27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KARSINOMA RECTI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas KMB II Semester III Disusun Oleh : 1. Hendri Imam D 11. Isna Ambarwati 2. Heni Setyaningsih 12. Juang Gayuh Gemilang 3. Ida Faridha 13. Kartika Indah 4. Ilawati 14. Kurniawan Dwi Caksono 5. Ilham Prasetyoadi 15. Lidhia Oktalina 6. Iis Dewantari 16. Melisa Wahyuning Tyas 7. Indah Larasati 17. Melyana Cherynasari

Askep CA Recti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASKEP CA RECTI

Citation preview

Page 1: Askep CA Recti

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN KARSINOMA RECTI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

KMB II Semester III

Disusun Oleh :

1. Hendri Imam D 11. Isna Ambarwati

2. Heni Setyaningsih 12. Juang Gayuh Gemilang

3. Ida Faridha 13. Kartika Indah

4. Ilawati 14. Kurniawan Dwi Caksono

5. Ilham Prasetyoadi 15. Lidhia Oktalina

6. Iis Dewantari 16. Melisa Wahyuning Tyas

7. Indah Larasati 17. Melyana Cherynasari

8. Indri Wulandari 18. Meryta Novia Risti

9. Inne Rachmadini 19. Michelle Nova Natalia

10. Intan Yulianti 20. Mita Irani

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2012

Page 2: Askep CA Recti

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN KARSINOMA RECTI

I. KONSEP MEDIS

A. Definisi

Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon

dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat

gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.

B. Etiologi

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan

pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces)

yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat

dianjurkan oleh America Cancer Society, The National Cancer

Institute, dan organisasi kanker lainnya.

Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat – zat

kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut

juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus

besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak

terutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam

dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus

besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat –

zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni

yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi

waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan

diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah

– buahan.

Makanan yang harus dihindari :

-Daging merah

-Lemak hewan

Page 3: Askep CA Recti

-Makanan berlemak

-Daging dan ikan goreng atau panggang

-Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi:

-Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables

dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )

-Butir padi yang utuh

-Cairan yang cukup terutama air

Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma, faktor

utama yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan

adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo

villous. Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,

hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna, villous

adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.

Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau

manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat

herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di

karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan

rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati

100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.

Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau

penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon.

Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih

tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan

menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit

tersebut.

Page 4: Askep CA Recti

C. Insiden dan Faktor Risiko

Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya

menyerang Recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih

tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kebiasaan diet rendah serat.

2. Polyposis familial

3. Ulcerasi colitis

4. Deversi colitis

D. Patofisiologi

Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui

secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi

ganas tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu

dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon.

Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak

yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.

Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang

pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen,

kemudian menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya.Penyebaran

tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati,

peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.

Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas

3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan,

proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase

pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis)

yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan

timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala

tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita

umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga

penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

Page 5: Askep CA Recti

E. Gambaran Klinis

Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi,

perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding

usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi

perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan

gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.

Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar

sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih

besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih

mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila

karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus

halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau

vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens

yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

F. Komplikasi

1. Kolitis ulserosa

2. Penyakit Chron

3. Kolitis karena amuba atau shigella

4. Kolitis iskemik pada lansia

5. Divertikel kolon

G. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:

1. Anamnesis yang teliti, meliputi:

Perubahan pola atau kebiasaan defekasi baik berupa diare

maupun konstipasi (change of bowel habit)

Perdarahan per anum

Penurunan berat badan

Faktor predisposisi:

o Riwayat kanker dalam keluarga

Page 6: Askep CA Recti

o Riwayat polip usus

o Riwayat kolitis ulserosa

o Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)

o Uretero-sigmoidostomi

o Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)

2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:

- Status gizi

- Anemia

- Benjolan/massa di abdomen

- Nyeri tekan

- Pembesaran kelenjar limfe

- Pembesaran hati/limpa

- Colok rektum(rectal toucher)

3. Pemeriksaan laboratorium

4. Pemeriksaan radiologis

5. Endoskopi dan biopsi

6. Ultrasonografi

Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus

pengkajian keperawatan.

H. Penalaksanaan

Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.

1. Pilihan utama adalah pembedahan

2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:

sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria

ada metastasis ke kelenjar limfe regional

masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum

ada metastasis jauh.

(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).

3. Obat sitostatika diberikan bila:

Page 7: Askep CA Recti

Inoperabel

Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan

kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama

obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb,

leukosit dan trombosit darah. Pada stadium lanjut obat

sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah

menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi

kemudian residif kembali.

Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca

bedah adalah:

- Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama

5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya pada hari ke-36

(siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.

- Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan

- Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)

II. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan

yang perlu dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan/keletihan

- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas

dan berkeringat malam hari.

- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan

karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

Page 8: Askep CA Recti

2. Sirkulasi:

Gejala:

- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas

Tanda:

- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan

darah.

3. Integritas ego:

Gejala:

- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran)

dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda

pengobatan, keyakinan religius/spiritual)

- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia,

lesi cacat, pembedahan)

- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya,

putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,

kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:

- Menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi:

Gejala:

- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri

pada defekasi

Tanda:

- Perubahan bising usus, distensi abdomen

- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan:

Gejala:

- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi

lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)

- Anoreksia, mual, muntah

- Intoleransi makanan

Page 9: Askep CA Recti

Tanda:

- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai

berat tergantung proses penyakit

7. Keamanan:

Gejala:

- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

Tanda:

- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8. Interaksi sosial

Gejala:

- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat,

lingkungan)

- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan

dengan perubahan status kesehatan.

9. Penyuluhan/pembelajaran:

- Riwayat kanker dalam keluarga

- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan

sitostatika.

- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

B. Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil

1. Pemeriksaan laboratorium:

Tinja Untuk mengetahui adanya darah dalam

Page 10: Askep CA Recti

CEA

(Carcino-embryonic

anti-gen)

2. Pemeriksaan radiologis

3. Endoskopi dan biopsi

4. Ultrasonografi

tinja (makroskopis/mikroskopis).

Kurang bermakna untuk diagnosis awal

karena hasilnya yang tidak spesifik serta

dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi

bermanfaat dalam mengevaluasi

dampak terapi dan kemungkinan residif

atau metastase.

Perlu dikerjakan dengan cara kontras

ganda (double contrast) untuk melihat

gambaran lesi secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk

melihat kelainan struktur dari rektum

sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk

menentukan jenis tumor secara

patologi-anatomis.

Diperlukan untuk mengetahui adanya

metastasis ke hati.

C. Prioritas Keperawatan

1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian

2. Meningkatkan kenyamanan

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal

4. Mencegah komplikasi

5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan

terapi.

Page 11: Askep CA Recti

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare b.d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial

lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

Peningkatan bunyi usus/peristaltik

Peningkatan defekasi cair

Perubahan warna feses

Nyeri/kram abdomen

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi

nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus

otot buruk

Peningkatan bunyi usus

Konjungtiva dan membran mukosa pucat

Mual, muntah, diare

3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b.d faktor psikologis (ancaman

perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola

interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)

Ditandai dengan:

Eksaserbasi penyakit tahap akut

Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan

Iritabel

Fokus perhatian menyempit

4. Koping individu tak efektif b.d intensitas dan pengulangan stesor

melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,

kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)

Ditandai dengan:

Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa,

ansietas

Menyatakan diri tidak berharga

Page 12: Askep CA Recti

Depresi dan ketergantungan

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b.d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi

informasi.

Ditandai dengan:

Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan

pernyataan konsep

Tidak akurat mengikuti instruksi

Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial

lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu kebutuhan defekasi (bila

tirah baring siapkan alat yang

diperlukan dekat tempat tidur,

pasang tirai dan segera buang feses

setelah defekasi).

2. Tingkatkan/pertahankan asupan

cairan per oral.

3. Ajarkan tentang makanan-minuman

yang dapat

memperburuk/mencetus-kan diare.

4. Observasi dan catat frekuensi

defekasi, volume dan karakteristik

feses.

Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa

tanda sehingga perlu diantisipasi

dengan menyiapkan keperluan klien.

Mencegah timbulnya maslah

kekurangan cairan.

Membantu klien menghindari agen

pencetus diare.

Menilai perkembangan maslah.

Page 13: Askep CA Recti

5. Observasi demam, takikardia,

letargi, leukositosis, penurunan

protein serum, ansietas dan

kelesuan.

6. Kolaborasi pemberian obat-obatan

sesuai program terapi (antibiotika,

antikolinergik, kortikosteroid).

Mengantisipasi tanda-tanda bahaya

perforasi dan peritonitis yang

memerlukan tindakan kedaruratan.

