mengandung asam laurat C12 yang berperan dalam proses

    pembentukan sabun dan pembusaan (Mitsui, 1997).

    3. Natrium hidroksida (NaOH)NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat

    korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus.

    NaOH berbentuk butiran padat berwarna putih dan memilki sifat

    higroskopis (Wade dan Weller, 1994). Ion Na

    +

    dari NaOH bereaksidengan asam lemak membentuk sabun (Cavith, 2001).

    4. GliserinGliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa

    manis. Gliserin diperoleh dari hasil samping proses pembuatan sabun

    atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun

    transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi

    dalam pembentukan struktur transparan (Mitsui, 1997).

    5. Asam sitratAsam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat yang diperoleh dari

    ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. (Wertheim dan

    Jeskey, 1956). Asam sitrat berfungsi untuk menurunkan nilai pH (Kirk

    et al., 1954).

    6. Dietanolamida (DEA)DEA berbasis minyak kelapa merupakan DEA terpopuler

    walaupun efek pengentalannya berkurang dengan adanya gliserol.

    Harganya relatif murah dan mudah ditangani dibandingkan dengan

    amida-amida murni berbasis metil ester (William san Schmitt, 2002).

    DEA dalam statu formula sedan kosmetika berfungsi sebagai surfaktan

    dan sebagai zat penstabil busa (Wade dan Weller, 1994).

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    27/106

    7. Natrium klorida (NaCl)NaCl berbentuk butiran berwarna putih (Wade dan Weller, 1994).

    Pada formulasi sabun transparan, NaCl berfungsi sebagai elektrolit

    (Cognis, 2003).

    C. SUKROSA

    Sukrosa merupakan senyawa nonionik dan mempunyai sifat

    pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency),

    dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik (Gupta et al., 1985).

    Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan

    rumus kimia C12H22O11 (-D-fructofuranosyl--D-glucopyranoside) yang

    mempunyai berat molekul 342,3. Sukrosa merupakan salah satu disakarida

    yang ditemukan dalam bentuk bebas (tidak berikatan dengan senyawa lain)

    di dalam tanaman. Secara komersial, sukrosa umumnya diperoleh dari tebu

    (Saccharum officinarum) yang nerupakan tanaman daerah tropis dan beet

    (beta vulgarisyang merupakan tanaman sub-tropis (Paryanto, 1999).

    Gula tebu (cane sugar) merupakan nama lain non teknik untuk

    sukrosa. Sukrosa termasuk gula non reduksi, sehingga tidak mereduksi

    larutan Fehling menjadi Cu(I)O atau larutan perak nitrat menjadi perak.

    Sukrosa tersusun dari dua molekul monosakarida, yaitu glukosa dan

    fruktosa.

    Gambar 4. Struktur kimia sukrosa (www.wikipedia.org)

    Purwono (2003) menjelaskan bahwa tujuan utama penanaman tebu

    adalah untuk memperoleh hasil hablur yang tinggi. Hablur adalah gula

    sukrosa yang dikristalkan. Dalam sistem produksi gula, pembentukan gula

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    28/106

    terjadi di dalam proses metabolisme tanaman dan proses ini terjadi di

    lapangan (on farm).

    Sukrosa mempunyai nilai ekonomis karena rasa manis dan

    kemurniannya. Di samping untuk dikonsumsi langsung, sukrosa

    mempunyai potensi menjadi bahan baku untuk produksi bahan kimia

    lainnnya (Paryanto, 1999).

    Menurut Nuryanto (1997), sukrosa mempunyai sifat non-toksik,

    tidak berbau dan tidak berasa, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan

    apabila dicampurkan dengan bahan lain akan terhidrolisa ke dalam bentuk

    normal produk makanan. Tidak seperti kebanyakan surfaktan, sukrosa juga

    merupakan emulsifier yang baik dan mempunyai performa yang baik

    sebagai deterjen bila digunakan secara sendirian atau dicampur dengansurfaktan anionik. Pada umumnya sukrosa diaplikasikan sebagai surfaktan

    untuk produk-produk kosmetika seperti cream, lotion, sabun dan

    sebagainya.

    Karena karakteristik sabun transparan yang hampir mirip dengan

    sabun konvensional, kecuali berbeda pada tingkat transparasinya, maka

    sukrosa bisa dipakai sebagai bahan aktif pada pembuatan sabun trasparan.

    Ditambahkan pula oleh Mitsui (1997), sukrosa berfungsi sebagai

    humektan, sehingga dengan adanya sukrosa akan membuat sabun

    transparan tidak hanya tampak menarik, tetapi juga dapat merawat kulit

    dengan baik dan sangat lembut.

    D. ASAM SITRAT

    Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2 hidroksi 1, 2, 3

    propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau

    hasil proses fermentasi. Asam sitrat merupakan senyawa organik yang

    pertama kali diisolasi dan dikristalkan oleh Scheele pada tahun 1784 dari

    sari buah jeruk kemudian dibuat secara komersial pada tahun 1860 di

    Inggris (Wertheim dan Jeskey, 1956). Struktur kimia asam sitrat seperti

    terlihat pada Gambar 6 berikut ini:

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    29/106

    Gambar 5. Struktur kimia asam sitrat (www.wikipedia.com)

    Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil

    (COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan

    melepaskan ion protonnya. Jika ini terjadi maka akan terbentuk ion sitrat.

    Sitrat membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH.

    Pada suhu kamar, asam sitrat berbentuk bubuk kristal putih terdiri

    dari asam sitrat yang tidak berair (anhydrous) atau sebagai monohydrate

    (satu molekul air dalam setiap molekul asam sitrat). Asam sitrat anhydrous

    mengkristal dari air panas sedangkan monohydrate dikristalkan dari air

    dingin. Asam sitrat monohydrate dapat dikonversi menjadi anhydrous

    melalui pemanasan di atas 740C (www.wikipedia.org).

    Asam sitrat (C6H

    8O

    7) memiliki kelarutan dalam air 163 gram dalam

    199 ml air (Kirket al., 1954). Dalam industri, asam sitrat paling banyak

    digunakan dalam industri pangan (60%), farmasi (16%), kulit dan industri

    sejenisnya (5%), kosmetika (3%), serta industri lainnya (1%).

    Menurut Swern (1982), kontaminasi logam dalam lemak dan minyak

    diduga berada di dalam bentuk sabun logam. Metode yang umum dipakai

    untuk menyingkirkan kontaminasi logam, yang khususnya bermanfaat

    sebagai proses tambahan pada deodorisasi adalah dengan memanfaatkan

    senyawa yang disebut penyapu logam yang dapat membentuk suatukompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya. Senyawa

    yang dikenal di mancanegara selama bertahun-tahun sebagai penyapu

    logam tersebut adalah senyawa-senyawa asam seperti asam fosfat dan

    asam organik (sitrat dan tartarat).

