Upload
vankien
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KONSEP DIRI
1. Pengertian Konsep Diri
Mead (dalam Burns, 1993:19) mendefinisikan konsep diri sebagai perasaan,
pandangan, dan penilaian individu mengenai dirinya yang didapat dari hasil
interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Hurlock (1999:237) konsep diri
adalah pandangan individu mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua
komponen, yaitu konsep diri sebenarnya (real self) yang merupakan gambaran
mengenai diri, dan konsep diri ideal (ideal self) yang merupakan gambaran
individu mengenai kepribadian yang diinginkan.
Brooks (dalam Rahmat, 2000:99) menjelaskan konsep diri sebagai
pandangan dan perasaan mengenai diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri
dapat bersifat psikis, sosial, dan fisik. Konsep diri dapat berkembang menjadi
konsep diri positif atau negatif.
Konsep diri menurut Fitts (Agustiani, 2006:138-139) mengatakan bahwa
konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang. Konsep diri seseorang
merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinterkasi dengan
lingkunganya. Ia menjelaskan dalam fenomenologis dan mengatakan bahwa
ketika individu mempersepsikan dirinya, berinterakasi dan bereaksi terhadap
dirinya, memberikan arti dan penilaian abstraksi tentang dirinya. Berarti dia
menunjukan suatu kesadaran diri (selft awernes) dan kemapuan untuk keluar dari
10
dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia luar
dirinya.
Kemampuan konsep diri adalah segala keberhasilan banyak bergantung
kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan
dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk
diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang siswa memahami
konsep diri.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang. Perkembangan yang berlangsung kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Fitts (Agustiani, 2006:139 ) mengatakan bawa konsep diri berengaruh kuat
terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita
akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada
umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagasan mengenai
tentang dirinya sendiri. Jika seseorang mempersepsikan dirinya sebagai orang
yang interior dibandingkan dengan orang lain, walaupun dalam hal ini belum
tentu benar, biasanya tingkah laku yang ia tampilkan berhubungan dengan
kekurangan yang dia perspsi secara subyektif tersebut.
11
2. Aspek-aspek Konsep Diri
Menutut Fitts (dalam Agustiani, 2006:139) konsep diri seseorang dibagi
menjadi beberapa dimensi dimensi yaitu :
a) Dimensi Internal.
Menjelaskan bahwa dalam dimensi internal self dipandang sebagai objek dan
sebagai suatu proses. Pada waktu seseorang berpikir, mempersepsi, dan
melakukan aktivitas,maka self berperan sebagai proses. Sedangkan bagaimana
sikap, perasaan, persepsi, dan evaluasi dipikirkan self sebagai obyek. Dalam hal
ini self merupakan satu kesatuan yang terdiri dari proses-proses aktif seperti
berpikir, mengingat, dan mengamati, dimensi ini terdiri dari tiga indikator yaitu :
1. Identitas (identity selft)
Identitas diri merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri
dan mengacu pada pertanyaan “siapakah saya” dalam pertanyaan tersebut
mencangkup label-label dan symbol yang diberikan pada diri individu
untuk membangun dan menggambarkan identitas dirinya.
2. Diri Pelaku (Behaviral Selft)
Diri pelaku merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya
atau caranya bertindak, yang terbentuk dari suatu tingkah laku biasanya
diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi dari luar diri, dari dalam diri sendiri
atau dari keduanya. Konsekuensi menentukan apakah suatu tingkah laku
cenderung dipertahankan atau tidak. Disamping itu juga menetukan
apakah tingkah laku tersebut akan diabstraksikan, disimbolisasikan dan
dimasukkan kedalam diri identitas seseorang. Contohnya, seorang anak
kecil mempunyai dorongan untuk berjalan. Ketika ia bisa berjalan ia
12
merasa puas, dan lama kelamaan kemampuan berjalan serta kesadaran
bahwa ia bisa berjalan merupakan label baru yang ada dalam diri
identitasnya. Tindakkan berjalan itu sendiri merupakan bagian dari diri
pelakunya.