Antibiotika untuk

membunuh/menghambat

pertumbuhan agen patogen biologik,

antikolinergik untuk menurunkan

peristaltik usus dan menurunkan

sekresi digestif, kortikosteroid untuk

menurunkan proses inflamasi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap

proses keganasan usus.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pertahankan tirah baring selama

fase akut/pasca terapi

2. Bantu perawatan kebersihan rongga

mulut (oral hygiene).

3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam

bentuk yang sesuai perkembangan

kesehatan klien (lunak, bubur kasar,

nasi biasa)

Menurunkan kebutuhan metabolik

untuk mencegah penurunan kalori

dan simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan

selera makan.

Asupan kalori dan protein tinggi

perlu diberikan untuk

mengimbangi status

hipermetabolisme klien keganasan.

Page 14: Askep CA Recti

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan

sesuai indikasi (roborantia)

5. Bila perlu, kolaborasi pemberian

nutrisi parenteral.

6. nutrisi parenteral.

Pemberian preparat zat besi dan

vitamin B12 dapat mencegah

anemia; pemberian asam folat

mungkin perlu untuk mengatasi

defisiensi karen amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin

dihentikan sementara untuk

mengistirahatkan saluran cerna.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor

psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi,

fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang

terdekat terhadap prosedur rutin

dan aktivitas yang diharapkan.

2. Eksplorasi kecemasan klien dan

berikan umpan balik.

3. Tekankan bahwa kecemasan

adalah masalah yang lazim

dialami oleh banyak orang dalam

Informasi yang tepat tentang situasi

yang dihadapi klien dapat

menurunkan kecemasan/rasa asing

terhadap lingkungan sekitar dan

membantu klien mengantisipasi dan

menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/

pemberat masalah kecemasan dan

menawarkan solusi yang dapat

dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan

adalah wajar dan tidak hanya dialami

oleh klien satu-satunya dengan

Page 15: Askep CA Recti

situasi klien saat ini.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga

(significant others) selama fase

kecemasan dan pertahankan

ketenangan lingkungan.

5. Kolaborasi pemberian obat

sedatif.

6. Pantau dan catat respon verbal

dan non verbal klien yang

menunjukan kecemasan.

harapan klien dapat memahami dan

menerima keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung,

mencegah perasaan terisolasi dan

menurunkan kecemsan.

Menurunkan kecemasan,

memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah

klien.

3. Koping individu tak efektif (koping

menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan

stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,

kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu klien mengembangkan

strategi pemecahan masalah yang

sesuai didasarkan pada kekuatan

pribadi dan pengalamannya.

2. Mobilisasi dukungan emosional

dari orang lain (keluarga, teman,

tokoh agama, penderita kanker

lainnya)

Penderita kanker tahap dini dapat

hidup survive dengan mengikuti

program terapi yang tepat dan

dengan pengaturan diet dan aktivitas

yang sesuai

Dukungan SO dapat membantu

meningkatkan spirit klien untuk

mengikuti program terapi.

Page 16: Askep CA Recti

3. Kolaborasi terapi

medis/keperawatan psikiatri bila

klien mengalami depresi/agresi

yang ekstrim.

4. Kaji fase penolakan-penerimaan

klien terhadap penyakitnya (sesuai

teori Kubler-Ross)

Terapi psikiatri mungkin diperlukan

pada keadaan depresi/agresi yang

berat dan lama sehingga dapat

memperburuk keadaan kesehatan

klien.

Menilai perkembangan masalah

klien.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi

informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan

klien/orang terdekat dan

kemampuan/kesiapan belajar

klien.

2. Jelaskan tentang proses penyakit,

penyebab/faktor risiko, dan

dampak penyakit terhadap

perubahan status kesehatan-sosio-

ekonomi, fungsi-peran dan pola

interaksi sosial klien.

3. Jelaskan tentang terapi

pembedahan, radiasi dan

Proses pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan

mental klien.

Meningkatkan pengetahuan klien

tentang masalah yang dialaminya.

Meningkatkan partisipasi dan

kemandirian klien untuk mengikuti

Page 17: Askep CA Recti

kemoterapi serta efek samping

yang dapat terjadi

4. Tekankan pentingnya

mempertahan-kan asupan nutrisi

dan cairan yang adekuat.

program terapi.

Penderita kanker yang mengikuti

program terapi yang tepat dengan

status gizi yang adekuat

meningkatkan kualitas hidupnya.

Page 18: Askep CA Recti

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.(2000). Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta : EGC

Doenges.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta : EGC

Price & Wilson.(1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta : EGC

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.