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    30/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    31/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    32/106

    mempunyai pengalaman luas akan komoditi tertentu. Penggunaan panel

    pencicip terbatas dapat mengurangi faktor kecenderungan (bias) dalam

    menilai rasa suatu komoditi. Dalam mengambil keputusan dilakukan

    secara musyawarah diantara anggota.

    3.Panel terlatihAnggota panel terlatih yaitu antara 15 25 orang. Tingkat

    kepekaan yang diharapkan tidak perlu setinggi panel pencicip terbatas.

    Untuk menjadi anggota panel ini perlu diseleksi dan yang terpilih

    kemudian dilatih. Panel terlatih ini juga berfungsi sebagai alat analisa,

    dan pengujian-pengujian yang dilakukan biasanya terbatas pada

    kemampuan membedakan.

    4.Panel tak terlatih

    Jika panel terlatih biasanya untuk menguji pembedaan (different

    test), maka panel tak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan

    (preference test). Pemilihan anggota dilakukan bukan terhadap

    kepekaan calon anggota tetapi pemilihan itu lebih mengutamakan segi

    sosial seperti latar belakang pendidikan, asal daerah ekonomi, dalam

    masyarakat dan sebagainya.

    5.Panel konsumenPanel ini biasanya mempunyai anggota yang besar jumlahnya dari

    30 sampai 1000 orang. Pengujiannya biasanya mengenai uji kesukaan

    (preference test) dan dilakukan sebelum pengujian pasar. Hasil uji

    kesukaan dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu jenis

    komoditi dapat diterima oleh masyarakat.

    6.Panel agak terlatihPanel ini tidak dipilih menurut prosedur pemilihan panel terlatih,

    tetapi juga tidak diambil dari orang-orang awam yang tidak tahu

    menahu mengenai sifat-sifat sensorik dan penilaian organoleptik.

    Panelis dalam kategori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh

    yang dinilai karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan.

    Termasuk dalam kategori panel agak terlatih adalah sekelompok

    mahasiswa dan atau staf peneliti yang dijadikan panelis secara musiman

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    33/106

    atau hanya kadang-kadang. Panelis pada panel agak terlatih dipilih

    berdasarkan kepekaan dan keandalan penilaian. Jumlahnya berkisar

    antara 15 25 orang.

    Pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa

    kelompok. Cara yang paling populer adalah kelompok pengujian

    pembedaan (different test) dan kelompok pengujian pemilihan (preferance

    test). Disamping dua kelompok pengujian tersebut dikenal juga pengujian

    skalar dan pengujian deskripsi. Jika kedua pengujian pertama banyak

    digunakan dalam penelitian, analisa proses dan penilaian hasil akhir maka

    dua kelompok pengujian terakhir ini banyak digunakan dalam pengawasan

    mutu (quality control). Diluar 4 kelompok pengujian itu masih ada uji-uji

    sensorik lain termasuk disini adalah uji konsumen.Kelompok pengujian pemilihan disebut juga dengan pengujian

    penerimaan (acceptance test). Uji penerimaan menyangkut penilaian

    seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan

    orang menyenangi. Dalam kelompok uji penerimaan ini termasuk uji

    kesukaan (hedonik) dan uji mutu hedonik.

    Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis

    diminta untuk memberikan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

    sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan

    senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat

    kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala

    hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang

    dikehendaki. Gambar 6 menunjukkan contoh-contoh skala hedonik dengan

    berbagai rintangan.

    Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala

    numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data

    numerik ini dapat dilakukan analisa-analisa statistik.

    Dengan adanya skala hedonik secara tidak langsung juga dapat

    digunakan untuk mengetahui perbedaan. Karena hal ini, maka uji hedonik

    paling sering digunakan untuk menilai secara organoleptik terhadap

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    34/106

    komoditi sejenis atau produk pengembangan serta menilai hasil akhir

    produksi.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    35/106

    Skala hedonik Skala

    numerik

    Skala hedonik Skala

    numerik

    Skala hedonik Skala

    numerik

    Amat sangat

    suka

    Sangat suka

    Suka

    Agak suka

    Netral

    Agak tidak

    suka

    Tidak suka

    Sangat tidaksuka

    Amat sangat

    tidak ssuka

    9 SKALA

    HEDONIK

    9

    8

    7

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    Amat sangat

    suka

    Sangat suka

    Suka

    Agak suka

    Netral

    Tidak suka

    6 SKALA

    HEDONIK

    5

    4

    3

    2

    1

    0

    Amat sangat

    suka

    Sangat suka

    Suka

    Agak suka

    Agak tidak

    suka

    Tidak suka

    Sangat tidak

    suka

    7 SKALA

    HEDONIK

    7

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    Gambar 6. Macam-macam skala hedonik dengan skala numeriknya (Soewarno,

    1981)

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    36/106

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. BAHAN DAN ALAT

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam stearat,

    minyak kelapa, NaOH 30%, gliserin, etanol 70%, sukrosa, Coco DEA, NaCl,

    asam sitrat, air serta bahan-bahan lain untuk analisis.

    Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas piala,

    spatula,pengaduk dan pemanas (hot plate stirrer), timbangan, thermometer,

    cetakan serta alat-alat lain untuk analisis.

    B. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) persiapan bahan,

    (2) pembuatan sabun transparan dan (3) analisis produk akhir.

    1. Persiapan Bahan

    Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan untuk proses pembuatan

    sabun transparan dengan berbagai variasi konsentrasi asam sitrat (1, 3, 5)%

    dan sukrosa (8, 11, 13)% sebagai bahan baku penyusunnya. Mula-mula

    dilakukan penimbangan bahan baku berdasarkan formula pembuatan sabun

    transparan yang digunakan (Lampiran 1).

    2. Pembuatan Sabun Transparan

    Pada tahap ini sabun dibuat dengan mencairkan asam stearat

    kemudian dicampurkan dengan minyak kelapa pada suhu 70 - 800C sambil

    diaduk. Setelah homogen, ditambahkan NaOH 30%, sehingga terbentuk

    stok sabun. Selanjutnya ditambahkan bahan-bahan pendukung yaitu

    ethanol, gliserin, sukrosa, asam sitrat, DEA, NaCl dan air sehingga

    terbentuk sabun transparan. Diagram alir proses pembuatan sabun

    transparan dapat dilihat pada Gambar 7 dan neraca massa disajikan pada

    Lampiran 2.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    37/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    38/106

    tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol, alkali bebas, pH, stabilisasi

    busa, stabilisasi emulsi, kekerasan dan daya bersih. Sedangkan sifat fisik

    yang diamati adalah tingkat kekerasan yang diukur dengan menggunakan

    alat penetrometer.

    b. Uji Organoleptik

    Uji organoleptik pada produk sabun transparan dilakukan untuk

    mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap transparasi, tekstur,

    banyak busa, dan kesan pada kulit setelah pemakaian sabun transparan.