3. Diri penerimaan atau penilaian ( judging self )
Penilaian diberikan terhadap label-label yang ada dalam identitas
diripelaku ecara terpisah, contohnya, seseorang menggambarkan dirinya
tinggi dan kuat (identitas diri); selain itu gambaran diri juga disertai
perasaan suka atau tidak suka terhadap bentuk tubuhnya. Seseorang
merasa tegang dan letih (diri pelaku); ia juga memikirkan apakah
perasaannya baik atau tidak. Selain itu, penilaian juga dapat diberikan
kepada kedua macam bagian diri sekaligus. Misalnya, seseorang berkata,
saya melakukan ini dan saya nakal”. Hal ini berarti orang tersebut
memberikan label secara keseluruhan dirinya, bukan terhadap tingkah laku
tertentu. Atau orang itu bisa juga mengatakan, “saya melakukan ini, tetapi
saya bukan orang yang biasa berbuat demikian”. Hal ini berarti bahwa
orang itu tidak setuju dengan tingkah lakunya.
b) Dimensi Eksternal
Dimensi ini memuat dinamika interaksi dari ketiga bagian pada dimensi
internal. Interaksi yang terjadi dapat bersifat secara bebas atau dapat juga
interaksi ini bersifat dipaksakan, menyakitkan, dan menghambat
perkembangan diri.
Beberapa bagian indikator dari dimensi eksternal adalah sebagai berikut :
1. Keadaan diri fisik (Physical Self )
13
Bagaimana seseorang memandang kesehatan, badan, dan penampilanya.
Physical Selft berkaitan dengan kondisi fisik individu.
2. Diri Moral Etik (Moral Ethical Self )
Bagaimana seseorang memandang nilai-nilai moral etik yang
dimilikinya, serta keagamaannya.
3. Diri Keluarga (Family Self)
Diri keluarga mempersepsikan diri dan pemahaman tentang keselarasan
dirinya sebagai anggota keluarga.
4. Diri Pribadi (Personal Self)
Diri pribadi menilai ketepatan atau keadekuatan dirinya sebagai seorang
manusia.
5. Diri Sosial (Social Self)
Diri sosial mempersepsikan keadekuatan atau keselarasan dirinya dalam
interaksi sosial dengan orang lain, secara umum dan luas.
Staines (dalam Burns, 1993:81) menjelaskan ada tiga aspek dalam konsep
diri, yaitu :
a) Konsep diri dasar. Aspek ini merupakan pandangan individu terhadap
status, peranan, dan kemampuan dirinya.
b) Diri sosial. Aspek ini merupakan diri sebagaimana yang diyakini
individu dan orang lain yang melihat dan mengevaluasi.
c) Diri ideal. Aspek ini merupakan gambaran mengenai pribadi yang
diharapkan oleh individu, sebagian berupa keinginan dan sebagian
berupa keharusankeharusan
14
Ahli lain, yaitu Hurlock (1999:237), mengemukakan bahwa konsep diri
memiliki dua aspek, yaitu :
a) Fisik, Aspek ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu
mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting
tubuh, dan perasaan gengsi di hadapan orang lain yang disebabkan
oleh keadaan fisiknya. Hal penting yang berkaitan dengan keadaan
fisik adalah daya tarik dan penampilan tubuh dihadapan orang lain.
Individu dengan penampilan yang menarik cenderung mendapatkan
sikap sosial yang menyenangkan dan penerimaan sosial dari
lingkungan sekitar yang akan menimbulkan konsep yang positif bagi
individu.
b) Psikologis, Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan
psikis dirinya, seperti rasa percaya diri, harga diri, serta kemampuan
dan ketidakmampuannya. Penilaian individu terhadap keadaan psikis
dirinya,seperti perasaan mengenai kemampuan atau ketidak
mampuanya akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan harga
dirinya. Individu yang meras mampu akan mengalami peningkatan
rasa percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan perasaan
tidak mampu akan merasa rendah diri sehingga cenderung terjadi
penerunan harga diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat
beberapa aspek konsep diri, yaitu fisik, psikologis dan beberapa ciri dari dimensi
internal dan eksternal. Aspek fisik tersebut berhubungan dengan keadaan tubuh
dan penampilan individu, sedangkan aspek psikologis berhubungan dengan harga
15
diri, rasa percaya diri, kemampuan dan ketidakmampuan serta bentuk-bentuk
dimensi pada pada diri seseorang tersebut.
3. Arti Penting Konsep Diri dalam Menentukan Perilaku
Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku. Perilaku
yang ditampilkan sesuai dengan bagaimana seseorang memandang dirinya.
Menurut Pudjijogjanti (1985:3) peran penting konsep diri dalam menentukan
perilaku adalah :
a. Mempertahankan keselarasan batin.
Individu selalu berusaha mempertahankan keselarasan batinnya. Apabila
memiliki pikiran, perasaan, atau persepsi yang saling bertentangan, maka akan
terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan
ketidakselarasan dan situasi psikologis yang tidak menyenangkan tersebut
individu akan mengubah perilakunya.
b. Mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalaman.
Sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
individu dalam menafsirkan pengalamannya. Setiap individu memiliki sikap dan
pandangan yang berbeda terhadap diri mereka. Oleh karena itu, sebuah kejadian
yang sama dapat ditafsirkan secara berbeda oleh individu yang berbeda.
c. Menentukan pengharapan individu.