    Uji ini menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 30 orang dengan

    skala 1 5. Skala penilaian yang diberikan yaitu (1) tidak suka, (2) agak

    tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, (5) suka. Analisis data untuk uji

    organoleptik dilakukan dengan metode statistik non parametrik

    menggunakan uji Friedmann.

    c. Analisa Kelayakan Usaha Sabun Transparan

    Analisa kelayakan sabun transparan menggunakan indikator

    kelayakan berupa analisis titik impas (break event point), net B/C (net

    benefit cash ratio), nilai bersih sekarang (net present value) dan waktu

    pengembalian modal (payback period).

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    39/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    40/106

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. ANALSIS PENGARUH SUKROSA DAN ASAM SITRAT TERHADAP

    PARAMETER MUTU SABUN

    Produk sabun transparan yang dihasilkan merupakan hasil dari

    formulasi sabun transparan berdasarkan modifikasi metode Cognis (2003)

    dengan kombinasi variasi konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%) dan variasi

    konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%). Produk sabun transparan yang

    dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Produk sabun transparan yang dihasilkan

    Karakteristik sabun transparan yang dihasilkan disesuaikan

    menurut spesifikasi mutu yang terdapat dalam SNI 06-3532-1994 dengan

    parameter kadar air dan zat menguap sabun, jumlah asam lemak, kadar fraksi

    tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alcohol, kadar alkali bebas yang

    dihitung sebagai NaOH, pH, stabilitas emulsi, stabilitas busa, kekerasan dan

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    41/106

    daya bersih. Karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui sifar fisik dan kimia

    sabun transparan yang dihasilkan serta untuk mengetahui kesesuaian produk

    sabun transparan yang dihasilkan dengan Standar Nasional Indonesia Sabun

    Mandi. Spesifikasi persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994

    dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Spesifikasi Mutu Sabun (SNI 06-3532-1994)

    No Jenis Uji Persyaratan Mutu

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Kadar air dan zat menguap pada 1050C (b/b; %)

    Jumlah asam lemak (b/b; %)

    Kadar fraksi tak tersabunkan (b/b; %)

    Bagian tak larut dalam alkohol (b/b; %)

    Alkali bebas dihitung sebagai NaOH (b/b; %)

    Minyak mineral

    Maks 15

    Min 70

    Maks 2,5

    Maks 2,5

    Maks 0,1

    - (negatif)

    Sumber : BSN (1994)

    1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun

    Analisis ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar air dan zat

    yang menguap dalam sabun. Banyaknya air yang ditambahkan pada produk

    sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan.

    Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin

    mudah menyusut atau habis pada saat digunakan (Spitz, 1996).

    Kandungan zat menguap dalam produk sabun transparan berasal dari

    bahan penyusunnya yang bersifat volatile atau mudah menguap, dapat pula

    berasal dari hasil lanjut reaksi oksidasi asam lemak yang terdapat dalam sabun

    transparan. Menurut Ketaren (1986), proses oksidasi dapat berlangsung bila

    terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Oksidasi

    biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat

    selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi

    hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.

    Senyawa aldehid dan keton yang dihasilkan dari lanjutan reaksi oksidasi ini

    memiliki sifat mudah menguap seperti alkohol.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    42/106

    811

    13

    1

    3

    5

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    KadarAird

    anZat

    MenguapSabun(%)

    Konsentrasi Sukrosa (%)

    Konsentrasi

    Asam Si trat

    (%)

    Gambar 9. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat

    terhadap Kadar Air dan Zat Menguap Sabun

    Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa kadar air dan zat menguap sabun

    transparan menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Nilai kadar air sabun

    transparan tertinggi diperoleh dari perlakuan konsentrasi sukrosa 8% dan

    konsentrasi asam sitrat 1% sebesar 32,48%, dan kadar air terendah pada

    perlakuan konsentrasi sukrosa 13% dan konsentrasi asam sitrat 5% sebesar

    24,81%. Nilai kadar air yang diperoleh berada diatas batas maksimum kadar

    air menurut SNI. Hal ini berarti sabun transparan yang dihasilkan cukup lunak.

    Meskipun kurang efisien dalam penggunaannya karena sabun lebih mudah

    larut dalam air sehingga cepat habis, namun dengan kondisi batang sabun

    yang cukup lunak memberikan kemudahan dalam proses pembuatan dan

    pengemasan sabun karena tidak mudah patah atau hancur. Analisa kadar air

    dan zat menguap sabun juga dilakukan pada sabun komersial merk Deo

    sebagai pembanding, yaitu sebesar 22,42%.

    Hasil analisis keragaman terhadap kadar air menunjukkan bahwa

    faktor konsentrasi sukrosa berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

    ( = 0,05), sedangkan faktor konsentrasi asam sitrat dan interaksi antara

    konsentrasi sukrosa dan asam sitrat menunjukkan tidak berbeda nyata.

    Uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh perlakuan antara

    konsentrasi sukrosa 13 dan 11% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi

    tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa 8%. Sukrosa mudah larut

    dalam air. Semakin tinggi suhu maka makin tinggi daya larutnya. Kelarutan

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    43/106

    sukrosa juga dipengaruhi oleh zat lain yang terlarut dalam air, serta sifat zat

    tersebut. Berdasarkan formulasi sabun transparan yang dihasilkan, jumlah air

    yang ditambahkan semakin sedikit seiring dengan semakin tinggi konsentrasi

    sukrosa yang digunakan, karena itu jumlah air dan zat menguap yang

    terkandung dalam sabun transparan semakin rendah. Hasil analisa keragaman

    dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 5.

    2. Jumlah Asam Lemak

    Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis trigliserida

    (William dan Schmitt, 2002). Pengukuran jumlah asam lemak dilakukan untuk

    mengetahui jumlah asam lemak yang terdapat dalam sabun dengan memutus

    ikatan antara asam lemak dengan Na pada sabun menggunakan asam kuatHCl:

    RCOONa + HCl RCOOH + NaCl

    Sabun Natrium Asam Klorida Asam Lemak Garam

    Banyaknya ml asam lemak diketahui dengan membaca skala yang

    tertera pada labu cassia. Jumlah asam lemak ditetapkan dengan membagi ml

    asam lemak yang sebelumnya dikalikan dengan 0,84 (BD asam lemak pada

    1000

    C) dengan banyaknya sampel yang digunakan.Asam lemak yang terkandung oleh sabun transparan ini berasal dari

    asam stearat dan asam laurat yang merupakan asam lemak dominan yang

    terdapat dalam minyak kelapa. Baik asam stearat maupun laurat merupakan

    asam lemak jenuh yaitu asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap.

    Asam lemak yang tidak memilki ikatan rangkap memiliki titik cair yang lebih

    tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang mengandung banyak ikatan

    rangkap sehingga asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu

    ruang. Berdasarkan hal tersebut maka asam lemak jenuh dapat digunakan pada

    pembuatan sabun batang.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    44/106

    811

    13

    1

    3

    5

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    34

    JumlahAsam

    Lemak(%)

    Konsentrasi Sukrosa (%)

    Konsentrasi

    Asam Si trat

    (%)

    Gambar 10. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat

    terhadap Jumlah Asam Lemak

    Menurut SNI (1994), jumlah asam lemak sabun minimal sebesar 70%.

    Berdasarkan hasil analisis, rata-rata jumlah asam lemak pada sabun transparan

    berkisar antara 28,38 38,81%. Data hasil analisis jumlah asam lemak dapat

    dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan hasil analisa keragaman jumlah asam

    lemak (Lampiran 6b) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa

    berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), sedangkan faktor

    konsentrasi asam sitrat dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan asam sitrat

    menunjukkan tidak berbeda nyata.

    Uji lanjut Duncan (Lampiran 6c) memperlihatkan bahwa pengaruhperlakuan antara konsentrasi sukrosa 8 dan 11% tidak berbeda nyata dan

    kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa 13%.

    Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka semakin besar jumlah asam lemak

    yang terdapat dalam sabun transparan.

    Bila larutan disakarida dipanaskan dengan larutan asam kuat maka

    akan terjadi hidrolisis yang mengakibatkan disakarida membentuk dua

    molekul monosakarida (heksosa). Menurut Tjokroadikoesoemo (1986),

    setelah dihidrolisis maka sifat-sifat gula perduksi dari masing-masing

    komponen monosakarida tersebut timbul kembali. Gula pereduksi bersifat

    aktif sehingga dapat menghambat terjadinya pembentukan sabun dari asam

    lemak. Hal ini mengakibatkan jumlah asam lemak semakin meningkat.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    45/106

    Analisa jumlah asam lemak juga dilakukan pada sabun komersial merk Deo

    sebagai pembanding, yaitu sebesar 52,08%.

    3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan

    Kadar fraksi tak tersabunkan merupakan jumlah komponen yang tidak

    tersabunkan karena tidak bereaksi dengan senyawa alkali (Natrium) namun

    dapat larut dalam minyak pada saat pembuatan sabun. Adanya fraksi tak

    tersabunkan dapat menurunkan kemampuan membersihkan (deterjensi) pada

    sabun (Spitz, 1996). Ketaren (1986) menambahkan bahwa senyawa-senyawa

    yang larut dalam minyak dan tidak dapat disabunkan dengan soda alkali

    termasuk di dalamnya yaitu sterol, zat warna dan hidrokarbon.

    Menurut SNI (1994), kadar fraksi tak tersabunkan yang terdapat padasabun maksimum sebesar 2,5%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

    kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun transparan berkisar antara 0,46

    8,72%. Kadar fraksi tak tersabunkan sabun transparan sebagian besar belum

    memenuhi kriteria mutu kadar fraksi tak tersabunkan sabun menurut SNI.

    Analisa kadar fraksi tak tersabunkan juga dilakukan pada sabun komersial merk

    Deo sebagai pembanding, yaitu sebesar 0,78%.

    Hasil analisa keragaman (Lampiran 7) terhadap kadar fraksi tak

    tersabunkan menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa, konsentrasi asam

    sitrat dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan

    95% ( = 0,05).

    Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH (soda alkali) harus

    dilakukan dengan jumlah yang tepat. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu

    pekat atau jumlahnya berlebih, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan

    trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi mamberikan pengaruh negatif

    yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya, apabila NaOH yang ditambahkan terlalu

    encer atau jumlahnya terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan

    mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak bebas pada sabun

    mengganggu proses emulsi dan kotoran pada saat sabun digunakan (Kamikaze,

    2002).

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    46/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    47/106

    5. Kadar Alkali Bebas yang Dihitung sebagai Kadar NaOH

    Alkali bebas merupakan alkali yang tidak terikat sebagai senyawa pada

    saat pembuatan sabun. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan alkali

    yang berlebihan pada saat proses penyabunan. Menurut SNI (1994), kelebihan

    alkali dalam sabun natrium tidak boleh melebihi 0,1% karena alkali bersifat

    keras dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

    Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

    kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH berada dalam kisaran

    0,11 0,70%. Pada perlakuan sukrosa 11 dan 8% dengan asam sitrat 5%

    memilki kadar alkali bebas yang negatif, artinya sabun transparan yang

    dihasilkan tidak kelebihan basa, melainkan memiliki asam lemak yang

    berlebihan. Hal ini juga dapat dilihat pada saat melakukan analisis awal, dimanasabun yang berubah warna menjadi merah muda setelah ditetesi phenolphtalein

    menandakan bahwa sabun tersebut kelebihan basa, maka dilakukan pengujian

    alkali bebas. Namun apabila tidak terjadi perubahan warna berarti sabun

    kelebihan asam maka dilakukan pengujian asam lemak bebas. Asam lemak

    bebas sabun transparan pada perlakuan sukrosa 8% dengan asam sitrat 5%

    sebesar 0,27% dan pada perlakuan sukrosa 11% dengan asam sitrat 5% sebesar

    0,135%

    8 1113

    1

    3

    5

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    KadarAlkaliBebasyang

    DihitungsebagaiNaOH(%)

    Konsentrasi Sukrosa (%)

    Konsentrasi

    Asam Sitra t

    (%)

    Gambar 11. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat

    terhadap Kadar Alkali Bebas yang Dihitung sebagai NaOH

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    48/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    49/106

    dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997). Ditambahkan oleh

    Jellinek (1970), mencuci tangan dengan sabun akan membuat nilai kulit pH

    meningkat untuk sementara, tetapi kenaikan pH pada kulit tidak akan melebihi

    7.

    Kriteria mutu nilai pH menurut ASTM (2001) berkisar antara 9 11.

    Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan seperti terlihat pada Gambar 12,

    nilai pH sabun transparan yang dihasilkan berkisar antara 9,53 10,24. Nilai

    pH ini telah memenuhi kriteria mutu ASTM. Analisa nilai pH juga dilakukan

    pada sabun komersial merk Deo sebagai pembanding, yaitu sebesar 10,01.

    Hasil analisa keragaman terhadap nilai pH larutan sabun transparan

    (Lampiran 10b) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi asam sitrat

    berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), sedangkan faktorkonsentrasi sukrosa dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan asam sitrat

    menunjukkan tidak berbeda nyata.

    811

    13

    1

    3

    5

    9

    9.2

    9.4

    9.6

    9.8

    10

    10.2

    10.4

    pHLarutanSabun

    Konsentasi Sukrosa (%)

    Konsentrasi

    Asam Sitrat (%)

    Gambar 12. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat

    terhadap pH

    Uji lanjut Duncan (Lampiran 10c) memperlihatkan bahwa antar

    konsentrasi asam sitrat menunjukkan berbeda nyata. Asam sitrat merupakan

    asam karboksilat dan bersifat asam karena asam sitrat mengandung gugus

    karboksil yang dapat mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat

    dan proton. sehingga asam sitrat mampu mennurunkan nilai pH suatu zat.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    50/106

    Semakin tinggi konsentrasi asam sitrat maka semakin rendah nilai pH karutan

    sabun.