Konsep diri merupakan seperangkat harapan serta penilaian perilaku yang
merujuk kepada harapan-harapan tertentu. Dalam melaksanakan sesuatu, individu
akan membuat patokan-patokan yang disesuaikan dengan keyakinannya akan
16
kemampuan dirinya. Patokan tersebut mencerminkan harapan terhadap apa yang
akan terjadi pada sesuatu yang sedang dilakukannya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Menurut fitts (Agustiani, 2006:139) konsep diri seseorang dipengaruhi
berapa faktor yaitu :
a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang memunculan
perasaan positif dan berharga. Pengalaman yang diperoleh dalam
kehidupan, karena konsep diri adalah hasil dari sebuah interaksi individu
dengan lingkungannya, maka pengalaman interpersonal merupakan faktor
yang paling penting bagi perkembangan konsep diri seseorang.
b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
Kompetensi yang dimaksud dalam bidang tertentu, mengenai kemampuan
individu yang ditampilkan sehingga mendapatkan penghargaan atau
pengakuan dari orang lain.
c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang
sebenarnya. Dan sebagai potensi-potensi fisik maupun psikologis yang
ada pada diri individu untuk mencapai tujuannya.
Adpun Terdapat 5 faktor lain yang mempengaruhi konsep diri, 5 faktor
tersebut antara lain :
1) Pola asuh orang tua
Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan
konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri.
17
Sikap negative orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan
menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi,
untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada
pada dirinya sehingga orangtua tidak sayang.
2) Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan
pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa
semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat
orang merasa tidak berguna.
3) Depresi
Orang yang mengalami depresi akah yang n mempunyai pemikiran
yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala
sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus
yang netral akan dipersepsikan secara negatif.
4) Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk
menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik
terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu
dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita dapat diterima oleh
masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
5. Konsep Diri remaja
Siswa sekolah menengah atas termasuk dalam kelompok usia remaja.
Menurut Monks, dkk (2002: 262) usia remaja berlangsung dari 12 sampai dengan
18
21 tahun, dengan pembagian: usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal; usia 15-
18 tahun adalah masa remaja madya; 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.
Individu tumbuh dan berkembang melalui beberapa periode atau fase
perkembangan. Setiap fase perkembangan memiliki serangkaian tugas
perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik sehingga akan memperlancar
pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Tugas
perkembangan seorang remaja menurut Havighurst (dalam Sarwono, 2002:41)
adalah:
a) Menerima kondisi fisiknya dan mampu memanfaatkan tubuhnya secara
efektif. Penilaian positif terhadap keadaan fisik seseorang, baik dari diri
sendiri maupun dari orang lain, akan membangun konsep diri ke arah yang
positif. Penilaian positif akan menumbuhkan rasa puas terhadap diri, yang
merupakan awal dari sikap positif terhadap diri. Sebaliknya penilaian yang
buruk terhadap kondisi fisik baik dari diri sendiri maupun orang lain, akan
membuat seseorang merasa ada kekurangan dari tubuhnya, sehingga
merasa tidak puas terhadap kondidi fisiknya dan menjadi bersikap negatif
terhadap diri sendiri (Pudjijogjanti, 1985:10).
b) Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis
kelamin mana pun.
c) Menerima peran jenis kelaminnya sebagai laki-laki atau perempuan.
d) Berusaha mencapai kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa
lain. Menurut Richmond dan Sklansky (Sarwono, 2002:74), inti tugas
perkembangan periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan
kebebasan (the strike for autonomy).
19
Setiap tugas perkembangan akan mempengaruhi perkembangan konsep diri,
karena pada dasarnya tugas-tugas perkembangan remaja tersebut adalah
penyesuaian terhadap berbagai aspek kepribadian. Konsep diri adalah inti pola
kepribadian (Hurlock, 1999:237). Kegagalan dalam melaksanakan tugas
perkembangan dapat menimbulkan konflik dan ketegangan. Konflik dan
ketegangan yang dialami remaja merupakan situasi yang memungkinkan remaja
menunjukkan kemampuannya. Konflik utama yang dialami remaja menurut
Erikson (dalam Mussen, dkk, 1994:528-530) adalah pembentukan identitas versus
kebingungan peran (identity versus role confusion). Pencarian identitas menjadi
penting selama masa remaja karena dihadapkan pada sejumlah perubahan
psikologis, fisiologis, seksual, kognitif, intelektual, dan sosial yang baru dan
beragam. Salah satu usaha remaja untuk mengatasi masalah status atau identitas
yang tidak jelas adalah dengan mencoba berbagai peran. Usaha ini dilakukan
dengan harapan dapat mengembangkan seluruh ideologi dan minat remaja.