    7. Stabilitas Emulsi

    Stabilitas atau kestabilan emulsi merupakan salah satu parameter

    penting terhadap mutu sabun transparan. Stabilitas emulsi sabun merupakan

    kekuatan sistem emulsi sabun dalam mempertahankan kestabilannya dalam

    berbagai kondisi. Stabilitas emulsi dapat diamati dari perubahan fisik sabun

    selama disimpan dalam jangka waktu dan kondisi tertentu.

    Menurut Suryani, et al. (2002), sabun padat termasuk dalam tipe w/o.

    Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan

    warna dan memiliki konsistensi tetap. Berdasarkan analisis yang telah

    dilakukan dapat diketahui bahwa stabilitas emulsi sabun transparan yangdihasilkan berada dalam kisaran 96,68 98,06%. Data hasil analisis stabilitas

    emulsi dapat dilihat pada Lampiran 11a.

    Berdasarkan hasil analisa keragaman (Lampiran 11b) terhadap sabun

    transparan menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan asam sitrat tidak

    berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Asam sitrat tidak

    memiliki tegangan permukaan yang aktif. Stabilitas emulsi dalam sabun

    transparan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah asam lemak yang terkandung

    dalam sabun. Stabilitas amulsi sabun transparan juga dipengaruhi oleh

    banyaknya kadar air dan adanya bahan dasar yang bersifat higroskopis, seperti

    gliserin dan sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang tidak terlalu tinggi tidak

    memberikan banyak pengaruh terhadap stabilitas emulsi.

    8. Stabilitas Busa

    Hasil analisis stabilisasi busa sabun transparan menunjukkan kisaran

    0,34 0,87% (Lampiran 12a). Berdasarkan hasil analisa keragaman terhadap

    stabilitas busa sabun transparan menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan

    konsentrasi asam sitrat tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

    ( = 0,05). Hasil analisa keragaman dapat dilihat pada Lampiran 12b.

    Busa dapat stabil dengan adanya zat pembusa. Zat pembusa bekerja

    untuk menjaga agar busa tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    51/106

    molekul gas terdispersi dalam cairan. Larutan-larutan yang mengandung bahan

    aktif permukaan akan menghasilkan busa yang stabil bila dicampur dengan air.

    Sukrosa maupun asam sitrat tidak mengandung bahan-bahan aktif permukaan

    sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap kestabilan busa.

    9. Kekerasan Produk

    Kekerasan didefinisikan sebagai kekuatan per gaya yang diperlukan

    untuk mencapai perubahan bentuk. Pengukuran tingkat kekerasan terhadap

    sabun transparan yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan alat yang

    disebut penetrometer. Kekerasan suatu bahan diukur dengan menjatuhkan

    sebuah jarum ke dalam benda tersebut (www.yourdictionary.com, 2004). Hasil

    pengukuran kekerasan bahan didapat dengan membaca skala penetrometer yangdinyatakan dalam sepersepuluh milimeter. Semakin dalam penetrasi jarum

    maka hasil pengukuran semakin besar, berarti sampel tersebut semakin lunak.

    Kekerasan sabun transparan dipengaruhi oleh asam lemak jenuh yang

    digunakan pada pembuatan sabun transparan. Asam lemak jenuh merupakan

    asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap tetapi memiliki titik cair yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap.

    Asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang sehingga baik

    digunakan pada pambuatan sabun transparan.

    811

    13

    1

    35

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    PenetrasiJarum

    P

    enetrometer(mm)

    Konsentrasi Sukrosa (%)

    Konsentrasi

    Asam Sitra t (%)

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    52/106

    Gambar 13. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat

    terhadap Penetrasi Jarum Penetrometer

    Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata penetrasi jarum

    penetrometer sabun transparan berkisar antara 1,71 4,48 mm. Hasil analisa

    keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa, konsentrasi asam sitrat

    dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata pada tingkat

    kepercayaan 95% ( = 0,05). Hasil analisa keragaman dapat dilihat pada

    Lampiran 13b.

    Uji Lanjut Duncan pada faktor konsentrasi sukrosa menunjukkan bahwa

    setiap taraf konsentrasi menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

    kekerasan sabun transparan dengan kecenderungan kemampuan jarum

    melakukan penetrasi ke dalam sampel semakin menurun seiring dengan

    peningkatan konsentrasi sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak

    konsentrasi sukrosa yang ditambahkan maka sabun transparan yang dihasilkan

    semakin keras. Titik cair sukrosa sekitar 185 186oC. Pada proses

    pembentukan sabun transparan dari bentuk cairan stok sabun menjadi hard

    soap maka dilakukan penurunan suhu. Apabila penurunan suhu tersebut sampai

    di bawah titik cair sukrosa, maka mula-mula terbentuk keadaan amorph (tidak

    berbentuk) kemudian viskositas makin kecil dan terbentuk benda seperti gelas.

    Uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi asam sitrat terhadap

    kekerasan sabun transparan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan antara

    konsentrasi asam sitrat 1 dan 3% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi

    tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi asam sitrat 5%. Semakin tinggi

    konsentrasi asam sitrat maka semakin besar nilai penetrasi jarum penetrometer

    sehingga sabun yang dihasilkan semakin lunak. Asam sitrat merupakan asam

    karboksilat jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap sehingga titik cairnya

    rendah. Pada proses pembuatan sabun, peningkatan suhu menyebabkansemakin cepat pencairan asam sitrat sehingga sabun yang dihasilkan semakin

    lunak.

    Pengaruh perlakuan faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat

    mengalami kecenderungan yang berkebalikan. Hal ini disebabkan karena

    perbedaan sifat titik cair antara kedua senyawa tersebut.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    53/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    54/106

    konsentrasi asam sitrat 1 dan 3% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi

    tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi asam sitrat 5%. Semakin tinggi

    konsentrasi asam sitrat maka semakin besar nilai kekeruhan pada sabun

    transparan yang dihasilkan.

    Sabun transparan mengandung sukrosa yang merupakan senyawa

    karbohidat dan bersifat polar, demikian juga dengan asam sitrat. Asam sitrat

    mengandung gugus karboksil yang bersifat polar. Pada saat terjadi mekanisme

    pembersihan sabun, ujung molekul yang bersifat polar ini akan berikatan

    dengan air. Bagian ini berperan mengendorkan kotoran dari kain dan

    mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel pada kain.

    Akibatnya warna air menjadi keruh.

    Berdasarkan uji T terhadap sifat fisiko kimia pada kontrol menunjukkanbahwa faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh nyata terhadap

    semua analisa. Pada pembuatan sabun transparan, sukrosa berfungsi untuk

    mengatur transparansi sabun transparan yang dihasilkan. Begitu juga dengan

    penggunaan asam sitrat. Asam sitrat berfungsi sebagai pengatur pH. Kedua

    parameter ini merupakan parameter yang cukup penting dalam menentukan

    kualitas sabun transparan. Karena itu penggunaan sukrosa dan asam sitrat

    berpengaruh nyata terhadap sabun transparan yang dihasikan.