(Pudjijogjanti, 1985:25) ideologi dan minat merupakan arah untuk
mengembangkan konsep diri remaja.
Masa remaja merupakan masa untuk menemukan diri sendiri, meneliti sikap
hidup lama, serta mencoba hal-hal baru agar dapat mencapai pribadi yang dewasa
(Pudjijogjanti, 1985:24-25). Remaja harus mampu menghubungkan peran dan
ketrampilan yang telah dicapai dengan tuntuan di masa mendatang. Pembentukan
konsep diri pada remaja sangat penting karena akan mempengaruhi kepribadian,
tingkah laku, dan pemahaman terhadap dirinya sendiri. Remaja memiliki konsep
diri yang cenderung menetap dan stabil, yang sudah terbentuk sejak mulai masa
kanak-kanak. Pada perkembangannya konsep diri akan ditinjau kembali dengan
20
adanya pengalaman sosial dan pribadi yang baru (Hurlock, 1999:239) Peninjauan
kembali terhadap konsep diri didasarkan pada penilaian lingkungan terhadap
keadaan diri individu, yang dapat bersifat kualitatif, yaitu mengubah sifat yang
tidak diinginkan dengan suatu sifat yang dikagumi masyarakat, maupun bersifat
kuantitatif, yaitu memperkuat sifat yang diinginkan dan memperlemah sifat yang
tidak diinginkan. Peninjauan kembali yang lebih umum terjadi adalah yang
bersifat kuantitatif (Hurlock, 1999:245). Proses perubahan dalam peninjauan
kembali tersebut merupakan hal yang harus terjadi pada remaja karena dalam
proses pematangan kepribadiannya, remaja akan memunculkan sifat-sifat yang
sesungguhnya (Sarwono, 2002:74). Pernyataan tersebut didukung oleh Mussen,
dkk (1984:530) yang menyebutkan bahwa perubahan merupakan tugas utama
remaja.
Berdasarkan pada bahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas-
tugas perkembangan pada remaja akan mempengaruhi perkembangan konsep
dirinya. Pencarian identitas merupakan konflik utama yang dialami pada masa
remaja. Konsep diri pada remaja cenderung menetap dan stabil, dengan
peninjauan kembali yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Peninjauan
kembali penting bagi remaja untuk mematangkan kepribadiannya, yang juga
berarti memantapkan konsep dirinya karena konsep diri adalah inti pola
kepribadian.
6. Konsep Diri Dalam Perspektif Islam
Didalam Al-Quran disebutkan Adz Dzariyaat : 20 - 21
(20) و في السماء رزقكم وما توعدون و في أفال تبصسو فسن أ
21
Artinya :
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada
memperhatikan?
Artinya:
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah
orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (Q. S. al-Syams [91]: 7-10).
Jadi manusia diberi pengetahuan tentang hal-hal yang positif dan negatif.
Selanjutnya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan
dia tempuh. Manusia punya potensi untuk menjadi jahat, sebagaimana ia juga
punya potensi untuk menjadi baik.
Agama (Islam) datang untuk mempertegas konsep diri yang positif bagi
umat manusia. Manusia adalah makhluk yang termulia dari segala ciptaan Tuhan.
Karena itu, ia diberi amanah untuk memimpin dunia ini.
في اىبس واىبحس و ياه وح ا بي آد اىطيبات ىقد مس وزشقاه
خيقا تفضيو عيى مثيس ياه وفض
Artinya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
22
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS.17:70).
الئنة إي جاعو في الزض خيي يفسد فيها ويسفل وإذ قاه زبل ىي فة قاىىا أتجعو فيها
ى ا ل تعي س ىل قاه إي أعي دك وقد سبح بح اء وح اىد
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui"(Q.S.2:30).
Walaupun demikian, manusia dapat pula jatuh kederjat yang paling
rendah, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.
يىا ىا وع آ إل اىري ى أجس غيس اىحات فيه اىص
Artinya:
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya” (Q.S.95:6)
Keimanan akan membimbing kita untuk membentuk konsep diri yang
positif, dan konsep diri yang positif akan melahirkan perilaku yang positif pula,
yang dalam bahasa agama disebut amal sholeh. Tidak sedikit ayat-ayat yang
terdapat dalam Al-Quran yang menyebut kata iman dan diiringi oleh kata amal
(allazina amanu wa amilus-sholihat), ini bukan saja menunjukkan eratnya
hubungan diantara keduanya, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya iman
23
dan amal tersebut, sehingga nilai seseorang ditentukan oleh iman dan amalnya
juga. Semua manusia adalah sama disisi Allah, yang lebih mulia hanyalah orang
yang paling bertakwa.
أ شعىب ا وقبائو ىتعازفىا إ ذمس وأثى وجعيام يا أيها اىاس إا خيقام عد للا ن مس
خبيس عيي للا إ أتقام
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S.49:13).
Para psikolog modern dikemudian hari menyadari betapa pentingnya nama
dalam membentuk konsep diri, secara tak sadar orang akan didorong untuk
memenuhi citra (image) yang terkandung didalam namanya. TeoriLabelling
(penamaan) menjelaskan kemungkinan seseorang menjadi jahat karena
masyarakat menamainya atau menggelarinya sebagai penjahat. Berilah gelar anak
anda si nakal, insya Allah seumur hidup ia akan tetap nakal. Memang boleh jadi
orang akan berperilaku yang bertentangan dengan namanya. Amin mungkin
menjadi penipu, tetapi nama itu akan meresahkan batinnya. Ia boleh jadi
mengganti namanya, atau mengubah perilakunya.
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak, terutama
dalam keluarga. Pendidikan yang diterima seseorang dimasa kecil akan dapat
mempengaruhi konsep dirinya dikemudian hari.
24
Banyak orang tua yang kurang memahami makna pendidikan, mereka
beranggapan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan hanyalah pendidikan yang
yang diajarkan secara langsung dan bersifat pelajaran formal (seperti mengajarkan
nilai-nilai moral kepada anak-anak, dan lain sebagainya yang ditujukan kepada
objek didik, yaitu anak.
Yang lebih penting dalam mengembangkan pembelajaran dan bimbingan
pada anak adalah keadaan lingkungan keluarga dan suasana rumah tangga,
keadaan jiwa ibu bapak, hubungan antara satu sama lainnya, dan sikap mereka
terhadap rumah tangga dan anak-anak. Segala persoalan orang tua itu akan
mempengaruhi jiwa anak-anak, dan akan ikut membentuk konsep diri mereka.
Karena itu keluarga dituntut supaya memberikan ketenteraman (sakinah), kasih
sayang (mawaddah wa rahmah) dan rasa aman kepada anak-anak.
Nabi berkata: “Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang
paling penyayang terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling
sayang terhadap keluargaku”. Beliau menunjukkan contoh bagaimana ia
menyayangi putrinya Fatimah. Pada saat anak perempuan dipandang rendah,
beliau mengangkat Fatimah. Bila nabi tengah berada dalam majelis dan melihat
Fatimah datang, ia segera bangkit. Tidak jarang beliau mencium tangan Fatimah
didepan para sahabatnya, cium penghormatan dan kasih sayang sekaligus. Bukan
termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi
yang kecil katanya. Tentang suasana rumah tangganya nabi berkata: “ Rumah
tanggaku adalah surgaku.”
Bila orang tua gagal memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya,
mereka tak akan mampu mencintai orang tua mereka. Dalam pergaulan sosial pun
25
mereka tak akan mampu mencitai atau menyayangi orang lain. Pada tahun 1960-
an para psikolog terpesona oleh penelitian yang dilakukan oleh Harry Harlow,
dengan memisahkan anak-anak monyet dari induknya, kemudian ia mengamati
pertumbuhannya. Monyet-monyet itu ternyata menunjukkan perilaku yang
menyimpang, selalu ketakutan, tidak dapat menyesuaikan diri, dan sangat mudah
terkena penyakit. Setelah monyet-monyet itu besar dan melahirkan pula, mereka
menjadi ibu-ibu yang kejam dan berbahaya, mereka tidak memperdulikan anak-
anaknya dan seringkali melukai mereka. Parapsikolog menyebut situasi tanpa ibu
itu dengan maternal deprivation.
Kini tidak sedikit buku-buku ditulis orang tentang cara mendidik anak yang
merujuk kepada sunnah Rasul. Banyak tuntunan-tuntunan yang diberikan oleh
Nabi yang dapat kita jadikan pedoman (sama ada bagi orang tua, atau guru) dalam
menumbuhkan konsep diri yang baik bagi anak-anak.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Sebelum membahas pengertian motivasi belajar, terlebih dahulu akan
dijelaskan mengenai motivasi, karena motivasi belajar berasal dari dua kata yaitu
motivasi dan belajar diaman dari kedua kata tersebut memiliki arti dan pengertian
masing-masing.