    B. UJI ORGANOLEPTIK

    Uji organoleptik yang dilakukan merupakan uji kesukaan atau uji hedonik.

    Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu uji peneriman yang

    menyangkut penilaian sesorang terhadap kesukaan atau ketidaksukaan suatu

    produk.

    Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen

    terhadap produk sabun transparan yang dihasilkan dari semua perlakuan denganmenggunakan sukrosa (A1=13%, A2=11%, A3=8%) dan asam sitrat (B1=1%,

    B2=3%, B3=5%). Uji organoleptik ini meliputi uji kesukaan panelis terhadap

    transparansi, tekstur, banyaknya busa sabun transparan dan kesan kesat pada kulit

    setelah pemakaian sabun transparan. Panelis yang digunakan dalam uji ini

    merupakan panelis agak terlatih berjumlah 30 orang.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    55/106

    1. Transparansi

    Pemilihan bahan baku khususnya asam lemak akan memberikan

    pengaruh yang signifikan pada warna produk akhir sabun transparan.

    Penampakan transparan juga dipengaruhi oleh sukrosa dan ethanol.

    Penilaian kesukaan terhadap transparansi merupakan penilaian secara

    visual dengan cara menilai tingkat transparansi dari sabun transparan yang

    dihasilkan. Panelis memberikan respon terhadap transparansi sabun transparan

    yang dihasilkan dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan sukrosa 13%

    dan asam sitrat 5% (A3B3) yaitu sebesar 4,63 (antara agak suka hingga suka).

    Nilai rata-rata penilaian panelis terendah terhadap transparansi sabun transparanyaitu sebesar 2,17 (antara.agak tidak suka hingga biasa) pada penggunaan

    sukrosa.8% dan 11% dan asam sitrat 1% (A1B1 dan A2B1). Data penilaian

    panelis terhadap hasil uji hedonic transparansi dapat dilihat pada Lampiran 16a.

    Berdasarkan uji Friedman terhadap transparansi menunjukkan bahwa

    faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulsi sabun transparan

    berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap transparansi sabun

    transparan yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang

    berbeda untuk setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena sukrosa berfungsi

    untuk menambah transparasi sabun. Transparansi sabun meningkat seiring

    dengan peningkatan konsentrasi sukrosa yang digunakan seperti terlihat pada

    Gambar 16. Hasil perhitungan uji Friedman dapat dilihat pada Lampiran 16c.

    Berdasarkan persentase penilaian kesukaan panelis terhadap

    transparansi menunjukkan bahwa panelis memberikan respon paling banyak

    pada skala penilaian 5 (suka) untuk A1B3, A2B3 dan A3B3, sedangkan untuk

    perlakuan A1B2 dan A2B2 mendapatkan respon paling banyak pada skala

    penilaian 4 (agak suka), untuk perlakuan A2B1 dan A3B2 mendapatkan respon

    paling banyak pada skala penilaian 3 (biasa) dan untuk perlakuan A1B1 dan

    A3B1 mendapatkan respon paling banyak pada skala penilaian 2 (agak tidak

    suka). Persentase jumlah panelis terbesar yang memberikan respon penilaian

    terhadap transparansi pada skala penilaian 5 (suka) yaitu sebesar 70% pada

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    56/106

    penggunaan sukrosa 13% dan asam sitrat 5% (A3B3) seperti terlihat pada

    Gambar 15.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    A1B

    1

    A1B

    2

    A1B

    3

    A2B

    1

    A2B

    2

    A2B

    3

    A3B

    1

    A3B

    2

    A3B

    3

    Perlakuan

    PersentaseJumlahPanelis(%)

    Skala Penilaian 5

    Skala Penilaian 4

    Skala Penilaian 3

    Skala Penilaian 2

    Skala Penilaian 1

    Keterangan :

    A1 : Sukrosa 8% B1 : Asam sitrat 1%

    A2 : Sukrosa 11% B2 : Asam sitrat 3%

    A3 : Sukrosa 13% B3 : Asam sitrat 5%

    Gambar 15. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian

    terhadap Transparansi

    2. Tekstur

    Kelembutan/kekerasan sabun sangat dipengaruhi oleh adanya

    penggunaan dietanolamin (DEA) dan sukrosa. Pemilihan rantai C dari

    komposisi asam lemak bahan baku yang digunakan juga mempengaruhi

    kelembutan/kekerasan sabun. Rantai C yang baik untuk fungsi kekerasan yaitu

    rantai C16 C18.

    Penilaian kesukaan terhadap tekstur dilakukan dengan cara melihat dan

    merasakan tekstur atau tampilan sabun transparan yang dihasilkan kemudian

    menilainya berdasarkan skala kesukaan. Panelis memberikan respon terhadap

    tekstur sabun transparan yang dihasilkan dengan nilai rata-rata tertinggi pada

    penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat 5% (A2B3) yaitu sebesar 4,17 (antara

    agak suka hingga suka). Nilai rata-rata penilaian panelis terendah terhadap

    tekstur sabun transparan yaitu sebesar 2,73 (antara agak tidak suka hingga

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    57/106

    biasa) pada penggunaan sukrosa 8% dan asam sitrat 1% (A1B1). Data penilaian

    panelis terhadap hasil uji hedonik tekstur sabun transparan dapat dilihat pada

    Lampiran 17a.

    Berdasarkan uji Friedman terhadap tekstur menunjukkan bahwa faktor

    konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun berpengaruh

    nyata pada kesukaan panelis terhadap tekstur sabun transparan yang dihasilkan,

    dengan kata lain panelis memberikan respon yang berbeda untuk setiap

    perlakuan. Hal ini disebabkan karena sukrosa juga berfungsi sebagai pengeras

    pada pembuatan sabun transparan.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    A1B

    1

    A1B

    2

    A1B

    3

    A2B

    1

    A2B

    2

    A2B

    3

    A3B

    1

    A3B

    2

    A3B

    3

    Perlakuan

    PersentaseJUmlahPan

    elis(%)

    Skala Penilaian 5

    Skala Penilaian 4

    Skala Penilaian 3

    Skala Penilaian 2

    Skala Penilaian 1

    Keterangan :

    A1 : Sukrosa 8% B1 : Asam sitrat 1%

    A2 : Sukrosa 11% B2 : Asam sitrat 3%

    A3 : Sukrosa 13% B3 : Asam sitrat 5%

    Gambar 16. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian

    terhadap Tekstur

    Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa panelis memberikan respon paling

    banyak pada skala penilaian 3 (biasa) untuk semua perlakuan kecuali untuk

    perlakuan A1B2, A1B3 dan A3B3 memberikan respon paling banyak pada

    skala penilaian 4 (agak suka) dan untuk perlakuan A2B3 memberikan respon

    paling banyak pada skala penilaian 5 (suka). Persentase jumlah panelis terbesar

    yang memberikan respon penilaian terhadap tekstur pada skala penilaian 3

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    58/106

    (biasa) yaitu sebesar 50% pada penggunaan sukrosa 8% dan asam sitrat 1%

    (A1B1).

    3. Banyak Busa

    Pada umumnya konsumen beranggapan bahwa sabun yang baik

    adalah sabun yang menghasilkan banyak busa, padahal banyaknya busa tidak

    selalu sebanding dengan kemampuan daya bersih sabun. Karakteristik busa

    sendiri dipengaruhi oleh adanya bahan aktif sabun atau surfaktan, penstabil

    busa, serta komposisi asam lemak yang digunakan.

    Penilaian kesukaan terhadap banyak busa dilakukan dengan cara

    membasuh tangan dengan sabun transparan yang dihasilkan kemudian menilai

    banyaknya busa yang dihasilkan berdasarkan skala kesukaan. Panelis

    memberikan respon terhadap banyak busa sabun transparan yang dihasilkan

    dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat

    5% (A2B3) yaitu sebesar 3,60 (antara biasa hingga agak suka). Nilai rata-rata

    penilaian panelis terendah terhadap banyak busa sabun transparan yaitu sebesar

    2,87 (antara agak tidak suka hingga biasa) pada penggunaan sukrosa 8% dan

    asam sitrat 1% (A1B1). Data penilaian panelis terhadap hasil uji hedonik

    banyak busa dapat dilihat pada Lampiran 18a.

    Berdasarkan uji Friedman terhadap banyak busa menunjukkan bahwa

    faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun transparan

    tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis pada banyaknya busa sabun

    yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama untuk

    setiap perlakuan.

    Berdasarkan persentase penilaian kesukaan panelis terhadap banyak

    busa menunjukkan bahwa panelis memberikan respon paling banyak pada

    skala penilaian 3 (biasa) untuk semua perlakuan kecuali untuk perlakuan A1B2

    dan A3B3 memberikan respon paling banyak pada skala penilaian 4 (agak

    suka). Persentase jumlah panelis terbesar yang memberikan respon penilaian

    terhadap banyak busa pada skala penilaian 3 (biasa) yaitu sebesar 43,33% pada

    penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat 5% (A2B3) seperti terlihat pada

    Gambar 17.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    59/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    60/106

    Berdasarkan uji Friedman terhadap kesan kesat menunjukkan bahwa

    faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun

    berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap kesan kesat sabun

    transparan yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang

    berbeda untuk setiap perlakuan.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    A1B

    1

    A1B

    2

    A1B

    3

    A2B

    1

    A2B

    2

    A2B

    3

    A3B

    1

    A3B

    2

    A3B

    3

    Perlakuan

    Persen

    taseJumlahPanelis(%)

    Skala Penilaian 5

    Skala Penilaian 4

    Skala Penilaian 3

    Skala Penilaian 2

    Skala Penilaian 1

    Keterangan :

    A1 : Sukrosa 8% B1 : Asam sitrat 1%

    A2 : Sukrosa 11% B2 : Asam sitrat 3%

    A3 : Sukrosa 13% B3 : Asam sitrat 5%

    Gambar 18. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian

    terhadap Kesan Kesat

    Pada Gambar 18 terlihat bahwa panelis memberikan respon paling

    banyak pada skala penilaian 3 (biasa) untuk semua perlakuan kecuali untuk

    perlakuan A3B2 memberikan respon paling banyak pada skala penilaian 2

    (agak tidak suka) dan 5 (suka). Persentase jumlah panelis terbesar yang

    memberikan respon penilaian terhadap tekstur pada skala penilaian 3 (biasa)

    yaitu sebesar 36,67% pada penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat 3%

    (A2B2).

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    61/106

    C. PEMBOBOTAN HASIL PENGAMATAN

    Pembobotan yang dihasilkan berdasarkan penilaian tingkat

    kepentingan semua parameter hasil analisa karakteristik fisiko kimia (bersifat

    obyektif) dan uji hedonik (bersifat subyektif). Penilaian berdasarkan tingkat

    kepentingan menggunakan nilai numerik seperti : 1 mewakili nilai sangat

    tidak penting; 2 mewakili nilai tidak penting; 3 mewakili nilai biasa; 4

    mewakili nilai penting; dan 5 mewakili nilai sangat penting.

    Teknik pembobotan dilakukan dengan menentukan nilai score (N)

    pada semua parameter obyektif dan subyektif. Nilai score merupakan nilai

    rangking dari hasil pengujian dengan skala 1 9. Nilai score ini dikalikan

    dengan masing-masing bobot. Total hasil perkalian antara nilai bobot dengan

    nilai rangking (score) ini kemudian dirangking. Jumlah yang paling besarmerupakan sabun transparan dengan rangking terbaik. Dari hasil pembobotan

    didapatkan formulasi sabun transparan terbaik yaitu pada perlakuan

    konsentrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5%. Hasil pembobotan nilai

    kepentingan parameter fisiko kimia dan uji hedonik sabun transparan dapat

    dilihat pada Lampiran 20.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    62/106

    Tabel 3. Penilaian kepentingan setiap parameter fisikokimia dan uji hedonik

    Parameter

    Analisis

    Dasar Pertimbangan Kepentingan Nilai

    Kepentingan

    Kadar air Kadar air merupakan salah satu parameter mutu sabun. 5

    Jumlah asam

    lemak

    Jumlah asam lemak yang terkandung akan berpengaruh

    pada sabun yang dihasilkan.

    5

    Alkali bebas Kelebihan alkali dapat menyebabkan iritasi pada kulit. 5

    pH Nilai pH merupakan parameter yang penting karena

    berhubungan dengan pH kulit.

    4

    Kekerasan Kekerasan merupakan parameter yang penting karena

    berhubungan dengan ketahanan pemakaian sabun.

    4

    Daya bersih Daya bersih untuk mengetahui kemampuan sabun dalam

    mengangkat kotoran.

    3

    Transparansi Transparansi merupakan kesan pertama dari penampilan

    menarik sabun.

    5

    Tekstur Kesukaan terhadap tekstur merupakan parameter

    organoleptik yang cukup penting.

    4

    Banyak busa Banyak busa tidak berhubungan dengan daya bersih sabun. 3

    Kesan kesat Menurut konsumen, parameter kesan kesat menunjukkan

    daya bersih sabun.

    2

    D. ANALISA KELAYAKAN USAHA SABUN TRANSPARAN

    KONSENTRASI SUKROSA 13% DAN ASAM SITRAT 5%

    Analisa kelayakan usaha bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha

    sabun transparan baik dari segi teknis, ekonomis maupun finansial. Analisa ini

    memberikan gambaran bahwa usaha sabun transparan ini layak dijalankan dan

    mendapat keuntungan serta manfaat. Pengertian menguntungkan bagi

    perorangan atau swasta adalah keuntungan finansial, sedang pengertiankeuntungan pada proyek pemerintah adalah manfaat yang mungkin berupa

    keuntungan ekonomi, sosial, keamanan atau politis.