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting dalam mendukung
seseorang dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu hal, sehingga
mempengaruhi seseorang dalam pencapaian sebuah prestasi belajar. Istilah
motivasi sering disamakan dengan istilah motif, M. Ngalim Purwanto (2007:60)
menyatakan motif adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
26
melakukan sesuatu. Selain itu seperti yang dikatakan oleh Sartain dalam buku
Pshyclogy Understanding of Human Behaviour yang dikutip oleh M. Ngalim
Purwanto (2007:60) motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau
perangsang. Dengan demikian motif adalah hal yang mendorong seseorang untuk
mengerjakan sesuatu hal.
Adapun pengertian motivasi menurut seorang ahli yang bernama Mc Donald
yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:203) motivasi sebagai sebuah
perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi tersebut
berisi tiga hal, yaitu :
1. Motivasi dimulai dengan sistem perubahan dalam diri seseorang
2. Motivasi ditandai oleh dorongan afektif
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi dalam mencapaian tujuan yang
diinginkan.
Menurut James O. Whittaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto,
(2006:204) motivasi adalah kondisi atau keadaan untuk bertingkah laku untuk
mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Namun menurut
Ghuthrie yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206), motivasi hanyalah
menimbulkan variasi respons pada individu, dan apabila dihubungkan dengan cara
hasil belajar, motivasi tersebut bukan merupakan instrument dalam belajar tetapi
hanyalah penyebab dari variasi reaksi. Berdasarkan definisi motivasi yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
27
kondisi untuk memberikan dorongan dalam melakukan suatu hal untuk mencapai
sebuah tujuan yang diharapkan.
Moh. Surya (1981:32) Definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keselruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interakasi dengan
lingkunganya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan dapat diakatakan
seluruh daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah
kegiatan belajar sehingga oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
anak di dalam belajar. Begitu banyaknya peran motivasi tersebut, banyak para
ahli yang membahas bagaimana motivasi tersebut muncul, bagaimana dapat
mengembangkan motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan
prestasi yang di capai anak dan bagaimana pendidik dalam memberikan
penghargaan hingga dapat meningkatkan motivasi tersebut. siswa tentang
motivasi yang ditandai dengan ketekunan dalam belajar, ulet dalam menghadapi
kesulitan, minat dan ketajaman perhatian, motivasi yang kuat dalam belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai belajar dan motivasi di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan pengertian motivasi belajar yaitu perubahan
tingkah laku pada setiap individu sebagai pendorong perubahan energi yang
dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari
luar.
28
2. Jenis – Jenis Motivasi Belajar
Secara umum jenis motivasi belajar dibedakan dalam dua jenis, yaitu
sebagai berikut (Yamin, 2007:226) :
a. Motivasi Instrinsik
Menurut Sardiman (2005:89) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dri luar, karena dalam
setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi
interinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan
penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar (Yamin 2007:228).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bawa motivasi insterinsik adalah
dorongan untik belajar yang berasal dari dalam diri sendiri individu. Bila
seseorang telah memiliki motivasi insterinsik dari dalam diri individu, maka ia
akan secara sadar akan memalukan suatu kegitaan tanpa ada dorongan dari luar.
Seseorang yang memiliki minat tinggi untuk mempelajari suatu pelajaran maka
akan dengan sendirinya dia akan melukan tersebut dengan sendirinya dalam
jangka waktu tertentu. Dengan demikian sesorang yang memiliki dorongan seperti
itu maka dia sudah memiliki dorongan yang kuat dari dalam diri individu.
b. Motivasi Eksterinsik
Motivasi Eksterinsik adalah motivasi atau dorongan terhadap perilaku
seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukanya. (Sardiman, 2005:90).
Motivasi eksterinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan
kebutuhan tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri
(Yamin, 2007:226).
29
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
eksterinsik adalah dorongan untuk belajar yang dirangsang oleh penngaruh dari
luar diri individu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juaga diartikan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Sesuai dengan asumsi yang telah disampaikan bahwa motivasi sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi
belajar tidak cukup dari diri sendiri melainkan motivasi dari sekelilingnya baik itu
baik itu lingkungan fisik maupun sosial dari guru, teman sebaya, maupun tujuan
pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan siswa untuk mendapatkan
prestasi belajar yang baik dan memuaskan.
3. Indikator Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2005:83) motivasi belajar memiliki indikator sebagai
berikut :
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama,tidak berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk
orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik,
30
ekonomi, keadilan, pemberantas korupsi, penentangan terhadap
setiap tindakan kriminal, amoral, & sebagainya.
4. Lebih senang belajar mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari & memecahkan masalah soal-soal.
4. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Menurut Sardiman (2005:84) Motivasi belajar dianggap penting di dalam
peroses belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau
manfaatnya. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar mendorong timbulnya
tingkah laku dan dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku siswa.