    Analisa finansial menitikberatkan kepada aspek keuangan berupa lalu-

    lintas uang yang terjadi selama usaha dijalankan. Indikator yang dipilih untuk

    menilai kalayakan suatu usaha disesuaikan menurut jenis usaha maupun skala

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    63/106

    usaha. Skala usaha yang dijalankan pada sabun transparan adalah skala

    menengah. Analisa kelayakan usaha sabun transparan menggunakan indikator

    kelayakan berupa analisis titik impas (break event point), net benefit cost ratio,

    nilai bersih sekarang (net present value), dan waktu pengembalian modal (pay

    back period).

    Asumsi mengenai produksi adalah sebagai berikut.

    Kebutuhan bahan baku (per hari) : 400 kg Rendemen yang dihasilkan : 320 kg Jumlah hari produksi (per bulan) : 20 hari Jumlah jam kerja (per hari) : 8 jam Umur ekonomi (tahun) : 10 Tingkat bunga : 16%

    Secara umum, perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi

    sabun transparan skala menengah sampai akhir proses kurang lebih 8 jam.

    Perhitungan tersebut diasumsikan bahwa target sabun transparan yang dihasilkan

    adalah 400 kg per hari dengan peralatan pancampur berupa tangki berpengaduk

    berkapasitas 100 kg perbatch (batch dapat diterjemahkan sebagai adonan). Jadi,

    tangki berpengaduk digunakan sebanyak 4 kali dengan rendemen sebanyak 80%

    sehingga dihasilkan sabun sebanyak 320 kg per hari.

    Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sabun transparan sebanyak

    80 kg dengan tangki berpengaduk kurang lebih 60 menit, sedangkan persiapan

    bahan baku sekitar 30 menit per 2 batch. Jadi, total waktu proses yang

    dibutuhkan adalah 300 menit atau 4,5 jam. Tangki pengaduk yang digunakan

    sebanyak 1 buah dengan kapasitas 100 kg. Produk yang telah terbentuk langsung

    dikemas. Pengemasan produk menggunakan mesin packaging khusus yang

    berkapaitas 22 kemasan/menit. Apabila jumlah produksi yang terbentuk

    sebanyak 320 kg per hari (setara 3200 kemasan ukuran 100 gram) maka waktu

    yang dibutuhkan untuk pengemasan adalah 145 menit atau kurang lebih 2,5 jam.

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    64/106

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    65/106

    pengemasan. Sedangkan tenaga kerja tak langsung terdiri dari pimpinan

    uasaha, supervisor, tenaga administrasi, sales dan supir.

    Setelah mengelompokkan biaya-biaya operasional ke dalam biaya

    tetap dan biaya variabel, kemudian dibuat tabel biaya operasional setiap

    tahunnya dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-10. Biaya tetap akan selalu

    sama tiap tahunnya, sedangkan biaya variabel berubah sesuai dengan

    kapasitas produksi per tahun. Diasumsikan bahwa tahun ke-1 kapasitas

    produksi sebanyak 60%, tahun ke-2 sebanyak 70%, tahun ke-3 sebanyak

    80%, tahun ke-4 sebanyak 90% dan tahun ke-5 sampai tahun ke-10 sebanyak

    100%. Perincian biaya operasional dan perhitungannya dapat dilihat pada

    Lampiran 22a dan 22b.

    3. Perhitungan modal

    Modal usaha terdiri dari dua macam, yaitu modal tetap dan modal

    kerja. Modal tetap merupakan biaya investasi perusahaan sejumlah Rp

    195.173.000,00, sedangkan modal kerja merupakan biaya operasional

    pembuatan sabun transparan per bulan. Biaya operasional terdiri dari biaya

    tetap sejumlah Rp 26.946.878,00 dan biaya variabel sejumlah Rp

    63.968.160,00. Perincian modal dapat dilihat pada Lampiran 23.

    4. Harga Pokok Penjualan (HPP)

    Harga pokok penjualan adalah suatu metode untuk menentukan harga

    sabun mandi transparan per 100 gram, dimana hasil perhitungannya adalah

    pembagian total biaya (biaya tetap + biaya variabel) per tahun dengan

    kapasitas produksi per tahun, kemudian dibagi lagi dengan 10 untuk

    mendapatkan harga pokok per 100 gram. Berdasarkan HPP dapat ditentukan

    harga jual sabun transparan dengan memperhitungkan keuntungan harus

    berada diatas 0%. Harga pokok sabun transparan per 100 gram sebesar Rp

    2.087,00 untuk kapasitas produksi 100%. Perusahaan menetapkan harga jual

    sabun transparan per 100 gram sebesar Rp 3.000,00 dengan keuntungan

  • 7/23/2019 Asam Sitrat Pada Sabun

    66/106

    26,71% untuk kapasitas produksi 60% sampai dengan 43,76% untuk

    kapasitas produksi 100%. Perincian penentuan harga pokok dan harga jual

    sabun transparan dapat dilihat pada Lampiran 24.

    5. Perhitungan Usaha

    a. Laba - Rugi

    Suatu perusahan dikatakan mengalami keuntungan (mendapat

    laba) apabila jumlah penerimaan > pengeluaran. Laba yang diperoleh

    dikurangi lagi dengan pajak penghasilan sehingga diperoleh laba bersih.

    Sebaliknya apabila jumlah penerimaan < pengeluaran maka preusahaan

    dikatakan mengalami kerugian.

    Penerimaan preusahaan diperoleh dari hasil penjualan sabun

    transparan tiap tahunnya. Penjualan sabun transparan tergantung dari

    kapasitas produksi per tahun. Sedangkan pengeluaran perusahaan berasal

    dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya.

    Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan memperoleh laba

    sebesar Rp 221.493.681,00 untuk kapasitas produksi 60%; Rp

    293.218.257,00 untuk volume produksi 70%; Rp 364.942.833,00 untuk

    volume produksi 80%; Rp 436.667.409,00 untuk kapasitas produksi 90%.;

    dan Rp 508.391.985,00 untuk kapasitas produksi 100%. Perincian laba-

    rugi dapat dilihat pada Lampiran 25a.

    b. Aliran Kas

    Aliran kas digunakan untuk mengetahui arus kas yang terjadi

    sepanjang tahun. Aliran kas dihitung mulai dari awal produksi sebelum

    menghasilkan laba atau tahun ke-0. Pada tahun ke-0 arus kas masuk

    berasal dari modal dan arus kas keluar berasal dari investasi. Pada tahun

    ke-1 hingga tahun berikutnya, arus kas hanya berasal dari kas masuk yaitu

    diperoleh dari