Mengemukakan tiga fungsi motivasi yaitu:
a) Mendorong tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan
timbulsuatu perbuatan. Motivasi dalam hal demikian sebagai motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya motivasi mengarahkan
perubahan untuk mencapai yang diinginkan . Dengan itu, motivasi apat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjaan denagn rumusan
tujuannya.
31
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Artinya menggerakakan tingkah
lakau seseorang. Selain itu, motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong
usaha dan pencapaian prestasi.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Suryabrata (1989:142) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar antara lain : a) Faktor Ekstern yaitu faktor dari luar individu
yang terbagi menjadi dua : Faktor sosial meliputi faktor manusia lain baik dari
hadir secara langsung atau tidak langsung dan faktor non sosial meliputi keaaan
udara, suhu,cuaca,waktu,tempat belajar dan lain-lain. b) Faktor Internal yang
terbagi menjadi dua : Faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan
fungsi-fungsi fisiologis dan faktor psikologis meliputi minat, kecerdasn dan
kecerdasan.
6. Meningkatkan Motivasi Belajar di Sekolah
Menurut A.M Sardiman (2005:92), ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan di sekolah, bentuk-bentuk motivasi
diantaranya yaitu memberi angka (dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya) hadiah, saingan (kompetisi), menumbuhkan kesadaran, memberi
ulangan, mengetahui hasil, memberi pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat
dan tujuan yang diakui.
Dengan demikian motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang
siswa untuk melakukan suatu tindakan yang baik. Seorang yang tidak memiliki
dorongan untuk bertindak dan melakukan sesuatu sering kali disebut tidak
32
memiliki motivasi. Termasuk juga siswa yang tidak memiliki dorongan yang kuat
dari dalam diri maka akan lemah motivasi belajarnya. Alasan atau dorongan itu
bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Oleh karenan itu dorongan untuk
motivasi belajar diperlukanya dorongan dari luar. Termasuk dorongan dan
tindakan yang di lakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar. Sebenarnya
pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah
pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang
pemicunya datang dari luar diri kita.
7. Motivasi Belajar Dalam Perspektif Islam
Pada dasarnya banyak kita jumpai dalam al-Qur’an dan al-Hadits, dapat
berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang islam baik
itu laki-laki perempuan atau anak-anak untuk selalu rajin belajar. Anjuran
menuntut ilmu tersebut dibarengi dengan urgennya faktor-faktor pendukung guna
makin meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu faktor yang
utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari dalam diri sendiri,
maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan lingkungan sosialnya.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
Al-Quran surat Al- Mujadilah : 11
33
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah:11).
Surah al-Mujadilah ayat 11 menerangkan tentang etika (sopan santun) bila
berada dalam suatu majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang
berilmu pengetahuan. Dengan kebenaran al-Quran tersebut Allah juga
menjanjikan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu setnggi
mungkin.
Apalagi dalam konsep Islam terdapat keyakinan yang menegaskan, bahwa
belajar merupakan kewajiban dan berdosa bagi yang meninggalkannya.
Keyakinan demikan ini begitu membentuk dalam diri umat yang beriman,
sehingga mereka memiliki etos belajar yang tinggi dan penuh semangat serta
mengharapkan “janji luhur” Tuhan sebagaimana yang difirmankan dalam ayat-
Nya.
Surat Al-'Isrā':70
Artinya :
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
34
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
Dalam surat tersebut menjelaskan bahwa manusia memiliki derajat yang
lebih tinggi dibanding dengan makhluk ciptaa-NYA yang lain. Terutama bagi
mereka orang-orang mukkmin dan muslimin yang memiliki ilmu yang bai dan
bermanfaat.
Surat An-Nahl:78
Artinya :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.
Surat An-Nahl:90
Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.
35
Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bagaimana sebenarnya potensi yang
dimiliki manusia sejak lahir yaitu indra dan akal yang digunakan untuk peroses
memahami dan mempelajari apapun yang ada di sekitar kita mulai sejak kita di
lahirkan. Pada dasarnya sejak kita lahir secara tidak langsung manusia sudah
memulai mempelajari dan mengenali lingkungannya. Dengan demikian manusia
diharuskannya untuk senantiasa belajar dan memahami apapun sepanjang
hidupnya.
Islam sendiri dari awal sudah memerintahkan dan memberikan contohnya
dengan menurunkan wahyu yang pertama kepada Rasullah SAW, yaitu Surat Al-
Alaq: 1-5 yang berbunyi :
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari awal pertama Allah menurunkan Wahyu kepada Nabi Muhammad
SAW, dengan tegas memerintahkan untuk membaca. Dari ayat tersebut dapat
disimpulkan bahwa setiap manusia hendaknya belajar dan mempelajari segala hal
yang baik dan perlu diketahuinya. Karena sudah dengan sangat jelas Allah
memerintahkan umat muslim untuk senantiasa membaca.
36
Sesuai dengan beberapa pembahasan surat dalam Al-Quran diatas dapat
diambil simpulan secara garis besar motivasi dalam pandangan islam adalah
kewajiban seorang muslim sebagaimana mestinya. Pada dasarnya belajar adalah
fitrah dan naluri setiap manusia dan merupakan perintah dan kewajiban bagi umat
muslim.
C. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar
Konsep diri adalah kerangka dan semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi diri dalam
segala hal termasuk dalam hal belajar. Konsep diri memainkan peran yang sangat
besar dalam menentukan keberhasilan seseorang karena konsep diri dapat
ibaratkan sebagai alat dalam mengendalikan dan menentukan mental yang dapat
mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang termasuk dorongan dan motivasi
dalam hal belajar.
Burns (1993:357) mengemukakan bahwa konsep diri dan motivasi belajar
berkaitan secara erat. Konsep diri yang positif dapat membantu seseorang untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang
untuk dapat menjadi lebih baik lagi.
Konsep diri remaja termasuk para siswa MAN 1 Kota Blitar dalam
pencarian identitas diri diharapkan remaja dapat membentuk konsep dirinya yang
positif karena akan berpengaruh terhadap pemikirannya, perilakunya, terutama
dalam motivasi belajar. Untuk melakukan sesuatu, bersikap serta bertindak
diperlukan motivasi guna memaksimalkan tujuan individu.
Burns (1993:357) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan salah satu
faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dan
37
prestasi akademiknya. Konsep diri yang baik dapat membantu seseorang untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang
untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Sebuah alasan di ungkapkan oleh burns,
bahwa pada saat ini konsep diri dianggap sebagai suatu unsur yang krusial sebab
tujuan pendidikan mempunyai tujuan yang luas.
Motivasi terdapat dua macam yaitu dorongan dari diri sendiri yang disebut
dengan motivasi Instrinsik dan yang kedua dorongan dari luar disebut juga dengan
motivasi Ekstrinsik (yamin, 2007:226). Konsep diri dapat mempengaruhi motivasi
belajar terutama motivasi instrinsik, motivasi instrinsik ini timbul dari dorongan
dalam diri seseorang, apabila seseorang berkonsep diri negatif seseorang itu akan
mempuyai sikap pesimis terhadap kompetisi seperti ia enggan untuk bersaing
dengan orang lain tidak termotivasi untuk belajar dan bersaing dengan orang lain
dalam konsep diri positif maka ia akan menetapkan tujuan-tujuan secara masuk
akal. Siswa dapat mengukur kemampuan secara obyektif.
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan
hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu
tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan
untuk memperoleh tujuan yang akan dicapai.
Tumbuhnya motivasi dalam diri seseorang senantiasa dilandasi oleh adanya
kesadaran diri berkenaan dengan hakikat dan keberadaan kehidupannya masing-
masing. Selain adanya motivasi, konsep diri yang ada pada remaja menentukan
juga bagaimana motivasi belajarnya. Hal ini berpengaruh terhadap pendidikan
38
yang dilakukan oleh remaja. Motivasi belajar merupakan salah satu hal yang
mendukung dalam pendidikan pada remaja. Motivasi belajar pada remaja
berbeda-beda, ada yang meningkat atau menurun. Dalam kondisi demikian
konsep diri sangat berperan dan dibutuhkan serta berpengaruh terhadap motivasi
belajar.
Oleh karena itu, konsep diri sangat dibutuhkan dalam memperoleh motivasi
belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat memicu siswa untuk semangat
dalam melakukan aktifitas belajar. Dengan demikian, siswa dapat dengan mudah
dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Selain dari
pada itu, dengan adanya motivasi juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
sehingga anak akan terdorong untuk bertanya dan mencari tahu tentang materi
tersebut.
Dari pentingnya konsep diri inilah, penulis tertarik untuk mengkaji tentang
motivasi belajar yang ada pada siswa MAN 1 Kota Blitar.
D. Hipotesis
Menurut Arikunto Hipotesis adalah suatau jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2002:64).
Sesuai dengan kajian pustaka yang dibahas diatas maka, hipoteis yang di
simpulkan adalah :
Ha : “Adanya Hubungan Positif Konsep Diri dengan Motivasi Belajar”
Ho : ” Tidak adanya Hubungan Positif Konsep Diri dengan Motivasi Belajar”